• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation untuk Meningkatkan Keterampilan Sosial

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation untuk Meningkatkan Keterampilan Sosial"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

JURNAL

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP

INVESTIGATION UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN SOSIAL

Oleh:

Nama : M. Lukman Efendi NPM : 1423031038

PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER PENDIDIKAN IPS UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

APPLICATION TYPE OF COOPERATIVE LEARNING GROUP

INVESTIGATION TO IMPROVE SOCIAL SKILLS 1

Oleh

M.Lukman Efendi2, Sudjarwo3, Edy Purnomo4

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung Jln. Soemantri Brojonegoro No.1 Gedungmeneng Bandar Lampung 35145 Tlp.

(0721) 704624 Fax (0721) 704624 Email: [email protected]

HP 081283313072

Abstract This study aimed to determine the social skills of students using cooperative learning model type Group Investigation. This research was a classroom action research. The research activities ware conducted in three cycles, each cycle consisting of planning, action, observation, and reflection, which was aimed to improve the quality of learning. The subjects were junior high school students in class VIIA Setia Budi Teluk Betung school 2016/2017 year as many as 25 students. Data collection tool used observation sheets of social skills. The results of reflection for each cycle and for the observation of social skills in each cycle are the basic improvement for the next cycle. Here is the result of observation of social skills with details of the increase in the average acquisition persikus as follows: First cycle with details of the percentage of 38.9%, Cycle II with details of the percentage of 58.9%, then Cycle III increased with a percentage of 78.3%. The results showed that: there is an increase in social skills after each cycle using the model of cooperative learning Group Investigation in Social Studies.

Keywords : Social Skills, Cooperative types Group Investigation, Learning Social Studies.

1

Tesis Pascasarjana Pendidikan IPS Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung. Tahun 2016.

2

M. Lukman Efendi. Mahasiswa Pascasarjana Pendidikan IPS Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung. Email: [email protected] HP 081283313072

3

Sudjarwo. Dosen Pascasarjana Pendidikan IPS Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung. Jln. Soemantri Brojonegoro No.1 Gedungmeneng Bandar Lampung 35145 Tlp. (0721) 704624 Fax (0721) 704624. Email: [email protected].

4

Edy Purnomo. Dosen Pascasarjana Pendidikan IPS Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung. Jln. Soemantri Brojonegoro No.1 Gedungmeneng Bandar Lampung 35145 Tlp. (0721) 704624 Fax (0721) 704624. Email: [email protected].

(3)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN SOSIAL5

Oleh

M. Lukman Efendi6, Sudjarwo7, Edy Purnomo8

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung Jln. Soemantri Brojonegoro No.1 Gedungmeneng Bandar Lampung 35145 Tlp.

(0721) 704624 Fax (0721) 704624 Email: [email protected]

HP 081283313072

Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keterampilan sosial siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation. Penelitian ini adalah penelitian tidakan kelas. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan sebanyak tiga siklus, tiap siklus terdiri dari tahap perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi, yang bertujuan untuk memperbaiki kualitas pembelajaran. Subjek penelitian adalah siswa di kelas VIIA SMP Setia Budi teluk betung tahun pelajaran 2016/2017 sebanyak 25 siswa. Alat pengumpulan data menggunakan lembar pengamatan keterampilan sosial. Hasil refleksi setiap siklus serta hasil observasi keterampilan sosial di setiap siklus menjadi dasar perbaikan pada siklus berikutnya. Berikut merupakan hasil Observasi keterampilan sosial dengan rincian kenaikan rata-rata perolehan persikus sebagai berikut: Siklus I dengan rincian presentase 38,9 %, Siklus II dengan rincian presentase 58,9 %, kemudian Siklus III mengalami kenaikan dengan presentase 78,3 %. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: terdapat peningkatan keterampilan sosial disetiap siklus setelah menggunakan model kooperatif tipe Group Investigation dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS).

Kata kunci: Keterampilan Sosial, Kooperatif tipe Group Investigation, Pembelajaran IPS.

5

Tesis Pascasarjana Pendidikan IPS Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung. Tahun 2016.

6

M. Lukman Efendi. Mahasiswa Pascasarjana Pendidikan IPS Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung. Email: [email protected] 081283313072

7

Sudjarwo. Dosen Pascasarjana Pendidikan IPS Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung. Jln. Soemantri Brojonegoro No.1 Gedungmeneng Bandar Lampung 35145 Tlp. (0721) 704624 Fax (0721) 704624. Email: [email protected].

8

Edy Purnomo. Dosen Pascasarjana Pendidikan IPS Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung. Jln. Soemantri Brojonegoro No.1 Gedungmeneng Bandar Lampung 35145 Tlp. (0721) 704624 Fax (0721) 704624. Email: [email protected].

(4)

PENDAHULUAN

Pendidikan secara umum diartikan sebagai usaha dalam rangka untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Adanya pendidikan, diharapkan akan tercipta sumber daya manusia yang berpotensi dan dapat meningkatkan harkat dan martabatnya. Peran pendidikan sangat dibutuhkan untuk kemajuan ilmu sosial dan pembangunan bangsa, untuk mempertahankan nilai-nilai tradisional yang berupa nilai-nilai luhur yang harus dilestarikan seperti rasa hormat kepada orang tua, kepada pemimpin kewajiban untuk mematuhi hukum-hukum dan norma-norma yang berlaku, jiwa patriotisme dan sebagainya.

Tujuan pendidikan nasional menurut UU No 20 tahun 2003 pasal 3 disebutkan bahwa: Tujuan pendidikan nasional adalah untuk berkembangnya potensi peserta didik agar manusia

yang beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab.

Tujuan pendidikan akan tercapai apabila tujuan institusional tercapai, demikian pula tujuan institusional akan tercapai apabila tujuan kurikuler atau tujuan mata pelajaran tercapai. Salah satu mata peajaran yang ada di tingkat SMP (Sekolah Menengah Pertama) adalah IPS, Melihat dari kebedaraan Mata pelajaran IPS tersebut, menurut standar isi permendikbud no 22 tahun 2006 disebutkan mata pelajaran IPS bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:

1) Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya; 2) Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial; 3) Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial

(5)

dan kemanusiaan; 4) Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global.

Jika dilihat dari tujuan mata pelajaran IPS tersebut, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat dua hal penting yang terkandung di dalamnya yaitu pengetahuan tentang ilmu-ilmu sosial serta keterampilan sosial. Menurut Maryani (2011 : 18) keterampilan sosial merupakan kemampuan untuk menciptakan hubungan sosial yang serasi dan memuaskan berbagai pihak, dalam bentuk penyesuaian terhadap lingkungan sosial dan keterampilan memecahkan masalah.

Berikut ulasan selama proses pembelajaran yang terjadi selama ini, terlihat siswa kurang begitu aktif dalam proses pembelajaran, ketika guru memberi kesempatan bertanya siswa hanya terdiam, dan ketika guru mengajukan pertanyaan kepada siswa

siswa cendrung diam (terlihat tidak paham atas materi yang disampaikan oleh guru). Proses pembelajaran yang terjadi di dalam kelas kurang menarik karena terpusat pada guru hal tersebut mempengaruhi menurunnya motivasi belajar siswa untuk menggali potensi lebih dalam lagi, siswa hanya mengikuti alur saja tanpa berpikir secara mendalam terkait materi yang disampaikan oleh guru. Selama ini guru kurang melibatkan siswa dalam proses pembelajaran akibatnya siswa terlihat malas-malasan (menerima saja). Pembelajaran di kelas masih didominasi oleh guru hal tersebut berdampak mengurangi ruang gerak siswa untuk mengembangkan pola pikirnya.

Menindak lanjuti hal yang terjadi tersebut maka Penulis memberikan beberapa solusi untuk mengatasi masalah-masalah tersebut, yaitu dengan merubah pola

(6)

pembelajaran yang tadinya guru sebagai pusat dirubah menjadikan siswa yang menjadi pusat dengan harapan guru memberikan kesempatan untuk siswa agar lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran, hal tersebut diharapkan akan memacu motivasi siswa dalam proses pembelajaran. Selain itu guru juga bisa menerapkan berbagai model pembelajaran dengan tujuan untuk menciptakan situasi belajar yang lebih menarik hal tersebut secara otomatis mempengaruhi hasil belajar serta keterampilan sosial meningkat. Model pembelajaran yang diduga dapat meningkatkan keterampilan sosial yaitu model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation yang menitik beratkan serta mengharuskan siswa untuk dituntut lebih aktif selama proses belajar.

Berdasarkan ulasan di atas model pembelajaran kooperatif tipe

Group Investigation dianggap cocok untuk mengatasi permasalahan yang terjadi selama proses pembelajaran serta merubah motivasi serta minat siswa untuk lebih aktif dalam proses pembelajaran, salain itu model pemebelajaran tersebut memiliki keunggulan untuk meningkatkan keterampilan sosial siswa yang menjadi fokus di dalam penelitian ini, dengan harapan melalui model tersebut keterampilan sosial siswa akan meningkat.

METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Arikunto (2006:3) menjelaskan Penelitian tindakan kelas atau class room action research ialah suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar, sebuah tindakan yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam kelas secara bersama. Selanjutnya menurut

(7)

Pargito (2011: 19 ) menjelaskan secara singkat penelitian tindakan kelas (PTK) adalah suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif terhadap pelaku tindakan, untuk meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan-tindakan mereka dalam melaksanakan tugas, memperdalam pemahaman terhadap tindakan-tindakan yang dilakukan, serta memperbaiki dimana praktik-praktik pembelajaran dilaksanakan.

Penelitian ini akan dilakukan untuk menguji cobakan suatu model pembelajaran yaitu pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation apakah dapat meningkatkan kemampuan keterampilan sosial pada mata pelajaran IPS Terpadu siswa kelas VIIA SMP Setia Budi Teluk Betung. Dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation ini, peneliti berusaha mengkaji hubungan sebab akibat dan

mencari pengaruh yang terjadi dalam pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation terhadap peningkatan keterampilan sosial siswa.

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dengan siklus pembelajaran, dan tiap-tiap siklus dilaksanakan sesuai dengan perubahan nilai-nilai karakter dan kompetensi yang dicapai, berdasarkan perencanaan yang telah didesain sebelumnya. Pengamat melakukan observasi terhadap kegiatan yang dilaksanakan sebagai bahan diskusi untuk tujuan perbaikan.

Selain itu, juga dilakukan wawancara dengan siswa untuk mengetahui tanggapan siswa tentang model pembelajaran kooperatif tipe group investigation dan kekurangan pelaksanaan group investigation dalam proses pembelajaran. Berdasarkan kemampuan keterampilan sosial

(8)

(melalui indikator ketarampilan sosial), hasil observasi dan wawancara peneliti melakukan diskusi untuk mengkaji kelemahan guna meningkatkan proses pembelajaran (refleksi).

Secara lebih ringkas prosedur pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini meliputi:

1. Perencanaan 2. Tindakan 3. Observasi 4. Refleksi

Penelitian tindakan ini dilaksanakan di kelas VIIA SMP Setia Budi Teluk Betung Tahun Pelajaran 2016/2017 sebanyak 25 siswa yang terdiri dari 13 laki-laki 12 perempuan. Guru mata pelajaran IPS bertindak sebagai peneliti. Dalam penelitian tindakan kelas ini objek yang akan diteliti adalah kemampuan keterampilan sosial siswa kelas VIIA SMP Setia Budi Teluk Betung.

Salah satu cara melengkapi penelitian ini dengan menggunakan teknik pengumpulan data, hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan data yang lengkap yang nantinya dapat mendukung keberhasilan penelitian. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan lebar pengamatan (observasi), dokumen dan foto.

Teknik analisis yang digunakan yaitu mereduksi data, menyajikan data dan menarik kesimpulan. Reduksi data meliputi penyeleksian data melalui rinkasan, uraian singkat dan pengelolaan data kedalam pola yang lebih terarah.penyajian data dilakukan untuk mengorganisasi data dari reduksi data. Penarikan kesimpulan berarti pemberian makna pada data yang diperoleh dengan triangulasi, yaitu proses memastikan sesuatu dari berbagai sudut pandang, fungsinya untuk meningkatkan ketajaman hasil

(9)

pengamatan melalui berbagai cara dalam pengumpulan data. Analisis data dilakukan sejak data diperoleh dari hasil observasi oleh peneliti.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

SIKLUS I

Pelaksanaan pembelajaran pada siklus I di laksanakan pada tanggal 19 Juli 2016 sampai dengan 22 Juli 2016. Pembelajaran di laksanakan sebanyak 2 kali pertemuan, dengan materi interaksi sebagai proses sosial. Waktu yang butuhkan pada siklus ini sebanyak 2 kali pertemuan, masing-masing pertemuan 2 x 40 menit yang di laksanakan pada hari selasa dan kamis.

Pada tahap ini peneliti melaksanakan observasi terhadap kegiatan pembelajaran guru dan siswa yang berlangsung dengan menggunakan model pembelajaran

kooperatif tipe Group Investigation di bantu oleh Wisnu Anggara, SE. yang bertugas sebagai observer agar proses kegiatan pembelajaran yang berlangsung dapat diamati dan di nilai dengan baik mulai dari siklus 1 sampai dengan siklus 3.

Pada pengamatan siklus I diketahui bahwa belum ada indikator keterampilan sosial yang telah mencapai indikator keberhasilan yang ditetapkan. Indikator kemampuan keterampilan sosial dikatakan berhasil apabila Indikator keberhasilan yang ditetapkan pada penelitian ini adalah apabila 70 % dari keseluruhan siswa SMP Setia Budi Teluk Betung telah menampakkan indikator-indikator keterampilan sosial dengan kata lain 70 % siswa telah mencapa kriteria baik. Pada siklus I indikator keterampilan sosial paling tinggi

WHUGDSDW SDGD LQGLNDWRU ³Kemampuan

(10)

atau 48%. Sedangkan indikator keterampilan sosial yang paling rendah terdapat pada indikator kemampuan respek terhadap pendapat orang lain sebanyak 8 siswa atau 32%.

Hal ini menunjukkan bahwa siswa belum terbiasa belajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation sehingga perlu diperbaiki dalam tindakan selanjutnya. Selain itu, guru belum maksimal dalam melakukan pembelajaran sesuai dengan prosedur yang dilaksanakan terutama dalam menjelaskan model pembelajaran

Group Investigation sehingga

menimbulkan kebingungan pada siswa ketika proses pembelajaran berlangsung.

Selanjutnya, pada siklus I terlihat indikator kemampuan keterampilan sosial yang mendapatkan nilai paling tinggi terdapat pada indikator Kemampuan Berbagi

Informasi yaitu sebesar 48% atau 12 siswa. Meskipun demikian, hal ini menunjukkan bahwa siswa masih didominasi oleh siswa yang mendengarkan pendapat siswa lain namun masih melakukan aktifitas bicara. Sehingga membuat kondisi kelas terkadang ribut dan perlu diberikan pengarahan berulang-ulang untuk menjaga kondisi kelas tetap kondusif.

Selanjutnya, indikator kemampuan keterampilan sosial yang mendapatkan nilai paling rendah terdapat pada indikator kemampuan respek terhadap pendapat orang lain yaitu sebanyak 8 orang atau 32%. Hal ini menunjukkan masih banyaknya siswa yang tidak peduli terhadap pendapat yang siswa lain sampaikan dalam bentuk kritik dan saran atau bahkan sanggahan dikarenakan kurangnya semangat dan respek terhadap diskusi yang sedang berjalan.

(11)

Pada siklus I kemampuan guru mengajar terlihat pada Instrumen Penilaian Kinerja Guru (IPKG 2) siklus I menunjukkan bahwa nilai tertinggi adalah 3 dengan kategori baik pada aspek kegiatan pendahuluan dan kegiatan inti pembelajaran. Selanjunya, nilai terendah dengan nilai 2 dalam kategori sedang terdapat pada aspek kegiatan penutup. Sedangkan jika untuk nilai keseluruhan nilainya yaitu 2,55 dalam kategori baik hal ini menunjukan bahwa perlu ditingkatkan lagi karena belum signifikan.

Selanjutnya, berdasarkan data tersebut, hal ini menunjukkan bahwa kemampuan guru mengajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation perlu ditingkatkan lagi. Aspek-aspek yang harus lebih ditingkatkan lagi adalah dalam hal: (1) Memeriksa kesiapan siswa; (2) menyampaikan kompetensi yang akan dicapai dan

rencana kegiatan; (3) memberikan waktu kepada siswa untuk berdiskusi (kesesuaian waktu); (4) menumbuhkan partisipasi aktif siswa melalui interaksi guru, siswa dan sumber belajar; (6) mengawasi dan memantau kemajuan pembelajaran; (7) melakukan penilaian berdasarkan waktu yang digunakan tiap siswa dalam berbicara; (8) melakukan refleksi atau membuat rangkuman dengan melibatkan siswa; (9) melaksanakan tindak lanjut dengan memberikan arahan, atau kegiatan, atau tugas sebagai bagian remidial/pengayaan. Aspek-aspek tersebut merupakan suatu kelemahan yang terjadi pada siklus I dan akan dijadikan bahan kajian untuk refleksi dan revisi yang akan dilakukan pada siklus II.

SIKLUS II

Pelaksanaan pembelajaran pada siklus I di laksanakan pada tanggal 26 Juli

(12)

2016 sampai dengan 29 Juli 2016. Pembelajaran di laksanakan sebanyak 2 kali pertemuan, dengan materi interaksi sebagai proses sosial. Waktu yang butuhkan pada siklus ini sebanyak 2 kali pertemuan, masing-masing pertemuan 2 x 40 menit yang di laksanakan pada hari selasa dan kamis.

Pada tahap ini peneliti melaksanakan observasi terhadap kegiatan pembelajaran guru dan siswa yang berlangsung dengan menggunkan model pembelajaran kooperatife tipe Group Investigation di bantu oleh Wisnu Anggara, SE. yang bertugas sebagai observer agar proses kegiatan pembelajaran yang berlangsung dapat diamati dan di nilai dengan baik mulai dari siklus 1 sampai dengan siklus 3.

Pada Pengamatan Siklus II diketahui bahwa indikator keterampilan sosial yang telah mencapai indikator keberhasilan yang

ditetapkan adalah indikator kemampuan berbagi informasi, sedangkan untuk indikator yang lain masih dibawah kriteria keberhasilan yang ditentukan. apabila Indikator keberhasilan yang ditetapkan pada penelitian ini adalah apabila 70 % dari keseluruhan siswa SMP Setia Budi Teluk Betung telah menampakkan indikator-indikator keterampilan sosial dengan kata lain 70 % siswa telah mencapa kriteria baik. Indikator keterampilan sosial yang belum mencapai indikator keberhasilan adalah indikator Kemampuan Berbicara Secara Bergiliran, Kemampuan Menyampaikan Pendapat, Kemampuan Bekerjasama, Kemampuan Saling Menolong, dan Kemampuan Respek Terhadap Pendapat Orang Lain.

Indikator yang paling tinggi ketercapaiannya yaitu pada indikator kemampuan berbagi informasi yaitu

(13)

sebanyak 19 siswa atau 76%. Hal ini dikarenakan siswa sudah mulai terbiasa dan senang dalam pembelajaran IPS dengan menggunakan model pembelajaran

Group Investigation. Selanjutnya,

indikator keterampilan sosial yang paling rendah terdapat pada indikator Kemampuan Bekerjasama dan Kemampuan Respek Terhadap Pendapat Orang Lain yaitu siswa yang mendapatkan kriteria kurang sebanyak 12 orang atau 48%. Hal ini dapat disimpulkan bahwa sebagian besar siswa masih memiliki kecenderungan bekerja sendiri dan mengandalkan kemampuan dari dirinya sendiri atau kelompoknya saja.

Pada siklus II kemampuan mengajar guru terlihat pada Instrumen Penilaian Kinerja Guru (IPKG 2) siklus II menunjukkan bahwa nilai tertinggi adalah 3,6 dengan kategori baik pada aspek kegiatan pendahuluan

dan kegiatan inti pembelajaran. Selanjunya, nilai terendah dengan nilai 3 dalam kategori baik terdapat pada aspek kegiatan penutup.

Selanjutnya, berdasarkan data tersebut, hal ini menunjukkan bahwa kemampuan guru mengajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation sudah baik meskipun sudah mendapatkan kriteria baik, tetapi perlu ditingkatkan lagi. Aspek-aspek yang harus lebih ditingkatkan lagi khususnya adalah dalam hal: (1) menyampaikan kompetensi yang akan dicapai dan rencana kegiatan; (2) membagi siswa kedalam kelompok belajar; (3) membagi tugas kepada siswa; (4) mengawasi dan memantau kemajuan pembelajaran; (5) melakukan penilaian berdasarka persentasi dan hasil laporan hasil diskusi siswa; (6) melakukan refleksi atau membuat rangkuman dengan

(14)

melibatkan siswa; (7) melaksanakan tindak lanjut dengan memberikan arahan, atau kegiatan, atau tugas sebagai bagian remidial / pengayaan. Aspek-aspek tersebut merupakan suatu kelemahan yang terjadi pada siklus II dan akan dijadikan bahan kajian untuk refleksi dan revisi yang akan dilakukan pada siklus III.

SIKLUS III

Pelaksanaan penelitian pada siklus III dilaksanakan pada tanggal 02 Agustus 2016 sampai dengan 05 Agustus 2016. Pembelajaran dilaksanakan sebanyak dua kali pertemuan, dengan materi bentuk-bentuk interaksi sosial. Waktu yang dibutuhkan pada siklus ini sebanyak 2 kali pertemuan, masing-masing pertemuan 2 x 40 menit yang dilaksanakan pada hari selasa dan kamis.

Pada tahap ini peneliti melaksanakan observasi terhadap kegiatan pembelajaran guru dan siswa yang berlangsung dengan menggunkan model pembelajaran kooperatife tipe Group Investigation di bantu oleh Wisnu Anggara, SE. yang bertugas sebagai observer agar proses kegiatan pembelajaran yang berlangsung dapat diamati dan di nilai dengan baik mulai dari siklus 1 sampai dengan siklus 3.

Pada pengamatan Siklus II diketahui bahwa indikator keterampilan sosial secara keseluruhan sudah mencapai atau melebihi kriteria baik yaitu sama atau lebih dari 71%, hal tersebut dapat dikatakan bahwa pembelajaran pada siklus III sudah berhasil dan sesuai harapan peneliti. Indikator keterampilan sosial siswa yang paling tinggi terdapat pada indikator Kemampuan Berbagi Informasi sebanyak 22 siswa atau 88%. Sedangkan indikator keterampilan

(15)

sosial yang paling rendah terdapat pada indikator Kemampuan Bekerjasama dan Kemampuan Respek Terhadap Pendapat Orang Lain masing-masing sebanyak 18 siswa atau 72%.

pada siklus III kemampuan mengajar guru terlihat pada Instrumen Penilaian Kinerja Guru (IPKG 2) siklus III menunjukkan bahwa nilai tertinggi adalah 4 dengan kategori sangat baik pada aspek kegiatan pendahuluan dan pada kegiatan penutup memperoleh nilai sebesar 3,5. Selanjunya, dengan nilai 3,8 dalam kategori sangat baik terdapat pada aspek kegiatan inti pembelajaran.

KESIMPULAN

Berdasarkan temuan, analisis dan pembahasan dalam pelaksanaan model pembelajaran koopertif tipe group investigation dikelas VII A SMP Setia Budi Teluk Betung tahun pelajaran

2016/2017 dapat disimpulkan sebagai berikut.

1. Keterampilan Sosial siswa mengalami peningkatan setelah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation, hal ini ditunjukkan dengan peningkatan indikator keterampilan sosial yaitu Kemampuan Berbagi Informasi, Kemampuan Menyampaikan Pendapat, dan untuk indikator lainnya pun mengalami peningkatan yang signifikan. Dengan demikian melalui penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe

group investigation yang

dilaksanakan sebanyak tiga siklus terbukti dapat meningkatkan kemampuan keterampilan sosial siswa.

2. Keterampilan guru dalam pelaksanaan pembelajaran menggunakan group investigation juga menunjukan sebuah

(16)

peningkatan, ini terbukti dengan nilai IPKG 1 dan IPKG 2 yang selalu meningkat dari siklus 1, 2 dan 3.

DAFTAR RUJUKAN

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. PT. Rhineka Cipta: Jakarta.

B. Uno, Hamzah 2006. Teori Motivasi Pengukuran Analisis Dibidang

Pendidikan. Bumi Aksara:

Jakarta.

Budiningsih, Asri. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Renika Cipta. Jakarta.

Dahar, Ratna Wilis. 1988. Teori-Teori Belajar. Alfa Beta. Bandung. Gimpel, G.A & Merrell, K.W. 1998.

Social Skill of Children and Adolescents: Concepiualization, Assessmen, Treatment. Lawrence Erlbaum Associates Publisher: New Jersey.

Goleman, D. 1995. Emotional Intelligence. PT. Gramedia Pustaka Utama Erlbarum Associates: Jakarta.

Huda, Miftahul. 2013. Cooperative

Learning Metode, Teknik,

Struktur, dan Model Penerapan. Pustaka Pelajar: Yogyakarta.

Slavin, Robert E. 2005. Cooperative Learning Teori, Riset, dan Praktik. Nusa Media: Bandung. Sardiman, A. 2001. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta. Thoha, 2004. Kinerja Guru. PT

Rineka Cipta: Jakarta.

Udin S. Winataputra, Dkk. 2003.

Setrategi Belajar Mengajar. Universitas Terbuka: Jakarta.

Referensi

Dokumen terkait

Setelah dilakukan recountouring area tersebut akan disebari tanah pucuk sehingga siap untuk dilakukan penanaman, dengan terlebih dahulu pada lapisan top soil diberi cover crop

Perbandingan pencapaian hasil belajar mata kuliah ‘Ulu>m al - Qur’a>n antara mahasiswa lulusan pesantren dengan non pesantren program studi Pendidikan Agama

Tujuan : Membandingkan persentase pengurangan jumlah kuman oleh produk "X" dengan kontrol (Air), segera setelah pengepelan, lalu 120 menit setelah pengepelan, dan

Pada penelitian ini diketahui bahwa pada saat melakukan proses elektroplating dengan menggunakan media gel elektrolit memiliki pengaruh yang berbanding lurus dengan

Kulit kering atau xerosis adalah kelainan kulit terjadi akibat modifikasi lipid dan hidrasi yang terganggu pada sawar stratum korneum.. Perubahan struktur lipid pada

Penelitian Liu dan Leach (2001) menujukkan bahwa persepsi terhadap keahlian secara positif berpengaruh tidak hanya kepada kepuasan outlet tetapi juga pada

Dalam sistem bilangan kompleks sering dijumpai bilangan kompleks sekawan (konjugat kompleks). Dua bilangan kompleks disebut sekawan apabila nilai realnya sama dan tanda

Another important characteristic of the food industry is the high frequency of new product introductions (Fisher et al., 1994; Beer, 2001; Maloni & Brown, 2006); this