• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Penerapan Activity Based Costing dan Target Costing dalam meningkatkan laba dengan Just in time sebagai variabel moderating (Studi PT Perkebunan Nusantara XIV Kab. Takalar).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Analisis Penerapan Activity Based Costing dan Target Costing dalam meningkatkan laba dengan Just in time sebagai variabel moderating (Studi PT Perkebunan Nusantara XIV Kab. Takalar)."

Copied!
138
0
0

Teks penuh

(1)

i

(Studi PT. Perkebunana Nusantara XIV Kabupaten Takalar)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam

UIN Alauddin Makassar

Oleh:

HUSNI ALFIANA 10800112074

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR 2017

(2)

ii

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI Mahasiswa yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Husni Alfiana

NIM : 10800112074

Tempat/Tgl. Lahir : Mamuju Utara/05 Mei 1994 Jurusan : Akuntansi

Fakultas : Ekonomi dan Bisnis Islam

Alamat : Samata-Gowa

Judul :. Analisis Penerapan Activity Based Costing Dan Target Costing Dalam Meningkatkan Laba Dengan Just-In Time Sebagai Variabel Moderating (Studi PT Perkebunan Nusantara XIV Kabupaten Takalar).

Menyatakan dengan sesungguhnya dan penuh kesadaran bahwa skripsi ini benar adalah hasil karya sendiri. Jika dikemudian hari terbukti bahwa ia merupakan duplikat, tiruan, plagiat, atau dibuat oleh orang lain, sebagian atau seluruhnya, maka skripsi dan gelar yang diperoleh karenanya batal demi hukum.

Makassar, Penyusun,

Husni Alfiana NIM: 10800112074

(3)
(4)

iv

KATA PENGANTAR

Puji Syukur dipanjatkan kepada Allah SWT atas nikmat sehat dan nikmat iman, serta solawat dan salam atas Nabi Muhammad SAW sebaik-baiknya idola untuk kita semua. Tiada apapun yang terjadi kecuali atas izin Allah SWT bahkan daun yang jatuh semua terjadi atas izin Allah, apatah lagi dalam hal skripsi ini berbagai cobaan dan rintangan sudah terlewati, itulah janji Allah setelah kesulitan ada kemudahan.

Skripsi ini yang disusun guna memenuhi salah satu syarat untuk menempuh ujian akhir Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar. Judul skripsi yang penulis susun adalah “Analisis Penerapan Activity Based Costing Dan Target Costing Dalam Meningkatkan Laba Dengan Just-In Time Sebagai Variabel Moderating (Studi PT Perkebunan Nusantara XIV Kabupaten Takalar)”.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini tidak lepas dari segala kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca sebagai bahan masukan sehingga dapat berguna baik bagi penulis maupun bagi pembaca pada umumnya. Mengingat keterbatasan kemampuan dan pengetahuan penulis serta kendala-kendala yang ada maka penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan selesai tanpa bantuan dan bimbingan berbagai pihak.

Untuk itu dalam bagian ini penulis ingin menyampaikan banyak terima kasih kepada pihak yang sudah memberikan bantuan, dukungan, semangat, bimbingan

(5)

vii

dan saran-saran, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Rasa terimakasih ini ingin penulis sampaikan terutama kepada:

1. Kedua Orang tuaku tercinta Saknah (mamak ku) dan A. Mur’ah (bapak ku) yang selalu memberikan moril dan materil untuk segera menyelesaikan skripsi ini. Terima Kasih atas segala semangat dan kasih sayang yang tak pernah pudar.

2. Bapak Prof. Dr. Musafir Pabbabari, M.Si, Selaku Rektor UIN Alauddin Makassar dan para Pembantu Rektor serta seluruh jajaran yang senang tiasa mencurahkan dedikasinya dengan penuh keikhlasan dalam rangka pengembangan mutu dan kualitas UIN Alauddin Makassar.

3. Bapak Prof. Dr. Ambo Asse, M.Ag selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Islam Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.

4. Bapak Jamaluddin Majid, S.E., M.si selaku Ketua Jurusan sekaligus

Pembimbing I, dan bapak Memen Suwandi, S.E., M.Si., selaku Sekertaris Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.

5. Kepada Ibu Puspita Hardianti Anwar, SE, M.si, AK, CA, CPAI. Selaku pembimbing II Jakillahu khiran khoiran jaza, terima kasih banyak atas segala-galanya, untuk waktu, tenaga, semangat, motifasi, bimbingan, yang dengan sabar dan penuh kelembutan. Terima kasih untuk waktu yang berharga yang ibu miliki tapi rela ibu bagi terima kasih banyak.

(6)

vii

6. Untuk Penguji Komprehensif Bapak A. Wawo, S.E., Ak. Memen Suwandi, S.E., M.Si. dan Dr. Syaharuddin, M.Si yang telah mengajarkan saya bahwa seseorang itu belajar bukan hanya untuk medapatkan nilai.

7. Seluruh Dosen, Staf Akademik, Staf Jurusan Akuntansi, Staf Perpustakaan, Pengajar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar yang telah memberikan penulis ilmu pengetahuan yang sangat berharga.

8. PT Perkebunan Nusantara XIV Kab. Takalar yang telah memberikan bantuan dan informasi kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini, terimakasih atas keramah-tamahannya kepada peneliti selama melakukan penelitian.

9. Keluarga tercinta, adik saya Nur hasanah, kakak saya Abdul Rozak, S. Pdi. terima kasih atas doa dan semangat yang diberikan.

10. Untuk sahabat tebaikku Niatul Utami, S. Pd. Yang selama ini selalu ada dalam segala situasi dan kondisi. Untuk syamsia yang selalu memberikan nasehat dalam hal dunia dan akhirat. Untuk saudara seperjuangan Umi Rahmatin Islami dan Yasni Dwi Malisawati.

11. untuk teman seperjuangan yang menemaniku berjuang dititik akhir, Indrayanti, Hamsinar, dan Muryadi yang ikut berpartisipasi membantu peneliti dalam tahap penyelesaian skripsi.

12. Untuk Adik-adiku Pondok Aisah, Murtina, Misba, Rahma dan Fitri atas perhatian dan semangat. Terima kasih dek perawatannya saat saya sakit.

(7)

vii

13. Untuk SC. AL-Iqtishodiyah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam telah mengajarkanku mengenai tanggung jawab terhadap amanah dan terima kasih

14. Untuk para keluarga seposko KKN 51 Gowa, Kecamatan Bontonompo Selatan,

Desa Pa’bundukang, Fatimasani, Haslinda, Syarif Hidayatullah, Iswandi, dan Kordes Takdir, Keluarga Kades Pak Baharuddin Dg Rewa .

15. Terima kasih Teman-Teman Akuntansi 2012 semoga takakan terlupakan semua

keluarga Akuntansi, serta seluruh Keluarga Besar Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.

Penulis berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak dan bagi penulis khususnya. Semoga Tuhan Yang Maha Esa melindungi dan memberikan berkahNya dan imbalan yang setimpal kepada semua pihak yang telah membantu dan membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Gowa, 2017 Penulis,

Husni Alfiana NIM. 10800112074  

(8)

x

PENGESAHAN SKRIPSI ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ...xii

ABSTRAK ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1-20 A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Hipotesis Penelitian ... 7

D. Definisi Operasional dan Ruang Lingkup Penelitian ... 10

E. Kajian Pustaka ... 16

F. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 19

BAB II TINJAUAN TEORETIS ... 21-49 A. Akuntansi Biaya ... 21

B. Laba ... 26

C. Metode Activity Based Costing ... 32

(9)

x

A. Jenis dan Lokasi Penelitian ... 50

B. Pendekatan Penelitian ... 50

C. Jenis dan sumber data ... 51

D. Populasi dan Sampel Penelitian ... 51

E. Tehnik Pengolahan Dan Analisis Data ... 52

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 61-86 A. Gambaran Umum Perusahaan ... 61

B. Analisis dan Hasil Penelitian ... 65

C. Pembahasan Penelitian ... 82 BAB V PENUTUP ... 87-89 A. Kesimpulan ... 87 B. Implikasi penelitian ... 88 C. Keterbatasan penelitian ... 89 DAFTAR PUSTAKA ... 90-96 LAMPIRAN ... 97

(10)

xi

Tabel 4.1 Hasil Uji Statistik Deskriptif Variabel ... 66

Tabel 4.2 Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov (K-S) ... 70

Tabel 4.3 Hasil Uji Multikolonieritas ... 71

Tabel 4.4 Hasil Uji Glejser ... 73

Tabel 4.5 Hasil Uji Durbin Watson ... 74

Tabel 4.6 Hasil Koefisien Determinasi (R2) ... 75

Tabel 4.7 Hasil Uji F – Uji Simultan ... 76

Tabel 4.8 Hasil Uji t (Uji Parsial) ... 77

Tabel 4.9 Hasil Uji Selisih Mutlak ... 79

Tabel 4.10 Hasil Koefisien Determinasi (R2) ... 81

Tabel 4.11 Hasil Uji F – Uji Simultan ... 82

(11)

xii  

Gambar 4.2 Grafik Histogram ... 68 Gambar 4.3 Grafik P-P Plot ... 69 Gambar 4.4 Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 72

(12)

xiii   

meningkatkan laba dengan Just in time sebagai variabel moderating (Studi PT Perkebunan Nusantara XIV Kab. Takalar).

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis penerapan activity based costing dan target costing dalam meningkatkan laba dengan just in time sebagai variabel moderating pada PT Perkebunan Nusantara XIV Kabupaten Takalar atau sering disebut PG Takalar (Pabrik Gula Takalar).

Penelitian ini menggunakan data sekunder selama tahun 2013-2015, tehnik analisis data yang digunakan adalah pendekatan korelasional yaitu pendekatan yang akan melihat hubungan antara variabel atau beberapa variabel dengan variabel lain. Yaitu variabel X1 Activity Based Costing dan X2 Target Costing terhadap peningkatan laba (Y) dengan Just In Time sebagai variabel moderating.

Berdasarkan uji SPSS Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode Activity Based Costing, Target Costing berpengaruh terhadap peningkatan laba perusahaan. adapun Just In Time tidak memoderasi pengaruh Activity Based Costing terhadap peningkatan laba perusahaan. Sedangkan Just In Time memoderasi hubungan anatara Target Costing terhadap peningkatan laba perusahaan. Dengan demikian ketiga metode tersebut dapat memberikan gambaran bahwa dengan penerapannya mampu meningkatkan laba perusahaan.

(13)

1

Menghadapi persaingan di era globalisasi sekarang ini, perusahaan harus memiliki strategi yang tepat agar perusahaan dapat bertahan dan bersaing, yaitu perusahaan harus memiliki keunggulan dibandingkan dengan pesaing-pesaingnya. Tujuan utama perusahaan adalah untuk memperoleh laba dan menjaga kelangsungan hidup perusahaan. Agar dapat mencapai tujuan tersebut, perusahaan dituntut untuk dapat menghasilkan produk yang kompetitif, seperti dengan menciptakan inovasi produk yang baik dan memperhatikan harga pokok produksi serta harga jual dari produk tersebut. Perusahaan harus berusaha mengurangi biaya yang harus dikeluarkan pada proses produksinya. Metode yang dapat digunakan untuk pengendalian biaya produksi antara lain adalah metode Target Costing dan metode Activity-Based Costing, (Dicky dan Martusa, 2011).

Manajemen berasarkan aktivitas menekankan pada perhitungan biaya berdasarkan aktivitas (Activity Based Costing atau ABC), (Hansen dan Mowen, 2013). Al-Qur’an menjelaskan mengenai “membuat administrasi dan manajemen yang baik, “ (QS. Al-Baqarah: 282).























































...



(14)

Terjemahnya:

“Wahai orang-orang yang beriman! Apabila kamu melakukan utang piutang untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. dan hendaklah seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar. Janganlah penulis menolak untuk menuliskannya sebagaimana Allah telah mengajarkan kepadanya,”...(Q.S Al-Baqarah:282).

Metode Activity Based Costing dapat menyediakan informasi perhitungan biaya yang lebih baik dan dapat membantu manajemen mengelola perusahaan secara efisien serta memperoleh pemahaman yang lebih baik atas keunggulan kompetitif, kekuatan, dan kelemahan perusahaan. Sehingga dengan metode Activity Based Costing dapat menyajikan informasi harga pokok produk/jasa secara cermat dan akurat bagi kepentingan manajemen.

Pengertian akuntansi aktivitas menurut Brimson (1991) dalam (Marismiati, 2011) adalah: “Suatu proses pengumpulan dan menelusuri biaya dan data performan terhadap suatu aktivitas perusahaan dan memberikan umpan balik dari hasil aktual terhadap biaya yang direncanakan untuk melakukan tindakan koreksi apabila diperlukan.” Sehingga akuntansi aktivitas sangat dibutuhkan dalam melakukan aktivitas utamanya dalam menghasilkan produk/jasa. Pentingnya penerapan biaya berdasarkan aktivitas telah dikemukakan oleh Illyawati dkk (2015) ABC dianggap mampu memeberikan informasi yang berguna bagi perusahaan. Fahmi (2010) dalam Kurniaty dkk (2012) tuntutan peningkatan daya saing bisnis yang berkelanjutan menjadi keharusan pada saat ini.

Activity Based Costing merupakan metode yang menerapkan konsep-konsep akuntansi aktivitas untuk menghasilkan perhitungan harga pokok produk yang lebih

(15)

akurat. Namun dari perspektif manajerial, metode Activity Based Costing menawarkan lebih dari sekedar informasi biaya produk namun lebih jauh dari pada itu ABC juga didesain untuk tujuan penyediaan informasi bagi semua pihak yang terlibat didalam proses pengambilan keputusan (personal) dan pemberdayaan karyawan (informing and empowering) untuk membangun daya saing perusahaan melalui cost leadership strategy (Wirabhuana, 2003) dalam (Aini dan Septiana, 2012). Wirabhuana (2011) menyatakan Activity Based Costing memiliki tujuan penyediaan informasi bagi semua pihak yang terlibat dalam pengambilan keputusan (personel) dan pemberdayaan karyawan (informing and empowering) untuk membangun daya saing perusahaan melalui cost leadership strategy.

Tandiontong dan Lestari (2011), Metode Activity Based Costing berperan dalam mengukur dan mengevaluasi tingkat pencapaian profitabilitas perusahaan, karena metode Activity Based Costing memiliki tingkat keakuratan yang lebih baik dibandingkan dengan menggunakan metode kovensional dalam meningkatkan profitabilitas pengambilan keputusan. Dicky dan Martusa (2011), dengan menggunakan Metode Activity Based Costing (ABC), dapat dilihat bahwa sebenarnya produk yang semula dianggap memiliki profit yang lebih rendah dari pada produk lainnya, sebenarnya memiliki profit yang jauh lebih tinggi daripada produk lainnya. Penggunaan metode Activity Based Costing dapat memperkecil biaya produksi sehingga dapat meningkatkan profitabilitas produk. Carolin dan Wokas (2016) penerapan perhitungan biaya produksi dengan metode activity-based costing lebih akurat dibandingkan metode tradisional dan target costing.

(16)

PT Perkebunan Nusantara XIV Kabupaten Takalar masih menggunakan metode tradisional. Dalam metode tradisional, seluruh biaya overhead dikumpulkan dalam satu pengelompokan biaya, kemudian seluruh total biaya dialokasikan dengan satu dasar pengalokasian kepada seluruh objek biaya. Hal ini akan membuat ketidak akuratan dalam memperhitungkan biaya yang timbul secara keseluruhan sehingga, menyebabkan adanya distorsi biaya.

Target costing digunakan selama tahap perencanaan dan menuntun dalam pemilihan produk dan proses desain yang akan menghasilkan suatu produk yang dapat diproduksi pada biaya yang diizinkan dan pada suatu tingkat laba yang dapat diterima serta dapat memberikan perkiraan harga pasar produk, volume panjualan, dan tingkat fungsionalis (Supriyadi, 2013). Target costing merupakan tahap awal dalam menciptakan suatu produk, dalam hal ini perencanaan berupa target biaya yang akan dikeluarkan serta target laba yang diharapakan. Target costing adalah salah satu di antara alat-alat yang tersedia bagi industri-industri agar dapat mencegah penentuan harga jual yang keliru dan membantu pengembangan produk lebih cepat dan terfokus, (Supriatna,2010).

Target costing hendaknya dipandang sebagai suatu bagian yang integral dari desain produk baru pada proses manajemen (Sari, 2012). Target costing adalah penentuan biaya yang diharapkan untuk suatu produk berdasarkan harga yang kompetitif, sehingga produk tersebut akan dapat memperoleh laba yang diharapkan (Malue, 2013). Johan dan Muanas (2014) target costing merupakan perubahan dari pola pikir selama ini, serta merupakan kunci jangka panjang bagi kelangsungan

(17)

hidup, pertumbuhan dan kemakmuran suatu perusahaan dalam lingkungan yang kompetitif dan terus menerus berubah ini. Dengan target costing, perusahaan dapat merancang sebuah produk atau jasa yang dapat memenuhi kebutuhan konsumen sekaligus dapat mencapai target laba perusahaan secara bersamaan, karena Target Costing mempertimbangkan seluruh biaya produk dalam siklus hidup produk, dan bertujuan untuk menurunkan biaya total sebuah produk. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh (Anugrah, 2015) bahwa penerapan Target Costing pada Sumber Madu adalah cocok dan baik diterapkan. Bahwa penerapan metode tersebut dapat meningkatkan laba, sesuai dengan laba yang diharapkan oleh Sumber Madu.

Penelitian ini merujuk pada penelitian Citra, dkk (2015) dan Matius (2011). Citra, dkk (2015), menggunakan metode Target Costing dalam menilai peningkatan profitabilitas perusahaan. Begitu pula dengan penelitian Matius (2011), menggunakan metode ABC dalam menilai peningkatan profitabiltas perusahaan. Adapun perbedaaan dengan penelitian sebelumnya dalah pada variabel moderating. Variabel moderating dalam penilitain ini adalah Just In Time.

Metode Just-In-Time (JIT) merupakan suatu pendekatan untuk mengidentifikasi dan mengeliminasi segala macam sumber pemborosan dalam aktivitas produksi, dengan menetapkan komponen produksi yang tepat, pada waktu dan tempat yang tepat (Maharani, 2015). Metode Just In Time ini sinkron dengan metode Activity Base Costing dan Target Costing dimana semuanya bertujuan untuk mengurangi biaya produksi serta mengurangi aktivitas yang bersifat pemborosan.

(18)

Adapun hasil penelitian yang dilakukan oleh (Zunariah, 2015) bahwa dengan penerapan Just In Time dapat memberikan efesiensi terhadap Biaya Produksi. Sehingga diharapkan dengan adanya efesiensi tersebut dapat meningkatkan laba perusahaan. Berangkat dari hasil penelitian sebelumnya, maka dilakukan penelitian eksplorasi dengan judul “Analisis Penerapan Activity Based Costing dan Target Costing dalam meningkatkan Laba dengan Just In Time sebagai Variabel

Moderating”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka rumusan masalah adalah sebagai berikut:

1. Apakah Activity Based Costing dapat menigkatkan laba bagi perusahaan?

2. Apakah Target Costing dapat menigkatkan laba bagi perusahaan?

3. Apa dampak laba perusahaan setelah menerapkan Activity Based Costing dengan Just In-Time sebagai variabel moderating?

4. Apa dampak laba perusahaan setelah menerapkan Target Costing dengan Just In-Time sebagai variabel moderating?

(19)

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah diatas hipotesis dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Penerapan Activity Base Costing (ABC) dalam meningkatkan Laba

Activity Base Costing merupakan biaya dari aktivitas yang bersangkutan sebagai dasar pembebanan biaya-biaya pada objek seperti barang atau jasa. Dasar pemikiran pendekatan penentuan biaya ini adalah bahwa produk atau jasa perusahaan dilakukan aktivitas dan aktivitas yang dibutuhkan tersebut menggunakan sumber daya yang menyebabkan timbulnya biaya. Pendekatan Activity Base Costing dikembangkan dari pendapatan bahwa pada pendekatan tradisional penyerapan biaya-biaya Overheadnya tidak hanya kurang cukup mencerminkan peningkatan kompleksitas produk, jasa, proses, pada organisasi dan gagal menyimpan informasi biaya yang berguna dan relevan dalam lingkungan operasi yang dinamis (Damayanti, 2016).

Tandiontong dan Ardisa (2011), Activity Based Costing berperan dalam mengukur dan mengevaluasi tingkat pencapaian profitabilitas perusahaan, karena metode Activity Based Costing memiliki tingkat keakuratan yang lebih baik dibandingkan dengan menggunakan metode kovensional dalam meningkatkan profitabilitas pengambilan keputusan. Berdasarkan uraian tersebut, maka dihipotesiskan.

H1 : Penerapan ABC dapat meningkatkan laba bagi Perusahaan 2. Penerapan Target Costing dalam meningkatkan Laba

(20)

Metode Target Costing menetapkan biaya target untuk membantu masing-masing fungsi dalam merencanakan dan merancang konsep yang tepat agar produk yang dihasilkan berhasil di pasar dan memperoleh laba yang diinginkan. Target costing efektif diterapkan pada tahap perencanaan sehingga membantu manajemen dalam mengoptimalkan perencanaan laba. Metode Target Costing, dapat diterapkan pada produk bandwidth dedicated dan juga dapat mengoptimalkan perencanaan laba (Himawan, 2009). Berdasarkan uraian tersebut, maka dihipotesiskan.

H2 : Penerapan Target Costing dapat Meningkatkan Laba bagi Perusahaan

3. Penerapan ABC dalam meningkatkan laba dengan Just In–Time sebagai variabel moderating

Activity Based Costing menekankan pada perhitungan biaya berdasarkan aktivitas dan analisis nilai proses. Perhitungan biaya berdasarkan aktivitas yang bertujuan meningkatkan nilai bagi pelanggan dan laba yang dihasilkan. Perhitungan biaya berdasarkan aktifitas dapat meningkatkan keakuratan pengalokasian biaya berbagai aktivitas, kemudian produk atau pelanggan yang menggunakan berbagai aktifitas tersebut.

Just In Time (JIT) merupakan filosofi manufaktur yang memiliki implikasi penting dalam manajemen biaya. Ide dasar Just In Time sangat sederhana, yaitu memproduksi produk apabila ada permintaan atau dengan kata lain hanya memproduksi sesuatu yang diminta, pada saat diminta, dan hanya sebesar kuantitas yang diminta. Hasil penelitian yang dilakukan oleh (Dewi dkk,2014) menunjukkan

(21)

bahwa dengan penerapan Just In Time tingkat efisiensi biaya bahan baku dalam penerapan metode JIT periode 2009-2013 menunjukkan rasio efisiensi rata-rata sebesar 100%, artinya biaya bahan baku dalam penerapan metode JIT dinilai efisien. Berdasarkan uraian diatas maka dihipotesikan sebagai berikut.

H3 : Just In-Time dapat menguatkan Penerapan ABC dalam Meningkatkan Laba Perusahaan

4. Penerapan Target Costing dalam Meningkatkan Laba dengan Just in –

Time sebagai variabel Moderating

Target costing dapat didefinisikan sebagai proses penentuan biaya target selama proses pengembangan produk baru untuk produksi selanjutnya dan membantu dicapainya biaya target selama proses pengembangan produk (Mildawati, 2012) . Target costing didefinisikan di Jepang sebagai proses manajemen laba dengan menetapkan istilah kualitatif, harga, reliabilitas (Sungkyoo, et al., 2008). Selain itu sudah lebih 30 tahun, Target Costing mempunyai kontribusi bagi banyak perusahaan di Jepang untuk peningkatan kompetitif mereka di pasar global (Ansari, 2006) dalam (Mildawati, 2012). Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Rachmatulloh dkk, 2015), hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan Target Costing untuk meningkatkan Laba CV. Onderhoud Company menunjukkan kriteria memadai.

Tujuan utama Just In Time adalah untuk meningkatkan laba dan posisi persaingan perusahaan yang dicapai melalui usaha pengendalian biaya, peningkatan kualitas, serta perbaikan kinerja pengiriman dan meningkatkan produktivitas metode

(22)

produksi atau operasi dengan cara menghilangkan semua kegiatan yang tidak menambah nilai bagi suatu produk, karena JIT merupakan suatu filosofi manajemen operasi yang berusaha untuk menghilangkan pemborosan pada semua aspek dari kegiatan-kegiatan produksi perusahaan (Sulastri, 2012). Berdasarkan uraian tersebut, maka dihipotesiskan.

H4 : Just In-Time dapat Menguatkan Penerapan Target Costing dalam Meningkatkan Laba Perusahaan.

D. Defenisi Operasional dan Ruang Lingkup Penelitian 1. Defenisi Operasional

Menurut Indriantoro dan Bambang (2014) variabel adalah segala sesuatu yang dapat diberi berbagai macam nilai. Dalam penelitian ini, digunakan tiga macam variabel penelitian yaitu sebagai berikut:

a. Variabel terikat (Dependen)

Variabel terikat adalah variabel yang menjadi perhatian utama peneliti. Menurut Indriantoro dan Bambang (2014) variabel terikat adalah tipe variabel yang dijelaskan atau dipengaruhi oleh variabel independen. Pada penelitian ini yang menjadi variabel terikat adalah laba perusahaan. Pencapaian tingkat laba yang tinggi adalah tujan dari suatu perusahaan untuk kelangsungan kegiatan usahanya, laba yang diperoleh merupakan selisih dari pendapatan dari semua biaya. Besar kecilnya laba yang diperoleh perusahaan banyak dipengaruhi oleh besar kecilnya biaya yang

(23)

dikeluarkan perusahaan dan tingkat penjualan di pasaran. Laba perusahaan yang digunakan pada penelitian ini adalah laba bersih yang diambil dari laporan keuangan bulanan perusahaan. Rasio profitabilitas, Syamsuddin, (2011) Net profit margin = laba bersih sesudah pajak/penjualan.

Besar kecilnya laba yang diperoleh perusahaan banyak dipengaruhi oleh besar kecilnya biaya yang dikeluarkan perusahaan dan tingkat penjualan di pasaran. Hal ini yang menjadi tolok ukur peningkatan laba pada perusahaan, yaitu peningkatan laba tidak terlepas dari indikator-indikator yang mendukungnya diantaranya pengeluaran biaya produksi, biaya promosi dan volume penjualan yang diharapkan dapat memberikan sumbangan terhadap pembentukan laba perusahaan, Rustami dkk (2014).

b. Variabel Bebas (Independen)

Menurut Indriantoro dan Bambang (2014) Variabel bebas adalah variabel yang menjelaskan atau mempengaruhi variabel yang lain. Pada penelitian ini yang menjadi variabel bebas adalah biaya produksi, biaya promosi, dan biaya distribusi.

a) Activity Based Costing adalah metoda menghitung setiap biaya pada masing-masing aktivitas dengan dasar alokasi yang berbeda untuk masing-masing-masing-masing aktivitas. Banyak perusahaan-perusahaan di Indonesia belum mengadopsi metode ini dalam penghitungan biaya produksi yang dikeluarkan untuk setiap produk. Umumnya metoda yang digunakan oleh perusahaan yang berada di Indonesia adalah pemerataan biaya secara umum untuk masing-masing produk. Padahal masing-masing produk tersebut kenyataannya tidak menggunakan

(24)

sumber daya dalam jumlah yang sama. Pemerataan biaya dapat menyebabkan kekurangan atau kelebihan biaya produk. Perusahaan yang produknya mengalami kekurangan biaya bisa jadi melakukan penjualan yang sebenarnya menghasilkan kerugian, meskipun perusahaan tersebut menganggap penjualan produknya tersebut menghasilkan keuntungan. Penjualan yang dilakukan menghasilkan lebih sedikit pendapatan dibanding biaya sumber daya yang digunakan. Sementara perusahaan yang produknya mengalami kelebihan biaya bisa jadi menetapkan harga yang terlalu tinggi, sehingga produknya kehilangan daya saing dibanding produk sejenis yang diproduksi perusahaan lain.

Anton (2016), alat analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis harga pokok produksi perusahaan dengan Activity Based Costing Metode. Adapun tahapan dalam menghitung harga pokok produksi dengan metode ABC adalah sebagai berikut :

(1) Tahap pertama (a) Mengidentifikasi aktivitas

Segala aktivitas yang ada dalam proses produksi diidentifikasi dan dikelompokan berdasarkan kategori aktivitas. Menurut Blocher (2011) aktivitas dikategorikan kedalam empat kategori aktivitas, yaitu :

(1) Aktivitas berlevel unit, adalah aktivitas yang dilakukan untuk memproduksi setiap satu unit produk.

(25)

(2) Aktivitas berlevel batch, adalah aktivitas yang dilakukan untuk setiap batch atau kelompok produk yang ingin diproduksi.

(3) Aktivitas berlevel produk, adalah aktivitas yang dilakukan untuk mendukung produk yang berbeda.

(4) Aktivitas berlevel fasilitas, adalah aktivitas yang dilakukan untuk mendukung produksi produk yang berbeda.

(b) Mengasosiasikan berbagai biaya dengan berbagai aktivitas pada tahap ini aktivitas – aktivitas yang ada diletakkan pada sumber daya yang dikonsumsikan yang merupakan biaya aktual.

(c) Penentuan kelompok – kelompok biaya yang homogeny penentuan kelompok biaya (cost pool) yang homogeny dilakukan berdasarkan pada kesamaan penyebab biaya yang dapat diterangkan melalui suatu cost driver. Perusahaan dapat menentukan pendorong kegiatan yang dikaitkan dengan setiap aktivitas dan menghitung tarif overhead untuk masing–masing aktivitas.

(d) Penentuan tarif kelompok aktivitas tarif kelompok (pool rate) adalah tarif biaya overhead per unit cost driver yang dihitung untuk suatu kelompok aktivitas. Tarif kelompok dihitung dengan rumus :

(2) Tahap Kedua

Setelah tarif per kelompok aktivitas diketahui maka dapat dilakukan perhitungan biaya overhead yang dibebankan pada produk adalah sebagai berikut:

Overhead yang dibebankan = tarif kelompok X unit cost driver yang digunakan

Pool Rate = Total Cost Pool / Total Cost Driver untuk setiap Cost Pool

(26)

Setelah itu mencari biaya perhari dari masing – masing kelas aktivitas. Biaya per hari diperoleh dari biaya yang dibebankan tersebut kemudian dibagi kapasitas setahun dari setiap kelompok biaya. Dari biaya perhari itu akan diperoleh harga pokok produksi.

(3) Membandingkan Tarif

Perbandingan tarif dengan menggunakan Activity Base Costing dengan metode yang digunakan oleh perusahaan.

b) Target costing adalah metode penetapan biaya produk yang paling tepat, dan kemudian mendesain dan memproduksi produk yang memenuhi biaya tersebut. Biaya ini dapat menghasilkan tingkat profitabilitas yang diinginkan, volume yang diharapkan, harga penjualan, kualitas dan fungsionalitas produk (Gerungan, 2013). Apriyanti dan Yuliastuti (2014), Rumus sederhana target costing:

Target Cost adalah suatu metode penentuan biaya produk atau jasa yang didasarkan pada harga (target price) yang diperkirakan dapat diterima oleh konsumen, (Mulyadi 2007:421). Jika Target Costing di bawah cost produk yang sekarang dapat dicapai, maka manajemen harus merencanakan program pengurangan biaya untuk menurunkan biaya yang sekarang dikonsumsi untuk menghasilkan produk ke target cost. Kemajuan yang dicapai dari program pengurangan biaya

(27)

tersebut diukur dengan membandingkan biaya sesungguhnya dengan Target Cost. Target costing merupakan metode akuntansi biaya yang menyediakan informasi bagi manajemen untuk memungkinkan manajemen memantau kemajuan yang dicapai dalam pengurangan biaya produk menuju target costing yang telah ditetapkan. Target costing merupakan suatu bentuk biaya standar yang dapat dicapai sekarang. Manfaat utama Target Costing adalah penetapan harga pokok produk sebagai dasar penetapan harga sehingga target laba yang diinginkan akan tercapai.

c. Variabel Moderasi

Variabel yang mempengaruhi (memperkuat atau memperlemah) hubungan antara variabel dependen dengan independen (Sugiyono, 2014). Adapun vaaribel moderasi dari penelitian ini adalah Just In-Time. Sakkung dan Candra (2011), metode JIT menekankan pada pengurangan persediaan sampai pada tingkat yang sangat rendah. Just In Time adalah sebuah filosofi pemecahan masalah secara berkelanjutan dan memaksa yang mendukung produksi yang ramping (lean). Sasaran utama Just In Time adalah meningkatkan produktivitas metode produksi atau operasi dengan cara menghilangkan semua macam kegiatan yang tidak menambah nilai (pemborosan) bagi suatu produk (Putra dan Farida, 2014). Kebanyakan tulisan mengenai JIT berkonsentrasi pada satu aspek ini, yang disebut produksi tanpa persediaan (stockless production), produksi ramping (lean production). Atau produksi dengan persediaan nihil (zero inventory production-ZIP) Carter, (2009).

(28)

Penelitian ini adalah pengujian hipotesis (hypothesis testing study). Pengujian hipotesis digunakan untuk menjelaskan sifat dan hubungan antar variabel yang akan diuji yang didasarkan dengan teori yang ada. Penelitian ini berusaha menganalisa pengaruh Penerapan Activity Based Costing dan Target Costing dengan Just In-Time sebagai variabel moderasi. Variabel-variabel yang erat hubungannya akan bergabung membentuk sebuah faktor dimana setiap faktor yang terbentuk menggambarkan ciri dari variabel pembentuknya. Penelitian ini dilakukan dengan cara mengumpulkan, mencatat, dan mengkaji data sekunder yang berupa laporan keuangan dari perusahaan yang bersangkutan.

E. Kajian Pustaka

Berdasarkan judul diatas berikut disajikan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh beberapa peneliti diantaranya sebagai berikut:

Tabel 1.1. Penelitian Terdahulu NO Nama Peneliti dan

Tahun

Judul Penelitian Hasil Penelitian

1. 1.Citra Khaira Rachmatulloh 2. Epi Fitriah 3. Rini Lestari (2015) Analisis Penerapan Target Costing untuk meningkatkan Laba Perusahaan

(Studi Kasus pada CV. Onderhoud Company Shoes and Leather)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan Target Costing untuk meningkatkan Laba CV. Onderhoud Company menunjukkan kriteria memadai. 2. 1.Mathius Tandiontong 2.Ardisa Lestari Peranan Activity-Based Costing Metode Dalam Perhitungan Harga Pokok Terhadap

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan penggunaan Metode Activity Based

(29)

(2011) Peningkatan

Profitabilitas Perusahaan (Studi Kasus pada PT Retno Muda Pelumas Prima Tegal)

Costing berperan dalam

mengukur dan

mengevaluasi tingkat pencapaian profitabilitas perusahaan, karena metode Activity Based Costing memiliki tingkat keakuratan yang lebih baik dibandingkan dengan menggunakan metode kovensional dalam meningkatkan profitabilitas pengambilan keputusan. 4. Heri Supriyadi (2013) Penerapan Target Costing dalam upaya pengurangan biaya produksi untuk peningkatkan laba perusahaan (Studi Kasus Pada Usaha Dagang Eko Kusen)

Penerapan Target Costing pada Usaha Dagang Eko Kusen berpengaruh positif terhadap Peningkatan laba perusahaan, dengan penerapan tersebut dapat menghemat Biaya 27% hingga 35% dari biaya yang dikeluarkan sebelum menggunakan Metode Target Costing. 5. 1.Elmer Tamara Johan 2. Muanas (2014) Penerapan Target Costing Dalam Upaya Pengurangan Biaya Produksi

Untuk Peningkatan Laba Kotor

Studi Kasus Pada PT Mercedes-Benz Indonesia Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan metode perusahaan sebelumnya tidak efisien. tetapi, setelah penggunaan Target Costing perusahaan dapat mencapai target

yang diinginkan oleh perusahaan sebesar 15%. jadi penerapan target costing cukup

efektif dalam pencapaian laba kotor yang diingkan perusahaan.

(30)

6. 1. Sajida Nuril Alvy

Zunariah (2015)

Analisis Penerapan Just In Time (Jit) Sebagai Alternatif

Pengendalian Persediaan Bahan Baku Untuk Menilai

Efisiensi Biaya Pada PT Kediri Tani Sejahtera

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan menggunakan Just In Time Pada Tahun 2013 dan Tahun 2014 terjadi efisiensi sebesar Rp 12.430.445,44

dengan nilai efisiensi sebesar 6,68.

7. 1.RidwanWidao Metode Activity Based Costing (ABC) Dan Metode Just In Time (JIT)

JIT dapat mengurangi kebutuhan akan penilaian yang sulit dengan mengubah

banyak biaya umum menjadi biaya yang dapat diatribusikan secara langsung.

Sedangkan metode ABC menawarkan perbaikan yang signifikan pada keakuratan

kalkulasi biaya produk, namun fokusnya menawarkan perbaikan potensial yang lebih besar lagi.

F. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

(31)

a. Untuk melihat bagaimana dampak laba perusahaan setelah menerapkan Activity Based Costing.

b. Untuk melihat bagaimana dampak laba perusahaan setelah menerapkan Target Costing.

c. Untuk melihat bagaimana dampak laba perusahaan setelah menerapkan Activity Based Costing dengan Just In Time sebagai variabel moderasi.

d. Untuk melihat bagaimana dampak laba perusahaan setelah menerapkan Target Costing dengan Just In Time sebagai variabel moderasi.

2. Manfaat Penelitian a. Manfaat Teoretis

Hasil penelitian empiris ini, diharapkan dapat menunjang dan memperkuat teori-teori yang dikemukakan sebelumnya para ahli akuntansi, khususnya mengenai penerapan Activity Base Costing, Target Costing dan Just In Time.

b. Manfaat Praktis

Manfaat Praktis dapat menjadi acuan dalam melakukan aktivitas dalam suatu perusahaan sehingga dapat menciptakan laba dan kepuasan bagi pelanggan Serta memberikan gambaran jika penerapan ABC, Target Costing dan Just In Time dapat meningkatkan laba bagi perusahaan, dengan demikian dapat diterapkan diperusahaan yang ingin menerapkannya.

(32)

21  

Akuntansi Biaya

Akuntansi biaya adalah bagian dari akuntansi manajemen dimana merupakan salah satu bidang khusus akuntansi yang menekankan pada penentuan dan pengendalian biaya (Dunia dan Wasilah, 2011). Carter (2009), manajemen terdiri atas tiga kelompok: (1) manajemen operasi, yang terdiri atas penyelia; (2) manajemen tingkat menengah, yang diwakili oleh kepala departemen, manajer divisi, dan manajer cabang; dan (3) manajemen eksekutif, yang terdiri atas presiden, wakil presiden eksekutif, dan eksekutif yang bertanggung jawab atas pemasaran, pembelian, teknik, manufaktur, keuangan, dan akuntansi. Akuntansi biaya merupakan bagian dari akuntansi keuangan dan akuntansi manajemen. Akuntansi biaya adalah salah satu cabang akuntansi yang merupakan alat manajemen dalam memonitor dan merekam transaksi biaya secara sistematis, serta menyajikan informasi biaya dalam bentuk laporan biaya, kurniawan (2012). Akuntansi biaya adalah salah satu alat yang digunakan sebagai dasar pimpinan perusahaan dalam perencanaan, pengendalian serta analisis biaya, Ahvalina, (2016).

Akuntansi biaya merupakan bagian dari akuntansi keuangan apabila akuntansi biaya ini berperan dalam memperhitungkan harga pokok produksi atau jasa yang dihasilkan dan sebagai bagian akuntansi manajemen ketika akuntansi biaya ini digunakan sebagai alat perencanaan, pengendalian dan pembuatan keputusan terhadap

(33)

pemakaian biaya. Akuntansi biaya melengkapi manajemen dengan alat-alat yang diperlakukan untuk aktivitas-aktivitas perencanaan dan pengendalian, memperbaiki kualitas dan efisiensi, serta membuat keputusan-keputusan yang bersifat rutin maupun strategis. Akuntansi biaya mengukur dan melaporkan setiap informasi keuangan dan non keuangan yang terkait dengan biaya perolehan atau pemanfaatan sumber daya dalam suatu organisasi, Lasut (2015).

Akuntansi biaya (cost accounting) membahas akuntansi keuangan dan akuntansi menejmen dengan menyediakan informasi biaya dari produk untuk pihak eksternal (pemegang saham, kreditor dan berbagai pihak lain yang terkait), untuk keputusan investasi dan kredit. Untuk para manajer internal dalam melakukan perencanaan, pengendalian, pengambilan keputusan, dan pengevaluasian kinerja, Raiborn dan Kinney (2011).

Faridah, (2011) biaya dapat dipandang sebagai suatu nilai tukar yang dikeluarkan atau suatu pengorbanan sumber daya yang dilakukan untuk mendapatkan manfaat di masa datang. Pengorbanan tersebut dapat berupa uang atau materi lainnya yang setara nilainya kalau diukur dengan uang. Dalam pengertian lebih jauh lagi, biaya (cost) dapat dipisahkan menjadi aktiva atau aset (unexpired cost) dan biaya atau expenses (expired cost). Biaya dianggap sebagai “assets” apabila biaya tersebut belum digunakan untuk menghasilkan produk atau jasa atau belum habis digunakan, sedangkan biaya dianggap sebagai “expenses” jika biaya tersebut habis digunakan untuk operasional yang menghasilkan pendapatan dalam suatu

(34)

periode akuntansi. Biaya sebagai aset dicantumkan dalam neraca, sedangkan biaya sebagai expenses dicantumkan dalam laporan laba-rugi.

Biaya merupakan bentuk nominal dari sejumlah pengorbanan yang kita keluarkan untuk mendapatkan sesuatu yang kita inginkan. Horngren (2005:34) dalam (Kurniawan dan Dini,2013) mendefinisikan biaya merupakan suatu sumber daya yang dikorbankan (sacrified) atau dilepaskan (forgone) untuk mencapai tujuan tertentu. Pada dasarnya biaya merupakan kas atau sumber daya yang dimiliki yang harus dikorbankan agar mendapatkan suatu manfaat yang diharapkan oleh manajemen pada saat ini atau dimasa datang. Rantung dkk, (2015) biaya adalah suatu pengorbanan sumber ekonomi yang dapat diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau kemungkinan akan terjadi untuk mencapai tujuan tersebut. Biaya (cost) dapat digolongkan menjadi dua bagian, yaitu adalah aktiva atau aset dan beban atau expense. Biaya akan dicatat sebagai aktiva atau aset apabila memberikan manfaat lebih dari satu periode akuntansi (Suratinoyo, 2013). Bustami dkk, (2006) Biaya atau Cost adalah pengorbanan sumber ekonomis yang diukur dalam satuan uang yang telah terjadi atau kemungkinan akan terjadi untuk mencapai tujuan tertentu.

Aktivitas tanpa biaya ibarat kendaraan tanpa roda, sehingga tidak mampu berjalan sebagaimana mestinya. Aktivitas yang terjadi diperusahaan merupakan realisasi dari biaya yang telah dikorbankan oleh perusahaan yang bersangkutan, Sehingga, diharapkan dari aktivitas yang terjadi dapat memberikan dampak baik bagi perusahaan berupa laba yang diharapkan oleh perusahaan.

(35)

Hendrich, (2013) biaya sebagai suatu pengorbanan atas sumber-sumber ekonomi untuk mendapatkan sesuatu yaitu pendapatan. Sebagai harga pokok, biaya yang dapat diukuratau merupakan harga pertukaran atas sumber ekonomis yang dikorbankan atau diserahkan untuk mendapatkan suatu barang, jasa atau aktiva. Namun kadang-kadang biaya juga diukur berdasarkan harga pasar dan aktiva yang didapat. Biaya sebagai beban adalah apabila pengorbanan sumber ekonomis dalam rangka merealisasikan pendapatan dengan demikian, jika dari cara bagaimana perusahaan pada umumnya berupaya untuk menghasilkan laba, maka perbedaan antara harga pokok dan beban semata-mata terletak pada faktor waktu. Perilaku biaya adalah bagaimana suatu biaya akan merespon perubahan yang terjadi dalam aktivitas perusahaan jika tingkat kegiatan mengalami kenaikan atau penurunan. Biaya yang tidak berubah ketika output berubah adalah biaya tetap. Biaya variabel di sisi lain adalah peningkatan biaya secara total ketika terjadi peningkatan aktivitas output dan penurunan biaya secara total ketika terjadi penurunan kegiatan output, (Lasut,2015). Biaya produk (produc cost) adalah jumlah dari biaya-biaya yang dikeluarkan oleh pabrik untuk membuat satu unit produk, Raiborn dan Kinney (2011). Berikut penggolongan biaya dalam proses produksi:

1. Bahan Baku Langsung

Bahan baku langsung adalah bahan yang dapat ditelusuri secara langsung pada barang atau jasa yang sedang diperoduksi. Biaya bahan ini dapat langsung dibebankan pada produk karena pengamatan secara fisik dapat digunakan untuk mengukur kuantitas yang dikonsumsi setiap produk. Sebagai contoh, besi pada mobil, kayu pada perabotan, alkohol pada parfum, kain pada Jeans dsb. Kue yang diproduksi Blue

(36)

Ribbon Baking memiliki bahan baku tepung, mentega, buah, gula, dan pengental. Raiborn dan Michael (2011:42), segala bahan baku yang dapat dengan mudah dan secara ekonomis dapat dilacak ke sebuah produk. Kemudahan penelusuran item bahan baku tersebut keproduk final merupakan pertimbangan utama dalam mengklasifikasikan suatu biaya sebagai bahan baku langsung, Carter, (2009:40).

2. Tenaga Kerja Langsung

Tenaga Kerja langsung adalah tenaga kerja yang dapat ditelusuri secara langsung pada barang atau jasa yang sedang diproduksi. Seperti halnya bahan langsung, pengamatan secara fisik,dapat digunakan dalam mengukur kuantitas karyawan yang terlibat dalam memproduksi suatu produk dan jasa. Raiborn dan Michael (2011:40), tenaga kerja langsung berhubungan dengan waktu yang digunakan untuk setiap orang yang bekerja membuat sebuah produk atau mengerjakan jasa secara spesifik. Carter, (2011:40) tenaga kerja langsung adalah tenaga kerja yang melakukan konversi bahan baku langsung menjadi produk jadi dan dapat dibebankan secara layak ke produk tertentu.

3. Biaya Overhead Pabrik

Semua biaya produksi, selain bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung dikelompokkan dalam satu kategori yang disebut overhead. Pada perusahaan manufaktur, overhead juga dikenal sebagai beban pabrik. Contoh, penyusutan bangunan dan peralatan, pemeliharaan, perlengkapan, pengawasan, penanganan bahan, listrik, pajak properti, lanskap pabrik, dan keamanan pabrik. Carter, (2009:42) overhead pabrik juga disebut overhead manufaktur, beban manufaktur, atau beban

(37)

pabrik terdiri atas semua biaya manufaktur yang tidak ditelusuri secara langsung ke output tertentu. Overhead pabrik biasanya memasukkan semua biaya manufaktur kecuali bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung.

Biaya merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi laba merupakan unsur yang harus diperhatikan dalam mengungguli persaingan dipasar. Bagi perusahaan manufaktur, perencanaa biaya harus lebih strategis Karena merupakan dasar untuk menentukan harga jual produk yang dihasilkan oleh perusahaan. Dimana harga jual produk yang diterapkan oleh suatu perusahaan diharapka mampu berasaing dipasaran. Penentuan harga jual yang dapat bersaing bukanlah hal yang mudah dilakukan. Harga jual yang terlalu tinggi dapat berakibat kalahnya perusahaan dalam persaingan, sedangkan harga jual yang terlalu rendah dapat mengakibatkan tidak tercapainya tujuan perusahaan yaitu untuk memperoleh laba pada tingkat yang diinginkan (Anugrah, 2015).

B. Laba

Laba merupakan output perusahaan serta gambaran dalam bentuk rill keberhasilan suatu perusahaan. Laba operasional mengukur kinerja fundamental operasi perusahaan dan dihitung sebagi selisih antara laba kotor dengan beban operasinal. Laba operasional menggambarkan bagaimana aktivitas operasi perusahaan telah dijalankan dan dikelola secara baik dan efisien, terlepas dari kebijakan pembiayaan dan pengelolaan pajak penghasilan (Hery, 2012). Hilton et al (2003),

(38)

dalam (Dicky dan Martusa,2011) profitabilitas sangat berkaitan dengan profit atau labadan merupakan ukuran bagi perusahaan apakah telah menjalankan usahanya untuk memenuhi kebutuhan konsumennya melalui produk atau jasa yang diproduksi oleh perusahaan tersebut dalam rangka untuk mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan. Pengertian profit adalah hasil dari proses manufacturing yangakan ditawarkan dipasar untuk memuaskan kebutuhan pelanggan. profitabilitas produk adalah laba yang diperoleh dari hasil penjualan produk barang atau jasa kepada konsumen yang dapat menghasilkan laba bagi perusahaan yang didapat dari selisih harga jual dengan biaya produksi produk barang atau jasa yang diproduksi oleh perusahaan. Menurut Hilton et al. (2003) profitabilitas sangat berkaitan dengan profit atau laba

dan merupakan ukuran bagi perusahaan apakah telah menjalankan usahanya untuk memenuhi kebutuhan konsumennya melalui produk atau jasa yang diproduksi oleh perusahaan tersebut dalam rangka untuk mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan.Menurut Nurhayati (2003) setiap perusahaan melakukan proses produksinya untuk memperoleh laba. Laba yang diharapkan perusahaan tersebut umumnya diperoleh dariselisih dari harga jual dengan biaya produksi.

Laba menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) adalah sebagai ukuran kinerja atau sebagai dasar ukuran lain seperti imbal hasil investasi (return on investment) atau laba persaham (earning pershare). Unsur yang langsung berkaitan dengan pengukuran penghasilan bersih (laba) adalah penghasilan dan beban. Pegakuan dan pengukuran penghasilan dan beban, dan karenyanya juga penghasilan bersih (laba) tergantung pada

(39)

sebagian konsep modal dan pemeliharaan modal yang digunakan perusahaan dalam penyusunan lapora keuangannya, IAI (2007).

Laba merupakan tujuan utama setiap perusahaan dalam melakukan bisnisnya. Harahap (2008:113) mengemukakan bahwa “kelebihan penghasilan diatas biaya selama satu periode akuntansi”. Sementara pengertian laba yang dianut oleh struktur akuntansi sekarang ini adalah selisih pengukuran pendapatan danbiaya. Besar kecilnya laba sebagai pengukur kenaikan sangat bergantung pada ketepatan pengukuran pendapatan dan biaya. Laba adalah naiknya nilai equity dari transaksi yang sifatnya insidentil dan bukan kegiatan utama entity dari transaksi atau kejadian lainnya yang mempengaruhi entity selama satu periode tertentu kecuali yang berasal dari hasil atau investasi dari pemilik. Laba merupakan indikator yang sering digunakan untuk mengukur tingkat keberhasilan kinerja operasional perusahaan, Tujuan jangka panjang dari perusahaan adalah mengoptimalkan nilai perusahaan dengan memperoleh laba yang sebesar-besarnya. Peningkatan nilai perusahaan dapat menggambarkan kesejahteraan pemilik perusahaan, sehingga pemilik perusahaan akan mendorong manajer agar bekerja lebih keras dengan menggunakan berbagai intensif untuk memaksimalkan nilai perusahaan (Indriani dkk, 2014).

Pengertian profitabilitas dan pengertian produk, dapat disimpulkan bahwa pengertian profitabilitas produk adalah laba yang diperoleh dari hasil penjualan produk barang atau jasa kepada konsumen yang dapat menghasilkan laba bagi perusahaan yang didapat dari selisih harga jual dengan biaya produksi produk barang atau jasa yang diproduksi oleh perusahaan. Bila perusahaan menerapkan metode

(40)

penghitungan biaya menggunakan metoda tradisional dengan perataan biaya atau dengan satu dasar alokasi biaya saja, perusahaan dapat mengalami ketidak akuratan penghitungan biaya produksi yang dapat menyebabkan adanya kekurangan biaya pada produk yang berarti sebuah produk yang sebenarnya membutuhkan biaya sumber daya yang banyak tetapi justru perusahaan menetapkan biaya per unitnya lebih rendah dari yang seharusnya. Sebaliknya produk dapat kelebihan biaya yang berarti sebuah produk yang sebenarnya mengkonsumsi sumber daya dalam jumlah sedikit tetapi justru perusahaan salah menetapkan biaya produksi per unit dengan menetapkan biaya produksi per unit yang lebih tinggi dari yang seharusnya.

Laba rugi adalah total pendapatan dikurangi beban, tidak termasuk komponen-komponen pendapatan komprehensif lain. Accounting Income adalah perbedaan antara realisasi penghasilan yang berasal dari transaksi perubahan pada periodatertentu dikurangi dengan biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan penghasilan itu Indra dkk, (2011). Laba merupakan selisih antara pendapatan dengan beban, sehingga laba dapat mengukur masukan (dalam bentuk beban yang diukur dengan biaya) dan keluaran (dalam bentuk pendapatan yang diperoleh). Hal ini seperti pernyataan bahwa “Laba yang dicapai merupakan pengukur penting efisien dan efektivitas organisasi Supriyono, (2002). Pencapaian laba kotor yang maksimal dapat tercapai bila penjualan bersih tinggi dari pada harga pokok penjualan. Pencapaian laba kotor adalah tercapainya target laba kotor yang maksimal dengan menunjukkan adanya penjualan yang lebih tinggi dari pada harga pokok penjualan. Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa biaya atau masukan atau input akan menunjukkan ukuran

(41)

pencapaian laba kotor apabila setelah jumlah penjualan diketahui sebagai salah satu faktor yang menentukan nilai laba kotor suatu perusahaan.

Tuanakotta dalam Wijaya dan Syafitri (2012) “Teori Akuntansi” mengemukakan jenis-jenis laba dalam hubungannya dengan perhitungan laba yaitu terdiri atas: Laba kotor, yaitu perbedaan antara pendapatan bersih dan penjualan dengan pokok penjualan. Laba dari operasi, yaitu selisih antara laba kotor dengan total beban operasi. Laba bersih, yaitu angka terakhir dalam perhitungan laba-rugi, dimana untuk mencari laba operasi ditambah pendapatan lain-lain dikurangi dengan beban lain-lain.

Penyajian laba terdapat dalam laporan laba rugi income statement. Menurut Keiso, dkk (2008:148) bahwa terdapat beberapa laba, yaitu:

1. Laba kotor (gross profit)

Laba kotor merupakan hasil pengurangan dari penjualan perusahaan pada periode tertentu dikurangi dari harga pokok produk yang dijual.

2. Laba Operasi (income from operations)

Laba operasi diperoleh dari hasil pengurangan laba kotor dengan biaya operasi perusahaan.

3. Laba bersih sebelum pajak (income from income tax)

Laba bersih sebelum pajak merupakan perhitungan dari laba operasi, dikurangi beban keuangan yaitu beban bunga.

(42)

Laba dari operasi yang berkelanjutan merupakan laba akhir yang diperoleh dari laba sebelum pajak dikurangi pajak penghasilan.

5. Laba bersih (net income)

Laba bersih merupakan laba bersih dari operasi yang berkelanjutan dikurangi dengan operasi yang tidak berkelanjutan.

Menurut Soemarso, (2009) laba adalah : “ selisih pendapatan atau biaya-biaya yang terjadi sehubungan dengan usaha untuk memperoleh pendapatan tersebut selama perioe tertentu”. Belkoui (2007) mengemukakan pengertian laba sebagai berikut: “laba akuntansi secara operasional didefenisikan sebagai perbedaan antara realisasi laba yang tumbuh dari transaksi-transaksi selama periode berlangsung dan biaya-biaya historis yang berhubungan”.

Laba yang persisten adalah laba yang dapat mencerminkan kelanjutan laba (sustainable earnings) di masa depan yang ditentukan oleh komponen akrual dan aliran kasnya. Persistensi laba merupakan revisi laba yang diharapkan di masa depan yang tercermin dari laba tahun berjalan, Burus dan Vera, (2014). Laba memiliki potensi informasi yang sangat penting bagi pihak eksternal dan internal perusahaan. Laba dapat digunakan sebagai alat untuk mengukur kinerja perusahaan serta memberikan informasi yang berkaitan dengan kewajiban manajemen atas tanggung jawabnya dalam pengelolaan sumber daya yang telah dipercayakan kepadanya. Informasi laba diterbitkan oleh manajemen yang lebih mengetahui kondisi di dalam perusahaan. Informasi tentang kinerja perusahaan, terutama tentang profitabilitas, dibutuhkan untuk

(43)

membuat keputusan tentang sumber ekonomi yang akan dikelola perusahaan di masa yang akan datang Ariani, (2010).

C. Metode Activity Base Costing (ABC)

Activity-Based Cost (ABC) adalah metode informasi biaya berbasis aktivitas yang didesain untuk memotivasi personal dalam melakukan pengurangan biaya dalam jangka panjang melalui pengelolaan aktivitas (Wijayanti, 2010). Manajemen berdasarkan aktivitas adalah suatu pendekatan yang terintegrasi diseluruh metode yang memfokuskan perhatian manajemen pada berbagai aktivitas yang bertujuan meningkatkan nilai bagi pelanggan dan laba yang dihasilkan. Manajemen berdasarkan aktivitas menekankan pada perhitungan biaya berdasr aktivitas (Activity Base Costing-ABC) dan analisis nilai proses. Perhitungan biaya berdasar aktivitas maningkatkan keakuratan pengalokasian biaya, yaitu pertama-tama dengan menelusuri biaya berbagai aktivitas, kemudian produk atau pelanggan yang menggunakan berbagai aktivitas tersebut Hansen dan Mowen (2013).

Metode ABC merupakan suatu teknik mengakumulasi biaya untuk suatu obyek biaya (cost object) tertentu, yang merupakan sumber daya ekonomi total dan aktual yang diperlukan atau dikonsumsi oleh objek. Activity-Based Costing Metode menghasilkan informasi yang dapat membatasi distorsi dan subsidi silang yang disebabkan oleh pengalokasian metode akuntansi biaya tradisional. Penghematan biaya dapat dilakukan dengan membatasi aktivitas-aktivitas tidak bernilai tambah. Dengan

(44)

demikian dapat digunakan sebagai dasar untuk perbaikan profitabilitas perusahaan secara kontinu sehingga keunggulan perusahaan dapat diraih (Anton, 2012).

Activity Based Costing merupakan metode yang menerapkan konsep-konsep akuntansi aktivitas untuk menghasilkan perhitungan harga pokok produk yang lebih akurat. Namun dari perspektif manajerial, metode Activity Based Costing menawarkan lebih dari sekedar informasi biaya produk namun lebih jauh dari pada itu ABC juga didesain untuk tujuan penyediaan informasi bagi semua pihak yang terlibat didalam proses pengambilan keputusan (personal) dan pemberdayaan karyawan (informing and empowering) untuk membangun daya saing perusahaan melalui cost leadership strategy (Wirabhuana, 2003). Activity Based Costing telah dikembangkan pada organisasi sebagai suatu solusi untuk masalah-masalah yang tidak bisa diselesaikan dengan baik oleh metode biaya tradisional, metodebiaya ABC ini merupakan hal yang masih akan terus berkembang, sehingga ada berbagai definisi yang menjelaskan metode ABC itu sendiri Aini dan Fanny (2012).

Activity Based Costing Metode (ABC Metode) dapat menyediakan informasi perhitungan biaya yang lebih baik dan dapat membantu manajemen dalam mengelola perusahaan secara efisien serta memperoleh pemahaman yang lebih baik atau keunggulan kompetitif, kekuatan, dan kelemahan perusahaan (Maulana dkk, 2016). Metode Activity Based Costing dapat menyediakan informasi perhitungan biaya yang lebih baik dan dapat membantu manajemen mengelola perusahaan secara efisien serta memperoleh pemahaman yang lebih baik atas keunggulan kompetitif, kekuatan, dan kelemahan perusahaan. Sehingga dengan metode Activity Based Costing dapat

(45)

menyajikan informasi harga pokok produk/jasa secara cermat dan akurat bagi kepentingan manajemen, Manajemen memerlukan informasi untuk memungkinkan mereka melakukan pengelolahan terhadap berbagai aktivitas dalam menghasilkan cost object. Oleh karena itu manajemen harus mampu mengelola sumber daya dengan melakukan perancangan kembali sistem akuntansi manajemen yang mampu mencerminkan sumber daya dalam aktivitas produk/jasa, Akbar (2011).

Dunia dan wasilah (2009), sebelum dapat melaksanakan ABC dibutuhkan serangkaian kegiatan agar perusahaan dapat mengetahui dengan tepat jenis-jenis biaya yang dikelompokkan dan aktivitas yang dilakukan pada proses bisnis perusahaan. Berikut ini adalah tahapan penyusunan hingga implementasi ABC.

1. Tahap 1: memeriksa ulang seluruh informasi keuangan perusahaan. 2. Tahap 2: menentukan tujuan penerapan metode ABC

3. Tahap 3: menerapkan aktivitas utama yang menyebabkan perubahan pada beban tidak langsung/overhead.

4. Tahap 4: meghubungkan biaya tidak langsung dengan aktivitas sehingga dapat dihitung tarif (rate) per unit untuk setiap dasar alokasi yang digunakan untuk membebankan biaya tidak langsung.

5. Tahap 5: menghitung biaya tidak langsung yang dibebankan pada setiap objek biaya.

6. Tahap 6: menghitung total biaya untuk setiap objek biaya.

7. Tahap 7: menggunakan hasil perhitungan ABC tersebut untuk melakukan perbaikan dan pengambilan keputusan yang relevan.

(46)

Activity Based Costing (ABC) Metode dapat memberikan informasi yang cukup akurat mengenai biaya produksi suatu produk atau jasa yang dihasilkan oleh perusahaan sehingga pihak manajemen dapat mengetahui produk-produk mana saja yang sebenarnya menghasilkan keuntungan dan produk mana saja yang mungkin dapat menghasilkan kerugian bagi perusahaan dengan cara mengurangi harga penjualan produk dengan biaya produk tersebut.

Keunggulan metode Activity Based Costing membantu mengurangi distorsi yang disebabkan alokasi biaya tradisional. Sistem ini memberikan gambaran yang jernih tentang bagaimana bauran dari beraneka ragam produk, jasa, dan aktivitas memberikan kontribusi kepada laba usaha dalam jangka panjang. Seiring dengan semakin kompleksnya perusahaan manufaktur serta didorong oleh perkembangan teknologi yang semakin maju, maka metode tradisional ini dianggap tidak mampu lagi untuk memenuhi kebutuhan manajemen dalam memperoleh informasi biaya secara relevan dan akurat. Pada tahun 1980-an metode Activity Based. Costing Metode (ABC metode) menjadi bahan pembicaraan yang menarik oleh kalangan akademik, konsultan dan para manajer karena dianggap mampu menutupi kelemahan metode alokasi biaya tradisional yang pengalokasian overhead ke produk hanya menggunakan satu pemicu volume sensitive (volume-sensitive driver) saja. Activity Based Costing (ABC) merupakan sistem informasi biaya yang mengubah cara yang digunakan oleh manajemen dalam mengelola perusahaan bisnis. Activity Based Costing Metode (ABC metode) pengelolaan bisnisnya berdasarkan aktivitas. Informasi tentang aktivitas diukur, dicatat, dan disediakan dalam shared database. Penerapan sistem ini bersifat

(47)

kontemporer yang didesain untuk dapat diterapkan dalam berbagai jenis perusahaan baik itu manufaktur, jasa, maupun dagang yang memiliki keanekaragaman jenis produk, A’isyah, (2013).

Menurut Cooper dan S.Kaplan (1993) Activity-Based Costing berfokus pada proses penentuan product costing (biaya produk), yaitu dengan cara menentukan aktivitas-aktivitas yang di serap produk tersebut selama proses produksi. Activity Based Costing digunakan untuk melukiskan teknik-teknik khusus untuk melakukan kalkulasi biaya proses usaha (Costing business Processes) dan untuk kalkulasi biaya ”obyek” (costing objects). Obyek-obyeknya dapat berupa produk, jasa, lini produk, lini jasa, pelanggan, segmen pelanggan, atau saluran ditribusi. Metode ABC merupakan suatu teknik mengakumulasi biaya untuk suatu obyek biaya (cost object) tertentu, yang merupakan sumber daya ekonomi total dan aktual yang diperlukan atau dikonsumsi oleh objek. Activity-Based Costing menghasilkan informasi yang dapat membatasi distorsi dan subsidi silang yang disebabkan oleh pengalokasian system akuntansi biaya tradisional. Penghematan biaya dapat dilakukan dengan membatasi aktivitas-aktivitas tidak bernilai tambah. Dengan demikian dapat digunakan sebagai dasar untuk perbaikan profitabilitas perusahaan secara kontinu sehingga keunggulan perusahaan dapat diraih, Anton, (2012).

Tandiontong dan Ardisa, (2011) metode ABC muncul sebagai salah satu alternatif pemecahan terhadap masalah-masalah yang dihadapi perusahaan modern ketika menggunakan sistem akuntansi biaya konvensional. Sistem ini merupakan bagian daripada manajemen perubahan karena dapat disebut sebagai sistem yang dapat

(48)

membantu usaha-usaha perbaikan yang dilakukan perusahaan secara berkesinambungan. Di samping itu, sistem ABC dapat memberikan informasi manajerial yang lebih baik pada manajer non keuangan dibandingkan akuntansi biaya konvensional karena sistem ini dapat mengidentifikasi lebih teliti, aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh manusia, mesin dan peralatan. Secara umum, manfaat sistem ABC adalah untuk:

1. Pengukuran profitabilitas yang lebih baik ABC menyajikan biaya produk yang lebih akurat dan informatif, mengarahkan pada pengukuran profitabilitas produk yang lebih akurat dan keputusan strategis yang diinformasikan dengan lebih baik tentang penerapan harga jual, lini produk, dan segmen pasar.

2. Keputusan dan kendali yang lebih baik ABC menyajikan pengukuran yang lebih akurat tentang biaya yang timbul karena dipicu oleh aktivitas, membantu manajemen untuk meningkatkan nilai produk dan nilai proses dengan membuat keputusan yang lebih baik tentang desain produk, mengendalikan biaya secara lebih baik, dan membantu perkembangan proyek-proyek yang meningkatkan mutu.

3. Informasi yang lebih baik untuk mengendalikan biaya kapasitas ABC membantu manajer mengidentifikasi dan mengendalikan biaya kapasitas yang tidak terpakai Metode Activity Based Costing merupakan metode yang menerapkan konsep-konsep akuntansi aktivitas untuk menghasilkan perhitungan harga pokok produk yang lebih akurat. Namun dari perspektif

(49)

manajerial, metode ABC menawarkan lebih dari sekedar informasi biaya produk yang akurat akan tetapi juga menyediakan informasi tentang biaya dan kinerja dari aktivitas dan sumber daya serta dapat menelusuri biaya-biaya secara akurat ke objek biaya-biaya selain produk, misalnya pelanggan dan saluran distribusi.

D. Metode Target Costing

Londong, (2016) target costing merupakan proses penentuan biaya maksimum yang dikeluarkan ketika dalam proses pembuatan sebuah produk baru. Krismiaji & Aryani (2011:335), Target Costing adalah proses penentuan biaya maksimum yang dimungkinkan bagi pembuatan sebuah produk baru dan kemudian merancang prototipe yang menguntungkan dengan kendala biaya maksimum yang telah ditetapkan. Target biaya untuk pembuatan sebuah produk dihitung dengan cara mengurangi harga jual dengan laba yang diinginkan sebagai berikut: Target Biaya = Taksiran Harga Jual – Laba yang diinginkan. Dengan pola ini, maka perusahaan harus mampu mengelola biaya (cost management) dengan baik. Target Costing adalah metode penetapan biaya produk yang paling tepat, dan kemudian mendesain dan memproduksi produk yang memenuhi biaya tersebut. Biaya ini dapat menghasilkan tingkat profitabilitas yang diinginkan, volume yang diharapkan, harga penjualan, kualitas dan fungsionalitas produk (Gerungan, 2013).

(50)

Wiguna dan Partogian, (2007) menyimpulkan defenisi Target Costing sebagai berikut:

1. Target Costing adalah suatu ilmu yang memastikan kalau produk baru akan menguntungkan ketika dikeluarkan. Terdapat tiga langkah utama, yang pertama memperoleh harga jual produk yang ditargetkan dan profit margin yang ditargetkan sehingga allowable cost dapat diperoleh. Tahap kedua adalah men-setachievable cost dapat diperoleh. Tahap ketiga menurunkan target cost pada produk level ke level komponen sehingga harga pembelian komponen dapat diperoleh.

2. Target costing merupakan suatu filosofi atau pendekatan harga dan menejmen biaya selama masa hidup produk. Target cost ditentukan terlebih dahulu sebelum menciptakan produk. Terget cost berdasarkan pada prediksi harga produk dan keuntungan yang diharapkan perusahaan.

3. Target cost menggunakan pendekatan proaktif terhadap menejmen biaya, menggambarkan suatu kepercayaan bahwa biaya paling baik dikelola oleh keputusan-keputusan yang dibuat selama pengembangan produk.

4. Target costing membantu karyawan agar berorientasi kepada langganan akhir dan menekankan pengertian bahwa seluruh departemen dalam organisasi dan organisasi sepanjang rantai nialai harus bekerja sama.

5. Target costing juga memberdayakan karyawan, yang akan diberi tanggung jawab untuk melaksanakan aktifitas yang diperlukan untuk memberikan produk dan jasa.

(51)

Berdasarkan pengertian diatas, metode target costing mencakup segala aspek mulai dari produk, karyawan hingga ke pelanggan. Proses target costing tidak hanya sekedar menentukan target biaya, tetapi termasuk cara mencapai biaya dan mendapatkan kualitas produk yang sesuai dengan keinginan pelanggan. Proses target costing juga merupakan proses manajemen bisnis multifungsi yang dapat diterapkan melalui siklus hidup produk. Penerapan target costing juga memerlukan pemahaman dan implementasi praktik-praktik terbaik dalam proses tersebut, yang dapat diperoleh dengan cara benchmarking. Dalam proses tersebut juga diperlukan adanya pengembangan kerjasama yang baik dari berbagai divisi, perencanaan, dan koordinasi yang baik dalam internal perusahaan (Adinegara dan Endang, 2015).

Target costing merupakan suatu proses manajemen biaya dan perencanaan keuntungan yang dilakukan secara sistematis. Metode target costing menetapkan biaya target untuk membantu masing-masing fungsi dalam merencanakan dan merancang konsep yang tepat agar produk yang dihasilkan berhasil di pasar dan memperoleh laba yang diinginkan. Target costing efektif diterapkan pada tahap perencanaan sehingga membantu manajemen dalam mengoptimalkan perencanaan laba (Himawan, 2009).

Target costing merupakan penentuan biaya maksimum yang dimungkinkan bagi pembuatan sebuah produk dan kemudian merancang prototipe yang menguntungkan dengan kendala biaya maksimum yang telah ditetapkan. Agar dapat bersaing dalam pasar saat ini, perusahaan harus dapat menciptakan suatu produk baik barang maupun jasa yang harganya lebih rendah atau harganya sama dengan harga yang ditawarkan para pesa

Gambar

Gambar 4.2 Grafik Histogram  ............................................................................
Tabel 1.1. Penelitian Terdahulu
Gambar 4.2  Grafik Histogram
Gambar 4.3  Grafik P-P Plot
+2

Referensi

Dokumen terkait

Setelah dianalisis secara statistik dengan menggunakan uji beda pada a = 5%, menunjukan tidak ada perbedaan yang nyata pada perubahan rata-rata kadar feritin serum antara

Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa apakah pegawai Administrasi Kantor Camat Sungai Apit bertanggung jawab terhadap pelayanan Administrasi yang diberikan kepada saudara,

“Dengan pemahaman dan persepsi yang dimiliki oleh konsumen itu akan menentukan suatu ciri khas atau asosiasi produk yang unik” (Aaker 1996:70). Kabupaten Garut dapat menciptakan

a) Menyampaikan penjabaran rancangan awal Rencana Kerja 2016 yang merupakan bagian dari Renstra FISIP UB Tahun 2016 - 2020 yang meliputi arah kebijakan

Dampak e-commerce tidak hanya pada pengendalian internal tetapi juga membawa dampak dalam proses audit yang dilakukan auditor eksternal karena pada bisnis e-commerce bukti yang

Ha sil penelitian menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara pendidikan ibu (p value =0,000), pengetahuan gizi ibu (p value =0,022), pola asuh (p value =0,000), penyakit

Salinan sesuai dengan aslinya, KEPALA BAGIAN

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa KDP adalah ancaman atau tindakan untuk melakukan kekerasan kepada salah satu pihak dalam hubungan berpacaran, yang mana kekerasan