• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa Melalui Model Pembelajaran Berbasis Masalah pada Materi SPLDV di Kelas VIII MTsN Cot Gleumpang.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa Melalui Model Pembelajaran Berbasis Masalah pada Materi SPLDV di Kelas VIII MTsN Cot Gleumpang."

Copied!
122
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH

MATEMATIS SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN

BERBASIS MASALAH PADA MATERI SISTEM

PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL DI

KELAS VIII MTsN COT GLEUMPANG

SKRIPSI

Diajukan Oleh

NOERA KHALIDAH

Mahasiswi Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Prodi Pendidikan Matematika

NIM. 261121453

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR-RANIRY

DARUSSALAM BANDA ACEH

2016 M/1437 H

(2)
(3)
(4)

vii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin, Segala puji hanya milik Allah swt, Tuhan Semesta Alam. Seandainya seluruh pohon di dunia ini dijadikan pena dan seluruh samudra di bumi dijadikan tintanya, itu semua belum dapat menuliskan seluruh ilmu-Nya. Shalawat seiring salam penulis sampaikan ke pangkuan Nabi besar Muhammad saw yang telah menuntun umat manusia dari alam yang berpola fikir jahiliyah ke alam yang berpola fikir islamiyah.

Alhamdulillah dengan petunjuk dan hidayah-Nya, penulis telah selesai menyusun skripsi yang sangat sederhana ini untuk melengkapi syarat-syarat guna mencapai gelar Sarjana pada program studi Pendidikan Matematika Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Ar-Raniry Banda Aceh, dengan judul “Peningkatan

Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa Melalui Model Pembelajaran Berbasis Masalah pada Materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel di Kelas VIII MTsN Cot Gleumpang”.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak terwujud tanpa bantuan dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini izinkanlah penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang setinggi-tingginya kepada:

1. Ayahanda Iskandar, Ibunda Hartini, Kakak tersayang beserta semua keluarga, atas dorongan dan doa restu serta pengorbanan yang tidak ternilai kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ini.

(5)

viii

2. Bapak Dr. Nuralam, M.Pd selaku pembimbing I dan Suhartati, S.Pd. M.Pd selaku pembimbing II yang telah banyak meluangkan waktu dan mencurahkan pemikiran untuk membimbing penulis dalam menyelesaikan karya tulis ini. 3. Bapak Dekan, Wakil Dekan beserta stafnya yang telah ikut membantu

kelancaran penulisan skripsi ini.

4. Bapak Dr. M. Duskri, M. Kes, selaku Ketua Prodi Pendidikan Matematika dan Bapak Budi Azhari, M.Pd, selaku Sekretaris Prodi Pendidikan Matematika dan dosen staf pengajar Prodi Pendidikan Matematika yang telah membekali penulis dengan berbagai ilmu pengetahuan.

5. Kepala Sekolah MTsN Cot Gleumpang, Bapak Drs. Abdul Kadir, semua dewan guru serta siswa-siswi yang telah berpartisipasi dalam menyukseskan penelitian ini.

Sesungguhnya penulis tidak sanggup membalas semua kebaikan dan dorongan semangat yang telah Bapak dan Ibu serta kawan-kawan berikan. Semoga Allah swt, membalas semua kebaikan ini.

Penulis telah berusaha semaksimal mungkin dalam menyelesaikan skripsi ini. Namun kesempurnaan bukanlah milik manusia, jika terdapat kesalahan dan kekurangan, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran guna untuk perbaikan di masa yang akan datang.

Banda Aceh, 26 Januari 2016 Penulis,

(6)

ix

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBARAN JUDUL ... i

PENGESAHAN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN SIDANG ... iii

SURAT PERNYATAAN ... iv

KATA PERSEMBAHAN ... v

ABSTRAK ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian... 7

D. Manfaat Penelitian... 8

E. Definisi Operasional ... 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tujuan Pembelajaran Matematika di SMP/MTs ... 12

B. Pengertian Belajar dan Pembelajaran Matematika ... 13

C. Masalah Dalam Matematika... 16

D. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika ... 17

E. Model Pembelajaran Berbasis Masalah ... 22

F. Kajian Materi SPLDV di kelas VIII SMP/MTs ... 31

G. Penelitian Relevan ... 44

H. Hipotesis Tindakan ... 46

BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian ... 47

B. Subjek Penelitian ... 51

C. Prosedur Penelitian ... 52

D. Teknik Pengumpulan Data ... 58

E. Istrumen Penelitian ... 59

F. Teknik Analisis Data ... 63

G. Kriteria Keberhasilan Tindakan ... 67

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 69

B. Deskripsi Kegiatan Pra Tindakan ... 71

C. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian ... 73

D. Deskripsi Hasil Penelitian ... 74

E. Pembahasan ... 95

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 105

(7)

x

B. Saran ... 106

DAFTAR PUSTAKA ... 107

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 110

(8)

xi

DAFTAR TABEL

TABEL 2.1 : Sintaksis Model Pembelajaran Berbasis Masalah ... 27

TABEL 3.1 : Rincian Waktu Penelitian ... 52

TABEL 3.2 : Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Pemecahan Masalah ... 61

TABEL 3.3 : Kriteria Efektivitas Aktivitas Siswa ... 64

TABEL 4.1 : Sarana dan Prasarana di MTsN Cot Gleumpang ... 69

TABEL 4.2 : Distribusi Jumlah Siswa (i) MTsN Cot Gleumpang... 70

TABEL 4.3 : Data Guru dan Karyawan MTsN Cot Gleumpang ... 70

TABEL 4.4 : Data Guru Matematika MTsN Cot Gleumpang ... 71

TABEL 4.5 : Jadwal Kegiatan Penelitian ... 73

TABEL 4.6 : Skor Hasil Tes Awal Siswa ... 74

TABEL 4.7 : Aktivitas Guru Mengelola Pembelajaran Pada Siklus I ... 78

TABEL 4.8 : Hasil Observasi Aktivitas Siswa selama Proses Pembelajaran pada Siklus I ... 80

TABEL 4.9 : Skor Pencapaian Indikator Pemecahan Masalah Matematis Siswa (Tes Siklus I) ... 81

TABEL 4.10 : Hasil Temuan dan Revisi selama Proses Pembelajaran Siklus I.. ... 83

TABEL 4.11 : Aktivitas Guru Mengelola Pembelajaran pada Siklus II ... 87

TABEL 4.12 : Aktivitas Siswa selama Kegiatan Pembelajaran pada Siklus II .... 88

TABEL 4.13 : Skor Pencapaian Indikator Pemecahan Masalah Matematis Siswa (Tes Siklus II) ... 90

TABEL 4.14 : Hasil Temuan dan Revisi selama Proses Pembelajaran Siklus II ... 92

(9)

xii

TABEL 4.15 : Hasil respon Siswa terhadap Pembelajaran dengan Menggunakan

Model pembelajaran berbasis masalah pada Materi SPLDV Di

Kelas VIII MTsN Cot Gleumpang ... 93 TABEL 4.16 : Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa

(10)

xiii

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR 3.1 : Alur PTK Model Spiral Adaptasi Dari Kemmis & Taggart ... 48

GAMBAR 3.2 : Alur Pelaksanaan PTK ... 50

GAMBAR 4.1 : Hasil Kerja Siswa Pada Siklus I ... 82

GAMBAR 4.2 : Hasil Kerja Siswa Pada Siklus II ... 91

GAMBAR 4.3 : Perbandingan Persentase Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa Per Indikator ... 101

(11)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 : Surat Keputusan Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan

UIN Ar-Raniry ... 110

LAMPIRAN 2 : Surat Mohon Izin Pengumpulan Data dari Dekan ... 111 LAMPIRAN 3 : Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian dari Sekolah . 112 LAMPIRAN 4 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 113 LAMPIRAN 5 : Lembar Kerja Siswa (LKS) ... 143 LAMPIRAN 6 : Bahan Bacaan Tambahan ... 169 LAMPIRAN 7 : Lembaran Soal Tes pemecahan masalah matematis dan

Rubrik ... 184 LAMPIRAN 8 : Lembar Observasi Aktivitas Guru Mengelola Pembelajaran . 200 LAMPIRAN 9 : Lembar Observasi Aktivitas Siswa ... 210 LAMPIRAN 10 : Angket Respon Siswa ... 213

LAMPIRAN 11 : Lembar Validasi ... 215 LAMPIRAN 12 : Tabulasi Nilai dan Distribusi Langkah Pemecahan Masalah

Matematis Siswa Siklus I ... 232 LAMPIRAN 13 : Tabulasi Nilai dan Distribusi Langkah Pemecahan Masalah

Matematis Siswa Siklus II ... 233 LAMPIRAN 14 : Lembar Jawaban Siswa ... 234 LAMPIRAN 15 : Daftar Riwayat Hidup ... 241

(12)

vi

ABSTRAK

Nama : Noera Khalidah

NIM : 261121453

Fakultas/Prodi : Tarbiyah dan Keguruan / Pendidikan Matematika

Judul : Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah

Matematis Siswa Melalui Model Pembelajaran Berbasis Masalah pada Materi SPLDV di Kelas VIII MTsN Cot Gleumpang.

Tanggal Sidang : 11 Februari 2016 Pembimbing I : Dr. Nuralam, M.Pd Pembimbing II : Suhartati S.Pd, M.Pd

Kata kunci : Model Pembelajaran Berbasis Masalah, pemecahan masalah matematis

Rendahnya kemampuan pemecahan masalah matematis siswa khususnya pada materi SPLDV disebabkan karena kurangnya perhatian dan katerlibatan siswa dalam proses pembelajaran, kesulitan siswa dalam memahami soal-soal SPLDV yang berbentuk cerita, pembelajaran yang kurang inovatif serta siswa yang kurang aktif dan kreatif dalam mengkonstruksi ide-ide pemecahan masalah. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu model pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yaitu melalui model pembelajaran berbasis masalah. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan aktivitas siswa selama mengikuti pembelajaran, respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran, dan peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa. Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Data dikumpulkan melalui tes, observasi dan angket. Teknik analisis data menggunakan statistik deskriptif. Berdasarkan hasil penelitian di peroleh bahwa: (1) Aktivitas guru dalam menerapkan model pembelajaran berbasis masalah, selama siklus 1 dan siklus 2 mengalami peningkatan walaupun masih dalam kategori baik tapi meningkat dari 81% menjadi 85%; (2) Aktivitas siswa selama penerapan model pembelajaran berbasis masalah adalah aktif; (3) Respon siswa terhadap kegiatan belajar mengajar dengan penerapan model pembelajaran berbasis masalah adalah positif; (4) Menunjukkan adanya peningkatan kemampuan siswa dalam pemecahan masalah matematis dilihat dari hasil tes siswa meningkat secara individual maupun secara klasikal setelah penerapan model pembelajaran berbasis masalah. Jadi dapat disimpulkan bahwa untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa sebaiknya menggunakan model pembelajaran berbasis masalah.

(13)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Matematika sangat memegang peranan penting dalam kehidupan sehari-hari, maka matematika perlu dipahami dan dikuasai oleh semua lapisan masyarakat terutama siswa di sekolah. Matematika merupakan ilmu yang membantu dalam mencari penyelesaian untuk berbagai masalah dalam kehidupan. Tidak dapat dipungkiri, bahwa tidak ada hari yang terlewat begitu saja tanpa penggunaan prinsip-prinsip matematika mulai dari matematika sederhana sampai matematika tingkat tinggi. Setiap waktu kita selalu bermain dengan bilangan, ukuran dan bentuk yang merupakan sifat-sifat dasar dari berbagai wujud. Dalam perkembangannya, matematika tidak terlepas kaitannya dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK).

Ada banyak alasan tentang perlunya siswa belajar matematika salah satunya menurut Cockroft dalam Abdurrahman mengatakan bahwa matematika perlu diajarkan kepada siswa karena: (1) selalu digunakan dalam segi kehidupan; (2) semua bidang studi memerlukan keterampilan matematika yang sesuai; (3) merupakan sarana komunikasi yang kuat, singkat, dan jelas; (4) dapat digunakan untuk menyajikan informasi dalam berbagai cara; (5) meningkatkan kemampuan berpikir logis, ketelitian, dan kesadaran keruangan; dan (6) memberikan kepuasan terhadap usaha memecahkan masalah yang menantang.1

______________

1Abdurrahman, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003) h. 253

(14)

2

Berbagai alasan perlunya sekolah mengajarkan matematika kepada siswa pada hakekatnya dapat diringkaskan karena masalah kehidupan sehari-hari. Dengan belajar matematika orang dapat mengembangkan kemampuan berpikir secara matematis, logis, kritis dan kreatif yang sungguh dibutuhkan dalam kehidupan. Oleh sebab itu matematika merupakan salah satu ilmu dasar yang perlu diajarkan di sekolah karena penggunaannya yang luas pada setiap aspek kehidupan.

Guru dituntut untuk mendorong siswa belajar secara aktif dan dapat meningkatkan pemecahan masalah matematika yang merupakan faktor penting dalam matematika. Slameto mengatakan bahwa,

Dalam interaksi belajar mengajar, guru harus banyak memberikan kebebasan kepada siswa, untuk dapat menyelidiki sendiri, mengamati sendiri, belajar sendiri, mencari pemecahan masalah sendiri. Hal ini akan menimbulkan rasa tanggung jawab yang besar terhadap apa yang akan dikerjakannya, dan kepercayaan kepada diri sendiri, sehingga siswa tidak selalu menggantungkan diri pada orang lain.2

Berdasarkan hasil wawancara dengan salah seorang guru bidang studi matematika di MTsN Cot Gleumpang, permasalahan yang dihadapi dalam pembelajaran matematika adalah tentang kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal-soal matematika non rutin. Kesulitan yang dialami siswa ini disebabkan oleh dua faktor, antara lain: (1) faktor ekstern (faktor dari luar siswa), meliputi:

pendekatan pembelajaran yang kurang membangun pemecahan masalah matematis. (2) faktor intern (faktor dari dalam diri siswa), meliputi: kebiasaan

belajar; siswa terbiasa belajar dengan cara menghafal. Cara ini tidak melatih

______________

2Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: PT Asdi Mahasatya, 2003), h. 94

(15)

3

kemampuan pemecahan masalah matematis. Cara ini merupakan akibat dari pembelajaran konvensional (pembelajaran matematika biasa karena guru mengajarkan siswa dengan menerapkan konsep dan operasi matematika, memberikan contoh, mengerjakan soal serta meminta siswa untuk mengerjakan soal sejenis dengan soal yang telah diterangkan oleh guru). Model pembelajaran seperti ini menekankan pada menghafal konsep dan prosedur matematika guna menyelesaikan soal.3

Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV) merupakan salah satu materi yang diajarkan di MTs/SMP kelas VIII pada semester I, materi ini sangat terkait dengan kehidupan sehari-hari. Hasil wawancara dengan guru matematika di sekolah tersebut menyatakan problema yang paling menonjol dalam pembelajaran materi ini di kelas adalah kurangnya perhatian siswa terhadap proses pembelajaran. Siswa kurang terlibat dalam proses pembelajaran, sehingga berpengaruh pada kemampuan siswa dalam memecahkan masalah yang disajikan. Siswa hanya mencatat apa yang telah dicatat guru di papan tulis. Kondisi ini telah menjadi penyebab dari rendahnya kemampuan siswa terhadap materi SPLDV. Selain itu, problema yang ditemui penulis melalui proses pemecahan masalah dalam soal SPLDV yang berbentuk cerita, membuat siswa sulit untuk memahaminya dan membuat siswa keliru dalam menjawab soal SPLDV. Ada beberapa penyebab kesalahan siswa dalam memecahkan soal cerita matematika yaitu kesalahan yang berkaitan dengan prosedur, kesalahan dalam penguasaan

______________

3Yusliani, dkk,“Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah Pada Materi Persamaan Garis Lurus Untuk Meningkatkan Kreativitas Siswa Kelas VIII SMPN 8 Banda Aceh”. Jurnal Pendidikan Matematika dan Sains, Vol.2, No.1, Maret 2013, h. 9

(16)

4

konsep-konsep dan fakta-fakta dalam matematika, kesalahan dalam menggunakan rumus atau sifat-sifat. Penggunaan pendekatan pembelajaran yang kurang sesuai dengan materi pelajaran juga telah membuat siswa bosan dan acuh tak acuh dalam mengikuti proses pembelajaran.

Hasil nilai Ujian Semester kelas VIII MTsN Cot Gleumpang diperoleh bahwa tingkat kemampuan pemecahan masalah matematis dan hasil belajar siswa masih rendah. Kemampuan pemecahan masalah matematis yang rendah ditunjukkan dalam beberapa indikator. Pada awal sebelum tindakan kelas diperoleh bahwa dari 15 siswa kelas VIII MTsN Cot Gleumpang yang hadir, siswa yang mampu menuliskan diketahui dan ditanya dari soal sebanyak 6 siswa (40%), siswa yang dapat mengubah masalah ke dalam model matematika sebanyak 5 siswa (33,33%), siswa yang dapat menyelesaikan model matematika dan menyelesaikannya dengan benar sebanyak 2 siswa (13,33%), siswa yang membuktikan jawaban yang diperoleh sebanyak 1 siswa (6,67%), dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran hanya 3 siswa (20%) yang berhasil mencapai KKM. Hal ini membuktikan bahwa siswa belum mampu menguasai pelajaran matematika dengan baik dan juga pembelajaran konvesional kurang efektif dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Banyak konsep-konsep dalam matematika yang belum dipahami oleh siswa khususnya dalam mempelajari materi SPLDV.

Berdasarkan kondisi yang demikian, maka perlu diterapkan suatu model pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa dan keaktifan siswa dalam pembelajaran di sekolah. Pembelajaran berbasis masalah (PBM) sebagai salah satu model dalam

(17)

5

pembelajaran merupakan salah satu alternatif yang dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa sehingga kegiatan pembelajaran lebih bermakna, sebab pembelajaran berbasis masalah (PBM) merupakan suatu model pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang berfikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensi dari materi pelajaran.

Pada pembelajaran berbasis masalah siswa dituntut untuk melakukan pemecahan masalah-masalah yang disajikan dengan cara menggali informasi sebanyak-banyaknya. Pengalaman ini sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari dimana berkembangnya pola pikir dan pola kerja seseorang bergantung pada bagaimana dia membelajarkan dirinya. Pada intinya pembelajaran berbasis masalah merupakan suatu pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata disajikan diawal pembelajaran. Kemudian masalah tersebut diselidiki untuk diketahui solusi dari pemecahan masalah tersebut.

Masalah yang dijadikan sebagai fokus pembelajaran dapat diselesaikan siswa melalui kerja kelompok sehingga dapat memberi pengalaman-pengalaman belajar yang beragam pada siswa seperti kerjasama dan interaksi dalam kelompok, disamping pengalaman belajar yang berhubungan dengan pemecahan masalah seperti membuat hipotesis, merancang percobaan, melakukan penyelidikan, mengumpulkan data, mengintepretasi data, membuat kesimpulan, mempresentasikan, berdiskusi dan membuat laporan.

(18)

6

Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut dengan judul: “Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah

Matematis Siswa Melalui Model Pembelajaran Berbasis Masalah pada Materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV) di Kelas VIII MTsN Cot Gleumpang”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi fokus utama dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah penerapan model pembelajaran berbasis masalah sehingga dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa pada materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel di kelas VIII MTsN Cot Gleumpang?”.

Untuk memudahkan penelitian ini maka penulis perlu mencantumkan beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut :

1. Bagaimanakah aktivitas guru dalam mengelola pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran berbasis masalah pada materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel di kelas VIII MTsN Cot Gleumpang?

2. Bagaimanakah aktivitas siswa melalui model pembelajaran berbasis masalah pada materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel di kelas VIII MTsN Cot Gleumpang?

3. Bagaimanakah respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran berbasis masalah pada materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel di kelas VIII MTsN Cot Gleumpang?

(19)

7

4. Bagaimanakah peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa melalui model pembelajaran berbasis masalah pada materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel di kelas VIII MTsN Cot Gleumpang?

C. Tujuan Penelitian

Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan penerapan model pembelajaran berbasis masalah sehingga dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa pada materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel di kelas VIII MTsN Cot Gleumpang. Adapun tujuan khusus yang diharapkan dapat diperoleh melalui penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui aktivitas guru dalam mengelola pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran berbasis masalah pada materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel di kelas VIII MTsN Cot Gleumpang

2. Untuk mengetahui aktivitas siswa melalui model pembelajaran berbasis masalah pada materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel di kelas VIII MTsN Cot Gleumpang

3. Untuk mengetahui respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran berbasis masalah pada materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel di kelas VIII MTsN Cot Gleumpang

4. Untuk mengetahui peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa melalui model pembelajaran berbasis masalah pada materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel di kelas VIII MTsN Cot Gleumpang

(20)

8

D. Manfaat Penelitian

Sesuai dengan tujuan penelitian di atas, maka hasil penelitian yang diharapkan akan memberi manfaat terhadap perbaikan kualitas pendidikan dan pembelajaran, diantaranya:

1. Manfaat Teoretis

Secara umum, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan kepada pembelajaran matematika terutama pada peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa melalui model pembelajaran berbasis masalah. Secara khusus hasil penelitian ini dapat bermanfaat sebagai langkah untuk mengembangkan penelitian-penelitian yang sejenis, serta dapat memberikan konstribusi terhadap perkembangan pembelajaran matematika.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi peneliti, dapat memperoleh pengalaman langsung dalam menerapkan model pembelajaran matematika melalui pembelajaran berbasis masalah dan sebagai bekal peneliti sebagai calon guru mata pelajaran matematika dalam menjalani praktik mengajar dalam institusi formal yang sesungguhnya.

b. Bagi guru matematika, sebagai alternatif melakukan variasi dalam mengajar dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah dan memberi masukan dalam melaksanakan proses pembelajaran sehingga kualitas pembelajaran yang lebih baik.

(21)

9

c. Bagi siswa, diharapkan dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika melalui penerapan model pembelajaran berbasis masalah.

d. Bagi sekolah, bermanfaat untuk mengambil keputusan yang tepat dalam peningkatan kualitas pengajaran serta menjadi bahan pertimbangan dalam mengambil kebijakan inovasi pembelajaran matematika di sekolah.

E. Definisi Operasional

Untuk memberikan gambaran yang jelas terhadap objek penelitian dan juga untuk menghindari penafsiran yang salah terhadap judul tersebut, maka peneliti membatasi istilah-istilah sebagai berikut:

1. Model Pembelajaran

Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang menggambarkan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar.4

2. Model Pembelajaran Berbasis Masalah.

Model pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning) adalah

suatu model pembelajaran yang menekankan pemecahan masalah-masalah autentik seperti yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari.5

______________

4Trianto, Model Pembelajaran Terpadu: Konsep, Strategi, dan Implementasinya dalam

Kurikulum KTSP, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), h. 52

5John W. Santrock, Psikologi Pendidikan, Ed 3, buku 2, (Jakarta: Salemba Humanika, 2011), h. 31

(22)

10

3. Kemampuan

Kemampuan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti “ kesanggupan, kecakapan atau kekuatan”.6

Kemampuan adalah kesanggupan, kecakapan atau kekuatan seorang individu untuk melakukan suatu pekerjaan. Kemampuan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kesanggupan siswa dalam memecahkan masalah yang berkaitan dengan materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel 4. Pemecahan Masalah

Masalah adalah sesuatu yang harus diselesaikan sehingga membutuhkan suatu solusi atau pemecahan agar dapat diselesaikan. Pemecahan adalah cara yang digunakan. Sehingga pemecahan masalah adalah cara atau proses dalam memecahkan suatu permasalahan. Adapun maksud pemecahan masalah dalam penelitian ini adalah cara atau proses menyelesaikan suatu persoalan yang berkaitan dengan materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel

5. Materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV)

Materi artinya sesuatu yang menjadi bahan (untuk disajikan, difikirkan, dibicarakan, dan sebagainya).7 Sistem persamaan linear dua variabel adalah suatu persamaan yang mempunyai dua variabel dan setiap variabelnya berpangkat satu serta tidak terdapat suku yang memuat perkalian antara dua variabel itu.8 Sistem

______________

6Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga, (online) diakses tanggal 11 desember 2015 dari situs http://kbbi.web.id/mampu (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), h.707

7 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (online) diakses tanggal 11 desember 2015 dari situs http://kbbi.web.id/materi (Jakarta: Balai Pustaka, 1990), h. 566

8

Siti Rodhiah, Matematika Untuk Kelas VIII SMP/MTs, (Jakarta: Setia Purnama Inversi, 2005), h. 67

(23)

11

persamaan linear dua variabel terdiri dari dua atau lebih persamaan linear dua variabel, harus sekaligus memenuhi kedua persamaan linear dua variabel pembentuknya.9 Jadi, dikatakan Sistem Persamaan Linear Dua Variabel: apabila terdapat Persamaan Linear Dua Variabel yang berbentuk dan

atau biasa ditulis: {

} dengan syarat , , , . Penyelesaian SPLDV tersebut adalah pasangan bilangan ( ) yang memenuhi kedua persamaan tersebut.

______________

9 M. Cholik A, Sugijono, Matematika Untuk SMP Kelas VIII, (Jakarta: Erlangga, 2006), h. 111

(24)

12

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Tujuan Pembelajaran Matematika di SMP/MTs

Pembelajaran matematika dapat dikatakan sebagai suatu proses membangun pemahaman siswa yang menyebabkan perubahan tingkah laku yang berkaitan dengan Matematika. Perubahan tersebut disebabkan oleh interaksi dengan lingkungannya.

Tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan menengah adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.

Adapun tujuan khusus pembelajaran matematika yang dituntut dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan adalah:

1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah

2. Menggunakan penalaran dan pola atau sifat dan melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti atau menjelaskan gagasan dan pernyataan manusia

3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model matematika, dan menafsirkan solusi yang diperoleh

4. Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas masalah atau keadaaan.

(25)

13

5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian dan minat dalam mempelajari matematika serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.1

Tujuan pembelajaran matematika juga tidak hanya terbatas pada pengalihan pengetahuan siswa saja, tetapi juga meningkatkan kemampuan intelektual siswa dan dapat menggunakan pengetahuan matematika yang dimiliki tersebut sehingga memungkinkan terjadinya perubahan tingkah laku.

Kemampuan pemecahan masalah matematika merupakan kemampuan yang harus terus ditingkatkan dalam pembelajaran matematika. Melalui pemecahan masalah matematika siswa melakukan kegiatan matematika yang mendorong berkembangnya pemahaman dan penghayatan siswa terhadap prinsip, nilai dan proses matematika. Hal itu akan membuka jalan bagi tumbuhnya daya nalar, berfikir logis, sistematis, kritis dan kreatif.

B. Pengertian Belajar dan Pembelajaran Matematika

Belajar merupakan salah satu kebutuhan hidup manusia yang vital dalam usahanya untuk mempertahankan hidup dan mengembangkan dirinya dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Tanpa belajar manusia akan mengalami kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan dan tuntutan kehidupan yang senantiasa berubah. Sedangkan untuk menjalankan proses pendidikan, kegiatan belajar merupakan suatu usaha yang amat srategis untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Secara umum, belajar diartikan sebagai perubahan pada diri

______________

1 Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP), Standar Kompetensi dan Kompetensi

(26)

14

seseorang karena pengalaman dan serangkaian kegiatan. Misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru, mengingat dan lain sebagainya. Nana sudjana mengatakan bahwa, “Belajar adalah proses yang aktif, belajar adalah proses mereaksi terhadap semua situasi yang ada disekitar individu”.2 Sedangkan menurut Sardiman mengatakan bahwa, “Belajar itu senantiasa merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan lain sebagainya”,3

dan menurut Slameto mengatakan bahwa, “Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”.4 Maka berdasarkan pendapat-pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses usaha untuk perubahan perilaku atau penampilan seseorang yang baru serta latihan dan pengalaman dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan sebagainya dalam interaksi dengan lingkungannya.

Belajar matematika diperlukan suatu proses yang terdiri dari beberapa unsur sehingga mencapai tujuan yang maksimal. Unsur-unsur tersebut adalah siswa, guru, dan proses belajar sehingga terbentuk proses belajar mengajar yang disebut juga pembelajaran.

______________

2Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2013), h. 28

3Sardiman. Interaksi dan Motivasi Belajar-Mengajar, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005), h. 20

4Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: PT Asdi Mahasatya, 2003), h. 2

(27)

15

Banyak para ahli pendidikan memberikan pengertian tentang pembelajaran secara berbeda namun secara umum pengertian pembelajaran bisa diartikan sebagai upaya mempersiapkan siswa agar mampu hidup di masyarakat. Menurut Oemar Hamalik,

Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran. Manusia terlibat dalam system pengajaran terdiri dari siswa, guru, dan tenaga lainnya, misalnya tenaga laboratorium. Material, meliputi buku-buku, papan tulis dan kapur, fotografi, slide dan film, audio dan video tape. Fasilitas dan perlengkapan, terdiri dari ruangan kelas, perlengkapan audio visual, juga komputer. Prosedur, meliputi jadwal dan metode penyampaian informasi, praktik, belajar, ujian dan sebagainya.5

Jadi, dapat disimpulkan pembelajaran adalah kombinasi dari pengajar, siswa dan proses belajar dalam upaya membelajarkan siswa untuk belajar. Hal ini sejalan dengan pendapat Rusman: bahwa pembelajaran adalah suatu proses interaksi antara guru dengan siswa, baik interaksi secara langsung seperti kegiatan tatap muka maupun secara tidak langsung yaitu dengan menggunakan berbagai media pembelajaran.6

Proses interaksi dalam pembelajaran tidak hanya merupakan interaksi antara mengajar dan belajar saja tetapi juga melibatkan lingkungan disekitarnya. Seperti yang diungkapkan oleh Sanjaya “pembelajaran merupakan proses kerja sama antara guru dan siswa dalam memanfaatkan segala potensi dan sumber yang ada, baik potensi yang ada pada diri siswa seperti : minat, bakat dan kemampuan dasar yang dimiliki termasuk gaya belajar maupun potensi yang ada di luar diri

______________

5 Oemar hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), h. 57.

6 Rusman, Model-Model Pembelajaran, Edisi ke Dua, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), h.134

(28)

16

siswa seperti lingkungan, sarana dan sumber belajar sebagai upaya untuk mencapai tujuan berlajar tertentu.”7

C. Masalah dalam Matematika

Secara umum, masalah adalah kesenjangan antara harapan dengan kenyataan, antara apa yang diinginkan atau apa yang dituju dengan apa yang terjadi atau faktanya. Suatu masalah biasanya memuat situasi yang mendorong seseorang untuk menyelesaikannya, akan tetapi tidak tahu secara langsung apa yang harus dikerjakan untuk menyelesaikannya.

Masalah dalam matematika itu meliputi dua hal, masalah internal dan

masalah eksternal. Masalah internal berkenaan dengan pengembangan teori-teori

yang ada dalam matematika, artinya bagaimana menggunakan teori-teori yang ada untuk menghasilkan atau membuktikan teori baru dalam matematika. Masalah

eksternal berkenaan dengan bagaimana konsep-konsep yang ada dalam

matematika dapat diterapkan pada ilmu pengetahuan yang lain atau pada kehidupan sehari-hari. Oleh karenanya, pemecahan masalah dalam hal ini dimaksudkan sebagai penggunaan matematika untuk memecahkan masalah baik dalam matematika itu sendiri, dalam ilmu pengetahuan lain, maupun alam kehidupan sehari-hari. Di dalam matematika, suatu pertanyaan atau soal akan merupakan suatu masalah apabila tidak terdapat aturan/hukum tertentu yang segera dapat digunakan untuk menjawab atau menyelesaikannya. Hal ini berarti bahwa suatu soal matematika akan menjadi masalah apabila tidak segera

______________

7 Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran Teori dan Praktik Pengembangan

(29)

17

ditemukan petunjuk pemecahan masalah berdasarkan data yang terdapat dalam soal.

Sebuah pertanyaan yang merupakan masalah bagi seseorang apabila masalah tersebut bersifat: 1. Relatif, tergantung situasi dan kondisi seseorang yang menghadapinya, 2. Tidak dapat diselesaikan secara langsung dengan prosedur rutin tetapi masih memungkinkan orang tersebut untuk menyelesaikannya melalui seleksi data informasi dan organisasi konsep yang dimilikinya, 3. Dapat dimengerti, artinya suatu pertanyaan pada bidang tertentu akan merupakan masalah hanya bagi mereka yang mempelajari atau berkecimpung pada bidang tersebut.8

Masalah matematis dalam matematika sekolah biasanya disajikan dalam bentuk verbal, bergambar, atau bentuk simbolis matematis. Bentuk lisan bisa melibatkan pernyataan bentuk simbolik dalam kata-kata, instruksi atau tujuan untuk menemukan sebuah solusi, konteks matematis atau dunia nyata. Suatu masalah yang dideskripsikan dari situasi kehidupan nyata disebut word problem.

Word problem dalam pembelajaran matematika merupakan bentuk soal yang

membutuhkan pengerjaan atau jawaban memalui pemecahan masalah.9

D. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika

Kemampuan adalah kapasitas seorang individu untuk melakukan beragam tugas dalam suatu pekerjaan.10 Standar kompetensi dalam kurikulum 2006 menyatakan bahwa pemecahan masalah merupakan fokus utama dalam

______________ 8

Antonius, C.P, Pemahaman dan Penyajian Konsep Matematika Secara Benar dan Menarik, (Jakarta: Depdiknas, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Direktorat Ketenagaan, 2006), h. 201

9

Anwar, muttaqin, dkk. Pembelajaran Word Problem dengan Pemecahan Masalah Model Polya di SMA 2 Sampit. KNPM V, Himpunan Matematika Indonesia, Juni 2013. h.51

10 Wikipwedia Indonesia, Ensiklopedia Bebas, diakses pada tanggal 4 november 2015 dari situs http//id.wikipedia.org/wiki/kemampuan

(30)

18

pembelajaran matematika. Menurut Hudoyo, suatu pertanyaan akan merupakan suatu masalah hanya jika seseorang tidak mempunyai aturan/hukum tertentu yang segera dapat dipergunakan untuk menemukan jawaban pertanyaan tersebut11. Ruseffendi mengemukakan bahwa suatu persoalan merupakan masalah bagi seseorang: pertama, bila siswa belum mempunyai prosedur atau algoritma tertentu

untuk menyelesaikannya; kedua, siswa harus mampu menyelesaikannya; dan

ketiga, bila ada niat menyelesaikannya.12

Metode pemecahan masalah merupakan suatu cara mengajar dengan menghadapkan siswa kepada suatu masalah agar dipecahkan. Pemecahan masalah merupakan proses menerima masalah dan berusaha memecahkan masalah tersebut. Tamurung menjelaskan bahwa pemecahan masalah merupakan aktivitas mental yang kompleks yang melibatkan visualisasi, imajinasi, manipulasi, abstraksi dan asosiasi gagasan dalam menemukan strategi dan prosedur untuk menemukan solusi. Selanjutnya Polya dalam Fajar Shadiq mendefinisikan pemecahan masalah sebagai usaha mencari jalan keluar dari suatu kesulitan, mencapai suatu tujuan yang tidak dapat dicapai dengan segera.13

Berdasarkan kutipan–kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan pemecahan masalah merupakan kemampuan, pengetahuan yang dimiliki setiap orang yang dalam pemecahannya berbeda-beda tergantung pada

______________

11Hudoyo, H. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika, (Malang: Universitas Negeri Malang, 2001), h. 162

12Ruseffendi, E.T, Pengantar Kepada Membantu Guru Mengembangkan Kompetensinya

Dalam Pengajaran Untuk Meningkatkan CBSA, (Bandung: Tarsito, 1998 ), h. 336-337

13Fadjar Shadiq, Penalaran Pemecahan Masalah dan Komunikasi dalam Pembelajaran

(31)

19

apa yang dilihat, diamati, diingat dan dipikirannya sesuai pada kejadian dikehidupan nyata. Memecahkan soal berbentuk cerita berarti menerapkan pengetahuan yang dimiliki secara teoritis untuk memecahkan persoalan nyata/keadaan sehari-hari.

Setiap kali siswa memecahkan masalah, siswa mempelajari sesuatu yang baru, karena memecahkan masalah adalah suatu bentuk belajar. Cara yang terbaik yang dilakukan guru untuk membantu siswa memecahkan masalah adalah dengan menggunakan langkah-langkah pemecahan masalah.

Berdasarkan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Nasional (KTSP) oleh Departemen Pendidikan Nasional menyebutkan langkah-langkah pemecahan masalah matematika adalah sebagai berikut:

a. Mamahami soal yaitu memahami dan mengidentifikasi apa fakta atau informasi yang diberikan, apa yang ditanya, diminta untuk dicari, atau dibuktikan

b. Memilih pendekatan atau strategi pemecahan masalah yaiku misalkan menggambarkan masalah dalam bentuk diagram, memili dan menggunakan pengetahuan aljabar yang diketahui dan konsep yang relevan untuk membuat model atau kalimat metematika

c. Menyelesaikan model yaitu melakukan operasi hitung secara benar dalam menerapkan strategi untuk mendapatkan solusi dari masalah

d. Menafsirkan solusi yaitu memperkirakan dan memeriksa kebenaran jawaban serta apakah memberikan pemecahan terhadap masalah semula

Langkah- langkah penyelesaian soal di atas tercakup dalam empat langkah proses penyelesaian seperti yang dikemukakan oleh polya yaitu memahami masalah, menyusun rencana pemecahan masalah, melaksanakan rencana pemecahan masalah, dan meninjau kembali hasil pemecahan.14

______________

(32)

20

Ada beberapa Indikator Pemecahan Masalah Menurut Para Ahli, diantaranya:

Indikator dalam memecahkan masalah berdasarkan langkah polya 1. Memahami Masalah

Tanpa adanya pemahaman terhadap masalah yang diberikan, siswa tidak mungkin mampu menyelesaikan masalah tersebut dengan benar. Pada langkah pertama ini siswa perlu menjawab pertanyaan- pertanyaan (1) hal-hal apa yang tidak diketahui dan hal apa saja yang diketahui, (2) bagaimana kondisi data, (3) apakah data yang sudah ada sudah cukup.

2. Merencanakan Penyelesaian

Pada langkah kedua ini, siswa harus dapat menentukan hubungan antara hal-hal yang diketahui dengan hal-hal yang tidak diketahui. Kemampuan merencanakan penyelesaian, baik secara tertulis atau tidak, sangat tergantung pada pengalaman siswa dalam menyelesaiakan masalah

3. Menyelesaiakan Masalah Sesuai Rencana

Jika rencana penyelesaian telah dibuat baik secara tertulis atau tidak, selanjutnya dilakukan penyelesaian masalah itu langkah demi langkah sesuai dengan rencana yang dianggap paling tepat.

4. Melakukan Pengecekan Kembali

Pada langkah terakhir ini diusahakan siswa mengkaji hasil yang didapatkan, apakah siswa dapat memeriksa hasil dan argumennnya? Apakah metode itu dapat digunakan untuk masalah yang lain? Apakah jawaban sudah sesuai dengan hasil?

(33)

21

Menurut Jhon indikator pemecahan masalah adalah sebagai berikut: a. Membangun pengetahuan matematika melalui pemecahan masalah b. Menyelesakan soal yang muncul dalam matematika

c. Menerapkan dan menyesuaikan berbagai macam strategi yang cocok untuk memecahkan soal

d. Mengamati dan mengembangkan proses pemecahan masalah matematika.

Beberapa indikator pemecahan masalah dapat diperhatikan dari paparan Sumarmo, adalah sebagai berikut:

a. Mengidentifikasi unsur-unsur yang diketahui, yang ditanyakan, dan kecukupan unsur yang diperlukan,

b. Merumuskan masalah matematika atau menyusun model matematika, c. Menerapkan strategi untuk menyelesaikan berbagai masalah (sejenis

dan masalah baru) dalam atau di luar matematika,

d. Menjelaskan atau menginterpretasikan hasil sesuai permasalahan asal, e. Menggunakan matematika secara bermakna.15

Arifin mengungkapkan indikator pemecahan masalah yaitu (1) kemampuan memahami masalah, (2) kemampuan merencanakan pemecahan

______________ 15

Sumarmo, Indikator Pemecahan Masalah, (online) diakses melalui situs: (http://noviansangpendiam.blogspot.com/2011/04/kemampuan-pemecahan-masalah

(34)

22

masalah, (3) kemampuan melakukan pengerjaan atau perhitungan, dan (4) kemampuan melakukan pemeriksaan atau pengecekan kembali.16

E. Model Pembelajaran Berbasis Masalah

Terdapat keterkaitan yang erat antara guru, siswa, kurikulum, sarana dan prasarana dalam proses belajar mengajar di kelas. Sebagai seorang guru harus mampu memilih model pembelajaran yang tepat bagi peserta didik. Karena itu dalam memilih model pembelajaran, guru harus memperhatikan keadaan atau kondisi siswa, bahan pelajaran serta sumber-sumber belajar yang ada agar penggunaan model pembelajaran dapat diterapkan secara efektif dan menunjang keberhasilan belajar siswa.

Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang menggambarkan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar. Fungsi model pembelajaran adalah sebagai pedoman bagi perancang pengajaran dan para guru dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran.17 Sedangkan menurut Ali Hamzah, “model pembelajaran matematika adalah kerangka kerja konseptual tentang pembelajaran matematika. Pembelajaran matematika yang dimaksud adalah peserta didik mempelajari

______________

16 Kesumawati, N. (2010). Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah, dan Disposisi

Matematis Siswa SMP memlalui Pendekatan Matematika Realistik. Disertasi. UPI Bandung. (online) diakses pada tanggal 14 januari 2015

17Trianto, Model Pembelajaran Terpadu: Konsep, Strategi, dan Implementasinya dalam

(35)

23

matematika dan pengajar mentransformasikan pengetahuan matematika serta memfasilitasi kegiatan pembelajaran”.18

1. Pengertian Model Pembelajaran Berbasis Masalah

Secara umum pembelajaran berbasis masalah adalah suatu model pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi peserta didik untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi pembelajaran.

Model pembelajaran berbasis masalah tidak mengharapkan siswa hanya sekedar mendengarkan, mencatat, kemudian menghafal materi pelajaran, akan tetapi melalui model pembelajaran tersebut siswa akan aktif berpikir, berkomunikasi, mencari, mengolah data dan akhirnya menyimpulkan. Model pembelajaran berbasis masalah digunakan untuk merangsang berpikir tingkat tinggi dengan situasi berorientasi pada masalah. Dengan model ini, siswa dapat berpikir kritis dan lebih kreatif dalam belajar. Dengan membuat permasalahan sebagai tumpuan pembelajaran, siswa didorong untuk mencari informasi yang diperlukan untuk menyelesaikan permasalahan.19

______________

18Ali hamzah, Perencanaan dan Strategi Pembelajaran Matematika, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2014), h. 154

19 Nurhadi, Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya dalam KBK. (Malang: Universitas Negeri Malang, 2003), h. 56

(36)

24

2. Tujuan Pembelajaran Berbasis Masalah

Pada prinsipnya, pembelajaran berbasis masalah tidak dirancang untuk membantu memberikan informasi sebanyak-banyaknya kepada siswa. Selanjutnya dikatakan bahwa pembelajaran berbasis masalah ini bertujuan:

a. Membantu siswa mengembangkan: 1) kemampuan atau keterampilan berpikir 2) keterampilan pemecahan masalah 3) keterampilan intelektual

b. Membuat para siswa belajar berbagai peran orang dewasa (learn to be) dengan keterlibatannya dalam pengalaman nyata atau simulasi

c. Menjadikan para siswa sebagai pembelajar yang otonom dan mandiri.

3. Ciri-ciri Model Pembelajaran Berbasis Masalah

Menurut Nurhadi pembelajaran berbasis masalah bercirikan sebagai berikut:

a. Pengajuan Masalah atau Pertanyaan.

Pembelajaran berbasis masalah mengorganisasikan pembelajaran disekitar pertanyaan dan masalah sosial yang penting bagi siswa dan masyarakat. Pertanyaan atau masalah itu bersifat autentik (nyata) bagi siswa dan tidak mempunyai jawaban sederhana. Pertanyaan atau masalah itu menurut Arends dalam Trianto harus memenuhi kriteria sebagai berikut:

(1) Autentik, yaitu masalah harus berkaitan dengan pengalaman dunia nyata siswa daripada prinsip-prinsip disiplin akademik tertentu.

(37)

25

(2) Misteri, yaitu masalah yang diajukan bersifat misterius atau teka-teki. Masalah tersebut sebaiknya memberikan tantangan dan tidak hanya mempunyai jawaban sederhana, serta memerlukan alternatif pemecahan.

(3) Bermakna, yaitu masalah yang diberikan hendaknya bermakna bagi siswa dan sesuai dengan tingkat perkembangan intelektual siswa. (4) Luas, yaitu masalah yang disusun dan dirumuskan hendaknya bersifat

luas, sehingga memungkinkan mencapai tujuan pembelajaran, artinya masalah tersebut sesuai dengan waktu, ruang, dan sumber yang tersedia. Selain itu masalah yang dirancang berdasarkan pada tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

(5) Bermanfaat, yaitu masalah yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir dan memungkinkan siswa merasakan kebergunaan matematika, serta membangkitkan motivasi belajar siswa.

b. Berfokus pada Keterkaitan Antar Disiplin Ilmu

Masalah yang diajukan dalam pembelajaran berbasis masalah mungkin berpusat pada mata pelajaran tertentu. Masalah yang diajukan hendaknya benar-benar autentik agar dalam pemecahannya siswa meninjau masalah tersebut dari banyak segi atau mengkaitkannya dengan disiplin ilmu yang lain.

c. Penyelidikan yang Autentik

Pembelajaran berbasis masalah mengharuskan siswa melakukan penyelidikan autentik untuk mencari penyelesaian nyata terhadap masalah

(38)

26

nyata. Siswa harus menganalisis dan mendefinisikan masalah, mengembangkan hipotesis dan membuat ramalan, mengumpulkan dan menganalisis informasi, melakukan eksperimen (jika perlu), membuat referensi, dan merumuskan kesimpulan.

d. Menghasilkan Produk/Karya dan Memamerkannya

Pembelajaran berbasis masalah menuntut siswa untuk menghasilkan produk tertentu dalam bentuk karya dan peragaan yang menjelaskan atau mewakili bentuk penyelesaian masalah yang ditemukan. Produk itu dapat berupa laporan, model fisik, video, maupun program komputer. Hasil karya tersebut ditampilkan siswa di depan teman-temannya.

e. Kolaborasi

Pembelajaran berbasis masalah dicirikan oleh siswa yang bekerja sama satu dengan lainnya dalam kelompok kecil. Adapun keuntungan bekerja sama dalam kelompok kecil di antaranya siswa dapat saling memberikan motivasi untuk terlibat dalam tugas-tugas kompleks dan memperbanyak peluang untuk berbagi inkuiri dan dialog dan untuk mengembangkan keterampilan sosial dan keterampilan berpikir.20

Pembelajaran berbasis masalah menuntut siswa untuk aktif berpikir, berkomunikasi, mencari dan mengolah data, dan akhirnya menyimpulkan. Aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah, pemecahan masalah yang dilakukan dengan menggunakan pendekatan berpikir secara ilmiah.

______________ 20

(39)

27

4. Langkah–langkah dalam Proses Pembelajaran Berbasis Masalah

Menurut Nurhadi pembelajaran berbasis masalah terdiri dari lima tahap utama yang dimulai dengan guru memperkenalkan siswa dengan suatu situasi masalah dan diakhiri dengan penyajian dan analisis hasil kerja siswa. Jika jangkauan masalahnya tidak terlalu kompleks, maka kelima tahapan tersebut mungkin dapat diselesaikan dalam waktu dua sampai tiga kali pertemuan. Namun untuk masalah-masalah yang kompleks mungkin akan membutuhkan setahun penuh untuk menyelesaikannya. Kelima tahapan tersebut disajikan pada tabel berikut.

Tabel 2.1. Sintaksis Model Pembelajaran Berbasis Masalah

FASE KEGIATAN GURU KEGIATAN SISWA

Fase 1

Orientasi masalah

Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang dibutuhkan. Memotivasi siswa terlibat pada aktivitas pemecahan masalah yang dipilih.

Siswa mendengarkan tujuan belajar yang disampaikan oleh guru dan mempersiapkan logistik yang diperlukan.

Fase 2

Mengorganisasi kan siswa untuk belajar

Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut.

Siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang di angkat. Fase 3 Membimbing penyelidikan individu maupun kelompok

Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan

eksperimen, untuk

mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah.

Siswa mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan

eksperimen, dan berusaha menemukan jawaban atas masalah yang di angkat. Fase 4

Mengembangkan dan menyajikan

Guru membantu siswa dalam merencanakan dan

menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video, dan

siswa merencanakan dan menyiapkan karya, video, dan

(40)

28

FASE KEGIATAN GURU KEGIATAN SISWA

hasil karya model dan membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya teman lain. Fase 5 Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah

Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau

evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.

Siswa melakukan refleksi kegiatan penyelidikannya dan proses yang dilakukan.

Sumber: dikutip dari Nurhadi

Pembelajaran berbasis masalah memiliki gagasan bahwa pembelajaran dapat dicapai jika kegiatan pendidikan dipusatkan pada tugas–tugas atau permasalahan yang autentik, relevan, dan dipresentasikan dalam suatu konteks. Pembelajaran berbasis masalah merupakan salah satu model pembelajaran yang inovatif yang dapat memberikan kondisi belajar aktif kepada siswa. Aspek penting dalam pembelajaran berbasis masalah adalah bahwa pembelajaran dimulai dengan permasalahan tersebut akan menentukan arah pembelajaran dalam kelompok.

5. Teori Belajar yang Mendasari Pembelajaran Berbasis Masalah

Selain teori belajar kontruktivisme, ada beberapa teori belajar lainnya yang melandasi pembelajaran berbasis masalah, yakni sebagai berikut:

5.1 Teori Belajar Vygotsky

Perkembangan intelektual terjadi pada saat individu berhadapan dengan pengalaman baru dan menantang serta ketika mereka berusaha untuk memecahkan masalah yang dimunculkan. Dalam upaya mendapatkan pemahaman, individu berusaha mengaitkan pengetahuan baru dengan pengetahuan awal yang telah

(41)

29

dimilikinya kemudian membangun pengertian baru. Menurut Ibrahim dan Nur dalam Rusman Vygotsky meyakini bahwa interaksi sosial dengan teman lain memacu terbentuknya ide baru dan memperkaya perkembangan intelektual siswa. Kaitan dengan PBM dalam hal mengaitkan informasi baru dengan struktur kognitif yang telah dimiliki oleh siswa melalui kegiatan belajar dalam interaksi sosial dengan teman lain.

5.2 Teori Gagne

Menurut Gagne, dalam belajar mtematika ada dua objek yang dapat diperoleh siswa, yaitu objek langsung dan objek tak langsung. Objek tak langsung antara lain kemampuan menyelidiki dan memecahkan masalah, belajar mandiri, bersikap positif terhadap matematika, dan tahu bagaimana semestinya belajar. Sedangkan objek langsung berupa fakta, keterampilan, konsep, dan aturan.

Fakta adalah objek matematika yang tinggal menerimanaya, seperti lambang bilangan, sudut, dan notasi-notasi matematika lain. Keterampilan berupa kemampuan memberikan jawaban dengan tepat dan cepat, misalnya melakukan pembagian bilangan yang cukup besar dengan bagi kurung, menjumlahkan pecahan, melukis sumbu sebuah ruas garis. Konsep adalah ide abstrak yang memungkinkan kita dapat mengelompokkan objek ke dalam contoh dan non contoh. Misalkan, konsep bujursangkar, bilangan prima, himpunan dan vektor. Aturan ialah objek yang paling abstrak yang berupa sifat atau teorema.

Menurut Gagne, belajar dapat dikelompokkan menjadi 8 tipe belajar, yaitu belajar isyarat, stimulus respon, rangkaian gerak, rangkaian verbal, membedakan, pembentukan konsep, pembentukan aturan dan pemecahan masalah. Kedelapan

(42)

30

tipe belajar itu terurut menurut taraf kesukarannya dari belajar belajar isyarat sampai kebelajar pemecahan masalah.

5.3 Teori Belajar Jerome S. Bruner

Dahar dalam Rusman mengatakan metode penemuan merupakan metode dimana siswa menemukan kembali, bukan menemukan yang sama sekali benar-benar baru. Belajar penemuan sesuai dengan pencarian pengetahuan secara aktif oleh manusia, dengan sendirinya memberikan hasil yang lebih baik, berusaha sendiri mencari pemecahan masalah serta didukung oleh pengetahuan yang menyertainya, serta menghasilkan pengetahuan yang benar-benar bermakna.21

6. Keunggulan dan Kelemahan Model Pembelajaran Berbasis Masalah 6.1.Keunggulan Model Pembelajaran Berbasis Masalah

Beberapa keunggulan model pembelajaran berbasis masalah, sebagai berikut:

1) realistik dengan kehidupan siswa 2) konsep sesuai dengan kebutuhan siswa 3) memupuk sifat inquiry siswa

4) retensi konsep jadi kuat

5) memupuk kemampuan problem solving

Model pembelajaran berbasis masalah melibatkan siswa pada kegiatan belajar sehingga pengetahuannya benar-benar diserapnya dengan baik, model ini membuat siswa secara aktif memecahkan masalah dan menuntut keterampilan berfikir siswa yang lebih tinggi sehingga siswa dapat merasakan manfaat pembelajaran matematika sebab masalah yang diselesaikan merupakan masalah sehari-hari.

______________

21Rusman, Model-Model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), h. 244-245

(43)

31

6.2.Kelemahan Model Pembelajaran Berbasis Masalah

Disamping keunggulan, pembelajaran berbasis masalah juga memiliki kelemahan di antaranya:

1) Manakala siswa tidak memiliki minat atau tidak mempunyai kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka akan merasa enggan untuk mencoba.

2) Keberhasilan model pembelajaran ini membutuhkan cukup waktu untuk persiapan.

3) Tanpa pemahaman mengapa mereka berusaha untuk memecahkan masalah yang sedang dipelajari, maka mereka tidak akan belajar apa yang mereka ingin pelajari.

F. Kajian Materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV) di SMP/MTs

Salah satu materi pembelajaran matematika di SMP/MTs adalah Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV), berikut ini penulis paparkan materi tersebut.

1. Pengertian SPLDV serta bentuk-bentuknya. a) Perbedaan PLDV dan SPLDV

1) Persamaan Linear Dua Variabel (PLDV)

Persamaan linear dua variabel adalah persamaan yang memiliki dua variabel dan pangkat masing-masing variabelnya satu. Jika dua variabel tersebut dan , maka PLDV-nya dapat dituliskan:

, dengan , a, b, c € R

Contoh:

a. 2x + 2y = 6 b. y = 3x

(44)

32

c. 2y = x-3

2) Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV)

SPLDV adalah suatu sistem persamaan yang terdiri dari dua atau lebih persamaan linear dua variabel (PLDV) dan setiap persamaan memiliki dua variabel. Bentuk umum SPLDV adalah:

dan , dengan a, b, p, q Contoh:

a. dan atau dapat ditulis { b. dan 2q = 3p + 3

b) Menyatakan suatu variabel dengan variabel lain pada persamaan linear. Contoh:

Diketahui persamaan x + y = 5, jika variabel y dinyatakan dalam variabel x menjadi:

x + y = 5 y = 5 – x

c) Mengenal variabel dan koefisien pada SPLDV Contoh:

Diketahui SPLDV : 2x + 4y = 12 dan 3x – y = 5 x dan y disebut variabel

2 dan 3 disebut koefisien dari x 4 dan -1 disebut koefisien dari y 12 dan 5 disebut konstanta d) Himpunan Penyelesaian SPLDV

(45)

33

Dalam SPLDV terdapat pengganti-pengganti dari variabel sehingga kedua persamaan menjadi benar. Pengganti-pengganti variabel yang demikian disebut himpunan penyelesaian dari SPLDV.

Contoh:

Diketahui SPLDV: dan

Tunjukkan bahwa x = 2 dan y = 1 merupakan himpunan penyelesaian dari SPLDV tersebut.

Jawab:

Jika x = 2 dan y = 1 disubstitusikan pada persamaan diperoleh

2 (2) – 1 = 3 = 3 (benar).

Jika x = 2 dan y = 1 disubstitusikan pada persamaan diperoleh

2 + 1 = 3 (benar).

Jadi, x = 2 dan y = 1 merupakan himpunan penyelesaian dari SPLDV dan

2. Metode Penyelesaian SPLDV

Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk menentukan penyelesaian SPLDV. Metode-metode tersebut adalah:

(46)

34

a) Metode Grafik

Grafik untuk persamaan linear dua variabel berbentuk garis lurus. SPLDV terdiri atas dua persamaan linear dua variabel, berarti SPLDV digambarkan berupa dua buah garis lurus. Penyelesaian dapat ditentukan dengan menentukan titik potong kedua garis tersebut.

Contoh:

Membuat kue. Untuk acara ulang tahun Fira, ibu membuat beberapa macam kue. Oleh karena itu ibu membeli bahan-bahan untuk membuat kue, yaitu 5 kg terigu dan 3 kg gula dengan harga seluruhnya Rp.30.000. Ternyata bahan yang dibeli ibu kurang, sehingga ibu menyuruh Fira membeli lagi 2 kg terigu dan 2 kg gula dengan harga seluruhnya Rp.16.000. Berapakah harga 1 kg terigu dan 1 kg gula? Diselesaikan dengan metode grafik

penyelesaian:

Langkah I (memahami masalah)

Diketahui: 5 kg terigu dan 3 kg gula dengan harga seluruhnya Rp.30.000 2 kg terigu dan 2 kg gula dengan harga seluruhnya Rp.16.000 Ditanya : berapakah harga 1 kg terigu dan 1 kg gula?

Langkah II (merencanakan pemecahan)

Misalkan: harga 1 kg terigu = x rupiah, dan harga 1 kg gula = y rupiah

harga 5 kg terigu dan 3 kg gula = 5x + 3y = 30.000 harga 2 kg terigu dan 2 kg gula = 2x + 2y = 16.000 kalimat matematikanya adalah:

(47)

35 5x + 3y = 30.000……….1)

2x + 2y = 16.000..……...2)

Bentuk di atas merupakan bentuk baku SPLDV. Untuk menyelesaikan SPLDV dengan metode grafik dapat dilakukan dengan menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Gambarlah grafik himpunan penyelesaian dari masing-masing kedua persamaan pada sebuah bidang cartesius

2. Tentukan titik potong grafik tersebut. Titik potong ini yang merupakan penyelesaian dari SPLDV tersebut

Langkah III (melaksanakan rencana)

1) Gambar grafik 5x + 3y = 30.000 dan 2x + 2y = 16.000 5x + 3y = 30.000

x 0 6.000

y 10.000 0

(x, y) (0,10.000) (6.000,0)

titik potong grafik persamaan 5x + 3y = 30.000 memotong sumbu-x

(0,10.000) dan memotong sumbu-y di (6.000,0)

2x + 2y = 16.000

x 0 8000

y 8.000 0

(x, y) (0,8000) (8000,0)

Titik potong grafik persamaan 2x + 2y = 16.000 memotong sumbu-x (0,8000)

dan memotong sumbu-y di (8000,0)

(48)

36

Langkah IV (memeriksa kembali)

Persamaan 1) Persamaan 2)

5x + 3y = 30.000 2x + 2y = 16.000

5(3000) + 3(5000) = 30.000 2(3000) + 2 (5000) = 16.000 15.000 + 15.000 = 30.000 6.000 + 10.000 = 16.000

30.000 = 30.000 (Benar) 16.000 = 16.000 (Benar) harga I kg terigu (x) adalah Rp. 3.000 dan harga 1 kg gula (y) adalah Rp. 5.000 5 kg terigu dan 3 kg gula dengan harga seluruhnya Rp.30.000

5x + 3y = 30.000

5(3000) + 3(5000) = 30.000

30.000 = 30.000 (Benar)

2 kg terigu dan 2 kg gula dengan harga seluruhnya Rp.16.000 2x + 2y = 16.000

2(3000) + 2 (5000) = 16.000 6.000 + 10.000 = 16.000

(49)

37

b) Metode Substitusi

Substitusi artinya mengganti, yaitu menggantikan variabel yang kita pilih pada persamaan pertama dan digunakan untuk mengganti variabel sejenis pada persamaan kedua.

Contoh:

Membuat kue. Untuk acara ulang tahun Fira, ibu membuat beberapa macam kue. Oleh karena itu Ibu membeli bahan-bahan untuk membuat kue, yaitu 5 kg terigu dan 3 kg gula dengan harga seluruhnya Rp.30.000. Ternyata bahan yang dibeli Ibu kurang, sehingga Ibu menyuruh Fira membeli lagi 2 kg terigu dan 2 kg gula dengan harga seluruhnya Rp.16.000. Berapakah harga 1 kg terigu dan 1 kg gula? Permasalahan di atas merupakan bentuk SPLDV

Diselesaikan dengan metode substitusi Penyelesaian:

Langkah I (memahami masalah)

Diketahui: 5 kg terigu dan 3 kg gula dengan harga seluruhnya Rp.30.000 2 kg terigu dan 2 kg gula dengan harga seluruhnya Rp.16.000 Ditanya : berapakah harga 1 kg terigu dan 1 kg gula?

Langkah II (merencanakan pemecahan)

Misalkan: harga 1 kg terigu = x rupiah, dan harga 1 kg gula = y rupiah

harga 5 kg terigu dan 3 kg gula = 5x + 3y = 30.000 harga 2 kg terigu dan 2 kg gula = 2x + 2y = 16.000 kalimat matematikanya adalah:

(50)

38 5x + 3y = 30.000……….1)

2x + 2y = 16.000..……...2)

Bentuk di atas merupakan bentuk baku SPLDV. Untuk menyelesaikan SPLDV dengan metode substitusi dapat dilakukan dengan mengganti suatu variabel dengan variabel yang lain.

Pada persamaan 2)

2x + 2y = 16.000 dapat diubah bentuk menjadi 2x = 16.000 – 2y

x = –

x = 8.000 – y ………..3)

Langkah III (melaksanakan rencana)

Substitusikan x = 8.000 – y ke persamaan 1 menjadi: 5x + 3y = 30.000 5(8.000 – y) + 3y = 30.000 40.000 – 5y + 3y = 30.000 -2y = 30.000 – 40.000 -2y = - 10.000 y = y = 5.000

Untuk mendapatkan nilai x maka substitusikan nilai y ke persamaan 3 x = 8.000 – y

x = 8.000 – 5.000 x = 3.000

(51)

39

jadi nilai harga I kg terigu adalah Rp. 3.000 dan harga 1 kg gula adalah Rp. 5.000

Langkah IV (memeriksa kembali)

Persamaan 1) Persamaan 2)

5x + 3y = 30.000 2x + 2y = 16.000

5(3000) + 3(5000) = 30.000 2(3000) + 2 (5000) = 16.000 15.000 + 15.000 = 30.000 6.000 + 10.000 = 16.000

30.000 = 30.000 (Benar) 16.000 = 16.000 (Benar) harga I kg terigu (x) adalah Rp. 3.000 dan harga 1 kg gula (y) adalah Rp. 5.000 5 kg terigu dan 3 kg gula dengan harga seluruhnya Rp.30.000

5x + 3y = 30.000

5(3000) + 3(5000) = 30.000 30.000 = 30.000 (Benar)

2 kg terigu dan 2 kg gula dengan harga seluruhnya Rp.16.000 2x + 2y = 16.000

2(3000) + 2 (5000) = 16.000 6.000 + 10.000 = 16.000

16.000 = 16.000 (Benar) c) Metode Eliminasi

Berbeda dengan metode substitusi yang mengganti variabel, metode eliminasi justru menghilangkan salah satu variabel untuk dapat menentukan nilai variabel yang lain. Dengan demikian, koefisien salah satu variabel yang akan dihilangkan haruslah sama atau dibuat sama.

(52)

40

Membuat kue. Untuk acara ulang tahun Fira ibu membuat beberapa macam kue. Oleh karena itu ibu membeli bahan-bahan untuk membuat kue, yaitu 5 kg terigu dan 3 kg gula dengan harga seluruhnya Rp.30.000. Ternyata bahan yang dibeli Ibu kurang, sehingga Ibu menyuruh Fira membeli lagi 2 kg terigu dan 2 kg gula dengan harga seluruhnya Rp.16.000. berapakah harga 1 kg terigu dan 1 kg gula? Permasalahan di atas merupakan bentuk SPLDV

Diselesaikan dengan metode eliminasi Penyelesaian:

Langkah I (memahami masalah)

Diketahui: 5 kg terigu dan 3 kg gula dengan harga seluruhnya Rp.30.000 2 kg terigu dan 2 kg gula dengan harga seluruhnya Rp.16.000 Ditanya : berapakah harga 1 kg terigu dan 1 kg gula?

Langkah II (merencanakan pemecahan)

Misalkan: harga 1 kg terigu = x rupiah, dan harga 1 kg gula = y rupiah

harga 5 kg terigu dan 3 kg gula = 5x + 3y = 30.000 harga 2 kg terigu dan 2 kg gula = 2x + 2y = 16.000 kalimat matematikanya adalah:

5x + 3y = 30.000……….1) 2x + 2y = 16.000..……...2)

Bentuk di atas merupakan bentuk baku SPLDV. Untuk menyelesaikan SPLDV dengan metode eliminasi dapat dilakukan dengan menghilangkan salah satu

(53)

41

variabel persamaan dengan menyamakan koefisien salah satu variabel persamaan ini.

Langkah III (melaksanakan rencana)

Untuk mendapatkan nilai x maka eliminasi variabel y 5x + 3y = 30.000 x2 10x + 6y = 60.000

2x + 2y = 16.000 x3 6x + 6y = 48.000 – 4x = 12.000 x =

x = 3.000

Untuk mendapatkan nilai y maka eliminasi variabel x 5x + 3y = 30.000 x2 10x + 6y = 60.000 2x + 2y = 16.000 x5 10x + 10y = 80000- -4y = -20.000 y = y = 5.000

jadi nilai harga I kg terigu adalah Rp. 3.000 dan harga 1 kg gula adalah Rp. 5.000

Langkah IV (memeriksa kembali)

Persamaan 1) Persamaan 2)

5x + 3y = 30.000 2x + 2y = 16.000

5(3000) + 3(5000) = 30.000 2(3000) + 2 (5000) = 16.000 15.000 + 15.000 = 30.000 6.000 + 10.000 = 16.000

Gambar

Tabel  2.1.  Sintaksis Model Pembelajaran Berbasis Masalah
Gambar 3.1 Alur PTK Model Spiral Adaptasi dari Kemmis & Taggart
Gambar 3.2 Alur Pelaksanaan PTK
Tabel 3.1 Rincian Waktu Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tabel 3.2menunjukkan data hasil observasi sebelum penelitian dan sesudah penelitian.Kesimpulan data tersebut adalah mulai tindakan kelas siklus I sampai akhir

 H0 : Kemampuan pemecahan masalah matematis awal siswa pada pendekatan problem based learning berasal dari populasi

(2019) bahwa kemampuan pemecahan masalah matematis kelas eksperimen lebih baik dari pada kelas control pada materi SPLDV, hal ini berarti kelas yang diberi statement lebih baik

Data tentang kemampuan pemecahan masalah matematis pada peserta didik kelas eksperimen dan kelas control diperoleh setelah melaksanakan proses pembelajaran pada mata

Hasil penelitian ini sebagai berikut : profil kemampuan pemecahan masalah matematis subyek dengan gaya kognitif reflektif sudah memenuhi ciri kognitif reflektif dan tahapan

Berdasarkan hasil observasi awal berupa wawancara yang dilakukan di SMP PGRI 1 Palembang dari guru mata pelajaran matematika di sekolah tersebut menjelaskan bahwa masih

Rata-rata Skor Setiap Indikator Pemecahan Masalah Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol (PM1 merujuk pada indikator mengidentifikasi unsur-unsur yang diketahui, yang ditanyakan

Dari hasil refleksi tersebut peneliti melakukan perbaikan dalam proses pembelajaran dengan memperjelas lagi materi yang di ajarkan dan lebih aktif dalam proses