• Tidak ada hasil yang ditemukan

Krisis ekonomi global krisis final

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Krisis ekonomi global krisis final"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

KRISIS EKONOMI GLOBAL

DAMPAK DAN MITIGASINYA DI INDONESIA

Kelompok 1 - 9B D4

Khusus

Adang M. Sugir i - 01

Hendr y Dar mawan - 11

Nar anggi Pr amudya Soko - 21

(2)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI... 1

PENDAHULUAN ... 2

DAM PAK TERJADINYA KRISIS EKONOM I GLOBAL BAGI INDONESIA ... 7

I. Ekonomi M akro ... 8

II. Korporasi & BUM N sekt or energi (PLN) ... 9

III. Sekt or Keuangan... 9

BEBERAPA SOLUSI M ENGATASI KRISIS EKONOM I GLOBAL YANG PERNAH DILAKUKAN... 10

I. Sekt or Ekonomi M akro ... 10

II. Level Korporasi & BUM N sekt or energi (PLN) ... 11

III. Sekt or Keuangan... 12

IV. Pembent ukan Badan Khusus di Eropa... 14

ALTERNATIF SOLUSI YANG DAPAT DILAKUKAN OLEH PEM ERINTAH INDONESIA UNTUK M EM ITIGASI DAM PAK TERJADINYA KRISIS EKONOM I DI M ASA DEPAN... 15

(3)

PENDAHULUAN

Krisis ekonomi global merupakan peristiwa dimana seluruh sektor ekonomi pasar dunia mengalami keruntuhan atau degresi dan mempengaruhi sektor lainnya diseluruh dunia. Krisis ekonomi global terjadi diakibatkan oleh permasalahan ekonomi pasar diseluruh dunia dan tidak dapat terelakan karena kebangkrutan ataupun terdapatnya situasi yang kacau. Sejarah mencatat krisis ekonomi global sudah terjadi dari ratusan tahun yang lalu dan terus berulang sampai saat ini. Salah satu krisis ekonomi global yang kita alami adalah pada tahun 2008 dimana terjadi depresi ekonomi yang berawal dari krisis keuangan amerika serikat yang diakibatkan oleh banyaknya default payment dari instrument credit default swap pada pasar keuangan Amerika Serikat.

Berikut ini adalah sejarah singkat tentang terjadinya krisis ekonomi global.

 Tahun 1797

Pada tahun ini telah terjadi krisis ekonomi yang diakibatkan oleh deflasi pada Bank of

England yang kemudian meluas hingga lautan atlantik dan Amerika Utara. Krisis

ekonomi ini menyebabkan hancurnya perdagangan pada Amerika Serikat sampai dengan Karibia pada bidang perdagangan dan pemasaran real estate. Krisis ekonomi ini berlangsung sampai tahun 1800.

 Tahun 1807

Pada periode ini krisis ekonomi terjadi selama tujuh tahun dimulai dari tahun 1807 sampai dengan 1814. Krisis ekonomi ini diakibatkan oleh disahkannya Undang- Undang embargo Amerika Serikat pada kongres saat presiden Thomas Jefferson. Hal ini menyebabkan industry yang berhubungan dengan pengapalan menghadapi kehancuran. Akibat adanya embargo ini kaum federal berusaha melawan dengan melakukan penyelundupan di New England.

 Tahun 1819

Pada periode ini krisis ekonomi terjadi selama lima tahun mulai dari tahun 1819 sampai dengan 1824. Ini merupakan krisis ekonomi yang memiliki dampak besar mulai dari bangkrutnya sektor perbankan, banyaknya pengangguran serta merosotnya sektor pertanian dan industry manufaktur.

 Tahun 1837

Krisis ekonomi ini terjadi disebabkan karena kegagalan sektor perbankan dan kurangnya keyakinan terhadap uang kertas sehingga ekonomi Amerika runtuh. Krisis ini berlangsung antara tahun 1837 sampai dengan 1843.

 Tahun 1857

Terjadi selama tiga tahun hingga tahun 1860. Kejatuhan Perusahaan Asuransi Hidup dan Kepercayaan Ohio menimbulkan ledakan spekulasi di sektor transportasi Amerika Serikat. Lebih dari 5000 bisnis gagal kurang dari setahun sejak terjadinya kepanikan dan kaum pengangguran melakukan protes di kawasan urban

 Tahun 1873

(4)

spekulasi terhadap perang saudara di Amerika. Undang-undang koin 1873 juga memberikan kontribusi dalam jatuhnya harga perak yang menghancurkan industri pertambangan Amerika Utara. Selain itu Runtuhnya Bursa Efek Vienna menyebabkan depresi ekonomi yang menyebar ke seluruh dunia. Ini sangat penting dicatat dimana pada periode ini, produksi industri global meningkat pesat. Di Amerika Serikat misalnya, pertumbuhan produksi mencapai empat kali lipat.

 Tahun 1893

Terjadi selama tiga tahun hingga 1896. Terjadi akibat kegagalan Reading Railroad Amerika Serikat dan penarikan investor Eropa terhadap pasar saham serta jatuhnya bank-bank.

 Tahun 1919

Terjadi selama tiga tahun hingga 1921. Terjadinya hiper inflasi di Eropa menyebabkan kelebihan produksi besar-besaran di Amerika Utara.

 Tahun 1929

(5)

saham di seluruh dunia saat itu berjatuhan dan bank-bank di Amerika Serikat mengalami kebangkrutan. Jutaan pengangguran bermunculan dan kemiskinan merajalela.

 Tahun 1945

Jerman mengalami hyper inflasi akibat perang dunia kedua serta krisis Perbankan di Nigeria Akibat pertumbuhan bank yang tidak teregulasi dengan baik pada tahun 1945. Pada saat yang sama, Perancis mengalami hyperinflasi sejak tahun 1944 sampai 1966.

 Tahun 1953

Terjadi selama satu tahun. Setelah periode inflasi perang Korea berakhir, banyak uang yang ditransferkan untuk keamanan nasional Amerika Serikat. Berubahnya kebijakan The Fed yang lebih membatasi tahun 1952 menyebabkan terjadinya inflasi yang lebih lanjut.

 Tahun 1973

Terjadi selama dua tahun hingga 1975. Naiknya harga minyak yang ditetapkan oleh OPEC dan tingginya biaya yang dikeluarkan Amerika Serikat pada Perang Vietnam menyebabkan terjadinya stagflasi di Amerika Serikat. Selain itu pada saat bersamaan pada tahun 1973 – 1874 terjadi krisis perbankan kedua di Inggris yang diakibatkan oleh Bank of England yang meningkatkan kompetisi pada supply of credit dan pada tahun 1974 Krisis pada Euro dollar Market akibat west German Bankhaus ID Herstatt gagal mengantisipasi international crisis

 Tahun 1980

Terjadi di awal tahun 1980 selama dua tahun, revolusi Iran membuat melonjaknya harga minyak dan munculnya krisis energi 1979. Pergantian rezim di Iran menyebabkan menurunnya pasokan minyak sehingga harga minyak melambung. Ketatnya kebijakan moneter di Amerika Serikat untuk mengontrol inflasi menyebabkan terjadi resesi lainnya.

 Tahun 1990

Terjadi selama satu tahun dimana perdagangan produk industri dan manufaktur menurun.

 Tahun 1997

Pada tahun 1997-2002 krisis keuangan melanda Asia Tenggara, krisis yang dimulai di Thailand, Malaysia kemudian Indonesia, akibat kebijakan hutang yang tidak transparan. Krisis Keuangan di Korea; memiliki sebab yang sama dengan Asteng. Kemudian, pada tahun 1998 terjadi krisis keuangan di Rusia dengan jatuhnya nilai Rubel Rusia (akibat spekulasi) Selanjutnya krisis keuangan melanda Brazil di tahun 1998. pada saat yang hampir bersamaan krisis keuangan melanda Argentina di tahun 1999.

 Tahun 2000

(6)

yang berbasis teknologi ini jatuh bebas. Index trading Nasdaq jatuh hingga 78% pada Oktober 2002. Kecelakaan itu memiliki dampak yang lebih luas, dengan bisnis investasi jatuh dan perlambatan ekonomi AS pada tahun berikutnya, proses ini diperburuk oleh serangan 9/11, yang menyebabkan market ditutup sementara diikuti dengan beredarnya banyak spekulasi mengenai konspirasi dalam insiden jatuhnya 2 tower WTC setelah ditabrak oleh 2 pesawat jet komersial. Federal Reserve, sebagai bank sentral AS segera mengambil langkah protektif dan memangkas suku bunga sepanjang tahun 2001 dan secara bertahap menurunkan suku bunga dari 6,25% menjadi 1% untuk merangsang pertumbuhan ekonomi.

 Tahun 2008

Krisis global tahun 2008 yang berawal dari krisis keuangan Amerika Serikat terjadi karena banyaknya default payment dari instrumen credit default swap di pasar keuangan Amerika Serikat. Subprime mortgage merupakan istilah untuk kredit perumahan

(mortgage) yang diberikan kepada debitor dengan sejarah kredit yang buruk atau belum memiliki sejarah kredit sama sekali, sehingga digolongkan sebagai kredit yang berisiko tinggi. Penyaluran subprime mortgage di AS mengalami peningkatan pesat yakni sebesar US$ 200 miliar pada 2002 menjadi US$ 500 miliar pada 2005. Meskipun subprime

mortgage yang menjadi awal terciptanya krisis, namun sebenarnya jumlahnya relatif

kecil dibandingkan keseluruhan kerugian yang dialami oleh perekonomian dunia secara keseluruhan. Kerugian besar yang terjadi bersumber dari praktik pengemasan subprime

mortgage tersebut ke dalam berbagai bentuk sekuritas lain, yang kemudian

diperdagangkan di pasar finansial global. Pada tahap pertama, sekuritisasi dilaksanakan terhadap sejumlah subprime mortgage sehingga menjadi sekuritas yang disebut

mortgage-backed securities (MBS). Dalam sistem keuangan modern, praktik sekuritisasi

MBS ini merupakan suatu hal yang telah lazim, dan bahkan pada tahun 2006 jumlah kredit perumahan di AS (mortgage) yang disekuritisasi menjadi MBS telah mencapai hampir 60% dari seluruh outstanding kredit perumahan. Proses sekuritisasi ini melibatkan pihak ketiga baik institusi pemerintah (antara lain lembaga Fannie Mae dan Freddie Mac) maupun swasta. Dalam proses sekuritisasi ini, pihak ketiga melakukan pengemasan dengan melakukan penggabungan sejumlah mortgage, yang selanjutnya dijual kepada investor yang berminat. Untuk menanggulangi risiko gagal bayar (default), maka pihak ketiga sekaligus bertindak sebagai penjamin. Praktik sekuritisasi mortgage ini ternyata tidak berhenti sampai di sini. Melalui rekayasa keuangan (financial

engineering) yang kompleks, MBS kemudian diresekuritisasi lagi menjadi jenis sekuritas

(7)

lembaga-lembaga pemeringkat internasional, yang cenderung underpricing terhadap risiko dari produk-produk derivatif di atas. Kondisi ini pada akhirnya memberi pukulan berat pada pasar perumahan AS, yang ditandai dengan banyaknya debitur yang mengalami gagal bayar. Gelombang gagal bayar yang terjadi bersamaan dengan jatuhnya harga rumah di AS, akhirnya menyeret semua investor maupun lembaga yang terlibat dalam penjaminan ke dalam persoalan likuiditas yang sangat besar. Salah satu yang terkena dampak buruk dan harus bangkrut diantaranya adalah Lehman Brothers. Raksasa-raksasa finansial tak ada satupun yang bisa lari dari dampak buruk krisis ini. Krisis yang disebabkan gagal bayar (default) ini menunjukkan bahwa institusi keuangan harus mengontrol likuiditasnya lebih cermat dengan melakukana menajemen resiko yang efektif dan efisien. Maka dari itu, pertumbuhan permintaan (demand) terhadap manajemen resiko yang efektif dan lebih transparan semakin bertambah besar dalam pasar keuangan internasional.

 Tahun 2011

Pada tahun ini terjadi krisis pada kawasan Euro (Eurozone Sovereign debt crisis), krisis ini disebabkan oleh akumulasi dari ketidakseimbangan fiskal, ekonomi, perbankan dan pasar keuangan secara keseluruhan terutama disaat-saat siklus kredit berada pada titik balik (OECD,2012).peningkatan ekonomi yang terjadi dibeberapa Negara Euro tidak diikuti dengan peningkatan pengawasan terhadap pengawasan pada sektor keuangan. Suku bunga yang rendah pada saat itu membuat kenaikan kredit konsumsi terutama untuk pembelian properti tanpa adanya persyaratan yang ketat. Kondisi ini menyebabkan penggelembungan nilai properti yang pada saat terjadi permasalahaan kredit diambil alih dan di konversikan menjadi utang pemerintah dalam bentuk bail out pemerintah. Sementara itu di Negara yunani ketidakmampuan pemerintah membayar gaji pegawai sektor publik meningkatkan utang pemerintah dalam waktu yang cepat.

Dari data diatas telah terjadi beberapa kali krisis besar yang melanda banyak negara. Fakta ini menunjukkan bahwa secara rata-rata, setiap 5 tahun terjadi krisis keuangan hebat yang mengakibatkan penderitaan bagi ratusan juta umat manusia. Krisis ekonomi global yang telah terjadi memiliki penyebab yang berbeda-beda. Banyak para ahli berpendapat bahwa kerapuhan fundamental ekonomi (fundamental economic fragility) adalah merupakan penyebab utama munculnya krisis ekonomi. Hal ini seperti disebutkan oleh Michael Camdessus (1997), Direktur International Monetary Fund (IMF) dalam kata-kata sambutannya pada Growth-Oriented Adjustment Programmes (kurang lebih) sebagai berikut: "Ekonomi yang mengalami inflasi yang tidak terkawal, defisit neraca pembayaran yang besar, pembatasan perdagangan yang berkelanjutan, kadar pertukaran mata uang yang tidak seimbang, tingkat bunga yang tidak riilistik, beban hutang luar negeri yang membengkak dan pengaliran modal yang berlaku berulang kali, telah menyebabkan kesulitan ekonomi, yang akhirnya akan memerangkapkan ekonomi negara ke dalam krisis ekonomi".

(8)

dikategorikan dengan riba. Sektor keuangan berkembang cepat melepaskan dan meninggalkan jauh sektor riil.

Bahkan ekonomi kapitalis, tidak mengaitkan sama sekali antara sektor keuangan dengan sektor riil. Hal ini menyebabkan ketidakseimbangan antara sektor moneter dan sektor riil. Pakar manajamen tingkat dunia, Peter Drucker, menyebut gejala ketidak seimbangan antara arus moneter dan arus barang/jasa sebagai adanya decopling, yakni fenomena keterputusan antara maraknya arus uang (moneter) dengan arus barang dan jasa. Fenomena ketidakseimbangan itu dipicu oleh maraknya bisnis spekulasi (terutama di dunia pasar modal, pasar valas dan properti), sehingga potret ekonomi dunia seperti balon saja (bubble economy). Disebut ekonomi balon, karena secara lahir tampak besar, tetapi ternyata tidak berisi apa-apa kecuali udara. Ketika ditusuk, ternyata kosong. Dari perumpamaan tersebut dapat kita ketahui bahwa bublle economy adalah sebuah ekonomi yang besar dalam perhitungan kuantitas moneternya, namun tak diimbangi oleh sektor riil, bahkan sektor riil tersebut amat jauh ketinggalan perkembangannya.

Robin Hahnel dalam artikelnya Capitalist Globalism In Crisis: Understanding the

Global Economic Crisis (2000), mengatakan bahwa globalisasi - khususnya dalam financial

market, hanya membuat pemegang asset semakin memperbesar jumlah kekayaannya tanpa melakukan apa-apa. Dalam kacamata ekonomi Islam, mereka meraup keuntungan tanpa 'iwadh (aktivitas bisnis riil,seperti perdagangan barang dan jasa riil) Mereka hanya memanfaatkan fasilitas-fasilitas yang terdapat dalam pasar uang dengan kegiatan spekulasi untuk menumpuk kekayaan mereka tanpa kegiatan produksi yang riil. Dapat dikatakan uang tertarik pada segelintir pelaku ekonomi serta meninggalkan lubang yang terbuka pada sebagian besar aspek ekonomi. “They do not work, they do not roduce, they trade money for

stocks, stocks for bonds, dollars for yen, etc.They speculate that some way to hold their wealth will be safer and more remunerative than some other way. Broadly speaking, the global credit system has been changed over the past two decades in ways that pleased the speculators (Hahnel, 2000). Hahnel juga menyoroti bagaimana sistem kredit atau sistem

hutang sudah memerangkap perekonomian dunia sedemikian dalam. Apalagi mekanisme bunga (interestrate) juga menggurita bersama sistem hutang ini. Yang kemudian membuat sistem perekonomian harus menderita ketidak seimbangan kronis. Sistem hutang ini menurut Hahnel hanya melayani kepentingan spekulator, kepentingan segelintir pelaku ekonomi. Namun segelintir pelaku ekonomi tersebut menguasai sebagian besar asset yang ada di dunia.

DAMPAK TERJADINYA KRISIS EKONOMI GLOBAL BAGI

INDONESIA

(9)

kehidupan ekonomi di dalam negeri. Krisis ekonomi global bisa diumpamakan sebagai deretan kartu domino yang diatur sejajar, jika pemain utamanya terjatuh maka akan membawa dampak buruk terhadap yang lainnya (efek domino). Krisis ekonomi pada tahun 2008 yang terjadi di Indonesia pada dasarnya berakar dari terjadinya capital flight. Perputaran modal yang terjadi di pasar sebagian besar berasal dari modal asing, sehingga pada saat investor asing menarik modalnya akibat krisis yang terjadi di negaranya hal ini akan turut mempengaruhi kondisi perekonomian Indonesia. Dampak krisis ekonomi global tahun 2008 di Indonesia dapat dibagi menjadi 3 (tiga) sektor berikut.

I. Ekonomi Makro

Sektor ekonomi makro secara umum terdiri dari dua hal, yaitu fiskal dan moneter. Krisis ekonomi yang terjadi akan secara langsung berdampak kepada keduanya. Dalam teori pendapatan agregat (Y), fiskal dan moneter akan mempengaruhi seluruh elemen pendapatan agregat, yaitu Governement Expenditure (G), Consumption (C), Investation (I), dan Net Export (X-M).

a) Sektor Fiskal

i. Penurunan penerimaan pajak. Pajak merupakan tulang punggung penerimaan negara, sekitar 80% penerimaan Indonesia dihasilkan dari pajak. Capital flight yang terjadi di Indonesia pada saat krisis memicu penurunan harga saham-saham korporasi besar di Indonesia yang pada akhirnya berujung pada penurunan output dan PHK besar-besaran. Hal ini tentunya berimbas juga pada turunnya pendapatan negara dari pajak.

ii. Pembengkakan beban utang negara. Krisis ekonomi berimbas juga pada turunnya nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing. Akibatnya, beban utang pemerintah Indonesia yang berasal dari luar negeri yang menggunakan mata uang asing mengalami pembengkakan.

iii. Neraca perdagangan semakin defisit. Turunnya tingkat Konsumsi dan Investasi, pada gilirannya menurunkan permintaan bahan-bahan pendukung industri/pabrik di hampir semua negara. Harga Minyak, Gas dan Komoditas lainnya termasuk Nikel dan bijih tambang lainnya yang merupakan komoditi ekspor andalan Indonesia, terus merosot.

b) Sektor Moneter

i. Penurunan nilai tukar rupiah. Krisis ekonomi global yang terjadi berimbas pada turunnya nilai tukar rupiah secara signifikan. Nilai tukar rupiah terus merosot tajam dari sekitar Rp 9.500,- per USD pada 30 September 2008 menjadi berada di kisaran Rp 11.000,- per USD pada 31 Desember dan terus merangkak naik.

ii. Kenaikan BI rate. Kenaikan BI rate tidak terhindarkan lagi untuk

(10)

bunga kredit. Ini menyebabkan tersendatnya pertumbuhan ekonomi terutama pada sektor property yang sangat bergantung pada kredit.

II. Korporasi & BUMN s e ktor e ne rgi (PLN)

Korporasi selalu menjadi korban yang paling merasakan dampak terjadinya krisis ekonomi yang terjadi. Sebagai salah satu pelaku ekonomi yang merupakan cerminan dari Investasi (I) pada rumus pendapatan agregat, korporasi merupakan pemain penting dalam perekonomian suatu negara. Beberapa dampak krisis ekonomi 2008 terhadap sektor korporasi dan BUMN sektor energi (PLN) adalah:

a) Capital flight dan penurunan output dan investasi. Besarnya modal asing yang ditarik dari pasar Indonesia pada gilirannya memicu penurunan harga saham perusahaan dan penurunan ouput yang pada akhirnya menurunkan tingkat investasi (I). Penurunan output ini pada akhirnya juga akan berimbas pada terjadinya PHK (yang akan berimbas lagi pada penurunan consumption). Tercatat, pada akhir tahun 2008 sebanyak 66.000 pekerja mengalami PHK.

b) Kenaikan harga tarif dasar listrik karena melemahnya nilai tukar rupiah. PLN merupakan perusahaan yang sebagian besar pengeluarannya berbentuk valas, oleh karena itu perusahaan ini sangat sensitif terhadap penurunan nilai tukar rupiah. Penurunan nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing akan mengakibatkan membengkaknya biaya operasional PLN, yang pada akhirnya memaksa pemerintah untuk menaikkan tarif dasar listrik pada pertengahan tahun 2009 yang berkisar antara 6 – 18 persen tergantung jenis pelanggan. Kenaikan tersebut harus dilakukan untuk menghindari anggaran subsidi yang terus membengkak. Tak pelak, kenaikan tarif dasar listrik akan menaikkan selueruh biaya operasional pelaku ekonomi sehingga inflasi tidak terhindarkan.

III. Se ktor Ke uangan

(11)

BEBERAPA SOLUSI MENGATASI KRISIS EKONOMI GLOBAL

YANG PERNAH DILAKUKAN

I. Se ktor Ekonomi Makro

Di Indonesia, urusan fiskal menjadi tanggung jawab pemerintah (dalam hal ini menteri keuangan) sedangkan urusan moneter merupakan kewenangan Bank Indonesia (bank sentral Indonesia). Beberapa solusi yang pernah dilakukan baik di Indonesia maupun di negara lain adalah:

a) Kebijakan Fiskal :

i. Mengurangi defisit anggaran. Dalam kondisi resesi atau menuju resesi, pada umumnya negara yang sedang mengalaminya akan segera mengurangi defisit anggaran yang terjadi. Langkah – langkah yang umum dilakukan untuk mengurangi defisit anggaran adalah dengan melakukan penghematan anggaran seperti ; memotong anggaran sosial (Thailand 1998), penundaan proyek infrastruktur, menghapus subsidi dan pembebasan pajak pertambahan nilai, dan menyesuaikan harga-harga barang dan jasa yang dikontrol oleh pemerintah seperti listrik dan bahan bakar minyak, serta menerbitkan obligasi negara (Indonesia 1998).

ii. Mengurangi tingkat utang valas. Utang dalam bentuk valas memiliki risiko yang lebih tinggi karena nilainya akan terpengaruhi nilai tukar mata uang nasional terhadap valas. Penurunan nilai tukar mata uang nasional akan mengakibatkan pembengkakan beban utang valas yang dimiliki oleh pemerintah. Pada tahun 1998, Indonesia menerbitkan obligasi negara untuk pertama kalinya dan mengakhiri kebijakan untuk tidak melakukan pinjaman dalam negeri yang diberlakukan sebelumnya.

iii. Saat krisis pada kawasan Euro (Eurozone Sovereign debt crisis) pada tahun 2011 sampai dengan 2012, pemerintah melakukan tindakan berupa memaksimalkan dana cadangan risiko fiskal untuk mengantisipasi dampak dari krisis ekonomi tersebut. Dimana pada tahun 2012 pemerintah meningkatkan cadangan risiko fiskal menjadi sebesar 15,8 triliun dimana hal ini jauh lebih besar dibandingkan tahun 2011 yang hanya sebesar 4,7 triliun. Dana cadangan fiskal ini akan digunakan sebagai biaya untuk memitigasi risiko perubahan asumsi ekonomi makroakibat factor ketidakpastian ekonomi global.

(12)

v. Pembelian surat berharga (saham) portofolio investasi di pasar modal dalam rangka stabilisasi bursa pada tahun 2009 oleh Pusat Investasi Pemerintah.

b) Kebijakan Moneter

i. Mengamankan persediaan stok valas. Langkah ini digunakan untuk mencegah terjadinya undersupply atas valas yang dapat menekan nilai mata uang nasional. Indonesia melakukan hal ini pada tahun 2008 dengan jalan menurunkan setoran valas ke Bank Indonesia.

ii. Menjaga likuiditas perbankan. Meningkatnya kredit macet pada saat terjadinya krisis ekonomi akan mempengaruhi likuiditas perbankan. Pada tahun 2008, Indonesia menurunkan Giro Wajib Minimum (GWM) dari 9,08% menjadi 7,5% serta menaikkan jaminan risiko deposito nasabah dari Rp 100juta menjadi Rp 2Miliar.

iii. Menjaga tingkat inflasi. Langkah ini umum dilakukan oleh pemerintah suatu negara yang sedang mengalami krisis guna mempertahankan kemampuan tingkat konsumsi masyarakat.

iv. Stabilitas nilai tukar. Penurunan nilai tukar nasional akan secara langsung mempengaruhi neraca perdagangan satu negara dan menurunkan kepercayaan investor asing untuk menanamkan modalnya. Oleh karena itu menjaga stabilitas nilai tukar menjadi hal yang wajib dilakukan oleh pemerintah.

v. Mencegah terjadinya penarikan dana investasi asing (capital flight). Negara yang sedang mengalami krisis akan membutuhkan dana yang tidak sedikit untuk menggerakkan roda perekonomiannya. Dalam upayanya mengatasi krisis pada tahun 2008, Indonesia menaikkan tingkat suku bunga Bank Indonesia hingga 9,5% guna menarik minat investor asing. vi. Bank Indonesia dan perbankan nasional membangun sistem agar kredit

bisa mendorong sektor riil. Di samping itu, masih menurut Kepala Negara, pemerintah akan menjalankan kewajibannya untuk memberikan insentif dan kemudahan secara proporsional.

vii. Memperluas cakupan pinjaman yang diberikan oleh pemerintah. Pemerintah mengendorkan spesifikasinya dalam memberikan pinjaman. Dengan cara ini, pemerintah dapat memberikan pinjaman kepada peminjam yang lebih beresiko untuk meningkatkan perputaran uang di pasar. Cara ini dilakukan oleh Bank Indonesia dan Federal Bank of America untuk menjaga tingkat investasi (I) dalam upayanya menanggulangi krisis 2008.

II. Le ve l Korporasi & BUMN se ktor e ne rgi (PLN)

(13)

berupaya melindungi pelaku ekonomi ini dalam masa krisis. Beberapa hal yang pernah dilakukan baik di Indonesia maupun di negara lain adalah:

a) Nasionalisasi perusahaan swasta. Langkah ini dilakukan oleh pemerintah Inggris pada tahun 2008 (Northern Rock, Bradford & Bingley) dan pemerintah Amerika Serikat pada tahun yang sama (Fannie Mae & Freddie Mac). Nasionalisasi ini bertujuan untuk menyelamatkan perusahaan terkait dengan harapan perusahaan tersebut dapat terselamtkan dari kebangkrutan sehingga tingkat investasi (I) dapat terjaga dan PHK dapat terhindari.

b) Buyback saham korporasi milik pemerintah. Langkah ini ditempuh untuk mencegah terus menurunnya harga saham korporasi milik pemerintah di pasar modal akibat capital flight. Indonesia melakukan hal ini pada tahun 2008 dengan meminta korporasi pemerintah (BUMN) melakukan buyback saham di bursa efek.

c) Hedging harga bahan bakar minyak. Bahan bakar minyak merupakan bahan baku yang esensial bagi PLN dimana sebagian besar pembangkit listrik yang ada masih menggunakan bahan bakar minyak sebagai bahan bakar utamanya. Oleh karena itu, harga bahan bakar minyak yang fluktuatif membuat beban yang ditanggung oleh PLN menjadi sulit diprediksi. Dengan melakukan

hedging pada harga yang relatif rendah, maka PLN dapat lebih memprediksikan beban operasionalnya kedepan sehngga dapat menciptakan strategi cash flow yang baik. Sejak tahun 2012, PLN dan beberapa BUMN lainnya yang berkepentingan terhadap fluktuasi harga bahan bakar minyak seperti Garuda Indonesia telah melakukan hedging ini.

III. Se ktor Ke uangan

Seperti halnya korporasi, sektor keuangan juga berperan penting dalam membantu berputarnya roda perekonomian. Mandeknya sektor ini secara langsung akan mempengaruhi tersendatnya perputaran roda ekonomi sehingga menghambat pertumbuhan ekonomi suatu negara. Beberapa hal yang pernah dilakukan oleh beberapa negara yang mengalami krisis ekonomi diantaranya adalah:

a) Pemberian jaminan bagi perusahaan pembiayaan yang bersedia membantu perusahaan pembiayaan lain yang kolaps. Dalam menghadapi krisis tahun 2008, pemerintah Amerika Serikat memberikan jaminan senilai US$ 30 miliar kepada JP Morgan Chase untuk mengambil alih Bear Stearns.

b) Menutup bank-bank yang tidak sehat. Hal ini pernah dilakukan oleh pemerintah Indonesia pada rentang waktu April 1998 sampai dengan Oktober 1999 terhadap bank-bank yang mempunyai tingkat kecukupan modal (CAR) kurang dari negatif 25%.

(14)

2008 dimana pemerintah Amerika Serikat menggelontorkan dana sebesar US$ 125 miliar yang digunakan untuk membeli saham-saham perbankan. Jepang mengucurkan dana sebesar 10 Triliun Yen kepada bank-bank yang mengalami penurunan. Indonesia sendiri pernah melakukan ini pada saat krisis ekonomi 1998, dimana bank yang mendapat suntikan dana adalah bank yang memiliki kecukupan modal (CAR) sampai dengan negatif 25%. Suntikan dana diberikan hingga bank tersebut mampu mencapai tingkat kecukupan modal positif 4%. Pada tahun 2008 Indonesia juga melakukan hal yang sama dimana dana diberikan kepada Bank Century.

d) Pembentukan otoritas jasa keuangan (OJK) yang diharapkan mampu menjawab tantangan dari globalisasi yang meliliki tujuan agar keseluruhan kegiatan dalam sektor jasa keuangan terselenggara secara teratur, adil, transparan dan akuntabel sehingga akan mampu mewujudkan sistem jasa keuangan baik itu sektor perbankan, pasar modal, perasuransian, dana pension, lembaga pembiayaan, dan lembaga jasa keuangan lainnya yang tumbuh secara berkelanjutan dan stabil.

Selain hal-hal yang telah dilakukan dalam memitigasi risiko dari krisis ekonomi global diatas, pemerintah juga memiliki peran untuk menenangkan masyarakat dan para pelaku pasar agar tidak terjadi rush penarikan dana yang akan semakin menurunkan angka Investasi (I), hal ini dilakukan pemerintah dengan memberikan arahan atau himbauan kepada masyarakat dari berbagai sektor. Berikut ini beberapa arahan dari pemerintah Indonesia dalam menghadapi dampak krisis ekonomi global pada tahun 2008

1. Presiden mengajak semua pihak dalam menghadapi krisis global harus terus memupuk rasa optimisme dan saling bekerjasama sehingga bisa tetap menjagar kepercayaan masyarakat.

2. Pertumbuhan ekonomi sebesar enam persen harus terus dipertahankan antara lain dengan terus mencari peluang ekspor dan investasi serta mengembangkan perekonomian domestik.

3. Semua pihak lebih kreatif menangkap peluang di masa krisis antara lain dengan mengembangkan pasar di negara-negara tetangga di kawasan Asia yang tidak secara langsung terkena pengaruh krisis keuangan AS.

4. Menggalakkan kembali penggunaan produk dalam negeri sehingga pasar domestik akan bertambah kuat.

5. Perlunya penguatan kerjasama lintas sektor antara pemerintah, Bank Indonesia, dunia perbankan serta sektor swasta.

6. Semua kalangan diharapkan untuk menghindari sikap ego-sentris dan memandang remeh masalah yang dihadapi.

7. Ajakan pada kalangan dunia usaha untuk tetap mendorong sektor riil dapat bergerak. Bila itu dapat dilakukan maka pajak dan penerimaan negara bisa terjaga dan juga tenaga kerja dapat terjaga.

(15)

partisan, serta mengedepankan kepentingan rakyat di atas kepentingan golongan maupun pribadi termasuk dalam kebijakan-kebijakan politik.

9. Presiden meminta semua pihak melakukan komunikasi yang tepat dan baik pada masyarakat. Tak hanya pemerintah dan kalangan pengusaha, serta perbankan, Kepala Negara juga memandang peran pers dalam hal ini sangat penting karena memiliki akses informasi pada masyarakat.

IV. Pe mbe ntukan Badan Khusus di Eropa

Dalam upayanya untuk menanggulangi krisis ekonomi global yang terjadi pada tahun 2008, Uni Eropa membentuk suatu badan keuangan khusus, yaitu The European Stability Mechanism (ESM) dan Fasilitas Stabilitas Keuangan Eropa (EFSF).

1. Fasilitas Stabilitas Keuangan Eropa (EFSF) adalah sebuah kendaraan khusus yang didanai oleh anggota-anggota zona euro untuk menekan krisis utang nasional Eropa. Pendiriannya disetujui oleh 27 negara anggota Uni Eropa pada 9 Mei 2010 dengan tujuan melindungi stabilitas keuangan di Eropa dengan menyediakan bantuan keuangan kepada negara-negara zona euro ketika menghadapi kesulitan ekonomi. Fasilitas ini berkantor pusat di Luxembourg City, dan Bank Investasi Eropa menyediakan jasa manajemen keuangan dan dukungan administratif melalui kontrak tingkat jasa. EFSF diberi hak untuk meminjam €440 miliar. Sebuah entitas lain bernama Mekanisme Stabilisasi Keuangan Eropa (EFSM), sebuah program yang bergantung pada dana yang dikumpulkan di pasar finansial dan dijamin oleh Komisi Eropa menggunakan anggaran Uni Eropa sebagai kolateralnya, memiliki hak untuk menggalang €60 miliar.1

1. The European Stability Mechanism (ESM) adalah sebuah organisasi internasional

yang terletak di Luxembourg yang didirikan pada 27 September 2012 sebagai tembok permanen bagi zona eropa untuk menjaga dan memberikan akses cepat ke program bantuan keuangan bagi negara-negara anggota zona eropa dalam kesulitan keuangan, dengan kapasitas kredit maksimum sebesar € 500 miliar. ESM menggantikan dua program pendanaan Uni Eropa sebelumnya: Fasilitas Stabilitas Keuangan Eropa (EFSF) dan Mekanisme Keuangan Eropa Stabilization (EFSm). Semua dana talangan baru untuk setiap negara anggota zona euro sekarang akan ditanggung oleh ESM, sedangkan EFSF dan EFSm akan terus menangani transfer uang dan monitoring program pinjaman bailout yang disetujui sebelumnya seperti ke Irlandia, Portugal dan Yunani.2

1

ht t p:/ / id.w ikipedia.org/ w iki/ Fasilit as_St abilit as_Keuangan_Eropa

2

(16)

ALTERNATIF SOLUSI YANG DAPAT DILAKUKAN OLEH

PEMERINTAH INDONESIA UNTUK MEMITIGASI DAMPAK

TERJADINYA KRISIS EKONOMI DI MASA DEPAN

1. Penggunaan Hedging dalam Konteks yang Lebih Luas

Menurut Joel G. Siegel dan Jae K. Shim (1987), hedge atau lindung nilai adalah “proses melindungi diri sendiri terhadap perubahan harga yang tidak menyenangkan. Jadi seseorang dapat memasuki pembelian atau penjualan yang mengimbangi untuk menekan keseimbangan perubahan yang tidak menyenangkan dalam persetujuan yang telah dijalankan karena adanya fluktuasi harga. Transaksi perlindungan biasanya dilaksanakan untuk melindungi posisi dalam (1) Mata uang asing, (2) Komoditas, dan (3) Surat Berharga.”3 Selama ini, hedging di Indonesia hanya dikenal dalam sektor korporasi. Sedangkan dalam pemerintahan, lindung nilai belum diterapkan secara riil meskipun Indonesia telah mempunyai dasar hukum lindung nilai dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 12 Tahun 2013 tentang Transaksi Lindung Nilai dalam Pengelolaan Utang Pemerintah.

Transaksi lindung nilai ini belum dapat diterapkan oleh praktisi sektor keuangan pemerintah karena belum adanya peraturan pendukung, terutama terkait kerugian yang masih mungkin timbul akibat pelaksanaan transaksi ini. Ketidakberadaan peraturan yang secara gamblang mendefinisikan bentuk kerugian yang dapat diterjemahkan sebagai kerugian negara ini membuat para praktisi gamang untuk menerapkannya. Ini karena ketidakberadaan aturan tersebut akan membuat segala bentuk kerugian yang muncul akibat pelaksanaan transaksi lindung nilai diterjemahkan sebagai kerugian negara, dimana orang yang melakukan transaksi tersebut dapat didakwa melakukan perbuatan yang menimbulkan kerugian negara meskipun transaksi tersebut telah dilakukan berdasarkan kemampuan profesionalnya. Padahal, secara alamiah transaksi lindung nilai ini tetap berpotensi menimbulkan kerugian.

Dalam pandangan kami, transaksi lindung nilai ini perlu dilakukan dalam konteks keuangan publik yang lebih luas seperti misalnya dalam pembentukan utang valas pemerintah baik lindung nilai atas nilai tukar maupun bunga yang harus dibayarkan. Meskipun utang valas memiliki resiko yang lebih tinggi daripada utang dalam negeri, tetapi kita tidak dapat meninggalkan transaksi pembentukan utang valas ini. Hal ini dikarenakan utang valas merupakan salah satu sumber pemerintah untuk mendapatkan devisa dengan cepat dan dalam jumlah yang besar. Keberadaan devisa itu sendiri

3

(17)

penting dalam strategi menahan fluktuasi nilai tukar mata uang nasional. Oleh karena itu penggunaan transaksi lindung nilai dalam pengelolaan utang pemerintah ini penting selain untuk mencegah kerugiann akibat selisih kurs, juga untuk mencegah volatilitas cash flow pemerintah yang terlalu volatil akibat perubahan kurs mata uang asing.

2. Meningkatkan Peran Manajemen Risiko dalam Pengelolaan Utang Pemerintah

Pada tahun 2003, IMF menerbitkan Guidelines for Public Debt Management yang dapat digunakan sebagai best practices pengelolaan utang pemerintah. Guidelines ini diterbitkan tidak lain dilatarbelakangi krisis ekonomi yang melanda banyak negara berkembang pada tahun 1997 dimana sebagian besar terjadi karena belum diterapkannya kerangka manajemen utang yang baik oleh negara-negara yang mengalami krisis. Sejak 2005, Indonesia telah berusaha mengadopsi guidelines ini dengan membentuk Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang. Terbukti, krisis tahun 2008 tidak menimbulkan dampak sebesar krisis tahun 1997. Hal ini diantaranya berkat pengelolaan utang yang lebih baik.

Perlu disadari bahwa manajemen risiko yang baik (sound management risk) mempunyai peran yang penting di dalam pengelolaan utang. Pelaksanaan manajemen risiko yang baik dan penghitungan risiko yang cermat merupakan kunci keberhasilan tercapainya tujuan manajemen utang pemerintah. Oleh karena itu, manajemen risiko perlu mendapat perhatian yang lebih di dalam manajemen utang pemerintah Republik Indonesia agar ketahanan ekonomi Indonesia ke depan menjadi lebih baik dalam menghadapi krisis ekonomi yang mungkin terjadi di masa depan.

3. Strategi Aliran Kas yang Baik

Kerentanan suatu negara dalam menghadapi krisis dapat dilihat dari fiscal

sustainabilty –nya, fiscal sustainability suatu negara di antaranya dipengaruhi oleh

besarnya celah fiskal yang dimiliki, dan volatilitas anggaran sangat mempengaruhi celah fiskal tersebut. Dengan kata lain, volatilitas anggaran/aliran kas suatu negara dapat mempengaruhi ketahanan negara tersebut dalam menghadapi krisis. Semakin kecil volatilitas aliran kas-nya, maka semakin baik fiscal sustainability negara tersebut.

(18)
(19)

4. Ekonomi Syariah Sebagai Pondasi Perekonomian

Seperti yang telah kita dibahas diatas dalam hal-hal yang menyebabkan terjadinya krisis ekonomi global adalah ketidakseimbangan antara sektor moneter dan sektor riil. Dalam ekonomi Islam, sektor finansial mengikuti pertumbuhan sektor riil, inilah perbedaan konsep ekonomi Islam dengan ekonomi konvensional, yaitu ekonomi konvensional jelas memisahkan antara sektor finansial dan sektor riil. Akibat pemisahan itu, ekonomi dunia rawan krisis, khususnya negara–negara berkembang. Pelaku ekonomi tidak lagi menggunakan uang hanya untuk sector riil semata melainkan untuk spekulasi mata uang, spekulasi inilah yang menimbulkan jumlah barang yang beredar tidak seimbang dengan jumlah uang yang beredar.

Dan Taylor (Head of Banking at BDO Stoy Hayward) mengungkapkan bahwa sistem ekonomi syariah memiliki tingkat risiko yang lebih rendah dibandingkan dengan sistem ekonomi konvensional. Konsep ekonomi syariah diyakini menjadi sistem “imun” yang efektif dalam menghadapi gejolak krisis ekonomi. Oleh sebab itulah ekonomi syariah berkembang cukup pesat saat ini diunia dan menjadi fenomena global termasuk di eropa walaupun negara–negara tersebut mayoritas nonmuslim.

(20)

---o---DAFTAR PUSTAKA

http://vanezintania.wordpress.com/2013/07/04/dampak-krisis-ekonomi-global-bagi-indonesia/ http://indonesiaindonesia.com/f/36953-sejarah-krisis-ekonomi-dunia/

http://www.futuresgalleriablog.com/2012/12/05/sejarah-krisis-finansial-global-yang-mempengaruhi-market/

http://pesantrenvirtual.com/index.php?option=com_content&view=article&id=1236:akar-krisis- keuangan-global-dan-momentum-ekonomi-syariah-sebagai-solusi-&catid=8:kajian-ekonomi&Itemid=60

http://vanezintania.wordpress.com/2013/07/04/dampak-krisis-ekonomi-global-bagi-indonesia/ Detik finance, 2009, kronologi dan latar belakang krisis finansial global, per 15 April 2009 Derayati dan Kader. 2010. Risk Calculation of Interest Rate Swaps for Cinnober Financial

Technology AB. Master’s Thesisi; School of Royal Institute of Technology. http://rizal-razib.blogspot.com/2012/12/penyebab-krisis-subprime-mortgage.html

Subiyanto, Bambang. Tanpa Tahun. Kebijakan Fiskal Dalam Menghadapi Krisis. Universitas

Terbuka Indonesia. Diambil dari

http://www.ut.ac.id/html/suplemen/mapu5202/Suple%20web%20keupub/keb%20fiskal/KE BIJAKSANAAN%20FISKAL%20DALAM%20MENGHADAPI%20KRISIS.doc

Karunatilleka, Eshan. 1999. The Asian Economic Crisis. House of Commons Library Research Paper 99/14.

Arndt, H. W. and Hall Hill. 1999. Southeast Asia's Economic Crisis: Origins, Lessons, and the Way Forward. Singapore: Institute of Southeast Studies.

Mengukur risiko ekonomi di Negara G20, Syurkani Ishak Kasim, 2012.

http://nasional.kontan.co.id/news/antisipasi-dampak-krisis-pemerintah-perbesar-dana-cadangan-risiko-fiskal-1

Referensi

Dokumen terkait

Marshall Quotient nya akan semakin menurun, sehingga campurannya akan mengalami bleeding. Dari grafik hubungan kadar aspal dengan karakteristik Marshall Test dapat diketahui

Data yang dikumpulkan adalah tinggi tanaman, jumlah ruas per tanaman, diameter batang, persentase tumbuh ratun pertama dan kedua, umur berbunga, umur panen, bobot biomas segar

yang memungkinkan peneliti terhindar dari pemaknaan data yang salah. 330) menyebutkan bahwa triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat

dengan ditanggapi aktif oleh peserta didik dari kelompok lainnya sehingga diperoleh sebuah pengetahuan baru yang dapat dijadikan sebagai bahan diskusi

Kegiatan PPL selain bertujuan memberikan bekal kepada mahasiswa praktikan agar memiliki kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, dan

4.4 Peranan Letnan Kolonel Eddie Soekardi dalam Upaya Penumpasan PKI- Muso di Madiun hingga Peristiwa Long March Siliwangi .... Ficky Ziaul

digunakan untuk menampilkan informasi harga barang pakai habis serta informasi harga bahan material upah dan sewa peralatan berdasarkan kategori dan periode

Hubungan antara lingkungan kerja (X3) dengan produktivitas kerja (Y), dari hasil penelitian yang telah dilakukan secara bersama-sama variabel bebas mempengaruhi