• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pelanggaran Prinsip Sopan Santun Tindak Tutur Ekspresif dalam Anime Hanasaku Iroha 花咲くいろはの丁寧の違反における表出的言語行為

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pelanggaran Prinsip Sopan Santun Tindak Tutur Ekspresif dalam Anime Hanasaku Iroha 花咲くいろはの丁寧の違反における表出的言語行為"

Copied!
99
0
0

Teks penuh

(1)

Pelanggaran Prinsip Sopan Santun Tindak Tutur Ekspresif

dalam Anime

Hanasaku Iroha

花咲くいろはの丁寧の違反における表出的言語行為

SKRIPSI

Diajukan untuk Menempuh Ujian Sarjana

Program Strata 1 Humaniora dalam Ilmu Bahasa dan Kebudayaan Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro

Oleh:

Ayu Ratna Puspitasari 13050112130076

PROGRAM STUDI S1 BAHASA DAN KEBUDAYAAN JEPANG FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG 2019

(2)

ii

Pelanggaran Prinsip Sopan Santun Tindak Tutur

Ekspresif dalam Anime Hanasaku Iroha

花咲くいろはの丁寧の違反における表出的言語行為

SKRIPSI

Diajukan untuk Menempuh Ujian Sarjana

Program Strata 1 Humaniora dalam Ilmu Bahasa dan Sastra Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro

Oleh:

Ayu Ratna Puspitasari 13050112130076

PROGRAM STUDI S1 BAHASA DAN KEBUDAYAAN

FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG

2019

(3)

iii

HALAMAN PERNYATAAN

Penulis menyatakan bahwa skripsi ini disusun tanpa mengambil bahan hasil penelitian baik untuk memperoleh suatu gelar sarjana atau diploma yang sudah ada di universitas lain maupun hasil penelitian lainnya. Penulis juga menyatakan bahwa skripsi ini tidak mengambil bahan dari publikasi atau tulisan orang lain kecuali yang sudah disebutkan dalam rujukan dan dalam Daftar Pustaka. Penulis bersedia menerima sanksi jika terbukti melakukan plagiasi/penjiplakan.

Semarang, 30 Juli 2019 Penulis

(4)
(5)
(6)

vi

MOTTO

“You must do the thing you think you cannot do” -Eleanor Roosevelt –

“Don’t measure your happiness with success. You need to decide the criteria for success by yourself”

(7)

vii

PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan untuk orang-orang yang selalu memberikan bantuan, semangat, do’a serta kasih sayang, yaitu pada:

1. Bapak, Ibu dan adik tercinta yang selalu memberi do’a sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi dengan baik. Terimakasih sudah mengerti dan selalu memberikan dukungan meski membutuhkan waktu yang cukup lama untuk menyelesaikan skripsi ini;

2. Teman-teman bimbingan Utami Sensei yang berjuang bersama-sama: Ririn,

Lala, Nikmah, Firas, Andela, Rita, Irsyad, Nurul, Ayunda;

3. Sahabat kos muslimah tercinta yang sangat perhatian dan peduli kepada

penulis: Mba Dani, Mba Ana, Mba Tika, Berlian, Ara, Ratih, Intan, Septi;

4. Teman haha hihi Irma Fiani, Ida Mafaza dan Budi Etika. Terimakasih sudah

menemani dan selalu memberikan dukungan;

5. Teman-teman KKN yang luar biasa: Ayudya, Astri, Arizal, Budi Etika,

Daniel dan lainnya. Terima kasih sudah menuliskan cerita, mengabdi dan berjuang bersama selama 35 hari;

6. Teman-teman KTD KB 37: Mba Andin, Mba Nandiya, Ulfa, Wena.

Terimakasihh do’a dan dukungannya!!!;

7. Puput, Nungki, Yuli, debi dan semua teman-teman Sastra Jepang 2012.

Terima kasih atas cerita, kenangan dan kebersamaannya yang tidak akan pernah terlupakan;

(8)

viii

8. Dewandaru Dian Palupi, Teman dari SMP . Terimakasih untuk semua do’a

dan dukungannya!!!. Semarang, 30 juli 2019 Penulis, Ayu Ratna

(9)

ix

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan

judul “Pelanggaran Maksim Sopan Santun Tindak Tutur Ekspresif dalam Anime

Hanasaku Iroha.”

Penulis menerima banyak bantuan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung dalam menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis dengan segala kerendahan hati dan penuh rasa hormat mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Dr. Nurhayati, M.Hum., selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas

Diponegoro, Semarang;

2. Budi Mulyadi, S.Pd., M.Hum., selaku ketua Jurusan Sastra Jepang

Universitas Diponegoro, Semarang;

3. S.I. Trahutami, S.S, M.Hum selaku dosen pembimbing. Terimakasih telah

membimbing dengan penuh kesabaran dalam menyelesaikan skripsi, serta memberi motivasi untuk segera menyelesaikan.

4. Seluruh Dosen Sastra Jepang Universitas Diponegoro, Semarang. Terima

kasih atas ilmu dan motivasi yang diberikan oleh Senseigata selama ini;

5. Kedua orang tua, dan Adikku tercinta. Terima kasih selalu memberikan

banyak cinta, dukungan, semangat dan do’a yang tak henti-hentinya demi keberhasilan penulis;

(10)

x

6. Sahabat-sahabat penulis yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu,

terima kasih untuk selalu setia mendengarkan keluhan penulis, selalu mendoakan serta selalu mendukung dan membantu tanpa pamrih.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih ada kekurangannya. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca guna perbaikan pada waktu yang akan datang.

Semarang, 30 juli 2019 Penulis,

(11)

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... ii

HALAMAN PERNYATAAN... iii

HALAMAN PERSETUJUAN... iv HALAMAN PENGESAHAN... v MOTTO ………... vi PERSEMBAHAN……….... vii PRAKATA... ix DAFTAR ISI... xi

DAFTAR SINGKATAN... xiv

INTISARI... xv

ABSTRACT... xvi

BAB 1 PENDAHULUAN... 1

1.1 Latar Belakang dan Permasalah... 1

1.1.1 Latar Belakang... 1

1.1.2 Rumusan Masalah... 7

1.2 Tujuan Penelitian……… 7

1.3 Ruang Lingkup Penelitian... 7

1.4 Metode Penelitian... 7

(12)

xii

1.4.2 Metode Analisis Data... 8

1.4.3 Metode Penyajian Hasil Analisis... 9

1.5 Manfaat Penelitian……… 9

1.6 Sistematika Penulisan... 10

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI... 12

2.1 Tinjauan Pustaka………... 12

2.2 Kerangka Teori... 14

2.2.1 Definisi Pragmatik... 14

2.2.2 Definisi Konteks... 15

2.2.3 Tindak Tutur……… 16

A. Jenis-jenis Tindak Tutur Ilokusi………….. 17

B. Pengertian Tindak Tutur Ekspresif……….. 18

C. Penanda Tuturan Lingual Ekspresif……… 19

2.2.4 Prinsip Sopan Santun ……… 24

2.2.5 Sinopsis Hanasaku Iroha………. 30

BAB 3 PEMAPARAN HASIL DAN PEMBAHASAN………... 32

3.1 Tindak Tutur Ekspresif... 32

3.1.1 Tindak Tutur Ekspresif Makna Mengkritik... 33

3.1.2 Tindak Tutur Ekspresif Makna Menyindir... 51

(13)

xiii

3.1.4 Tindak Tutur Ekspresif Makna Menyalahkan 66

BAB 4 PENUTUP... 70

要旨... 73

DAFTAR PUSTAKA... 76

(14)

xiv

DAFTAR SINGKATAN

HI : Hanasaku Iroha

KS : Kata Seru

KKB : Kata Kerja Bantu

Mo : Modalitas

Neg : Negatif

Par : Partikel

PA : Partikel Akhir

(15)

xv

INTISARI

Puspitasari, Ayu Ratna. 2019. “Pelanggaran Prinsip Sopan Santun Tindak Tutur

Ekspresif dalam Anime Hanasaku Iroha”. Skripsi, Program Studi Strata-1 bahasa

dan kebudayaan jepang, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Diponegoro. Dosen Pembimbing : S.I. Trahutami, S.S, M.Hum

Penelitian ini membahas tentang “Pelanggaran Prinsip Sopan Santun Tindak

Tutur Ekspresif dalam Anime Hanasaku Iroha.” Inti masalah dalam penelitian ini

adalah: 1. Bagaimana realisasi tuturan ekspresif dalam anime Hanasaku Iroha? 2.

Bagaimana Pelanggaran Prinsip Sopan Santun dalam anime Hanasaku Iroha?

Penelitian ini memiliki 2 tujuan yaitu: 1. Mendeskripsikan realisasi tuturan

ekspresif dalam anime Hanasaku Iroha 2. Mendeskripsikan pelanggaran prinsip

sopan santun dalam anime Hanasaku Iroha. Data diperoleh dari Anime Hanasaku

Iroha. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik rekam, simak dan catat.

Analisis data dilakukan dengan menggunakan metode kontekstual dan metode kualitatif. Tindak tutur ekspresif dan pelanggaran prinsip sopan santun di analisis menggunakan teori Leech.

Hasil dari penelitian tuturan dalam anime Hanasaku Iroha telah ditemukan 20 data tindak tutur ekspresif. 10 data dengan makna mengkritik, 8 data dengan makna menyindir, 1 data dengan makna menolak dan 1 data dengan makna menyalahkan. Dari 20 data tersebut ditemukan 2 pelanggaran prinsip sopan santun, yaitu 18 data pelanggaran maksim pujian dan 2 data pelanggaran maksim mufakat.

(16)

xvi ABSTRACT

Puspitasari, Ayu Ratna. 2019. “Pelanggaran Prinsip Sopan Santun Tindak Tutur Ekspresif dalam Anime Hanasaku Iroha”. Thesis, Departement of Japanese Literature Faculty of Humanities Diponegoro University. Supervisor S.I Trahutami, S.S, M.Hum.

This research is about the violation of politeness in expressive speech acts in the anime Hanasaku Iroha. The core problems in this research are: 1. How is the realization of expressive speech act in the anime Hanasaku Iroha? 2. How is the violation of Politeness used in the anime Hanasaku Iroha?

This research has two purpose: 1. Describing the realization of the expressive speech act forms in the anime Hanasaku Iroha 2. Describe the violation of politeness in the anime Hanasaku Iroha. Data source in this research is anime Hanasaku Iroha. Data collecting techniques used rekam, simak, and catat technique. The data analysis method are contextual method and qualitative method. The speech act and the violation of politeness were analyzed using Leech theory.

The results of this research showed that there were 20 data of expressive speech act found in anime Hanasaku Iroha. Those are 10 data containing criticism, 8 data containing tease,1 data containing refuse and 1 data containing blame. From those data is founded 2 kinds violation of politeness. There are 18 data which are violation of approbation maxim and 2 data violation of agreement maxim.

(17)

1

BAB I

PENDAHULUAN

I.I Latar Belakang dan Permasalahan

1.1.1. Latar Belakang

Bahasa dan manusia merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Manusia membutuhkan bahasa sebagai sarana untuk berkomunikasi. Bahasa adalah salah satu alat yang digunakan manusia untuk menyampaikan ide, gagasan, serta pikiran kedalam bentuk lisan dan tulisan. Ilmu tentang bahasa disebut juga dengan Linguistik atau ilmu yang menjadikan bahasa sebagai objek kajiannya (Chaer, 2012:1-2). Ilmu linguistik sendiri memiliki bermacam-macam kajian seperti fonologi, morfologi, sintaks,semantik, pragmatik dan lain sebagainya.

Pragmatik adalah ilmu yang mempelajari mengenai makna yang disampaikan penutur atau penulis dan diterjemahkan oleh pendengar atau pembaca (Yule, 1996: 3). Levinson (dalam Kunjana, 2005: 48) mendefinisikan pragmatik sebagai studi bahasa dengan konteksnya. Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pragmatik adalah ilmu bahasa yang mempelajari makna bahasa yang terikat konteks. Menurut Leech (2011: 20) konteks adalah suatu pengetahuan latar belakang yang sama-sama dimiliki oleh penutur dan petutur yang membantu petutur kondisi menafsirkan makna tuturan. Tuturan tersebut berkaitan erat dengan tindak tutur.

(18)

2

Tindak tutur atau tindak ujar (speech acts) adalah telaah mengenai

bagaimana cara kita melakukan sesuatu dengan memanfaatkan kalimat-kalimat (Tarigan, 1986: 33). Tindak tutur dibagi menjadi tiga jenis, yaitu tindak lokusi,

tindak ilokusi, dan tindak perlokusi. Tindak lokusi (hatsuwa koui) adalah tindak

bertutur dengan kata, frasa, dan kalimat sesuai dengan makna yang dikandung

oleh kata, frasa, dan kalimat itu. Tindak ilokusi (hatsuwanai koui) adalah tindak

melakukan sesuatu dengan maksud dan fungsi tertentu pula sedangkan tindak

perlokusi (hatsuwa baikai koui) merupakan tindak menumbuhkan pengaruh

kepada petutur . Simak contoh berikut.

寒いですね。 Samui desu ne. ‘Dingin ya.’

Lokusi dari ungkapan di atas adalah penutur hanya menyampaikan bahwa dia merasa cuacanya dingin. Sedangkan ilokusinya adalah penutur tidak hanya menyampaikan apa yang ia rasakan tetapi penutur juga bermaksud meminta petutur untuk menutup jendela dan perlokusinya atau efek yang ditimbulkan adalah petutur akan melakukan tindakan menutup jendela agar udara di dalam ruangan menjadi hangat.

Kategori yang menjadi pusat perhatian untuk kajian tindak tutur ini adalah tindak tutur ilokusi. Searle (dalam Leech, 1993: 164) membagi Tindak ilokusi menjadi lima jenis, yaitu representatif atau asertif, direktif, komisif, ekspresif, dan deklarasi. Pada penelitian ini penulis memfokuskan pada tindak tutur ekspresif.

Tindak tutur ekspresif mempunyai fungsi untuk mengekspresikan,

(19)

ekspresif cenderung menjadi konvival, akan tetapi sebaliknya dapat menjadi konfliktif yaitu tujuan ilokusi bertabrakan dengan tujuan sosial misalnya seperti ekspresi-ekspresi ‘menyalahkan’ dan ‘menuduh’.

Menurut Yule (2006: 93) tuturan ekspresif adalah jenis tindak tutur yang menyatakan sesuatu yang dirasakan oleh penutur. Tindak tutur itu mencerminkan pernyataan-pernyataan psikologis dan dapat berupa pernyataan kegembiraan, kesulitan, kesukaan, kebencian, kesenangan, atau kesengsaraan. Tuturan ekspresif antara lain untuk mengungkapkan rasa simpati, mengungkapkan sikap mengeluh, ucapan selamat, salam/menyapa, mengungkapkan harapan, mengungkapkan permintaan maaf, mengungkapkan rasa percaya, mengungkapkan rasa kesal, dan menyatakan kebahagiaan, dan lain sebagainya. Sebagai contoh berikut.

Contoh 1,

Tomoe: へえ 料理作れるんだ Hee ryouri tsukurerunda

Ee, Ohana bisa masak’

Enishi: うまい Umai ‘enak’

Tomoe:緒花ちゃん すごいじゃない Ohanachan sugoi janai ‘Ohana hebat’

Ohana: お母さんめちゃくちゃで 幼稚園のごろから料理作れらされたん

です Obasan mecha kucha de youchien no goro kara ryouri tsukurerasaretan

desu. ‘ Ibuku sangat aneh, menyuruhku memasak sejak aku masih TK’

(20)

4

Enishi: 幼稚園? 苦労したんだな えらいっつっ

Youchien ? kuroushitandana eraittsuts ‘Sejak kau TK ? pasti berat sekali’

Ohana: いって

Itte ‘Itu’

Tohru : お前よりうまいんじゃねぇか Omae yori umainjanee ka

‘Mungkin lebih enak dari masakanmu’

Minko: 仕入れの様子 見てきます Shiire no yousu mitekimasu ‘Aku mau memeriksa barang-barang’

(HI Eps. 02, 00:08:58.58) Tuturan di atas merupakan tindak tutur ekspresif dengan makna menyindir.

Penanda lingual yang digunakan dalam tuturan di atas adalah partikel yori . Yori

berfungsi untuk menyatakan perbandingan, pada tuturan diatas Tohru membandingkan antara masakan Ohana dengan masakan Minko dan mengatakan

bahwa masakan Ohana lebih enak. Kata sifat umai yang diikuti dengan n

menyatakan penekanan emosi petutur. Tuturan Tohru diakhiri dengan kata kerja

bantu ka yang biasanya digunakan untuk meminta konfirmasi dari petutur. Dalam

konteks di atas, penutur dengan sengaja menyindir petutur dengan mengatakan bahwa masakan Ohana lebih enak daripada masakan Minko.

Setiap tuturan terjadi karena adanya dua participant yaitu penutur dan

petutur. Setiap tuturan yang di ungkapkan penutur mendapatkan respon yang berbeda-beda dari petutur, tergantung faktor yang mempengaruhinya. Salah satu faktor yang mempengaruhinya adalah kesantunan berbahasa. Chaer (2010:11) mengatakan bahwa kesantunan berbahasa menekankan pada penciptaan situasi

(21)

yang baik dan menguntungkan bagi mitra tutur sehingga mitra tutur tidak merasa terbebani dengan isi dan maksud tuturan.

Pada penelitian ini penulis menggunakan teori maksim kesantunan Leech. Hal tersebut didasari oleh cocoknya penelitian yang dilakukan penulis dengan teori yang dikemukakan Leech. Berikut adalah skala kesantunan Leech. Leech (2011, 206-218) menyodorkan enam buah maksim kesantunan berbahasa.

Keenam maksim tersebut adalah (1) Maksim kearifan (tact maxim), (2) Maksim

kedermawanan (generosity maxim), (3) Maksim pujian (approbation maxim), (4)

Maksim kerendahan hati (modesty maxim), (5) Maksim kesepakatan (agreement

maxim), dan (6) Maksim simpati (sympathy maxim).

Pada contoh diatas menunjukkan jika dilihat dari maksim kesantunan yang diungkapkan Leech. Pada contoh tindak tutur ekspresif diatas, Tohru melanggar prinsip sopan santun yaitu melanggar maksim pujian. Pelanggaran prinsip sopan

santun maksim pujian terdapat pada tuturan omae yori umainjanee ka yang

memiliki arti ‘mungkin lebih enak dari masakanmu’. Tuturan tersebut membandingkan antara masakan Ohana dan masakan Minko, dan mengatakan bahwa masakan Ohana lebih enak. Secara tidak langsung tuturan tersebut merendahkan Minko.

Kesantunan sangat dijunjung tinggi agar komunikasi dapat berjalan dengan harmonis, namun bukan berarti adanya pelanggaran prinsip sopan santun menghambat jalannya komunikasi yang baik. Dalam mengungkapkan pelanggaran prinsip sopan santun tentu saja mempunyai maksud dan tujuan tertentu. Spencer

(22)

6

Oatey (2005:97) mengungkapkan bahwa, “ketidaksantunan dikatakan sebagai payung yang mencakup semua jenis makna evaluatif (ramah, penuh perhatian, kurang ajar, agresif, kasar). Makna-makna ini dapat memiliki konotasi positif, negatif, atau netral dan penilaian dapat berdampak pada persepsi orang tentang hubungan mereka…”.

Berdasarkan teori diatas menunjukkan bahwa pelanggaran prinsip sopan santun dituturkan bukan semata-mata untuk merugikan petutur, tetapi juga mempunyai makna evaluatif . Oleh karena itu sangat penting untuk memaknai pelanggaran prinsip sopan santun, agar maksud dari tuturan dapat tersampaikan

dengan baik . Sehingga tidak hanya berakhir sebagai ketidakharmonisan

komunikasi semata.

Film yang penulis gunakan sebagai sumber data memiliki genre animasi

(anime) yang menggunakan karakter kartun sebagai tokohnya, yang digunakan

untuk menunjang penelitian ini adalah anime Hanasaku Iroha yang merupakan

karya dari Mari Okada dan Mel Kishida. Anime diunduh dari web

www.meownime.com.

Pemilihan anime “Hanasaku Iroha” sebagai objek penelitian ini di

latarbelakangi oleh tema penggunaan pelanggaran prinsip sopan santun pada tindak tutur ekspresif.

(23)

1.1.2. Perumusan Masalah

Masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana bentuk realisasi tindak tutur ekspresif dalam anime Hanasaku

Iroha?

2. Bagaimanakah pelanggaran prinsip kesantunan yang terdapat dalam anime

Hanasaku Iroha? 1.2. Tujuan Penelitian

Tujuan yang akan dicapai dalam penelitian masalah ini adalah:

1. Mendeskripsikan realisasi tuturan ekspresif dalam animeHanasaku Iroha.

2. Mendeskripsikan kesantunan tuturan ekspresif dalam anime Hanasaku

Iroha.

1.3. Ruang Lingkup Penelitian

Suatu penelitian harus dibatasi oleh ruang lingkup yang jelas agar pembaca memahami isinya. Dalam penelitian ini penulis membatasi ruang lingkup masalah pada salah satu cabang ilmu linguistik yaitu pragmatik. Penulis memfokuskan pada kajian tindak tutur ekspresif dan pelanggaran prinsip kesantunan yang terfokus pada pelanggaran prinsip kerendahan hati.

1.4. Metode Penelitian

Metode dalam penelitian ini dibagi menjadi tiga, yaitu mode pengumpulan data, metode analisis data, dan metode penyajian hasil data.

(24)

8

1.4.1. Metode Penyajian Data

Data diperoleh dari anime Hanasaku Iroha. Data dari penelitian ini berupa

kalimat yang terdapat dalam dialog anime . Pada tahap ini peneliti melakukan

pengumpulan data dengan menggunakan metode simak. Metode ini dilakukan dengan cara melihat dan memahami, lalu dilanjutkan dengan teknik catat yaitu dengan mencatat kalimat yang terdapat dalam sumber data. Langkah-langkah yang peneliti gunakan dalam tahap pengumpulan sumber data yaitu:

Langkah pertama mengumpulkan data dari anime .Setelah semua data

terkumpul, data yang ada kemudian ditranslate diperiksa dengan cara membaca dan memahami wacana secara berulang-ulang.

Langkah kedua seleksi data, semua data yang diperiksa, kemudian diidentifikasi tindak tutur ekspresif dan pelanggaran maksim sopan santun yang terdapat pada objek data dan menandai kalimat yang berupa tindak tutur ekspresif dan pelanggaran maksim sopan santun, selanjutnya dicatat dan diberi nomer pada kata atau kalimat yang sudah ditandai tersebut. Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan penulis dalam mencari dan mengelompokkan data.

Langkah ketiga pengelompokkan data. Data yang sudah diseleksi kemudian dikelompokkan berdasarkan pada tindak tutur ekspresif

1.4.2. Metode Analisis Data

Mula-mula data dianalisis dengan menjelaskan konteks percakapan. Lalu melampirkan dialog secara runtut sesuai teks asli beserta terjemahannya. Selanjutnya penulis menceritakan alur kejadian yang ada dalam penggalan anime.

(25)

Dari penjabaran cerita tersebut penulis mulai menganalisis tindak tutur ekspresif dan pelanggaran maksim sopan santun.

1.4.3. Metode Penyajian Hasil Analisis

Penyajian hasil analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode informal. Penyajian informal yaitu berupa rumusan dengan menggunakan kata-kata biasa, alasan digunakannya metode informal dalam penyajian hasil analisis karena penelitian ini bersifat deskriptif, maksudnya mendeskripsikan dari gejala atau keadaan yang terjadi pada objek data penelitian.

Tindak tutur ekspresif dan pelanggaran prinsip kesantunan pada anime Hanasaku

Iroha diungkapkan secara apa adanya berdasarkan data, sehingga hasil penelitian

ini menggunakan fenomena bahasa yang sesungguhnya. 1.5. Manfaat Penelitian

Penelitian yang dilakukan mengenai kesantunan tokoh utama dalam anime

Hanasaku Iroha ini diharapkan mampu memberikan manfaat, diantaranya:

1. Manfaat Teoretis

Manfaat teoretis yang diharapkan adalah:

a. Memperkaya hasil penelitian dalam tindak tutur ekspresif dan

pelanggaran prinsip sopan santun.

b. Menambah khazanah hasil penelitian tentang penerapan teori-teori

yang berkaitan dengan ilmu linguistik terutama cabang ilmu pragmatik.

c. Memberikan wawasan kepada para pembaca dalam pemakaian

(26)

10

2. Manfaat Praktis

Manfaat praktis yang diharapkan adalah bisa memberikan referensi bagi penelitian berikutnya sehingga dapat dijadikan pemicu oleh penelitian lainnya untuk bersikap lebih kreatif, kritis serta inovatif dalam menyikapi perkembangan tindak tutur ekspresif dan pelanggaran prinsip sopan santun dalam berbahasa.

1.6. Sistematika Penulisan

Dalam sistematika penulisan penelitian ini, penulis membagi menjadi empat bab yang meliputi:

Bab I : Pendahuluan

Bab ini berisi latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, ruang lingkup penelitian, metode penelitian dan sistematika penulisan.

Bab II : Tinjauan Pustaka

Bab ini menguraikan penelitian terdahulu tentang tindak tutur ekspresif dan pelanggaran maksim sopan santun dan teori-teori yang digunakan dalam penelitian, seperti teori tindak tutur ekspresif dan pelanggaran prinsip sopan santun.

Bab III : Hasil dan Pembahasan

Bab ini berisi tentang hasil analisis dan pembahasan tindak tutur ekspresif dan pelanggaran maksim sopan santun sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Leech.

(27)

Bab ini merupakan bab terakhir yang berisi simpulan dan saran. Pada bagian akhir berisi daftar pustaka.

(28)

12 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI

Penulisan bab II terdiri atas dua bagian, yaitu tinjauan pustaka dan kerangka teori. Tinjauan pustaka sebagai temuan penelitian sebelumnya yang memiliki kaitan erat dengan penelitian yang dilakukan peneliti. Sementara, kerangka teori sebagai dasar fondasi penyusunan penelitian ini. Tinjauan pustaka dan kerangka teori yang penulis gunakan untuk mendukung penelitian ini antara lain.

2.1 Tinjauan Pustaka

Penelitian tentang skala kesantunan sebelumnya pernah dilakukan oleh beberapa peneliti, diantaranya:

Riza Arifita dan Rizki Andini (2018) dalam jurnalnya berjudul “Ironi Dalam

Pelanggaran Maksim Sopan Santun Pada Manga Koe No Katachi. “ Berdasarkan

analisis yang dilakukannya dengan ruang lingkup penelitan pelanggaran maksim kerendahan hati. Riza dan Rizki memperoleh data sebagai berikut.

Ditemukan 8 kalimat ironi yang melanggar maksim kerendahan hati. Kalimat ironi digunakan penutur saat bertindak meremehkan, mengecam, berlaku sopan secara tidak tulus, dan menyatakan hal berlebihan terhadap lawan tutur. Sedangkan kalimat ironi yang melanggar maksim kerendahan hati cenderung bertujuan untuk meremehkan lawan tuturnya.

Putri Satya Pratiwi (2014) dalam jurnalnya yang berjudul “Pelanggaran

(29)

Berdasarkan analisis yang dilakukannya dengan ruang lingkup penelitan pelanggaran prinsip sopan santun. Putri memperoleh data sebagai berikut.

Ditemukan 30 data yang merupakan pelanggaran prinsip sopan santun. Pelanggaran prinsip sopan santun maksim kearifan ditemukan sebanyak 9 data. Faktor penyebab terjadinya pelanggaran adalah merugikan orang lain. Pelanggaran prinsip sopan santun maksim kedermawanan sebanyak 5 data, yang disebabkan karena menguntungkan diri sendiri. Pelanggaran prinsip soapan santun maksim pujian ditemukan sebanyak 14 data. Faktor peenyebab terjadinya pelanggaran karena mengecam orang lain. Pelanggaran prinsip sopan santun maksim kerendahan hatti sebanyak 2 data, yang disebabkan karena menyombongkan diri sendiri.

Andi Arlyanti Dwi Putri (2017) dalam skripsinya yang berjudul “Analisis

Pelanggaran Prinsip Kesantunan dalan Manga Meitantei Conan Volume 85.

Berdasarkan penelitian yang dilakukannya, Andi Arlyanti mendapatkan hasil sebagai berikut.

Dari semua data yang telah di analisis terdapat semua contoh pelanggaran untuk setiap maksim kesantunan. Penggunaan bahasa informal dan permintaan anak-anak kepada seseorang yang lebih tua adalah hal yang biasa, tetapi menurut Leech hal tersebut merupakan pelanggaran. Pelanggaran prinsip kesantunan ditemukan dalam tindak tutur direktif, asertif dan ekspresif. Sedangkan dalam tindak tutur komisif dan deklaratif tidak ditemukan pelanggaran prinsip kesantunan. Pelanggaran prinsip kesantunan dianggap sebagai usaha penutur

(30)

14

kedermawanan disebabkan karena penutur yang menyuruh petutur untuk melakukan suatu tindakan tertentu. Pelanggaran maksim kesederhanaan disebabkan karena pernyataan atas kebenaran yang diyakini oleh penutur. pelanggaran maksim mufakat disebabkan karena pernyataan atau pendapat dan perasaan terhadap sesuatu. Pelanggaran terhadap maksim mufakat disebabkan karena ekspresi kecurigaan atau kekecewaan. Pelanggaran maksim simpati disebabkan karena kesalahan cara penutur untuk menghibur petutur.

2.2 Kerangka Teori

2.2.1 Definisi Pragmatik

Yule (1996: 3) menyatakan empat ruang lingkup yang tercakup dalam pragmatik, yaitu:

1. Pragmatik adalah studi tentang maksud penutur.

2. Pragmatik adalah studi tentang makna kontekstual.

3. Pragmatik adalah studi tentang bagaimana menyampaikan maksud agar

lebih banyak dari apa yang dituturkan.

4. Pragmatik adalah studi tentang ungkapan dari jarak hubungan.

Lebih lanjut Tarigan (1986: 32) menyebutkan bahwa pragmatik menelaah ucapan-ucapan khusus dalam situasi-situasi khusus dan terutama sekali memusatkan perhatian pada aneka ragam cara yang merupakan wadah aneka konteks sosial performansi bahasa dapat mempengaruhi tafsiran atau interpretasi. Levinson (1983: 21) pragmatik adalah ilmu yang mempelajari tentang semua

aspek makna. Pragmatik dalam bahasa Jepang disebut dengan goyouron (語用論).

(31)

語用論は言外の意を味取り扱うが、実生活にあっては、こうした言

外の意味を汲み取ることがきわめて重要である。

Goyouron wa gengai no imi o toriatsukauga, jisseikatsu ni atte wa, koushita gengai no imi o kumitoru koto ga kiwamete juuyoo de aru.

‘Pragmatik mempelajari mengenai makna tersirat, dalam kehidupan nyata, memahami makna tersirat seperti ini sangat penting.’

Dari definisi-definisi di atas dapat dipahami bahwa pragmatik mengkaji suatu ungkapan yang memiliki makna yang terikat dengan konteks. Pragmatik sangat menarik karena mempelajari bagaimana manusia saling mengerti antara satu dengan yang lainnya, bukan hanya sebatas apa yang disampaikan tetapi juga maksud yang terkandung dalam tuturan lawan tuturnya.

2.2.2 Definisi Konteks (Bunmyaku)

Suatu komunikasi yang baik dapat terjalin apabila kita memperhatikan beberapa hal. Misalnya, menyesuaikan bahasa yang kita gunakan sesuai dengan kepada siapa kita berbicara, kemudian bagaimana cara kita menyindir seseorang agar tetap santun dan tidak menyinggung perasaan lawan tutur dll. Hal yang juga tak kalah penting adalah pemahaman tentang bagaimana cara kita menyesuaikan tuturan dengan konteks.

Hymes (dalam suwito 1983: 32) mencetuskan teori SPEAKING yang

menyatakan bahwa dalam suatu interaksi ada delapan aspek penting yang mempengaruhi terjadinya interaksi tersebut, yaitu :

(32)

16

S : Setting and scene. Setting berkenaan dengan waktu dan tempat tuturan

berlangsung, sedangkan scene mengacu pada situasi tempat dan waktu.

P : Participants, mengacu pada pihak-pihak yang terlibat dalam tuturan,

misalnya pembicara dan penerima.

E : Ends, mengacu pada maksud dan tujuan pertuturan.

A : Act Sequence, mengacu pada bentuk da nisi ujaran yang digunakan oleh

penutur.

K : Keys, mengacu pada cara dan semangat seorang penutur dalam

menyampaikan pesan.

I : Instrumentalities, mengacu pada jalur bahasa yang digunakan seperti

bahasa lisan, tertulis, isyarat dll.

N : Norms, mengacu pada norma atau aturan dalam berinteraksi.

G : Genres,mengacu pada bentuk penyampaian suatu pesan.

2.2.3 Tindak Tutur

Austin (dalam Koizumi 1993:336) merupakan orang pertama yang mengungkapkan bahwa bahasa juga dapat digunakan untuk melalukan suatu tindakan melalui perbedaan antara tuturan konstantif (constantive) dan ujaran performatif (performative). Tuturan konstantif adalah tuturan yang isinya adalah untuk menuturkan sesuatu, misalnya peristiwa atau kejadian di dunia. Kemudian

(33)

yang dimaksudkan dengan tuturan performatif adalah tuturan yang digunakan untuk melakukan sesuatu.

Tindak tutur lokusi merupakan tindak dasar tuturan yang menghasilkan ungkapan lingustik yang bermakna. Yule (2006:83-84) menjelaskan bahwa tindak tutur ilokusi dinyatakan dengan penekanan komunikatif suatu tuturan. Ilokusi yang dimaksudkan ialah seperti melarang, memerintah, memberitahu, mengingatkan,melaksanakan, dan lain sebagainya. Adapun tindak perlokusi ialah tindak tutur yang bermaksud untuk mempengaruhi mitra tuturnya yang berupa meyakinkan, membujuk, atau menghalangi.

A. Jenis-jenis Tindak Tutur Ilokusi

Searle (dalam Leech, 1993: 164) membagi tindak tutur ilokusi menjadi lima bagian, yaitu:

1. Asertif Bentuk tutur yang mengikat penutur pada kebenaran proposisi yang diungkapkan.

Contoh :

雨が降っている。 Ame ga futteiru. “Sedang turun hujan.”

2. Direktif Bentuk tutur yang dimaksudkan penuturnya untuk membuat pengaruh agar si petutur melakukan tindakan. Contoh:

窓を閉めるように。 Mado o shimeruyouni. “Tutup jendelanya”

(34)

18

3. Komisif Bentuk tutur yangberfungsi untuk menyatakan janji atau penawaran. Contoh:

明日に資料を出します。

Ashita ni shiryou wo dasimasu. “Kumpulkan data itu besok.”

4. Ekspresif Bentuk tuturan yang berfungsi untuk menyatakan atau menunjukkan sikap psikologis penutur terhadap suatu keadaan. Contoh :

結婚はおめでとうございます。

Kekkon wa omedetou gozaimasu. “Selamat atas pernikahannya.”

5. Deklaratif Bentuk tutur yang menghubungkan isi tuturan dengan kenyataanya. Contoh :

あなたを議長に任命します。 Anata o gichou ni ninmeishimasu. “Anda diangkat sebagai pimpinan sidang.”

B. Pengertian Tindak Tutur Ekspresif

Menurut Yule (2006: 93) tuturan ekspresif adalah jenis tindak tutur yang menyatakan sesuatu yang dirasakan oleh penutur. Tindak tutur mencerminkan pernyataan-pernyataan psikologis dan dapat berupa pernyataan kegembiraan, kesulitan, kesukaan, kebencian, kesenangan, atau kesengsaraan. Tuturan ekspresif antara lain untuk berterimakasih, untuk mengungkapkan rasa simpati, mengungkapkan sikap mengeluh, ucapan selamat, untuk mengucapkan salam/

menyapa, mengungkapkan harapan, mengungkapkan permintaan maaf,

(35)

kebahagiaan. Dapat dilihat pada contoh yang ditulis oleh Yule (2006:93) berikut ini.

(1) I‟m really sorry. (sungguh, saya minta maaf) (2) Congratulation! (Selamat)

C. Penanda Lingual Tuturan Ekspresif

Menurut Iori (2001: 206-281) ungkapan untuk menyatakan perasaan pembicara dikelompokkan menjadi 6, yaitu:

1. Mengemukakan anggapan (判断)

a. Untuk menghindari kepastian yang ditunjukkan dengan ~darou, ~mai, ~to

omou, ~no dewanaika, dan sebagainya. Contoh:

たぶん、今日雨が降るだろう。 Tabun, kyou ame ga furudarou.

“Mungkin akan turun hujan hari ini”

b. Mengungkapkan keyakinan pembicara terhadap suatu hal atau perkara.

Ditunjukkan dengan ~hazu da, ~ni chigainai, ~hazu ga nai, ~wake ga nai.

Contoh:

かばんに資料があったはずだ。 Kaban ni shiryou ga atta hazuda. “Saya yakin datanya ada didalam tas.”

c. Menyatakan kemungkinan yang dipikirkan pembicara ditunjukkan dengan

~kamoshirenai, ~osore ga aru (kekhawatiran). Contoh:

明日はスラバヤへ行くかもしれない。 Ashita ha surabaya e ikukamoshirenai. “Mungkin saya besok akan pergi ke surabaya.”

(36)

20

pembicara ditunjukkan dengan ~souda, ~to iu, ~to iu koto da.

Contoh: 今日のコンサートは史上最高の人出だったそうだ。 Kyou no konsaato wa shijou saikou no hitode dattasouda.

“Sepertinya konser hari ini pengunjungnya paling banyak sepanjang sejarah.”

2. Menyatakan kewajiban, saran atau anjuran, ijin, larangan, dan lain-lain.

Ditunjukkan dengan ~beki, ~mono da, ~koto da. Ungkapan lain: ~zaru o

enai, ~naiwake ni ha ikanai, ~hitsuyou ga aru; ~to ii, ~ba ii, ~tara ii,

~hougamashi, ~mademonai hitsuyou wa nai. Contoh:

食事のとき喋るべきではない。 Shokuji no toki shaberudekinai. “Seharusnya tidak berbicara saat makan.”

3. Menyatakan kemauan ditunjukkan dengan ikoukei (意向形)

“bentuk ikuo” [shiyou] , bentuk ru [suru, shinai], bentuk ikou + to suru, t

sumori da, koto ni suru. Contoh :

彼は先生にしようとしている。 Kare wa sensei ni shiyou to shiteiru.

“Dia berkemauan untuk menjadi guru.”

4. Menyatakan kekaguman, seruan kagum, menekankan emosi / perasaan,

dan lain-lain. Ditunjukkan dengan nanto~, donnani/nani+ 助数詞 じょう

し ~、to wa, nante/nanto, mono da, koto/no da, te shikata ga nai, ~te

tamaranai, kagirida, dsb. Contoh :

なんときれいな景色!

Nanto kireina keshiki! “Betapa indahnya pemandangan itu.”

5. Menyatakan kecurigaan, menyatakan konfirmasi:

(37)

A: 田中さんの息子さんが大学に合格されたそうですよ。

Tanaka-san no musuko-san ga daigaku ni goukakusareta soudesuyo

“Dengar-dengar anaknya Pak Tanaka lulus perguruan tinggi lho.” B: そうですか?

Soudesuka? “Benarkah?”

b. ungkapan untuk membangkitkan pengetahuan pendengar : ~darou,

~dewanaika, ~ne. Contoh :

彼はどうして 学校へいかないだろうか? Kare wa doushite gakkou wo ikanai darouka? “kenapa sih dia tidak berangkat sekolah ?”

c. mengungkapkan ketidakpastian : ka; kana, kashira; darouka; no

dewanaika. Contoh :

今日は雤がやむかな。

Kyou wa ame ga yamu kana. “Hari ini hujannya berhenti gak ya..”

6. Partikel akhir yo, ne, yone, naa, wa, zo, kke, no. Contoh :

この車、すごいなあ。 Kono kuruma, sugoi naa “Mobil ini bagus ya.”

Jenis-Jenis Kandoushi Terada Takanao (dalam Sudjianto, 2004:110)

mengatakan bahwa kandoushi dibagi menjadi empat golongan, yakni kandou,

yobikake, ootoo, dan aisatsugo. Adapun penjelasan dari jenis-jenis kandoushi

tersebut, antara lain :

1. Kandou (感動)

Kandou adalah interjeksi yang mengungkapkan impresi atau emosi, misalnya rasa senang, marah, rasa sedih, rasa kaget/terkejut, rasa takut, rasa khawatir, rasa kecewa, dan sebagainya. Kata-kata yang termasuk dalam kelompok

(38)

22

kandou antara lain maa, oo, e, ee, yaa, sora, hora, hahaa, yareyare, nani, ara, are,

aa, dan sebagainya. Contoh :

A:これのケーキは私が作ったんですよ。 Kore no keeki wa watashi ga tsukuttandesuyo “Kue ini saya yang membuatnya sendiri.”

B:えっ、ほんとうですか?

E, hontou desuka? Hah? benarkah?‟

2. Yobikake (呼びかけ)

Yobikake adalah kata-kata yang menyatakan panggilan, ajakan, atau imbauan, dapat diucapkan pula sebagai peringatan terhadap orang lain. Kata-kata

yang termasuk dalam kelompok ini ialah oo, oi, saa, moshi-moshi, yai, yaa, sore,

dan sebagainya. Contoh :

Tohru:おい そこの, 暇してんならちいと付き合いや

Oi sokono, himashitennara chiito ikiaiya “Oi kau yang disana, kalau nganggur ikut aku sebentar.”

Ohana:そこのって 私のことなんですか。

Sokonotte watashi no kotonandesu ka? “Kau yang disana, maksudmu aku?”

2. Ootoo(おおとお)

Ootoo di sini bukan hanya kata yang menyatakan jawaban, tetapi termasuk

juga tanggapan atau reaksi terhadap pendapat atau tuturan orang lain. Kata-kata

yang termasuk jenis ini adalah oo, ee, iya, iie, hai, un, soo, dan

(39)

Ren :民子, 倉庫から鬼おろしを取って来い。 Minko, souko kara onioroshi wo totteko koi. “Minko, ambilkan parutan dari gudang.‟

Minko:はい。 Hai.

“Baik.”

4. Aisatsugo (あいさつご)

Aisatsugo atau ungkapan persalaman di dalam bahasa Jepang diantaranya konnichiwa, ohayou, sayounara, oyasuminasai, arigatou, konbanwa,dan sebagainya. Contoh:

Ohana:おはようともえ姉さん。 Ohayou Tomoe nee-san. “Selamat pagi kak Tomoe.”

Dalam penelitian ini, teori penanda leksikal utama yang digunakan adalah teori dari Iori, karena pembahasan yang disajikan lebih lengkap dan mencakup keseluruhan data yang telah ditemukan. Selanjutnya teori lain yang ditulis digunakan sebagai teori pendukung.

2.2.4 Prinsip Sopan Santun

Leech (2011: 206-219) menyebutkan enam buah prinsip sopan santun yang penulis gunakan dalam penelitian ini. Maksim dari prinsip kesantunan tersebut cenderung terbagi secara berpasangan sebagai berikut:

1. Maksim Kebijaksanaan (駆引公理)

a. Buatlah kerugian orang lain sekecil mungkin.

b. Buatlah keuntungan orang lain sebesar mungkin.

(40)

24

Maksim kebijaksanaan menuntut peserta tutur untuk meminimalkan kerugian pada orang lain dan memaksimalkan kerugian pada diri sendiri. Maksim kebijaksanaan memberikan pilihan kepada petutur untuk menerima atau menolak tawaran penutur. Dalam penggunaannya, maksim ini terkadang membuat petutur merasa tidak enak karena merugikan penutur dengan menolak tawarannya, karena itu penutur dalam tuturannya berusaha untuk mengurangi kemungkinan petutur untuk menolak tawarannya. Sehingga maksim ini erat kaitannya dengan tindak tutur ilokusi yang mengatakan keinginannya dengan mengatakan hal lain. Kalimat yang digunakan oleh penutur semakin tidak langsung, akan dinilai semakin sopan. Begitu pula dengan keuntungan yang diberikan oleh penutur, semakin menguntungkan petutur, maka kalimat tersebut dinilai semakin sopan. Berikut contoh maksim kebijaksanaan :

[1] Let me carry those cases for you. (Leech, 1993 : 173)

Kalimat di atas memberikan keuntungan kepada petutur dengan membantu penutur untuk membawakan koper-kopernya. Kalimat tersebut juga mengurangi kemungkinan petutur untuk menolak bantuan yang ditawarkannya. Sehingga kalimat tersebut memenuhi maksim kebijaksanaan.

2. Maksim Kedermawanan (寛容公理)

a. Buatlah keuntungan diri sendiri sekecil mungkin

b. Buatlah kerugian diri sendiri sebesar mungkin

(41)

Maksim kedermawanan terpenuhi jika penutur mengatakan suatu hal yang menguntungkan bagi petutur dan menyiratkan kerugian bagi penutur. Jadi berbeda dengan maksim kebijaksanaan, maksim kedermawanan menyiratkan kerugian penutur demi membantu petutur, sehingga ada pengorbanan yang dilakukan oleh penutur untuk petutur.

Misalnya pada kalimat di bawah ini :

[2] You can lend me your car.

[3] I can lend you my car. (Leech, 1993 : 209) Pada kalimat [3] penutur menawarkan petutur untuk meminjam mobilnya. Pengorbanan yang dilakukan penutur dalam contoh pada nomer [3] adalah fasilitas yang menunjang kenyamanan petutur dalam bepergian. Menggunakan mobil, penutur bisa berpergian dengan mudah dan nyaman, tetapi fasilitas tersebut dikorbankan penutur demi memberikan kenyamanan kepada petutur. Oleh karena itu, kalimat [3] memenuhi maksim kedermawanan. Sedangkann kalimat [2] dikatakan melanggar maksim kedermawanan, karena pada contoh kalimat tersebut penutur merugikan petutur. Pengorbanan-pengorbanan yang seharusnya dilakukan oleh penutur malah dilakukan oleh petutur.

3. Maksim Pujian(是認公理)

a. Kecamlah orang lain sesedikit mungkin

b. Pujilah orang lain sebanyak mungkin (Leech, 1993:207)

(42)

26

Maksim pujian mewajibkan penutur untuk mengatakan pujian terhadap petutur dan mengurangi cacian terhadap petutur. Baik dari aspek positif maupun negatif , maksim pujian mempunyai fungsinya masing-masing. Namun aspek negatif mempunyai peranan yang lebih penting yaitu, ‘jangan mengatakan hal-hal yang tidak menyenangkan mengenai orang lain, terutama mengenai petutur’. Dengan mengatakan hal yang tidak menyenangkan mengenai petutur tentu saja dapat menyakiti petutur dan secara tidak langsung menimbulkan kerugian bagi petutur. Sehingga dalam pemenuhannya menuntut penutur untuk memberikan pujian terhadap petutur. misalnya terdapat pada kalimat di bawah ini :

[4] What a marvelous meal you cooked ! Masakanmu enak sekali

[5] What an owful meal you cooked ! Masakanmu sama sekali tidak enak

(Leech, 1993: 212) Pada contoh di atas [4] memenuhi maksim pujian karena penutur memuji petutur dengan mengatakan bahwa masakan petutur enak. Sedangkan pada contoh [5] merupakan pelanggaran maksim pujian karena penutur mengatakan bahwa masakan petutur tidak enak, hal tersebut merupakan kecaman.

4. Maksim Kerendahan Hati(謙譲公理)

a. Pujilah diri sendiri sesedikit mungkin

b. Kecamlah diri sendiri sebanyak mungkin

Maksim kerendahan hati menuntut setiap peserta tutur untuk mengurangi pujian terhadap diri sendiri dan bahkan merendahkan diri dengan mencaci diri sendiri.

(43)

Menunjukkan pujian merupakan hal yang sopan, tetapi tidak demikian apabila pujian ditujukkan pada diri sendiri karena akan menimbulkan kesan arogan. Maksim kerendahan hati akan terpenuhi jika penutur merendahkan diri sendiri, tetapi tidak berlebihan karena akan menimbulkan kesan membual . Maksim kerendahan hati terdapat pada contoh berikut:

[6] How stupid of me! Bodoh sekali saya!

[7] How clever of me! Pandai sekali saya!

(Leech, 1993 : 214)

Kalimat [6] memenuhi maksim kerendahan hati karena penutur secara sengaja mencaci dirinya dengan mengatakan bahwa saya bodoh untuk merendahkan dirinya sendiri. Sedangkan kalimat [7] tidak memenuhi maksim kerendahan hati karena penutur tidak merendahkan diri dengan memuji dirinya sendiri sehingga mengimplikasikan kesan arogan.

5. Maksim Mufakat(同意公理)

a. Usahakan agar ketaksepakatan antara diri dan lain terjadi sesedikit

mungkin

b. Usahakan agar kesepakatan diri dengan lain terjadi sebanyak mungkin

Maksim Pemufakatan menuntut penutur untuk mengurangi ketidaksesuaian terhadap petutur dengan menambahkan kesesuaiannya. Dalam penggunaanya, Seseorang akan dianggap tidak sopan jika menolak sesuatu secara tegas atau jelas. Sehingga akan lebih sopan jika seseorang tidak mengatakan iya atau tidak secara

(44)

28

jelas. Penambahan kesesuaian tersebut bisa dilakukan dengan menyetujui sebagian pernyataan mitra tutur atau menyatakan penyesalan, dan lain-lain.

[8] A: A referendum will satisfy everybody Sebuah referendum akan memuaskan semua orang B: Yes, definitely

Ya, pasti

(Leech, 1993 : 217) Pada kalimat [8] A mengatakan bahwa sebuah referendum akan memuaskan semua orang, kemudian B menyetujui pernyataan . contoh di atas merupakan pematuhan maksim mufakat karena terjadi persetujuan antara A dan B.

[9] A: English is a difficult language to learn Bahasa inggris adalah bahasa yang sulit dipelajari

B: True, but the grammar is quite easy Betul, tetapi tata bahasanya cukup mudah.

(Leech, 1993: 218)

Pada kalimat [9] A mengatakan bahwa bahasa inggris adalah bahasa yang sulit dipelajari. B sebenarnya tidak setuju dengan pendapat A tersebut, ketidaksesuaian tersebut tersamarkan dengan pernyataannya bahwa bahasa inggris memang bahasa yang sulit untuk dipelajari, tetapi tata bahasanya cukup mudah untuk dipelajari. B mencoba mengurangi ketidaksesuaian pendapatnya dengan menyetujui pendapat A terlebih dulu, kemudian mengutarakan pendapatnya. Ketaksepakatan sebagian seperti contoh di atas lebih sopan daripada ketaksepakatan sepenuhnya.

(45)

a. Kurangilah rasa antipati antara diri dengan lain hingga sekecil mungkin

b. Tingkatkan rasa simpati sebanyak-banyaknya antara diri dan lain.

Maksim Simpati menuntut penutur untuk mengurangi antipati antara diri sendiri dengan orang lain, dan memperbesar simpati antara diri sendiri dengan orang lain. Maksim Simpati dapat dipenuhi dengan mengatakan kalimat yang menghibur atau pun ucapan selamat kepada petutur. Mengucapkan selamat dan belasungkawa merupakan tindakan dari sopan santun dan hormat kepada petutur. Hal tersebut dapat dilihat pada kalimat berikut:

[10] I’m terribly sorry to hear that your cat died Saya sangat menyesal mendengar bahwa kucingmu mati

(Leech, 1993 : 218)

Pada kalimat [10] penutur menyatakan simpati terhadap seseorang yang sedih karena kematian kucingnya. Kalimat tersebut menyatakan bahwa penutur ikut sedih atas kematian kucing petutur. Pelanggaran maksim simpati terjadi jika penutur tidak mengungkapkan kesedihannya tetapi kesenangan atas kematian kucing tersebut. Hal tersebut menunjukkan antipati terhadap petutur.

2.2.5 Sinopsis Hanasaku Iroha

Hanasaku Iroha adalah anime karya Mari Okada dan Mel Khisida yang diadaptasi dari komik dengan judul yang sama. Anime ini memiliki genre fiksi

coming of age, komedi romantis, penggalan kehidupan. Anime Hanasaku Iroha

(46)

30

Hanasaku Iroha bercerita tentang seorang gadis SMA yang terpaksa

pindah kerumah neneknya, dikarenakan suatu masalah. Ketika perjalanan menuju rumah neneknya, dia berfikir akan menemui nenek yang sangat baik hati, karena selama ini belum pernah sekalipun dia bertemu dengan neneknya dikarenakan hubungan antara ibu dan neneknya yang berjalan tidak baik.

Sesampainya dirumah neneknya, Ohana langsung disuruh untuk bekerja, bahkan dia tak boleh memanggil neneknya dengan sebutan nenek, tetapi harus menyebutnya dengan pemilik penginapan. Awal mula berada di pengginapan kissui, banyak yang merasa tergganggu dengan sikap Ohana yang cenderung bersemangat dan terkadang ceroboh. Salah satu orang yang awalnya yang tidak bisa menerima Ohana adalah Minko, dia adalah pembantu koki dipenginapan kissui.

Namun seiring berjalannya waktu semuanya berjalan dengan baik, semua orang sudah bisa menerima Ohana. Namun ada beberapa masalah yang dialami oleh penginapan Kissui, karena Kissui adalah penginapan tua, sudah tak banyak orang yang mengunjunginya. Akibatnya penginapan tersebut diambang kebangkrutan. Segala usaha dilakukan, termasuk bekerjasama dengan sutradara untuk membuat film yang bertemakan penginapan, dengan latar setting tempat dipenginpan kissui. Namun semuanya tidak berjalan dengan baik, karena sutradara tersebut adalahh seorang penipu.

Suatu hari pemilik penginapan memutuskan untuk menutup

(47)

menentang keputusan pemilik penginapan tersebut lantaran semuanya merasa penginapan kissui sudah melekat pada mereka. Lalu semua pun menggunakan segala cara untuk menarik pengunjung agar penginapan tidak baangkrut, tetapi keputusan pemilik sudah bulat dan penginapan kissui pun ditutup.

(48)

32

BAB III

PEMAPARAN HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada penelitian ini penulis menemukan 20 data yang merupakan tindak tutur ekspresif yang melanggar prinsip sopan santun. Data yang dijadikan sampel dianalisis sesuai dengan teori-teori yang telah dibahas pada bab II. Subbab pertama membahas mengenai realisasi penggunaan tuturan ekspresif dan subbab kedua membahas pelanggaran prinsip sopan santun tersebut.

3.1 Pelanggaran Prinsip Sopan Santun Tindak Tutur Ekspresif pada Anime Hanasaku Iroha

Subbab ini membahas tentang realisasi tindak tutur ekspresif dalam anime

Hanasaku Iroha. Jumlah data tuturan ekspresif yang ditemukan pada anime

Hanasaku Iroha sebanyak 20 data. Terdiri atas 10 data yang mengandung makna

mengkritik, 8 data mengandung makna menyindir, 1 data mengandung makna menolak dan 1 data mengandung makna menyalahkan. Dalam pengumpulan data, penulis sudah melakukan batasan yaitu tindak tutur ekspresif yang melanggar prinsip sopan santun.

Prinsip kesantunan yang dikemukakan oleh Leech dimaksudkan untuk mengurangi tingkat ancaman dan kerugian pada petutur, tersebut dilakukan agar komunikasi yang terjalin menjadi harmonis sehingga penutur dan petutur dapat saling bekerja sama. Pelanggaran maksim pujian sebanyak 18 data dan pelanggaran maksim mufakat 2 data

(49)

3.I.I Pelanggaran Prinsip Sopan Santun Tindak Tutur Ekspresif Makna Mengkritik

Mengkritik adalah mengemukakan kritik atau mengecam kadang-kadang disertai uraian dan pertimbangan baik buruk terhadap suatu hal (KBBI, 2005:601). Tindak tutur mengkritik adalah tindak tutur yang disampaikan oleh penutur untuk mengemukakan kritiknya terhadap sesuatu hal yang telah dilakukan oleh petutur. Tindak tutur ekspresif dengan makna mengkritik ditemukan sebanyak sebelas data data. Sampel tindak tutur ekspresif dengan makna mengkritik dapat dilihat dari data berikut ini.

Data 1 Konteks:

Peristiwa terjadi pada pagi hari di kamar mandi. Ohana meminta maaf pada Minko dan berkata bahwa ada yang aneh dengan ucapan pemilik penginapan. Minko tidak setuju kemudian marah dan mengkritik Ohana.

Ohana: 信じられないよね 女将さん

Shinjirarenai yone kami san

‘Pemilik penginapan benar-benar sulit dipercaya, kan’

あの人の言ってること なんだかおかしっ

Ano hito no itteru koto nanda okashi ts

‘Jelas ada yang salah dengan perkataan…’

Minko: 信じられないのはあんたよ

Shinjirarenai noha anta yo

‘Kau ini yang tidak bisa dipercaya’

あんた 旅館のこと 仕事なんだと思ってんの

Anta ryokan no koto shigoto nanda to omottenno

‘Apa kau bahkan berpikir tentang kerja di penginapan ?’

(50)

34

Anta/ ryokan /no/koto /shigoto/ nanda /to /omotten /no

Kamu/ penginapan/ par/ hal/kerja/apa/ par/ berfikir/ PA ‘Apa kau bahkan berfikir tentang kerja di penginapan ?’

Data (1) di atas merupakan tindak tutur mengkritik. Dituturkan oleh Minko kepada Ohana. Tururan tersebut disampaikan Minko ketika Ohana mengatakan bahwa sikap yang di tunjukkan oleh pemilik penginapan merupakan hal yang aneh. Tidak lokusi pada data (1) Minko menanyakan pendapat Ohana tentang kerja di penginapan. Namun hal tersebut bukan pertanyaan yang benar-benar menanyakan pendapat Ohana tentang kerja di penginapan, karena dalam situasi tersebut Minko sangat marah dengan Ohana dan menggunakan penekanan intonasi dalanm tuturannya. Jadi tuturan tersebut mengandung tindak ilokusi dengan makna mengkritik petutur. Tuturan diawali dengan tanggapan Minko yang

tidak setuju terhadap pendapat Ohana yang terdapat pada tuturan Shinjirarenai

noha anta yo yang memiliki arti ‘Kau ini yang tidak dipercaya’. Selanjutnya

penutur semakin mempertegas pernyataanya dengan mengkritik petutur. Penanda

lingual yang digunakan adalah nanda yang berfungsi sebagai penekanan emosi

yang digunakan untuk merendahkan petutur . Kemudian ~To omotte yang

berasal dari kata kerja bantu ~to omou digunakan untuk menjelaskan pemikiran

atau pendapat penutur, yang diikuti dengan ~n yang berfungsi untuk memberikan

penekanan emosi. Tuturan Minko diakhiri dengan partikel akhir no yang biasanya

digunakan sebagai kalimat tanya. Jadi pada tuturan mengkritik di atas, Minko menuntut Ohana untuk mengutarakan pendapat nya tentang kerja di penginapan. Padahal sebenarnya Ohana tidak pernah bekerja di penginapan. Penutur

(51)

mempunyai tujuan agar petutur memikirkan kembali tuturannya dan menyadari kesalahannya. Bahwa penutur tidak pernah bekerja di penginapan sehingga tidak mempunyai pengetahuan apapun tentang bekerja di penginapan. Jadi tidak sepantasnya mengatakan bahwa apa yang di ucapkan oleh pemilik penginapan tersebut merupakan suatu hal yang aneh.

Pada tuturan di atas terdapat pelanggaran prinsip sopan santun maksim pujian. Dimana maksim pujian berpusat pada orang lain, maksim pujian menuntut setiap peserta untuk memaksimalkan pujian pada orang lain dan meminimalkan

pujian pada diri sendiri. Pelanggaran maksim pujian terdapat pada tuturan Anta

ryokan no koto shigoto nanda to omottenno yang memiliki arti ‘Apa kau bahkan

berpikir tentang kerja di penginapan?’. Penutur sengaja menyudutkan petutur dengan menanyakan sesuatu hal yang tidak diketahui oleh petutur . Pada tuturan diatas Minko memaksimalkan cacian pada Ohana dengan cara menyudutkan Ohana.

Data 2 Konteks:

Tuturan terjadi antara Takako dan Enishi di ruang pegawai. Mereka panik dan berusaha menghubungi sutradara. Takako kesal dan meninggalkan ruangan. Enishi mencegahnya. Takako tetap pergi dan mengucapkan kritikan.

Enishi:あんなに一緒に考えて 二人で話し合ったじゃないですか

Anna ni isshou ni kanggaete futari de hanashi atta janai desuka ‘Kita berdua bisa berdiskusi, memikirkan jalan keluarnya’

そうだ あの時も… Souda ano toki mo … ‘Pada waktu itu juga’

(52)

36

Takako: 愚痴は… 愚痴を 愚痴! 愚痴!

愚痴はあのご自慢のお姉さまにでも お話になったらいかが です?

Guchi ha ….guchi wo guchi ! Guchi ! guchi ha ano go jiman no oanesama ni demo ohanashi ni nattara ikaga

desuka?

‘Mengeluh …mengeluh! Mengeluh !Mengeluh!’ ‘Bagaimana kalau kau sampaikan keluhanmu pada kakak kebanggaanmu

itu ?’

(HI Eps 17, 13:50.11) Guchi/ha…./guchi/wo/guchi/!/Guchi/!/guchi/ha/ano/

Mengeluh/par/…/ mengeluh/ par/ mengeluh/tanda seru/ mengeluh/ par/ K.tunjuk/ go/jiman/no/o/ane/sama/ni prefiks/Kebanggaan/par/prefiks/kakakPr/nyonya/par/ Demo/hanashi/ni/nattara/ikaga/desuka/? Tetapi/bicara/par/jadi/Mo/bagaimana/PA ‘Mengeluh…Mengeluh!Mengeluh! Mengeluh ! Bagaimana kalau kau sampaikan keluhanmu pada kakak kebanggaanmu itu?

Data (2) di atas merupakan tindak tutur mengkritik. Dituturkan oleh Takako kepada Enishi. Tidak lokusi pada data (2) menyatakan ungkapan kesal penutur terhadap tingkah laku petutur yang kerap kali mengeluh. Tuturan di atas merupakan tindak ilokusi dengan makna mengkritik. Penanda lingual yang

digunakan adalah kata kerja guchi. Dalam kamus Jepang Indonesia yang ditulis

oleh Matsuura (1994:227) guchi memiliki arti keluhan. Penutur mengucapkan

kata guchi berungkali digunakan untuk menekankan emosi penutur. Kata kerja go

jiman, dalam kamus Jepang Indonesia yang ditulis oleh Matsuura (1994:362)

memiliki arti kebanggaan, penutur memberikan tambahan go, karena merujuk

pada orang yang lebih tua yaitu kakak perempuan petutur. Tuturan di atas diakhiri

dengan kata kerja bantu ikaga desuka yang biasanya digunakan untuk meminta

pertimbangan. Pada tuturan di atas Takako menuntut Enishi untuk meminta pertimbangan kepada kakak perempuannya, yang di elu-elu kan sebagai

(53)

kebanggaan keluarganya. Takako melakukan hal tersebut lantaran merasa kesal dengan sikap Enishi yang selalu mengantungkan diri padanya. Dalam konteks di atas, Takako mengkritik Enishi yang kerap mengeluh, dengan tujuan agar Enishi berhenti melakukannya dan tidak bergantung kepadanya dalam menyelesaikan masalah.

Tuturan di atas merupakan kesantunan berbahasa yang melanggar prinsip sopan santun maksim pujian. Pelanggaran prinsip sopan santun terdapat pada kata

kerja guchi yang memiliki arti ‘mengeluh’ yang dituturkan berulang kali. Maksim

pujian menuntut setiap peserta penuturan untuk memaksimalkan pujian pada orang lain. Pada tuturan di atas Takako secara tidak langsung merendahkan Enishi dan mengatakan bahwa Enishi sering sekali mengeluh.

Data 3 Konteks:

Peristiwa terjadi pada pagi hari. Tuturan terjadi antara Sui, Ohana dan Minko di ruangan Sui. Ohana menjemur kasur Minko kemudian jatuh dan menimpa tamu. Sui marah lalu menegur Ohana dan Minko.

Sui: あんたの布団を干すために こいつはお客様に失礼したんだとさ

Anta no futon wo hasu tame ni ko itsu ha okyaku sama ni sitsureishitan da

toki

‘anak itu menjemur kasurmu dan jatuh menimpa tamu’

自分の身の回りくらい自分で手入れできなくてどうする

Jibun no mi no mawari kurai jibun de teire dekinakute dousuru

‘kau seharusnya sudah cukup besar untuk mengurus kebutuhanmu’ Minko: すいません

Sumimasen

‘Maaf’

(54)

38

Jibun/no/mi/no/mawari/kurai/jibun/de/teire/dekinakute/dousuru Dirisendiri/par/diri/par/sekitar/cukup/dirisendiri/par/mengurus/ tidakbisa/KKB

‘kau seharusnya sudah cukup besar untuk mengurus kebutuhanmu’

Data (3) di atas merupakan tindak tutur mengkritik. Dituturkan oleh Sui kepada Minko. Tidak lokusi pada data (3) mempertanyakan sikap Minko yang tidak bisa mengurus kebutuhan pribadinya. Ketika mengungkapkan tuturan tersebut Sui dalam situasi sangat marah dan menggunakan penekanan intonasi dalam tuturannya. Tuturan di atas merupakan tindak ilokusi dengan makna

mengkritik. Penanda lingual yang digunakan adalah prefiks kurai yang berfungsi

untuk menerangkan tingkatan, derajat atau taraf. Pada tuturan di atas memberikan penekanan emosi pada tuturan Sui yang menyatakan bahwa seharusnya Minko sudah berada pada tahap dimana dia bisa mengurus keperluan pribadinya sendiri.

Kemudian kata kerja teire dalam kamus Jepang Indonesia yang ditulis oleh

Matsuura (1994:1061) memiliki arti ‘mengurus’. Diakhiri dengan kata kerja

bantu dousuru yang biasanya berfungsi untuk membangkitkan pengetahuan

petutur, sehingga memikirkan kembali apa yang telah diungkapkan oleh penutur. Dalam konteks di atas, Sui bermaksud untuk mengingatkan Minko bahwa tindakan yang dilakukan oleh Minko tersebut salah. Sui berharap Minko memikirkan kembali apa tuturannya dan menjadikannya sebagai bahan pertimbangan agar Minko menjadi lebih baik.

Tuturan di atas merupakan kesantunan berbahasa yang melanggar prinsip sopan santun maksim pujian. Pelanggaran prinsip sopan santun terdapat pada

tuturan Jibun no mi no mawari kurai jibun de teire dekinakute dousuru yang

(55)

Maksim pujian menuntut setiap peserta penuturan untuk memaksimalkan pujian pada orang lain. Pada tuturan di atas Sui secara tidak langsung merendahkan Minko yang tidak bisa mengurus kebutuhan pribadinya. Tindakan tersebut dapat membuat kerugian pada Ohana.

Data 4 Konteks:

Tuturan terjadi di depan penginapan Kissui, semua pegawai berada di depan karena Ohana dan Takako akan berangkat ke Tokyo. Tuturan terjadi antara Tomoe dan Jiroma. Jiroma mengungkapakan rasa simpatinya pada Ohana yang sedang berada dalam kondisi yang kesulitan.

Jiroma: お早いお帰りよ 緒花ちゃんも大変だな

Ohayai okaeri yo Ohana chan mo taihen dane ‘Cepatlah pulang , Ohana dalam kesulitan juga ya’

Tomoe: 人のことより 自分の身の振り方を考えたら

Hito no koto yori jibun no mi no furikata wo kanggaetara ‘Daripada kau memikirkan orang lain, lebih baik kau memikirkan dirimu Sendiri’

(HI Eps 23 ,00:07:12.57)

Hito/no/koto/yori/jibun/no/mi/no/furikata/wo/kanggae/tara

Orang/par/hal/daripada/dirisendiri/par/diri/langkah/par/memikirkan/Mo ‘Daripada kau memikirkan orang lain, lebih baik kau memikirkan dirimu Sendiri’

Data (4) di atas merupakan tindak tutur mengkritik. Dituturkan oleh Tomoe kepada Jiroma. Tururan tersebut disampaikan Tomoe kepada Jiroma yang mengkhawatirkan Ohana yang pergi ke Tokyo untuk menyelesaikan masalalahnya. Tidak lokusi pada data (4) Tomoe menyarankan agar Jiroma memikirkan dirinya daripada memikirkan orang lain. Jadi tuturan tersebut mengandung tindak ilokusi

(56)

40

dengan makna mengkritik. Penanda lingual yang digunakan dalam tuturan di atas

adalah~yori. Yori digunakan untuk menyatakan perbandingan. Pada tuturan di

atas Tomoe membandingkan masalah yang tengah dihadapi Ohana dan masalah Jiroma , menurut Tomoe masalah yang tengah dihadapi Jiroma lebih mendesak

bagi Jiroma. Tuturan diakhiri dengan penggunaan kata kerja bantu ~tara

digunakan untuk menyatakan tawaran . Pada tuturan tersebut Tomoe memberikan tawaran agar Jiroma lebih memprioritaskan masalah yang tengah di hadapi nya daripada memikirkan Ohana.

Pada tuturan di atas terdapat pelanggaran prinsip sopan santun maksim mufakat. Dimana pada maksim mufakat menggariskan setiap penutur dan lawan tutur untuk memaksimalkan kecocokan di antara mereka dan meminimalkan ketidakcocokan di antara mereka. Pelanggaran maksim mufakat terdapat pada

tuturan hito no koto yori jibun no mi no furikata wo kanggaetara yang memiliki

arti ‘daripada kau memikirkan orang lain, lebih baik kau memikirkan dirimu Sendiri’. Pada tuturan di atas Tomoe tidak sependapat dengan Jiroma yang mengkhawatirkan Ohana.

Data 5 Konteks:

Sui dan pegawainya bekumpul di satu ruangan. Mereka saling bercerita mengenai Satsuki. Enishi datang dan mengatakan bahwa Takako akan datang. Sui marah kemudian menampar Enishi.

Enishi : いや 助かったよ Iya tasukattayo

(57)

‘kita terbantu kok’

崇子さんさえいてくれれば 姉さんにもなんとか対抗…

Takakosan saeite kurereba anesan nimo nanto ka taikou …

‘Asalkan ada takako, kita bisa mengatasi kakak’

Sui : こんな時にまでよそ様に頼って Konna toki ni made yososama ni tanotte ‘Saat seperti ini kau masih meminta bantuan orang lain’

これは喜翠荘 だけじゃないうちの 四 十万の問題

kore ha kissui dakejanai uchi no shijima kata no mondai ‘Ini bukan hanya kissui, tapi masalah keluarga shijima’

( HI Eps 13, 00:09:54.19) Konna/toki/ni/made/ yoso/sama/ni/ tano/tte

Ini/saat/par/sampai/lain/nyonya/par/bantuan/

‘Saat seperti ini kau masih meminta bantuan orang lain’

Kore/ha/kissui/dake/janai/uchi/no/shijima/kata/no/mondai Ini/par/kissui/hanya/tidak/dalam/par/shijima/orang/par/masalah

‘Ini bukan hanya kissui, tapi masalah keluarga shijima’

Data (5) di atas merupakan tindak tutur mengkritik. Dituturkan oleh Satsuki kepada Enishi. Tururan tersebut disampaikan Sui kepada Enishi yang telah menelpon Takako untuk membantu menyelasaikan permasalahan di Kissui. Tidak lokusi pada data (5) Sui mempertanyakan sikap Enishi yang menelpon Takako untuk menyelesaikan masalah di Kissui. Dalam situasi tersebut Sui sangat marah dan kesal dengan Enishi dan memberikan penekanan intonasi dalanm tuturannya. Tuturan di atas merupakan tindak ilokusi yang bermakna mengkritik. Jadi tuturan tersebut mengandung tindak ilokusi dengan makna mengkritik petutur.

Tindak ilokusi dengan makna mengkritik terdapat dalam tuturan konna toki ni

made. Konna toki ni made biasanya digunakan untuk menjadi batasan waktu yang

baru saja terjadi. Kata kerja bantu dakejanai, biasanya digunakan untuk

Gambar

Gambar 1. Bagan analisis pelanggaran prinsip sopan santun Leech                                               Bagan  di  atas  merupakan  hasil  analisis  pelanggaran  prinsip  sopan  santun

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dengan melihat pengaruh penambahan dopan Mn terhadap struktur kristal, pola difraksi dan konstanta. Unsur atom Massa (%) Atom (%)

Berdasarkan pemaparan hasil penelitian yang penulis lakukan di SMA Negeri 5 Pontianak maka dapat disimpulkan sebagai berikut: (1) Dari segi Perencanaan

Karena biaya yang kami tawarkan hanya 25% dari Teknologi Pangan IPB maka hampir semua industri pasteurisasi daging rajungan memilih jasa konsultasi dan validasi

Tepung jagung, susu skim, baking soda ditambahkan dalam campuran krim dan kuning telur kemudian dicampur dengan kecepatan rendah selama 5 menit sehingga dihasilkan adonan

Oleh karena perbedaan pembiayaan dan status kese- hatan (termasuk status gizi balita) antarkabupaten, penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan penda- patan daerah,

Dari hasil tabel diatas dapat dilihat bahwa secara keseluruhan pengelolaan sumber daya manusia pada sektor formal lebih baik dibandingkan dengan sektor informal, selain

Penelitian ini sejalan dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh (Chen & Chang, 2012) pada konsumen green product pengguna produk electronic di Taiwan , (Wu