• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN SERTIFIKASI GURU DILIHAT DARI ASPEK KECENDRUNGAN PELAKSANA (IMPLEMENTOR) DI SMA NEGERI 2 TANJUNG KABUPATEN TABALONG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "IMPLEMENTASI KEBIJAKAN SERTIFIKASI GURU DILIHAT DARI ASPEK KECENDRUNGAN PELAKSANA (IMPLEMENTOR) DI SMA NEGERI 2 TANJUNG KABUPATEN TABALONG"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

JAPB : Vol. 1, No. 1, April 2018 393 IMPLEMENTASI KEBIJAKAN SERTIFIKASI GURU DILIHAT DARI ASPEK KECENDRUNGAN PELAKSANA (IMPLEMENTOR)

DI SMA NEGERI 2 TANJUNG KABUPATEN TABALONG

Kamilah, Budi Setiawati*), Suwandi*) kamilapradata@gmail.com

ABSTRAK

Implementasi Kebijakan Sertifikasi Guru Dilihat Dari Aspek Kecendrungan Pelaksana (Implementor) pada SMA Negeri 2 Tanjung Kabupaten Tabalong. penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana proses pelaksanaan kebijakan sertifikasi guru di SMA Negeri 2 Tanjung dengan menggunakan teori yang digagas oleh Van Meter dan Van Horn berupa, standar dan sasaran kebijakan, sumber daya, hubungan antar organisasi, karakterisitik agen pelaksana, kondisi ekonomi, sosial dan politik serta disposisi implementor dimana keenam variabel/indikator ini sangat berperan dalam proses implementasi kebijakan. Dari ke enam Indikator itu peneliti memfokuskan pada Disposisi Implementor. Pada penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif dengan melakukan wawancara langsung kepada nara sumber dan dokumentasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa implementasi kebijakan sertifikasi guru di SMA Negeri 2 Tanjung telah berjalan dengan cukup baik.

Kata Kunci: Implementasi, Kebijakan Sertifikasi Guru, Kualitas Guru

IMPLEMENTATION OF THE POLICY CERTIFICATION TEACHER VIEWED FROM ASPECT IMPLEMENTING TREND

(IMPLEMENTOR) IN SMA NEGERI 2 TANJUNG TABALONG REGENCY

ABSTRACT

Implementation of the Policy Certification Teacher Seen From the Implementing Aspect (Implementor) at SMA Negeri 2 Tanjung, Tabalong regency. this research is to find out how the process of implementing teacher certification policies at SMA Negeri 2 Tanjung by using the theory initiated by the Van Meter and Van Horn in the form of standards and policy targets, resources, relations between organizations, characteristics of implementing agents, economic, social and political conditions and the disposition of the implementor where the six variables / indicators are very important in the process of implementing the policy. From the six indicators, the researcher focused on the Implementor Disposition. The research used is descriptive method with a qualitative approach by conducting direct interviews with resource persons and documentation. The results of this study indicate that the implementation of the teacher certification policy at SMA Negeri 2 Tanjung has gone quite well.

(2)

JAPB : Vol. 1, No. 1, April 2018 394 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan sebagai salah satu aspek yang memberikan kontribusi

besar dalam

menghasilkan manusia yang berkualitas dan memiliki peranan penting dalam mengembangkan sumber daya manusia yang diperlukan bagi pembangunan disemua kehidupan bangsa.

Pendidikan tidak akan memberikan sumbangan yang signifikan tanpa didukung oleh guru yang profesioal. Karena alasan inilah maka pemerintah

selalu berupaya keras untuk meningkatkan mutu guru mulai dari peningkatan kualifikasi guru sampai kepada standarisasi profesionalisme guru melalui program sertifikasi guru.

Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003, Undang-Undang RI Nomor 14 Tahun 2005 dan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 mengisyaratkan bahwa guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani

(3)

JAPB : Vol. 1, No. 1, April 2018 395 dan rohani, serta memiliki

kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan Nasional. Persyaratan akademik guru adalah S1/D-IV yang dibuktikan dengan ijasah sesuai dengan jenis, jenjang, dan satuan pendidikan formal di tempat penugasan. Persyaratan kompetensi guru mencakup penguasaankompetensi pedagogic,

professional, keperibadian, dan sosial yang dibuktikan dengan sertifikat pendidik yang diperoleh melalui sertifikasi.

Tidak terkecuali dengan daerah Kabupaten Tabalong Kalimantan Selatan yang mememilki 13 sekolah Menengah Atas (SMA) yang tersebar di setiap kecamatan berdasarkan data sudin dikmen tahun 2017. Adapun jumlah guru di SMA Negeri 2 Tanjung Kabupaten Tabalong tahun 2017 yang berstatus Pegawai Negeri Sipil (PNS) adalah sebanyak 43 Orang. Sudah 38 orang guru yang telah mendapatkan sertifikasi guru, dan tersisa 5 orang guru yang belum bersertifikasi dikarenkan masih kurang masa kerjanya.

Implementasi Kebijakan sertifikasi guru di SMA Negeri 2 Tanjung, bagi peneliti adalah sesuatu yang menarik untuk dipelajari karena merupakan bagian penting dari peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia melalui peningkatan mutu dan kesejahteraan guru, khususnya di Kabupaten Tabalong. Mutu pendidikan tidak dapat dipisahkan dari peran guru sebagai pendidik dan pengajar. Tanpa guru, pendidikan menjadi tidak terarah dan hampa makna.

Hal yang menjadi persoalan dalam implementasi sertifikasi guru antara lain banyaknya masyarakat, khususnya guru, mengganggap pemilihan peserta sertifikasi guru kurang fair, karena guru yang masuk nominasi sertifikasi, tetapi sebenarnya tidak memenuhi syarat kualifikasi. Sebenarnya tidak semua anggapan mereka yang tidak mendukung program sertifikasi itu benar semua, ada beberapa faktor yang menyebabakan kenapa guru-guru tersebut tidak masuk dalam daftar program sertifikasi.

(4)

JAPB : Vol. 1, No. 1, April 2018 396 Menurut Andis Sukri

Syamsuri Universitas Muhammadiyah Makasar

andissukrisyamsuri@unismuh.ac.id dan Nurdin Universitas Muhammadiyah Makasar nurdin@unismuch.ac.di dalam jurnalnya mengatakan Pasca Sertifikasi Guru menjadi Profesional, dibanding sebelum ada Sertifikasi. Seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat dalam berbagai aspek kehidupan telah membawa dampak terhadap pola pikir masyarakat akan pentingnya kualitas sumber daya manusia.

Namun terjadi pro dan kontra pada implementasi program sertifikasi guru ini. Nurafni dalam tulisan jurnalnya Pro dan Kontra Implementasi Program Sertifikasi Guru dalam Peningkatan Mutu Pendidikan. Kebijakan sertifikasi guru telah menuai pro dan kontra di masyarakat dikarenakan banyak kelemahan dan kecurangan baik

konsep maupun teknis

pelaksanaannya.

Implementasi kebijakan sertIfikasi guru memang telah

memberikan reward kepada guru, namun tidak dibarengi dengan punishment.

Dalam proses kebijakan selalu terbuka kemungkinan terjadi perbedaan antara apa yang diharapkan oleh pembuat kebijakan dengan realita dilapangan atau implemtation gap. Dampak negatif dari realita ini, berkembang beberapa anggapan miring dari proses implentasi kebijakan sertifikasi guru bagi guru profesional, bahwa kebijakan sertifikasi guru tidak banyak merubah profesionalitas guru di dalam proses pembelajaran.

Asumsi ini mungkin saja cukup beralasan. Pasalnya, perilaku guru drastis berubah setelah mendapatkan tunjangan para guru atau yang disebut sertifikasi. Contohnya dari segi ekonomi para guru penerima TPP ini hidupnya boleh dikatakan makmur dan sejahtera, namun di sisi lain ada beberapa guru penerima TPP ini yang tidak mengerti atau tidak menguasai sama sekali TIK. Hal ini dikemukakan oleh I Wayan

(5)

JAPB : Vol. 1, No. 1, April 2018 397 Santayasa yang diangkat kembali

dalam tulisan Nanang Abdillah, M.Pd.I dkk dengan judul Opini Stakeholder Dampak Kebijakan Sertifikasi Guru terhadap Profesional Guru. Diantaranya ada persepsi yang berkembang didalam masyarakat sehubungan dengan implementasi kebijakan tunjangan profesi pendidik bagi guru yang bersertifikasi : guru penerima TPP yang mengikuti proses pelatihan pengembangan profesi hanya sebagai wujud formalitas semata.

Berbeda dengan I Wayan Santayasa yang menilai implementasi kebijakan sertifikasi guru tidak sepenuhnya berjalan optimal dan sesuai harapan serta masih perlu dikaji ulang. Bagi Anindhita Kiky Amrynudin, Sundarso, Ari subowo dalam jurnalnya berjudul Implementasi Kebijakan Sertifikasi Guru SD di Kabupaten Tegal yang mengacu pada Undang-Undang Guru Dosen Nomor 14 tahun 2005 isinya adalah untuk menentukkan

kelayakan guru dalam

pembelajaran, meningkatkan kesejahteraan guru serta

meningkatkan martabat guru dalam rangka mewujudkan pendidikan nasional yang bermutu. Berdasarkan beberapa gejala permasalahan tersebut di atas perlu dilakukan suatu kajian tentang Implementasi Kebijakan Sertifikasi Guru Dilihat Dari Aspek Kecendrungan Pelaksana (Implementor) di SMA Negeri 2 Tanjung Kabupaten Tabalong). Tujuan penelitian ini mengacu pada teori implentasi kebijakan publik oleh Van Meter dan Van Horn yang menjelaskan bahwa implementasi kebijakan model Van Meter dan Van Horn adalah : 1. Ukuran-ukaran dasar dan

tujuan kebijakan. 2. Sumber Kebijakan.

3. Komunikasi antar organisasi dan kegiatan-kegiatan pelaksanaan.

4. Karakteristik badan-badan pelaksana.

5. Kondisi-kondisi ekonomi, sosial dan politik.

6. Kecendrungan Pelaksana (implementor).

Penelitian Implementasi Kebijakan Sertifikasi Guru Dilihat

(6)

JAPB : Vol. 1, No. 1, April 2018 398 Dari Aspek Kecendrungan

Pelaksana (Implementor) di SMA Negeri 2 Tanjung Kabupaten Tabalong ini untuk mengetahui proses pelaksanaan kebijakan sertifikasi guru SMA Negeri 2 Tanjung serta untuk mengetahui dan menganalisis faktor-faktor pendukung dan penghambat implementasi kebijakan sertifikasi guru SMA Negeri 2 Tanjung Kabupaten Tabalong yang diharapkan dapat bermanfaat bagi ilmu pengetahuan, yaitu untuk merekomendasikan teori-teori sehingga memberikan kontribusi dalam mengimplementasikan teori-teori yang telah ada dan dapat menambah kepustakaan tentang kebijakan sertifikasi guru di Indonesia secara umumnya.

Sedangkan secaara praktis dapat dijadikan masukan bagi instansi terkait untuk memperbaiki implementasi kebijakan sertifikasi guru di Kabupaten Tabalong khususnya SMA Negeri 2 Tanjung serta memberikan informasi bagi bahan informasi bagi peneliti lain dalam meneliti permasalahan terkait dimasa yang akan datang.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimanakah Implementasi Kebijakan Sertifikasi Guru Dilihat Dari Aspek Kecendrungan Pelaksana (Implementor) di SMA Negeri 2 Tanjung Kabupaten Tabalong.

2. Faktor-faktor apa sajakah yang menjadi penghambat Implementasi Sertifikasi Guru

Dilihat Dari

Aspek Kecendrungan

Pelaksana (Implementor) di SMA Negeri 2 Tanjung Kabupaten Tabalong.

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk meneliti dan menganalisis implentasi Sertifikasi Guru Dilihat Dari

Aspek Kecendrungan

Pelaksana (Implementor) di SMA Negeri 2 Tanjung Kabupaten Tabalong.

2. Untuk mengetahui faktor- faktor yang menghambat Implementasi kebijakan

(7)

JAPB : Vol. 1, No. 1, April 2018 399 sertifikasi guru dilihat dari

aspek Kecendrungnan Pelaksana (Implementor) di SMA negeri 2 Tanjung. D. Manfaat

a. Bagi Peneliti dapat mengetahui tentang implementasi kebijakan sertifikasi guru di SMA Negeri 2 Tanjung.

b. Bagi Guru (Pendidik) di SMA Negeri 2 Tanjung. Hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan bagi guru untuk mampu mengembangkan potensi dan meningkatkan profesionalisme sebagai pendidik.

c. Bagi Pemerintah

Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan bagi Pemerintah, khususnya Dinas Pendidikan dalam mengambil keputusan agar implementasi kebijakan sertifikasi guru dapat berjalan secara optimal.

d. Bagi Mahasiswa

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan atau sumbangan pemikiran bagi penulis lainnya yang ingin

mengamati kebijakan

sertifikasi guru di sekolah menengah atas, maupun

berbagai pihak yang terkait dalam pelaksanaannya.

TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu

Andis Sukri Syamsuri dan Nurdin (2016) melakukan penelitian dengan judul “ Profesionalisme Guru dan Pasca Sertifikasi “ di Kabupaten Pinrang. Hasil kesimpulan penelitian menunjukan bahwa kinerja guru sebelum sertifikasi belum begitu maksimal dalam membuat perangkat pembelajaran yaitu Silabus dan RPP.

Nurafni dengan judul jurnal “ Pro dan Kontra Implementasi Sertifikasi Guru dalam Peningkatan Mutu Pendidikan di Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) “. Penelitian di fokuskan kepada desk Study intensif sehingga diperoleh gambaran tentang pro dan kontra program sertifikasi guru di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD). Kesimpulan penelitian berdasarkan hasil observasi dan wawancara dilapangan terindikasi bahwa persepsi masyarakat terhadap program sertifikasi guru

(8)

JAPB : Vol. 1, No. 1, April 2018 400 cendrung kurang memuaskan.

Program sertifikasi guru cenderung lebih merupakan alat

untuk meningkatkan

kesejahteraan guru.

Anindhita Kiky Amrynudin, Sundarso, Ari Subowo dengan judul jurnal “ implementasi Kebijakan Sertifikasi Guru SD di Kabupaten Tegal ”. Penelitian ini

untuk mengetahui dan

menganalisis proses pelaksanaan kebijakan sertifikasi guru SD di Kabupaten Tegal. kesimpulan penelitian : Sumber data dalam penelitian ini menggunakan data primer yaitu data yang berupa teks hasil wawancara dan diperoleh melalui wawancara informan yang sedang dijadikan sampel dalam penelitian.

B. Landasan Teori

a.Model implementasi Kebijakan Van Meter dan Van Horn Model pendekatan implementasi kebijakan yang dirumuskan Van Meter dan Van Horn disebut dengan A model of the policy implementation (1975). Proses implementasi ini merupakan sebuah abstraksi atau performansi suatu pengejawatahan kebijakan

yang pada dasarnya secara sengaja dilakukan untuk meraih kinerja implementasi kebijakan yang tinggi berlangsung dalam hubungan berbagai variabel.

Beberapa variabel (indikator) yang saling berkaitan.

Variabel-varibel (indikator) tersebut di jelaskan oleh Van Meter dan Van Horn (Winarno, 2014 : 159) tersebut :

1.) Ukuran-ukuran dasar dan tujuan kebijakan.

2.) Sumber kebijakan.

3.) Komunikasi antar organisasi dan kegiatan-kegiatan pelaksanaan.

4.) Karakteristik badan-badan pelaksana.

5.) Kondisi-kondisi ekonomi , sosial dan politik.

6.) Kecenderungan Pelaksana (implementor).

Model Van Meter dan Van Horn (Winarno, 2002 : 102) membatasi implementasi kebijakan sebagai tindakan- tindakan yang dilakukan individu- individu (kelompok-kelompok) pemerintah maupun swasta yang diarahkan untuk mencapai tujuan

(9)

JAPB : Vol. 1, No. 1, April 2018 401 METODE PENELITIAN

A . Pendekatan dan Jenis yang telah ditetapkan dalam

keputusan-keputusan sebelumnya. b. Indikator Kecenderungan Pelaksana (implementor) Menurut pendapat Van Metter dan Van Horn dalam Agustinus (2006): ”sikap penerimaan atau penolakan dari agen pelaksana kebijakan sangat mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan implementasi kebijakan publik. Terdapat tiga macam elemen respon yang dapat mempengaruhi kemampuan dan kemauannya untuk melaksanakan suatu kebijakan, antara lain terdiri dari pertama, pengetahuan

(cognition), pemahaman dan

pendalaman (comprehension and

understanding) terhadap

kebijakan, kedua, arah respon mereka apakah menerima, netral atau menolak (acceptance,

neutrality, and rejection), dan

ketiga, intensitas terhadap kebijakan. para pelaksana

(implementors) terhadap standar

dan tujuan kebijakan juga merupakan hal yang “crucial”. Implementors mungkin bisa jadi gagal dalam melaksanakan kebijakan, dikarenakan mereka

menolak apa yang menjadi tujuan suatu kebijakan (Van Mater dan Van Horn, 1974).

F. Kerangka Konseptual

Indikator Faktor-faktor Penghambat dari Van Meter dan Van Horn di antaranya :

1. Kekurangan dan keterlambatan pencairan tunjangan sertifikasi guru

2. Ketidaksiapan guru mengikuti sertifikasi guru karena berkas yang hilang dan tercecer 3. Format SK mengajar sering berubah-rubah 4. Sanksi yang ada belum diterapkan secara efektif

untuk kecurangan portofolio, pemenuhan 24 jam mengajar dan guru yang tidak disiplin

5. Kurangnya staff yang menangani sertifikasi guru 6. Tujuan sertifikasi guru belum dipahami sepenuhnya

oleh guru.

Meningkatkan Kesejahteraan Guru 1. Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen pada Desember 2015 adalah persoalan sertifikasi guru.

2. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional

3. Permindiknas Nomor 16 Tahun 2005 Tentang Standar Kualifikasi dan Kompetensi Pendidik

Indikator Implementasi Kebijakan Van Meter dan Van Horn (1997)

1. Kecendrungan Pelaksana (implementor)

a. Pengetahuan b. Pemahaman c. Respon

(10)

JAPB : Vol. 1, No. 1, April 2018 402 METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Dalam Penelitian ini digunakan analisis jenis data kualitatif yaitu penelitian yang mendeskripsikan apa yang terjadi pada saat melakukan penelitian. Metode yang di gunakan dalam penelitian ini adalah metode Deskriptif yang dapat diartikan sebagai proses pemecahan masalah yang teliti dengan melukiskan keadaan subyek dan objek penelitian pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau bagaimana adanya (Nawawi, 2003).

Teknik Analisis Data

Teknik Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisi data kualitatif yaitu kondensasi data, display/penyajian data dan kesimpulan .

HASIL PEMBAHASAN PENELIITIAN

A. Analisis Data Penelitian

Pada penelitian ini peneliti menggunakan model implementasi

Van Meter dan Van Horn sebagai alat untuk menganalisis, dalam model implementasi Van Meter dan Van Horn ini terdapat enam indikator yang membentuk hubungan antara kebijakan dengan pelaksanaan (performance). Model ini tidak mengkhususkan hubungan antara variabel bebas (independent variable) dengan variabel tergantung (dependent variable), tetapi juga hubungan antara variabel bebas itu sendiri. Keenam variabel (Indikator) yaitu Ukuran-ukuran dasar dan tujuan kebijakan, Sumber kebijakan, Komunikasi antar organisasi dan kegiatan-kegiatan pelaksanaan, Karakteristik badan-badan pelaksana, Kondisi-kondisi ekonomi, sosial dan politik dan Kecendrungan

(implementor) Pelaksana

(Winarno, 2002:195).

Standar dan tujuan kebijakan merupakan faktor yang akan mempengaruhi proses implementasi. Ketidak menentuan standar dan tujuan kebijakan dapat membuat kesulitan bagi implementor untuk memahaminya dan sekaligus dapat memunculkan keragaman pada disposisi (kecenderungan implementor untuk melaksanakan

(11)

JAPB : Vol. 1, No. 1, April 2018 403 kebijakan). Unsur yang dapat

mempengaruhi keberhasilan pelaksanaan sebuah kebijakan menurut Van Meter dan Van Horn salah satunya adalah kecendrungan implementor (pelaksana). Kecendrungan implementor (pelaksana) dalam peneliitian ini dapat terlaksana sesuai yang diharapkan khususnya di SMA Negeri 2 Tanjung. .

Kecendrungan pelaksana ini terdapat tiga macam elemen respon yaitu, pengetahuan (cognition), pemahaman dan pendalaman (comprehension and understanding) terhadap kebijakan, serta respon mereka apakah menerima, netral atau menolak (acceptance, neutrality, and

rejection), tentang Kebijakaan

Implementasi Sertifikasi guru. B. Pembahasan

Kebijakan sertifikasi guru adalah suatu pilihan tindakan pemerintah dalam rangka memberdayakana profesi guru dan peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia melalui uji kualitas akademik dan kompetensi pendidik dalam rangka pemberian penghargaan kepada guru. Penghargaan

tersebut bersifat materi berupa pemberian tunjangan profesi sebesar 1 kali gaji pokok. Kebijakan tersebut selanjutnya harus diimplementasikan karena implementasi kebijakan merupakan faktor yang paling penting bagi keberhasilan sebuah kebijakan.

Keberhasilan implementasi kebijakan sertifikasi guru di SMA Negeri 2 Tanjung ditentukan oleh banyak faktor dan masing-masing faktor tersebut saling berhubungan satu sama lain. Implementasi kebijakan sertiifikasi guru SMA Negeri 2 Tanjung di Kabupaten Tabalong secara umum sudah cukup berjalan baik. Peneliti hanya memfokus kan pada salah satu Variabel/Indikator saja yaitu Implementasi kebijakan sertifikasi di lihat dari aspek Kecendrungan Implementor. Disposisi dalam implementasi kebijakan publik diartikan sebagai

kecenderungan, keinginan atau kesepakatan para pelaksana untuk melaksanakan kebijakan terhadap tiga elemen yang mempengaruhi kemampuan

(12)

JAPB : Vol. 1, No. 1, April 2018 404 dan kemauan para pelaksana

dalam mengimplementasi kan kebijakan publik yaitu, pengetahuan (cognition), pemahaman dan pendalaman

(comprehension and

understanding) terhadap

kebijakan, serta respon mereka apakah menerima, netral atau menolak (acceptance, neutrality,

and rejection), tentang

Kebijakaan Implementasi Sertifikasi guru .

Ke tiga elemen itu sangat penting terutama pengetahuan yang luas dan mendalam bagi administrator publik dalam memahami implementasi kebijakan sertifikasi guru diharapkan agar kebijakan

sertifikasi dapat

terimplementasikan oleh para administrator publik atau implementator melalui berbagai program dan kegiatan akan tercapainya tujuan sertifikasi guru dalam peningkatan profesionalitas guru dan kualitas anak didik yang baik.Dari hasil penelitian, peneliti dapat menyimpulkan bahwa pelaksana kebijakan sertifikasi di SMA

Negeri 2 Tanjung Kabupaten Tabalong sudah berjalan sesuai dengan aturan dan ketentuan dalam Undang-Undang Nomor. 14 Tahun 2005. Sikap pelaksana (Kecendrungan implementor) telah sesuai dalam peran dan tugas masing-masing dan mendukung teori Van Meter dan Van Horn.

Faktor penghambat Implementasi kebijakan sertifikasi guru Dilihat dari Aspek Kecendrungan Pelaksana (Implemtor) di SMA Negeri 2 Tanjung Kabupaten Tabalong

Implementasi kebijakan merupakan suatu proses untuk mewujudkan sebuah rencana kedalam praktek atau mewujudkan rencana-rencana menjadi kenyataan. Namun pada kenyataannya sering kali sebuah kebijakan mendapati berbagai hambatan sehingga membuat implementasi kebijakan menjadi tidak berhasil. Sedang kan menurut Anindhita Kiky Amrynudin, Sundarso, Ari subowo dalam jurnalnya berjudul

Implementasi Kebijakan Sertifikasi Guru SD

(13)

JAPB : Vol. 1, No. 1, April 2018 405 Implementasi Kebijakan

sertifikasi mempunyai faktor penghambat yaitu :

1. Kekurangan dan

keterlambatan pencairan tunjangan sertifikasi guru. 2. Ketidaksiapan guru mengikuti

sertifikasi guru karena berkas yang hilang dan tercecer 1. Format SK mengajar sering

berubah-rubah.

2. Sanksi yang ada belum diterapkan secara efektif untuk kecurangan portofolio, pemenuhan 24 jam mengajar dan guru yang tidak disiplin. 3. Kurangnya staff yang

menangani sertifikasi guru. 4. Tujuan sertifikasi guru belum

dipahami sepenuhnya oleh guru.

Implementasi kebijakan sertiifikasi guru di SMA Negeri 2 Tanjung Kabupaten Tabalaong memang terdapat beberapa faktor yang menghambat dalam pelaksanaa kebijakan sertifikasi guru, diantaranya yang paling

mendasar seringnya

keterlambatan pencairan dana sertifikasi, Ketidaksiapan dalam pemberkasan, Format Sk yang

sering berubah, pemenuhan jam mengajar yang harus 24 jam dalam seminggu, kekurangan staff dan masih ada sebagian kecil yang belum paham terhadap tujuan sertifiksi tersebut. Sebagian keterlambatan tidak cairnya dana tunjangan sertifikasi itu di karenakan data tidak valid karena yang bekerja disini adalah sistem aplikasi dalam mengentry data. Namun tidak usah kuatir data yang tidak valid itu masih bisa dilakukan perbaikan data. PENUTUP

A. Kesimpulan

Kebijakan Sertifikasi Guru adalah kebijakan pemerintah yang muncul dari tuntutan penciptaan sosok guru yang

profesional. Dimana

profesionalitas seorang guru di atas kertas dibuktikan dengan sertifikat pendidik. Sertifikasi guru merupakan suatu metode yang digunakan untuk meningkatkan kualitas dan status profesi mengajar guru. Dalam hal ini sertifikasi guru diartikan sebagai pemberian pengakuan bahwa seseorang telah memiliki

(14)

JAPB : Vol. 1, No. 1, April 2018 406 kompetensi untuk meningkatkan

kualitas pelayanan pendidikan. Berdasarkan hasil dan

pembahasan pada bab

sebelumnya, maka dapat disimpulkan :

1. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa Implementasi Kebijakan Sertifikasi Guru Dilihat Dari Aspek Kecendrungan Pelaksana (Implementor) Di SMA Negeri 2 Tanjung Kabupaten Tabalong secara umum sudah terlaksana cukup baik.

2. Faktor penghambat Implementasi Kebijakan Sertifikasi Guru Dilihat Dari Aspek Kecendrungan Pelaksana (Implementor) Di SMA Negeri 2 Tanjung Kabupaten Tabalong adalah:

a. Kekurangan dan

keterlambatan pencairan tunjangan sertifikasi guru.

b. Ketidaksiapan guru mengikuti sertifikasi guru karena berkas yang hilang dan tercecer.

c. Format SK mengajar sering berubah-rubah. d. Sanksi yang ada belum

diterapkan secara efektif untuk kecurangan portofolio, pemenuhan 24 jam mengajar dan guru yang tidak disiplin. e. Kurangnya staff yang

menangani sertifikasi guru.

f. Tujuan sertifikasi guru

belum dipahami

sepenuhnya oleh guru. 3. SOP yang tidak konsisten

selalu berubah-ubah tiap tahunnya, sehingga

menyulitkan guru

menyesuaikan. B. Saran

Berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian yang dikemukakan diatas, peneliti memberikan saran-saran dalam proses Implementasi Kebijakan Sertifikasi Guru Dilihat Dari Aspek Kecendrungan Pelaksana (Implementor) Di SMA Negeri 2 Tanjung Kabupaten Tabalong sebagai berikut :

1. Berkaitan dengan Disposisi Implementor, pihak Dinas

(15)

JAPB : Vol. 1, No. 1, April 2018 407 Pendidikan dan Kebudayaan

kabupaten/Kota Tabalong dan Kepala Sekolah SMA Negeri 2 Tanjung diharapkan untuk lebih memberikan perhatian pada penerapan empat kompetensi guru yang menjadi acuan pada pelaksanaan proses sertifikasi guru, yang berkaitan dengan proses pembelajaran oleh guru di sekolah dengan memberikan motivasi berprestasi melalui pembinaan terutama dalam proses pembelajaran di dalam kelas, sehingga mutu pendidikan dapat mengalami peningkatan.

2. SOP yang selalu berganti, pihak daerah (Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi maupun Kabupaten)

seharusnya dapat

menyampaikan keluhan dan aspirasi guru yang kebingungan akan aturan kepada Dinas Provinsi dan Pusat karena lazimnya yang membuat SOP adalah pembuat kebijakan agar

kebijakan tersebut dapat terlaksana.

3. Berkaitan dengan sikap para guru-guru senior yang terkadang agak malas untuk melengkapi berkas- berkasnya diharapkan kepada Kepala Sekolah untuk menyampaikan dengan lebih sedikit tegas, perhatian serta pendekatan yang lebih intensif agar mereka mau bekerjasama supaya tidak ada lagi keterlambatan dalam pemberkasan sertifikasi.

DAFTAR PUSTAKA 1) Bagong Suyanto &

Sutinah 2007. Metode Penelitian Sosial : Berbagai Alternati Pendekatan , Kencana, Jakarta 2) Harbani 2014. Teori Administrasi Publik, Alfabeta, Bandung 3) Dr.Harbani Pasolong, M.Si, 2013, 2016 . Metode Peneliitian Administrasi

(16)

JAPB : Vol. 1, No. 1, April 2018 408 4) Prof. Dr. Sugiyono

2011,Metode Penelitian

Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, R

& D), Alfabeta, Bandung

5) Sanapiah Faisal , 2010. Format-format Penelitian Sosial, Raja Grafindo, Jakarta

6) Subarsono 2012, Analisis

Kebijakan Publik :

Konsep, Teori dan

Aplikasi, Pustaka,

Yogyakarta

7) Sri Suwitri, 2011. Konsep Dasar Kebijakan Publik,

Badan Penerbit

Universitas Diponegoro,

Semarang

8) Trianto, Titik Triwulan Tutik 2007, Sertifikasi

Guru dan Upaya

Peningkatan Kompetensi

dan kesejahteraan,

Prestasi Pustaka, Jakarta

Jurnal

1) Andis Sukri syamsuri, Nurdin “,Profesinalisme Guru Pasca Sertifikasi “Dalam Jurnal Equilibrium pendidikan Sosiologi ,

Volume IV No.2

November 2016:

Universitas

Muhammadiyah Makasar. 2) Anindhita Kiky Amry

nudin, sundarso, Ari Subowo “ Implementasi Kebijakan Sertifikasi Guru SD di Kabupaten

Tegal ,

Dokumenanin@gmail.com 3) Khairul Azwar, YUsrizal,

Murniati, AR “ Pengaruh Sertifikasi dan Kinerja Guru terhadap peningkatan hasil belajar siswa di SMP Negeri 2 Banda Aceh “ Dalam Jurnal Administrasi Pendidikan, Volume 3 No. 2 Mei 2015

4) Nanang Abdillah, M.Pd.I, Sutono, M.Pd.I, Muhammad Mahfuz, M.Th “ Opini Stakeholder

Dampak Kebijakan

Sertifikasi Guru Terhadap Profesionalisme Guru di Kab. Gresik “. Dalam Jurnal Kependidikan Islam Volume 4, Nomor 2 Tahun 2014

(17)

JAPB : Vol. 1, No. 1, April 2018 409 5) Nurafni, “ Pro dan Kontra

Impllementasi Program Sertifikasi Guru dalam

Peningkatan Mutu

Pendidikan di Nanggroe Aceh Darussalam “ Dalam Jurnal Demokrasi Vol.X No. 1 Th. 2011

Skripsi

1) Tias Prihtianti 2011. Implementasi Sertifikasi Guru Dalam Meningkatkan Profesional Guru (Studi Kasus di SMAN 1 Nguter, Sukoharjo Tahun Pelajaran 2010/2011) di Kota Surakarta. Skripsi . Fakultas Keguruan Dan Ilmu

Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta

Tesis

1) Hasan Subhan 2012. Implementasi Kebijakan Sertifikasi Guru di SMA Negeri 1 Jatibarang Dan SMA Negeri 1 Juntinyuat Kabupaten Indramayu. Tesis. Fakultas Ilmu sosial dan Ilmu Politik Program Studi Ilmu

Administrasi Kekhususan Administrasi Dan Kebijakan Pendidikan Jakarta

Sumber Lain :

(http://id.wikipedia.org/wiki/kebijkn) Agus Wibowo 21 Mei 2007, http//:www.kabarindonesia. com diakses pada 05 Mei 2018 pukul 10.03 WITA

Peraturan Perundang-Undangan :

Undang-Undang Nomor 20

Tahun2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional

Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen .

Referensi

Dokumen terkait

"Saya akui kajian yang bertajuk 'Tinjauan Tahap Pengetahuan Pelajar Mengenai Bidang Pekerjaan Dalam Industri Pelancongan di Politeknik Johor Bahru' adalah hasil kerja

Berdasarkan hasil tanggapan responden seperti yang ditunjukkan oleh tabel 4.18 di atas, sebagian besar responden atau sebanyak 40,6% menyatakan setuju terhadap lingkungan

Thus, we address a completely different problem compared to [4][5][10], since in our case we are mainly interested in detecting the characteristics of the environment rather than

 Konsentrasi dan lamanya pemaparan berpengaruh terhadap laju pertumbuhan harian ikan (SGR) Mujair (Oreocromis mossambicus), dimana konsentrasi yang berpengaruh secara nyata

Dilihat dari garis trend di atas, nasabah dengan tingkat suku bunga 2% yang melakukan keterlambatan dalam pembayaran dari tahun 2001 sampai dengan tahun 2005 jumlahnya cenderung

[r]

Chaitin’s algorithmic approach would help to elucidate the relation between digitally encoded information and active forms , because forms and shapes are responsible for

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui aktivitas promoter keratin dan heat shock pada ikan koi Cyprinus carpio , yang disambungkan dengan gen Green Fluorescent