• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keanekaragaman Serangga Pengunjung Bunga Pada Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Aksesi Angola

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Keanekaragaman Serangga Pengunjung Bunga Pada Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Aksesi Angola"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

http://journal.unhas.ac.id/index.php/bioma 47

BIOMA : JURNAL BIOLOGI MAKASSAR

ISSN : 2528 - 7168 (PRINT) ; 2548 – 6659 (ON LINE)

Volume 5 (1) : 47 – 59, Januari - Juni 2020

KEANEKARAGAMAN SERANGGA PENGUNJUNG BUNGA PADA KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) AKSESI ANGOLA

DIVERSITY OF INSECT VISITORS TO OIL PALMS (Elaeis Guineensis Jacq). ANGOLA ACCESSION

Syahbanuari1,Yusniwati2, Siska Efendi3*

1)

Alumni Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian,

2)

Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Andalas, Limau Manis, Padang (25163), Indonesia

3)

Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian,

Kampus III Universitas Andalas Dharmasraya. Jl. Lintas Sumatera Km 4 Pulau Punjung, Dharmasraya (27612), Indonesia

Corresponding author: siskaefendi@agr.unand.ac.id Received 15 Desember 2019; Published 5 Januari 2020

___________________________________________________________________

Abstrak

Aksesi Angola merupakan kelapa sawit yang diintroduksi dari Negara Angola pada tahun 2012. Aksesi tersebut memiliki karakteristik bunga yang berbeda dengan varietas kelapa sawit yang umum ditanam pada saat ini seperti ukuran tandan, panjang tandan, jumlah spikelet, kuncup, serta warna bunga. Kondisi tersebut diduga akan mempengaruhi keanekaragaman serangga pengunjung bunga, ditambah aksesi tersebut adalah jenis introduksi yang baru ditanam di Indonesia. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis keanekaragaman serangga pengunjung dan mengkarakterisasi bunga jantan dan betina pada kelapa sawit aksesi Angola. Penelitian ini dilakukan pada kebun plasma nutfah Badan Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sumatera Barat, di Kecamatan Sitiung. Serangga pengunjung bunga dikoleksi secara langsung, menggunakan nampan kuning dan jaring ayun. Serangga pengunjung bunga yang dikoleksi diidentifikasi sampai tingkat famili. Keanekaragaman dan kemerataan dihitung menggunakan indeks keanekaragaman Shannon dan kemerataan simpsons. Jumlah serangga pengunjung bunga kelapa sawit aksesi Angola sebanyak 1629 individu yang terdiri dari 16 morfospesies, 7 ordo dan 12 famili. Pada bunga jantan ditemukan sebanyak 1238 individu yang terdiri dari 6 ordo dan 8 famili. Serangga pengunjung bunga betina sebanyak 391 individu yang terdiri dari 7 ordo dan 9 famili. Indeks keanekaragaman dan kemerataan pada bunga betina lebih tinggi jika dibandingkan bunga jantan yakni 0,95; 0,48 dan 0,53; 0,25

Kata kunci : Curculionidae, E. kamerunicus, Folatil, Tandan Buah Segar Abstract

Angola Accession is an oil palm that was introduced from the State of Angola in 2012. The accession has different flower characteristics from the varieties of oil palm commonly planted at this time such as bunch size, bunch length, number of spikelets, buds, and flower color. The condition is thought to affect the diversity of flower visitor insects, plus the accession is a type of introduction that has just been planted in Indonesia. This research was conducted to analyze the diversity of visitor insects and characterize male and female flowers in Angolan accession oil palm. This research was conducted at the germplasm of the West Sumatra Agricultural Technology Assessment Agency (BPTP), in Sitiung District. Flower visitor insects are collected directly, using yellow trays and swing nets. Flower visitor insects collected are identified to the family level. Diversity and evenness were calculated using Shannon's diversity index and evenness of the simpsons. The number of insect visitors to Angola's palm oil flowers as many as 1629 individuals consisting of 16 morphospesies, 7 orders and 12 families. In male flowers, 1238 individuals were found consisting of 6 orders and 8 families. Insects visitors female flowers as many as 391 individuals consisting of 7 orders and 9 families. The diversity and evenness index in female flowers is higher than male flowers at 0.95; 0.48 and 0.53; 0.25

(2)

Bioma, Volume 5 (1) : 47 – 59, Januari – Juni 2020

http://journal.unhas.ac.id/index.php/bioma 48

Pendahuluan

Pada tahun 2009-2010 beberapa konsorsium perusahaan kelapa sawit Indonesia melakukan eksplorasi ke Negara Kamerun dan Angola untuk mengumpulkan plasama nutfah sebagai bahan pemuliaan untuk mendapatkan varietas baru. Plasma nutfah hasil eksplorasi tersebut ditanam pada beberapa daerah di Indonesia, salah satunya di Kecamatan Sitiung Kabupaten Dharmasraya Provinsi Sumatera Barat. Kebun plasma tersebut dikelola Badan Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Provinsi Sumatera Barat. Pada lokasi tersebut ditanam sebanyak dua aksesi kelapa sawit yaitu Angola dan Kamerun. Aksesi Angola yang ditanam terdiri dari dua tipe yakni Dura dan Pisifera. Sampai saat ini informasi botani aksesi Angola belum tersedia.

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan aksesi Angola memiliki karakteristik yang berbeda dengan varietas kelapa sawit yang dibudidayakan di beberapa daerah di Indonesia. Beberapa karakteristik botani kelapa sawit aksesi Angola diperoleh melalui wawancara dengan pengelola kebun plasma nutfah BPTP. Diketahui bahwa aksesi Angola memiliki pertumbuhan yang tergolong cepat akan tetapi memiliki diameter batang yang kecil sampai sedang rata-rata ± 50-60 cm. Pelepah panjang berukuran kecil dengan susunan jarang dan tidak kompak. Susunan anak daun pada pelepah terlihat jarang dan pendek. Berikutnya aksesi Angola memiliki karakterisitik bunga yang unik.

Secara umum bunga jantan dan betina berukuran besar. Bunga terletak diantara pelepah dan terlihat terhimpit. Tandan bunga jantan dan betina tergolong pendek sehingga posisi bunga terlihat terhimpit diantara pelepah. Bunga jantan yang belum mekar ditutupi seludang berwarna cokelat muda dengan ukuran yang besar. Setelah seludang pecah terlihat spikelet dengan warna cokelat. Ukuran spikelet terlihat lebih pendek akan tetapi diameter lebih besar. Bunga jantan kelapa sawit yang sedang antesis bunga berwarna kuning mengeluarkan aroma yang menjadi penarik (antraktan). Kepala putik bunga betina yang sedang reseptif berwarna putih kekuningan, berlendir, dan mengeluarkan aroma. Diduga perbedaan karakterisitik bunga tersebut akan mempengaruhi keanekaragaman serangga pengunjung bunga.

Informasi tentang keanekaragaman serangga pengunjung kelapa sawit aksesi Angola belum ada dilaporkan. Hal ini tidak terlepas dari keterbatasan penanaman dari aksesi tersebut. Ditambah aksesi tersebut merupakan tanaman introduksi dari Angola. Menarik untuk diteliti bagaimana respon serangga pengunjung bunga yang ada di Indonesia terhadap keberadaan aksesi tersebut. Penulis telah melakukan penelitian dengan judul “Keanekaragaman Serangga Pengunjung Bunga Pada Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Aksesi Angola”. Tujuan dari penelitian ini adalah mempelajari keanekaragaman serangga pengunjung bunga dan mendeskripsikan karakteristik bunga jantan dan bunga betina pada kelapa sawit aksesi Angola.

Metode Penelitian

Metode Penelitian dan Penentuan Lokasi

Penelitian ini berbentuk survei dan metode pengambilan sampel yang digunakan yaitu Purposive Sampling. Lokasi penelitian sudah ditentukan yakni kebun plasma nutfah Badan Pengkajian Tanaman Perkebunan (BPTP) Provinsi Sumatera Barat, yang terdapat di Kabupaten Dharmasraya. Luas lahan kelapa sawit Aksesi Angola ± 7 Ha dengan jumlah tanaman 728 pohon, pada saat ini tanaman kelapa sawit sudah berumur 5 tahun.

(3)

Bioma, Volume 5 (1) : 47 – 59, Januari – Juni 2020

http://journal.unhas.ac.id/index.php/bioma 49

Penentuan Tanaman Sampel

Tanaman kelapa sawit yang digunakan sebagai sampel adalah tanaman yang sedang berbunga yakni bunga betina reseptif dan jantan anthesis. Survei pendahuluan dilakukan sebelum pengambilan sampel untuk menemukan bunga jantan dan bunga betina yang akan mekar. Sehingga ketika pengambilan sampel dilakukan bunga tersebut sudah dalam keadaan mekar sempurna. Pengambilan sampel dilakukan sebanyak 3 kali dengan interval waktu 1 bulan. Pada Aksesi Angola diambil sampel sebanyak 3 tandan bunga betina reseptif dan 3 tandan bunga jantan anthesis. Total bunga jantan dan betina yang diamati selama penelitian sebanyak 9 tandan.

Pengambilan sampel serangga

Metode pengambilan sampel yakni nampan kuning dan hand collecting. Nampan Kuning diisi dengan air sabun sebanyak 1/3 volume gelas plastik dan diletakkan disamping bunga yang mekar selama 24 jam Pengambilan sampel serangga dilaksanakan sebanyak 3 kali dengan interval waktu 1 bulan. Hand collecting dilakukan untuk mengoleksi serangga yang hinggap dan berada di sekitar bunga tanaman.

Identifikasi Serangga

Serangga yang didapat akan diidentifikasi sampai tingkat famili. Identifikasi serangga predator dan parasitoid untuk tingkat famili dilakukan dengan mengacu pada buku Pengenalan Pelajaran Serangga Edisi ke-enam oleh Borrer et al. (1992),

Analisis Data

Data yang telah diperoleh digunakan untuk menganalisis indek keanekaragaman Shannon-Weiner (H’) dan indeks kemerataan Simpson

Hasil dan Pembahasan

Komunitas Serangga Pengunjung Bunga Kelapa Sawit

Serangga pengunjung yang dikoleksi pada penelitian ini sebanyak 1629 individu yang terdiri dari 16 morfospesies, 7 ordo dan 12 famili. Pada bunga jantan ditemukan sebanyak 1238 individu yang terdiri dari 6 ordo dan 8 famili. Pada bunga betina ditemukan sebanyak 391 individu yang terdiri dari 7 ordo dan 9 famili. Jumlah individu serangga lebih banyak terdapat pada bunga jantan daripada bunga betina tetapi untuk jumlah ordo dan famili lebih banyak terdapat pada bunga betina. Sebelumnya dilaporkan Kusumawardhani (2011), dimana terdapat sebanyak 3 ordo dan 5 famili serangga pengunjung bunga jantan di kebun Cikasungka, Bogor. Jumlah tersebut lebih sedikit dibandingkan dengan serangga pengunjung bunga betina yang dilaporkan Pratiwi (2013), dimana ditemukan sebanyak 5 ordo dan 6 famili di PTPN VIII Kebun Sukamaju, Sukabumi.

Tingginya ordo dan famili yang didapatkan diduga dipengaruhi oleh beberapa faktor, faktor utama yaitu karakteristik bunga kelapa sawit aksesi Angola yang memiliki perbedaan dengan karakteristik bunga yang lain seperti diameter bunga lebih besar sehingga sumber pakan berupa serbuk sari dan nektar serta habitat hidup serangga lebih banyak tersedia. Menurut Haneda et al. (2013) kualitas dan kuantitas makanan mempengaruhi kenekaragaman serangga. Kemudian bunga tersebut memiliki ukuran tandan yang pendek sehingga terlihat seperti terhimpit diantara pelepah, hal tersebut dapat menyebabkan habitat serangga menjadi lebih aman dari gangguan luar. Selain itu seludang yang membungkus bunga lebih tipis menyebabkan bunga saat mekar

(4)

Bioma, Volume 5 (1) : 47 – 59, Januari – Juni 2020

http://journal.unhas.ac.id/index.php/bioma 50

lebih sempurna, dengan demikian senyawa folatil yang dihasilkan lebih tinggi, senyawa folatil tersebut berperan dalam menarik serangga untuk mengunjungi bunga. Menurut Dafni (1992) Warna dan karakter bunga, serbuk sari, nektar, serta faktor lingkungan berpengaruh pada keragaman serangga yang berkunjung.

Serangga pengunjung yang banyak ditemukan pada bunga jantan dan betina adalah ordo Coleoptera famili Curculionidae, ordo Dermaptera famili Forficulidae dan ordo Hymenoptera famili Formicidae. Hal ini disebabkan karena famili Curculionidae merupakan serangga penyerbuk utama serta melakukan aktivitas bertelur dan mencari makan pada bunga kelapa sawit. Menurut Pratiwi (2013) tingginya famili Curculionidae yang berkunjung kemungkinan berkaitan dengan tingginya konsentrasi estragol pada bunga. Kemudian serangga lain yang banyak ditemukan pada bunga kelapa sawit yaitu famili Forficulidae. Menurut Kalshoven (1981), famili Forficulidae adalah salah satu dari anggota Dermaptera yang hidup di kelapa sawit pada celah bunga dan buah yang padat. Kemudian serangga tersebut dapat berfungsi sebagai predator yang memangsa larva serangga hama (sebagian besar dari ordo Coleoptera dan Diptera) serta serangga kecil lainnya dari ordo Hemiptera.

Tabel 1. Jumlah ordo, famili dan morfospesies serangga pengunjung pada bunga jantan dan betina

Ordo Famili Morfospesies

Bunga Betina Jantan Coleoptera Curculionidae Meloidae 1 1 278 0 1077 3 Dermaptera Forficulidae 2 21 108 Diptera Cecidomyiidae Dolichopopidae Drosophilidae 2 1 1 3 2 19 0 0 26 Hemiptera Berytidae Miridae Reduviidae 1 2 1 0 2 0 2 0 4 Homoptera Cicadellidae 1 3 0 Hymenoptera Formicidae 2 49 15 Thysanoptera Thripidae 1 14 6

Serangga pengunjung lainnya yang ditemukan pada bunga kelapa sawit yaitu famili Formicidae. Semut (Hymenoptera:Formicidae) sebagian besar adalah predator utama serangga lain. Semut memakan telur, larva, pupa maupun serangga dewasa (Mele dan cuc, 2004). Rianti (2008) melaporkan bahwa semut tidak efektif sebagai serangga penyerbuk pada penyerbukan silang karena kemampuannya yang hanya dapat memimindahkan serbuk sari dari satu bunga ke bunga lain dalam satu tanaman. Semut mengunjungi bunga untuk mencari pakan berupa nektar kemudian membawanya kedalam sarang (Triplehorn dan Johnson, 2005). Pada penelitian ini Famili Formicidae ditemukan pada bunga jantan dan bunga betina kelapa sawit. Hal yang sama dilaporkan Perdana (2013) di PTPN VIII Cimulang Bogor, dimana pada penelitiannya ditemukan famili Formicidae yang mengunjungi bunga pada tanaman kelapa sawit.

(5)

Bioma, Volume 5 (1) : 47 – 59, Januari – Juni 2020

http://journal.unhas.ac.id/index.php/bioma 51

Kemudian serangga lain yang ditemukan pada bunga kelapa sawit yaitu famili Drosophilidae. Famili Drosophilidae tersebar luas di Asia tropik dan genus ini makan atau berkembang biak di bunga. Di Afrika, ditemukan beberapa spesies dari famili Drosophilidae di bunga kelapa sawit (Cariou, 2008). Sedangkan di Bogor, famili Drosophilidae mengunjungi bunga jantan kelapa sawit (Yorumiyanti, 2012). Sebelumnya Pratama (2014) melaporkan bahwa ordo Coleoptera famili Curculionidae dan ordo Dermaptera famili Forficulidae merupakan serangga pengunjung terbanyak ditemukan pada bunga jantan, sedangkan pada bunga betina ordo Coleoptera famili Curculionidae dan ordo Hymenoptera famili Megachilidae merupakan serangga pengunjung terbanyak di Kabupaten Batanghari, Jambi.

Kelimpahan serangga pengunjung pada bunga jantan lebih tinggi dibandingkan bunga betina. Faktor yang mempengaruhi tingginya kelimpahan serangga pengunjung bunga jantan yaitu jumlah bunga yang mekar. Bunga jantan merupakan sumber pakan (serbuk sari) dari kumbang serangga penyerbuk kelapa sawit dan serangga lainnya, habitat tempat melakukan aktivitas biologi kumbang. Selain itu, kandungan seyawa folatil pada bunga yang mekar diduga menjadi salah satu faktor penyebab tinggi atau rendahnya keanekaragaman dan komposisi spesies serangga. Tingkat kemekaran bunga menjadi salah satu faktor yang dapat menentukan tinggi rendahnya senyawa folatil yang dihasilkan oleh bunga kelapa sawit. Senyawa folatil yang dikeluarkan oleh bunga jantan dan betina dengan jumlah berbeda menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi jumlah dan komposisi keanekaragaman serangga pengunjung.

Menurut Free (1993) bunga jantan yang sedang mekar memiliki aroma yang kuat dibandingkan dengan bunga betina, karena bunga jantan menghasilkan senyawa folatil yang lebih banyak dari pada bunga betina. Selain itu tingginya kelimpahan pada bunga jantan disebabkan oleh banyaknya kelimpahan dari famili Curculionidae yakni E. kamerunicus. Kumbang E.kamerunicus merupakan serangga penyerbuk penting dalam usaha meningkatkan produktivitas kelapa sawit karena serangga ini diketahui sebagai perantara efektif dalam membantu pembentukan buah (Corley dan Tinker, 2003).

Indeks Keanekaragaman (H’) dan Kemerataan (E) Serangga Pengunjung

Indeks keanekaragaman dan kemerataan pada bunga jantan dan betina dapat dilihat pada tabel 2 yaitu pada bunga jantan sebesar 0,53 dan 0,25 sedangkan pada bunga betina yakni 0,95 dan 0,48. Tingginya Indeks keanekaragaman dan kemerataan pada bunga betina dipengaruhi banyaknya individu dominan yang didapatkan daripada bunga jantan.

Tabel 2. Kekayaan spesies, kelimpahaan individu dan indeks keanekaragaman serta kemerataan serangga pengunjung kelapa sawit.

Parameter Bunga Jantan Betina Kekayaan Jenis 10 13 Kelimpahan Individu 1238 391 Indeks Keanekaragaman 0,53 0,95 Indeks Kemerataan 0,25 0,48

Menurut Soegianto (1994), suatu kekayaan spesies dikatakan mempunyai nilai indeks keanekaragaman tinggi jika kekayaan spesies itu disusun banyak jenis individu, dan jika sedikit jenis individu yang dominan, maka keanekaragaman jenisnya rendah.

(6)

Bioma, Volume 5 (1) : 47 – 59, Januari – Juni 2020

http://journal.unhas.ac.id/index.php/bioma 52

Indeks kemerataan pada bunga betina lebih tinggi dibandingkan bunga jantan. Jumlah individu setiap famili bunga betina lebih merata dibandingkan bunga jantan yang terdapat satu spesies yang mendominasi yakni famili Curculionidae. Menurut Odum (1998), bahwa keanekaragaman dan kemerataan akan bernilai tinggi jika nilai indeks dominansi relatif rendah dan sebaliknya. Suatu ekosistem yang mendominan pada daerah tersebut mengakibatkan rendahnya keanekaragaman dan kemerataan untuk spesies lainnya. Hal yang menyebabkan indeks keanekaragaman pada bunga betina tinggi disebabkan spesies yang didapat lebih merata berkunjung ke bunga betina. Indeks keanekaragaman serangga pengunjung bunga jantan dan betina tergolong rendah yakni H’<1.

Indeks Nilai Penting (INP) Serangga Pengunjung Bunga Kelapa Sawit

Indeks nilai penting bertujuan untuk mengetahui dominansi suatu spesies dalam komunitas tertentu. Nilai INP dihitung berdasarkan banyaknya jumlah total individu famili yang ditemukan pada seluruh lokasi penelitian. Berdasarkan tabel dibawah ini dapat dilihat bahwa ordo Coleoptera, famili Curculionidae memiliki nilai indeks tertinggi yaitu 1.

Tabel 3. Indeks nilai penting (INP) serangga pengunjung bunga kelapa sawit Famili Kepadatan Kepadatan

Relatif Frekuensi Frekuensi Relatif INP Berytidae 0,22 0 0,22 0,03 0,03 Cecidomyiidae 0,33 0 0,33 0,04 0,04 Cicadellidae 0,33 0 0,33 0,04 0,04 Curculionidae 150,5 0,83 1 0,14 1 Dolichopopidae 0,22 0 0,22 0,03 0,03 Drosophilidae 5 0,02 1 0,14 0,16 Forficulidae 14,3 0,07 1 0,14 0,21 Formicidae 7,11 0,03 1 0,14 0,17 Meloidae 0,33 0 0,33 0,04 0,04 Miridae 0,22 0 0,22 0,03 0,03 Reduviidae 0,44 0 0,44 0,06 0,06 Thripidae 2,22 0,01 1 0,14 0,15

Famili Curculionidae merupakan serangga yang dominan pada lokasi penelitian disebabkan jumlah individu yang banyak diperoleh saat pengambilan sampel. Hal lain yang mempengaruhi dominannya suatu famili Curculionidae yakni bunga jantan kelapa sawit yang merupakan sumber pakan (serbuk sari) dan habitat tempat melakukan aktivitas biologi. Menurut Hull (2008), INP yang tinggi dipengaruhi oleh kemampuan organisme dalam berproduksi maupun menyesuaikan terhadap kondisi lingkungan dengan menggambarkan besarnya penguasaan yang diberikan oleh spesies terhadap komunitasnya. Kumbang E. kamerunicus melakukan aktivitas makan dan berkembang biak pada bunga jantan kelapa sawit dan tidak berbahaya pada tanaman lain. E. kamerunicus bersifat spesifik dan beradaptasi sangat baik pada tanaman kelapa sawit. Serangga ini dapat beradaptasi pada musim hujan dan kering sehingga dapat memindahkan tepung sari dengan kualitas yang sama baik pada tanaman muda maupun tanaman tua serta mencari dan mengenali bunga betina. Dalam proses penyerbukan, serangga penyerbuk kelapa sawit tertarik pada bau bunga jantan. Mereka terbang mendekati dan hinggap pada bunga jantan sehingga serbuk sari akan

(7)

Bioma, Volume 5 (1) : 47 – 59, Januari – Juni 2020

http://journal.unhas.ac.id/index.php/bioma 53

melekat pada tubuhnya. Pada waktu kumbang hinggap pada bunga betina yang sedang mekar, serbuk sari yang melekat pada tubuhnya akan terlepas dan menyerbuki bunga-bunga betina (Lubis, 2008).

Karakterisasi Bunga Kelapa Sawit Aksesi Angola

Karakteristik bunga jantan memiliki bentuk memanjang dan ramping, ujung spikelet bunganya agak meruncing. Berdasarkan tabel dibawah diketahui bahwa tandan bunga jantan lebih panjang dari bunga betina dengan bentuk lonjong yaitu 43,83 cm, diameter bunga jantan lebih kecil dari bunga betina yaitu 23,74 cm. Tandan bunga jantan terbungkus oleh seludang bunga dimana akan pecah menjelang waktu antesis. Setiap tandan bunga memiliki 119,33 jumlah spikelet. Masing-masing spikelet ini berisi antara 1368,66 kuntum bunga penghasil serbuk sari. Bunga jantan kelapa sawit akan mekar dalam waktu 2-4 hari dimulai dari bagian bawah spikelet. Setiap bunganya mengandung banyak serbuk sari dan berbobot 51,06 gram. Bunga jantan yang sedang antesis akan mengeluarkan aroma seperti adas. Selanjutnya serbuk sari tersebut akan mati setelah berumur 3-4 hari dari masa antesis.

Tabel 4. Karakteristik Bunga kelapa sawit Aksesi Angola Karakteristik

Aksesi Angola

Jantan Betina

Panjang Tandan (cm) 43,83 32, 44

Diameter Tandan (cm) 23,74 25, 26

Jumlah Spikelet (/tandan) 119, 33 121, 66

Jumlah Kuncup (/spikelet) 1368,66 15

Berat serbuk sari (g) 51.06 -

Bunga kelapa sawit yang berjenis kelamin betina memiliki kekhasan pada bentuknya yang oval membulat. Tandan bunga betina lebih pendek daripada bunga jantan yaitu 32,44 cm. Diameter bunga lebih besar dibandingkan dengan bunga jantan yaitu 25,26 cm. Bunga betina memiliki tandan bunga yang terbungkus oleh seludang. Seludang ini akan akan pecah ketika 15-30 hari sebelum reseptif. Setiap tandan bunga betina terdapat 121,66 spikelet dan masing-masing spikelet memiliki 15 kuncup bunga.

Gambar 1. Morfologi bunga kelapa sawit Aksesi Angola (a) bunga jantan,(b)spikelet bunga, (c) kuncup bunga

a

b

(8)

Bioma, Volume 5 (1) : 47 – 59, Januari – Juni 2020

http://journal.unhas.ac.id/index.php/bioma 54

Gambar 2. Morfologi bunga kelapa sawit Aksesi Angola (a) bunga betina, (b) spikelet bunga, (c) kuncup bunga

Selain pengamatan karakteristik yang dilakukan diatas ada perbedaan lain antara warna bunga jantan kelapa sawit Aksesi Angola dengan kelapa sawit yang umum di tanam pada saat ini, yaitu warna pada bunga jantan lebih gelap dari pada bunga kelapa sawit yang lain. Bunga jantan berwarna kuning tua dan mulai mekar (anthesis) dari bagian pangkal ke bagian ujung tandan bunga. Hal ini dapat mempengaruhi jumlah kunjungan serangga pada bunga sebab beberapa jenis serangga tertarik pada warna kuning. Menurut Asikainen et al. (2005) beberapa faktor yang mempengaruhi ketertarikan serangga penyerbuk terhadap bunga tanaman antara lain ukuran bunga, warna bunga dan jumlah bunga.

Korelasi Karakterisasi Bunga Aksesi Angola Dengan Kelimpahan Populasi Serangga Pengunjung Bunga

Berdasarkan hasil uji korelasi pearson menunjukkan adanya hubungan antara karakteristik bunga dengan kelimpahan serangga pengunjung. Berdasarkan tabel dibawah ini diketahui bahwa pada bunga betina hanya variabel jumlah kuncup bunga yang memiliki korelasi kuat dengan nilai 0,70, dan pada bunga jantan korelasi cukup kuat juga terjadi pada jumlah kuncup bunga yaitu sebesar 0,46. Hal ini dikarenakan kuncup bunga dapat mempengaruhi kehadiran serangga pengunjung, sebab pada kuncup bunga terdapat serbuk sari yang merupakan sumber makanan dari beberapa jenis serangga dan senyawa folatil yang mengeluarkan aroma untuk mengundang serangga tersebut datang. Sedangkan korelasi pada variabel yang lain terlihat sangat lemah dikarenakan nilai korelasi antara dua variabel tidak berhubungan sehingga tidak mempengaruhi hasil korelasi.

a

b

(9)

Bioma, Volume 5 (1) : 47 – 59, Januari – Juni 2020

http://journal.unhas.ac.id/index.php/bioma 55

Tabel 5. Hubungan karakteristik bunga kelapa sawit aksesi Anggola terhada kelimpahan serangga pengunjung bunga

Jenis Bunga

Karaktersitik Bunga

Nilai Korelasi

Pearson T.hitung Keterangan Betina Panjang tandan 0,22 1,62

Korelasi sangat lemah Diameter tandan 0,07 0,52 Korelasi sangat lemah Jumlah spikelet 0,17 1,28 Korelasi sangat lemah Jumlah kuncup

bunga 0,70 9,95 Korelasi kuat

Jantan Panjang tandan -0,22 -1,61

Korelasi sangat lemah Diameter tandan -0,03 -0,24 Korelasi sangat lemah Jumlah spikelet -0,00 -0,02 Korelasi sangat lemah Jumlah kuncup

bunga 0,46 4,22 Korelasi cukup kuat

Jumlah serbuk

sari -0,06 -0,42

Korelasi sangat lemah

Korelasi memperlihatkan hubungan yang erat antara dua variabel. Nilai koefisien korelasi berkisar antara -1 hingga +1. Jika diperoleh koefisien korelasi nol, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat korelasi antara kedua sifat tersebut. Jika didapat koefisien semakin mendekati +1 atau -1 hubungan yang ditunjukkan semakin erat. Jika nilai korelasi semakin medekati +1 berarti peningkatan suatu sifat akan diikuti oleh peningkatan sifat lainnya dan semakin mendekati -1 berarti peningkatan suatu sifat akan mengurangi sifat yang lainnya. Sedangkan kriteria derajat keeratan berdasarkan koefisien korelasinya yaitu 0 : tidak ada korelasi antara dua variabel, 0 - 0,25 : korelasi sangat rendah, 0,25 – 0,5 : korelasi sedang, 0,5 – 0,75 : korelasi tinggi, 0,75 – 0,99 : korelasi sangat tinggi, sedangkan 1 : korelasi sempurna (As’ari, 2014)

Korelasi Karakterisasi Bunga Aksesi Angola Dengan Jumlah Spesies Populasi Serangga Pengunjung Bunga

Pada Tabel 6 terlihat hubungan korelasi antara karakteristik bunga dengan jumlah spesies serangga pengunjung bunga, dimana pada bunga betina korelasi cukup kuat terdapat pada jumlah spikelet dan korelasi kuat terdapat pada jumlah kuncup bunga, pada jumlah spikelet nilai korelasi mencapai 0,58 dan pada jumlah kuncup bunga nilai korelasi sebesar 0,65. Hal ini terjadi karena variabel karakteristik bunga mempengaruhi jumlah spesies serangga yang didapatkan. Spikelet akan menghasilkan kuncup bunga kemudian akan menghasilkan serbuk sari dan senyawa folatil yang akan mengundang serangga pengunjung.

(10)

Bioma, Volume 5 (1) : 47 – 59, Januari – Juni 2020

http://journal.unhas.ac.id/index.php/bioma 56

Tabel 6. Hubungan karakteristik bunga kelapa sawit aksesi Anggola terhadap jumlah spesies serangga pengunjung bunga

Jenis

Bunga Karaktersitik Bunga

Nilai Korelasi Pearson

T.hitung Keterangan Betina Panjang tandan -0,20 -1,48 Korelasi sangat lemah

Diameter tandan -0,06 -0,43 Korelasi sangat lemah Jumlah spikelet 0,58 6,32 Korelasi cukup kuat

Jumlah kuncup

bunga 0,65 7,99 Korelasi kuat

Jantan Panjang tandan 0,75 12,53 Korelasi kuat Diameter tandan 0,36 2,93 Korelasi lemah

Jumlah spikelet -0,07 -0,53 Korelasi sangat lemah Jumlah kuncup

bunga 0,65 8,10 Korelasi kuat

Jumlah serbuk sari -0,36 -2,96 Korelasi sangat lemah Pada bunga jantan nilai korelasi kuat terdapat pada variabel panjang tandan dan jumlah kuncup bunga, yakni 0,75 dan 0,65. Tandan yang panjang diduga akan mempengaruhi jumlah spesies serangga pengunjung, karena tandan yang panjang akan memudahkan serangga untuk menemukan bunga pada tanaman tersebut, sebab bunga jantan memiliki warna dan aroma yang dapat menarik perhatian serangga pengunjung. Sedangkan pada jumlah spikelet nilai korelasi sangat lemah, hal ini diduga meskipun jumlah spikelet pada tandan banyak namun apabila tingkat kemekaran bunga rendah maka dapat mempengaruhi jumlah serangga yang datang berkunjung.

Kesimpulan

Indeks keanekaragaman serangga pengunjung bunga jantan dan betina tergolong rendah yakni H’<1. Indeks keanekaragaman pada bunga betina lebih tinggi jika dibandingkan bunga jantan yakni 0,95; 0,53. Serangga pengunjung yang dikoleksi pada penelitian ini sebanyak 1629 individu yang terdiri dari 16 morfospesies, 7 ordo dan 12 famili

Daftar Pustaka

Arias, D.,C. Montoya, and H. Romero. 2012. Molecular Characterization of Oil Pa lm (Elaeis guineensis Jacq.) Materials from Cameroon. Plant. Genet. Res. 11:1-9.

Asikainen, E., and P. Mutikainen. 2005. Prefrence of Pollinators and herbivores in Gynodioecious Geranium sylvaticum. Annals of Botany. 95: 879-886.

As’ari, N.P. 2014. Proportion Reduction in Eror (pre) Dalam Mengukur Asosiasi Penggunaan Kontrasepsi Hormonal Terhadap Kejadian Hipertensi. [Skripsi]. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Negeri Yogyakarta.

(11)

Bioma, Volume 5 (1) : 47 – 59, Januari – Juni 2020

http://journal.unhas.ac.id/index.php/bioma 57

Bart, FG. 1991. Insects and flowers: The Biology and partnership. Princeton Univ Pr: New Jersey (US).

Borror, D.J., Triplehorn C.A., and Johnson N.F. 1996. Pengenalan Pelajaran Serangga Edisi ke-6. Partosoedjono S, penerjema. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Terjemahan dari an Introduction to the Study of Insect.

Cariou, M.L. 2008. Drosophilidae of Seychelles: biogeography, ecology, and conservation status. Phelsuma 16:19-30.

Corley. 1986. Teori Pembelajaran. Scolastik: Bandung

Corley R.H.V. 1976. Oil Palm Research. Elsevier Scientific Publishing Company, Amsterdam, The Netherlands : 25-30.

Corley. R.H.V and P.B. Tinker. 2003. The Oil Palm. Ed ke-4. Blackwell Scientific.Oxford: US.

Dafni, A. 1992. Pollination Ecology: A Practical Approach. Oxford: Oxford University Press. 250 hal.

Delaplane KS., and DF Mayer. 2000. Crop Pollination by Bees. CABI Publishing: New York.

Dery. 2014. Keanekaragaman Serangga Pengunjung Bunga Kelapa Sawit di Perkebunan Rakyat Jambi. [Skripsi]. Institut Pertanian Bogor : Bogor.

Dobson, H.E.M. 1994. Floral Volatiles in Insect Biology. in: Bernays E, Editor. Insect-Plant Interactions. Vol 5. Boca Raton. CRC Pr. hlm 63-87.

Efendi, S. 2016. Keanekaragaman Serangga Pengunjung Bunga Kelapa Sawit Pada Aksesi Kamerun dan Angola. Universitas Andalas: Padang

Fauzi, Y. 2012. Kelapa Sawit. Penebar Swadaya: Jakarta

Free, J.B. 1993. Insect Pollination of Crops. London : Academic Press

Gray. B. S. 1976. Yield Component. P 77 – 85. In R. H. V. Corley, J. J. Hardon, and B. J Wood (Eds). Oil Palm Research. Elseiver Scientific Publishing Company. Amsterdam

Gulland PJ, Cranston. 2000. The Insects: An Outline of Entomology. Ed ke-2 (GB); Blackwell Scientific: London.

Hammond, P.C., and J.C. Miller. 1998. Comparison of the Biodiversity of Lepidoptera within Tree Forested Ecosystems.Departement of Entomology. Oregon State University: USA

Haneda, N.F., C, Kusmana. dan F,D, Kusuma. 2013. Keanekaragaman Serangga di Ekosistem Mangrove. Jurnal Silvikultur Tropika. 4(1): 42-46.

Harumi, E .R. 2011. Populasi Kumbang Elaeidobius kamerunicus Faust. Pada Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq) Di PTPN VIII Cimulang. Bogor. [Skripsi]. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor: Bogor

(12)

Bioma, Volume 5 (1) : 47 – 59, Januari – Juni 2020

http://journal.unhas.ac.id/index.php/bioma 58

Kalshoven, L.G.E. 1981. The Pets of Crops In Indonesia. Rev. & trans by Van Der Lan & G.H.L Rothschild. PT Ichtiar Baru – Van Hoeve. Jakarta. 701 Halaman Kevan PG. 1999. Pollinators as Bioindicators of the State of the Environment: Species,

Activity and Diversity. Agriculture Ecosystem Environment. 74(1999): 373-393.

Klein A. 2003. Fruits et of high land coffe increases with the diversity of pollinating bees. Proceedings of the Royal Society of London B.

Kusumawardhani G. 2011. Keragaman serangga pengunjung bunga jantan kelapa sawit (Elaeis guineesis Jacq.) [Skripsi]. Institut Pertanian Bogor: Bogor.

Lubis, A.U. 2008. Kelapa Sawit (Elaeis guinensis Jacq.) di Indonesia Edisi 2. Pusat penelitian Kelapa Sawit. Sumatera Utara.

Mele P.V, Cuc. 2004. Semut Sahabat Petani: Meningkatkan Hasil Buah-Buahan dan Menjaga Kelestarian Lingkungan Bersama Semut Rangrang. Rahayu S, penerjemah Jakarta: World Agroforestry Centre. Terjemahan dari: Ants as Friends: Improving Your Tree Crops with Weaver Ants.

Nurindah, 2015. Elaeidobius kamerunicus: Penyerbukan dan Fruit set. http://pei-pusat.org/wp-content/2015/09/BULETIN-ENTOMOLOGI.pdf diakses 17 April 2016

Odum, E.P 1993. Dasar-dasar ekologi edisi ketiga. Sumingan. T., penerjemah: Srigandon, B., penyunting. Yogjakarta : UGM Press. Terjemahan dari Fundamental of Ecology. 697.

Pereira, D. 2002. Kelapa Sawit. Konisius: Yogyakarta

Perdana, N.J. 2013. Komunitas Serangga Indigenous pada Bunga Jantan Kelapa Sawit (Elaeis guinensis Jacq). [Skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Pratama, D.R. 2014. Keanekaragaman Serangga Pengunjung Bunga Kelapa Sawit di perkebunan Rakyat Batanghari Jambi. [Skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Pratiwi, H.P. 2013. Serangga Pengunjung Bunga Betina dan Polen yang Terbawa Kumbang Elaeidobius Kamerunicus pada Kelapa Sawit. [Skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Rianti, P. 2008. Keragaman Perilaku Kunjungan dan efektivitas Serangga Penyerbuk Tanaman Jarak Pagar (Jatropha curcas L: Euphorbiaceae) [Tesis]. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Saputra, A.K. 2011. “Populasi kumbang Elaeidobius kamerunicus Faust. (Coleoptera: Curculionidae) sebagai penyerbuk tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kumai, Kalimantan Tengah”. [Skripsi]. Institut Pertanian Bogor: Bogor

Susanto, A., Purba R.Y, dan Prasetyo A.E. 2007. Elaeidobius Kamerunicus: Serangga Penyerbuk Kelapa Sawit. Pusat Penelitian Kelapa Sawit: Medan

(13)

Bioma, Volume 5 (1) : 47 – 59, Januari – Juni 2020

http://journal.unhas.ac.id/index.php/bioma 59

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Alfabeta: Bandung

Soegianto, A. 1994. Ekologi Kuantitatif: Metode Analisis Populasi dan Komunitas. Jakarta : Penerbit Usaha Nasional.

Syed, R.A. 1982. Insect Pollination of Oil Palm: Introduction, Establishment and Pollinating Eficiency of Elaeidobius Kamerunicus in Malaysia.Commonwealth Institute of Biological Control (mimeo): 134

Tim Bina Karya Tani. 2009. Budidaya Tanaman Kelapa Sawit. Yrama Widya: Bandung.

Triplehorn CA., and JF, Johnson. 2005. Borror and Delong’s Introduction to Study of Insects. 7th ed. Pasific Grive: Thomson Brook/Cole

Turner, D.P dan R.A Gilbanks. 1974. Oil Palm Cultivation and Management Published by The Incorporated Society of Planters.

Yuromiyati AE. 2012. Populasi Scaptodrosophila Duda (Diptera: Drosophilidae) pada Bunga Jantan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di kebun Cimulang PTPN VIII Bogor, Jawa Barat. [Skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Gambar

Tabel  1.  Jumlah  ordo,  famili  dan  morfospesies  serangga  pengunjung  pada  bunga  jantan dan betina
Tabel  2.  Kekayaan  spesies,  kelimpahaan  individu  dan  indeks  keanekaragaman  serta  kemerataan serangga pengunjung kelapa sawit
Tabel 4. Karakteristik Bunga kelapa sawit Aksesi Angola  Karakteristik
Gambar 2. Morfologi bunga  kelapa sawit Aksesi Angola (a) bunga betina, (b) spikelet  bunga, (c) kuncup bunga
+3

Referensi

Dokumen terkait

Insekta adalah hewan yang paling adaptif di bumi karena dapat hidup pada berbagai tempat dan habitan dengan kondisi iklim yang berbeda; mulai dari kutup, sub tropis, tropis

Membawa : Laptop, Kabel Roll, Modem dan Flasdisk Acara : Kualitas Data Sekolah. Demikian atas perhatian dan kehadirannya disampaikan

[r]

N Kompetensi Dasar Alok Januari Februari Maret April Mei juni.. Mengetahui Guru Mata Pelajaran

- Pengadaan Peralatan Kantor PBJ 1 Paket Bandar Lampung 200.000.000 APBD-P Oktober 2012 Oktober - Desember 2012 Pengadaan Langsung - Pengadaan Perlengkapan Kantor PBJ 1 Paket

Sedangkan sub masalah dalam penelitian ini adalah (1) Bagaimanakah kemampuan guru merancang pembelajaran pada materi volume bangun ruang kubus dan balok dengan

dan berkeinginan untuk membangun kehidupan keluarga yanag lebih stabil, mereka membutuhkan konseling. Konseling keluarga menjadi efektif untuk mengatasi masalah-masalah

Penawaran publik sekuritas yang dibuat di Amerika Serikat akan dilakukan melalui prospektus yang diperoleh dari Perusahaan dan berisi keterangan rinci mengenai