• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAKWAH ANTAR BUDAYA DI ERA CYBER. Alim Puspianto, M.Kom.I STAI Luqman al Hakim Surabaya

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DAKWAH ANTAR BUDAYA DI ERA CYBER. Alim Puspianto, M.Kom.I STAI Luqman al Hakim Surabaya"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

Volume VIII Nomor 2 Maret – Agustus 2019

DAKWAH ANTAR BUDAYA DI ERA CYBER

Alim Puspianto, M.Kom.I STAI Luqman al Hakim Surabaya

Abstrak

Islam adalah agama“Rahmatan lil amamin” yang memberikan kedamaian dan ketenangan bagi seluruh alam. Sehingga kegiatan dakwah yang dilakukan oleh para pekalu dakwah tidak menggunakan kekerasa akan tetapi kegiatan dakwah tersebut selalu dilakukan dengan damai, bijak dan menggunakan pendekatan pendekatan budaya yang dianut oleh calon mad’unya. Perkembangan Islam dari masa ke masa sampai di era modern seperti sekarang ini tidak lepas dari semnagt dakwah para da’i da’i nya.Sejarah telah mencatat bahwa Agama Islam yang tadinya hanya di jazirah Arab saja sekarang sudah bisa masuk dan diterima oleh masyarakat dunia.Kalau kita perhatiakan secara seksama kesusksesan dakwah Islam tersebut tidak lepas dari pendekatan pendekatan budaya sesuai dengan kearifan lokal dimana mad’u berada.Dunia dakwah Islam khususnya dakwah antar budaya menemukan babak barunya ketika masyarakat dunia berbondong bondong masuk ke dunia baru yang bernama cyberspacy.

Pada tulisan ini penulis akan membahas tentangdakwah antar budaya di era cyber. Dimana kegiatan dakwah antar budaya diera cyber ini merupakan sebuah keniscayaan.Karena mau tidak mau dunia dakwah akan dipaksa masuk kedalam dunia baru yang bernama cyberspacy. Yaitu sebuah dunia maya yang terbebas dari ruang dan waktu sehinggamampumenghubungkan seluruh masyarakat dunia dengan segala keanekaragaman budayanya.

Dari kajian yang disajikan penulis menyimpulkan bahwadi era modern seperti sekarang ini dakwah antar budaya harus masuk dan ikut mewarnai kehidupan di cyberspacy.Untuk masuk dan ikut mewarnai kehidupan di dunia maya tersebut diperlukan tenaga tenaga da’i dengan keahlian khusus.Sehingga dengan kreatifitas dan inovasinya, konten dakwah khususnya materi dakwah antarbudaya.Dimana konten dakwah antarbudaya ini juga harusdisesuaikan dengan “permintaan pasar’ dan media yang dijadikan sebagai tujuan.Tentunya dengan memperhatikan budaya budaya yang dianut oleh masyarakat cyberspacy.Adapun media media yang dimaksud adalah media media yang berdomisili di “alam maya” baik berupa WEB, facebook, instagram, WA, youtube, twitter dan media media sejenisnya.

(2)

Volume VIII Nomor 2 Maret – Agustus 2019

A. Pendahuluan

Islam adalah agama dakwah sehingga tidak heran jika penyebaran agama Islam dari jazirah Arab sampi ke seluruh penjuru dunia terjadi begitu cepatnya.Karena memang konsekwensi seseorang setelah memeluk agama Islam adalah melakukan dakwah sesuai dengan kemampuan dan potensinya masing masing.Selain itu keagungan dan kemuliaan ajaran Islam sungguh sangat benar adanya.Sebagaimana kita melihat sejarah bahwa Islam memang tersebar keseluruh dunia itu adalah fakta.Tapi yang patut kita cermati dan itu menjadi kebanggaan adalah bahwa tersebarnya agama Islam keseluruh dunia tersebut dilakukan dengan damai, tanpa paksaan dan tanpa peperangan.Tidak berlebihan memang jika Islam disebut sebagai agama yang “Rahmatan lil amamin” yaitu mampu memberikan rahmad dan kedamaian kepada seluruh mahluk di dunia ini. Melihat realita tersebut kita bisa menyimpulkan bahwa agama Islam disebarkan ke seluruh penjuru dunia pasti kegiatan dakwah tersebut dilakukan dengan memperhatikan aspek sosiokultural atau menggunakan pendekatan budaya yang ada di daerah yang menajdi target dakwahnya.Artinya adalah dakwah penyebaran agama Islam tersebut dilakukan dengan konsep dakwah antarbudaya. Sebagaimana Nabi Muhammad SAW menyampaikan ajaran Islam kepda

bangsa Arab dengan pendekatan bahasa dan budaya Arab pada saat itu. Sesuai FirmanNya, ”Kami

tidak mengutus seorang rasulpun melainkan dengan bahasa kaumnya, supaya ia bisa memberi penjelasan dengan baik kepada mereka” (QS: Ibrahim:4).

Perbedan dan kekhasan dalam tatanan kehidupan social masyarakat adalah sebuah kewajaran. Mulai dari perbedaan warna kulit, bahasa, tradisi, pakaian, suku, bangsa dan lain sebagainya. Realitas keanekaragaman tersebut menuntut dan mengharuskan semua manusia untuk saling mengenal, berinteraksi dan saling sinergi antara satu dengan yang lainnya. Bukan tanpa alasan, akan tetapi itu semata dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan dan demi menjaga kelangsungan hidup dan kehidupan di alam dunia. Konteks “saling mengenal” ini juga merupakan fitrah manusia sebagai mahluk social yang tidak bisa hidup tanpa bantuan orang lain. Bagaimana tidak ? mulai dari kita dilahirkan kemudian memasuki masa anak anak, remaja, dewasa

(3)

Volume VIII Nomor 2 Maret – Agustus 2019

sampai menginjak masa tua bahkan sampai kita meninggalpun semuanya tidak lepas dari bantuan dan peran dari orang orang disekitar kita.Telah jelas Firman Allah tentang keberagaman kehidupan manusia yaitu:

ۚ اىُفَراَعَتِلَلِئاَبَقَواًبىُعُشْمُكاَىْلَعَجَىٰىَثْوُأَوٍزَكَذْىِمْمُكاَىْقَلَخاَّوِإُساَّىلااَهُّيَأاَي مٌز ِبَ مٌم ِلَعَهَّللاَّوِ ۚ ْ ُكاَقْ َ ِهَّللاَ ْىِعْمُ َ َزْكَ َّوِ

hai manusia sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa bangsa dan bersuku suku supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah maha mengetahui lagi maha mengenal”. QS.49 ayat :13

Hikmah ynag bisa kita ambil dari ayat diatas yaitu bahwa keberagaman, perbedaan suku, budaya dan tradisi adalah sebuah realitas yang dianugrahkan oleh Allah SWT kepada seluruh umat manusia. Keberagaman adalah sebuah kekayaan dan karuniabesar yang diberikan oleh Allh SWT kepada kita semua. Akan tetapi manakala manusia tidak bisa memaknai keberagaman itu secara bijak maka peperangan dan kehancuranlah yang akan kita dapatkan.

Dilihat dari kacamata dakwah perbedaan perbedaan yang ada itu menjadi sesuatu yang sangat penting untuk dikaji. Perbedaan tradisi dan kebudayaan menjadi tantangan tersendiri bagi keberlangsungan kegiatan dakwah Islam. Sehingga sudah menjadi kebutuhan bahwa dakwah Islam harus mampu menembus sekat sekat dan berbedaan kebudayaan yang ada di seluruh masyarakat dunia. Kajian dan pembahasan dakwan antarbudaya menjadi suatu kebutuhan sebagai

bekal dalam mendakwahkan Islam secara damai. Sesuai dengan konsep Islam yang rahmatan lil

alamin yaitu mampu memberikan kedamaian, ketenangan dan ketentraman kepada seluruh alam. Makanya tidak heran jika pembahasan tentang pendekatan dakwah antarbudaya sangat berkembang pesat di era cyber seperti sekarangini. Kenapa bisa demikian, setidaknya karena dengan konsep dakwah antarbudaya tersebut mejadikan kegiatan dakwah yang dilakukan lebih ramah dan bisa menyesuaikan dengan budaya dan adat istiadat dimana kegiatan dakwah itu dilaksanakan.Sehingga harapannya dakwah bisa diterima dan ajaran Islam bisa diterapkan di daerah tersebut.

(4)

Volume VIII Nomor 2 Maret – Agustus 2019

Dalam kontek era modern seperti sekarang ini, kemajuan teknologiberjalan begitu cepat dan canggih.Sehingga kemajuan dan kecanggihan terseut mampu melahirkan dunia baru yang

sering disebut sebagai cyberspacy.Yaitu sebuah dunia maya yang mampu mempermudah dan

memenuhi hampir seluruh kebutuhan masyarakat dunia.Dengan cyberspacy tersebut menjadikan

bumi yang luas ini seakan-akan menjadi kecil layaknya sebuah desa, dimana peristiwa yang terjadi diseluruh penjuru dunia akanmudah diketahui dengan cepat oleh seluruh masyarakat.Kondisi demikian sudah pasti berdampak ke seluruh aspek kehidupan manusia tidak terkecuali adalah dunia dakwah.Karena memang tidak bisa dipungkiri bahwa kegiatan dakwa juga memerlukan media atau wasilah.Masalah wasilah atau media ini begitu urgen bagi kelangsungan dunia dakwah

khususnya dakwah antar budaya.Dari sudut pandang kemajuan teknologi cyberspacyini, dakwah

dihadapkan dengan persoalan tentang bagaimana caranya menyampaikan pesan pesan Islam dalam kontek masyarakat modern yang semakin maju. Disinilah dakwah antarbudaya harus mampu mengambil perannya.Dakwah antarbudaya harus mampu masuk dan diterima di dunia

baru yang bernama cyberspacydengan segala pernak pernik aynag ada didalamnya.

Setelah melihat realita kemajuan zaman sedemikian hebat dan cepat. Maka tentunya mau tidak mau dunia dakwah khususnya para da‟i nya harus memberikan respon dan dipaksa terlibat

secara aktif menghadapi fenomenaa fenomena yang terjadi di belahan dunia.1 dengan

menggunakan kemajuan teknologi (media massa) harapannya dakwah bisa dinikmati tidak hanya pada satu tempat atau oleh satu kelompok saja namun bisa dinikmati oleh seluruh masyarakat di dunia ini. Apalagi dengan kehadiran internet yang mampu membuat seolah olah dunia berada digenggaman tangan. Sehingga pesan pesan dakwah yang disampaikan oleh para da‟i akan lebih maksimal dalam penyebarannya. Karena kita tahu bahwa bagi masyarakat modern , media sudah menjadi sebuah kebutuhan hidup dan gaya hidup. Segala sesuatu bisa diperoleh lewat media, mulai dari informasi, ilmu pengetahuan, hiburan, jual beli barang semuannya ada. Tinggal klik saja dilayar handphone, monitor PC, atau televisi, semua ada dan tersaji lengkap disitu.

Pada tulisan ini, akan dipaparkan tentang dakwah antarbudaya cyberspacy atau dunia maya. Harapanya para aktivis dakwah bisa mempersiapkan diri serta membekali kemampuan terkait dunia dakwah khususnya dakwah lewat media media zaman now.Sehingga dunia dakwah mampu eksis dan diterima oleh seluruh masyarakat dunia modern seperti sekarang ini.

1 Ilyas Ismail, Prio Hutman, Fisafat dakwah (rekayasa membangun agama dan perdaban Islam)(Jakarta: Kencana, 2011), 259

(5)

Volume VIII Nomor 2 Maret – Agustus 2019

B. Dakwah Antar Budaya

Ditinjau dari segi etimologis, dakwah berasal dari bahasa arab “dakwah” dari kata da’a (اعد)

yad’u (وعدي)da’watan(ةوعد) yang berarti panggilan, ajakan, seruan2 Dakwah dengan pengertian ini dapat dijumpai dalam ayat-ayat Al Qur‟an, yaitu :

  

Allah menyeru (manusia) ke darussalam (surga), dan menunjuki orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang Lurus (Islam)”. (Yunus : 25)3

Sedangkan secara terminologis, Syaikh Ali Mahfudz dalam kitabnya Hidayat Al- Mursyidin

mendefinisikan dakwah sebagai motifasi manusia untuk berbuat kebajikan, mengikuti petunjuk, memerintahkan kebaikan dan mencegah kemungkaran, agar mereka memperoleh kebahagiaan di

dunia dan akhirat.4 Sedangkan menurut Toha Yahya Oemar, beliau mengatakan bahwa dakwah

adalah mengajak manusia dengan cara bijaksana kepada jalan yang benar sesuai dengan perintah

tuhan untuk kemaslahatan dan kebahagiaan mereka di dunia dan akhirat.5

Dengan kata lain dakwah juga bisa kita artikan sebagai suatu aktifitas yang dilakukan dalam rangka menyampaikan pesan-pesan ajaran agama Islam kepada orang lain dengan cara bijaksana agar mereka mau menerima dan menjalankan ajaran Islam dengan baik, dalam kehidupan individu maupun bermasyarakat dalam rangka untuk mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.Dakwah juga bisa diartikan sebagai proses penyampaian ajaran Islam kepada umat manusia. Sebagai suatu proses tentunya dakwah disini tidak hanya merupakan usaha

penyampaian saja, tetapi merupakan usaha untuk mengubah way of thinking, way of feeling, dan way

of life manusia sebagai sasaran dakwah ke arah kualitas kehidupan yang lebih baik.6

2

Muhammad Ali Aziz, Ilmu Dakwah (Surabaya: IAIN Sunan Ampel, 1993), hal. 1

3 Departemen Agama RI, Al-Qur’anTajwid dan Terjemahan (Bandung: PT Syaamil Cipta Media, 2002), hal. 211

4

Syamsul Munir Amin, Rekontruksi Pemikiran Dakwah Islam (Jakarta : Amzah, 2008), 5

5Moh.Ali Aziz, Ilmu Dakwah (, Jakarta: Prenada Media, 2004), 5 6

(6)

Volume VIII Nomor 2 Maret – Agustus 2019

Adapun budaya pada dasarnya merupakan nilai nilai yang muncul dari proses interaksi antar individu. Nilai nilai ini diakui, baik secara langsung maupun tidak, seiring dengan waktu yang dilalui tersebut. Bahkan kadang sebuah nilai tersebut berlangsung dibawah alam bawah

sadar individu dan diwariskan kepada generasi berikutnya.7 Dengan demikian budaya bisa

diartikan sebagai sebuah nilai atau praktik sosial yang berlaku dan dipertukarkan dalam hubungan antar manusia baik sebagai individu maupun anggota masyarakat. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Budaya adalah suatu Cara hidup yang berkembang, dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang, dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya ini biasanya memiliki keragaman antara daerah yang satu dengan daerah lainnya. Sehingga itu menjadi keunikan tersendiri dan menjadi ciri khas bagi masing masing daerah. Bentuk penerapan budaya dikehidupan masyarakat biasanya berupa norma norma tidak tertulis atau adat istiadat yang itu dipegang teguh oleh suatu perkumpulan masyarakat tertentu. Walupun budaya sangat terjaga dan diwariskan dari genersi ke generasi di sebuah wilayah atau kelompok akan tetapi budaya juga bisa

berubah ketika orang orang berhubungan antara satu dengan lainnya.8Apalagi ditambah dengan

kemajuan teknologi sebagai media bertemunya budaya budaya seluruh dunia.Perubahan dan akulturasi budaya menjadi suatu hal yang tidak bisa dihindari.

Setelah kita mengetahui tentang penjelasan dakwah dan budaya maka setidaknya bisa kita simpulkan bahwa dakwah antarbudaya merupakan seruan pesan-pesan Islam yang disampaikan oleh seorang da‟i kepada seseorang atau kelompok masyarakat tertentu yang berbeda latar belakang tradisi dan budayanya. Dengan demikian keberhasilan dakwah antarbudaya sangat dipengaruhi oleh seberapa besar kemampuan seorang da‟i dalam melakukan pendekatan pendekatan budaya dimana kegiatan dakwah itu dilakukan. Karena fakta membuktikan bahwa salah satu strategi dakwah yang sedang berkembang dan dianggap lebih ramah adalah strategi

dakwah antarbudaya.9 Dimana dakwah damai dengan mengedepankan pendekatan pendekatan

budaya senantiasa menjadi pegangan setiap da‟i. Sehingga kegiatan dakwah yang dilakukan tidak menimbulkan gesekan dan pertentangan dari masyarakat yang menjadi mad‟unya.

7

Rulli Nasrullah, Komunikasi Antar Budaya, (Jakarta: Kencana, 2012), hal, 15

8Dr. Ahmad Sihabudin,M.Si, Komunikasi Antar Budaya (Jakarta: Bumi Aksara, 2011) hal, 20 9

(7)

Volume VIII Nomor 2 Maret – Agustus 2019

C. Prinsip Prinsip Dakwah Antar Budaya

Dakwah merupakan suatu perintah yang telah diwajibkan oleh Allah SWT kepada umat Islam di seluruh dunia. Perintah tersebut telah jelas tertuang dalam kitab suci Al Qur‟an. Seperti firmannya:

Al-Qur‟an surat An-Nahl ayat 125:

    

   

“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.10

ُ ُهُمِّلَعُيَىْمِه ِّكَ ُيَىِهِ اَي ْمِهْ َلَوىُلْتَ ْمُهْىِ ًوىُسَزَى ِّ ِّ ُ ْاا ِ َثَعَبيِذَّلاَىُ ٍه ِبُمٍل َ َي ِ َلُلْبَقْىِ اىُواَ ْوِ َوَ َمْ ِ ْلاَىَباَتِ ْلا

Dialah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan mereka Kitab dan Hikmah (As Sunnah). Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata”. QS. Al Jumu‟ah, ayat 2

Dari dua ayat tersebut telah jelas dan gamblang bahwa Allah SWT menyuruh untuk berdakwah.Selain itu diayat yang pertama juga dijelaskan tentang bagaimana kaidah dan prinsip prinsip mejalankan perintah berdakwah secara baik dan benar. Sehingga kaidah dan prinsip tersebut bisa dijadikan sebagai acuan oleh umat muslim dalam melakukan kegiatan dakwah. Adapun prinsip prinsip dakwah yang didalamnya juga termasuk prinsip dakwah antarbudaya adalah sebagai berikut.

1. Prinsip Tauhid

(8)

Volume VIII Nomor 2 Maret – Agustus 2019

Tauhid ini merupakan prinsip dan pesan inti dari kegiatan dakwah. Pesan tauhid ini pada intinya mengajak umat manusia untuk hanya menyembah kepada Allah SWT, tuhan semesta alam. Wujud konkritnya adalah mengajak umat manusia untuk menapaki

jalan Tuhan yaitu “ila sabili robbi” yaitu memeluk agama Islam dengan mengucap dua

kalimat syahadat. Kalimatnya mungkin ringan dan mudah akan tetapi kalimat syahadat ini mempunyai konsekwensi yang sangat luar biasa. Kalimat syahadat inilah yang menjadi pembeda antara orang yang beriman dan orang kafir atau ingkar. Dengan kalimat ini pula mampu menyelamatkan kehidupan anak manusia dari alam dunia sampai ke alam akhirat. “la ila ha illallah muhammadar rasulullah” itulah kalimat agung yang lebih berat timbangannya dari dunia dan seisinya. Maka sudah semestinya prinsip tauhid ini menjadi prinsip utama dalam melakukan kegiatan dakwah.

2. Prinsip Bil Hikmah

Prinsip dakwah bi al hikmahini maksudnya adalah penyeruan atau pengajakan

dengan cara bijak, filosofis, argumentatif, dilakukan dengan adil, penuh kesabaran dan

ketabahan, sesuai dengan risalah al-nubuwah dan ajaran Al- Qur‟an atau wahyu Illahi.11

Sehingga didalam aplikasinya seorang da‟i harus memperhatikan suasana, situasi, dan kondisi mad‟unya. Dakwah bil hikmah berarti dakwah yang disesuaian dengan kadar akal, bahasa, dan lingkungan dimana kegiatan dakwah dilaksanakan. Itu artinya kegiatan dakwah harus menyesuaikan dengan kebudayaan dan sosio kultural masyarakat atau mad‟unya. Hikmah juga diartikan sebagai hasil renungan yang teraktualisasikan pada cara cara tertentu untuk mempengaruhi orang lain atas dasar pertimbangan psiko- sosio- kultural mad‟u secara rasional. Hikmah adalah suatau syarat mutlak suskesnya pencapaian

tujuan dakwah.12Menurut Syaid Qutub dakwah dengan metode hikmah ini harus

memperhatikan tiga faktor. Pertama, keadaan dan situasi orang yang didakwahi. Kedua,

kadar atau materi dakwah yang disampaikan agar mereka tidak merasa keberatan dengan

11Enjang AS, Aliyudin, Dasar- Dasar Ilmu Dakwah (Bandung: Widya Padjadjaran, 2009), 88 12

(9)

Volume VIII Nomor 2 Maret – Agustus 2019

materi dakwah tersebut. Ketiga, metode penyampaian materi dakwah dengan membuat

variasi sedemikian rupa yang sesuai dengan kondisi pada saat itu. Keberagaman budaya menjadi tantangan tersendiri bagi para da‟i dalam mengemban amanah dakwah. Sehingga perlu kerja keras dan kerja cerdas dalam menyikapinya. Penggunaaan media dakwah juga bisa mempengaruhi sukses dan tidaknya kegiatan dakwah. Contohnya bila kegiatan dakwah ditujukan kepada kalangan eksekutif elit, cerdik pandai maka sebaiknya kegiatan dakwah dialkukan di tempat khusus seperti hotel atau gedung gedung yang represetatif. Media atau peralatannyapun harus menyesuaikan. Bisa menggunakan proyektor, LCD maupun media online melaluai jaringan internet. Bila mad‟unya termasuk dari kalangan menegah kebawah maka media dan caranyapun harus menyesuaikan dengan kadar kemampuan mereka.

Berdasarkan itu semua maka prinsip dakwah bil hikmah selain harus mengajak manusia menuju ke jalan Allah dengan lemah lembut, sabar, lapang dada, juga dalam penyampaiannya harus tidak melebihi ukurannya dan menyesuaikan dengan kondisi mad‟unya.

3. Prinsip Bil Mau‟idzah Hasanah

Prinsip Al-MauidzahHasanah diartikan sebagai metode dakwah dengan

memberikan pelajaran, nasihat yang baik dan memberikan arahan untuk kemaslahatan umat. Hal tersebut dilakukan oleh seorang da‟i dengan penuh tanggung jawab, akrab,

komunikatif, mudah dicerna, dan berkesan di hati sanubari mad’u. Atau bisa dikatakan

Al-Mauidzah Hasanah adalah memberikan nasihat kepada orang lain dengan cara yang baik, dapat diterima, berkenan dihati, menyentuh perasaan, lurus dipikiran, menghindari sikap kasar, dan tidak mencari menyebut kesalahan audiens sehingga pihak objek dakwah dengan rela hati dan atas kesadarannya dapat mengikuti ajaran yang disampaikan oleh

pihak subyek dakwah.13

4. Prinsip wajadilhum billati hiya ahsan

13

(10)

Volume VIII Nomor 2 Maret – Agustus 2019

Al-Mujadalah Al-Ahsan merupakan upaya dakwah melalui bantahan, diskusi, atau berdebat dengan cara yang baik, sopan, santun, saling menghargai, dan tidak

arogan. Prinsip Al-Mujadalah Al-Ahsanlebih tepat digunakan kepadakaum cerdik

pandai atau cendekia. Dimana taraf berpikir mereka cukup maju, dan kritis akan tetapi mereka menolak kebenaran Islam.

Diperlukan da‟i da‟i khusus untuk bisa bermain di wilayah dakwah AL Mujadalah Al Ahsan ini. Karena keimanan dan ketaqwaan saja belum cukup bisa untuk menyadarkan orang orang yang punya kecerdasan tinggi. Diperlukan da‟i yang betul betu paham, cerdas dan lihai berdebat. Sehingga mampu memberikan penjelasan dengan jelas,logis dan bijak serta menyadarkan mad‟unya untukkembali kepada jalan yang lurus “fii sabilillah”.

5. Prinsip Universal

Prinsip unversalitas inilah yang kemudian menjadikan Islam tidak hanya mampu memberikan manfaat kepada umatnya saja. Akan tetapi Islam mampu memberikan rahmad kepada seluruh alam. Yaitu meliputi manusia itu sendiri, tumbuhan, binatang, bumi beserta seluruh isinya. Sebagaimana firmanNya,

“dan kami tidak mengutus engkau (Muhammad) kecuali menjadi rahmad (penyebar kasih sayang dan penjaga keharmonisan) bagi semesta alam”.

Prinsip universal yang merupakan bagian dari keagungan ajaran Islam ini harus senantiasa dimengerti dan dipahami oleh seorang da‟i dalam berdakwah. Karena memahamkan prinsip keuniversalan Islam kepada masyarakat secara otomatis akan membuat masyarakat menjadi tenang dan tentram. Mereka akan merasa bahwa Islam itu tidak egois, yang memikirkan dirinya sendiri. Akan tetapi Islam itu sangat peduli terhadap sesama dan bahkan manfaat dan rahmad Islam akan mampu memberikan kepada eluruh alam.

(11)

Volume VIII Nomor 2 Maret – Agustus 2019 6. Prinsip Liberation

Prinsip liberation atau pembebasan ini merupakan suatu prinsip yang menjelaskan dan mempertegas bahwa kegiatan dakwah ini benar benar tidak memaksakan kehendak. Artinya bahwa kegiatan dakwah ini hanya bersifat seruan dan ajakan semata. Jauh dari kata intimidasi atau tindakan teror lainnya. Adapun keputusan akhir tetap ditangan mad‟u atau masyarakat yang merupakan objek dakwah itu sendiri. Tujuan dakwah tidak lain adalah ajakan untuk mengesakan dan menyembah Allah SWT, tuhan semesta alam. Prinsip liberation ini telah jelas difirmankan Allah dalam kitabNya.

﴿ َنوُزِ َٰ ْلٱاَهُّيَ ََٰٰٓ ْلُق ١ ﴿ َنوُ ُبْعَ اَ ُ ُبْوَأَٰٓ َو ﴾ ٢ ﴿ ُ ُبْوَأَٰٓاَمَووُ ِب َٰعْمُتوَأَٰٓ َوَو ﴾ ٣ ﴿ ْ ُّ َبَواَّ مٌ ِباَو۠اَوَأَٰٓ َوَو ﴾ ٤ ﴾ ﴿ ُ ُبْوَأَٰٓاَمَووُ ِب َٰعْمُتوَأَٰٓ َوَو ٥ ﴿ ِهيِ َىِلَىْمُ ُىيِ ْمُ َل ﴾ ٦

“Katakanlah: Hai orang-orang kafir. Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah. Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah. Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku”.

Di Indonesia prinsip liberation ini lebih dipertegas lagi yaitu dengan larangan menyebarkan agama atau keyakinan kepada orang yang sudah beragama. Jadi tidak hanya sekedar melarang untuk memaksakan keyakinan saja akan tetapi di negara kita ini tidak boleh menyebarkan agama kepada oarng yang sudah mempunyai keyakinan atau beragama. Hal ini diataur dalam keputusanbersama mentri agama dan mentri dalam negeri nomor 1 tahun 1979 tentang tata cara pelaksanaan penyiaran agama dan bantuan luar negeri kepada lembaga keagamaan di Indonesia. Lebih jelas bahkan terdapat dalam Pasal 4 yang melarang menyiarkan agama kepada orang yang sudah menganut agama lain, apalagi menggunakan iming-iming dan bujuk-rayu.

Di bawah ini bunyi Pasal 4. “Pelaksanaan penyiaran agama tidak dibenarkan untuk ditujukan terhadap orang atau kelompok orang yang telah memeluk/menganut agama lain dengan cara:

a. Menggunakan bujukan dengan atau tanpa pemberian barang, uang, pakaian, makanan dan atau minuman, pengobatan, obat-obatan dan bentu-bentuk pemberian

(12)

Volume VIII Nomor 2 Maret – Agustus 2019

apapun lainnya agar orang atau kelompok orang yang telah memeluk/menganut agama yang lain berpindah dan memeluk/menganut agama yang disiarkan tersebut.

b. Menyebarkan pamflet, majalah, bulletin, buku-buku, dan bentuk-bentuk barang penerbitan cetakan lainnya kepada orang atau kelompok orang yang telah memeluk/menganut agama yang lain.

c. Melakukan kunjungan dan rumah ke rumah umat yang telah

memeluk/menganut agama yang lain.14

7. Prinsip Rasionalitas

Prinsip rasionalisme ini menekankan kepada seorang da‟i untuk mengedepankan aspek rasional dalam menyampaikan pesan pesan dakwahnya. Hal ini dikarenakan kebanyakan manusia akan menggunakan akal logikanya dalam menangkap dan menyaring informasi yang diterimanya. Apalagi untuk konteks dakwah antar budaya yang adat kebiasaannya dan karakternya berbeda. Seorang da‟i harus lebih melakukan pendekatan pendekatan akal pikiran yang rasional bukan pendekatan pendekatan dogmatik yang kolot.

Pendekatan rasional yang lebih mengedepankan aspek akal pikiran ini sangat tepat sekali untuk konteks masyarakat kekinian. Dimana taraf pendidikan dan pengetahuan masyarakat sudah maju dan canggih. Masyarakat sekarang kadang lebih percaya kepada sesuatu yang rasional dan bisa di jelaskan berdasarkan akal pikiran.

8. Prinsip Wa Yuzkihim wa Yu‟alimhum al kitab wa al Hikmah

Prinsip pencucian jiwa ini termasuk aspek utama dan penting, yang perlu diperhatikan oleh setiap da‟i dalam menjalankan kegiatan dakwah. aspek ini bahkan merupakan salah satu tujuan utama diutusnya Nabi kita Muhammmad shallallahu „alaihi wa sallam. Sebagaimana Allah Ta‟ala menjelaskan hal ini dalam banyak ayat Al Qur-an, di antaranya adalah

َنىُمَلْعَ اىُوىُ َتْمَلاَمْمُ ُمِّلَعُيَوَ َمْ ِ ْلاَىَباَتِ ْلاُمُ ُمِّلَعُيَىْمُ ِّكَ ُيَواَىِ اَي ْمُ ْ َلَوىُلْتَ ْمُ ْىِ ًوىُسَزْمُ ِفاَىْلَسْرَأاَمَك

14

(13)

Volume VIII Nomor 2 Maret – Agustus 2019

Sebagaimana Kami telah mengutus kepadamu seorang Rasul di antara kamu yang membacakan ayat-ayat Kami kepadamu, dan menyucikan(diri)mu, dan mengajarkan kepadamu Al kitab (Al Qur-an) dan Al Hikmah (As Sunnah), serta mengajarkan kepadamu apa yang belum kamu ketahui.” (Qs Al Baqarah: 151)

9. Prinsip menegakkan etika atas dasar kearifan lokal

Prinsip ini pada dasarnya merupakan suatu panduan atau aturan tak tertulis yang senantiasa melekat dalam setiap kegiatan dakwah. faktor ini biasanya menjadi salah satu penentu diterima atau tidaknya seruan seorang da‟i dimata mad‟unya. Dengan mengedepankan prinsip ini pula Islam yang disebarkan oleh walisongo bisa diterima di pulau jawa. Bahkan kehadiran walisongo mampu merubah secara dratis sistem kepercayaan dan sosio kulturan kehidupan masyarakat jawa pada umumnya. Untuk memahami kenapa prinsip ini begitu ampuh dan sukses mengantarkan Islam ke pulau jawa sebetulnya mudah saja. Karena memang pada dasarnya pendekatan pendekatan yang bersifat kultural sesuai dengan kearifan lokal inilah yang mudah diterima oleh masyarakat pada umumnya. Masyarakat tidak canggung atau ragu lagi kepada da‟i yang menyeru kepada sesuatu yang baru mana kala cara dan metodenya tidak bertentangan dengan budaya budaya lokal yang sudah ada. Dalam waktu singkat masyarakat atau mad‟u akan menganggap seorang da‟i tersebut bagian dari mereka. Seorang da‟i tidak akan dianggap sebagai orang asing dimata mereka. Sehingga secara otomatis pesan pesan dakwahnya mudah diterima.

D. Internet dan Budaya cyber

Ditinjau dari aspek budaya sebenarnya internet juga bisa dikatakan sebagai suatu budaya (Culture).Walaupun pada awalnya internet hanya merupakan model komunikasi yang sederhana bila dibandingkan dengan model komunikasi secara langsung atau face to

face.15Namun pada perkembangan teknologi internet begitu luar biasa.Hampir hampir

(14)

Volume VIII Nomor 2 Maret – Agustus 2019

setiap orang yang hidup dizaman sekarang ini menjadikan internet sebuah kebutuhan. Bahkan lambat laun diprediksikan masyarakat akan beralih semua ke media internet dalam mencukupi kebutuhannya. Mulai dari kebutuhan yang sifatnya umum sampai kepada yang sifatnya khusus. Termasuk didalamnya kebutuhan manusia akan ilmu pengetahuan khususnya tentang agamannya. Karena dengan kemudahan dan kelengkapannya internet mampu mencukupi kebutuhan setiap orang yang

memerlukannya. Tidak salah kalau kemudian di era cyberspacy ini muncul istilah “Mbah

Google”. Seolah olah Google sudah menggeser kedudukan para kaum kyai dan ulama dalam hal pemenuhan akan ilmu keagamaan. Jalur pertukaran informasipun sudah lewat cyberspacyini. Apalagi ditambah dengan munculnya media media sosial seperti facebook, line, IG, twiter, WA, youtube dan lain sebagainya. Hal itu menambah kokoh kedudukan jatingan internet dalam pertukaran informasi di era cyberini.Kondisi demikian menambah

bukti bahwa cyberspacy menawarkan masyarakat dunia kepada alam maya yang dulunya

hanya sekedar hiburan dan pelengkap saja namun seiring berjalannya waktu kemajuan teknologi mampu merubahnya menjadi benar benar ada dan nyata.

Kemajuan teknologi di era cyber telah menbuat anak kecil besar sebelum waktunya. Dimana tidak, karena berbagai tayangan asusila yang tidak pantas ditonton oleh anak kecil, sekarang dengan begitu mudah dapat diakses. Masih sangat membekas di ingatan kita efek yang ditimbulkan dari beredarnya video ariel peterpen, tidak hanya kalangan dewasa yang terusak tetapi lebih kepada generasi muda. Mereka diarahkan untuk hidup foya foya dan menikmati kenikmatan yang sifatnya sementara.

Ditambah lagi dengan maraknya game online, yang dampaknya sudah sangat terasa sekali dikehidupan kita. Fenomena lain dari dampak budaya cyber ini adalah melejitnya Atta

(15)

Volume VIII Nomor 2 Maret – Agustus 2019

Halilintar. Seorang youtuber sukses dan terkenalkarena unggahan video videonya di media youtube. Semua orang mumujinya dan mengagungkannya. Yang masih hangat lagi adalah gaya glamour pernikahan syahrini dan gaya nyentriknya Hotman Paris dengan pesawat pribadinya dan juga dengan status status artis artis nasinaol kita. Seolah olah mampu mengatakan inilah pola kehidupan yang benar. Anehnya lagi banyak para remaja Indonesia mengidolakan dan mengikutinya tanpa kritikan sedikitpun.

Indikator lain dari kuatnya budaya cyber ini juga bisa kita lihat betapa informasi tersebar dengan begitu cepatnya. Orang orang yang tidak bisa mengikuti perkembangan maka akan akan dikucilkan dan terasing dan dicap tidak gaul atau kolot. Masih jelas diingatan kita betapa anak anak muda Indonesia “menggandrungi” atau cinta buta kepada artis artis korea. Segala pernak pernik, tingkah laku, fashion bahkan sampai pada potongan rambut dan menu makan mereka ikuti tanpa kurang sedikitpun.

Gambaran diatas menunjukan bahwa hampir setiap harinya individu yang hidup di cyber era yang selalu bersentuhan dengan internet dan pernak pernik didalamnya. Lebih jauh lagi bahwa di dalam berinteraksi dan berkomunikasi dengan sesama, masyarakat modern sudah tidak hanya mengandalkan kehidupan nyata semata. Akan tetapi mereka juga sudah ada ketergantungan dengan dengan dunia maya atau cyberspacy.Hal itu terbukti dengan semakin lengkapnya fasilitas dan layanan yang

disediakan dan bisa dimanfaatkan dari cyberspacy untuk pemenuhan kebutuhan seluruh

masyarakat dunia.Mulai dari kebutuhan informasi itu sendiri, kebutuhan fashion, kebutuhan transportasi, bahkan kebutuhan masalah hal hal yang sifatnya sangat privasi saja bisa dengan mudah kita dapatkan lewat media internet.

(16)

Volume VIII Nomor 2 Maret – Agustus 2019

Sebelum kita lebih jauh menjelaskan tentang dakwah antar budaya di era cyber kita pahami dulu apa itu cyber era.Cyber era adalah sebuah masa dimana perkembangan hubungan antar manusia sudah tidak lagi terhalang oleh jarak dan waktu.Pada cyber era ini

hubungan antar manusia sudah mengandalkan cyberspace atau dunia maya dengan

mengandalkan kecanggihan teknologi jaringan yang tidak kasat mata.

Pengaruh dari perkembangan teknologi moderndalam hal ini adalah media massa dan media online sangat terasa disemua aspek kehidupan. Mulai dari dunia politik, dunia hiburan, dunia bisnis dan tidak terkecuali adalah dunia dakwah, khususnya adalah dakwah antarbudaya.Munculnya arus baru media massa melalui online ini mampu merubah masyarakat dunia.Dimana“kearifan lokal” yang ada sudah bermetamorfosis menjadi “kearifan global”. Dunia saat ini seakan seperti “tanpa penghalang” atau dengan kata lain

dunia bisa di katakan sebuah “Global Village.” Arus informasi begitu derasnya menyerbu

seluruh anak manusia dimanpun ia berada. Proses kemajuan teknologi hampir tidak memberikan kesempatan kepada negara negara di dunia ini untuk menolaknya. Sekat dan batas wilayah negara hanya menjadi catatan catatan formal administrasi belaka. Hampir tidak ada lagi tempat atau wilayah di belahan dunia ini yang tidak terjangkau oleh kemajuan teknologi tersebut. Sehingga global village atau desa global menjadi suatu keniscayaan

kemunculannya.16

Di abad modern seperti sekarang ini, komunikasi telah mencapai suatu tingkat di

mana orang mampu berbicara dengan jutaan manusia secara serentak dan serempak.17

Kehadiran media massa khususnyanya internet dan semua pernak pernik yang ada didalamnya telah menjadikan bertambahnya kebutuhan primer sebagian besar masyarakat dunia. Kebutuhan akan informasi melalui media massa menjadi sebuah keharusan yang tidak boleh terlupakan. Hampir hampir seluruh kebutuhan masyarakat modern telah tersedia di internet dan media massa lainnya. Mulai kebutuhan pokok, hiburan, keilmuan bahkan dengan kehadirana aplikasi belanja, transportasi dan komunikasi yang serba online menjadikan masyarakat begitu ternina bobokan. Internet dan media massalainnya telah menjadi faktor penentu dalam percaturan kehidupan masyarakat modern.

16Nurudin, Pengantar Komunikasi Massa (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2011), XII 17

(17)

Volume VIII Nomor 2 Maret – Agustus 2019

Realita diatas menunjukan bahwa cyber era dengan kecanggihan yang ada didalamnya mempunyai pengaruh begitu kuat dalam kehidupan masyarakat. Pantaslah kalau perang opini di media massa dan online jauh lebih dahsyat dari pada perang fisik. Dalam perang

opini ini juga bisa disebut sebagai Ghazwul Fikri.18 Dimana perang opini ini mampu menjajah

suatu kaum (masyarakat) tanpa merasa dijajah atau bisa disebut sebagai hegemoni. Disadari

atau tidak kehadiran cyberspacy telah mempengaruhi pola kehidupan masyarakat. Baik dari

cara berpakaian, cara bicara, cara bergaul, cara berjalan dan lain sebagainya. Bisa dipastikan bahwa hampir semua aktifitas masyarakat modern mulai dari bangun tidur sampai tidur lagi telah mengikuti apa yang dilihatnya di media melalui gadgetnya. Secara tidak langsung bisa dikatakan bahwa seluruh kehidupan dan tatanan yang ada didalamnya telah dikendalikan oleh media yang bernaung dibawah payungcyber era. Sehingga tanpa disadari komunitas manusia telah hidup dalam dua dunia kehidupan, yaitu kehidupan masyarakat nyata dan

kehidupan masyarakat maya (cybercommunity).19Kehebohan cyber era mencapai puncaknya

ketika munculnya kekutan arus baru yang bernama sosial media.

Kemajuan teknologi cyber ini harus disikapi secara bijak oleh para praktisi dakwah, khususnya dakwah antar budaya.Pertanyaanya kenapa dakwah antar budaya ?tidak yang yang lain. Untuk menjawab pertanyaan tersebut cukup kita mengamati bahwa berdasarkan pemaparan diatas, dunia cyber adalah sebuah kekuatan media baru yang sangat menentukan.Hampir setiap orang di era ini bisa berkomunikasi dan mengakses segala

keutuhannya hanya dengan melalui smartphone tanpa harus ribet. Bahkan media baru di era

cyber ini tidak hanya menjadi kebutuhan masyarakat semata tetapi sudah menjadi gaya hidup (life stayl). Cyber era ini juga memunculkan satu bentuk dunia baru “global village”. Dimana seluruh kebudayaan dan tradisi yang ada diseluruh penjeuru dunia akan bersatu padu

membaur dalam sebuah wadah yang diberinama cyberspacyatau dunia maya. Sehingga konsep

dakwah antarbudaya perlu mendapatkan keseriusan perhatian dalam mensikapi relaita kemajuan zaman tersebut.Oleh karena itu menjadi keharusan kegiatan dakwah antar budaya harus menyesuaikan atauberadaptasi dengan perkembangan jaman di era cyber yang notabene aktivitas masyarakat sangat tergantung dengan dunia maya.Kenapa dakwah antar

18Adian Husaeni, Penyesatan Opini (Jakarta: Gema Insani, 2002), V 19

(18)

Volume VIII Nomor 2 Maret – Agustus 2019

budaya bisa menerima efek atau imbas dari kemajuan dunia cyber ini.Seperti yang telah dijelaskan diawal bahwa dunia cyber adalah dunia dimana semua orang dari berbagai negri dengan suku bangsa dan keanekaragaman yang ada berbaur menjadi satu tanpa ada sekat sedikitpun.Sehingga konsekwensinya adalah dakwah antarbudaya harus mampu masuk dan menyentuh ruang ruang maya yang sudah hampir hampir berubah menjadi kesatuan budaya.Seperti dunia yang luas dan beranekaragam erta penuh dengan keunikan hanya

diibaratkan dengan “Global Village” semata.

Dari uraian tersebut bisa disimpulkan bahwa kegiatan dakwah harus masuk dan

mewarnai kehidupan cyberspacy atau dunia maya.Artinya bahwa dunia dakwah harus masuk ke

dunia cyber melalui media media yang ada. Karena media media yang ada baik massa maupun online memiliki peran yang sangat besar dalam mempengaruhi sikap dan perilaku orang/public. McDevitt (1996: 270) mengatakan, "Media cukup efektif dalam membangun kesadaran warga mengenai suatu masalah (isu)." Lindsey (1994: 163) berpendapat, "Media memiliki peran sentral dalam menyaring informasi dan membentuk opini masyarakata." Sedangkan para pemikir sosial seperti Louis Wirth dan Talcott Parsons menekankan pentingnya media massa sebagai alat kontrol sosial. Peran media yang sangat kuat yaitu sebagai pembentuk frame atau pembentukan opini public. Melalui opini public tersebut sebuah media massa baik offline maupun online mampu merubah persepsi masyarakat

terhadap suatu hal. Selain itu adalah karena cyberspacy atau dunia maya mampu menembus

batas ruang dan waktu dengan begitu cepatnya dan tanpa harus mengeluarkan biaya yang mahal.Sehingga membuat pesan pesan dakwah dapat menjangkau segmen ke seluruh

masyarakat dunia.Kemudian realita dilapangan menunujukan bahwa pengguna cyberspacy

(internet) tiap tahunnya meningkat sangat dratis. Artinya bahwa bila dakwah dilakukan di cyberspacy maka akan semakin banyak pula jumlah masyarakat yang akan mendapatkan manfaat dakwah tersebut. Selanjutnya para aktivis dakwah cyberspacy akan lebih fokus dan

dan sigab dalam merespon setiap perkembangan dunia dakwah lewat cyberspacy ini.

Selain dari penjabaran diatas kita juga bisa melihat bahwa dalam konteks kekinian dakwah antarbudaya wajib masuk dan mewarnai media media yang ada. Dimana dalam

proses pelaksanaan dakwah, media media yang bermukim di cyberspacy memiliki posisi dan

(19)

Volume VIII Nomor 2 Maret – Agustus 2019

dan nahy munkar) dari pihak pihak diluar dirinya, sekaligus sebagai pengirim (sender) pesan dakwah yang dibuat (constructed) oleh para wartawannya kepada khalayak

(audience).20Kalau aktivis dakwah masih menggunakan cara cara konvensional dalam

menjalankan dakwahnya maka sudah barang tentu akan sulit diterima oleh masyarakat modern. Berdakwah di era cyberadalah sebuah keniscayaan. Hal ini dikarenakan begitu

besarnya efek yang dihasilkan cyberspacy tersebut. Sudah saatnya kaum muslimin atau para da‟i

ikut mengambil bagian dalam dakwah dicyber era ini.

Pada wilayah prakteknya kegiatan dakwah antar budaya harus tersaji dengan

elegan dan menarik serta bisa menyesuaikan dengan kondisi kultur budaya cyberspacy.

Sehingga dakwah antarbudaya bisa diterima dan kemudian mampu memberikan warna tersendiri bagi masyarakat dunia. Kemasan dakwah antarbudaya yang dimaksud adalah konten konten yang dibingkai khusus sesuai dengan target akan diarahkan ke media apa kegiatan dakwah antabudaya ini disalurkan. Konten dakwah jelas akan sangat berbeda antar konten yang ditujukan ke media A denagn konten dakwah yang ditujukan ke media B. sebagai contohnya, bila kegiatan dakwah antar budaya tersebut disampaikan lewat WEB maka sudah pasti kemasannya lebih banyak berupa tulisan tulisan. Bila konten dakwah ditujukan ke media youtube maka seorang da‟i harus sekreatif mungkin membuat video video dakwah antarbudaya yang sudah disesuaikan dengan segmentasinya.Dan bila konten dakwah tersebut ditujukan ke Instagrm, twitter, facebook dan WA maka konten dakwah tersebut lebih berupa foto, meme, status, dan video pendek yang menarik. Begitu juga bila pesan dakwah akan ditujukan ke media media lainya sudah pasti perlu persiapan dan penyesuai sedemikian rupa sehingga dakwah antarbudaya yang dimaksudkan bisa berjalan dengan baik dan sukses.Menjadi catatan penting juga bahwa di cyber era ini kebudayaan dan adat istiadat tradisional sudah sangat sulit kita untuk menjumpainya.Paling paling adat, tradisi budaya terlestarikan hanya untuk momen momen tertentu saja.Untuk kehidupan

masyarakatcyberspacy di dunia hampir mirip mirip saja tidak ada jurang pembeda yang begitu

tajam.

20

(20)

Volume VIII Nomor 2 Maret – Agustus 2019

F. Kesimpulan

Dari pembahasan yang telah diuraikan diatas, yaitu tentang “Dakwah Antarbudaya di era cyber” kita dapat mengambil beberapa poin penting diantaranya adalah realita kemajuan zaman yang dibarengi dengan semakin canggihnya perkembangan teknologi informasi dan komunikasi memaksa aktivis dakwah khususnya dakwah antarbudaya untuk berperan aktif

dalam dakwah di cyberspacy ini. Mengingat efek atau dampak yang ditimbulkan oleh

kemajuan teknologi cyber sangat besar pengaruhnya di masyarakat modern.Dimana tidak sedikit kehidupan masyarakat yang sangat bergantung pada cyberspacy.Sampai sampai semua yang disajikan di media, mereka “telan mentah mentah” tanpa cros cek terlebih dahulu kebenarannya.Terkait dakwah antarbudaya di era cyber ini tentunya tidak semudah membalikan telapak tangan.Perlu perjuangan keras dan kreatifitas tinggi dari para aktivis dakwah untuk memproduk dan mengemas dakwah antarbudaya di era cyber. Baik itu kemasan dakwah antarbudaya lewat media web, youtube, instagram, facebook, dan seluruh

media media yang berdomisili dicyberspacy. Untuk kontennya sendiri bisa bervariasi

disesuaikan dengan media yang menjadi sasaran. Untuk media youtube bisa berupa video, untuk IG, FB, twitter dan WA bisa berupa foto, meme, video pendek atau status yang berisikan pesan pesan dakwah. Dimana semua konten itu tersaji dengan elegan dan menarik menyesuaikan dengan kemauan dan ketertarikan “pasar”.Dimana untuk

masyarakat cyberspacy tentunya memilki budaya tersendiri.Sebagaimana dunia sekarang ini

sudah diibaratkan layaknya sebuah “Global Village”.Sehingga dengan demikian harapannya

(21)

Volume VIII Nomor 2 Maret – Agustus 2019

Daftar Pustaka

Aliyudin, Enjang AS, Dasar- Dasar Ilmu Dakwah. Bandung: Widya Padjadjaran, 2009

Amin,Samsul Munir,Rekontruksi Pemikiran Dakwah Islam. Jakarta: 2008, Amzah

Aripudin,Acep, Dakwah AntarBudaya. Bandung: 2012, Remaja Rosda Karya

Arifin, Anwar,Dakwah Kontemporer sebuah Study Komunikasi. Yogyakarta: 2011,Graha Ilmu

Aziz, Muhammad Ali,Ilmu Dakwah. Jakarta: Prenada Media, 2004

Aziz, Muhammad Ali, Ilmu Dakwah. Surabaya: IAIN Sunan Ampel, 1993

Departemen Agama RI, Al-Qur’anTajwid dan Terjemahan. Bandung: PT Syaamil Cipta

Media, 2002

Husaeni, Adian, Penyesatan Opini. Jakarta: Gema Insani, 2002

Ibrahim, Idi Subandy, Sirnarnya Komunikasi Empatik (krisis budaya komunikasi dalam

masyarakat kontemporer ). Bandung: Pustaka Bani Qurais, 2004

Jalaludin Rahmad, Deddy Mulyana, Komunikasi Antarbudaya. (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010)

Koyo, Khotib Pahlawan, Manajemen Dakwah. Jakarta: AMZAH, 2007

Liliweri,Alo, Dasar Dasar Komunikasi Antarbudaya, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013

Mulyana,Deddy, Komunikasi Massa.Bandung: Widya Padjadjaran, 2008

Mungin ,Burhan, Sosiologi Komunikasi. Jakarta: Kencana, 2008

Nasrullah,Rulli, Komunikasi AntarBudaya (Di Era Budaya Cyber), Jakarta: Kencana, 2014

Nurudin, Pengantar Komunikasi Massa. Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2011

Sihabudin, Ahmad, Komunikasi Antarbudaya. Jakarta: Bumi Aksara, 2011

Prio Hutman,Ilyas Ismail, Fisafat dakwah (rekayasa membangun agama dan perdaban Islam).

Jakarta: Kencana, 2011

Rakhmat, Jalaluddin,Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011

Ridwan, Aang, Komunikasi AntarBudaya. Bandung: Pustaka Setia, 2016

Sihabudin,Ahmad, Komunikasi Antarbudaya, Jakarta: Bumi Aksara, 2011

Syukriadi Sambas, Acep Aripudin., Dakwah Damai. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007

(22)

Volume VIII Nomor 2 Maret – Agustus 2019

Wahyu Ilaihi, M. Munir,Komunikasi Dakwahh, Bandung: Rosdakarya, 2013

Referensi

Dokumen terkait

Vincent Gasperz dalam bukunya Organizational Excellence mengungkapkan bahwa penerapan sistem manajemen kinerja atau alat bantu pengukuran kinerja seperti ISO,

Selain itu berdasarkan uraian pada latar belakang diatas peneliti tertarik untuk mengetahui lebih mendalam apakah ada hubungan antara asupan lemak dan serat, indeks masa tubuh,

Pembentukan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal didasarkan pada semangat untuk menciptakan iklim penanaman modal yang kondusif sehingga dapat

1) Tingkat Suku Bunga dan Inflasi secara simultan berpengaruh signifikan terhadap Jumlah Dana Deposito pada Bank Rakyat Indonesia Periode 2015-2019. 2) Tingkat

Pada hakekatnya tujuan dari pentanahan dengan kumparan Petersen adalah untuk melindungi sistem dari gangguan hubung singkat fasa ke tanah yang sementara

Sifat-sifat ini penting sekali dalam industri pengolahan kayu sebab dari pengetahuan sifat penting sekali dalam industri pengolahan kayu sebab dari pengetahuan

IBM Kenexa Viewpoint Comment Reporting dapat dibeli sebagai layanan Pengaturan atau Pengaturan Berdasarkan Permintaan dan menyediakan kepada Klien satu laporan komentar PDF atau

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh ketidakpuasan konsumen, karakteristik kategori produk, dan iklan pesaing terhadap keputusan perpindahan merek