• Tidak ada hasil yang ditemukan

KODE ETIK PARIWISATA DI PULAU SERANGAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "KODE ETIK PARIWISATA DI PULAU SERANGAN"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

KODE ETIK PARIWISATA

STUDI KASUS DAMPAK REKLAMASI DI PULAU SERANGAN

GHANNEZ NOVALDI LOREZA (1312025019)

CAROLINA SIMANJUTAK (1312025021)

VANIA CHANDRA DEWI (1312025018)

DIAH TANTRI MEILANI (1312025022)

AA. NGURAH BAGUS WISNU WARDHANA (1312025049)

PROGRAM STUDI S1 INDUSTRI PERJALANAN WISATA

FAKULTAS PARIWISATA

(2)

PRAKATA

Om Swastiyastu,

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan yang maha Esa penguasa jagat raya karena atas kuasa-Nya lah kami dapat menyelesaikan tugas Kode Etik Pariwisata dengan judul, “Studi Kasus Dampak Reklamasi Pulau Serangan” tepat waktu sesuai dengan yang ditentukan.

Dalam kesempatan ini kami selaku penyusun mengucapkan terimaksih kepada pihak – pihak yang ikut andil dalam pembuatan makalah ini, beberapa diantara pihak tersebut ialah :

1. Bapak Drs. I Made Sendra, M.Si selaku Dekan Fakultas Pariwisata Universitas Udayana 2. Bapak dan Ibu Pembantu Dekan Fakultas Pariwisata Universitas Udayana

3. Ibu Luh Putu Leli Kusuma Dewi, S.Psi,. M.par selaku Dosen Kode Etik Pariwisata 4. Dan seluruh pihak terkait yang tidak dapat disebutkan satu – persatu

Kami menyadari bahwa tugas ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga kritik dan saran membangun akan sangat kami butuhkan demi kesempurnanaan tugas yang akan kami buat selanjutnya. Kami berharap informasi yang kami sajikan dapat menjawab pertanyaan pembaca sekalian.

(3)

DAFTAR ISI

PRAKATA...i

DAFTAR ISI...ii

PENDAHULUAN...1

PEMBAHASAN...3

PRINSIP 1 :...3

PRINSIP 2...4

PRINSIP 3...6

PRINSIP 4...7

PRINSIP 5...8

PRINSIP 6...9

PRINSIP 7...10

PRINSIP 8...11

PRINSIP 9...12

PRINSIP 10...13

(4)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pulau Serangan merupakan pulau yang memiliki nilai lokalitas historis yang tinggi karena adanya reklamasi tahun 1995-1998 yang merubah fisik Pulau Serangan dari seluas 111 hektar menjadi 481 hektar yang mengubah zonasi pemanfaatan serta kepemilikan lahan karena adanya lahan kepemilikan investor PT. Bali Turtle Island Development (BTID) pada pascareklamasi. Pada prareklamasi hanya terdapat lahan kepemilikan masyarakat Pulau Serangan, sedangkan pascareklamasi, wilayah Pulau Serangan telah terbagi dua dan dipisahkan oleh kanal yaitu wilayah permukiman penduduk (di sebelah kiri kanal wisata) dan wilayah PT. BTID (di sebelah kanan kanal wisata).

Sebagianbesarmasyarakat di

PulauSeranganmemilikiidentitassebagainelayan.Sejaktahun 70-an industry Pariwisataada di PulauSerangan, denganturis yang datang untukmelihatKonservasipenyu.Namunpadaakhir 80-an adasekolompok investor y80-ang tertarikuntukmemb80-angun resort di Ser80-ang80-an, Bali Turtle Island Development (BTID).

Denganadanyaproyekpembangunan BTID

(5)

Rumusan Masalah :

1) Bagaimana penerapan kode etik Pariwisata Dunia di Pulau Serangan?

2) Hal-Hal apa saja yang menghambat penerapan prinsip kode etik Pariwisata Dunia?

Tujuan :

1) Untuk mengetahui bagaimana penerapan kode Etik Pariwisata Dunia di Pulau Serangan

(6)

PEMBAHASAN

PRINSIP1 :

KONTRIBUSIKEPARIWISATAANUNTUKMEMBANGUNSALINGPENGERTIAND ANSALINGMENGHORMATIANTARPENDUDUKDANMASYARAKAT

Setelah yang kami melakukanpenelitian kami melihatsudahadakesesuaianprinsip 1 denagnkondisi yang ada di PulauSerangan.Hal positif yang kami tercermindariprinsip 1 ialahPendudukLokalmenjalinhubunganyangintensdenganwisatawan yang hadir.Merekapahambetulbagaimanapentingnyaperananwisatawanterhadapkeadaanperekonom ianmereka. Kami sempatmemintabatuankepadasalahsatupemilikusahawarung di sekitarPulauSeranganuntukmembantu kami memulaiwawancaradenganwisatawanasing, mereka (Wisatawanasingdenganpemilikwarung) terlihatsudahsangatakrabdanmengenalsatusama lain. Hal tersebutmencerminkansikapsalingmenghargai yang ditujukanpendudukdenganwisatawanmaupunsebaliknya. Hal lain yang kami jugatemukanadalahwisatawanasingturutmenyumbangkandanapunia yang disediakanolehpihakKonservasiPenyu,

itumerupakanbentuknyatakepedulianwisatawanterhadapobjekwisata

(7)

PRINSIP 2

KEPARIWISATAAN SEBAGAI MEDIA UNTUK MEMENUHI KEBUTUHAN KUALITAS HIDUP BAIK SECARA PERSEORANGAN MAUPUN SECARA

KOLEKTIF

Sebagian masyarakat Serangan sudah mencari nafkah di tempat lain, dengan membangun kafe-kafe (tempat hiburan malam, yang mana ada karaoke dan minuman keras), dan juga warung (disebut ‘kiosk’) di pantai timur.Kios di pantai timur dimiliki kelompok Ibu-Ibu, namanya “Pedagang Pantai Timur”, yang sudah berlanjut 3 tahun. Pada tahun 70-an dulu mereka menjual cenderamata di taman penyu dan bisa mendapat kira-kira Rp50.000/hari. Tetapi, setelah proyek BTID mulai, lokasi taman wisata itu menjadi tanah proyek, dan mereka harus mencari mata pencaharian lain. Sekarang, di pantai timur, mereka menjual minuman, makanan dan oleh-oleh kecil kepada pendatang dan kebanyakannya surfers yang datang ke tempat itu. Selain itu adanya kegiatan pelestarian penyu yang secara ekonomis menghasilkan penangkaran ratusan penyu. Penyu-penyu yang ditangkar juga sering digunakan untuk kebutuhan upacara agama baik bagi masyarakat Serangan sendiri maupun masyarakat dari luar desa Serangan. Dengan adanya usaha tersebut maka secara langsung dapat meningkatkan ekonomi masyarakat desa di pulau Serangan.

Sisi ekonomi lainnya dari pengaruh pengembangan pulau Serangan adalah adanya pemasukan keuangan sebagai kas desa. Pemasukan keuangan terutama berasal dari dana karcis masuk yang dikenakan kepada setiap orang yang memasuki pulau Serangan dengan tarif Rp.1000,- bagi pengendara sepeda motor dan Rp. 2000,- bagi pengendara mobil. Pemasukan dari karcis masuk tersebut cukup besar, dimana dananya digunakan untuk menunjang pembangunan desa dan keperluan pemeliharaan sarana-dan prasarana peribadatan yang ada di desa Serangan.

(8)
(9)

PRINSIP 3

KEPARIWISATAAN SEBAGAI FACTOR PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN

Pulau Serangan merupakan salah satu daerah tujuan wisata yang terkenal di Bali. Namun dalam kenyataannya Pulau Serangan tersebut belum layak dikatakan sebagai destinasi wisata. Dikarenakan terdapat beberapa factor yang banyak bersifat negatif, Antara lain:

a) AdanyaTempatPembuanganSampah (TPA) yang sangatmenganggupemandangandisepanjangjalanmenujuPulauSerangantersebut. Pembuangan TPA tersebutterletak di kananjalandarijalanmasukmenujuPulauSerangan. Sehingga, parawisatawan yang berkunjungkesanamerasasangatterganggu. Bausampahtersebutterciumsampai di jalanrayamenujuserangan. Sampahini yang menyebabkanmenurunnyaparawisatawanasing yang

c) Karenareklamasitersebut, banyakpohonbakau yang ditebang. Hilangnya habitat hutanbakau, berbandinglurusdenganhilangnya habitat hewanlaut. EkosistempadaPulauSerangan pun terganggu.

d) Akibatsedimentasidankekeruhan air yang tinggimenyebabkanpertumbuhanterumbukarangmenjaditerhambat. Hal inijuga di perparahdenganaktivitaspenambangankarangolehnelayan.

(10)

PRINSIP 4

KEPARIWISATAAN SEBAGAI PEMAKAI WARISAN BUDAYA KEMANUSIAAN SERTA SEBAGAI PENYUMBANG PENGEMBANGAN WARISAN BUDAYA ITU

SENDIRI.

Pulau Bali mempunyai sebutan lain yaitu Pulau Seribu Pura. Pura sudah menjadi simbol bagi orang- orang Bali dan tidak dapat terpisahkan khsusunya untuk yang beragama Hindu. Di Pulau Serangan terdapat pura di semua jarak, yang dianggap membuat pulau itu aman. Salah satunya adalah Pura Sakenan, yang menurut pemangku Pura Sakenan dibangun pada abad ke-16 dan sampai sekarang tidak diganti sama sekali.

Walaupun begitu Pura Sakenan bukanlah merupakan objek wisata utama di Pulau Serangan bagi wisatawan domestik maupun mancanegara. Pura Sakenan hanya ramai ketika hari raya umat Hindu, seperti Galungan dan Kuningan. Dengan dibangunnya jembatan penghubung menuju Pulau Serangan, memudahkan orang di luar Pulau Serangan untuk bersembahyang di Pura tersebut.

(11)

PRINSIP 5

KEPARIWISATAANADALAHKEGIATAN YANG MENGUNTUNGKANBAGIMASYARAKATDAN NEGARA

PENERIMAWISATAWAN

(12)

PRINSIP 6

PEMBANGUNAN PARIWISATA MERUPAKAN TANGGUNG JAWAB PARA STAKEHOLDERNYA

Bila Proyek BTID ini dikaitkan dengan prinsip 6 dengan beberapa point yang ada. Misalkan pada point pertama yaitu Pihak yang terkait harus saling terbuka dengan perjanjian yang diusulkan kepada para wisatawan terkait dengan harga kontrak dan lain sebagainya. Seperti yang kita ketahui bahwa sebelumnya pihak BTID terkesan menutupi harga tanah yang pada saat itu pasarannya sekitar 200 juta per are nya. Namun pada saat itu pihak BTID hanya membeli tanah warga Serangan dengan harga 8 juta/are. Dan warga di Serangan juga dijanjikan akan mendapatkan penghidupan yang layak karena pihak BTID akan membangun kawasan seperti layaknya BTDC di Nusa Dua.

Disamping itu terdapat beberapa kendala terkait informasi media pada saat proyek ini terjadi, seperti ada campur tangan beberapa orang BTID dengan orang pemerintah Kota terkait pembangunan proyek pada saat itu.Kesannya informasi mengenai Pulau Serangan ditutup-tutupi.

(13)

PRINSIP 7

‘MENJUNJUNG TINGGI HAK- HAK KEPARIWISATAAN.’

Dalam observasi yang telah dilakukan kelompok kami, hak- hak kepariwisataan di pulau Serangan sudah terpenuhi.Jika dilihat dari kewajiban pedagang, mereka sudah menerapkannya pada wisatawan.Kewajiban pedagang adalah menerapkan keramahtamahan atau hospitality pada wisatawan.Hal ini dapat dilihat dari keakraban pedagang dengan wisatawan disana.Lalu kewajiban pedagang lainnya adalah tidak mengganggu wisatawan yang sedang berlibur kepulau Serangan.Sedangkan hak para pedagang adalah mendapatkan imbalan berupa uang dari hasil jualan atau jasa mereka.

Kewajiban wisatawan adalah menjaga kebersihan pulau Serangan, seperti membuang sampah pada tempatnya dan membayar kewajiban mereka, seperti membayar uang parkir, membayar minum, dan lain- lain. Dan hak yang mereka dapatkan adalah pelayanan yang ramah, fasilitas publik seperti toilet, kenyamanan dan keamanan dalam berwisata tanpa ada gangguan dari manapun.

(14)

PRINSIP 8

TENTANGKEBEBASANBERGERAKWISATAWAN.

Bila keadaan Pulau Serangan dikaitkan dengan prinsip ke 8 mengenai kebebasan bergerak wisatawan , maka hal yang dapat kita simpulkan yaitu sudah hamper terpenuhi. Saat ini Pulau Serangan sudah mengalami perkembangan meskipun proyek ini terbengkalai atau bias dikatakn sudah mencapai titik penghabisan yang susah untuk diperbaiki.Namun kegigihan warga setempat untuk mengembangkan kembali Pulau Serangan terbukti dengan meningkatnya jumlah wisatawan yang berkunjung ke Pulau Serangan

Pulau Serangan juga dikenal memiliki suatu temapt penangkaran penyu di dekat sana. Yaaitu sekitar 5 menit dari jalan masuk swadaya Pulau ini.Disan para wisatawan bisa melihat beberapa jenis penyu yang dilindungi oleh Pemerintah Bali. Tidak sedikit wisatawan yang berkunjung ke penangkaran penyu ini.Selain dilengkapi dengan fasilitas toilet umum yang bersih, cafeteria serta pemandu local, disana juga disediakan kotak sumbangan sukarela untuk pembangunan Objek Wisata penangkaran penyu ini.

(15)

PRINSIP 9

MENJUNJUNG TINGGI HAK- HAK PARA PEKERJA DAN WIRAUSAHAWAN DALAM INDUSTRI PARIWISATA

Dengan adanya reklamasi di pulau serangan, penduduk sekitar yang dulunya berprofesi sebagai nelayan kini mulai sulit mencari ikan sehingga banyak penduduk yang beralih profesi sebagai penggali terumbu karang, sehingga terumbu karang yang dulunya banyak terdapat di perairan pulau serangan perlahan mulai rusak. Dulu sebelum adanya reklamasi, pantai timur di pulau serangan adalah sumber penghidupan dan pendapatan penduduk disana. Tetapi sekarang hamper 70% dataran pasang surut hilang akibat adanya reklamasi. Selain itu, akibat penimbunan sampah, arus laut di sekitar pulau serangan menjadi berubah, hal ini sangat menghawatirkan untuk nelayan pesisir karena mereka tidak mampu pergi ke laut lepas.

(16)

PRINSIP 10

MELAKSANAKAN PRINSIP-PRINSIP KODE ETIK

Prinsip 10 tidak lain merupakan pengaplikasian dari ke-9 prinsip lainnya. Kami dapat merumuskan sebagai berikut :

Prinsip 1 :Hubungan antara masyarakat lokal dengan wisatawan sudah terjalin cukup baik, masyarakat lokal paham betul pentingnyha peranan wisatawan bagi kelangsungan pulau serangan, terutama masyarakat yg bekerja di sektor pariwisata.

Prinsi[p 2 : Beberapa saat setelah reklamasi dihentikan masyarakat mulai kehilangan mata pencaharian mereka dan sulit memenuhi kebutuhan hidup mereka, namun sekarang mereka mulai bangkit dengan membangun beberapa usaha untuk memenuhi kenbutuhanwisatawan

Prinsip 3 : Pelanggaran prinsip ini merupakan yang paling dapat dirasakan, perubahan alam secara signifikan begitu berdampak pada ekosistem pulau serangan.

Prinsip 4 : Pura Sakenan sebagai warisan budaya bernilai historis tampak kurang perawatan, mestinya pura bisa lebih dijaga lagi kondisi fisik bangunannya dan mengenai letaknya yg berdekatan denga TPA tampak kurang etis mengingat Pura merupakan bangunan yang sangat suci dan disucikan.

Prinsip 5 : Diadakannya reklamasi membawa sedikit keuntungan bagi masyarakat Serangan berkaitan dengan kemudahan akses yang didapatkan dari pembangunan jembatan.

Prinsip 6 : Pelanggaran prinsip ini terlihat dari lepas tangannya pihak pengelola terhadap kerusakan yang diakibatkan oleh kegiatan reklamasi.

Prinsip 7 : Hak wistawan sudah mulai terpenuhi, hal ini daoat terlihat dengan terpenuhinya kebutuhan merka denga keberadaan usaha milik warga sekitar.

(17)

PENUTUP

SIMPULAN

Pulau Serangan memang memiliki pengalaman yang sangat kelam akibat dari Reklamasi yang terhenti di tengah jalan, namun bukan berarti kegiatan kepariwisataan yang ada di Pulau Serangan harus berhenti total, masyarakat mulai sadar akan keberadaan potensi yang ada di Pulau Serangan dan mencoba membangun kembali pulau mereka.

Jika di masukkan ke dalam teori Butler (1980) yaitu teori mengenai Destination Area Lifecycle, maka kami menggolongkan Pulau Serangan kedalam Fase Rejuvenation atau dalam fase peremajaan dengan indikasi bahwa Pulau Serangan mulai berbenah untuk menjadi lebih baik dan mengeksplor kembali potensi yang mereka miliki.

Pulau Serangan masih sangat mungkin berkembang kembali, yang dapat kami lihat di lapangan adalah masyarakat lokal sudah mulai cerdas mengelola pulau Serangan dengan cara pengalihan objek wisata andalan mereka yang sebelumnya penangkaran penbyu menjadi daerah Pantai Pulau Serangan yang memiliki potensi sebagai spot surfing dengan gelombang arus yang sangat sesuai dengan standar untuk berselancar sebagai akibat dari reklamasi. Selain itu, mereka juga sudah berhasil menyelenggarakan Festival Pulau Serangan yang sudah dijadilkan agenda tetap tahunan sebagai upaya menarik wisatawan berkunjung ke Pulau Serangan.

Hasil dari upaya mereka adalah lonjakan wisatawan yang berkunjung ke Pulau Serangan di tiap tahunnya, berikut data yang kami peroleh dari Dinas Pariwisata Provinsi Bali :

(18)

SARAN

Kami selaku penyusun mnemiliki beberapa saran untuk memperbaiki keadaan yang sedang terjadi di pulau seranga, berikut kami rumuskan saran yang kami berikan :

1. Pemerintah bisa lebih memperhatikan pulau serangan dengan mengadakan promosi tentang pulau serangan, dan melakukan pemberdayaan masyarakat lokal pulau serangan.

2. Membangun sarana dan prasana yang lebih lengkap guna memenuhi kebutuhan wisatawan

3. Merelokasi Tempat Pembuangan Akhir dari wilayah pulau Serangan

Referensi

Dokumen terkait

Dari pandangan Winarno di atas tentang pengaruh implementasiatau penerapan kebijakan SOP dalam organisasi ini, diketahui bahwa implementasikebijakan SOP dalam organisasi

Sistem akuntansi penggajian pada Yayasan Pembangunan Indonesia (YASPI) di Kota Makassar masih belum sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP) karena belum

penelitian dengan menguraikan isi dari objek yang diteliti. 4) Pendidik menugasi peserta didik untuk mendiskusikan unsur intrinsik dan nilai pendidikan akhlak pada

Pendidikan adalah upaya manusia untuk memanusiakan manusia (Sudjana, 1991:1) artinya pendidikan merupakan suatu proses yang dilakukan secara sadar dengan tujuan membentuk

Menurut Raiborn dan Kinney (2011, h.56) harga pokok produksi adalah “Total produksi biaya barang -barang yang telah selesai dikerjakan dan ditransfer ke dalam

Hasil analisa untuk mendapatkan nilai resistivitas pada titik acuan disajikan pada gambar berikut: Penelitian geolistrik untuk menentukan sumber air tanah ini menggunakan

Tabel 4. Menurut Gaspersz bahwa Uji Friedman adalah.. pengujian non parametrik pada rancangan acak kelompok, dimana panelis dikelompokan sebagai ulangan, sedangkan uji

Marwan dan Bona menyatakan bahwa terdapat kelebihan dari Index Card Match yaitu menumbuhkan kegembiraan dalam kegiatan belajar mengajar, materi pelajaran yang