• Tidak ada hasil yang ditemukan

T1__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dengan Pendekatan Inkuiri Tipe Inkuiri Terbimbing pada Siswa Kelas IV SD Negeri Sidorejo Lor ota Salatiga Semester I Tahun Pelaj

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "T1__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dengan Pendekatan Inkuiri Tipe Inkuiri Terbimbing pada Siswa Kelas IV SD Negeri Sidorejo Lor ota Salatiga Semester I Tahun Pelaj"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

9

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Hasil Belajar IPA 2.1.1 Hakikat IPA

Definisi tentang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) sudah banyak dikemukakan, antara lain menurut Purnell’s : Concise Dictionary of Science (1983) dalam Winanto & Khristina (2014:2) yang menyatakan Ilmu Pengetahuan Alam adalah pengetahuan manusia yang luas yang didapatkan dengan cara observasi dan eksperimen yang sistimatik, serta dijelaskan dengan bantuan aturan-aturan, hukum-hukum, prinsip-prinsip, teori-teori dan hipotesis-hipotesis.

Pusat Kurikulum (2006:4), IPA berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Dari dua pendapat tentang IPA di atas dapat disimpulkan bahwa IPA pada hakikatnya adalah ilmu untuk mencari tahu dan memahami alam semesta secara sistematik melalui metode ilmiah seperti observasi dan ekserimen, serta mengembangkan pemahaman ilmu pengetahuan tentang gejala alam yang berupa fakta, konsep, prinsip, dan hukum yang teruji kebenarannya. IPA pada hakikatnya bukan hanya sekedar kumpulan pengetahuan berupa fakta, hukum, konsep, prinsip, atupun teori melainkan suatu proses penemuan dan pengembangan. Oleh karena itu untuk mendapatkan pengetahuan harus melalui suatu rangkaian kegiatan dalam metode ilmiah serta menuntut sikap ilmiah.

2.1.2 Hakikat Pembelajaran IPA

(2)

10

adanya interaksi antara individu dengan lingkungannya. Menurut Gagne (dalam Dahar, 1988) belajar merupakan proses yang memungkinkan manusia mengubah tingkah laku secara permanen, sedemikian sehingga perubahan yang sama tidak akan terjadi pada keadaan yang baru.

Menurut Gagne dan Brings (dalam Hawa, 2016:1-3) pembelajaran “sebagai upaya orang yang tujuannya membantu orang belajar”. Pengertian yang hampir sama dikemukakan oleh Corey (dalam Hawa, 2016:1-3) bahwa pembelajaran adalah “suatu proses dimana lingkungan seseorang secara sengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respon terhadap situasi tertentu”. Sedangkan menurut Depdikbud (dalam Hawa, 2016:1-3-1-4) pengertian pembelajaran merujuk pada KBBI yang berarti pembelajaran adalah kata benda yang diartikan sebagai ”proses, cara, menjadikan orang atau makluk hidup belajar”. Kata ini berasal dari kata kerja belajar yang berarti ”berusaha untuk memperoleh kepandaian atau ilmu, berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman”.

Kesimpulan dari pengertian tentang belajar dan pembelajaran yang diungkapkan para ahli di atas terdapat dan hubungan antara pengertian belajar dan pembelajaran. Belajar merupakan proses perubahan perilaku yang dihasilkan dari interaksi antara seorang individu dengan lingkungannya. Sedang pembelajaran adalah proses menciptakan lingkungan tersebut secara segaja, sehingga seseorang tersebut dapat terlibat didalamnya dan terjadi proses belajar yang menghasilkan respon-respon tertentu.

(3)

11

ilmiah melalui pendekatan dan model pembelajaran yang digunakannya. Sehingga, pembelajaran lebih bermakna karena siswa melalui proses tertentu untuk mendapatkan suatu produk IPA.

2.1.3 Hasil Belajar

Terdapat beberapa pendapat para ahli yang berkaitan dengan hasil belajar, antara lain hasil belajar menurut Suprijono (2011:5) adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan. Sudjana (2016:3) berpendapat hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Menurut Bloom dalam Wardani, Slameto dan Winanto (2012:107) hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan hasil belajar merupakan perubahan perbuatan, sikap atau kemampuan seseorang setelah menggalami proses belajar, yang mencakup kemampuan kognitif, afektif dan psikomotrik.

Hasil belajar peserta didik dapat dilihat dari nilai yang diperoleh siswa setelah dilakukan proses penilaian oleh guru dan atau pihak-pihak lain yang bersangkutan. Berdasarkan Permendiknas No. 20 Tahun 2007 Penilaian adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk menentukan pencapaian hasil belajar peserta didik. Permendikbud No. 66 Tahun 2013 Penilaian adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik.

(4)

12

membandingkan angka hasil pengukuran tersebut dengan kriterian tertentu. Kriteria pembanding tersebut dapat ditentukan sebelum proses pengukuran atau ditetapkan setelah proses pengukuran. Kriteria ini dapat berupa:

a. PAP/PAK: Kriteria yang berupa batas kriteria minimal yang telah ditetapkan sebelum proses pengukuran dan bersifat mutlak. Contohnya: Kriteria ketuntasan minimal (KKM) atau batas keberhasilan, kemampuan rata-rata unjuk kerja kelompok, atau berbagai patokan yang lain.

b. PAN/PAR: Kriteria yang ditentukan setelah kegiatan pengukuran dilakukan dan didasarkan pada keadaan kelompok dan bersifat relatif, dan bertujuan untuk mengetahui posisi seseorang dalam kelompok.

Penilaian merupakan proses pengumpulan, pengolahan, pengambaran dan pemberian informasi tentang hasil belajar peserta didik yang telah dibandingkan dengan kriteria tertentu untuk menentukan alternative putusan yang berkaitan dengan peserta didik tersebut. Secara sederhana penilaian juga dapat diartikan sebagai penentuan keputusan lulus/tidaknya seorang peserta didik.

Hasil belajar yang berupa penilaian tersebut harus mengukur semua penguasaan bidang/materi dan aspek perilaku yang dapat diperoleh melalui: penilaian otentik, penilaian diri, penilaian berbasis portofolio, ulangan, ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, ujian tingkat kompetensi, ujian mutu tingkat kompetensi, ujian nasional, dan ujian sekolah/madrasah (Permendikbud No. 66 Tahun 2013). Penilaian yang dilakukan harus dapat mengukur semua derajat pencapaian kompetensi hasil belajar yang dikehendaki dalam stadar proses yang terbagi kedalam tiga ranah, yaitu ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotor.

1. Ranah Kognitif, berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari pengetahuan atau ingatan, pemahaman atau aplikasi, analisi, sintesis dan evaluasi.

(5)

13

3. Ranah Psikomotor, berkenaan dengan hasil belajar berupa keterampilan dan kemampuan bertindak.

Dalam melakukan semua proses penilaian terdapat teknik penilaian yang dapat digunakan guru untuk menilai hasil belajar peserta didik, yakni teknik tes dan non tes:

1. Teknik Tes

Menurut Suryanto Adi (dalam Wardani, Slameto dan Winanto, 2012:70) menyatakan bahwa tes adalah seperangkat pertanyaan atau tugas yang direncanakan untuk memperoleh informasi tentang trait atau sifat atau atribut pendidikan yang setiap butir pertanyaan tersebut mempunyai jawaban atau ketentuan yang dianggap benar.

Teknik tes sendiri terdiri dari berbagai jenis antara lain: a.Tes Tertulis

Tes tertulis adalah tes yang soalnya harus dikerjakan atau dijawab peserta didik dengan memberikan jawaban tertulis. Tes tetulis lebih sesuai untuk mengukur indikator kognitif. Jenis tes tertulis secara umum dapat dibedakan menjadi dua yaitu:

- Tes Objektif, ada yang pilihan ganda, jawaban singkat atau isian, benar salah, dan bentuk menjodohkan.

- Tes Uraian, yang terbagi atas tes uraian objektif (penskoran dapat dilakukan secara objektif) dan tes uraian non-objektif atau subjektif (penskoran sulit dilakukan secara objektif)

b. Tes Lisan

Tes lisan adalah tes yang pelaksanaanya dilakukan dengan mengadakan tanya jawab secara langsung antara pendidik dengan peserta didik dengan tujuan untuk melakukan pengukuran atau menentukan skor. Tes lisan sering digunakan mengukur daya serap serap peserta didik pada ranah kognitif.

c. Tes Tindakan/Perbuatan

(6)

14

dengan perbuatan atau unjuk kerja. Penilaian tes perbuatan dilakukan sejak peserta didik melakukan persiapan, melaksanakan tugas, sampai dengan hasil yang dicapai. Tes perbuatan ini lebih sesuai untuk indikator psikomotorik. Bentuk format penilaian dapat disesuaikan menurut keperluanya, untuk mengukur tes perbuatan yang bersifat individual sebaiknya menggunkan format pengukuran individual. 2. Teknik Nontes

Teknik nontes merupakan berisi pertanyaan atau peryataan yang tidak memiliki jawaban benar atau salah, instrument non tes dapat berbentuk questioner, inventori (daftar pertanyaan), angket, catatan anekdot, daftar cek, skala penilaian, rubrik dll.

Wardani, Slameto dan Winanto (2012: 73) mengemukakan bahawa teknik nontes sangat penting dalam mengases peserta didik pada ranah afektif dan psikomotorik, berbeda dengan teknik tes yang lebih menekankan pada aspek kognitif. Ada beberapa macam teknik nontes, beberapa diantaranya seperti unjuk kerja (performance), penugasan (proyek), tugas individu, tugas kelompok, laporan, ujian praktik dan portofolio.

2.2 Pendekatan Inkuri

2.2.1 Pengertian Pendekatan Inkuri

Pendekatan menurut T. Raka Joni (1991:4) menunjukan cara umum dalam memandang permasalahan atau objek kajian sehingga bedampak. Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa pengertian pendekatan dalam pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginspirasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu.

(7)

15

Winanto & Kristina, 2014:41) kata inkuiri (inquiry) berarti pertanyaan atau penyelidikan. Piaget memberikan definisi pendekatan inkuiri sebagai: pendidikan yang mempersiapkan situasi bagi anak untuk melakukan eksperimen sendiri, mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan mencari sendiri jawaban atas pertanyaan yang mereka ajukan. (Winanto & Kristina, 2014:41). Menurut Gulo dalam Trianto (2009:116) inkuiri berarti suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri. Selain itu inkuiri tidak hanya mengembangkan kemampuan intelektual tetapi seluruh potensi yang ada termasuk pengembangan emosional, keterampilan inkuri merupakan suatu proses yang bermula dari merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, mengumpulan data, menganalisis data, dan membuat kesimpulan.

Amri & Ahmadi (2010: 65) pendekatan inkuri merupakan proses yang meliputi kegiatan-kegiatan observasi, merumuskan pertanyaan atau masalah yang relevan, mengevalusi buku atau sumber lain secara kritis, merencanakan penyelidikan (investigasi) atau eksperimen, melaksanakan penyelidikan dan atau ekperimen, pengumpulan dan analisis data serta pengambilan keputusan. Pendekatan inkuiri berdasarkan pendapat para ahli diatas adalah suatu pendekatan yang menekankan pada proses pembelajaran untuk memperoleh dan mendapatkan informasi melalui proses penemuan menggunakan metode observasi dan atau eksperimen untuk mencari jawaban atau memecahkan masalah terhadap pertanyaan atau masalah yang telah diungkapkan sebelumnya dengan menggunakan kemampuan berpikir sistematis, kritis, logis dan analitis dengan menerapkan langkah-langkah keterampilan inkuiri.

2.2.2 Pengertian Pendekatan Inkuri Terbimbing

(8)

16

(guided inqury), (4) Inkuri siswa mandiri (student directed inquiry) dan (5)

Penelitian siswa (student research)

Pendeketan inkuiri tipe inkuiri terbimbing merupakan kegiatan inkuri dalam hal menentukan topik, pertanyaan atau masalah dikemukakan oleh guru atau bersumber dari buku teks, kemudian siswa bekerja untuk merumuskan prosedur, menganalisis hasil dan mengambil kesimpulan secara mandiri atau kelompok dibawah bimbingan intensif guru. Dalam inkuri terbimbing kegiatan belajar harus dikelola dengan baik oleh guru, untuk peserta didik usia SD guru membimbing penuh langkah demi langkah menuju kesimpulan. Selain itu dipilih pendekatan inkuiri terbimbing ini karena berdasarkan tingkat perkembangan kognitif peserta didik usia sekolah dasar yang masih dalam tahap operasional konkrit, tipe inkuri terbimbinglah yang cocok digunakan untuk menerapakan pembelajaran IPA di sekolah dasar. Pendekatan inkuiri terbimbing, selama proses pembelajaran dalam menerapkan langkah-langkah inkuiri siswa dibimbing penuh oleh guru. Guru menuntun siswa untuk menemukan jawaban dari pertanyaan atau permasalahan yang telah dikemukakan dengan melakukan proses pengamatan.

Penerapan inkuiri ditempuh dengan menerapakan lima langkah dalam kegiatan pembelajaran menurut Eggen & Kauchack (dalam Amri & Ahmadi, 2010:95) yaitu: (1) Merumuskan pertanyaan atau masalah, (2) Merumuskan hipotesis, (3) Mengumpulkan data, (4) Menguji hipotesis, (5) Membuat kesimpulan.

Menurut Trianto, 2009:114 langkah-langkah kegiatan inkuiri adalah sebagai berikut:

1. Merumuskan Masalah

2. Mengamati atau melakukan observasi

3. Menganalisis dan menyajikan hasil dalam tulisan, gambar, laporan, bagan, tabel dan karya lainnya dan

(9)

17

Sedangkan menurut Klusan dan Stone (dalam Winanto & Khristina, 2014:41) pendekatan inkuri memiliki karakteristik sebagai berikut:

1. Menggunakan keterampilan-keterampilan proses IPA. 2. Tidak ada keharusan untuk menyelesaikan unit tertentu.

3. Jawaban-jawaban yang dicari tidak diketahui lebih dulu, dan tidak ada di dalam buku pelajaran. Buku-buku petunjuk yang dipilih berisi pertanyaan-pertanyaan dan sasaran untuk menentukan jawaban, bukan memberi jawaban

4. Murid-murid bersemangat sekali untuk menentukan jawaban atas pertanyaanpertanyaan mereka sendiri

5. Proses pembelajaran berpusat pada pertanyaan-pertanyaan ”mengapa” dan ”bagaimana kita mengetahui”, serta ”betulkah kesimpulan kita ini”. 6. Suatu masalah ditemukan lalu dipersempit hingga terlihat kemungkinan

masalah itu dapat dipecahkan oleh murid. 7. Hipotesis dirumuskan oleh murid-murid.

8. Murid-murid mengusulkan cara-cara pengumpulan data, melakukan eksperimen, mengadakan pengamatan, membaca dan menggunakan sumber-sumber lain.

9. Semua usul ini dinilai bersama, bisa ditentukan pula asumsi-asumsi, keterlibatanketerlibatan dari kesukaran-kesukaran.

10.Murid-murid melakukan penelitian, secara individu atau kelompok, untuk mengumpulkan data yang diperlukan untuk menguji hipotesis. 11.Murid-murid mengolah data dan mereka sampai kepada kesimpulan

sementara, juga diusahakan untuk memberikan penjelasan-penjelasan secara ilmiah.

(10)

18

& Kauchak karena peneliti lebih memahami dibandingkan dengan pendapat ahli yang satunya.

2.2.3 Pentingnya Pembelajaran Berbasis Inkuiri

Inkuri sebagai suatu pendekatan pembelajaran yang mengutamaan proses penemuan dalam kegiatan pembelajaran untuk memperoleh suatu pengetahuan memiliki tujuan yang bermanfaat untuk mempentuk karakter peserta didik. Tujuan utama pembelajaran berbasis inkuiri menurut National Research Council (dalam Amri & Ahmadi, 2010:91) adalah (1) mengembangkan konsep sains; (2) mengembangkan keterampilan ilmiah siswa sehingga mampu bekerja seperti layaknya para ilmuwan; (3) membiasakan siswa bekerja keras untuk memperoleh pengetahuan.

Proses inkuri memberikan kesempatan kepada siswa untuk memiliki pengalaman belajar yang nyata dan aktif, siswa dilatih untuk memecahakan masalah sekaligus mengampil keputusan atau simpulan terhadap masalah tersebut secara langsung. Selain itu, pembelajaran berbasis inkuri memungkinkan siswa untuk belajar sistem karena ketika siswa melakukan suatu penyelidikan atau eksperimen terjadi integrasi dari berbagai disipin ilmu yang melibatkan matematika, bahasa, ilmu sosial, seni atau teknik. Dan juga dalam pembelajaran inkuiri siswa dituntut bertangung jawab penuh terhadap proses belajarnya, karena peran guru hanya sebagai pemberi bimbingan. Guru harus dapat menyesuaikan diri dengan kegiatan yang dilakukan siswa sehingga tidak mengangu proses belajar siswa.

2.3 Penelitian yang Relevan

Penelitian yang hampir mirip pernah dilakukan oleh Siti Rohmiati pada tahun 2009 dengan judul Peningkatan Hasil Belajar IPA dengan Pendekatan Inkuiri Kelas VI SD Negeri Nonokerto Kecamatan Kaliwungu

Kabupaten Kendal. Hasil penelitian menunjukan pembelajaran IPA dengan

(11)

19

Penelitian lain yang juga hampir serupa pernah dilakukan oleh Asih Setyaningsih pada tahun 2010 dengan judul Peningkatan Hasil Belajar IPA dengan Menggunakan Pendekatan Inkuri pada Siswa Kelas IV SD Negeri 2

Nyilir Kecamatan Kendal Kabupaten Kendal. Hasil penelitian menunjukan

bahwa pembelajaran IPA melalui metode inkuiri dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri 2 Nyilir dengan rata-rata nilai siklus I 6,49, rata-rata nilai siklus II 7,25 dan rata-rata siklus III 7,75.

Hasil kajian terhadap penelitian tindakan kelas yang telah dilakukan sebelumnya, pendekatan pembelajaran inkuiri dapat mengatasi masalah pembelajaran khususnya IPA. Penerapan pendekatan inkuiri dapat meningkatkan hasil belajar siswa, dengan acuan yang sudah didapat dan melihat permasalah dilapangan, maka dilakukan penelitian tidakan kelas yang hampir serupa dan sesuai dengan karakteristik anak SD. Menerapkan pendekatan inkuiri tipe inkuiri terbimbing pada proses pembelajaran. Meskipun hampir sama penelitian ini memiliki perbedaan dengan penelitian sebelumnya, jika dalam penelitian sebelumnya belum menghadirkan benda nyata di dalam kelas, maka dalam penelitian kali ini diberikan benda nyata berupa daun dan gambar bunga kepada masing-masing untuk memperoleh suatu pengetahuan dengan melakukan pengamatan terhadap benda nyata tersebut secara langsung.

(12)

20 2.4 Kerangka Pikir

Gambar 2.1 Skema Kerangka Pikir

Berhasil atau tidaknya suatu proses pembelajaran tergantung pada bagaimana cara guru menyampaikan suatu proses pembelajaran tersebut. Pembelajaran yang lebih menekankan kepada pemerolehan pengetahuan membuat pembelajaran kurang bermakna karena siswa hanya memperoleh pengetahuan tanpa tahu dari mana pengetahuan tersebut berasal, sehingga pembelajaran lebih mengarah kepada menghafal dan mengingat pegetahuan saja. Hal tersebut berdampak pada hasil belajar peserta didik yang yang masih rendah terutama dalam mempelajari materi memahami hubungan antara struktur bagian tumbuhan dengan fungsinya.

Hasil Observasi/pengamatan:

Guru dalam melakukan proses pembelajaran belum menggunkan model pembelajaran yang inovatif,

- Belum sesuai dengan karakteristik mata pelajaran

- Belum sesuai dengan karakteristik siswa SD.

Siswa menemukan pengetahuan secara langsung melalui proses pengamatan sehingga dapat berpikir secara:

(13)

21

Hal ini yang menjadi alasan perlu adanya upaya untuk membantu siswa mempelajari materi memahami hubungan antara struktur bagian tumbuhan dengan fungsinya dengan baik dan benar. Penerapan pendekatan inkuri terbimbing mendorong siswa untuk terlibat aktif secara langsung selama proses pembelajaran mulai sejak perencanaan, baik dalam pemilihan topik pembelajaran, bahan serta cara mengamati sampai pada penarikan kesimpulan di bawah bimbingan intesif guru.. Penerapan pembelajaran inkuiri terbimbing dengan mengamati langsung objek kajian membuat siswa dapat berpikir secara sistematis, kritis, logis dan analitis.

Penggunaan pendekatan inkuri terbimbing seperti yang telah disebutkan sebelumnya dimulai dengan penentuan topik. Kemudian menentukan rumusan masalah atau pertanyaan yang akan dijadikan sebagai dasar proses pengamatan. Setelah ditentukan pertanyaan atau masalah, siswa dibimbing untuk melakukan pengamatan atau observasi dan menuliskan hasilnya pada tabel yang telah disediakan. Pada akhir kegiatan siswa diminta untuk presentasi atau menyajikan hasil pengamatannya didepan kelas secara bergantian, sehingga bisa saling bertukar pikiran, gagasan serta informasi, dan pada akhir pembelajaran guru bersama siswa membuat kesimpulan bersama-sama berdasarkan jawaban-jawaban siswa.

Kegiatan pembelajaran dengan menerapakan langkah-langkah pembelajaran inkuri terbimbing seperti sudah dijelaskan diatas sesuai dengan kajian teori dan penelitian yang relevan dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri Sidorejolor 07 semester I tahun ajaran 2016/2017 sampai pada indikator kerja yang telah ditetapkan yaitu 80%.

2.5 Hipotesis Tindakan

Gambar

Gambar 2.1  Skema Kerangka Pikir

Referensi

Dokumen terkait

1 Penelitian studi kasus adalah studi yang mengeksplorasi suatu masalah dengan batasan terperinci, memiliki pengambilan data.. yang mendalam, dan menyertakan

JABATAN FUNGSIONAL PENELITI DARI KEMENTERIAN/LEMBAGA PEMERINTAH NON KEMENTERIAN SIDANG TANGGAL: 30 MARET

Metode uji sensifitas bakteri adalah metode cara bagaimana mengetahui dan mendapatkan produk alam yang berpotensi sebagai bahan anti bakteri serta mempunyai

mendapatkan menatruasi dengan jumlah skor 222 dengan prosentase (34.8%).. Pengaruh pemberian penyuluhan tentang menarche dengan kesiapan menghadapi menarche pada siswi usia

Mempermudah mengetahui posisi Desa Serangan yang disesuaikan dengan ciri- ciri dari masing-masing tahapan.Variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kondisi fisik

Ihwal kemunculan PNPM Kelautan dan Perikanan berasal dari gagasan Kementerian Kelautan dan Perikanan yang ingin meningkatkan produksi perikanan nasional baik itu darat maupun

berjumlah paling banyak 3 (tiga) kali jumlah kebutuhan/ formasi, berdasarkan pada peringkat nilai SKD yang diperoleh sesuai nilai ambang batas (passrng grade) sebagaimana

Menurut Troiden, 1989 (dalam Yang, 2008) individu baru memahami ketertarikan sesama jenis yang dirasakan dan mulai come-out as a gay pada waktu dewasa dimana individu