76 JOURNAL OF BANKING AND FINANCIAL TECHNOLOGY
Website : https://edumediasolution.com/index.php/jbft Email: journalofbank@gmail.com
Call Center: 082234441600
Jl Sidomulyo, Babadan, Kab. Ponorogo, Jawa Timur, ID, 63491
Pengaruh Surat Berharga dan Piutang
Murabahah
Terhadap Total Aset
Tresnawati a,1, , Asep Dadan Suganda b,2 *
a UIN Sultan Maulana Hasanuddin, Jln. Jend. Sudirman No. 30, Serang Banten, Indonesia b
UIN Sultan Maulana Hasanuddin, Jln. Jend. Sudirman No. 30, Serang Banten, Indonesia
1
ttresnawati0@gmail.com; 2 asdan1122@gmail.com; * * corresponding author
INFO ARTIKEL ABSTRAK
Riwayat Artikel Received: Revised: Accepted: Keywords: Surat Berharga, Piutang Murabahah, Total Aset
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh surat berharga yang dimiliki dan piutang murabahah terhadap total aset pada Bank Syariah Mandiri (BSM) baik secara parsial maupun simultan. Metode penelitian yang digunakan adalah metode analisis deskriptif dan analisis regresi linear berganda dengan menggunakan adalah data sekunder berupa laporan keuangan triwulan Bank Syariah Mandiri selama delapan tahun yaitu dari tahun 2011 sampai 2018. Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa surat berharga yang dimiliki (X1) berpengaruh signifikan terhadap total aset BSM dengan koefisien regresi 1,129 dengan arah koefisien positif dan nilai t hitung lebih besar dari t tabel, yaitu (3,026 > 2,04227), serta nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 yaitu (0,005 < 0,05). Sementara untuk piutang murabahah (X2) berpengaruh signifikan terhadap total aset BSM dengan koefisien regresi 0,768 dengan arah koefisien positif dan nilai t hitung lebih besar dari t tabel, yaitu (6,695 > 2,04227), serta nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 yaitu (0,000 < 0,05). Secara simultan, Surat berharga yang dimiliki dan piutang murabahah berpengaruh positif dan signifikan terhadap total aset BSM dengan nilai F hitung lebih besar dari F tabel yaitu (155,550>3,29). Dilihat dari nilai signifikansi sebesar 0,000 menunjukkan bahwa nilai tersebut lebih kecil dari 0,05 (0,000 < 0,05).
A. PENDAHULUAN
Keberadaan bank dalam perekonomian modern merupakan kebutuhan yang sulit dihindari, keduanya memiliki hubungan yang tidak dapat dipisahkan. Bank memberikan modal atau pinjaman kepada pelaku bisnis, peminjam menerima tambahan modal dari bank untuk meningkatkan usaha. Pada saat ini, bank tidak hanya memenuhi kebutuhan pelaku bisnis, baik bisnis biasa maupun kelas menengah ke atas, namun bank telah menyentuh lapisan masyarakat bawah juga. Bank digunakan untuk memeuhi kebutuhan masyarakat yang bersifat konsumtif maupun produktif. (Nainggolan, 2016).
Dalam sistem perbankan di Indonesia terdapat dua macam sistem operasional perbankan, yaitu bank konvensional dan bank syariah. sesuai UU No.21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, bank syariah adalah bank yang menjalankan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah, atau prinsip hukum islam yang diatur dalam fatwa Majelis Ulama Indonesia seperti prinsip keadilan dan keseimbangan (‘ad wa tawazun), kemaslahatan (maslahah), universalisme (alamiyah), serta tidak mengandung gharar, maysir, riba, zalim dan obyek yang haram. (OJK, n.d.)
Sebagai bank yang berorientasi pada profit, bank syariah berusaha mendapat keuntungan yang sebesar-besarnya namun harus tetap sesuai dengan prinsip syariah. Keuntungan tersebut didapatkan ketika perusahaan bisa menjalankan kegiatan operasionalnya dengan baik. Tentunya dibutuhkan kekayaan yang dapat menunjang segala kegiatan bank untuk menjalankan kegiatan operasionalnya. Dengan demikian suatu perusahaan atau bank dapat dinilai baik buruknya dari total kekayaan yang dimiliki. (Shufiyatin, 2019). Kekayaan bank bisa disebut juga sebagai aset atau pada laporan keuangan bisa disebut aktiva. Jumlah dari kekayaan atau aset suatu bank dapat dilihat dalam posisi laporan keuangannya. Laporan neraca keuangan menunjukkan kekayaan yang dimiliki perusahaan dan merupakan sumber daya bagi perusahaan untuk melakukan usaha.
77 Aset adalah sumber daya yang dikuasai oleh entitas syariah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan memiliki manfaat ekonomi masa depan bagi entitas syariah. Total aset bisa dikatakan sebagai indikator yang menentukan kontribusi perbankan syariah terhadap perbankan nasional serta sebagai suatu indikasi kuantitatif besar kecilnya bank tersebut. Maka perlu langkah-langkah strategis yang harus dilakukan guna meningkatkan total aset perbankan syariah.
Salah satu aset bank diperoleh dari penyaluran dana adalah bank membeli sejumlah surat berharga. Surat berharga (efek) adalah setiap surat pengakuan utang, surat berharga komersial, saham, obligasi, sekuritas kredit, tanda bukti utang, right, warrans, opsi, atau setiap derivatif dari efek atau setiap instrumen yang ditetapkan oleh Bapepam LK sebagai efek. Sifat efek yang diperdagangkan di pasar modal (bursa efek) biasanya berjangka waktu panjang. (Al Arif, 2012). Dengan menempatkan dana dalam bentuk surat berharga, bank dapat memperoleh keuntungan yang akan memberikan kontribusi terhadap rentabililtas bank.(Shufiyatin, 2019).
Selain surat berharga, peningkatan total aset suatu bank juga ditentukan pada kemampuan bank dalam menghimpun dana baik dari permodalan ataupun dana dari pihak ketiga serta besarnya jumlah pembiayaan. Hadirnya produkproduk bank syariah yang dikeluarkan cukup variatif. Akan tetapi kebanyakan bank syariah masih mengedepankan produk dengan akad jual beli seperti
murabahah. Kecenderungan masyarakat lebih memilih pembiayaan murabahah yang bersifat
produktif, sifat produktif ini akan menghasilkan keuntungan pada kemampuan manajemen bank yang bersangkutan dalam mengelola aset dan
liabilitas yang ada. (Rosediyana, 2019).
Dalam penelitian ini, objek penelitian yang digunakan adalah Bank Syariah Mandiri. Bank Syariah Mandiri merupakan salah satu Bank Syariah yang mempunyai aset terbesar di Indonesia. Berdasarkan Laporan Keuangan Triwulan Bank Syariah Mandiri Tahun 2011-2018 dapat diketahui bahwa surat berharga yang dimiliki, piutang murabahah, dan total aset senantiasa mengalami kenaikan dan penurunan (fluktuatif) dalam setiap periodenya dibandingkan dengan tahuntahun sebelumnya.
B. KAJIAN LITERATUR Surat Berharga
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, surat berharga adalah surat bernilai uang yang dapat diperjualbelikan atau digunakan sebagai agunan saham; bukti penyertaan modal. (Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, 2016). Sedangkan dalam istilah ekonomi Islam, surat berharga syariah adalah surat bukti berinvestasi berdasarkan prinsip syariah yang lazim diperdagangkan di pasar uang dan atau pasar modal seperti wesel, obligasi syariah, sertifikat reksadana syariah dan surat berharga lainnya yang berdasarkan prinsip-prinsip syariah. (Sholahuddin, 2011).
Surat berharga yang di maksud dalam PBI No.19/9/PBI/2017 tentang Penerbitan dan Trnasaksi Surat Berharga Komersial di Pasar Uang merupakan instrumen pasar uang yang memiiki kriteria tertentu seperti scripless, pengalihan dilakukan secara elektronik, diterbitkan secara diskonto, dalam denominasi rupiah atau valuta asing, bertenor tertentu, memiliki peringkat instrumen dengan batasan minimum tertentu, memenuhi persyaratan surat sanggup sebagaimana diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang. (Peraturan Bank Indonesia, 2017).
Seperti dikutip oleh Man Suparman, Molengraaff mengatakan akta atau surat bukti, yang menurut keputusan/kehendak penerbit atau ketentuan Undang-Undang adalah satu-satunya alat pengesahan, setidaknya diperlukan untuk penagihan, itu disebut surat berharga atau surat yang berharga. Selain itu Rasjim Wiraatmadja menyimpulkan bahwa surat berharga adalah surat-surat yang bersifat dan mempunyai nilai seperti uang tunai dan dapat ditukarkan dengan uang tunai. (Sastrawidjaja, 2012).
Diantara jenis surat berharga yang dimiliki terdiri dari surat berharga pasar keuangan syariah, surat berharga pasar modal syariah dan lainnya.
78 Instrument keuangan yang diperdagangkan di pasar uang seperti Sertifikat Bank Indonesia (SBI), Surat Berharga Syariah Negara (SBSN), dan lain-lain.
1. Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBSI), adalah surat berharga berdasarka prinsip
2. syariah berjangka waktu pendek dalam mata uang rupiah yang diterbitkan oeh Bank Indonesia.
3. Surat Berharga Syariah Negara (SBSN), adalah surat berharga Negara yang diterbitkan berdasarkan prinsip syariah, sebagai bukti atas bagian penyertaan terhadap aset SBSN dalam mata uang rupiah. (Soemintra, 2009)
b. Surat Berharga Pasar Modal Syariah
Instrumen keuangan yang diperjualbelikan di pasar modal merupakan instrument jangka panjang (lebih dari satu tahun) seperti saham (stock), obligasi (sukuk), waran, reksadana, dan berbagai instrument derivatif, dan lain-lain.
1. Saham Syariah (Stock), adalah surat bukti atau kepemilikan bagian modal pada suatu perusahaan terbatas. Dengan dmeikian sipemiik saham merupakan pemilik perusahaan. Semakin besar saham yang dimilikinya, maka semakin besar pula kekuasaanya di perusahaan tersebut. Keuntungan yang diperoeh dari saham dikenal dengan nama dividen.
2. Obligasi Syariah (Sukuk), merupakan efek syariah berupa sertifikat atau bukti kepemilikan yang bernilai sama dan mewakili bagian penyertaan yang tidak terpisahkan atau tidak terbagi atas kepemilikan aset-aset berwujud tertentu, nilai manfaat dan jasa atas aset proyek tertentu ata aktivitas investasi tertentu, serta kepemilikan atas aset proyek tertentu atau aktivitas investasi tertentu.(Soemintra, 2009).
3. Waran Syariah, merupakan hak untuk membeli sebuah saham pada harga yang telah ditetapkan dengan waktu yang telah ditetapkan pula.
4. Reksadana Syariah, dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan dalam portofilio efek (saham, obligasi, valuta asing atau deposito) oleh manager investasi. Reksadana syariah tidak menginvestasikan pada saham-saham atau obligasi dari perusahaan yang pengelolaan atau produk bertentangan dengan syariat Islam. (Sudarsono, 2003).
Piutang Murabahah
Piutang murabahah berasal dari dua kata yaitu ‘piutang’ dan ‘murabahah’. Secara bahasa, piutang artinya uang yang dipinjamkan (yang dapat ditagih dari seseorang).
Murabahah artinya pembiayaan berdasarkan akad jual beli antara bank dan nasabah. (Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, 2016).
Secara ekonomi, piutang adalah tagihan yang timbul dari transaksi jual beli dan atau sewa berdasarkan akad murabahah, salam, istishna, dan atau ijarah. (Subagyo, 2009). Sedangkan murabahah adalah jual beli; menjual barang dengan menegaskan harga belinya kepada pembeli dan pembeli membelinya dengan harga yang lebih sebagai laba. Dalam hal ini, bank membeli barang yang diperlukan nasabah atas nama bank sendiri, kemudian bank menjual barang tersebut kepada nasabah (pemesan) dengan harga jual senilai harga beli plus keuntungan. (Sholahuddin, 2011).
Menurut Undang-Undang No.21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, yang dimaksud dengan akad murabahah adalah akad pembiayaan suatu barang dengan menegaskan harga belinya kepada pembeli dan pembeli membayarnya dengan harga yang lebih sebagai keuntungan yang disepakati. (UU RI No.21 Tentang Perbankan Syariah, 2008).
Seperti dikutip oleh Hengki Irawan, piutang menurut Sunarto dalam buku Intermediate Accounting adalah klaim atau tuntutan atas uang dari suatu perusahaan kepaa
79
pihak ketiga yang akan berakibat adanya penerimaan uang tunai di masa akan datang. (Setia Budi, 2011).
Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpullkan bahwa piutang murabahah
adalah tagihan yang terjadi setelah adanya pembiayaan berdasarkan akad jual beli. Semenara itu, dasar Hukum yang dijadikan pedoman pelaksanaan akad Murabahah
diantaranya yaitu:
a. Qs. Al-Baqarah ayat 275 b. Qs. An-Nisa ayat 29
c. Undang-Undang No 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah
d. Fatwa Dewan Syariah Nasional No 04/DSN-MUI/IV/2000 tentang Murabahah e. Peraturan Bank Indonesia No 9/19/PBI/2007 tentang Pelaksanaan Prinsip Syariah
dalam Kegiatan Penghimpunan Dana dan Penyaluran Dana serta Layanan Jasa Bank Syariah
f. Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No 24/POJK.03/2015 tentang Produk dan Aktivitas Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah
g. Pernyataan Standar Akutansi Keuangan No 102 tentang Akuntansi Murabahah Untuk rukun yang harus dipenuhi dalam melakukan transaksi dengan akad
Murabahah yaitu: (Al Arif, 2012).
a. Pelaku akad, yaitu bai’ (penjual) adalah pihak yang memiliki barang untuk dijual, dan musytari (pembeli) adalah pihak yang memerlukan dan akan membeli barang; b. Objek akad, yaitu mabi’ (barang dagangan) dan tsaman (harga);
c. Shighah, yaitu ijab dan qabul
Sedangkan untuk syarat-syarat akad Murabahah yang harus dipenuhi dalam transaksi diantaranya adalah: (Al Arif, 2012).
a. Penjual harus memberi tahu biaya modal kepada nasabah;
b. Kontrak pertama harus sah sesuai dengan rukun yang ditetapkan; c. Kontrak harus bebas dari riba;
d. Penjual harus menjelaskan kepada pembeli bila terjadi cacat atas barang sesudah pembelian;
e. Penjual harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan pembelian
Total Aset
Secara bahasa, total artinya jumlah dan aset adalah sesuatu yang mempunyai nilai tukar; modal; kekayaan. Sedangkan secara ekonomi, aset adalah semua benda yang berwujud atau hak berwujud yang mempunyai nilai uang, yang akan mendatangkan manfaat di masa yang akan datang. (Sholahuddin, 2011).
PSAK 50 (Revisi 2014) tentang Instrumen Keuangan, aset keuangan adalah setiap aset yang berbentuk: kas, instrumen ekuitas yang diterbitkan entitas lain, hak kontraktual, dan kontrak yang akan atau mungkin diselesaikan dengan menggunakan instrumen ekuitas yang diterbitkan oleh entitas. (Martini, 2015).
Ikatan Akuntan Indonesia, aset adalah sumber daya yang dikuasi oleh perusahaan sebagai akibat dari kejadian yang terjadi pada masa lalu dan mendatangkan manfaat ekonomis di masa depan bagi perusahaan. (I. A. Indonesia, 2018).
Kesimpulan dari beberapa pendapat di atas bahwa total aset adalah jumlah seluruh kekayaan yang dimiliki oleh suatu perusahaan atau dalam hal ini adalah bank, yang dihasilkan dari transaksi-transaksi di masa lalu dan mendatangkan manfaat ekonomis di masa depan.
Suatu aset mempunyai 3 sifat pokok yaitu sebagai berikut:
a. Mempunyai kemungkinan manfaat pada masa datang yang berbentuk kemampuan (baik sendiri maupun kombinasi dengan aktiva lain) untuk menyumbang pada aliran kas masuk pada masa datang, baik secara langsung maupun tidak langsung;
80
c. Transaksi-transaksi yang dapat menimbulkan hak perusahaan untuk memperoleh dan mengawasi manfaat tersebut sudah terjadi. (Umam, 2013).
Hubungan Surat Berharga yang Dimiliki Dengan Total Aset
Sumber dana suatu bank dapat diperoleh salah satunya dari penempatan dalam bentuk surat berharga. Surat berharga adalah surat komersial, saham, obligasi, tanda bukti, unit penyertaan kontrak investasi kolektif, kontrak berjangka atas efek dan setiap derivatif dan efek. Bank dapat memperoleh keuntungan yang pada akhirnya akan memberikan kontribusi terhadap rentabilitas bank. Surat berharga juga dapat diperjuabelikan sewaktu-waktu, sehingga kapan pun bank membutuhkan, bank dapat menjualnya untuk memenuhi keperuan likuiditas bank pada saat kelebihan likuiditas, bank perlu memilih instrumen surat berharga yang memiliki likuiditas pasar yang tinggi. Surat berharga yang memiliki likuiditas pasar yang tinggi, sangat mudah diperjualbelikan. (Pramingka, 2014).
Dengan adanya surat berharga, hal tersebut dapat menambah aktiva suatu bank. Surat berharga dapat menjaga likuiditas dan meningkatkan pendapatan bank seperti dengan adanya pembagian dividen, yang pada akhirnya dapat membuat aset menjadi besar.
Hubungan Piutang Murabahah Dengan Total Aset
Dalam bisnis perdagangan terdapat sejumlah barang yang akan dibeli kemudian barang tersebut dijual kembali. Bagi bank yang merupakan bisnis keuangan kegiatan membeli barang dan menjual barang juga terjadi, hanya bedanya dalam bisnis bank yang dijual dan dibeli adalah jasa keuangan, jasa keuangan dapat diperoleh dari berbagai sumber dana yang ada terutama sumber dana dari masyarakat luas. Dana yang berasal dari masyarakat luas merupakan dana terpenting bagi kegiatan operasi bank dan merupakan ukuran keberhasilan bank jika mampu membiayai operasinya dari sumber dana ini. (Kasmir, 2012).
Pembiayaan yang dikeluarkan dalam akad murabahah akan menentukan besarnya harta yang dikeluarkan dan keuntungan yang diterima oleh bank. Sehingga apabila piutang murabahah semakin besar maka akan mempengaruhi besarnya total aset yang dimiliki oleh bank. Karena bank akan mendapatkan aset perusahaan dengan meningkatkan kegiatan penyaluran dana kepada nasabah yaitu dengan cara meningkatkan produk pembiayaan berupa piutang murabahah.
C. METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan pada Bank Syariah Mandiri (BSM), karena BSM merupakan salah satu bank syariah dengan aset terbesar di Indonesia. Data yang digunakan dimuat pada situs web
www.ojk.go.id dan www.syariahmandiri.co.id untuk mendapatkan data Surat Berharga yang
dimiliki sebagai variabel independen (X1), Piutang Murabahah sebagai variabel independen (X2),
dan Total Aset sebagai variabel dependen (Y) dari tahun 2011 sampai 2018. Jenis metode penelitian yang digunakan pada kesempatan ini adalah metode kuantitatif. Metode kuantitatif adalah pendekatan ilmiah terhadap pengambilan keputusan manajerial dan ekonomi. Pendekatan ini berangkat dari data. Ibarat bahan baku dalam suatu pabrik, data ini diproses dan disajikan menjadi informasi yang berharga bagi pengambilan keputusan. Pemrosesan dan manipuasi data mentah menjadi informasi yang bermanfaat inilah merupakan jantung dari analisis kuantitatif. Komputer telah menjadi alat bantu utama dalam penggunaan analisis kuantitatif.(Kuncoro, 2011).
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain). Data sekunder merupakan data primer yang telah diolah lebih lanjut dan disajikan baik oleh pihak pengumpul data primer atau oleh pihak lain misalnya dalam bentuk tabel-tabel atau diagram-diagram. Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah data Laporan Keuangan Triwulan Bank Syariah Mandiri Tahunn 2011-2018. Penelitian ini menggunakan metode penelitian analisis statistic deskriptif yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi. (Sugiyono, 2015). Data yang di analisis dalam penelitian ini juga harus memenui syarat asumsi klasik yang meliputi Uji Normalitas, Uji Heteroskedastisitas, Uji
81 Multikolinearitas, dan Uji Autokorelasi. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa mengetahui apakah terdapat pengaruh atau seberapa besar pengaruh surat berharga yang dimiliki dan piutang
murabahah terhadap total aset Bank Syariah Mandiri tahun 2011-2018, maka penulis menggunakan
alat analisis regresi linear berganda dalam mengolah datanya dengan menggunakan aplikasi (software) yaitu statistic product and service solution (SPSS) versi 22. Dalam penelitian ini juga dilakukan Uji Statistik t, Uji Statistik F, Uji Koefisien Korelasi, dan Uji Koefisien Determinasi. (Sugiyono, 2015).
D. HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengujian pertama yang dilakukan adalah uji asumsi klasik, hasilnya menunjukan bahwa data dalam penelitian ini telah memenuhi syarat asumsi klasik. Artinya masing-masing variabel tidak terjadi atau bebas dari gejala normalitas, heteroskedastisitas, multikolinearitas dan autokorelasi. Setelah memenuhi syarat uji asumsi klasik, kemudian dilakukan uji analisis regresi linear berganda untuk membuktikan ada atau tidaknya hubungan fungsi kausal antara dua variabel bebas atau lebih dengan satu variabel terikat. Dari hasil uji tersebut diperoleh bahwa: Nilai konstanta (Y) sebesar Rp. 30.888.253,523 artinya jika variabel bebas (surat berharga yang dimiliki (X1)) dan piutang
murabahah (X2) bernilai nol atau tetap, maka total aset yang terjadi sebesar Rp. 30.888.253,523.
Sementara itu, koefisien regresi surat berharga yang dimiliki (X1) sebesar 1,129 dengan arah
koefisien positif, artinya jika surat berharga yang dimiliki naik sebesar satu persen, maka akan meningkatkan total aset BSM sebesar Rp. 1.129.000, - dengan asumsi bahwa variabel lain konstan. Untuk koefisien regresi piutang murabahah (X2) sebesar 0,768 dengan arah koefisien positif, artinya jika piutang murabahah naik sebesar satu persen, maka akan meningkatkan total asset BSM sebesar Rp. 768.000, - dengan asumsi bahwa variabel lain konstan.
Untuk mengetahui apakah surat berharga yang dimiliki dan piutang murbahah berpengaruh terhadap total aset secara parsial, maka dilakukan uji statistik t. Hasilnya menunjukan bahwa nilai t
hitung untuk variabel surat berharga yang dimiliki sebesar 3,026 lebih besar dari t tabel sebesar
2,04227 dengan nilai signifikansi variabel surat berharga yang dimiliki lebih kecil dari 0,05 (0,005 < 0,05). Dan nilai t hitung untuk variabel piutang murabahah sebesar 6,695 lebih besar dari nilai t tabel sebesar 2,04227 dengan nilai signifikansi variabel piutang murabahah yang lebih kecil dari 0,05 (0,000 < 0,05). Artinya bahwa secara parsial variabel surat berharga yang dimiliki dan variabel piutang murabahah berpengaruh terhadap total aset Bank Syariah Mandiri.
Sedangkan untuk mengetahui apakah surat berharga yang dimiliki dan piutang murabahah
berpengaruh terhadap total aset secara simultan dilakukan uji statistik F. Hasilnya menunjukan bahwa nilai F hitung lebih besar dari F tabel (155,550 > 3,29) dengan nilai signifikansi lebih kecil dari
0,05 (0,000 < 0,05). Artinya bahwa secara simultan variabel surat berharga yang dimiliki dan piutang murabahah berpengaruh signifikan terhadap total aset Bank Syariah Mandiri.
Dalam penelitian ini, peneliti juga melakukan uji koefisien korelasi dan uji koefisien determinasi. Koefisien korelasi menggambarkan kekuatan hubungan antara variabel dependen dengan variaben independen. Hasil uji menunjukan nilai koefisien korelasi (R) sebesar 0,956 yang berarti tingkat hubungan antara variabel Surat Berharga Yang Dimiliki dan Piutang Murabahah
dengan Total Aset sangat kuat karena berada pada interval (0,80-100). Sedangkan koefisien determinasi digunakan untuk menunjukan seberapa besar pengaruh variabel independen terhadap variebel dependen. Hasil uji menunjukan bahwa koefisien determinasi (R2) sebesar 0,915 atau (0,915 x 100% = 91,5%). Hal ini berarti variabel Surat Berharga Yang Dimiliki dan Piutang
Murabahah berkontribusi memberikan pengaruh terhadap Total Aset sebesar 91,5%., sedangkan
sisanya sebesar 100% - 91,5% = 8,5% dijelaskan oleh faktor-faktor lain. E. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dijelaskan di atas, maka peneliti dapat menarik kesimpulan terkait Pengaruh Surat Berharga yang dimiliki dan Piutang Murabahah terhadap Total Aset Bank Syariah Mandiri Tahun 2011-2018 sebagai berikut:
1. Surat berharga yang dimiliki (X1) secara parsial berpengaruh signifikan terhadap total aset Bank Syariah Mandiri dengan koefisien regresi 1,129 dengan arah koefisien positif. Nilai t hitung lebih besar dari t tabel, yaitu (3,026 > 2,04227), serta nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 yaitu (0,005 < 0,05).
82 2. Piutang Murabahah (X2) secara parsial berpengaruh signifikan terhadap total aset Bank Syariah Mandiri dengan koefisien regresi 0,768 dengan arah koefisien positif. Nilai t hitung lebih besar dari t tabel, yaitu (6,695 > 2,04227), serta nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 yaitu (0,000 < 0,05).
3. Surat berharga yang dimiliki dan piutang murabahah secara simultan berpengaruh positif dan signifikan terhadap total aset Bank Syariah Mandiri. Hal ini dapat dilihat dari nilai F hitung lebih besar dari F tabel yaitu (155,550 > 3,29). Dilihat dari nilai signifikansi sebesar 0,000 menunjukkan bahwa nilai tersebut lebih kecil dari 0,05 sehingga variabel tersebut dikatakan signifikan (0,000 < 0,05).
F. DAFTAR PUSTAKA
Al Arif, M. N. R. (2012). Lembaga Keuangan Syariah. Pustaka Setia.
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, K. P. dan K. R. I. (2016). KBBI Online. https://kbbi.kemdikbud.go.id
Peraturan Bank Indonesia, Pub. L. No. NOMOR 19/9/PBI/2017, 53 1689 (2017). https://www.bi.go.id/id/peraturan/moneter/Pages/PBI_190917.aspx
Indonesia, I. A. (2018). Workshop Ikatan Akuntan Indonesia. http://www.iaiglobal.or.id/v03/PPL/detail_ppl-538.html
Kasmir. (2012). Manajemen Perbankan. PT. Raja Grafindo Persada.
Kuncoro, M. (2011). Metode Kuantitatif (Teori dan Aplikasi Untuk Bisnis & Ekonomi). UPP STIM YKPN.
Martini, D. dkk. (2015). Akuntansi Keuangan Menengah. Salemba Empat. Nainggolan, N. (2016). Perbankan Syariah di Indonesia. Rajawali Pers.
OJK. (n.d.). Sejarah Perbankan Syariah. Retrieved March 18, 2020, from https://www.ojk.go.id/id/kanal/syariah/tentang-syariah/Pages/Sejarah-Perbankan-Syariah.aspx
Pramingka, F. (2014). Ash-Sharf (Valuta Asing). UIN Sumatera Utara.
Rosediyana, D. P. (2019). Pengaruh Piutang Murabahah Terhadap Total Aset PT. Bank Syariah Mandiri Periode 2016-2018 [UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten]. http://repository.uinbanten.ac.id
Sastrawidjaja, M. S. (2012). Aspek-Aspek Hukum Asuransi dan Surat Berharga. PT. Alumni.
Setia Budi, H. I. (2011). Bijak Mengelola Piutang. PT. Elex Media Komputindo.
Sholahuddin, M. (2011). Kamus Istilah Ekonomi, Keuangan dan Bisnis Syariah. Gramedia Pustaka Utama.
Shufiyatin, R. J. (2019). Pengaruh Nilai Surat Berharga Dimiliki dan Pembiayaan Musyarakah Terhadap Total Aset Pada PT Bank Maybank Syariah [UIN Sunan Gunung Djati]. http://digilib.uinsgd.ac.id
Soemintra, A. (2009). Bank & Lembaga Keuangan Syariah. Prenada Media Group. Subagyo, A. (2009). Kamus Istilah Ekonomi Islam. Elex Media Komputindo. Sudarsono, H. (2003). Bank dan Lembaga Keuangan Syariah. Ekonisia.
Sugiyono. (2015). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Alfabeta. Umam, K. (2013). Manajemen Perbankan Syariah. Pustaka Setia.
UU RI No.21 Tentang Perbankan Syariah, Pub. L. No. 21 Tahun 2008 (2008).