• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERTUMBUHAN RUMPUT GAJAH (Pennisetum purpureum cv. Mott) PADA BERBAGAI KONSENTRASI MEDIA MURASHIGE DAN SKOOG DENGAN TEKNIK KULTUR JARINGAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERTUMBUHAN RUMPUT GAJAH (Pennisetum purpureum cv. Mott) PADA BERBAGAI KONSENTRASI MEDIA MURASHIGE DAN SKOOG DENGAN TEKNIK KULTUR JARINGAN"

Copied!
44
0
0

Teks penuh

(1)

i

PERTUMBUHAN RUMPUT GAJAH

(Pennisetum

purpureum cv. Mott)

PADA BERBAGAI KONSENTRASI

MEDIA MURASHIGE DAN SKOOG DENGAN

TEKNIK KULTUR JARINGAN

SKRIPSI

OLEH:

IBNUL THALIB

I111 11 298

FAKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2016

(2)

ii

PERTUMBUHAN RUMPUT GAJAH

(Pennisetum

purpureum cv. Mott)

PADA BERBAGAI KONSENTRASI

MEDIA MURASHIGE DAN SKOOG DENGAN

TEKNIK KULTUR JARINGAN

SKRIPSI

OLEH :

IBNUL THALIB

I 111 11 298

Skripsi sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh

Gelar Sarjana pada Fakultas Peternakan Universitas

Hasanuddin

FAKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2016

(3)

iii PERNYATAAN KEASLIAN

1. Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Ibnul Thalib

NIM : I111 11 298

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa:

a. Karya skripsi yang saya tulis adalah asli

b. Apabila sebagian atau seluruhnya dari karya skripsi, terutama dalam bab hasil dan pembahasan, tidak asli alias plagiasi maka saya bersedia membatalkan dan dikenakan sanksi akademik yang berlaku.

2. Demikian pernyataan keaslian ini dibuat untuk dapat digunakan seperlunya.

Makassar, Januari 2016

(4)
(5)

v

KATA PENGANTAR

Assalamu alaikum wr.wb

Alhamdulillah segala puji bagi ALLAH SWT, shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada rasulullah MUHAMMAD SAW Beserta keluarganya, sahabat, dan orang-orang yang mengikuti beliau hingga hari akhir, yang senantiasa melimpahkan rahmat dan hidah-Nya ,sehingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “pertumbuhan rumput gajah (pennisetum

purpureum cv. Mott) pada berbagai konsentrasi media murashige dan skoog

dengan teknik kultur jaringan”. Sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan studi di Fakultas Peternakan, Universitas Hasanuddin

Limpahan rasa hormat, kasih sayang, cinta dan terima kasih yang tulus kepada kedua orang tua saya Ayahanda Muh Bassir, dan ibunda Sitti Seinab, serta saudaraku Muh. Arif, dan Ibnu Taupiq, yang selama ini banyak memberikan doa, semangat, kasih sayang, saran dan dorongan kepada penulis.

Pada kesempatan ini dengan segala keikhlasan dan kerendahan hati penulis juga menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :

1. Dengan penuh rasa hormat penulis mengucapkan terima kasih banyak Kepada pembimbing akademik Ir.Veronika lestari M,.Sc yang terus memberikan arahan, nasihat dan motivasi selama ini.

2. Ucapan terima kasih disampaikan dengan hormat kepada Marhamah Nadir, SP. M.Si. Ph.D selaku pembimbing utama dan Dr. Ir. Budiman Nohong,MP selaku

(6)

vi pembimbing anggota yang penuh ketulusan dan keikhlasan meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, nasehat, arahan,serta koreksi dalam penyusunan skripsi ini.

3. Keluarga Besar “SOLANDEVEN” dan “HUMANIKA”kalian merupakan teman, sahabat bahkan saudara, terima kasih atas indahnya kebersamaan dalam bingkai kampus ini.

4. Buat teman-teman yang selama hampir 4 tahun bersama-sama Hasrianah Yunus, Nurhudayah, Try Sukma Utami Taufan, Hamsidar Yuni, Siti Maghfira Reski Lestari.

5. Terkhusus buat Bapak Dr. Ir Rinaldi Sjahrir, M. Agr dan staf laboratorium beserta tim asistenya ,Aswar Raden, Reski Amaliah, dan arfah selama ini menjadi teman terbaik dan sekaligus membantu saya dalam penelitian, terima kasih bantuan dan kerja samanya.

Penulis menyadari meskipun dalam penyelesaian tulisan skripsi ini masih perlu masukan dan saran dari berbagai pihak yang sifatnya membangun agar penulisan berikutnya senantiasa lebih baik lagi. Akhir kata penulis ucapkan banyak terima kasih dan menitip harapan semoga tugas akhir ini bermanfaat bagi kita semua. Amin ya robbal alamin.

Makassar, Januari 2016

(7)

vii RINGKASAN

Ibnul Thalib (I 111 11 298). Pertumbuhan Rumput Gajah (Pennisetum

purpureum Cv. Mott) Pada Berbagai Konsentrasi Media Murashige Dan Skoog

Dengan Teknik Kultur Jaringan. (Dibawah bimbingan Marhamah Nadir, SP. M.Si, Ph. D Sebagai pembimbing utama dan Dr. Ir. Budiman Nohong, MP (sebagai Pembimbing kedua).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kombinasi Media MS (Murashinge dan Skoog) lengkap, media setengan MS dan MS dengan penambahan 2,4 D (Asam Diklorofenoksiasetat) terhadap pertumbuhan eksplan rumput gajah menjadi kalus yang siap diregenerasikan menjadi organ. Penelitian inidilaksanakandalam bentuk percobaanyangdilakukan dalam Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 3 perlakuan dan 20 kali ulangan, yaitu : MSO (Media MS lengkap), MS1 (Media setengah MS), MS2 (MS + 2 mg L-1 2,4D (Asam 2,4-Diklorofenoksiasetat). Berdasarkan hasil penelitian disimpulakan bahwa Media terbaik untuk induksi kalus pada ekspalan rumput gajah mini cv. Mott adalah media MS+2,4-D dan pertumbuhan kalus rata-rata bagus mencapai tujuh botol.

Kata kunci: Media MS (Murashinge dan Skoog), Eksplan, Kallus, Browning,

(8)

viii ABSTRACT

Ibnul Thalib (I111 11 292). The Effect of Various Murashige and Skoog

Medium to Growthing Napiergrass (cv. dwarf late) (Pennisetum purpureum cv. Mott ) Using Tissue Culture Method. (Under supervisor Marhamah Nadir, SP. M.Si, Ph. D and Dr. Ir. Budiman Nohong, MP ).

The objective of this study was to assess the effect of various MS Medium like completed MS medium , a half of MS medium and MS medium containing

diklorofenoksiasetat (2,4 D) to growthing of calli Pennisetum purpureum Cv.

Mott for organogenesis step. Three treatments of experiment ( fully MS medium, a half MS medium and MS medium plus 2,4 D) were applied in three replication.Based on these study we concluded that MS medium plus 2,4-D were successfully grown up calli of napiergrass. The calli formation can be used for regeneration next step of tissue culture of napiergrass cv. Mott.

(9)

ix DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI ... ix DAFTAR TABEL ... x DAFTAR LAMPIRAN ... xi PENDAHULUAN ... 1 TINJAUAN PUSTAKA Gambaran Umum Rumput Gajah Mini ... 5

Perbanyak dengan Kultur Jaringan ... 6

Media Murashige dan Skoog (MS) ... 7

MATERI DAN METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian ... 9

Alat dan Bahan ... 9

Prosedur Percobaan Peneltian ... 10

Prosedur Kerja pembuatan MS ... 11

Model Statistik ... 14

HASIL DAN PEMBAHASAN Strilisasi Eksplan Pada Tehnik Kultur Jaringan ... 15

Hasil Pengamatan Pertumbuhan Eksplan ... 17

KESIMPULAN DAN SARAN ... 22

DAFTAR PUSTAKA ... 23

LAMPIRAN ... 25 RIWAYAT HIDUP

(10)

x DAFTAR TABEL

No Halaman

Teks

1. Tabel Media Pembuatan Ms ... 25

2. Tabel Hasil Terkontamina eksplan... 25

3. Tabel Hasil yang Menjadi Kalus ... 26

4. Tabel Hasil yang Menadi Organ ... 26

(11)

xi DAFTAR LAMPIRAN

No Halaman

Teks

1. Tabel Media Pembuatan Ms ... 25

2. Tabel Hasil Terkontamina eksplan... 25

3. Tabel Hasil yang Menjadi Kalus ... 26

4. Tabel Hasil yang Menadi Organ ... 26

5. Tabel Berat eksplan ... 27

6. Daftar Istilah... 28

(12)

1 PENDAHULUAN

Rumput gajah mini (Pennisetum purpureum cv.Mott) atau biasa disebut

dwarf elephant grass merupakan jenis rumput unggul yang mempunyai

produktivitas yang tinggi dan kandungan nutrisi yang cukup baik adalah tipe

dwarf (mini). Kultivar ini memiliki karakteristik perbandingan rasio daun yang

tinggi dibandingkan batang. kualitas nutrisi rumput ini lebih tinggi pada berbagai tingkat usia dibandingkan jenis rumput tropis lainnya. Selain itu, rumput gajah mini mempunyai ke ungulan antara lain tahan kekeringan, dan hanya bisa di propagasi melalui metoda vegetatif, zat gizi yang cukup tinggi serta memiliki palatabilitas yang tinggi bagi ternak ruminansia.( Lasamadi 2013).

Ibrahim (1989) melaporkan bahwa dwarf elephant grass memiliki daya cerna nitrogen (N) dan bahan kering tertinggi dibandingkan rumput-rumput tropis lainnya. Rumput gajah mini memiliki keunggulan yang dapat menjadi harapan baru bagi pengembangan peternakan sapi (Lasamadi, 2013). Berbagai penelitian dilakukan untuk membudidayakannya, baik secara vegatatif alami ataupun dengan teknik perbanyakan vegetatif moderen melalui kultur jaringan.

Kultur jaringan merupakan salah satu cara perbanyakan tanaman secara vegetatif, dengan mengisolasi bagian tanaman seperti daun, mata tunas, serta menumbuhkan bagian-bagian tersebut dalam media buatan secara aseptik yang kaya nutrisi dengan penambahan zat pengatur tumbuh dalam wadah in vitro

sehingga bagian tanaman dapat memperbanyak diri dan menjadi tanaman lengkap. Prinsip utama dari teknik kultur jaringan adalah perbanyakan tanaman dengan menggunakan bagian vegetatif tanaman menggunakan media buatan yang dilakukan di tempat steril (Jumin, 1992).

(13)

2 Tanaman dalam kultur jaringan tumbuh secara heterotrof dan karena tidak perlu mensintesa kebutuhan karbonnya, maka sukrosa harus ditambahkan ke dalam media. Sumber karbon ini menyediakan energi bagi pertumbuhan tanaman dan juga sebagai bahan pembangun untuk memproduksi molekul yang lebih besar yang diperlukan untuk tumbuh. Manfaat kultur jaringan yaitu diperoleh sifat fisiologi dan morfologi tanaman yang sama persis dengan tanaman induknya. Untuk menunjang keberhasilan kultur jaringan maka perlu diperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan kultur jaringan (Hendrayono, 1994).

Menurut Umami (2012), salah satu faktor yang berpengaruh adalah zat pengatur tumbuh (ZPT). Zat pengatur tumbuh merupakan senyawa organik bukan hara, yang dalam jumlah sedikit yang dapat mendukung, menghambat, dan dapat mengubah proses fisiologi tumbuhan. Penambahan 2,4 D sebanyak 2,0 mgL-1 dan 0,1 mg L-1 pada medium MS menjadi perlakuan efektif untuk pembentukan tunas dari pucuk apikal. Berdasarkan hasil penelitian terdahulu penelitian ini dirancang dengan menggunakan Media MS lengkap, media setengan MS dan MS dengan penambahan ZPT 2,4 D. Variasi jenis media dimaksudkan untuk mengetahui kebutuhan hara yang dibutuhkan eksplan untuk berdifferensiasi (berkembang ) menjadi kalus dan mampu tumbuh pada media kultur jaringan dan terbebas dari kontaminan dari lapangan (kondisi in vivo) ke media kultur jaringan (in vitro)

(14)

3 Rumusan Masalah

Perbanyakan rumput gajah mini cv Mott dibatasi oleh kemampuan regenerasi stek yang rendah karena kurangnya jumlah akar. Perakaran yang sedikit mengakibatkan sulitnya pembiakan secara vegetatif. Melalui teknik kultur jaringan diharapkan dapat diketahui formula untuk menghasilkan jumlah akar yang banyak. Tahap regenerasi tanaman secara kultur jaringan dimulai dengan penentuan media tumbuh dan ZPT yang sesuai untuk pertumbuhan bahan tananam dari fase eksplan menjadi kalus. Olehnya itu penelitian awal tentang perbanyakan tanaman rumput dengan teknik kultur jaringan dibatasi pada pengaruh kombinasi Media MS lengkap, media setengan MS dan MS dengan penambahan 2,4 D terhadap pertumbuhan eksplan (bahan tanaman) dari pucuk meristem rumput gajah menjadi kalus dan bebas dari browning (pencoklatan) dan kontaminan dari alam.

Tujuan

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh kombinasi Media MS lengkap, media setengan MS dan MS dengan penambahan 2,4 D (Asam

Diklorofenoksiasetat) terhadap pertumbuhan eksplan rumput gajah menjadi kalus

yang siap diregenerasikan menjadi organ. Kegunaan

Penelitian ini merupakan studi awal untuk mengetahui kombinasi media yang sesuai untuk pembentukan kalus dan eksplan pucuk rumput gajah mini cv, Mott diharapkan dapat bermanfaat bagi pengembangan kultur jaringan tanaman rumput, kajian ilmu pemulian tanaman rumput untuk perbaikan genetik secara in vitro dan sebagai alternatif dalam penyediaan bibit untuk skala komersial.

(15)

4 Hipotesis

Terdapat salah satu media tumbuh MS yang berpengaruh pada pertumbuhan eksplan rumput gajah mini untuk menghasilkan kalus yang bebas kontaminan dan siap diregenerasikan menjadi organ yang sempurna.

(16)

5 TINJAUAN PUSTAKA

Gambaran Umum Rumput Gajah

Rumput gajah mini (Pennisetum purpureum cv. Mott) merupakan jenis rumput unggul yang mempunyai produktivitas dan kandungan zat gizi yang cukup tinggi serta memiliki palatabilitas yang tinggi bagi ternak ruminansia. Tanaman ini merupakan salah satu jenis hijauan pakan ternak yang berkualitas dan disukai ternak. Rumput ini dapat hidup diberbagai tempat, tahan lindungan, respon terhadap pemupukan, serta menghendaki tingkat kesuburan tanah yang tinggi. Rumput gajah mini tumbuh merumpun dengan perakaran serabut yang kompak, dan terus menghasilkan anakan apabila dipangkas secara teratur. Morfologi rumput gajah mini yang rimbun, dapat mencapai tinggi lebih dari 1 meter sehingga dapat berperan sebagai penangkal angin (wind break) terhadap tanaman utama (Syarifuddin, 2006).

Reksohadiprodjo (1994) rumput gajah dibudidayakan dengan potongan batang (stek) atau sobekan rumpun (pols) sebagai bibit. Bahan stek berasal dari batang yang sehat dan tua, dengan panjang stek 20 – 25 cm (2 – 3 ruas atau paling sedikit 2 buku atau mata). Waktu yang terbaik untuk memotong tanaman yang akan dibuat silase adalah pada fase vegetatif, sebelum pembentukan bunga (Regan, 1997).

Rumput ini secara umum merupakan tanaman tahunan yang berdiri tegak, berakar dalam, dan tinggi dengan rimpang yang pendek. Tinggi batang dapat mencapai 2-3 m, dengan diameter batang dapat mencapai lebih dari 3 cm dan terdiri sampai 20 ruas/buku. Tumbuh berbentuk rumpun dengan lebar rumpun

(17)

6 hingga 1 meter. Pelepah daun gundul hingga berbulu pendek, helai daun bergaris dengan dasar yang lebar, dan ujungnya runcing Nei (1979).

Perbanyak Dengan Kultur Jaringan

Kultur jaringan tanaman bermula dari pembuktian teori totipotensi sel yang dikemukakan oleh Schwann dan Schleiden pada tahun 1838. Totipotensi sel adalah teori yang menyatakan bahwa setiap sel tanaman mempunyai informasi genetik dan perangkat fisiologis yang lengkap untuk dapat tumbuh dan berkembang menjadi tanaman utuh, jika kondisinya lingkungan sesuai. Skoog dan Miller mengemukakan bahwa regenerasi tunas dan akar secara in vitro dikontrol secara hormonal oleh zat pengatur tumbuh (ZPT) sitokinin dan auksin (Yusnita, 2003). Organogenesis adalah proses terbentuknya organ seperti tunas atau akar, baik secara langsung dari permukaan eksplan atau secara tidak langsung melalui pembentukann kalus terlebih dahulu.

Penggunaan teknik kultur jaringan pada awalnya hanya untuk membuktikan teori “totipotensi, pada perkembangannya kultur jaringan digunakan sebagai sarana untuk mempelajari aspek-aspek fisiologi dan biokimia tanaman. Namun sekarang ini sudah berkembang menjadi metoda untuk berbagai tujuan. Teknik kultur jaringan telah digunakan dalam membantu produksi tanaman dalam skala besar melalui mikropropagasi atau perbanyakan klonal dari berbagai jenis tanaman. Jaringan tanaman dalam jumlah yang sedikit dapat menghasilkan ratusan atau ribuan tanaman secara terus menerus. Teknik ini telah digunakan dalam skala industri di berbagai negara untuk memproduksi secara komersial berbagai jenis tanaman seperti tanaman hias (anggrek, bunga potong,dll.), tanaman buah-buahan (seperti pisang), tanaman industry dan kehutanan (kopi,

(18)

7 jati, dll). Melalui kultur jaringan, jutaan tanaman dengan sifat genetik yang sama dapat diperoleh hanya dengan berasal dari satu mata tunas. Oleh karena itu metoda ini menjadi salah satu alternatif dalam perbanyakan tanaman secara vegetatif (Katuuk, 1984). Selain itu, teknologi kultur jaringan telah memberikan kontribusi untuk menhasilkan tanaman yang bebas dari virus, tanaman yang terinfeksi virus. Sel pada tunas ujung (meristem) merupakan daerah yang tidak terinfeksi virus, melalui kultur pucuk akan diperoleh tanaman yang bebas virus.

ZPT berperan penting pada pembiakan dengan kultur jaringan. Fungsi ZPT tersebut adalah untuk merangsang pertumbuhan morfogenesis dalam kultur sel, jaringan, dan organ (Gunawan, 1987). Zat pengatur tumbuh yang banyak digunakan dalam kultur jaringan adalah auksin dan sitokinin. Auksin meliputi

Indol Asam Asetat, Indol Asam Butirat, Naphtaleneasetic Acid, dan Asam

Diklorofenoksiasetat (2,4 D) sedangkan sitokinin meliputi Kinetin, Zeatin, dan

Benzil Amino Purin.

Media Murashige Dan Skoog (MS)

Komposisi media yang di gunakan dalam kultur jaringan dapat berbeda jenis bahan kimia atau konsentrasinya. Perbedaan komposisi media dapat mengakibatkan perbedaan pertumbuhan dan perkembangan eksplan yang ditumbuhkan secara in vitro. Media Murasghige dan Skoog (MS) sering di gunakan karena cukup memenuhi unsur hara makro, mikro, dan vitamin untuk pertumbuhan tanaman.

Salah satu penyebab keberhasilan kultur jaringan tanaman adalah pemberian nutrisi dalam jumlah dan perbandingan yang sesuai pada medium pertumbuhannya. Medium kultur jaringan terdiri dari zat-zat anorganik yang

(19)

8 terdiri dari unsur-unsur hara esensiel makro maupun mikro, gula dan zat-zat organik, seperti vitamin dan hormon. Susunan zat-zat tersebut di dalam medium kultur jaringan bervariasi tergantung dari tujuan penggunaan media tersebut dalam kultur jaringan dan bahan yang akan dipakai. Salah satu medium yang banyak dipakai, terutaman untuk tanaman-tanaman herba adalah medium dasar Murashige dan Skoog (medium MS). Media MS mengandung konsentrasi garam mineral yang tinggi dan senyawa N dalam bentuk NO3- dan NH4+ (Manuhara et al., 2010). Komposisi media MS antara lain gula, agar2, hormon tumbuh makro,mokro, aquades dan lain-lain. dapat (Murashige dan Skoog 1962,) dalam Gunawan (1987).

(20)

9 METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai dengan November 2015. Bertempat di Laboratorium Mikropropagasi Tanaman Laboratorium Bio-Sains Terapan Tanaman Teaching Industry Universitas Hasanuddin, Makassar. Alat dan Bahan

Bahan-bahan yang digunakan adalah eksplan yang berasal dari pucuk rumput gajah mini/odot (Pennisetum purpureum cv. Mott), Nutrisi dalam bentuk media MS, hormon tumbuh 2,4D, agar-agar, sukrosa, alkohol 70%, alkohol 96%, Natrium hipoklorit, aquades, aluminium foil, tissue, mata pisau, label.

Alat-alat yang digunakan adalah berupa botol tanam atau tabung reaksi sebagai tabung kultur, gelas erlenmeyer, gelas ukur, pipet, neraca, pH-meter, autoclave, oven, laminar air flow, cawan petri, bunsen, skalpel, kamera serta alat-alat lainnya.

Prosedur Percobaan

Penelitian disusun berdasarkan dalam Rancangan Acak Lengkap yang terdiri dari 3 taraf perlakuan yaitu :

MSO : Media MS lengkap MS1 : Media setengah MS

MS2 : MS + 2 mg L-1 2,4D

Setiap perlakuan terdiri dari 20 botol ulangan sehingga menjadi 60 unit pengamatan.

(21)

10 Persiapan Alat dan Sterilisasi

Allat-alat yang di gunakan seperti cawan petri, erlenmeyer, gelas piala, gelas ukur, cawan petridis, batang pengaduk, scalpel, pinset, botol kultur, pipet tetes dicuci dengan sabun cair, kemudian dibilas dengan aquades lima kali dan dikeringkan. Alat yang telah bersih dibungkus dengan kertas bersih kecuali botol dan disterilisasi dalam autoklaf dengan tekanan 17,5 psi dan suhu 121°C selama 30 menit. Bahan seperti aquades juga disterilisasi bersama alat-alat kultur.

Laminar air flow, sebelum di gunakan terlebih dahulu disemprot dengan alkohol 70 % dan dilap dengan tissue, kemudian menyalakan sinar UV selama 1 jam sebelum digunakan.

Adapun teknik sterilisasi yang kami lakukan pada penelitian ini adalah : 1. Sterilisasi kimiawi menggunakan Natrium hipoklorit (Umami, 2012)

NaOCl (natrium hipoklorit) dan formalin juga sering digunakan untuk sterilisasi permukaan atau disinfestasi permukaan. Natrium hipoklorit adalah senyawa kimia dengan rumus NaOCl. Larutan natrium hipoklorit, umumnya dikenal sebagai pemutih atau clorox, adalah seringkali digunakan sebagai penawar infeksi (desinfektan) atau bahan pemutih. Nama lain natrium hipoklorit ialah natrium klorat.

2. Sterilisasi fisik menggunakan api adalah teknik sterilisasi dengan mengunakan alkohol 90% dan mengunkan pembakaran di atas lampu spirtus. Sterilisasi ini merupakan sterilisasi yang cocok untuk pertumbuhan kalus pada rumput gajah (Anonim, 2015).

(22)

11 Prosedur Kerja Pembuatan MS (Murashige and Skoog)

Adapun prosedur kerja dalam pembuatan media MS (Murashige and Skoog) yaitu sebagai berikut :

a) Menyiapkan alat yang telah disterilisasi serta bahan-bahannya.

b) Mengambil larutan yang telah dibuat dalam stock media MS yang sesuai

komposi yang telah ditentukan dan ditambahkan aquadest sampai mencapai 1 liter kedalam erlenmeyer

c) Mencampurkan semua bahan baik itu larutan stok maupun bahan yang lain

seperti ZPT (Zat Pengatur Tumbuh) dan selanjutnya di homogenkan menggunakan stirer.

d) Media MS selanjutnya dipanaskan setelah ditambahkan gula dan agar-agar sesuai takaran, serta menentukan pHnya yaitu 5,8 - 6.

f) Memindahkan larutan ke gelas ukur dan masukkan kedalam botol kultur

dengan hati-hati, lalu di autoclav selama 1 jam dalam suhu 1210C

g) Menyimpan media ke ruangan penyimpanan selama 2-3 hari untuk

mengetahui apakah media berhasi dan tidak kontaminasi. Jika media tidak terkontaminasi maka media siap untuk ditanami.

Pengambilan Eksplan/Bahan Tanaman

Pengambilan eksplan dilakukan dengan tahap-tahap sebagai berikut. 1. Rumput Gajah mini di ambil dari kebun rumput Fakultas Peternakan Unhas 2. Pucuk muda yang akan digunakan sebagai eksplan dipisahkan dari tanaman

(23)

12 3. Lalu dibawa ke Laminar Air Flow (LAF) dan dilakukan sterilisasi bertingkat pada eksplan dengan menggunakan Natrium Hipoklorit dan alkohol 70% serta air aquades steril.

Penanaman

Sebelum penanaman dilakukan, laminar air flow disemprot dengan alkohol 70 % lalu dibersihkan dengan menggunakan tissue. Semua alat-alat dan botol-botol kultur yang akan digunakan juga disemprot alkohol dan dimasukkan ke dalam laminar kemudian laminar difungsikan (dinyalakan) setalah itu dinyalakan lampu UV selama 1 jam. Eksplan yang ditanam adalah pucuk daun pada saat penanaman, semua alat yang digunakan tetap harus dalam keadaan steril yaitu dengan cara sterilisasi celup bakar. Sterilisasi bakar, dengan cara mencelup pucuk tanaman pada alkohol 70% dan dibakar pada api bunsen, selanjutnya pucuk dikuliti sampai pada bagian yang lunak dan putih, dengan metode celup bakar alkohol secara berulang. Pucuk yang telah lunak dengan diameter 0,5 cm dipotong dengan panjang 0,2 cm, siap ditanam ke media yang telah steril. Setelah penanaman botol ditutup dan dilabel. Terakhir botol-botol kultur diletakkan pada rak di ruang inkubasi. Botol-botol ini diatur sesuai perlakuan dan ulangannya. Kondisi ruang inkubasi dijaga pada suhu 25oC dank arena proses pembentukan kalus tidak dibutuhkan cahaya sehingga diinkubasi pada ruang gelap.

Pemeliharaan

Pemeliharaan botol-botol kultur dilakukan dengan cara meletakkan pada rak-rak kultur dalam ruang inkubasi. Untuk mencegah kontaminasi, botol-botol tersebut disemprot dengan alkohol 70% setiap satu minggu sekali.

(24)

13 Parameter Pengamatan

1. Bebas kontaminasi 2. Berkalus

3. Warna kalus

(25)

14 Analisis statistik

Data yang di peroleh di olah secara statistik dengan menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) (Gasper, 1991) dengan 3 perlakuan dan 20 ulangan . Model statistic yang digunakan sebagai berikut :

Yij = μ + τij + ϵij

i= 1, 2, dan 3

j=1, 2, 3, 4, 5, 6,7, 8, 9, 10 ...20. Dimana :

Yi j = Hasil pengamatan dari perlakuan ke- i dan dengan ulangan- j µ = Rata-rata pengamatan

τij = Pengaruh perlakuan ke – i dan j ulangan

ϵij = Kesalahan eksperimen

Untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap perubahan yang di ukur, data yang di peroleh di analisis secara statistik denagan bantuan softwer SPSS Vers.16,0. Jika memperlihatkan pengaruh nyata, maka di lanjutkan dengan uji Duncan (Gasper, 1991).

(26)

15 HASIL DAN PEMBAHASAN

Sterilisasi Eksplan pada Tehnik Kultur Jaringan

Sumber kontaminasi utama pada teknik in vitro adalah bahan tanam/eksplan merupakan yang paling sulit diatasi. Untuk itu diperlukan bahan sterilan yang tepat untuk menghilangkan kontaminan dari eksplan. Kontaminan hidup dapat berupa cendawan, bakteri, serangga dan telurnya, tungau serta spora. Bila kontaminan ini tidak dihilangkan, maka pada media yang mengandung gula, vitamin dan mineral, dalam waktu singkat seluruh botol terpenuhi oleh kontam inan yang akhirnya mengakibatkan eksplan menjadi mati. Sterilisasi eksplan dengan bahan sterilisasi adalah sebatas membersihkan debu, cendawan, bakteri dan kontaminan lain dari bagian permukaan eksplan atau disebut desinfektasi (Muslim, 2010).

Tabel 1. Persentasi tingkat kontaminan Perbandingan teknik sterilisasi pucuk rumput gajah mini

Teknik Sterilisasi Persentase Kontaminasi (%)

Sterilisasi Kimiawi 100%

Sterilisasi Fisik 10%

Sumber : data primer setelah diolah Sterilisasi kimiawi

Sterilisasi eksplan secara kimiawi digunakan untuk eksplan yang lunak (jaringan muda) seperti daun, tangkai daun dan pucuk daun. Bahan-bahan kimia yang dapat digunakan untuk sterilisasi antara lain:

(27)

16 Konsentrasi untuk steril tergantung dari kelunakan eksplan, dapat 5% - 10% dan waktunya antara 5 – 10 menit. Pembuatan larutan Clorox adalah dengan menuangkan Clorox dan aquades dengan perbandingan 1 : 4 (misalkan 25 ml Clorox dan 100 ml aquades), lalu ditambahkan dengan tween-20 sebanyak satu tetes dan dicampur.

Cara sterilisasi di dalam laminar air flow adalah sebagai berikut: pertama-tama adalah eksplan dimasukkan ke dalam Erlenmeyer yang berisi larutan Clorox, kemudian leher Erlenmeyer dipegang dan digoyang-goyangkan dengan arah memutar mendatar selama kurang lebih 3 menit, langkah selanjutnya adalah mencuci bersih eksplan tersebut dengan aquades steril sebanyak 3 – 5 kali, masing-masing selama 3 menit. Setelah selesai eksplan diambil dengan pinset dan diletakkan di atas petridish yang ada kertas saringnya. Dengan demikian eksplan sudah siap untuk disimpan

Sterilisasi Secara fisik

Sterilisasi secara fisik merupakan sterilisasi pemijaran dengan (api langsung) kemudian mencelup ke alkohol 95%, lalu membakar api secara langsung. Prinsipnya adalah protein mikroba pertama-tama akan mengalami dehidrasi sampai kering. Selanjutnya teroksidasi oleh oksigen dari udara sehingga menyebabkan mikrobanya mati. Proses ini di lakukan berulang sampai ukuran eksplan siap di tanam.

Pemanasan kering ini kurang efektif apabila temperatur kurang tinggi. Untuk mencapai efektivitas diperlukan pemanasan mencapai 160oC -180oC. Temperatur ini akan menyebabkan kerusakan pada sel-sel hidup dan jaringan, hal ini disebabkan terjadinya autooksidasi sehingga bakteri phatogen dapat terbakar.

(28)

17 Pada sistem pemanasan kering terdapat udara, hal mana telah diketahui bahwa udara memerlukan waktu lama, rata-rata waktu yang diperlukan 45 menit. Pada temperatur tersebut dengan penambahan alkohol 95%.

Hasil Pengamatan Pertumbuhan Eksplan (8 MST) Rumput Gajah cv. Mott.

Hasil pengamatan nilai presentase kalus yang kontamina, kalus,organ dan berat kalus dengan perlakuan yang berbeda dapat dilihat pada Tabel 2.

MS0 1/2MS MS+2,4D

kontaminan 3a 3a 1b

kalus 0a 0a 7b

organ 1b 0a 0a

Berat kalus 0,97 1,38 1,75

Keterangan: Huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05).

Tabel 2 menunjukan persentase kontaminasi eksplan rumput gajah cv. Mott yang terkontaminan selama 8 MTS. Pada perlakuan MS 0 dan Setengah MS, menunjukkan hasil yang sama. Berdasar hasil uji anova menujukan pengaruh yang tidak nyata terhadap penganti konsentrasi media tanam yang berbeda.

Berdasarkan hasil analisis sidik ragam (anova) rumput gajah mini yang diberikan perlakuan rata-rata MS0, setengah MS dan MS+2,4-D berpengaruh nyata (P<0.05) terhadap eksplan yang terkontaminasi. Tabel 2 menunjukkan hasil yang terkontaminasi yang di sebabkan oleh beberapa faktor antara lain eksplan/media yang tidak steril, dan peralatan yang di gunakan. Hal ini sesuai pendapat (Harjoko, D. 1999.) Bahwa kultur pada jaringan, proses inisiasi kultur yang bebas dari kontaminasi merupakan langkah yang sangat penting. Tanaman sumber eksplan dari lapangan mengandung debu, kotoron-kotoran dan berbagai

(29)

18 kontamin hidup pada permukaanya. Kontamin hidup antara lain berasal dari cendawan, bakteri, serangga dan telurnya, tungau serta spora-spora.

Perlakuan MS0 MS dan setengah MS mununjukkan persentase jumlah eksplan rumput gajah cv. Mott. Hal ini karena pengaruh faktor media tumbuh, botol kultur dan eksplan itu sendiri, sehinga menimbulkan jamur berwarna putih dan ungu kemerahan. George (1993) dalam Hoesen (2008) menyatakan keberhasilan teknik in vitro sangat di tentukan oleh komposisi media yang di gunakan, bahan organik ZPT yang di tambahkan sesuai dengan fase pertumbuhan dan perkembangan serat jenis eksplan. 2,4-D memeliki komposisi media yang paling sesuai dengan fase inisiasi pada kultur in vitro.

Pada tabel 2 dia atas menunjukkan bahwa jumlah kalus eksplan rumput gajah cv. Mott yang terjadi pada perlakuan MS+2,4-D yang tertinggi dari perlakuan yang lainya.. Hasil analisis sidik ragam (anova) menunjukkan bahwa rumput gajah mini yang diberikan perlakuan MS+2,4-D, hanya berpengaruh nyata dengan angka singnifikan (P<0.05) terhadap pertumbuhan kalus pada (8MST).

Tabel 3memperlihatkan bahwa nilai pertumbuhan kalus yang tertinggi yaitu pada perlakuan MS +2,4D, yaitu eksplan yang di tanam dengan penambahan beberapa konsentarasi 2,4-D berhasil membentuk kalus. Hal ini menunjukkan bahwa penambahan konsentrasi yang seimbang memberi pengaruh yang sangat signifikan terhadap pembentukan kalus, Dodde dan Robets (1985) menyatakan bahwa penambahan 2,4-D sebanyak 1mg L-1,3 mg L-1, 5 mg L-1 tanpa kombinasi ZPT lainnya atau secara tunggal akan meningkatkan konsentrasi auksin dalam media yang di butuhkan eksplan untuk membetuk kalus. Konsentrasi auksin yang tinggi dapat menekan organogenesis dan menigkatkan pembelahan sel

(30)

19 membentuk kalus. Sehingga pemberian 2,4-D tanpa sitokinin sangat efetif untuk induksi proliferasi kalus pada kebanyakan kultur. Namun penggunaan 2,4 D yang tinggi pada fase pemeliharaan kalus tidak di anjurkan karena apabila di gunakan dapat menimbulkan variasi genetik (Nurjanah, 2009).

Kebutuhan unsur hara dan bahan organik yang di butuhkan eksplan rumput gajah Mott. Untuk dapat menginisiasi pertunas terdapat dan dapat di serap dengan baik pada 2,4-D konsentrasi penuh. Oleh karena itu 2,4-D sebaiknya di gunakan dalam tahap penelitian selanjutnya untuk membentuk kalus lebih baik dan bagus. Pertumbuhan eksplan pada media yang berbeda sesuai dengan kondisi media perlakuan. Pada media setengah MS semua tidak membentuk kalus di karnakan mengalami multiplikasi kemudian membentuk warna coklat. Kumudian mengalama browning/pencoklatan yang menyebabkan kalus tidak berkembang dan mati (Tirtoboma, 2004).

Kalus muncul pada permukaan eksplan dan dari luka irisan secara serentak, ditandai dengan membengkaknya eksplandan munculnya bintik-bintik putih. Hasil penelititi pada media MS+24-D kalus muncul 14 hari setelah dikulturkan. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Gati dan Mariska (1992), 2,4-D efektif untuk memacu pembentukan kalus karena aktivitasnya yang kuat untuk memacu proses dediferensiasi sel, menekan organogenesis serta menjaga pertumbuhan kalus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian 2,4-D pada dalam media mendukung pembentukan kalus. Hal ini didukung pendapat Dixon dalam Setiti dkk. (1996) yang mengemukakan bahwa media dengan penambahan sitokinin akan menaikkan proliferasi kalus.

(31)

20 Sesuai dengan pendapat Gunawan dalam Zulkarnain dan Hadiyono (1997) yang mengemukakan bahwa salah satu faktor penentu pada inisiasi kalus adalah ada atau tidaknya kambium pada eksplan. Bila eksplan mengandung kambium maka kalus dapat terbentuk. Perlakuan Media MS+2,4-D menyebabkan munculnya kalus. Ini diduga karena pucuk pada rumput gajah mini dan tidak memiliki lapisan lilin, sehingga memudahkan eksplan untuk menyerap unsur hara dari media. Kalus merupakan proliferasi massa jaringan yang belum terdiferensiasi, sehingga semakin luas permukaan irisan eksplan maka kalus yang terbentuk semakin banyak dan cepat (Hendaryono dan Wijayani, 1994).

Persentase pembentukan organ rumput gajah Mott pada media 1/2MS, dan MS+2,4-D tidak ada. Sedangkan Organ hanya telihat pada media perlakuaan MS0. Warna eksplan pada pengamatan 8 MST dapat dilihat pada perlakuan 8 minggu setelah tanam berwarna hijau, coklat dan hijau ke hijauan. menujukan tingkat warna eksplan dan yang berkembang menjadi kalus mempunyai warna coklat dan hijau ke hijauan. Pada eksplan rumput rumput gajah mini dengan media yang berbeda.

Tabel 2 diatas menunjukkan bahwa berat eksplan yang paling tinggi bobot basahnya adalah MS+2,4-D. Penambahan 2,4-D pada perlakuaan konsentrasi menyebabkan terjadinya perbeda nyata terhadap berat basah kalus pada masing-masing perlakuan. Perlakuan MS+2,4-D memberikan nilai tertinggi diantara perlakuan yang lain yaitu 0.44 mg, sedangkan perlakuan MS0 dan setengah MS mempunyai nilai rata-rata terendah yaitu 0.44 mg dan 0.37 mg . Semakin tinggi konsentrasi 2,4-D yang digunakan, maka semakin meningkat berat basah kalus. Berat basah kalus yang besar ini disebabkan karena kandungan airnya yang tinggi.

(32)

21 Berat basah yang dihasilkan sangat tergantung pada kecepatan sel-sel tersebut membelah diri, memperbanyak diri dan dilanjutkan dengan membesarnya kalus. (Fitriani, A. 2003).

Perlakuan kombinasi 2,4-D menunjukkan bahwa rata-rata berat basah yang diperoleh paling rendah yaitu 0,45 mg. Hal ini menunjukkan bahwa kombinasi kedua ZPT pada taraf konsentrasi tersebut kurang tepat untuk pertumbuhan kalus. Kecepatan sel membelah diri dipengaruhi oleh kombinasi auksin dan sitokinin dalam konsentrasi tertentu, selain itu juga tergantung pada jenis tumbuhan faktor-faktor lain seperti jenis media, ketersediaan unsur hara makro/mikro, karbohidrat, adanya bahan tambahan seperti air kelapa dan juga faktor-faktor fisik seperti cahaya, pengocokan, suhu, dan pH media (Gunawan, 1991).

(33)

22 KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan penelitian disimpulakan bahwa Media terbaik untuk induksi kalus pada eksplan rumput gajah mini cv. Mott adalah media MS+2,4-D.

Saran

Untuk metode penelitian eksplan rumput gajah cv mott yang di ambil dari lapangan, sebaiknya menggunakan sterilisasi bakar dengan pencelupan pada alkohol 90% dan selanjutnya untuk inisiasi kalus dari eksplan rumput gajah mini cv. Mott sebaiknya mengunakan media MS+2,4-D. Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk insiasi pembentukan akar, tunas sehingga dihasilkan tanaman sempurna (plantlet) untuk perbanyakan rumput gajah mini dengan teknik kultur jaringan.

(34)

23 DAFTAR PUSTAKA

Dodde, J. H. dan Robets,L.W. 1995. Experiments in plants tissu cultur. Cambrige University press, New York

Fitriani, A. 2003. Kandungan Ajmalisin pada Kultur Kalus Catharanthus roseus

(L.)G. Don Setelah Dielisitasi Homogenat Jamur Pythium

aphanidermatum EdsonFitzp. Makalah Pengantar Falsafah Sains

(PPS702). Program Pasca Sarjana . Institut Pertanian, Bogor.

Gati dan Mariska. 1992. Bioteknologi Tanaman. Dirjen Dikti. Pusat Antar Universitas. Bioteknologi. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Gati, E dan I. Mariska. 1992. Pengaruh Auksin Dan Sitokinin Terhadap Kalus

Mentha piperita Linn. Buletin Littri 3: 1-4.

Gunawan LW. 1987. Teknik Kultur Jaringan. Bogor: Laboratorium Kultur Jaringan Tanaman PAU Bioteknologi IPB.

Gunawan, L.W. 1991. Bioteknologi Tanaman. Bogor: PAU Bioteknologi IPB. Harjoko, D. 1999. Pengaruh Macam-macam Auksin terhadap Poliploidisasi Kalus

Tanaman Semangka pada Kultur in Vitro. Surakarta: Fakultas Pertanian UNS

Hendrayono,D. P. S., dan Wijayani 1994. Teknik Kultur Jaringan.Penerbit Kanisius, Yogyakarta.

Hendaryono, Daisy P. Sriyanti dan Wijayani, Ari. 1994. Teknik Kultur Jaringan. Yogyakarta: Kanisus.

Hoesen, Djadja., Witjaksono., dan Sukamto, 2008. Induksi Kalus dan Organogenesis Kultur In Vitro( Dendrobium lineale) Rolfe. Berita Biologi. 9 (3).

Ibrahim, M.A. 1989. Respone of Dwarf Elephant Grass (Pennisetum purpureum Schum cv Mott) to different frequencies and untensities of grazing in the hummid zone at Guaples Costa Rica. Thesis Magister. Centro Agronomo Tropical de investigaciony Esenanza Tarialbu, Costa Rica.

Jumin H.B., 1992. Ekologi Tanaman Suatu Pendekatan Fisiologi. Rajawali.

Katuuk, J.R.P. 1984. Teknik Kultur Jaringan Dalam Mikropropagasi Tanaman. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta.

Kozioki, G.V., J. Perotion, L.M.B. Sanchez. 2006. Influence of regrowth agen on nutritive value of dwarf elephant grass (Pennisetum purpureum Schum cv

(35)

24 Mott) consumed by lamb. Journal of Animal Feed Science, Vol. 119, p: 1-11.

Lasamadi R.D., Malalantang S.S, Rustandi dan Anis S.D. 2013. Pertumbuhan dan perkembangan rumput gajah dwarf (Pennisetum purpureum cv. Mott)

yang diberi pupuk organik hasil fermentasi EM4. Jurnal Zootek 32 (5): 158–171.

Nei, M. and W.Li. 1979. Mathematical model for studying genetic variation in terms of restion endonucleass. Proc.Natl.Acad.Sci. USA .76:5269-5273. Muslim, Ahmad. 2010. Kultur jaringan Tumbuhan. http://mediakultur jaringan.

Blogspot.com/2010/12/kultur-jaringan-tumbuhan.html. Diakses 21 November 2015

Nurjanah, E. 2009. Pengaruh Kombinasi NaCl dan ZPT IBA Pada Media MS Terhadap Pertumbuhan Galur Mutan Padi Secara In vitro. Skripsi. Prodi Biologi. Fakultas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Regan, C.S. 1997. Forage Concervation in The Wet/ Dry Tropics for Small Landholder Farmers. Thesis. Faculty of Science, Nothern Territory University, Darwin Austalia.

Reksohadiprodjo, S. 1994. Produksi Tanaman Hijauan Makanan Ternak Tropik. B.P.F.E. University Gadjah Mada, Yogyakarta.

Riyadi, I dan Tirtoboma. 2004. Pengaruh 2,4-D terhadap induksi embrio somatik kopi arabika. Buletin Plasma Nutfah Vol.10 No.2. hal 42-49.

Setiti, E.W.U., Sri Puji A.W. dan T. Sudarti. 1996. Peranan media dan ZPT untuk induksi dan diferensiasi kalus pada budidaya jaringan melon. Jurnal

Hortikultura 5 (5): 76-79.

Syarifuddin, NA. 2006. Nilai Gizi Rumput Gajah Sebelum dan Setelah Enzilase Pada Berbagai Umur Pemotongan. Produksi Ternak Fakultas Pertanian UNLAM. Lampung.

Umami, N. 2012. Efficient nursery production and multiple-shoot clumps formation from shoot tiller-derived shoot apices of dwarf napiergrass

(Pennisetum purpureum schumach). JWARAS 55 (2) : 121-127

Yusnita. 2003. Kultur Jaringan.Agromedia. Pustaka. Jakarta.

Zulkarnain dan Hadiyono. 1997. Mikropropagasi tanaman nenas (Ananas comosus L. Merr.) menggunakan tunas aksilar mahkota bunga sebagai material awal .Buletin Agronomi Universitas Jambi 1 (2): 65-69.

(36)

25 LAMPIRAN

Tabel 1. Komposisi MS (Murashige dan Skoog 1962,) dalam Gunawan (1987).

Nama Unsur Hara Gram Nama Unsur Hara Gram

Hara makro Hara mikro

NH4NO3 1,65 MnSO4.4H2O 0,0223 KNO3 1,9 ZnSO4.7H2O 0,0086 CaCl2.2H2O 0,44 H3BO3 0,0062 MgSO4.7H2O 0,37 KI 0,00083 KH2PO4 0,17 CuSO4.5H2O 0,000025 FeSO4.7H2O 0,0278 Na2MoO4.2H2O 0,00025 NaEDTA 0,0373 CoCl2.6H2O 0,000025

Vitamin Zat pengatur tumbuh 100

Thiamin-HCl 0,01 Sukrosa 30

Nicotinic acid (Niacin) 0,05 Agar 7-8

Pyrodoxine-HCl 0,05 pH dibuat 5,5

Tabel 2 hasil pengamatan yang terkontaminan (8MST)

SK DB F hitung Sing

perlakuan 2 0,63 0,54

Galat 57

Total 59

(37)

26

Tabel 3 hasil pengamatan yang kalus (8MST)

SK DB F hitung Sing

Perlakuan 2 10,311 0,000

Galat 57

Total 59

≠ = berpengaruh nyta pada taraf 0,05

Tabel 4 hasil pengamatan yang organ (8MST)

SK DB F hitung Sing

Perlakuan 2 1,000 0,400

Galat 57

Total 59

(38)

27

Tabel 5 Berat Kalus Selama 8 Minggu Setelah Tanam

Perlakuan MS0 1/2 MS MS+2,4D 1 0,44 0,31 0,25 2 0,23 0,41 0,56 3 0,42 0,31 0,42 4 0,23 0,42 0,48 5 0,32 0,21 0,51 6 0,42 0,23 0,56 7 0,34 0,31 0,54 8 0,42 0,41 0,43 9 0,23 0,34 0,31 10 0,32 0,11 0,39 11 0,42 0,31 0,51 12 0,31 0,12 0,61 13 0,37 0,41 0,13 14 0,21 0,13 0,42 15 0,31 0,84 0,13 16 0,21 0,39 0,41 17 0,29 0,31 0,21 18 0,32 0,41 0,48 19 0,21 0,21 0,32 20 0,43 0,31 0,12

(39)

28

DAFTAR ISTILAH

2,4-D 2,4-dichlorophenoxyacetic acid

Agar produk yang terbuat dari alga yang di gunakan untuk memadatkan media kultur jaringan.

Alkohol etil alkohol (C2H5OH), disebut etanol

Asam amino kelompok senyawa organik yang juga merupakan konsitituen pada biosintetis protein.

Aseptik bebas dari segala bentuk mikroorganisme

(jamur,bakteri,ragi,virus,mikroplasma, dan sebagianya). Deterjen senyawa yang berfungsi menurunkan tegangan permukaan

larutan. Deterjen di gunakan untuk menigkatkan kontak antara bahan tanaman dengan agen strilisasi

Diferensisasi istilah yang di gunakan untuk menggambarkan pembetukan berbagai tipe sel,akar,pucuk,emberio,ataupun organ lain yang berbeda di dalam kultur kalus atau sel.

Diferensisasi sel suatu proses yang mengakibatkan sel-sel memiliki fungsi- fungsi yang spesifik.

Disinfestasi memusnakan mikrooganisme.

DNA deoxyribonucleic acid.

Eksplan organ atau sepotong jaringan yang di gunakan untuk memulai kultur

In vitro secara harfia berati di dalam kaca, di dalam tabung reaksi, botol dan sebagianya. Dalam kultur jaringan, di terapkan pada setiap proses yang di lakukan di dalam kultur steril. In vivo secara harfiah berati „di dalam kehidupan , di terapkan pada

setiap proses yang terjadi dalam organisme utuh yang tumbuh baik di rumah kaca mau pun di lapangan. Induksi inisiasi suatu pross tertentu yang menghasilkan

perkembangan organ , misalnya induksi akar , pucuk, dan bunga.

Infeksi terjadinya penyakit akibat serangan mikroorganisme. Inokulasi meletakan inokulum di dalam atau pada medium nutrisi.

(40)

29 Kalus jaringan yang tumbuh dari proliferasi sel-sel yang belum

terorganisasi-suatu kelompok sel tanamann yang belum terdiferensiasi

Kontaminan mikroorganisme

Kultur menumbuhkan sel, jaringan,organ,atau pun keseluruhan tanaman di dalam medium stril dan kondisi aseptik, misalnya kultur sel,kultur embrio, kultur ujung pucuk, kultur antera, dan sebagianya.

Laminar Air Flow kotak yang di gunakan untuk inokulasi eksplan,LAFC. Cabinet (LAFC) harus selalu di jaga agar tetap stril dangan mengalirkan

udara stril secara teratus dengan arah horozontal.

MS Murashige dan Skoog 1962

Organ bagian tanaman yang memiliki fungsi spesifik, misalny, akar, batang, daun, bunga, buah, dan lain-lain.

Pembentukan organ pembutkan akar,pucuk,tunas, bunga, batang, dan sebagianya

(Organogenesis)

Pemotongan misahkan sepotong jaringan atau organ dari struktur

induknya, misalnya memisahkan pucuk-pucuk individu dari massa pucuk yang sedang berproliferasi.

pH nilai logaritmah nrgatif dari konsentrasi ion-ion hidrogen Plantet pucuk kecil yang berakar atau embrio yang berkecamabah Priomodia kelompok sel yang menumbuhkan suatu organ

Ruang kultur suatu ruang yang berfungsi sebagai tempat pemeliharaan kultur; ruang tersebut di lengkapi dengan cahaya, suhu dan kelembapan yang dapat diatur (terkendali)

Ruang steril ruang kerja untuk penanaman (inokulasi eksplan); kini di gantikan oleh LAFC.

Ruang tumbuh lihat ruang kultur

Steril media atau objek tanpa mikroorganisme yang viabel atau terlihat jelas, masi di perlukan pengujian sterilisasi untuk memastikannya

(41)

30 Sterilisasi prosedur eliminasi mikroorganisme, misalnya secara

kimiawi, panas, radiasi, penyaringan, dan sebagianya Setirilisasi api teknik sterilisasi peralatan dengan memanaskannya pada

nyala api setelah terlebih dahulu di celupkan ke dalam alkohol.

Subkultur subdivisi suatu kultur ditrasfer ke medium segar.

Unsur Makro kelompok unsur- unsur penting, seperti N, P, K, Ca dan Mg, yang biasanya di perlukan dalam jumlah relatif besar (merupaka nutrisi anorganik pada tanaman).

Unsur mikro kelompok unsur, seperti Fe,B,Zn, Mo, Mn, dan lain yang berperan penting dalam jumlah yang relatif kecil sebagai nutris anorganik pada tanaman.

(42)

31

DOKUMENTASI

KEGIATAN PENELITIAN

Kegiatan pembersihan kotoron yang menempel pada permukaan rumput gajah Mott. Dengan cara melupas kulit luar dari rumput gajah Mott.

Kegiatan mensterilisasi cawang petri dan botol kultur yang akan di tanam dengan cara membakar pinggir botolnya dan menyemprot alkohol 70 % pada cawan petri.

(43)

32

Penanam eksplan rumput gajah Mott yang sudah di potong-potong kecil ke dalam botol kultur.

Bahan-bahan pembuatan media kultur yang terdiri dari unsur hara makro-mikro.

Agar-agar yang sementara di panaskan sebagai media tanam. Yang berfungsi sebagai media pengeras.

(44)

33

RIWAYAT HIDUP

Ibnul Thalib lahir di Balla pada tanggal 03 April

1993, anak kedua dari 3 bersaudara. Dibesarkan oleh orang tua Muh. Bassir (Ayah) dan Sitti Sainab (Ibu). Tingkat pendidikan formal yang pernah ditempuh yaitu di TK muhammaddia bajo lulus tahun 1999 kemudian melanjutkan di SD 27 padang-padang Belopa, lulus tahun 2005, kemudian melanjutkan di SMP Negeri 1 Bajo lulus tahun 2008, kemudian melanjutkan di SMA Negeri 1 Belopa lulus tahun 2011. Setelah menyelesaikan Sekolah Menengah Atas , penulis kemudian diterima di PTN (Perguruan Tinggi Negeri) melalui jalur SNMPTN (Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri) tertulis di Fakultas Peternakan, Universitas Hasanuddin, Makassar. Hingga akhirnya lulus Pendidikan Sarjana (S1) Program Studi Peternakan, Fakultas Peternakan, Universitas Hasanuddin Makassar pada Tahun 2015.

Gambar

Tabel  2  menunjukan  persentase  kontaminasi  eksplan  rumput  gajah  cv.  Mott  yang  terkontaminan  selama  8  MTS
Tabel 1. Komposisi MS (Murashige dan Skoog 1962,) dalam Gunawan (1987).
Tabel 3  hasil pengamatan yang kalus (8MST)

Referensi

Dokumen terkait

Kami telah mereviu Laporan Keuangan Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia untuk Tahun Anggaran 2011 berupa Neraca, Laporan Realisasi Anggaran dan Catatan atas Laporan

Untuk bisa melihat isi data masing-masing wisata secara lengkap bisa langsung klik nama wisata yang ingin dilihat detailnya dan akan menuju halaman detail wisata

Aktor dirnaksud adalah pejabat atau instansi pemerintah atau seorang atau sekelompok orang yang diberi wewenang baik secara hukum maupun berdasarkan kesepakatan

Lain halnya dengan pak Cipto yang menjalani bisnis ini pertama kali, sebagai penyedia jasa penukaran uang pak Cipto tidak memiliki modal melainkan ia diberikan modal

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis realisasi penerimaan pajak Biaya Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB) pada Kantor Dinas Pendapatan Daerah

Didapatkan perbedaan yang bermakna pada cukup tinggi, tindakan skrining yang dilanjutkan dengan angka resistensi antibiotik chloramphenicol pada dekolonisasi bakteri

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etanol buah andaliman memiliki aktivitas antioksidan tertinggi diantara ekstrak aseton, etil asetat, dan campuran etanol

Sebagaimana telah di singgung, di atas kedudukan Nabi yang digantikan oleh Abu Bakar sebagai kholifah adalah kepemimpinan temporal belia. Maka, sebagaimana Nabi, Abu Bakar pun