• Tidak ada hasil yang ditemukan

EKSTRAK DAUN SIRIH (Piper betle L.) PADA PROSES PEMBILASAN ALAT MAKAN TERHADAP JUMLAH ANGKA KUMAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "EKSTRAK DAUN SIRIH (Piper betle L.) PADA PROSES PEMBILASAN ALAT MAKAN TERHADAP JUMLAH ANGKA KUMAN"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

EKSTRAK DAUN SIRIH (Piper betle L.) PADA PROSES PEMBILASAN ALAT MAKAN TERHADAP JUMLAH ANGKA KUMAN

(EFECTIVINESS OF BETEL LEAF EXTRACT CONCENTRATION (Piper betle L.) ON THE CUTLERY RINSING PROCESS TO NUMBER OF BACTERIA IN THE

POLTEKKES KEMENKES BENGKULU) Gamaiwarivoni Wachidin1) dan Agus Widada2)

1,dan2jurusan Kesehatan Lingkungan, Poltekkes KemenKes Bengkulu

Jl. Indra Giri No 3 Padang Harapan Bengkulu Telp (0736) 341212 fax 0736 21514,25343 e-mail : poltekkes_bengkulu@yahoo.com Website www.poltekkes-bengkulu.ac.id

ABSTRACT

Washing cutlery in the cafeteria polytechnic Bengkulu not apply according to the Ministry of Health MOH in 2006 as disinfection and toweling, but already implements such as washing, scriping and flusing. Disinfection is very important in the process of washing utensils to kill germs in order not to be media-related disease transmission digestive tract. Control of germs on utensils can utilize green betel leaf plant (Piper betle L). One green betel leaf content is kavikol that gives a distinctive smell of betel leaf and has a killer bacteria. The purpose of the study to determine the effectiveness of betel leaf extract concentration to decrease the total number of bacteria in the process of rinsing cutlery. This type of research is a quasi-experiment with Posttest Only Control Group Design. Sample 48 polytechnic canteen cutlery in Bengkulu MoH. Each diner was taken 16 cutlery and treated differently. Research at the Laboratory of the Ministry of Health of Bengkulu polytechnic April 2013. One Way ANOVA statistical test. The results of the analysis there is a difference between the amount of bacteria that grows on petridish with control treatment, betel leaf extract 5%, 10% and 15%. Conclusions: The most effective way to reduce the number of germs cutlery is 15% betel leaf extract with an average 32.93 koloni/cm2. It is recommended for people, especially food vendors to use betel leaf extract in the rinsing process equipment food

Keywords: Betel leaves, number of bacteria and cutlery. PENDAHULUAN

Peralatan makan dalam pedagang makanan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari prinsip-prinsip penyehatan makanan (food hygiene), alat makan yang kelihatan bersih belum merupakan jaminan telah memenuhi persyaratan kesehatan karena dalam alat makan tersebut telah tercemar bakteri

yang menyebabkan alat makan tersebut tidak memenuhi kesehatan. Tempat-tempat penjualan makanan dikenal sebagai tempat yang berpotensi sebagai hazard bagi kesehatan, hazard merupakan agent biologi, kimia, fisik atau kondisi potensial yang menimbulkan bahaya tempat-tempat penjualan makanan tersebut dapat menjadi tempat penyebaran penyakit (Bobihu, 2012).

(2)

Perilaku penjamah makanan ikut berperan dalam menentukan suatu makanan sehat atau tidak, perilaku penjamah makanan juga dapat menimbulkan risiko kesehatan, dalam arti perilaku penjamah makanan yang tidak sehat akan berdampak pada higienitas makanan yang disajikan. Sebaliknya, perilaku penjamah makanan yang sehat dapat menghindarkan makanan dari kontaminasi atau pencemaran dan keracunan.

Data Direktorat Surveilan dan Penyuluhan Keamanan Pangan Badan POM Republik Indonesia (RI) menunjukkan bahwa tahun 2008 jumlah korban keracunan pangan Indonesia mencapai 25.268 orang dengan jumlah kasus sebanyak 8.943 kasus. Sementara di tahun 2009, jumlah korban berkurang menjadi 7.815 orang dengan jumlah kasus sebanyak 3.239 kasus. Dari seluruh jumlah kasus, sekitar 56,52% terkena di tempat tinggal atau rumah dan sekitar 26% terkena di sekolah (BPOM, 2010).

Di tahun 2012 data keracunan makanan yang dikumpulkan dari 5  Rumah Sakit Daerah  di  Kabupaten/Kota Bengkulu tercatat 300 kasus, dan 4 kejadian Luar Biasa (KLB).   Lima Rumah Sakit se-Provinsi Bengkulu terdiri dari RSUD M. Yunus, RSU Bhayangkara Jitra, RSUD Kepahiang, RSUD Curup, RSUD Arga Makmur, RS Hana Charitas dan RSUD HD Manna (BPOM, 2013).

Salah satu upaya mencegah keracunan makanan perlu dilakukan pencucian terhadap alat makan. Menurut Kepmenkes RI (2003), setiap peralatan makan (piring, gelas, sendok) harus selalu dijaga kebersihannya setiap saat digunakan. Alat makan (piring, gelas, sendok) belum terjamin kebersihannya karena pada alat makan (piring, gelas, sendok) dapat tercemar oleh bakteri E.coli yang menyebabkan alat makan (piring, gelas, sendok) tidak memenuhi

syarat kesehatan. Menurut Keputusan Dirjen POM No. 03726/B/SK/1989, batas maksimal angka kuman piring makan yang diperbolehkan adalah 100 koloni/cm2.

Proses pencucian alat makan yang dilakukan di kantin Poltekkes Kemenkes Bengkulu belum menerapkan teknik pencucian alat makan menurut Depkes RI tahun 2006 seperti desinfeksi dan towelling tetapi sudah menerapkan teknik pencucian alat makan seperti washing, scriping dan flusing. Desinfeksi sangat penting pada proses pencucian alat makan untuk membunuh kuman pada alat makan agar tidak menjadi media penularan penyakit yang berhubungan dengan saluran pencernaan (Syahreza, 2012).

Daun sirih merupakan salah satu jenis tanaman dari suku Piperaceae dengan nama latin Piper betle L. atau Chavica auriculata Miq atau Chavica betle Miq. Tanaman ini bisa merambat mencapai tinggi 15 meter. Batang sirih berwarna cokelat kehijauan, berbentuk bulat, beruas dan merupakan tempat keluarnya akar. Daunnya yang tunggal berbentuk jantung, berujung runcing, tumbuh berselang-seling, bertangkai dan mengeliarkan bau yang sedap bila diremas (Raditya, 2012).

Aroma dan rasa daun sirih yang khas, sedap, pedas, sengat tajam dan merangsang disebabkan oleh kavikol dan betlephenol yang terkandung dalam minyak atsiri. Kedua zat tersebut merupakan kandungan terbesar minyak atsiri yarg ada dalam daun sirih. Dari hasil penelitian, ternyata sepertiga dari minyak atsiri tersebut terdiri dari phenol dan sebagian besar adalah kavikol. Kavikol inilah yang memberikan bau khas daun sirih dan memiliki daya pembunuh bakteri lima kali lipat dari phenol biasa (Moeljanto, 2003).

(3)

BAHAN DAN CARA KERJA

Jenis penelitian adalah quasi eksperimen atau eksperimen semu dengan rancangan “Posttest Only Control Group Design” yang dianalisis secara deskriptif dan analitik (Notoatmojo, 2010). Desain penelitian yang digunakan adalah 1 kontrol dengan 3 kelompok perlakuan. Sampel penelitian yaitu 48 alat makan atau piring yang ada di kantin Poltekkes Kemenkes Bengkulu. Setiap warung makan diambil 16 alat makan atau piring yang nantinya akan diberi perlakuan yang berbeda-beda. Penelitian dilakukan di Laboratorium Poltekkes Kemenkes Bengkulu April 2013.

Alat yang digunakan adalah pisau, telenan, blender, wadah, pengaduk, gelas ukur, lidi berkapas/swab, bunsen, erlemeyer, spatula, korek api, label, handskun, tabung reaksi, rak tabung reaksi, pipet ukur, cawan petri, inkubator, hot plate, oven, coloni counter, vacum pump, alat tulis, laminer air flow, autoclave, neraca analitik dan kaca arloji. Sedangkan bahannya adalah daun sirih, air bersih, aquades, larutan NaCl 0,9%, alkohol 70%, PCA (Plate Count Agar) dan ketas kacang.

Alat dan bahan disterilkan. Tabung reaksi, lidi berkapas/swab, pipet ukur, cawan petri dibungkus dengan kertas kacang kemudian disterilkan di dalam oven dengan suhu 1500C selama 2 jam. Pada tahap pembuatan ekstrak daun sirih ini pertama-tama daun sirih dibersihkan dengan air sampai benar-benar bersih. Daun sirih diiris kecil-kecil, diblender dan diberi aquades secukupnya. diblender, disaring dengan dua kali penyaringan sampai benar-benar tidak adalagi endapan atau ampas. Hasil saringan adalah 100 % ekstrak daun sirih yang berukuran 300 ml. Ekstrak ini dicampur dengan 3000 ml aquades kemudian direbus. Proses perebusan

dihentikan sampai volume ekstrak berukuran 300 ml. Hasil rebusan dibagi menjadi tiga bagian, yakni 50 ml ekstrak dicampur dengan 1000 ml aquades sudah merupakan ekstrak daun sirih dengan konsentrasi 5%. 100 ml ekstrak daun sirih dicampur dengan 1000 ml aquades sudah merupakan ekstrak daun sirih dengan konsentrasi 10%. 150 ml ekstrak dicampur dengan 1000 ml aquades sudah merupakan ekstrak daun sirih dengan konsentrasi 15%.

Untuk pengambilan sampel persiapkan alat dan bahan. Persiapkan handskun yang steril untuk mengambil sampel alat makan. Ambil alat makan yang akan diperiksa secara acak. Persiapkan catatan formulir pemeriksaan dengan membagi alat makan dalam kelompok-kelompok. Persiapkan lidi kapas steril, kemudian buka tutup kapas yang berisi cairan NaCl 0,9% steril dan masukkan lidi kapas steril kedalamnya. Lidi kapas steril dalam botol di tekan ke dinding untuk membuang airnya baru diangkat dan diusapkan pada setiap alat makan. Usap permukaan alat makan (piring) dengan cara permukaan dalam tempat makanan diusap dengan menyilang antara garis usapan yang satu dengan garis usapan kedua sebanyak 3x. Dilakukan dengan 4 kali pengulangan pada tiap sampel piring dan satu lidi kapas digunakan untuk satu sampel piring yang diperiksa. Setelah selesai mengusapkan alat selanjutnya lidi kapas dimasukan kedalam tabung reaksi yang berisi NaCl 0,9% steril dan tangkainya dipatahkan, bibir botol di panaskan, kemudian ditutup. Beri kode menggunakan kertas label yang sudah disiapkan, tulis nama alat makanan yang diperiksa, tempat pengambilan sampel, nama atau kode, tanggal pemeriksa, jam pemeriksaan, nama petugas pemeriksa. Setelah itu lakukan pemeriksaan di laboratorium untuk mengetahui berapa

(4)

banyak angka kuman pada alat makanan piring tersebut.

Tahap pemeriksaan di Laboratorium harus menggunakan jas laboratorium. Siapkan alat dan bahan yang digunakan. Masing-masing sampel dipersiapkan tabung reaksi steril, susun pada rak tabung masing-masing tabung secara berurutan diberi tanda 10-1, 10-2, 10-3 sebagai kode pengenceran. Siapkan 3 buah petridish dan beri tanda pada bagian belakang sesuai dengan kode pengenceran. Kemudian setiap tabung reaksi diisi larutan Nacl 0,9% sebanyak 9ml. Ambil sampel yang telah dilakukan usap alat makan sebanyak 1ml, kemudian dimasukan kedalam tabung reaksi pengenceran 10-1 dan dihomogen. Pindahkan 1 ml bahan dari tabung reaksi pengenceran 10-1 ke dalam tabung reaksi pengenceran 10-2 dengan pipet steril dan di homogen. Pindahkan 1 ml bahan dari tabung reaksi pengenceran 10-2 ke dalam tabung reaksi pengenceran 10-3 dengan pipet steril dan di homogen. Ambil dari tabung reaksi pengenceran 10-1,10-2,10-3 dengan menggunakan pipet steril diambil masing-masing 1 ml dan dimasukan ke dalam masing-masing petridish steril sesuai dengan kode pengenceran yang sama. Selanjutnya petridish dituangkan

media PCA (Plate Count Agar) cair sebanyak 15-20 ml. Masing-masing petridish digoyang membentuk angka 8 atau 0 secara perlahan-lahan hingga tercampur rata dan dibiarkan hingga dingin dan membeku. Tujuan digoyang membentuk angka 8 atau 0 yaitu supaya kuman yang tumbuh di petridish tersebut tidak menumpuk di satu tempat. Kemudian Petridish dimasukan kedalam incubator selama 18-24 jam dengan suhu 35-370C dalam keadaan terbalik. Pembacaan dilakukan setelah 2x24 jam dengan cara menghitung jumlah koloni yang tumbuh pada setiap petridish dan untuk memastikan jumlah koloni yang tumbuh. Pembacaan juga dilakukan pada hari berikutnya. Bila koloni pada media kontrol dan pengencer tumbuh lebih dari 10 koloni, maka pemeriksaan diulang. HASIL

Hasil analisis univariat dari setiap variabel independen dan dependen diperoleh rata-rata dari pemeriksaan 3 kantin yang telah dilakukan di laboratorium Poltekkes Kemenkes Bengkulu, dengan masing-masing perlakuan disajikan ke dalam bentuk grafik pada gambar grafik 1 berikut :

Grafik 1. Hasil Rata-rata Angka Kuman Alat Makan Pada Perlakuan Kontrol, 5%, 10% dan 15% Ekstrak Daun Sirih

(5)

8 Grafik 1 menyatakan bahwa rata-rata angka kuman yang paling tinggi pada kontrol 151,47 koloni/cm2 sedangkan rata-rata angka kuman yang paling sedikit terletak pada perlakuan menggunakan 15% ekstrak daun sirih dengan rata-rata angka kuman 32,93 koloni/cm2. Analisis Bivariat dengan Uji varian satu jalan atau One Way Anova untuk menguji perbedaan antara tiga atau lebih kelompok sampel yang bebas dengan satu

jalan. Analisis bivariat untuk mengetahui perbedaan jumlah angka kuman yang tumbuh pada petridish dari pengunaan 0% ekstrak daun sirih, 5% ekstrak daun sirih, 10% ekstrak daun sirih dan 15% ekstrak daun sirih terhadap jumlah angka kuman pada peralatan makan. Untuk mengetahui perbedaannya maka dilakukan uji statistik dengan pembacaan yaitu sig < 0,05 sebagaimana pada tabel 1 :

Tabel 1 Hasil Uji One Way Anova Penurunan Angka Kuman Alat makan Pada Perlakuan Kontrol, 5%, 10% dan 15% Ekstrak Daun Sirih

Variabel Mean SD 95% CI ρ value

Perlakuan        

Kontrol 151,47 23,757 138,31-164,62 0,000

5% 114,00 21,876 101,89-126,11

10% 68,20 17,632 58,44-41,86

15% 32,93 13,755 25,32-40,55

Tabel 1 menyatakan bahwa hasil uji anova satu arah dapat diketahui nilai ρ = 0,000 < 0,05, sehingga terdapat perbedaan yang bermakna pada perlakuan kontrol, 5% ekstrak daun sirih, 10% ekstrak daun sirih dan 15% ekstrak daun sirih. Selanjutnya untuk mengetahui

perbedaan jumlah kuman yang tumbuh pada 5% ekstrak daun sirih, 10% ekstrak daun sirih, 15% ekstrak daun sirih dan tanpa menggunakan ekstrak daun sirih (kontrol) dilakukan uji LSD (Least Significance Difference). Hasil uji LSD dapat dilihat pada tabel 2 :

Tabel 2 Hasil Uji LSD Perbedaan Jumlah Kuman Yang Tumbuh Pada Petridish Dengan Perlakuan kontrol, 5%, 10% dan 15% Ekstrak Daun Sirih

Perlakuan Rata-rata Beda

(koloni/cm2) ρ value Kontrol 5% 37,47 0,000 10% 83,27 0,000 15% 117,07 0,000 5% 10% 45,8 0,000 15% 81,07 0,000 10% 15% 35,27 0,000

Tabel 2 diketahui bahwa selisih rata-rata beda jumlah angka kuman alat

makan yang tumbuh pada petridish berbeda-beda. Selisih rata-rata yang

(6)

dengan perlakuan menggunakan 15% ekstrak daun sirih yaitu 117,07 koloni/cm2. Secara statistik didapatkan ρ = 0,000 < 0,05 sehingga dapat dikatakan bahwa ada perbedaan jumlah angka kuman alat makan yang tumbuh pada petridish diantara keempat perlakuan. PEMBAHASAN

Hasil uji One Way Anova diketahui bahwa nilai ρ = 0,000 < 0,05 berarti ada perbedaan yang signifikan terhadap masing-masing perlakuan ekstrak daun sirih yang digunakan untuk menurunkan angka kuman pada alat makan. Kemudian dilanjutkan dengan uji LSD didapatkan nilai ρ = 0,000 < 0,05 berarti ada perbedaan yang signifikan penggunaan ekstrak daun sirih terhadap penurunan angka kuman pada alat makan dengan berbagai perlakuan. Perlakuan yang paling efektif untuk menurunkan angka kuman pada alat makan yaitu dengan menggunakan 15% ekstrak daun sirih.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa setiap perlakuan menggunakan ekstrak daun sirih memiliki penurunan jumlah kuman pada alat makan yang berbeda-beda. Hal ini dapat dilihat pada perlakuan 5% ekstrak daun sirih rata-rata angka kuman yang berhasil diturunkan sebanyak 114,00 koloni/cm2 dengan persentase sebesar 24,50%, perlakuan 10% ekstrak daun sirih rata-rata angka kuman yang berhasil diturunkan sebanyak 68,20 koloni/cm2 dengan persentase sebesar 54,97% dan perlakuan 15% ekstrak daun sirih rata-rata angka kuman yang berhasil diturunkan sebanyak 32,93 koloni/cm2 dengan persentase sebesar 78,19%.

Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Nalina dan Rahim (2006),

persentase penghambatan yang diperoleh bahwa semakin besar konsentrasi ekstrak daun sirih yang diberikan maka persentase penghambatan bakteri semakin besar.

Angka kuman yang berhasil diturunkan dengan penggunaan ekstrak daun sirih dikarenakan daun sirih memiliki kemampuan antiseptik, antioksidasi dan fungisida. Minyak atsiri dan ekstrak daun sirih mampu melawan beberapa bakteri gram positif dan gram negatif hal ini disebabkan oleh karena minyak atsiri memiliki kandungan kavikol yang memberikan bau khas daun sirih dan memiliki daya pembunuh bakteri lima kali lipat dari phenol biasa (Moeljanto,2003).

Daun sirih hijau telah dilakukan pengujian antibakteri, dari hasil penelitian tersebut bahwa kandungan kimia minyak atsiri dalam daun sirih antara lain kadinen, kavikol, sineol, eugenol, karvakol dan zat samak dapat menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli (Saraswati, 2011).

Angka kuman yang berhasil diturunkan dalam penelitian ini juga di dukung pada proses pencucian dan pengambilan sampel alat makan yang dilakukan secara aseptik. Dalam proses pencucian alat makan sebelum mencuci alat makan terlebih dahulu peneliti mencuci tangan menggunakan sabun, tidak menggunakan perhiasan pada jari tangan dan kuku dalam keadaan bersih serta pendek.

Hasil pencucian setelah menggunakan ekstrak daun sirih ini lebih baik dan memenuhi standar baku mutu alat makan dibandaingkan tanpa menggunakan ekstrak daun sirih. Hal ini disebabkan karena daun sirih mengandung berbagai zat aktif yang bersifat anti bakteri.

(7)

daun sirih yang bersifat antibakteri terdiri dari minyak atsiri sehingga berfungsi menghambat bakteri dan berperan juga sebagai antisiptik alami yang mampu menghambat angka kuman pada alat makan yang dibilas menggunakan ekstrak daun sirih.

Setelah dilakukan penelitian ternyata 15% ekstrak daun sirih lebih mampu menurunkan angka kuman alat makan dan memenuhi baku mutu angka kuman yang dianjurkan untuk peralatan makan 100 koloni/cm2 menurut

Kepmenkes RI

No.1098/Menkes/PER/2003 Tentang Persyaratan Hygiene Sanitasi Rumah Makan dan Restoran.

Peralatan makan yang hygienis penting untuk mencegah pencemaran dan menjaga keamanan makanan. Untuk mencegah kontaminasi pada makanan, maka semua peralatan harus dibersihkan secara rutin seperlunya dan dilakukan desinfeksi.

Jika alat makan yang sering digunakan tidak memenuhi standar yang ada maka akan menimbulkan berbagai penyakit. Makanan dapat menjadi perantara untuk penularan penyakit infeksi. Penyakit yang ditularkan melalui makanan dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu penyakit infeksi makanan akibat terkonsumsinya mikroba hidup dan penyakit keracunan makanan akibat terkonsumsinya toksin mikroba (Ibrahim, 2012).

Sirih termasuk tanaman yang mempunyai banyak manfaatnya, terutama bagian daunnya banyak dimanfaatkan untuk keperluan ramuan obat tradisional, dan bahan kosmetik. Manfaat daun sirih sebagai obat dapat digunakan untuk mengatasi bau badan, bau mulut, sariawan, mimisan, bisul, penekan kekebalan tubuh, pelindung

susu ibu yang berlebihan, mengatasi mata gatal dan merah, gatal-gatal dan koreng, mengobati keputihan pada wanita, menghentikan batuk, meluruhkan kentut, mengurangi peradangan, menghilangkan gatal, menahan pendarahan, menyembuhkan luka pada kulit, dan mencegah diare (Saraswati, 2011).

SIMPULAN

Rata-rata penurunan angka kuman pada alat makan menggunakan konsentrasi ekstrak daun sirih 5% adalah 114,00 ; 10% adalah 68,20 ; dan 15% adalah 32,93 serta ada perbedaan yang bermakna terhadap penurunan angka kuman pada alat makan menggunakan ekstrak daun sirih diantara 4 kelompok perlakuan (kontrol, 5%, 10% dan 15%). Ekstrak daun sirih yang paling efektif dalam menurunkan angka kuman alat makan adalah ekstrak daun sirih 15% dengan rata-rata 32,93 koloni/cm2.

SARAN

Diharapkan institusi pendidikan dapat menginformasikan hasil penelitian sebagai khasanah ilmu pengetahuan kesehatan lingkungan khususnya mengenai mata kuliah penyehatan makanan dan minuman. Para pedagang kantin sebaiknya menggunakan ekstrak daun sirih sebagai desinfektan dalam pencucian alat makan, sehingga dapat mengurangi dan menghambat pertumbuhan angka kuman alat makan, selain daun ini mudah didapat dan harganya murah. Bagi peneliti lain dapat membandingkan penurunan angka kuman pada alat makan menggunakan

(8)

sirih.

DAFTAR PUSTAKA

Bobihu, F. 2012. Studi Sanitasi dan Pemeriksaan Angka Kuman Pada Usapan Peralatan Makan Dirumah Makan Kompleks Pasar Sentral Kota Gorontalo. Jurnal Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan dan Keolahragaan Universitas Negeri Gorontalo : Gorontalo BPOM. 2010. BPOM Kasus Keracunan

Pangan Indonesia Masih Tinggi.

http://www.kabarbisnis.com/r ead/2813 855. Diunduh 1 Februari 2013.

. 2013. Tiga Ratus Kasus Keracunan.http://bengkulueks press.com/.Diunduh Feb2013. Ibrahim, Fera. 2012. Bakteri yang

ditularkan Melalui Makanan. http://www.lifebuoy. co.id/. Diunduh 22 Januari 2013. Kepmenkes RI Nomor: .1098/ Menkes/

Hygiene Sanitasi Rumah Makan dan Restoran.Jakarta Moeljanto dan Mulyono. 2003. Khasiat

Dan Manfaat Daun Sirih. Agromedia Pustaka. Bandung.

Nalina, T. and Z.H.A. Rahim. 2006. Effect of Piper betle extract on the ultrastructure of S. mutans. Brisbane. Australia. Notoatmodjo, 2010. Metodologi

Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta

Raditya, Sheikha. 2012. Ekstrak Daun

Sirih Hijau.

http://sheikhafoody. blogspot.com/2012/06/.

Diunduh 22 Januari 2013.

Saraswati, Dian. 2011. Pengaruh Konsentrasi Ekstrak Daun Sirih Terhadap Daya hambat Escherichia coli. Jurnal Health dan Sport. Vol. 3. No. 2 : 285-362.

Syahreza, Majid. 2012. Desinfektan Dan Anti Septik.

http://majidsyahreza89.wordp ress.com /2012/01/16/. Diundah 24 Mei 2013.

(9)

Gambar

Tabel 1 Hasil Uji One Way Anova Penurunan Angka Kuman Alat makan Pada  Perlakuan Kontrol, 5%, 10% dan 15% Ekstrak Daun Sirih

Referensi

Dokumen terkait

Hingga akhir tahun 2014 Bank Indonesia (BI) memperkirakan defisit neraca transaksi berjalan akan mencapai sebesar 3,2% dari produk domestik bruto (PDB) atau turun dibanding tahun

Hasil korelasi antara luas penggunaan lahan dengan koefisien run off menunjukkan bahwa luas penggunaan/penutupan lahan hutan, pemukiman dan lahan pertanian (ladang, tegalan, sawah)

Data pengamatan yang diperoleh adalah tabel data selama percobaan yang tersimpan dalam format EXCEL. Dari percobaan ini beri penjelasan mengenai respons

Peneliti memahami media internal sebagai kegiatan penerbitan yang dilakukan secara mandiri oleh perusahaan, artinya perusahaan melalui lembaga Public Relations

melakukan eksekusi atas Hak Tanggungan yang menjadi jaminan utang debitur dalam hal.. debitur cidera janji. Pemegang Hak Tanggungan dapat langsung datang dan

Sistem pengetahuan organik pada awal-awal kegairahan dalam wadah organisasi tani dapat berfungsi dengan baik dalam meningkatkan gairah para petani untuk melakukan

Hasil pengujian terhadap hipotesis 2 penelitian juga menunjukkan adanya hubungan yang sangat signifikan antara kepuasan kerja dengan inovasi organisasi dengan nilai rx1y

Persaingan yang ketat sudah terjadi dalam bisnis pasar modern ini dengan mengacu pada rencana ekspansi yang akan dilakukan oleh para pemainnya dan juga keputusan