• Tidak ada hasil yang ditemukan

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (ANGKA TETAP TAHUN 2015)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (ANGKA TETAP TAHUN 2015)"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

A. PADI

 Produksi padi di Bali tahun 2015 tercatat sebesar 853.710 ton Gabah Kering Giling (GKG) atau

mengalami penurunan sebesar 4.234 ton GKG (0,49 persen) dibandingkan tahun 2014. Penurunan produksi padi relatif tinggi terjadi di Kabupaten Tabanan sebesar 20.082 ton GKG (9,38 persen). Penurunan produksi padi terjadi karena penurunan luas panen sebesar 5.312 hektar (3,72 persen) yang terjadi di 5 (lima) kabupaten, yakni Tabanan, Badung, Bangli, Karangasem, dan Buleleng.

B. JAGUNG

 Produksi jagung di Bali tahun 2015 tercatat sebesar 40.603 ton pipilan kering atau turun 10 ton (0,02

persen) dibandingkan tahun 2014. Penurunan produksi jagung relatif tinggi terjadi di Kabupaten Bangli sebesar 2.265 ton pipilan kering atau turun 53,42 persen. Penurunan produksi jagung ini dominan disebabkan adanya penurunan luas panen sebesar 1.339 hektar (8,03 persen) yang terjadi di 5 (lima) kabupaten, yakni Gianyar, Bangli, Karangasem, Buleleng, dan Denpasar.

C. KEDELAI

 Produksi kedelai di Bali tahun 2015 tercatat sebesar 7.259 ton biji kering atau turun 928 ton biji kering

(11,34 persen). Penurunan produksi kedelai relatif tinggi terjadi di Kabupaten Jembrana sebesar 851 ton biji kering (26,20 persen). Penurunan produksi kedelai ini dominan disebabkan adanya penurunan luas panen sebesar 211 hektar (3,94 persen) yang terjadi di 6 (enam) kabupaten/kota, yakni Jembrana, Tabanan, Gianyar, Karangasem, Buleleng, dan Denpasar. Selain luas panen, penurunan produksi kedelai juga terjadi karena penurunan produktivitas sebesar 1,17 kwintal/hektar (7,66 persen) yang terjadi di 6 (enam) kabupaten/kota, yakni Jembrana, Gianyar, Klungkung, Karangasem, Buleleng, dan Denpasar.

No. 46/07/51/Th. X, 1 Juli 2016

P

RODUKSI

P

ADI

,

J

AGUNG

,

DAN

K

EDELAI

(A

NGKA

T

ETAP

T

AHUN

2015)

(2)

1.

PENDAHULUAN

Statistik produksi tanaman pangan yang disajikan dalam BRS (Berita Resmi Statistik) ini terdiri dari luas panen, produktivitas, dan angka produksi, serta hanya mencakup komoditas padi, jagung, dan kedelai. Angka produksi tanaman pangan yang dirilis di tahun 2016 disajikan dengan 2 (dua) status angka yang berbeda, yakni Angka Sementara (ASEM) tahun 2015 dan Angka Tetap (ATAP) tahun 2015. ASEM 2015 merupakan realisasi produksi selama satu tahun (Januari Desember 2015), tetapi belum final karena menunggu sampai menjadi angka tetap (data tersedia dengan lengkap). Sementara itu, ATAP 2015 adalah realisasi produksi selama satu tahun (Januari Desember 2015), dan sudah merupakan angka final.

Adapun jadwal rilis ASEM 2015 dan ATAP 2015 melalui Berita Resmi Statistik dapat dilihat pada tabel 1 berikut ini.

Tabel 1

Jadwal Rilis ASEM dan ATAP Produksi Tanaman Pangan di Tahun 2016

Status Angka Jadwal Rilis BRS Subround

Januari – April Mei – Agustus September – Desember

1. ASEM 2015 1 Maret 2016 REALISASI 2015 (Angka Belum Final)

2. ATAP 2015 1 Juli 2016 REALISASI 2015 (Angka Final)

Para konsumen data perlu mencermati status angka tersebut dalam penggunaannya, baik untuk evaluasi/monitoring maupun perencanaan, dan hendaknya selalu mengacu pada hasil perhitungan yang dirilis terakhir.

2.

PRODUKSI PADI

Produksi padi di Bali tahun 2015 tercatat sebesar 853.710 ton GKG atau mengalami penurunan sebesar 4.234 ton GKG (0,49 persen) dibandingkan tahun 2014. Penurunan produksi ini hanya terjadi pada subround I (Januari - April) sebesar 59.696 ton GKG (20,09 persen). Sebaliknya, produksi padi pada subround II (Mei - Agustus) justru terjadi kenaikan sebesar 44.523 ton GKG (17,24 persen). Begitu pula dengan subround III (September - Desember) terjadi kenaikan sebesar 10.939 ton GKG (3,62 persen). Penurunan produksi padi yang relatif tinggi terjadi di Kabupaten Tabanan sebesar 20.082 ton GKG (9,38 persen).

Penurunan produksi padi di Bali selama tahun 2015 dominan disebabkan adanya penurunan luas panen sebesar 5.312 hektar (3,72 persen) yang terjadi di 5 (lima) kabupaten, yakni Tabanan, Badung, Bangli, Karangasem, dan Buleleng. Penurunan luas panen tertinggi terjadi di Kabupaten Tabanan seluas 4.518 hektar (12,25 persen).

Secara umum, ada beberapa faktor sebagai penyebab penurunan luas panen padi di Bali selama tahun 2015, antara lain:

1) Adanya perbaikan jaringan irigasi pada tahun 2014 seluas 12.085 hektar yang menyebabkan kekurangan luas tanam sebesar 24.170 hektar.

2) Kekeringan yang disebabkan oleh keterbatasan air (debit air mengecil) dan perbaikan saluran irigasi seperti yang terjadi di Kabupaten Jembrana, Tabanan, Badung, Gianyar, Karangasem,

(3)

Bangli dan Buleleng. Juga ada sidementasi saluran dam Saba di kab. Buleleng ± 80 Cm sehingga seluas 250 hektar tidak bisa tanam.

3) Adanya pengalihan komoditas tanaman padi ke tembakau seluas 600 hektar di Kabupaten Buleleng, dan seluas 200 hektar di Kabupaten Gianyar. Selain itu, pengalihan ke jenis komoditas atau tanaman yang lebih menguntungkan seperti jagung manis, semangka, dan sayuran dataran rendah.

4) Adanya pergeseran atau tunda tanam di beberapa lokasi seperti di Kabupaten Jembrana, Tabanan, Gianyar dan Buleleng karena perbaikan jaringan irigasi dan musim, terutama yang terjadi di akhir tahun 2014 lalu.

5) Kemarau yang panjang sebagai akibat dari terjadinya El-Nino. Pada saat fenomena El-Nino berlangsung, kondisi atmosfer di wilayah Indonesia (termasuk Bali) cenderung kering, sehingga potensi kondisi curah hujannya berkurang atau lebih sedikit dibandingkan dengan rata-rata normalnya. Hal ini ditunjukkan dari relatif rendahnya curah hujan selama tahun 2015 dibandingkan tahun sebelumnya. Berdasarkan olahan data dari Balai Besar Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Wilayah III Denpasar menunjukkan bahwa rata-rata curah hujan di tahun 2015 mencapai 1.576 mm, lebih rendah dibandingkan di tahun 2014 yang mencapai 1.622 mm.

6) Sementara itu, berdasarkan data kekeringan yang dikeluarkan UPT BPTPH Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Bali (per 17 September 2015) mencatat telah terjadi kekeringan pada tanaman padi di Bali seluas 881 hektar yang tersebar di 6 (enam) kabupaten, yakni: Jembrana 259 hektar; Tabanan 103 hektar; Badung 20 hektar; Gianyar 5 hektar; Karangasem 2 hektar; dan Buleleng 492 hektar. Sebagian besar atau 304 hektar (34,51%) kekeringan terjadi dengan intensitas ringan. Sisanya dengan intensitas sedang 238 hektar (27,01%); berat 185 hektar (21,00%); dan puso 154 hektar (17,48%).

Kendati luas panen dan produksi padi mengalami penurunan, namun produktivitas justru mengalami kenaikan sebesar 2,02 kwintal/hektar atau naik 3,36 persen. Produktivitas padi relatif tinggi berdasarkan ATAP 2015 berada di tiga kabupaten/kota, yakni Jembrana (66,74 kw/ha), Denpasar (66,52 kw/ha), dan Klungkung (66,08 kw/ha).

Secara umum, kenaikan produktivitas padi selama tahun 2015 lebih disebabkan penggunaan pupuk organik maupun anorganik (urea, TSP/SP36, KCL, dan NPK) secara intensif dan hampir merata di semua kabupaten/kota, disamping penggunaan benih unggul. Selain itu, adanya program UPSUS (Upaya Khusus) turut memberi pengaruh positif bagi peningkatan produktivitas padi. Misalnya di Kota Denpasar, adanya program UPSUS yang terdiri dari bantuan jaringan irigasi, bantuan optimasi lahan, bantuan benih dan pupuk, bantuan pengembangan SRI (System of Rice Intensification), bantuan traktor roda dua serta bantuan pompa air, disamping adanya pendampingan dari penyuluh, Babinsa TNI dan Mahasiswa (Perguruan Tinggi) memberi andil signifikan bagi peningkatan produktivitas padi.

Selain di Kota Denpasar, program UPSUS seperti Gerakan Penerapan Pengelolaan Tanaman Terpadu (GPPTT) dengan penerapan teknologi jajar legowo di Kabupaten Gianyar (Kecamatan Payangan) turut berkontribusi terhadap peningkatan produktivitas padi.

(4)

Tabel 2

Perkembangan Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Padi di Provinsi Bali Menurut Subround Tahun 2013 2015

No Uraian 2013 2014 2015 Perkembangan 2013 – 2014 2014 – 2015 Absolut % Absolut % (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)

1 Luas Panen (ha)

- Januari - April 49 880 49 801 38 498 - 79 -0,16 - 11 303 -22,70 - Mei - Agustus 48 416 43 346 50 653 - 5 070 -10,47 7 307 16,86 - September - Desember 52 084 49 550 48 234 -2 534 -4,87 -1 316 -2,66 - Januari - Desember 150 380 142 697 137 385 -7 683 -5,11 -5 312 -3,72 2 Produktivitas (kw/ha) - Januari - April 58,17 59,67 61,68 1,50 2,58 2,01 3,37 - Mei - Agustus 55,26 59,57 59,76 4,31 7,80 0,19 0,32 - September - Desember 62,29 61,07 65,00 -1,22 -1,96 3,93 6,44 - Januari - Desember 58,66 60,12 62,14 1,46 2,49 2,02 3,36 3 Produksi (ton) - Januari - April 290 155 297 151 237 455 6 996 2,41 -59 696 -20,09 - Mei - Agustus 267 524 258 199 302 722 -9 325 -3,49 44 523 17,24 - September - Desember 324 413 302 594 313 533 -21 819 -6,73 10 939 3,62 - Januari - Desember 882 092 857 944 853 710 -24 148 -2,74 -4 234 -0,49

Keterangan: Kualitas Produksi Padi adalah Gabah Kering Giling (GKG)

Penurunan produktivitas padi dalam setahun terakhir (2014 2105) hanya terjadi di dua kabupaten, yakni Jembrana sebesar 1,71 kw/ha (2,50 persen) dan Badung sebesar 0,08 kw/ha (0,13 persen). Penurunan di Kabupaten Jembrana semata-mata disebabkan oleh masalah ketersediaan air (kemarau berkepanjangan). Pada subround II dan III terjadi kekeringan yang cukup serius, sehingga padi tidak memperoleh kecukupan air yang baik dan berakibat menurunnya produktivitas.

Tidak jauh berbeda dengan Jembrana, penurunan produktivitas padi di Kabupaten Badung juga disebabkan adanya kekeringan lahan sawah terutama di Kecamatan Petang seluas 10 hektar, Abiansemal seluas 10 hektar, dan Mengwi seluas 1,4 hektar. Kekeringan tersebut disebabkan musim kemarau berkepanjangan dan adanya perbaikan saluran/jaringan irigasi. Di samping itu, adanya penggunaan dosis pupuk yang salah/keliru oleh petani seperti yang terjadi di Kecamatan Kuta Utara, yang semestinya digunakan untuk tanaman pandan, namun justru digunakan untuk tanaman padi sawah.

Bila dilihat dari kontribusinya, dari total produksi padi di tahun 2015 yang mencapai 853.710 ton GKG tersebut, Kabupaten Tabanan memberi kontribusi (share) tertinggi sebesar 22,74 persen atau sebanyak 194.122 ton GKG. Kedua adalah Gianyar dengan share 22,56 persen atau 192.570 ton GKG, dan ketiga adalah Buleleng dengan share 15,02 persen atau 128.209 ton GKG. Kontribusi (share) kabupaten/kota lainnya berada di bawah 15,02 persen.

Sementara itu, dari sisi pola panen padi di Bali selama tahun 2015 berbeda dengan yang terjadi di tahun 2013 maupun tahun 2014. Musim puncak panen atau panen raya padi di tahun 2015 terjadi di bulan Mei, sedangkan di tahun 2013 dan 2014 terjadi di bulan April (lihat Gambar 1).

(5)

Gambar 1

Pola Panen Padi di Provinsi Bali Tahun 2013 2015

3.

PRODUKSI JAGUNG

Produksi jagung di Bali tahun 2015 tercatat sebesar 40.603 ton pipilan kering atau turun 10 ton pipilan kering (0,02 persen) dibandingkan tahun 2014. Penurunan ini terjadi di dua subround, yakni pada subround I (Januari April) sebesar 3.748 ton pipilan kering (11,40 persen) dan subround II (Mei Agustus) sebesar 1.219 ton pipilan kering (46,47 persen). Sementara itu, pada subround III (September Desember) produksi jagung mengalami kenaikan sebesar 4.957 ton pipilan kering (97,08 persen). Penurunan produksi jagung relatif tinggi terjadi di Kabupaten Bangli sebesar 2.265 ton pipilan kering atau turun 53,42 persen. Penurunan produksi jagung di Bali selama tahun 2015 dominan disebabkan adanya penurunan luas panen sebesar 1.339 hektar (8,03 persen).

Ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya penurunan luas panen jagung, antara lain: 1) Menurunnya luas tanam di bulan Januari 2015 sebesar 341 hektar (29,73 persen), luas tanam di

bulan Mei 2015 sebesar 128 hektar (21,33 persen), dan luas tanam di bulan September 2015 sebesar 50 hektar (10,78 persen).

2) Banyak tanaman jagung yang dipanen muda (jagung manis atau panen untuk sayur dan pakan ternak).

3) Adanya pengalihan komoditas ke tanaman jeruk yang merupakan tanaman sela seperti yang terjadi di Kecamatan Tegallalang dan Payangan, Kabupaten Gianyar, serta pengalihan ke komoditas jeruk dan rumput gajah sebagai pakan ternak sapi seperti yang terjadi di Kabupaten Bangli.

4) Faktor kekurangan air akibat cuaca panas/kekeringan seperti yang terjadi di Kabupaten Bangli (Kecamatan Tembuku dan Kintamani).

(6)

Kendati luas panen jagung menurun, namun produktivitas meningkat sebesar 2,12 kw/ha (8,71 persen). Peningkatan produktivitas jagung sangat dipengaruhi oleh penggunaan pupuk dan benih jagung yang merupakan benih hibrida 2 tongkol seperti yang terjadi di Kabupaten Jembrana. Peningkatan produktivitas jagung tertinggi dalam setahun terakhir ini (2014 2015) terjadi di tiga kabupaten, yakni Tabanan sebesar 18,30 kw/ha (33,80 persen), Jembrana sebesar 13,57 kw/ha (37,25 persen), dan Gianyar sebesar 9,78 kw/ha (33,37 persen). Sementara itu, produktivitas jagung relatif tinggi (di atas 50 kw/ha) pada tahun 2015 berada di Kabupaten Tabanan, yakni sebesar 72,45 kw/ha.

Tabel 3

Perkembangan Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Jagung di Provinsi Bali Menurut Subround Tahun 2013 - 2015

No Uraian 2013 2014 2015 Perkembangan 2013 – 2014 2014 – 2015 Absolut % Absolut % (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)

1 Luas Panen (ha)

- Januari - April 15 546 14 501 13 110 -1 045 -6,72 -1 391 -9,59 - Mei - Agustus 1 377 724 519 - 653 -47,42 - 205 -28,31 - September - Desember 1 300 1 460 1 717 160 12,31 257 17,60 - Januari - Desember 18 223 16 685 15 346 -1 538 -8,44 -1 339 -8,03 2 Produktivitas (kw/ha) - Januari - April 29,01 22,68 22,22 -6,33 -21,82 -0,46 -2,03 - Mei - Agustus 39,03 36,23 27,05 -2,80 -7,17 -9,18 -25,34 - September - Desember 54,57 34,97 58,61 -19,60 -35,92 23,64 67,60 - Januari - Desember 31,59 24,34 26,46 -7,25 -22,95 2,12 8,71 3 Produksi (ton) - Januari - April 45 105 32 884 29 136 -12 221 -27,09 -3 748 -11,40 - Mei - Agustus 5 374 2 623 1 404 -2 751 -51,20 -1 219 -46,47 - September - Desember 7 094 5 106 10 063 -1 988 -28,02 4 957 97,08 - Januari - Desember 57 573 40 613 40 603 -16 960 -29,46 -10 -0,02

Keterangan: Kualitas Produksi Jagung adalah Pipilan Kering

Bila dilihat dari kontribusinya, dari total produksi jagung di tahun 2015 yang mencapai 40.603 ton pipilan kering tersebut, Kabupaten Buleleng memberikan kontribusi (share) tertinggi sebesar 44,44 persen atau 18.045 ton pipilan kering. Kabupaten Karangasem menempati posisi kedua dengan

share sebesar 21,63 persen atau 8.784 ton pipilan kering, dan Kabupaten Klungkung di posisi ketiga dengan share sebesar 13,25 persen atau 5.378 ton pipilan kering. Sementara itu, kontribusi (share) kabupaten/kota lainnya berada pada posisi di bawah 13,25 persen.

Pada konteks lain, pola panen jagung selama tahun 2015 agak sedikit berbeda dengan pola panen di tahun 2014, namun kondisinya sama dengan pola panen di tahun 2013. Pada tahun 2014 lalu, puncak panen jagung terjadi di bulan Februari, namun di tahun 2013 maupun tahun 2015 puncak panen terjadi di bulan Maret atau mundur sebulan (lihat Gambar 2).

(7)

Gambar 2

Pola Panen Jagung di Provinsi Bali Tahun 2013 2015

4.

PRODUKSI KEDELAI

Produksi kedelai di Bali tahun 2015 tercatat sebesar 7.259 ton biji kering atau turun 928 ton biji kering (11,34 persen). Penurunan produksi ini hanya terjadi pada subround II (Mei Agustus) sebesar 1.189 ton biji kering (19,96 persen). Sebaliknya, pada subround I (Januari April) dan subround III (September Desember) terjadi kenaikan masing-masing sebesar 78 ton biji kering (22,94 persen) dan 183 ton biji kering (9,68 persen). Penurunan produksi kedelai relatif tinggi terjadi di Kabupaten Jembrana sebesar 851 ton biji kering (26,20 persen). Penurunan produksi kedelai di Bali dominan disebabkan adanya penurunan luas panen sebesar 211 hektar (3,94 persen) dan penurunan produktivitas sebesar 1,17 kw/ha (7,66 persen).

Secara umum, ada beberapa faktor yang menjadi penyebab penurunan luas panen kedelai antara lain:

1) Sebagai akibat penurunan luas tanam di bulan Januari 2015 sebesar 49 hektar (75,38 persen), dan luas tanam di bulan Mei 2015 sebesar 57 hektar (3,52 persen), sedangkan luas tanam di bulan September 2015 meningkat sebesar 58 hektar (66,67 persen).

2) Adanya pengalihan komoditas ke tanaman lain (padi, jagung dan semangka) seperti yang terjadi di Kabupaten Jembrana.

3) Di Kabupaten Jembrana, pada tahun 2014 ada program Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SLPTT) seluas 1.000 hektar, sedangkan di tahun 2015 tidak ada program SLPTT.

4) Faktor kekeringan karena masalah ketersediaan air (pasokan air berkurang) seperti yang terjadi terhadap 1,25 hektar hamparan kedelai di Kecamatan Sukasada, Kabupaten Buleleng.

Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Agst Sept Okt Nov Des 2015 64 3 490 8 787 769 102 157 115 145 498 551 393 275 2014 284 10 178 3 769 270 92 307 163 162 452 416 161 431 2013 1 353 3 836 10 018 339 590 284 208 295 357 328 202 413 -2 000 0 2 000 4 000 6 000 8 000 10 000 12 000

hek

ta

r

(8)

Sementara itu, penurunan produktivitas kedelai sebesar 1,17 kw/ha (7,66 persen) lebih dikarenakan beberapa hal, antara lain:

1) Penggunaan pupuk tidak berdasarkan rekomendasi (tidak menggunakan SP36) seperti yang terjadi di Kabupaten Klungkung.

2) Faktor kekurangan air, dimana seluas 600 hektar hamparan kedelai yang berada di Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar dialihkan atau dipindahkan lokasinya ke tempat yang terkena perbaikan jaringan irigasi, namun masih memungkinkan dalam penanaman kedelai di kecamatan tersebut.

3) Adanya serangan hama atau Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) seperti yang terjadi di Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar.

Tabel 4

Perkembangan Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Kedelai di Provinsi Bali Menurut Subround Tahun 2013 2015

No Uraian 2013 2014 2015 Perkembangan 2013 – 2014 2014 – 2015 Absolut % Absolut % (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)

1 Luas Panen (ha)

- Januari – April 518 223 248 - 295 - 56,95 25 11,21 - Mei – Agustus 3 321 3 787 3 581 466 14,03 - 206 - 5,44 - September - Desember 1 766 1 347 1 317 - 419 - 23,73 - 30 - 2,23 - Januari - Desember 5 605 5 357 5 146 - 248 -4,42 - 211 - 3,94 2 Produktivitas (kw/ha) - Januari – April 14,54 15,25 16,85 0,71 4,88 1,60 10,49 - Mei – Agustus 12,50 15,73 13,31 3,23 25,84 - 2,42 - 15,38 - September - Desember 14,31 14,03 15,74 - 0,28 - 1,96 1,71 12,19 - Januari - Desember 13,26 15,28 14,11 2,02 15,23 - 1,17 - 7,66 3 Produksi (ton) - Januari – April 753 340 418 - 413 - 54,85 78 22,94 - Mei – Agustus 4 152 5 957 4 768 1 805 43,47 - 1 189 - 19,96 - September - Desember 2 528 1 890 2 073 - 638 - 25,24 183 9,68 - Januari - Desember 7 433 8 187 7 259 754 10,14 - 928 - 11,34

Keterangan: Kualitas Produksi Kedelai adalah Biji Kering

Penurunan produksi kedelai dalam setahun terakhir ini (2014 2015) terjadi di 6 (enam) kabupaten/kota, yakni Jembrana sebesar 851 ton biji kering (26,20 persen), Gianyar sebesar 479 ton biji kering (32,65 persen), Denpasar sebesar 175 ton biji kering (38,98 persen), Karangasem sebesar 46 ton biji kering (51,11 persen), Buleleng sebesar 18 ton biji kering (41,86 persen), dan Tabanan sebesar 5 ton biji kering (0,73 persen).

Bila dilihat dari kontribusinya, dari total produksi kedelai di tahun 2015 yang mencapai 7.259 ton biji kering tersebut, Kabupaten Jembrana memberi kontribusi (share) tertinggi sebesar 33,02 persen atau 2.397 ton biji kering. Badung menempati posisi kedua dengan share sebesar 20,79 persen atau 1.509 ton biji kering, dan Klungkung di posisi ketiga dengan share sebesar 17,11 persen atau 1.242 ton biji kering. Sementara itu, untuk share kabupaten/kota lainnya berada pada posisi di bawah

(9)

17,11 persen. Pada konteks lain, pola panen kedelai selama tahun 2015 agak sedikit berbeda dibandingkan pola panen di tahun 2013 maupun 2014. Puncak panen kedelai di tahun 2015 terjadi di bulan Juni atau maju satu bulan dibandingkan puncak panen yang terjadi di tahun 2013 maupun 2014 yang terjadi di bulan Juli (lihat Gambar 3).

Gambar 3

Pola Panen Kedelai di Provinsi Bali Tahun 2013 2015

Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Agst Sept Okt Nov Des 2015 13 68 143 24 348 1 297 1 122 814 331 683 171 132 2014 18 76 61 68 281 838 1 733 935 717 270 232 128 2013 26 125 130 237 416 587 1 360 958 281 309 675 501 - 100 100 300 500 700 900 1 100 1 300 1 500 1 700 1 900

hek

ta

r

Absolut % Absolut % Absolut %

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) 1 Jembrana 62 279 65 295 3 016 4.84 102 510 408 400.00 3 248 2 397 - 851 -26.20 2 Tabanan 214 204 194 122 -20 082 -9.38 2 128 5 035 2 907 136.61 684 679 - 5 -0.73 3 Badung 109 148 105 951 -3 197 -2.93 126 149 23 18.25 1 219 1 509 290 23.79 4 Gianyar 186 526 192 570 6 044 3.24 724 727 3 0.41 1 467 988 - 479 -32.65 5 Klungkung 32 064 38 070 6 006 18.73 5 038 5 378 340 6.75 976 1 242 266 27.25 6 Bangli 29 208 28 489 - 719 -2.46 4 240 1 975 -2 265 -53.42 11 101 90 818.18 7 Karangasem 66 116 71 078 4 962 7.50 9 885 8 784 -1 101 -11.14 90 44 - 46 -51.11 8 Buleleng 133 447 128 209 -5 238 -3.93 18 339 18 045 - 294 -1.60 43 25 - 18 -41.86 9 Denpasar 24 952 29 926 4 974 19.93 31 0 - 31 -100.00 449 274 - 175 -38.98 857 944 853 710 -4 234 -0.49 40 613 40 603 - 10 -0.02 8 187 7 259 - 928 -11.34 70 846 465 75 397 841 4 551 376 6.42 19 008 426 19 612 435 604 009 3.18 954 997 963 183 8 186 0.86 Tabel 5

Perkembangan Produksi Padi, Jagung, dan Kedelai Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Bali Tahun 2014 - 2015

Kedelai (ton biji kering)

2014 2015 Perkembangan Perkembangan

Jagung (ton pipilan kering)

2014 2015

Perkembangan Padi (ton gabah kering giling)

2014 2015

No Kabupaten/ Kota

BALI INDONESIA

(10)

Informasi lebih lanjut hubungi:

Tri Erwandi, SE, M.Si.

Kepala Bidang Statistik Produksi

BPS Provinsi Bali

Telepon: 0361-238159, Fax: 0361-238162

E-mail: bps5100@bps.go.id

Referensi

Dokumen terkait

Untuk mendukung proses pengelolaan pengetahuan tersebut Perusahaan telah menyediakan Knowledge Management System yang diberi nama KAMPIUN yang dapat di akses di

Priklausomai nuo terpės pH, baltymai gali turėti suminį nulinį, teigiamą arba neigiamą krūvį.. Skirtingai nuo

Analisis ini dipergunakan untuk mengetahui dan memperoleh gambaran mengenai pengaruh program promosi melalui status terakreditasi (X1) dan kualitas layanan petugas

Dari penyebaran kuesioner bahwa pada variabel pengetahuan produk, tanggapan responden tertinggi terdapat pada indikator Kp1 yang menyatakan tentang “Saya merasa

Batupasir, abu-abu terang, pasir halus-sedang, non karbonatan, komposisi :kuarsa, batubara porositas istimewa, sorting sangat baik, struktur sedimen silang siur mangkuk, silang

Setelah siswa berada dalam kelompoknya, guru kemudian memberikan nomor pada setiap siswa dalam tiap kelompok (satu sampai lima). Setelah siswa mendapatkan

Sedangkan skor angket siswa memiliki respon positif terhadap motivasi belajar melalui penerapan media pembelajaran berbasis macromedia flash 8.0 karena dari siklus

Sejalan dengan masalah ini tujuan penelitian yang hendak dicapai melalui penelitian ini adalah untuk mengetahui, menjelaskan, dan memaparkan (1) perbedaan kemampuan