• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN TERINTEGRASI PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS TRI HITA KARANA DI SEKOLAH DASAR NEGERI 1 BAKTISERAGA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN TERINTEGRASI PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS TRI HITA KARANA DI SEKOLAH DASAR NEGERI 1 BAKTISERAGA"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN TERINTEGRASI

PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS TRI HITA KARANA DI

SEKOLAH DASAR NEGERI 1 BAKTISERAGA

Ketut Suma1, I Wayan Mudana2, Ni Made Pujani3

ABSTRACT

ABSTRAK

PENDAHULUAN

Sejak tahun 2010 Indonesia telah meluncurkan gerakan nasional pendidikan karakter. Namun gemanya belum begitu dirasakan sampai

sekarang. Oleh karena itu, pemerintah menggaungkan dan memperkuat kembali pendidikan karakter melalui program nasional Penguatan Penbdidikan Karakter (PPK) dalam lembaga pendidikan (Budiman, et al, 2016). 1,3 Jurusan Pendidikan Fisika dan Pengajaran IPA FMIPA UNDKSHA; 2 Jurusana Sejarah dan Antropologi FHIS

UNDIKSHA Email: sumakt1959@gmail.com

To strengthening the character education, President of the Republic of Indonesia has issued Presidential Regulation Number 87 of 2017 concerning Strengthening Character Education. In this regulation, it is emphasized that Strengthening Character Education (Penguatan Pendidikan Karakter/PPK) in education units is the responsibility of school principals and teachers. The consequence of this regulation is that every education unit is obliged to implement the PPK program. This community service aims to develop Sekolah Dasar Negeri 1 Baktiseraga as a pilot project of Strengthening Character Education (PPK) based on Tri Hita Karana Philosophy. In the early stages, a Workshop and Focus Group Discussion (FGD) have been carried out to increase the insight of teachers about character education, identify characters that can be developed in learning activities, development of Lesson Plan that integrate student characters based on THK, and develop instruments assessment of students’ character. A total of 16 teachers has been involved in the workshop and FGD. Participants have succeeded in identifying characters that can be developed through learning activities, compiling lesson plans containing students’ character based on THK, and developing student character assessment instruments. It has produced eight examples of lesson plans that contain characters and two examples of student character assessments.

Keywords: Strengthening Character Education, Tri Hita Karana, Lesson Plan, Character Assessment Instrument

Dalam rangka Penguatan Pendidikian Karakter bangsa, Presiden Republik Indonesia telah mengeluarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 87 Tahun 2017 tentang Penguatan Pendidikan Karakter. Dalam peraturan tersebut ditegaskan bahwa Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) pada satuan pendidikan menjadi tanggung jawab kepala sekolah dan guru. Konsekwensi logis dari peraturan ini adalah bahwa setiap satuan pendidikan wajib melaksanakan program PPK. Pengabdian kepada masyarakat ini bertujuan untuk mengembangkan Sekolah Dasar Negeri 1 Baktiseraga sebagai proyek percontohan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) berbasis Tri Hita Karana (THK). Pada tahap awal telah dilakukan Workshop dan Focus Group Discussion (FGD) peningkatan wawasan guru-guru tentang pendidikan karakter, mengidentifikasi karakter-karakter yang dapat dikembangkan dalam kegiatan pembelajaran, pengembangan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang mengintegrasikan karakter siswa berbasis THK, serta pengembangan instrumen asesmen karakter siswa. Sebanyak 16 orang guru telah dilibatkan dalam workshop dan FGD. Peserta telah berhasil mengidentifikasi karakter-karaker yang dapat dikembangkan melalui kegiatan pembelajaran, menyusun RPP bermuatan karakter berbasis THK, dan mengembangkan instrumen asesmen karakter siswa. Telah dihasilkan delapan contoh RPP yang bermuatan karakter dan dua contoh asesmen karakter siswa.

Kata kunci: Penguatan Pendidikan Karakter, Tri Hita Karana, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, Instrumen Asesmen Karakter.

(2)

Pada Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 87 Tahun 2017 tentang Penguatan Pendidikan Karakter, ditegaskan bahwa Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) pada satuan pendidikan menjadi tanggung jawab kepala sekolah dan guru. Melalui PPK diharapkan terbentuknya karakter bangsa secara masif dan efektif melalui implemetasi nilai-nilai utama yaitu religius, nasionalis, mandiri, gotong royong, dan integritas.

Sekolah Dasar (SD) Negeri 1 Baktiseraga merupakan salah satu satuan pendidikan dasar yang tentunya punya kewajiban untuk menyelenggarakan PPK di bawah tanggung jawab kepala sekolah dan guru-gurunya. Untuk memenuhi kewajiban itu pendidikan karakter yang telah dilaksanakan selama ini perlu diperkuat kembali melalui proram PPK. SD Negeri 1 Sukasada merupakan sekolah tertua di desa Baktiseraga dan telah terakreditasi A. Kondisi ini seharusnya menjadi dasar pengembangan sekolah ini menjadi proyek percontohan (pilot project) implementasi inovasi-inovasi pendidikan dan kebijakan pemerintah, termasuk di dalamnya adalah Penguatan Pendidikan Karakter.

Karakter seseorang banyak dipengaruhi oleh latar belakang budaya dimana mereka berada. Setiap budaya memiliki nilai-nilai budaya yang diyakini dan dijalaninya. Oleh karena itu dalam penguatan pendidikan karakter nilai-nilai budaya lokal perlu mendapat perhatian untuk dikembangkan terintegrasi dengan nilai-nilai karakter umumnya. Tri Hita Karana merupakan salah satu kearifan lokal masyarakat Bali. Agar peserta didik tidak terlepas dari akar dan nilai-nilai kearifan lokalnya dalam hal ini Tri Hita Karana, maka dipandang perlu mengintegrasikan kearifan lokal Tri Hita Karana kedalam PPK.

SD Negeri 1 Baktiseraga terletak di Kelurahan Baktiseraga Kecamatan Buleleng Kabupaten Buleleng Di SD Negeri 1 Baktiseraga terdapat 17 orang guru yang terdiri dari 3 orang guru laki-laki dan 14 orang guru perempuan. Sekolah ini didukung oleh 2 (dua) orang tenaga kependidikan. Jumlah rombongan belajar di SD

Negeri Baktiseraga adalah 6 rombongan belajar dengan jumlah total siswa adalah 288. Berdasarkan ruang kelas yang tersedia rasio siswa ruang kelas adalah 38,33:1. Kondisi ini melebihi kondisi ideal. Jika dibandingkan dengan jumlah guru maka rasio guru siswa adalah 1: 20,9, termasuk dalam kategori ideal. Jika dilihat dari kualifikasi guru semua guru 100% telah memenuhi kualifikasi miminal Sarjana S1. Sementara itu dilihat dari status kepegawaiannya 58,82% merupakan PNS dan 41, 18% tenaga kontrak.

SD Negeri 1 Baktiseraga merupakan sekolah yang terakreditasi A. Hal ini mengakibatkan sekolah ini menjadi pilihan utama bagi masyarakat untuk menyekolahkan putra-putrinya pada tingkat SD. Kondisi ini seharusnya menjadi modal bagi peningkatan kualitas pendidikan di SD Negeri 1 Baktiseraga dengan melibatkan partisipasi masyarakat. Potensi ini seharusnya dapat digerakan untuk menghadapi cepatnya perubahan ilmu pengetahuan dan teknologi dan merespon secara positif kebijakan pemerintah dalam bidang pendidikan termasuk didalamnya Penguatan Pendidikan Karakter (PPK). Namun demikan, berkaitan dengan pendidikan karakter, wawancara dengan kepala sekolah menunjukkan adanya permasalahan-permasalahan potensial yang perlu dipecahkan untuk mendukung keberhasilan program PPK di SD Negeri 1 Baktiseraga. Adapun masalah-masalah tersebut adalah:

1) Kemampuan guru-guru dalam merencanakan pembelajaran nilai-nilai karakter masih rendah. Dalam perencanaan pembelajaran guru secara eksplisit mencantumkan nilai-nilai yang dikembangkan tetapi tidak disertai dengan rencana pembelajaran dan evaluasinya.

2) Kemampuan guru-guru dalam melaksakan dan mengevaluasi pembelajarn nilai-nilai karakter sangat terbatas. Guru-guru belum mampu memilih metode dan media pembelajaran yang variatif, guru masih

(3)

dominan menggunakan metode ekspositori yang dicirikan oleh komunikasi verbal. Media yang digunakan hanya terbatas pada papan tulis dan LKS yang dibeli dari para penjual buku.

3) Guru-guru belum mampu

mengadaptasi nilai-nilai kearifan lokal dalam pengembangan karakter siswa melalui PPK. Pada hal sumber daya dan lingkungan sekolah sangat mendukung pengembangan keharmonisan teologis, sosiologis, dan ekologi.

Untuk dapat mengembangkan karakter secara optimum, terlebih dahulu perlu diketahui apa karakter itu. Menurut Pusat Bahasa Depdiknas (Direktorat Pembinaan Sekolah Dasar, 2010) karakter adalah “bawaan, hati, jiwa, keperibadian, budi pekerti, prilaku, personalitas, sifat, tabiat, tempramen, watak”. Chao-Shun dan Lee Ro-Yu (2007) mendefinisikan karakter sebagai”internal cultivation and externally demonstrated behavior forms individual traits. Ia menegaskan bahwa karakter adalah sifat-sifat individu yang dibangun secara internal dan secara eksternal ditunjukan lewat prilakunya. Karakter seorang individu menunjukkan sifat-sifat (traits) yang baik dan ia dapat berprilaku dengan benar dan merupakan model sosial secara moralitas. Karakter trait individu telah dibentuk oleh kognisi moral, emosi, dan cinta dan semuanya diekspresikan dalam prilaku.

Karakter yang baik tidak akan terbentuk secara otomatis, ia harus dikembangkan secara terus-menerus melalui proses-proses pengajaran, contoh-contoh, belajar dan praktik secara berkelanjutan melalui pendidikan karakter (Pala, 2011). Character Education Partnership

(dalam Berkowitz & Bier, 2005) menyatakan bahwa pendidikan karakter merupakan gerakan nasional yang mengkreasi sekolah untuk membantu mengembangkan etika, tanggungjawab, dan kepedulian peserta didik dengan pemodelan dan pengajaran karakter yang baik melalui penekanan pada nilai-nilai

universal. Association for Supervision and Curriculum Development (dalam Berkowitz & Bier, 2005) menyatakan “Character education is teaching children about basic human values, including honesty, kindness, generosity, courage, freedom, equity, and respect”. The goal is to raise children to become morally responsible, self disciplined citizens

Chao-Sun dan Lee Ro-Yu (2007) menyatakan pendidikan karakter mengacu kepada kegiatan pengajaran yang membantu peserta didik untuk memperoleh “nilai-nilai universal”, “nila inti (core value)” dan “ pendidikan moral” dan memungkinkan peserta didik untuk berpikir dan bertindak dalam lingkup moral. Dengan demikian maka isi dari pendidikan karakter harus mencakup pengetahuan dan moral, kognisi dan emosi, dan emosi serta prilaku. Pentingnya karakter telah ditegaskan oleh Martin Luther King Jr (Menon, 2011) yang menyatakan bahwa “Intelegnece plus character: that is the goal of true education”. Dalam upaya peningkatan efektivitas pendidikan karakter, maka perlu dikembangkan kultur sekolah yang positif. Lickona (1991) menyarankan pengembangan kultur yang positif mencakup enam elemen yaitu kepemimpinan kepala sekolah, disiplin sekolah dan keteladanan, rasa persaudaraan, praktek kepemimpinan yang demokratis, suasana kehidupan yang bermoral, dan peningkatan kesadaran akan pentingnya moralitas. Jika keenam elemen tersebut terimplementasi dalam kehidupan di sekolah, maka peserta didik akan terbentuk menjadi generasi masa depan yang cerdas, berdaya saing, dan berkarakter baik. Penguatan pendidikan karakter seyogyanya tidak mengesampingkan kearifan-kearifan lokal yang sudah mengakar dan dijadikan pedoman dalam bertindak dan berprilaku masyarakat setempat. Di Bali salah satu kearifan lokal yang dijadikan pedoman dalam bertindak oleh masyarakat adalah Tri Hita Karana.

Tri Hita Karana (THK) merupakan tiga penyebab kesehjateraan, kebahagiaan dan kedamaian. Ketiga penyebab itu adalah hubungan yang harmonis dengan Tuhan

(4)

(Parahyangan), hubungan harmonis antar manusia (Pawongan), dan hubungan harmonis dengan alam (Palemahan). Jadi, Tri Hita Karana mengandung kearifan lokal teologis, sosiologis, dan ekologis (Atmaja, 2019). Ketiga kearifan ini akan bermuara kepada keharmonisan teologis, keharmonisan sosiologis, dan keharmonisan ekologis. Terdapat ungkapan-ungkapan yang bermakna kearifan lokal teologis misalnya: suweca-bakti (murah hati- hormat/cinta); skala-niskala; suci-leteh; ngayah (gotong royong). Pada kearifan lokal pawongan terdapat beberapa ungkapan yang dapat membentuk karakter antara lain: ala ulah ale tinemu, ayu pikardi-ayu pinaggih, apa ane kapula keta kalap; sapa sumaba, menyama braya (wujudnya bisa medelokan, metulungan,masilihan, mekidiang; dan senana manut linggih.. Percaya akan hukum karma juga merupakan salah satu bentuk kearifan lokal pawongan.

Kearifan lokal palemahan tercermin dalam ungkapan-ungkapan seperti: lingkungan alam/bumi adalah bumi; Ibu Pertiwi-bapa akasa(bumi-langit); mitos pelestarian alam (alas tenget, lipi due, pohon besar berselimut); ritual-ritual untuk melestarikan lingkungan alam (tumpek uduh, nyepi, hari kamis tidak boleh menebang bambu), organisasi subak. Jika dibandingkan dengan nilai-nilai karakter yang ditekankan pada PPK, terdapat hubungan yang erat antara kearifan lokal teologis, sosiologis, dan ekologis dengan nilai-nilai karakter religius, nasionalis, gotong royong, mandiri, dan integritas. Berdasarkan pemikiran ini mengintegrasikan nilai-nilai kearifan lokal Tri Hita Karana kedalam pendidikan karakter sangatlah tepat.

Gerakan PPK menempatkan nilai karakter sebagai dimensi terdalam pendidikan yang membudayakan dan memberadabkan para pelaku pendidikan. Gerakan PPK menempatkan lima nilai utama yang saling berkaitan membentuk jejaring nilai yang dikembangkan sebagai prioritas gerakan PPK. Kelima nilai itu adalah: Religius, Nasionalis, Mandiri, Gotong Royong, dan Integritas (Kemendikbud, 2017).

Nilai karakter religius ini meliputi tiga dimensi relasi sekaligus, yaitu hubungan individu dengan Tuhan, individu dengan sesama, dan individu dengan alam semesta (lingkungan). Nilai karakter religius ini ditunjukkan dalam perilaku mencintai dan menjaga keutuhan ciptaan. Subnilai religius antara lain cinta damai, toleransi, menghargai perbedaan agama dan kepercayaan, teguh pendirian, percaya diri, kerja sama antar pemeluk agama dan kepercayaan, antibuli dan kekerasan, persahabatan, ketulusan, tidak memaksakan kehendak, mencintai lingkungan, dan melindungi yang kecil dan tersisih.

Nilai karakter nasionalis merupakan cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa, menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya. Subnilai nasionalis antara lain apresiasi budaya bangsa sendiri, rela berkorban, unggul, dan berprestasi, cinta tanah air, menjaga lingkungan, taat hukum, disiplin, menghormati keragaman budaya, suku, dan agama.

Nilai karakter mandiri dimaknai sebagai ketidakbergantungan pada orang lain dan memanfaatkan segala daya dan pikiran untuk merealisasikan harapan, mimpi ,dan cita-cita. Subnilai mandiri terdiri atas etos kerja (kerja keras), tangguh, tahan banting, daya juang, profesional, kreatif, keberanian, dan menjadi pembelajar sepanjang hayat.

Nilai karakter gotong royong antara lain menghargai semangat kerjasama bahu mebahu menyelesaikan persoalan bersama, menjalin komunikasi dan persahabatan, memberi bantuan/pertolongan pada orang-orang yang membutuhkan. Subnilai karakter gotong royong meliputi: menghargai, kerja sama, inklusif, komitmen atas keputusan bersama, musyawarah mufakat, tolong menolong, empati, anti diskriminasi, anti kekerasan, dan sikap kerelawanan.

Nilai karakter integritas mencerminkan orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan,

(5)

tindakan, dan pekerjaan, memiliki komitmen dan kesetiaan pada nilai-nilai kemanusiaan dan moral(integritas moral). Karakter integritas meliputi sikap tanggung jawab sebagai warganegara, aktif terlibat dalam kehidupan sosial, melalui konsistensi tindakandan perkataan yang berdasarkan kebenaran. Subnilai integritasantara lain kejujuran, cinta pada kebenaran, setia, komitmen moral, anti korupsi, keadilan, tanggung jawab, keteladanan, dan menghargai martabat individu (terutama penyandang disabilitas).

METODE

Khalayak sasaran Pengembangan Pengembangan Perangkat Pebelajaran Terintegrasi Pendidikan Karakter Berbasis THK di SD Negeri 1 Baktiseraga adalah; 1 (satu) satu orang kepala sekolah, dan 16 orang guru. Kepala sekolah berfungsi sebagai pemimpin PPK di sekolah yang mengkoordinasikan semua pihak berkepentingan. Guru-guru berfungsi sebagai perencana, pelaksana, dan pengevaluasi program PPK.

Pengabdian kepada Masyarakat (PkM) ini menggunakan pendekatan Participacitory Learning and Action (PLA). PLA merupakan bentuk baru dari model pemberdayaan masyarakat yang dahulu dikenal sebagai "learning by doing" atau belajar sambil bekerja. PLA merupakan pendekatan pemberdayaan masyarakat yang terdiri dari proses belajar tentang suatu topik, yang segera setelah itu diikuti aksi atau kegiatan riil yang relevan dengan materi pemberdayaan masyarakat tersebut (Silmi, 2017; Mayoux, 2005). PLA adalah suatu pendekatan untuk belajar tentang komunitas dan terlibat dengan komunitas. Pendekatan ini dapat digunakan dalam mengidentifikasi kebutuhan, perencanaan, pemantauan atau evaluasi proyek dan program. Dalam PLA, seorang pelatih lebih berfungsi sebagai fasilitator dan pengetahuan datang dari partisipan. Fasilitator bertugas untuk memancing partisipan agar

dapat mengeluarkan ide-ide dan mendorong partisipan yang pasif untuk lebih aktif.

Melalui PLA pada tahap pertama kepala sekolah dan guru-guru mengidentifikasi praktik-praktik baik yang telah dilakukan selama ini dalam pengembangan pendidikan karakter, mengidentifikasi permasalahan-permasalahan/hambatan-hambatan yang dialami, mengidentifikasi penyebab permasalahan itu. Tahap kedua, kepala sekolah dan guru-guru secara bersama-sama merencanakan pemecahan masalah-masalah yang telah dirumuskan di bawah pendampingan fsilitator. Pada tahap ketiga kepala sekolah dan guru-guru mengimplementasikan rencana itu dalam aksi. Pada tahap keempat kepala skolah dan guru-guru melakukan refleksi dan evaluasi terhadap aksi yang telah dilakukan. Kegiatan-kegiatan PLA dapat dilakukan dengan diskusi, FGD, dan Workshop. Kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat di Sekolah Dasar Negeri 1 Baktiseraga diawali dengan diskusi perencanaan kegiatan dengan kepala sekolah melalui komunikasi secara daring menggunakan Whatsapp. Hal ini dilakukan berkaitan dengan masalah Pandemi Covid 19 yang tidak memungkinkan melalukan pertemuan tatap muka. Dalam diskusi tersebut disepakati bahwa hal pertama yang diminta adalah adanya pertemuan Workshop dan FGD untuk memberikan wawasan tentang Penguatan Pendidikan Karakter, cara mengimplementasikannya dalam pembelajaran terintegrasi dengan mata pelajaran, Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran bermuatan karakter dan berbasis Tri Hita Karana, dan pengembangan instrumen asesmen karakter siswa. Setelah disepakati materi workshop dan FGD, kemudian kepala sekolah bersama tim merancang waktu workshop dan FGD penyusunan RPP dan instrumen asesmen karakter. Walaupun masih dalam pendemi Covid 19, guru-guru meminta agar workshop tentang konsep pendidikan karakter, konsep penyusunan RPP, dan konsep asesmen karakter siswa dapat dilakukan dengan tatap muka. Sementara itu FGD dilakukan untuk membahas draft RPP dan instrumen asesmen karakter yang dikembangkan guru. Tim dan kepala sekolah memenuhi permintaan itu dengan syarat menerapkan protokol kesehatan yang ketat sesuai aturan yang ditetapkan pemerintah. Tim dan Kepala sekolah dan atas persetujuan guru-guru menetapkan bahwa

(6)

kegiatan Workshop ini dilaksakan dalam waktu satu bulan yaitu tanggal 10 Agustus s.d 9 September 2020, dengan kegiatan adalah sebagai berikut.

Senin tanggal 10 Agustus 2020: Pukul 09.00- 14.00: Ceramah dan Diskusi Tentang Pendidikan, Penilaian Pendidikan Karakter dan Diskusi Tentang Cara Pengembangan RPP bermuatan Karakter berbasis THK. Kegiatan ini melibatkan pemateri

1. Dr. I Wayan Mudana, M.Si. Dengan materi: Pendidikan Karakter

2. Dr. Ni Made Pujani, M.Si, dengan materi Asesmen Pendidikan Karakter.

3. Prof. Dr. Ketut Suma, M.S., membawakan materi Pengembangan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Bermuatan Karakter berbasis THK.

Kegiatan Workshop ini dihadiri oleh Kepala Sekolah dan 16 orag guru. Kegiatan ini dibuka Ketua Pusat Pengabdian kepada Masyarakat Uniersitas Pendidikan Ganesha, Dr. I Wayan Mudana, M.Si. Selasa 11 Agustus 2020 sampai 22 Agustus 2020 Praktik Penyusunan RPP oleh guru, mereka diminta untuk mengembangkan RPP maksimal 2 lembar sesuai denga kebijakan Kemendikbud yang baru, yang mengintegrasikan nilai-nilai karakter dalam kegiatan pembelajaran dan nilai-nili THK serta keterampilan 4 C yaitu creativity, critical thinking, communication dan collaborative. Contoh RPP yang dibuat adalah RPP kelas 1 s.d kelas 6, tema dan topik boleh mereka pilih secara bebas.

Tanggal 23 Agustus 2020 s.d 31 Agustus 2020, guru-guru menyusun instrumen asesmen untuk siswa kelas 1 s.d kelas 3, dan kelas 4 s.d kelas 6 masing-masing satu instrument.

Tanggal 9 September, diadakan FGD lewat google meeting untuk membahas Draft RPP dan draft instrumen asesmen karakter siswa. Kegiatan ini dihadiri oleh semua guru. Di samping diskusi tentang draft RPP dan instrumen asesmen karakter siswa, kegiatan juga diisi dengan diskusi tentang cara membuat soal/instrumen asesmen menggunakan google formulir.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dari kegiatan workshop telah berhasil dikembangkan 8 (delapan) buah RPP yang mengintegrasikan pendidikan karakter dan nilai-nilai THK. Semua guru peserta telah mengembangkan RPP yang hanya terdiri atas Tujuan, Kegiatan Pembelajaran dan Evaluasi sesuai dengan Surat Edaran Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 14 Tahun 2019. Tentang Penyederhanaan RPP. Berikut ini diseskripsikan masing-masing komponen RPP yang telah dikembangkan guru.

Tujuan Pembelajaran

Semua guru telah berhasil merumuskan tujuan pembelajaran sesuai dengan kompetensi dasar dalam kurikulum. Secara umum tujuan pembelajaran mencakup kegiatan (aktivitas), konten, dan hasil belajar yang diharapkan. Berikut ini adalah contoh/cuplikan dari tujuan pembelajaran yang dirumuskan guru untuk siswa Kelas I Semester 1, tema: Diriku (tema 1) dan Subtema; Aku Istimewa (subtema 4).

Tujuan Pembelajaran

1. Dengan mengamati teks sederhana tentang keberagaman, siswa dapat menunjukkan huruf vokal dalam suatu kata yang terkait dengan aku istimewa dengan tepat.

2. Setelah mengidentifikasi kosa kata yang berkaitan dengan aku istimewa, siswa dapat melafalkan huruf vokal yang terdapat pada kosa kata tersebut dengan tepat.

3. Dengan mengamati boneka kulit jagung, siswa dapat mengidentifikasi pemanfaatan tumbuhan dalam membuat karya kerajinan dengan tepat.

4. Dengan menyimak cara membuat boneka kulit jagung yang diperagakan oleh guru, siswa dapat membuat sebuah hiasan pensil berupa boneka kulit jagung.

Tampak bahwa tujuan pebelajaran yang dirumuskan guru telah mengakomodasi proses saintifik yaitu mengamati, mengidentifikasi, menyimak, dan melakukan. Kompetensi yang dituntut mencakup mengenali huruf vokal dalam suatu kata, melafalkan huruf vokal pada kosa kata, memanfaatkan tumbuhan, membuat hiasan pencil dari bahan bekas kulit jagung. Tujuan di atas juga telah

(7)

mengakomodasi pengembangan karakter berupa cermat/teliti, kemandirian,, sikap hati-hati, dan cinta lingkungan.

Kegiatan Pembelajaran. Kegiatan pembelajaran yang dirumuskan guru dalam RPP terdiri atas kegiatan Pendahuluan, Kegiatan Inti, dan Penutup

Kegiatan Pendahuluan. Pada kegiatan Pendahuluan,

semua guru menampilkan aktivitas mengucapkan salam selamat pagi dan menanyakan kondisi kesehatan dan keluarga siswa, berdoa, mengecek kehadiran siswa, kerapian pakian, dan posisi tempat duduk. Salam selamat pagi dan menanyakan kondisi siswa dan keluarganya dimaksudkan untuk memberi contoh sikap empati dan peduli dengan sesama khususnya keluarga dan orang tua siswa. Kegiatan berdoa dimaksudkan untuk mengembangkan karakter religious dan implementasi aspek parahyangan dari THK. Ketika guru mengecek kehadiran siswa dan menanyakan kepada siswa jika ada temannya yang tidak hadir tanpa alasan dimaksudkan juga untuk mengembangkan sikap disiplin, merangsang siswa peduli terhadap temannya dan kemampuan berkomunikasi serta implementasi aspek pawongan dari THK. Guru juga mengajak siswa untuk menyanyikan salah satu lagu wajib nasional. Hal ini dikaitkan dengan pengembangan sikap nasionalis. Pada akhir kegiatan pendahuluan guru menyampaikan materi yang akan dibahas pada pertemuan itu dan meminta siswa untuk menyiapkan buku bacaan dan tugas-tugas yang akan dibicarakan di kelas. Kegiatan ini dikaitkan dengan sikap tanggung jawab dan mandiri. Berikut adalah cuplikan kegaiatan pendahuluan RPP guru.

Deskripsi Kegiatan Karakter dan THK

Melakukan Pembukaan dengan Salam selamat pagi, menanyakan kondisi siswa dan orang tua/keluarganya dan Dilanjutkan Dengan Membaca Doa (Orientasi).

Guru mengecek kesiapan diri dengan mengisi lembar kehadiran dan memeriksa

Empati (Pawongan), Religius (parahyanga n) Disiplin (pawongan)

kerapihan pakaian, posisi dan tempat duduk disesuaikan dengan kegiatan pembelajaran.

Mengaitkan Materi Sebelumnya dengan Materi yang akan dipelajari dan diharapkan dikaitkan dengan pengalaman peserta didik (Apersepsi)

Memberikan gambaran tentang manfaat mempelajari pelajaran yang akan dipelajari dalam kehidupan sehari-hari. (Motivasi)

Menyanyi lagu wajib nasional

Tanggung Jawab

Nasionalis

Kegiatan Inti. Kegiatan inti yang

dikembangkan guru secara umum sudah sesuai dengan proses yang dirumuskan dalam tujuan pembelajaran. Guru memulai dengan kegiatan Ayo mengamati, dengan menunjukkan gambar orang dari beragai daerah, memotivasi siswa untuk bertanya tentang gambar tersebut. Pada kegiatan ini karakter yang ingin dikembangkan guru adalah teliti, berpikir kritis, rasa ingin tahu, dan nasionalis (dengan mengenali orang dari berbagai daerah). Implementasi aspek THK yang diharapkan adalah aspek pawongan, dengan mengenal orang dari berbagai daerah. Sementara itu aspek 4C yang diharapkatumbh adalah berpikir kritis (dengan mengidentifikasi huruf vokal dari rangkaian huruf yang ada). Dengan meminta siswa bekerja berkelompok guru juga berharap dapat mengembangkan sikap gotong royong yang juga merupakan bagian dari kompetensi 4C dan implementasi aspek pawongan dari THK.

Pada kegiata inti terdapat juga kegaiatan Ayo Berlatih. Pada kegiatan ini siswa mengerjakan tugas-tugas di buku siswa tentang huruf vokal. Kegiatan ini merupakan kegiatan mandiri siswa untuk melatih sikap mandiri dan percaya diri. Selain itu terdapat pula kegiatan Ayo Berkreasi. Pada kegiatan ini siswa diminta

(8)

untuk membuat hiasan pensil berupa boneka dari kulit jagung. Mereka bebas berkreasi tentang jenis boneka yang mereka ingin buat. Penggunaan kulit jagung dimaksudkan untuk mendaur ulang bahan-bahan bekas yang biasanya dibuang sebagai sampah. Dengan demikian kegiatan ini di samping mengembangkan daya kreativitas, juga menanamkan sikap cinta lingkungan. Berikut adalah cuplikan kegiatan inti pada RPP guru.

Deskripsi Kegiatan Karakter, dan THK

A. Ayo Mengamati

Guru mengawali pembelajaran dengan menunjukkan gambar orang dari berbagai daerah di Indonesia, siswa mengamati gambar tersebut.

Guru menggugah rasa ingin tahu siswa dan memotivasi untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan gambar yang diamati.

Guru meminta siswa untuk mengamati berbagai rangkaian huruf yang ada di papan tulis yang dituliskan guru.

Diskusikan kelompok untuk mengidentifikasi huruf-huruf vocal yang ada pada kata-kata tersebut.

B. Ayo Berlatih

Siswa mengerjakan buku siswa mengenai huruf vokal.

Selesai mengerjakan, minta siswa untuk kembali berkumpul dan melakukan aktivitas berikutnya.

C. Ayo Berkreasi

Guru menjelaskan tentang apa itu karya kerajinan. Guru juga bisa menyiapkan contoh karya yang sudah

Teliti Berpikir kritis. Pawongan Berpikir kritis Berkomuni kasi dengan satun Teliti Pawongan Kolaborasi Gotong Royong Teliti Kerjasama Pawongan Percaya diri, mandiri

Deskripsi Kegiatan Karakter, dan THK dibuat sebelumnya berupa

boneka dari kulit jagung.

Guru mendemonstrasikan cara membuat boneka kulit jagung seperti yang tertera pada buku siswa.

Siswa membuat hiasan pensil berupa boneka kulit jagung Cinta lingkungan Palemahan Kreatif, Cinta lingkungan tanggung jawab

Kegiatan Penutup. Pada kegiatan penutup

semua guru mengajak siswa bersama-sama menyimpulkan/merangkum hasil belajar yang telah diperoleh dengan teknik tanya jawab. Guru juga memberi kesempaan kepada siswa untuk menyampaikan pendapatnya tentang pelajaran yang telah diikuti. Di akhir kegiatan guru juga mengajak siswa untuk bedoa dan bersyukur atas lancarnya pembelajaran yang dilaksanakan. Berikut adalah cuplikan kegiatan penutup pada RPP guru.

Kegiatan Karakter dan THK

Bersama-sama siswa membuat kesimpulan hasil belajar

Siswa menyampaikan pendapatnya tentang pembelajaran yang telah dilakukan

Guru melakukan penilaian hasil belajar

Mengajak semua siswa untuk melakukan doa dan bersyukur..

Siswa mengucapkan salam

Integritas Tanggung jawab Religius (Parahyanga n) Empati (Pawongan)

Selain mengembangkan RPP, guru-guru juga berlatih mengembangkan instrumen asesmen

(9)

karakter. Kegiatan ini diawali dengan mendiskusikan model penilaian karakter yang dikembangkan oleh Pusat Penilaian Pendidikan, Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (2019). Pada buku tersebut ditekankan bahwa penilaian karakter siswa difokuskan pada lima karakter utama yaitu:

(1) Religius, mencerminkan keberimanan kepada Tuhan Yang Maha Esa. (2) Nasionalis, menempatkan kepentingan

bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.

(3) Mandiri, tidak bergantung kepada orang lain dan mempergunakan tenaga, pikiran, waktu untuk merealisasikan harapan, mimpi, dan cita-cita.

(4) Gotong royong, mencerminkan tindakan menghargai semangat kerja sama dan bahu membahu menyelesaikan persoalan bersama. (5) Integritas, upaya menjadikan dirinya

sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.

Berikut adalah contoh Asesmen Karakter Siswa Kelas I-III

Petunjuk

Berikan tanda silang di bawah kolom: tidak Pernah (1), Kadang-Kadang (2), Sering (3), dan Selalu (4) No Kegiatan 1 2 3 4 I RELIGIUS 1 Berdoa sebelum dan sesudah pelajaran 2 Mengikuti perayaan hari-hari besar keagamaan 3 Mengucapkan salam kepada warga sekolah 4 Membela atau melindungi teman di yang No Kegiatan 1 2 3 4 mengalami perlakuan tidak menyenangkan. II NASIONALIS 1 Senang melakukan aktivitas di sekolah bersama teman yang berbeda agama, sosial, dan budaya. 2 Menggunakan Bahasa Indonesia saat berbicara dengan teman dan guru. 3 Menjaga kebersihan lingkungan kelas dan sekolah atau di rumah 4 Senang dan bersemangat bila menyanyikan lagu-lagu wajib nasional. 5 Menjaga kebersihan lingkunagn

Berikut ini adalah contoh Asesmen Karakter Siswa kelas IV-VI

Petunjuk

Berikan tanda silang di bawah kolom: tidak Pernah (1), Kadang-Kadang (2), Sering (3), dan Selalu (4) No Kegiatan 1 2 3 4 I RELIGIUS 1 Sembahyang Tri Sandya/Sholat tepat waktu

2 Berdoa sebelum dan sesudah pelajaran 3 Aktif dalam

(10)

No Kegiatan 1 2 3 4 keagamaan di sekolah di rumah 4 Mengucapkan salam, menyapa, dan bersedia membantu semua orang sekolah maupun tamu di sekolah. 5 Membela atau melindungi teman di sekolah yang mengalami perlakuan tidak menyenangkan. II NASIONALIS 1 Senang melakukan aktivitas di sekolah bersama teman yang berbeda agama, sosial, dan budaya.

2 Menggunakan Bahasa Indonesia saat berbicara dengan teman dan guru.

3 Menjaga kebersihan lingkungan kelas dan sekolah atau di rumah

4 Senang dan bersemangat bila menyanyikan lagu-lagu wajib nasional. 5 Mengajak teman-teman untuk menjaga kebersihan lingkungan III INTEGRITAS 1 Bila melakukan kesalahan segera mengakui dan minta maaf. 2 Tidak menyontek/meniru pekerjaan teman waktu mengerjakan tugas/ulangan/ujian. 3 Mentaati tata tertib

sekolah No Kegiatan 1 2 3 4 4 Hadir di sekolah tepat waktu, 5 Menyerahkan tugas sekolah sesuai jadwal yang ditentukan guru. IV MANDIRI

1 Belajar dari sumber lain yang ditentukan oleh guru (misalnya yuotube, buku lain, dll)

2 Mengerjakan tugas-tugas sekolah/di rumah tanpa bantuan orang lain. 3 Senang belajar

dengan orang lain di sekolah atau di rumah.

4 Aktif bertanya, berdiskusi,

mengerjakan tugas pada waktu guru mengajar 5 Senang

mengerjakan tugas di depan kelas dan mengajak teman-teman belajar. V GOTONG ROYONG 1 Saling membantu ketika bekerja kelompok. 2 Senang berbicara dan memberi pendapat pada orang lain. 3 Secara sukarela menolong dan berbagi dengan teman di sekolah atau di rumah. 4 Menerima pendapat teman di sekolah. 5 Suka mencari teman

bermain

Pola RPP yang dibuat guru hampir serupa, karena mereka mengembangkannya lewat diskusi di sekolahnya atau secara daring.

(11)

Namun secara umum, RPP yang dibuat sesuai dengan kebijakan Kemendikbud terbaru yang hanya memuat Tujuan Pembelajaran, Kegiatan Pembelajarn, dan Evaluasi. Masing-masing RPP sudah menunjukkan sinkronisasi antara Kompetensi Dasar, Tujuan Pembelajaran, Kegiatan Pembelajaran dan Evaluasi. Materi pelajaran untuk siswa SD kelas 1-3 adalah tematik dan sudah tersedia dalam buku siswa dan buku guru. Guru-guru sudah menyesuaikan sumber belajar tersebut dengan konteks sekolah dan lingkungan belajar siswa.

Instrumen asesmen karakter siswa untuk kelas I-III, lebih dimaksudkan sebagai lembar obesrvasi oleh guru. Karena siswa kelas I-III umumnya belum memiliki kemampuan membaca dan pemahaman kalimat-kalimat item kuisioner secara memadai. Instrumen asesmen karakter siswa untuk kelas IV-VI dapat dignakan sebagai lembar obesrvasi dan juga asesmen diri. Hal ini disebabkan karena siswa kelas IV-VI dianggap sudah memiliki kemampuan membaca dan memahami iten-item kuisioner dan juga sudah mampu melakukan penilaian diri.

RPP yang dihasilkan dalam kegiatan PkM ini merupakan panduan bagi guru dalam melaksanakan pembelajaran mata pelajaran terintegrasi dengan pendidikan karakter. Dengan kata lain pengembangan karaker siswa tidak diajarkan lewat mata pelajaran tersendiri, tetapi dikembangkan lewat aktivitas pembelajaran. Pada kegaitan PkM ini baru dihasilkan contoh-contoh RPP masing-masing 1 buah untuk tiap kelas. Diharapkan RPP untuk tema-tema lainnya dapat dikembangkan secara mandiri oleh guru-guru dari kelas I sampai kelas VI. Sementara itu, instrumen asesmen karakter siswa kelas I-VI sudah bisa digunakan untuk kepentingan sendiri. Instrumen ini belum diuji coba karena kondisi Pandemi Covid 19 tidak memungkinkan guru melakukan obervasi terhadap prilaku siswa. Nilai-nilai karakter siswa bisa diamati dari prilaku yang tampak dari siswa.

Untuk menjaga keberlanjutan Penguatan Pendidikan Karakter di Sekolah Dasar Negeri 1 Baktiseraga diperlukan adanya pendampingan secara kontinu sampai sekolah ini benar-benar dapat dijadikan pilot proyek Penguatan Pendidikan Karakter di Sekolah Dasar. Oleh karena itu LPTK khususnya Universitas Pendidikan Ganesha dapat mengambil peran ini dengan menjadikan Sekolah dasar Negeri 1 Baktiseraga sebagai salah satu sekolah binaan Penguatan Pendidikan Karakter Berbasis Tri Hita Karana.

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

Melalui kegiatan workshop guru-guru telah mendapatkan wawasan tentang konsep-konsep pendidikan karakter, implementasi pendidikan karakter dan asesmen pendidikan karakter. Melalui kegiatan workshop juga telah dihaslkan 8 (delapan) buah contoh RPP yang sesuai dengan kebijakan Kemendikbud yang baru. Sementara itu melalui kegiatan FGD telah dihasilkan dua contoh instrumen asesmen karakter siswa yaitu instrumen karakter siswa untuk siswa kelas I sampai kelas III dan instrumen asesmen karakter siswa untuk siswa kelas IV sampai kelas VI. Instrumen tersebut dapat digunakan sebagai lembar observasi oleh guru, dan juga asesmen diri (self assessment) khususnya untuk siswa kelas IV-VI. Melalui FGD juga dihasilkan instrumen Asesmen Budaya Sekolah yang dapat dgunakan sebagai instrumen asesmen diri oleh guru-guru, staf administrasi, dan kepala sekolah untuk mengukur kualitas budaya sekolahnya, Intrumen ini juga dapat dijadikan rujukan tentang aspek-asepk budaya sekolah yang dikembangkan dan dibina.

Saran

Bertolak dari kesimpulan di atas dapat disarankan agar Universitas Pendidikan

(12)

Ganesha khususnya Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) dapat menjadikan SD Negeri 1 Baktiseraga sebagai salah satu proyek percontohan Penguatan Pendidikan Karakter di Sekolah Dasar. Untuk itu perlu dikembangkan skim PkM multi tahun untuk menjaga keberlanjutan PkM ini sehingga Undiksha memiliki suatu conth hasil binaan Penguatan Pendidikan Karakter yang telah teruji. Untuk guru-guru di SD Negeri 1 Baktiseraga disarankan untuk mengembangkan RPP yang lain mengacu kepada contoh-contoh RPP yang telah dihasilkan dalam kegiatan PkM ini dan menerapkannnya dalam pembelajaran mata pelajaran. Kepada pengawas SD Negeri1 Baktiseraga diharapkan dapat menjadikan contoh-contoh RPP dan asesmen karakter yang telah dihasilkan sebagai rujukan pengembangan RPP dan asesmen karakter di Sekolah Dasar lainnya.

DAFTAR RUJUKAN

Atmaja, N.B. (2019). Tri Hita Karana. Harmoni dengan Tuhan, Sesama Manusia, dan Lingkungan Alam untuk Kebahagiaan. LP3M Universitas Pendidikan Ganesha.

Barkowitz, M.W dan Melinda C. Bier. (2005). What Work In Character Education: A research-driven guide for educators. Character Education Partnership. John Templete Fondation.

Benninga, J.S. dan Marvin W Berkowitz, Phyllis Kuehn, Karen Smith. (2003). The Relationship of Character Education Impementation and Academic Acheivement in Elementary Schools.

Journal of Research in Character Education, 1(1) pp 19-32.

Chao-Shun, Cheng and Lee Ro-Yu. (2007). Caharacter Education and Character Trai Development: An Enrichment for College Students. Paper Presented at the 2007 seminar of Kao Yunan University for General Education, May 25, 2007 at Kao-Yuan University. Kaohsiung County, ROC.

Cole, C. (2004). Caharacter Developments as an Outcome of the Ohio Northern University

Educational Experience. Journal of College and Character. Vol 5, Isuue 1.

Data Pokok Pendidikan Dasar dan Menengah. Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Tersedia dalam

https://dapo.dikdasmen.kemdikbud.go.id /sekolah/5977E8EC1F73053FE42D, diakses tanggal 8 Desember 2019. Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan

Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan Nasional. (2010). Panduan Pendidikan Karakter di Sekolah Menengah Pertama.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (2017). Konsep dan Pedoman Penguatan Pendidikan Karakter. Pusat Analisis dan Sonkronisasi Kebijakan. Sekretariat Jendarl. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Lickona, T. (1991). Educating for Character.

New York: Bantams Books

Mayoux, L. (2005). Participatory Action Learning System (PALS). Training Manual.

Menon, Prateep. (2011) Educare Everywhere : Exploring Character Education. A Project Submitted to the Faculty of Education in Partial Fulfillment of the requirements for the degree of Master of Education.

Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 87 Tahun 2017 tentang Penguatan Pendidikan Karakter.

Silmi, A.F. (2017). Participatory Learning And Action (PLA) di Desa Terpencil Jurnal Pemberdayaan Masyarakat: Media Pemikiran dan Dakwah Pembangunan,

1(1) (, 81-98.

Surat Edaran Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No.14 Tahun 2019, tentang Penyederhanaan RPP.

Tim Pusat Penilaian Pendidikan, Asrijanty Deni Hadiana (editor). (2019). Model Penilaian Karakter. Pusat Penilaian Pendidikan. Badan Penelitian dan Pengembangan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Gambar

gambar yang diamati.  Guru  meminta  siswa  untuk

Referensi

Dokumen terkait

Dokumen Proses Focus Group Discussion (FGD) Darby Supriyono,S.Pd (Pengawas TK/SD).. Ahmad Farian L (Guru Kelas II SD Negeri

Data penelitian dikumpulkan melalui kuosioner dan Focus Group Discussion (FGD) serta akan dilakukan analisis secara deskriptif kualitatif serta kuantitatif. Penelitian ini

mengidentifikasi berbagai jenis kenakalan pelajar, mengidentifikasi akar persoalan munculnya kenakalan pelajar, dan mengidentifikasi karakter yang harus dikembangkan untuk

Survei dilakukan dengan melalui beberapa metode yaitu: wawancara, FGD (Focus Group Discussion), observasi, dan dokumentasi. Dari hasil survei ditemukan permasalahan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ada 3 tahap pembentukan karakter siswa terutama karakter peduli lingkungan melalui pendidikan lingkungan hidup pada

Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan, maka dapat diambil simpulan sebagai berikut. 1) Model pendidikan karakter terintegrasi pembelajaran sains dapat

Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan perangkat pembelajaran matematika yang berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dan Lembar Kerja Siswa berbasis karakter kreatif

Pada tahap selanjutnya dilaksanakan kegiatan wawancara mendalam melalui kegiatan Focus group Discussion dengan para Dosen Al-Islam dan Dosen PKn serta tim ahli untuk