PEMERIKSAAN ANGKA KUMAN PADA MAKANAN
Hari/ tanggal : Selasa - Rabu/ 7 – 9 November 2017 Waktu : 13.00 – 16.00 WIB
Tempat : Laboratorium Kesehatan Lingkungan
Pratikum : Untuk mengetahui angka kuman pada sampel makanan mie
A. TINJAUAN PUSTAKA
Makanan dan minuman adalah semua bahan baik dalam bentuk alamiah maupun dalam bentuk buatan yang dimakan manusia kecuali air dan obat-obatan, karena itu makanan merupakan satu-satunya sumber energi bagi manusia. Sebaliknya makanan juga dapat menjadi media penyebaran penyakit. Dengan demikian penanganan makanan harus mendapat perhatian yang cukup. Makanan yang diproduksi dan diedarkan harus memenuhi syarat-syarat keselamatan, kesehatan, standar mutu, atau persyaratan yang ditetapkan oleh Menteri untuk tiap jenis makanan.
Upaya pengamanan makanan dan minuman pada dasarnya meliputi orang yang menangani makanan, tempat penyelenggaraan makanan, peralatan pengolahan makakan dan proses pengolahannya. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya keracunan makanan, antara lain adalah higienis perorangan yang buruk, cara penanganan makanan yang tidak sehat dan perlengkapan pengolahan makanan yang tidak bersih.
Mengingat bahwa makanan dan minuman yang digunakan kemungkinan mengandung bakteri patogen maka sebelum digunakan harus diperiksa terlebih dahulu, sebab makanan dan minuman harus bebas dari bakteri-bakteri patogen tersebut. Untuk pemeriksaan tersebut diperlukan pengujian bakteriologis makanan dan minuman di laboratorium. Pengujian ini dapat menentukan makanan dan minuman yang diperiksa tersebut mengandung bakteri patogen atau tidak. Dalam prakteknya, pengujian makanan dan minuman secara bakteriologis untuk menentukan ada tidaknya bakteri bentuk koli.
Dalam praktikum ini bahan makanan yang akan diperiksa angka kumannya adalah mie. Metode perhitungan angka kuman yang digunakan dalam praktikum pemeriksaan mie ini adalah metode Angka Lempeng Totcara.
Angka kuman atau angka lempeng total adalah angka yang menunjukkan adanya mikroorganisme pathogen atau nonpathogen menurut pengamatan secara visual atau dengan kaca pembesar pada media penanaman yang diperiksa, kemudian dihitung berdasarkan lemkpeng dasar untuk standar test terhadap bakteri atau jumlah bakteri mesofil dalam satu gram atau 1 cm2.
Pengenceran bertahap dari suatu zat dalam larutan yang digunakan untuk menghitung jumlah kuman baik dalam makanan dan minuman. Faktor pengenceran disetiap langkah selalu konstan. Sebuah pengenceran dalam praktikum ini dilakukan sebanyak lima kali. Pembuatan pengenceran bertujuan untuk mendapatkan jumlah koloni yang ideal yaitu antara 30 sampai 300 koloni. Untuk pemeriksaan kuman sendiri terdapat dua metode, yaitu metode tuang dan metode sebaran atau taburan. Metode tuang dengan prinsip kuman yang berada dalam sampel dengan tingkat pengenceran tertentu dicampur secara merata pada suhu tertentu. Sedangkan metode sebaran adalah kuman yang berada dalam sampel dengan tingkat pengenceran tertentu
B. ALAT DAN BAHAN 1. Alat
a. 5 buah tabung reaksi b. 2 buah beaker glass c. 6 pipet volume
Sterilisasi alat dan bahan yang digunakan A. Tabung reaksi
Pipet 9 ml aquadest pada pengenceran 10-1 - 10-5 Pipet 10 ml aquadest pada blanko
Tutup dengan kapas B. Pipet volume
C. Beaker glass
E. Petridish
F. Srerilisasi menggunakan autoclave pada suhu 121º C pada tekanan 15 psi selama 15 menit
Pembuatan Media
Timbang Media PCA dengan perhitungan sbb: 1 petridish = ±5−10 ml PCA 1 Sampel = 4 petridish X 10 ml
= 40 ml
PCA = 100023,5 X 40 = 0,94 gram
Tambahkan 40 ml aquadest, panaskan hingga mendidihkan, angkat dan tutup dengan aluminum foil.
Penanaman Bakteri
a. Siapkan sempel makanan yang akan di periksa b. Aduk hingga tercampur rata
c. Ambil 5 gram sempel haluskan dengan mortar dan stamper
d. Masukan kedalam beaker glass lalu larutkan dengan aquadest sebanyak 45 ml, ratakan
e. Siapkan 6 tabung reaksi yang berisi aquadest steril dan 4 cawan petridish steril f. Ambil 1 ml sampel makan yang telah dilarutkan ke tabung pengenceran 10−1 ,
homogenkan lalu pipet 1 ml dari pengenceran 10−1 kepengenceran 10−2 g. Lakukan hal serupa hingga pengenceran 10−4
h. Ambil 3 pengenceran terakhir
i. Tuang 10 ml media PCA ke dalam 4 cawan petridish, beri label dan ratakan j. Pipet 1 ml blanko ke cawan petridish blanko
k. Pipet 1 ml sampel dari pengenceran 10−4 masukkan ke petridish berlebel
10−4
l. Pipet 1 ml sempel dari pengenceran 10−5 masukkan ke petridish berlabel 10−5
m. Pipet 1 ml sampel dari pengenceran 10−6 masukkan ke petridish berlebel
10−6
n. Tunggu beberapa menit hingga media dingin dan padat, didekat lampu Bunsen o. Inkubasi pada suhu 37℃ selama 2 x 24 jam dengan posisi terbalik
Cara Perhitungan Coloni Bakteri
Analisis hasil percobaan dinilai dari jumlah koloni bakteri yang tumbuh pada media agar. Terdapat dua macam cara perhitungan yaitu :
1. Total Plate Count
berantai. Berdasarkan hal tersebut digunakan istilah Coloni Forming Unit (CFU’s) per ml. Syarat untuk menghitung adalah sebagai berikut :
- Satu koloni dihitung 1 koloni
- Dua koloni bertumpuk dihitung 1 koloni
- Beberapa koloni yang berhubungan dihitung 1 koloni 2. Standar Plate Count (SPC)
Koloni yang dihitung menggunakan cara SPC memilki syarat khusus berdasarkan statistic untuk memperkecil kesalahan dalam perhitungan. Perhitungan mengacu pada standar atau peraturan yang telah ditentukan. Syarat-syarat sebagai berikut : a. Pilih cawan yang ditumbuhi koloni 30 – 300 koloni. > 300 = Too Numerous
To Count (TNTC) atau TBUD (Terlalu Banyak Untuk Dihitung), < 30 Too Few To Count (TFTC).
b. Jumlah koloni yang dilaporkan terdiri dari 2 digit. Pembulatan ke atas dilakukan pada angka seperseratus lebih besar dari 5
c. Bila diperoleh <30 pada semua pengenceran, maka yang dilaporkan hanya pengenceran terendah saja.
d. Bila diperoleh >300 pada semua pengenceran, maka yang dilaporkan hanya pengenceran tertinggi saja
e. Jika terdapat 2 cawan dengan jumlah koloni 30-300, dan hasil bagi antara tertinggi dan terendah ≤ 2, maka yang dilaporkan adalah nilai rata-rata keduanya
f. Jika terdapat 2 cawan dengan jumlah koloni 30-300, dan hasil bagi antara tertinggi dan terendah > 2, maka yang dilaporkan adalah cawan dengan pengenceran terendah saja
g. Apabila pada setiap pengenceran dilakukan 2 cawan petri (duplo), maka jumlah yang dilaporkan adalah nilai rata-rata keduanya.
102 103 104 SPC Ket
234 20 5 2,3 x 104 20 dan 5 TFTC
650 175 10 1,7 x 105 650 = TNTC, 10 = TFTC
15 1 5 1,5 x 103 ketiganya < 30
650 450 325 3,3 x 106 ketiganya >300
290 40 5 3,5 x 104 40.000/29.000 < 2
x 104 Percobaan Duplo
D. HASIL
¿
{(Σ petridish10−1−blk)x10+(Σ petridish10−3−blk)x1000+¿(Σ petridish10−4−blk)x10000+(Σ petridish10−5−blk)x100000¿ ¿
Σ petridish yang terbaca x berat sampel
Jumlah koloni bakteri Blanko = 336
10-2 = 314 10-3 = 355 10-4 = 215
102 103 104 SPC Ket
314 355 215 2,5 × 106 314 dan 355 TNTC
E. PEMBAHASAN
Cara memilih cawan yang digunakan sebagai perhitungan angka kuman adalah dengan cara dipilih jika terdapat koloni 30 – 300 maka cawan tersebut yang dipilih jika tidak ada, maka dicari cawan dengan koloni < 30 dan jika tidak ada maka dicari cawan dengan koloni > 300. Blanko terdapat 336 koloni sehingga tidak digunakan untuk menghitung karena blanko di atas 10 tidak digunakan untuk dihitung. Pada pemeriksaan makanan yang kami lakukan terdapat 1 cawan dengan koloni 30-300 maka yang kami pilih adalah cawan 10-4 maka yang dilaporkan Standar Plate Count (SPC) adalah 2,5 × 106
A. KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan dapat disimpulkan
Bahwa sampel makanan mie yang diambil dari rumah salah satu warga di Desa Muaraputih Dusun Mujimulyo RT 04 Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan memiliki angka kuman sebesar 5196 koloni jadi setelah di bandingkan dengan kualitas makanan sesuai dengan ketentuan Permenkes 942 tahun 2003. Makanan tersebut belum aman untuk dikonsumsi atau tidak layak untuk dikonsumsi.
2. Saran
Bagi Mahasiswa
Diharapkan mahasiswa lebih berhati-hati dalam melakukan pratikum agar tidak ada alat yang pecah dan pratikum dapat berjalan sesuai prosedur.
Perlengkapan pratikum harap dilengkapi untuk setiap kelompok sehingga tidak mengalami kesulitan dalam menjalani pratikum. Bagi Masyarakat
Agar masyarakat peduli dan lebih berhati-hati dalam memilih makanan dan minuman yang akan dikonsumsinya.
Agar masyarakat lebih teliti lagi dalam mamasak maupun menyajikan makanan yang dihidangkan.
B. DAFTAR PUSTAKA
BPOM. 2008. Pengujian Mikrobiologi Pangan. http://www.pilciran-rakyat.com. Diakses tanggal 26 Maret 2010.
Budiyanto, Moch Agus Krisno. 2002. Mikrobiologi Terapan. Malang : UMM Press.
Fardiaz, Srikandi. 1993. Analisis Mikrobiologi Pangan. PT. Raja Grafindo Persada : Jakarta.
Anwar, S. 1985. Sanitasi Makanan dan Minuman pada Institusi Pendidikan Tenaga Sanitasi. Jakarta: Departemen Kesehatan RI
BPOM RI.2008. InfoPOM: Pengujian Mikrobiologi Pangan. Online. www.infoPOM.go.id. diakses pada 14 Oktober 2014.
BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA. 2009. Penetapan Batas Maksimum Cemaran Mikroba Dan Kimia Dalam Makanan. www.infoPOM.go.id. diakses pada 14 Oktober 2014.
Departemen Kesehatan RI. 1991. Petunjuk Pemeriksaan Mikrobiologi Makanan dan Minuman. Jakarta: Depkes RI Press
Djide Natsir, 2004. Mikrobiologi Farmasi. Laboratorium Mikrobiologi Farmasi. Makassar: Universitas Hasanuddin
Fardiaz, Srikandi. 1992. Mikrobiologi Pangan I. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Fardiaz, S., 1993. Analisis Mikrobiologi Pangan. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Jutono, J. 1980. Pedoman Praktikum Mikrobiologi Umum. Yogyakarta: Departemen Mikrobiologi Fakultas Pertanian UGM.
Waluyo, L. 2004. Mikrobiologi Umum. Malang: UMM Press.
Food and Drug Administration, 1998. Bacteriological Analitycal Manual. 8th Editon. FRIEDHEIM, E.,AND MICHAELIS, L. 2001 J. Biol. Chem, 91. 55-368, Cit. PORTER, J. R. Microbiology,Wistreci Lechtman,1979. Heriyenni, dkk. 2001. Mikrobilogi pangan. Bahan online tersedia
http://gz208pdg.blogspot/2011/05/,odul-4-isolasi-pangan.html, diakses 8 Juni 2016.
Irianto, Koes. 2010. Mikrobiologi Medis: Pencegahan : Pangan : Lingkungan, Bandung: CV. Alfabeta.
Yushananta, Prayudhy, 2012. Diktat Mata Kuliah Mikrobiologi, Jurusan Kesehatan Lingkungan, Poltekkes Tanjungkarang