• Tidak ada hasil yang ditemukan

MOTIVASI KERJA KARYAWAN PADA LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK TELEVISI REPUBLIK INDONESIA SULAWESI TENGAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MOTIVASI KERJA KARYAWAN PADA LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK TELEVISI REPUBLIK INDONESIA SULAWESI TENGAH"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

110

ririnoliyda@yahoo.co.id

Mahasiswa Program Studi Magister Administrasi Publik

Abstract

As a public broadcasting, TVRI Central Sulawesi required to provide a competitive broadcast with private television. On the contrary, it could not able to provide broadcast quality better, because as a matter of fact, the official employees had not able to provide quality employment appropriate expected yet due to lack of work motivation. The problem of this research was how the official employees work motivation of Public Broadcasting TVRI Central Sulawesi. This research analyzed descriptively and qualitatively. The informants were three leaders and three staff of TVRI Central Sulawesi by using purposive sampling technique. Technique of taking and collecting data consisted of observation, interview and documentation. Abraham H Maslow theory was also used in order to know the official employee work motivation. The result figured the official employees work motivation was quite good on two aspects, namely the convenience of threats work and social needs aspects. While the aspect of maintaining the viability, self-esteem and self-actualization needs were less perceived by the official employees. In addition, salaries or fees earned was not sufficient to maintain the viability of them, no reward or recognition for work performance achieved by them and the lack of support for self the official employee in education and vocational training.

Keywords: work motivation, the official employee, public broadcasting, TVRI.

Dunia pertelevisian Indonesia kian berkembang dengan tumbuhnya berbagai stasiun televisi mulai dari tingkat regional sampai nasional yang saling bersaing memenuhi ruang publik. Ketika stasiun swasta berlomba dalam meningkatkan rating melalui program-program yang varatif dan kreatif, disisi lain Televisi Republik Indonesia (TVRI) sebagai televisi nasional milik negara dituntut agar tetap konsisten sebagai televisi yang menyediakan siaran netral dalam mencerdaskan dan memenuhi kebutuhan publik. Sebagaimana yang terdapat dalam pasal 4 PP No.13 tahun 2005 tentang LPP TVRI, bahwa TVRI memiliki tugas sebagai lembaga yang bertugas memberikan pelayanan informasi, pendidikan, hiburan yang sehat, kontrol dan perekat sosial, serta melestarikan budaya bangsa untuk kepentingan seluruh lapisan masyarakat melalui penyelenggaraan

penyiaran televisi yang menjangkau seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Berlandaskan pada tujuan sebagai penyedia layanan publik, maka ruang gerak TVRI jauh berbeda dengan stasiun-stasiun televisi lainnya. TVRI tidak berpikir pada orientasi keuntungan (profit) semata, tetapi turut berkonstribusi dalam memupuk cinta tanah air di tengah keberagaman suku, agama, ras dan antargolongan (SARA) dalam jalinan kesatuan persatuan (Bhineka Tunggal Ika) dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dengan tetap mengutamakan serta memperhatikan kebutuhan publik. Adanya perubahan status hukum TVRI menjadi LPP (Lembaga Penyiaran Publik), akan menjadi penyeimbang di tengah dunia pertelevisian. Dengan kata lain, TVRI diharapkan menjadi stasiun televisi yang tidak hanya mengejar kebutuhan pasar, tapi mempertimbangkan kualitas siaran dalam upaya pencerdasan dan pemenuhan informasi publik.

(2)

Kedudukan LPP TVRI ditegaskan dengan kelahiran UU No. 32 tahun 2002 tentang Penyiaran, yang menjadikan status TVRI berubah menjadi Lembaga Penyiaran Publik (LPP) atau Televisi Publik pada tanggal 24 Agustus 2006 bertepatan dengan Hari Ulang Tahun TVRI ke-44. Keberadaan TVRI sebagai Lembaga Penyiaran Publik (LPP) diatur tersendiri dalam PP No. 13 tahun 2005 tentang LPP TVRI. Status TVRI sebagai LPP merupakan perubahan yang ke-4 kalinya, terhitung mulai dari berstatus sebagai Yayasan TVRI, Unit Pelaksanaan Teknis (UPT) dibawah Departemen Penerangan, Perusahaan Jawatan (Perjan), Perseroan Terbatas (PT) sampai menjadi Lembaga Penyiaran Publik (LPP).

Perubahan status TVRI dari masa ke masa ternyata berdampak pada dinamika kinerja, khususnya terkait arah kerja, kualitas penyiaran dan orientasi nilai yang dibangun. Semenjak dibentuk dan memasuki masa orde baru, yakni saat masih berstatus sebagai Yayasan dan UPT dibawah Departemen Penerangan, dominasi dinamika penyiaran TVRI berdasarkan kekuasaan pemerintah melalui Departemen Penerangan, mulai dari perencanaan sampai output siaran dikemas dalam kendali pemerintah. Muatan-muatan kritis yang berasal dari masyarakat sipil tidak terwadahi karena dianggap tidak sejalan dengan agenda pemerintah. Pada periode ini, kinerja TVRI banyak dikendalikan dan disesuaikan dengan kebutuhan pemerintah tanpa memperhatikan dan melibatkan kebutuhan publik.

Selanjutnya, memasuki era reformasi tahun 1999, dengan perubahan TVRI menjadi Perusahaan Jawatan (Perjan) untuk pertama kali dimunculkan istilah “penyiaran publik” yang diartikan sebagai penyiaran untuk mewadahi kepentingan publik sebagai corong pemerintah, ketimbang sebagai media penyiaran yang benar-benar memperjuangkan dan membela kepentingan publik.

Kondisi ini masih belum banyak berubah karena masih terdapat dominasi pemerintah dalam campur tangan terhadap keberadaan siaran, sehingga tidak berpihak pada kebutuhan masyarakat dan masih jadi sarana kekuasaan bagi pemerintah. Perubahan status terjadi kembali terhitung tanggal 15 April 2003, mengubah status badan hukum TVRI menjadi Perseroan Terbatas (PT) yakni kinerja TVRI diarahkan mencari laba sehingga kebijakan operasional institusi bersifat komersial dalam siaran. Kondisi yang berdampak pada orientasi siaran yang bernilai komersil dan cenderung terus mengarah pada ideologi kapitalisme.

Kondisi ideal TVRI sebagaimana dijamin produk hukumnya ternyata tidak sejalan dengan tujuan yang hendak dicapai. Walau kini TVRI berupaya untuk memenuhi dan mengutamakan kepentingan publik, ternyata tujuan tersebut belum dapat tercapai salah satunya dikarenakan kondisi TVRI sedang mengalami persoalan antar struktur lembaga, yang berdampak pada persoalan anggaran dan pada akhirnya berpengaruh pada kinerja TVRI berupa kualitas siaran yang tidak sesuai dengan harapan. Secara luas, persoalan yang kini dihadapi TVRI menyangkut terkait persoalan internal dan eksternal yang dapat mengganggu dan berdampak pada keberlangsungan kinerja TVRI sebagaimana yang tertuang pada latar belakang Kebijakan LPP TVRI 2011-2016 dalam Peraturan Dewan Pengawas LPP TVRI No: 01/PRTR/ DEWAS-TVRI/ 2012:

Meski telah berusia 50 (lima puluh) tahun, namun sebagai televisi publik, TVRI baru memasuki periode 5 (lima) tahunan kedua. Saat ini, TVRI masih mengalami kendala internal yang cukup berat, mencakup kelembagaan dan sumber daya; utamanya sumber daya manusia, infrastruktur dan teknologi penyiaran, sarana dan prasarana, budaya organisasi, keuangan, data dan informasi, jejaring kerja, dan citra lembaga. Selain itu, pada saat bersamaan TVRI dihadapkan pada tantangan eksternal yang

(3)

berdampak signifikan dan perlu mendapat perhatian khusus.

Persoalan diatas berdampak pada kurang diminati TVRI sebagai salah satu media siaran yang menjadi rujukan bagi masyarakat. Kondisi yang berbeda jika dibandingkan dengan TV publik di luar negeri yang lebih berkembang dan sangat diminati masyarakat, seperti BBC (Inggris), CCTV (China), atau NHK (Jepang) yang lebih berkembang dengan terdapatnya beberapa stasiun siaran dengan memiliki karakteristik konten (genre) tersendiri guna memenuhi ruang-ruang kebutuhan publik. Masyarakat indonesia lebih memilih stasiun TV swasta yang memiliki siaran lebih variatif dan dianggap lebih memenuhi kebutuhan publik.

Padahal, keberadaan yang demikian sebenarnya sangat dikhawatikan, yakni seharusnya TVRI sudah berperan menjadi jembatan atas informasi yang baik, mendidik dan informatif serta menghindarkan dari nilai-nilai dan pengaruh yang tidak baik bagi masyarakat belum tercapai. Perlu diingat betapa keberadaan televisi tidak hanya sekedar tontonan tapi dapat menjadi tuntunan.

Upaya melihat eksistensi dan kinerja TVRI di dunia pertelevisian dalam memberikan pelayanan publik, adalah salah satu tolok ukur untuk menilai keberadaan TVRI telah memiliki kebermanfaatan dalam menjalankan peran sebagai televisi negara (publik). Status hukumnya sebagai LPP (Lembaga Penyiaran Publik) menjadi arahan bahwa keberadaan tersebut harus terlaksana untuk mencapai tujuan yang diharapkan.

Persoalan yang di hadapi TVRI bukan sekedar kinerja atas hasil ataupun capaian kerja semata, tapi termasuk proses yang dapat memberi pengaruh dalam pencapaian kerja. Jika dikaitkan dengan persoalan kinerja yang dihadapi TVRI saat ini, motivasi perlu terjalin dengan baik dan sehat. Dengan mengingat persoalan kompetisi televisi pemerintah kalah jauh dibandingkan televisi swasta, motivasi kerja perlu diperhatikan agar karyawan TVRI mampu terus memberikan pelayanan publik

kepada masyarakat khususnya TVRI Sulawesi Tengah. Tanpa adanya motivasi karyawan, TVRI tidak akan memberikan siaran dan materi yang bermutu sehingga tidak optimal dalam memberikan pelayanan dalam bentuk informasi kepada publik.

Berdasarkan Kebijakan LPP TVRI tahun 2011-2016, salah satu faktor yang memunculkan kendala internal adalah persoalan sumber daya manusia (SDM). Para karyawan masih dianggap belum bekerja “lebih” dari target dan tujuan. Artinya, karyawan masih bekerja seadanya selama masih sesuai standar prosedur yang diharapkan. Kondisi ini bisa disebabkan karena faktor keberadaan mereka pada lembaga publik, yakni salah satunya berupa persoalan kompensasi atau gaji yang menjadi salah satu motivasi, sudah terjamin oleh negara. Pada akhirnya, inilah yang menyebabkan TVRI belum dapat menyajikan siaran yang menarik dan diminati masyarakat.

Para karyawan belum dapat bekerja dengan menunjukkan kualitas yang diharapkan. Motor penggerak atau awak media yang menukangi TVRI dinilai kurang dapat bersaing di bidang penyiaran yang notabene memerlukan kreativitas tingkat tinggi, dan akhirnya TVRI dinilai gagal bersaing di era global seperti TV-TV “plat merah” lainnya di berbagai negara sukses bersaing di era global seperti NHK Jepang, BBC Inggris, ABC Australia dan RTM Malaysia. Artinya, karyawan LPP TVRI belum dapat bekerja secara profesional, yakni berdedikasi lebih terhadap profesi di tengah keberadaan mereka dalam lembaga publik. Padahal, tingkat profesionalisme kerja dalam peningkatan kinerja lembaga pelayanan publik sangat diperlukan. Olehnya hal tersebut di atas sangat dibutuhkan motivasi yang diberikan oleh Pimpinan agar karyawan TVRI khususnya TVRI Sulteng dapat memberikan karya dan siaran yang bermutu sehingga dapat memberikan pelayanan informasi yang maksimal kepada masyarakat di Sulawesi Tengah.

(4)

Motivasi mempunyai arti bahwa suatu pernyataan Bathin yang terwujud sebagai suatu kekuatan (daya) untuk bertindak atau bergerak baik secara langsung maupun melalui saluran perilaku yang mengarah terhadap sasaran (tujuan). Dengan kata lain bahwa motivasi adalah suatu bentuk keinginan, dorongan, kehendak, kebutuhan dan daya kekuatan lainnya yang ada kesamaannya mempunyai tujuan yang ingin dicapai. Dengan demikian, maka motivasi sesungguhnya bertujuan untuk membangkitkan daya gerak atau menggerakan seseorang atau diri sendiri untuk membuat sesuatu (bekerja) dalam rangka pencapaian suatu kepuasan. Sehubungan dengan pembahasan dalam proposal ini maka motivasi ditujukan kepada setiap karyawan pada Stasiun TVRI Sulawesi Tengah agar dapat lebih meningkatkan produktivitas kerja, sehingga pada gilirannya akan terciptanya kualitas kerja sesuai dengan tujuan yang diharapkan dan TVRI khususnya TVRI Sulawesi Tengah mampu sejajar dengan stasiun televisi swasta yang ada di Sulawesi Tengah.

METODE

Penelitian ini dilakukan selama tiga bulan, terhitung sejak surat penelitian diterbitkan. Tempat penelitian adalah Lembaga penyiaran publik Televisi Republik Indonesia Sulawesi Tengah, dan penelitian ini dilaksanakan selama 3 bulan.

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah salah satu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa ucapan atau tulisan dan perilaku orang-orang yang diamati. Artinya penelitian ini adalah penelitian yang menghasilkan data dengan melakukan pengamatan terhadap objek penelitian. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah salah satu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa ucapan atau tulisan dan perilaku orang-orang yang diamati. Artinya penelitian ini adalah penelitian yang menghasilkan data

dengan melakukan pengamatan terhadap objek penelitian.

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini, adalah data Deskriptif kualitatif. Sumber data terdiri dari:

1. Data Primer, adalah data yang diperoleh secara langsung dari sumbernya melalui wawancara dan daftar pertanyaan. Wawancara dilakukan kepada pimpinan dan karyawan pada Lembaga penyiaran publik Televisi Republik Indonesia Sulawesi Tengah.

2. Data Sekunder, adalah data yang diperoleh secara tidak langsung melalui pihak kedua yaitu data pada Lembaga penyiaran publik Televisi Republik Indonesia Sulawesi Tengah berupa dokumen-dokumen, buku, arsip serta data-data yang mendukung dalam penelitian.

Penelitian ini dilakukan di lingkungan Lembaga penyiaran publik Televisi Republik Indonesia Sulawesi Tengah. Data yang diperlukan meliputi data primer dan data sekunder yang diperoleh dengan berbagai teknik antara lain sebagai berikut.

1) Wawancara

Teknik wawancara digunakan terutama untuk memperdalam data-data yang terkait langsung dengan pelaksanaan kegiatan sebelumnya, dan untuk merespon berbagai pendapat tentang kebijakan yang akan datang. Wawancara dilakukan terhadap karyawan pada Lembaga penyiaran publik Televisi Republik Indonesia Sulawesi Tengah. Panduan wawancara digunakan sebagai alat dalam melakukan wawancara agar dapat lebih terfokus dan konsistensi hasil pendataan.

2) Observasi

Observasi merupakan kegiatan pengamatan fenomena yang secara langsung berhubungan dengan sasaran yang diamati dan hanya membatasi pada persoalan yang ditanyakan (Thoha, 1989). Dengan adanya observasi langsung diharapkan akan lebih melengkapi teknik wawancara yang diperkirakan sulit untuk dipertanyakan serta

(5)

untuk memperkuat dan membenarkan data yang terkumpul melalui teknik wawancara. Hasil dari observasi ini dapat mempermudah dalam menjelaskan keterkaitan dari fenomena-fenomena yang ada.

3) Dokumentasi

Dokumen adalah setiap bahan tertulis atau film yang dipersiapkan untuk penelitian, pengujian suatu peristiwa atau record (Moleong, 2001:161) maupun yang tidak dipersiapkan untuk itu. Data-data sekunder diperoleh dari berbagai sumber yang terkait Selain dokumentasi juga dilakukan pengambilan data pada Lembaga penyiaran publik Televisi Republik Indonesia Sulawesi Tengah.

Penelitian kualitatif menggunakan logika induktif abstraktif, suatu logika yang bertitik tolak dari “khusus ke umum”. Konseptualisasi, kategorisasi dan deskripsi dikembangkan atas dasar “kejadian” (incidence) yang diperoleh ketika kegiatan lapangan berlangsung. Karenanya, antara kegiatan pengumpulan data dan analisis data menjadi tak mungkin dipisahkan satu sama lain. Keduanya berlangsung secara simultan dan prosesnya berbentuk siklus bukan linier (Bungin, 2003 : 69).

Adapun tahapan analisis data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Reduksi data

Istilah reduksi data dalam penelitian kualitatif dapat disejajarkan maknanya dengan istilah pengelolaan data dalam penelitian kuantitatif. Reduksi data mencakup kegiatan mengikhtiarkan hasil pengumpulan data selengkap mungkin, dan memilah-milahkannya ke dalam satuan konsep tertentu, kategori tertentu, atau tema tertentu.

b. Penyajian data (display data)

Penyajian data merupakan pengorganisasian seperangkat hasil reduksi ke dalam suatu bentuk tertentu sehingga terlihat sosoknya secara lebih utuh. Ini bisa berbentuk sketsa, sinopsis, matrik atau bentuk-bentuk lain yang sangat diperlukan untuk memudahkan

upaya pemaparan dan penegasan kesimpulan.

c. Menarik Simpulan

Dari permulaan pengumpulan data, peneliti mulai mencari makna data yang telah terkumpul. Selanjutnya peneliti mencari arti dan penjelasannya, kemudian menyusun pola-pola hubungan tertentu ke dalam satu kesatuan informasi yang mudah dipahami dan ditafsirkan. Data yang terkumpul disusun ke dalam satuan-satuan, kemudian dikategorikan sesuai dengan rincian masalahnya. Data tersebut dihubungkan dan dibandingkan antara satu dengan yang lainnya sehingga mudah ditarik simpulan sebagai jawaban terhadap setiap permasalahan yang ada. Adapun alur analisis data dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Mempertahankan kelangsungan hidup Penghasilan yang ada pada Televisi Republik Indonesia Sulawesi Tengah sudah sesuai dengan standar dan peraturan TVRI, dimana gaji yang ada sesuai dengan upah minimum Provinsi, jadi dapat dikatakan telah mencukupi. Tunjangan yang melekat pada masing-masing jabatan juga sesuai dengan ketentuan yang ada dan hal tersebut berlaku bagi Karyawan Negeri Sipil, tidak untuk karyawan lepas atau kontrak yang digaji sesuai dengan beban kerja dan kemampuan finansial lembaga Televisi Republik Indonesia Sulawesi Tengah.

Karyawan tetap Televisi Republik Indonesia mayoritas dapat memenuhi kebutuhan hidupnya dari penghasilannya bekerja, karena dapat dilihat hampir semua karyawan telah memiliki kendaraan baik kendaraan roda dua maupun roda empat. Hal tersebut menandakan bahwa karyawan dapat melangsungkan hidupnya karena mampu memenuhi kebutuhan hidupnya, meskipun ada beberapa karyawan yang menyatakan kurang mencukupi penghasilan yang diperoleh, namun

(6)

mereka dari segi fisik terlihat mampu mempunyai barang yang merupakan kebutuhan tertier.

B. Kenyamanan dari ancaman dalam bekerja

Keamanan dan keselamatan jiwa karyawan Televisi Republik Indonesia Sulawesi Tengah dalam bekerja didalam kantor terjamin dan karyawan terlihat nyaman dan santai dalam bekerja karena tidak ada tekanan atau intimidasi bagi jiwa mereka dalam bekerja. selain itu pula kantor Televisi Republik Indonesia Sulawesi Tengah memiliki satpam yang bertugas menjaga kantor sehingga jauh dari gangguan pihak luar. Akan tetapi keselamatan dan keamanan karyawan yang bertugas diluar kantor terutama reporter yang bertugas meliput berita terkadang terancam jiwa oleh faktor kondisi dan lingkungan pada saat liputan, sehingga rasa aman dan nyaman kurang dirasakan oleh karyawan yang bekerja diluar kantor.

Kantor Televisi Republik Indonesia Sulawesi Tengah memiliki tingkat keamanan yang tinggi karena akses keluar masuk kantor dijaga oleh keamanan sehingga keamanan dan keselamatan harta benda karyawan yang berada diluar kantor dapat terjamin, selain itu pula pagar pembatas area kantor cukup tinggi. Diantara sesama karyawan juga tercipta keterbukaan dan saling percaya satu dengan lainnya sehingga harta benda milik karyawan aman dari ancaman kehilangan oleh rekan kerja sendiri

C. Kebutuhan Sosial

Adanya hubungan yang agak kurang harmonis antara sesama karyawan dalam urusan pelaksanaan tugas di kantor. Akan tetapi terjalin hubungan yang baik dalam hubungan personal yang tidak ada hubungannya dengan pekerjaan. Hal tersebut terlihat dari keakraban mereka pada saat jam istirahat, mereka saling bersenda gurau dan berdiskusi mengenai topik-topik tertentu sehingga tercipta suasana yang hangat diantara mereka. Sikap yang saling

menghargai dan menghormati satu sama lain, baik antara senior ke yunior maupun sebaliknya antara yunior ke senior sangat efektif dalam meredam kemungkinan konflik yang terjadi, meskipun sesekali terjadi.

Ada kendala dalam hubungan pergaulan di lingkungan Kantor Televisi Republik Indonesia Sulawesi Tengah, terutama antara pimpinan dan bawahan. Adanya sikap tidak menghargai pekerjaan bawahan menjadi sekat dalam hubungan sosial. Hal ini sangat mungkin menimbulkan dampak rendahnya motivasi kerja pada Karyawan Televisi Republik Indonesia Sulawesi Tengah karena kepercayaan adalah modal dasar dalam membangun hubungan kerja di setiap organisasi. Selanjutnya kepercayaan adalah landasan dari rasa cinta dan kasih sayang. Dengan demikian disimpulkan bahwa kebutuhan akan rasa cinta dan kasih sayang atau hubungan sosial belum terpenuhi dengan baik.

Secara tertulis tidak ada aturan dan ketentuan yang mengikat karyawan Televisi Republik Indonesia Sulawesi Tengah untuk tidak boleh bersosialisasi dan berorganisasi dengan lingkungan diluar kantor. Penulis melihat, mayoritas karyawan di Televisi Republik Indonesia Sulawesi Tengah memiliki organisasi dan interaksi dengan lingkungan luar kantor, hal tersebut terlihat dari wawasan dan pengetahuan karyawan yang mungkin tidak dapat diperoleh di lingkungan kantor. Ada beberapa karyawan yang menjadikan interaksi dengan lingkungan luar kantor sebagai motivasi kerja.

D. Kebutuhan Penghargaan Diri

Televisi Republik Indonesia Sulawesi Tengah kurang memberikan penghargaan atau apresiasi atas kinerja dan prestasi karyawan dalam bekerja. TVRI Pusat Jakarta secara kontinue memberikan penghargaan kepada karyawan yang berada di TVRI daerah-daerah sebagai bentuk penghargaan dan motivasi untuk bekerja lebih baik lagi, akan tetapi penulis menilai penghargaan tersebut tidak

(7)

objektif karena hanya mewakili segelintir karyawan saja dalam satu stasiun TVRI Daerah. Penghargaan harusnya diberikan secara reguler kepada kepadai Televisi Republik Indonesia Sulawesi Tengah agar karyawan dapat termotivasi untuk lebih meningkatkan kinerja dalam bekerja. Dampak dari tidak adanya penghargaan dalam bekerja yakni karyawan bekerja sesuai apa yang harus dikerjakan saja, tanpa bersikap kreatif dan inovatif yang seharusnya dimiliki oleh lembaga penyiaran.

Penghargaan atas prestasi karyawan belum dilakukan dalam wilayah kerja Televisi Republik Indonesia Sulawesi Tengah, namun karyawan merasa membutuhkan penghargaan seperti yang dilakukan pada stasiun Televisi Republik Indonesia Pusat Jakarta agar pemberiaan penghargaan kepada karyawan yang berprestasi benar-benar dirasakan oleh seluruh karyawan Televisi Republik Indonesia Sulawesi Tengah, sehingga karyawan merasa termotivasi karena penghargaan tersebut dapat memberikan peluang yang besar bagi semua karyawan untuk memperlihatkan prestasinya dalam bekerja.

E. Kebutuhan Aktualisasi Diri

Televisi Republik Indonesia Sulawesi Tengah belum pernah dilakukan pendidikan dan pelatihan kerja yang bertujuan mengembangkan potensi dan minat diri karyawan, sehingga wawasan dan pengetahuan karyawan Televisi Republik Indonesia Sulawesi Tengah sangat terbatas khususnya dalam bidang penyiaran yang berdampak pada kualitas program yang dihasilkan, dimana hal tersebut membutuhkan kreatifitas dan inovasi yang bersumber dari pendidikan dan pelatihan profesi.

Aktualisasi diri telah tumbuh dan ada pada diri masing-masing karyawan Televisi Republik Indonesia Sulawesi Tengah, dimana dengan melakukan interaksi dan komunikasi kepada karyawan lain sudah memperlihatkan aktualisasi diri dari masing-masing karyawan.akan tetapi kebutuhan aktualisasi diri

akan berbeda jika masuk pada tugas dan pekerjaan yang mana beberapa bidang kerja seperti presenter, penyiaran dan reporter membutuhkan aktualisasi diri dalam bekerja karena tuntutan pekerjaan membutuhkan aktualisasi diri mereka sebagai hal utama dalam bekerja.

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian maka dapat ditarik kesimpulan yaitu hasil penelitian ini menunjukkan bahwa karyawan pada Lembaga Penyiaran Publik Televisi Republik Indonesia Sulawesi Tengah memiliki motivasi kerja yang cukup baik, hal itu terlihat pada aspek kenyaman dari ancaman serta kebutuhan sosial. Akan tetapi ada tiga aspek yang dinilai kurang dirasakan sebagai motivasi kerja karyawan yakni pada aspek mempertahankan kelangsungan hidup, kebutuhan penghargaan diri serta kebutuhan aktualisasi diri. Dimana gaji atau honor yang diperoleh tidak mencukupi untuk mempertahankan kelangsungan hidup karyawan, tidak adanya

reward atau penghargaan atas prestasi yang dicapai oleh karyawan selama bekerja serta tidak adanya dukungan untuk mengaktualisasikan diri karyawan dalam bentuk pendidikan dan pelatihan kerja.

Rekomendasi

Berdasarkan kesimpulan yang didapatkan dari hasil penelitian ini, maka akan:

1) Disarankan kepada Televisi Republik Indonesia Sulawesi Tengah untuk tetap mempertahankan dan meningkatkan aspek kenyaman dari ancaman serta aspek kebutuhan sosial bagi karyawan agar tetap menjadi motivasi kerja bagi karyawan. 2) Televisi Republik Indonesia Sulawesi

Tengah perlu melakukan evaluasi dan pembenahan khususnya memperhatikan aspek mempertahankan kelangsungan hidup yakni memberikan gaji sesuai dengan beban kerja sehingga karyawan dapat

(8)

mempertahankan kelangsungan hidup, diperlukan penghargaan atas prestasi yang dilakukan karyawan dalam bekerja serta memberikan pendidikan dan pelatihan kerja dalam rangka aktualisasi diri karyawan. UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terima kasih atas dukungan semua pihak sehingga penelitian ini dapat terselesaikan dengan baik, khusus kepada Pembimbing satu Ibu. Dr. Moh. Irvan Mufti, M.Si, dan Pembimbing dua Bapak Dr. Muh. Khairil, M.Si, Akhir kata penulis ucapkan banyak terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa.

DAFTAR RUJUKAN

Bungin, Burhan. Analisis Data Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. 2003

Moleong, Lexy, J, 2001, Metodelogi Penelitian Kualitatif, Edisi Revisi, Remaja Rosdakarya, Bandung.

Thoha Miftah. 2008. Ilmu Administrasi Publik Kontemporer. Jakarta. Kencana.

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Hasil penelitian ini sesuai dengan hipotesis yang diajukan, bahwa terdapat hubungan positif antara kecerdasan emosi dan efikasi diri akademik pada siswa kelas XI

Batasan dalam penelitian ini adalah biji kopi yang digunakan merupakan jenis Robusta dan Arabika, citra yang digunakan berekstensi .jpg dengan ukuran piksel

Tujuan khusus, setelah dilakukan 4 kali kunjungan diharapkan klien mampu mengenal masalah (identifikasi pengaruh terapi dzikir), keluarga mampu mengambil keputusan

[r]

Mengumumkan Rencana Umum Pengadaan Barang/Jasa untuk Pelaksanaan Kegiatan Tahun Anggaran 2012 (Anggaran Perubahan), seperti tersebut dibawah

Pada penelitian ini, untuk menyelesaikan masalah yang terjadi dirancang suatu sistem informasi manajemen perawatan mesin dengan sistem database yang dapat memepermudah

Aplikasi dalam tugas akhir ini memiliki lima proses utama, yakni membuat matrik baru, menghitung determinan menggunkan metode Sarrus, menghitung menggunakan metode