• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI FERMENTASI NIRA BATANG SORGUM MANIS (Sorghum bicolor (L) Moench) UNTUK PRODUKSI ETANOL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "STUDI FERMENTASI NIRA BATANG SORGUM MANIS (Sorghum bicolor (L) Moench) UNTUK PRODUKSI ETANOL"

Copied!
48
0
0

Teks penuh

(1)

i

STUDI FERMENTASI NIRA BATANG SORGUM MANIS

(Sorghum bicolor (L) Moench) UNTUK PRODUKSI ETANOL

OLEH

APRIWINDA G 62107037

PROGRAM STUDI KETEKNIKAN PERTANIAN JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR 2013

(2)

ii

Studi Fermentasi Nira Batang Sorgum Manis (Sorghum bicolor (L) Moench)

Untuk Produksi Etanol

OLEH :

APRIWINDA G 621 07 037

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pada

Jurusan Teknologi Pertanian

PROGRAM STUDI KETEKNIKAN PERTANIAN JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR 2013

(3)

iii

HALAMAN PENGESAHAN

Judul : Studi Fermentasi Nira Batang Sorgum Manis

(Sorghum bicolor (L) Moench) Untuk Produksi Etanol

Nama : Apriwinda

Stambuk : G62107037

Program Studi : Keteknikan Pertanian

Jurusan : Teknologi Pertanian

Disetujui Oleh Dosen Pembimbing Pembimbing I Pembimbing II Prof.Dr.Ir.Salengke, M.Sc NIP. 19631231 198811 1 005 Prof.Dr.Ir.Mursalim NIP. 19610510 198702 1 001 Mengetahui

Ketua Jurusan Teknologi Pertanian Ketua Panitia Ujian Sarjana

Prof. Dr. Ir. Mulyati M. Tahir, MS NIP. 19570923 198312 2 001

Dr. Iqbal, STP. M.Si NIP. 19781225 200212 1 001

(4)

iv

APRIWINDA (G62107037). Studi Fermentasi Nira Batang Sorgum Manis

(Sorghum bicolor (L) Moench) Untuk Produksi Etanol. Di Bawah Bimbingan: Salengke dan Mursalim

ABSTRAK

Fermentasi adalah salah satu bentuk respirasi anaerobik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh suhu fermentasi dan kadar gula nira sorgum manis terhadap kadar etanol dalam larutan dan Kegunaan penelitian ini adalah untuk diperoleh informasi tentang pembuatan bioetanol dari nira batang sorgum manis dengan proses fermentasi, agar nantinya dapat dimanfaatkan sebagai salah satu bahan bakar alternatif. Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus sampai September 2012 di Teaching industri, Universitas Hasanuddin. Laboratorium Ilmu Teknologi Pangan, Program Studi Ilmu Teknologi Pangan, Jurusan Teknologi Pertanian, Universitas Hasanuddin dan pabrik PT. Sinar Indonesia Merdeka (SINDOKA), Kecamatan Tomoni, Kabupaten Luwu Timur. Hasil yang diperoleh pada penelitian ini adalah kadar alkohol berbanding lurus dengan energi aktivasi, semakin besar kadar alkohol maka semakin besar energi aktivasi. Brix stok terhadap suhu tidak terjadi perubahan yang signifikan sedangkan brix stok terhadap brix fermentasi dan lama fermentasi mengalami perubahan yang signifikan. pH tidak berbeda nyata terhadap suhu, brix fermentasi dan lama fermentasi..

(5)

v

RIWAYAT HIDUP

Apriwinda. Lahir pada tanggal 19 April 1990, di Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan. Anak ketiga dari 3 bersaudara, dari pasangan Paulus Minggu dan Adolfina Dina Lantang, S.Pd. Jenjang pendidikan formal yang pernah dilalui adalah :

1. Memasuki jenjang pendidikan di TK Bayangkari sungguminasa pada tahun 1994 sampai tahun 1995.

2. Memasuki jenjang pendidikan Sekolah Dasar (SD) Negeri 2 Sungguminasa pada tahun 1995 sampai tahun 2001.

3. Memasuki jenjang pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Bontomarannu pada tahun 2001 sampai tahun 2004.

4. Memasuki jenjang pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Bontomarannu pada tahun 2004 sampai tahun 2007.

5. Melanjutkan pendidikan pada Program Studi Teknik Pertanian, Jurusan Teknologi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin, pada tahun 2007 sampai pada tahun 2013.

(6)

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan yang Maha Esa, yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini sebagaimana mestinya. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Teknologi Pertanian pada Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin, Makassar.

Penyusunan dan penulisan skripsi tidak lepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak dalam bentuk bantuan dan bimbingan. Olehnya itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Prof. Dr. Ir. Salengke, M.Sc dan Prof. Dr. Ir. Mursalim sebagai dosen pembimbing yang telah banyak memberikan curahan ilmu, bimbingan, saran, kritikan dan motivasi sejak pelaksanaan penelitian sampai selesainya penyusunan skripsi ini.

2. Ir. Abdul Waris, MT sebagai penasehat akademik dan seluruh dosen yang telah memberikan kontribusi yang sangat berarti dalam penyelesain studi. 3. Ayahanda dan Ibunda tercinta, Kakak dan keluarga besar atas doa dan

dukungannya sehingga Penulis dapat menyelesaikan studi di Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin, Makassar.

4. PT. Sinar Indonesia Merdeka (SINDOKA) Bapak Ir. Firman Abubakar dan seluruh keluarga besar PT. SINDOKA.

5. Rekan – rekan mahasiswa teknologi pertanian, khususnya angkatan 2007 Penulis menyadari bahwa, tulisan ini belum sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan demi kesempurnaan skripsi ini selanjutnya. Akhirnya penulis mengharapkan semoga Skripsi ini dapat bermanfaat bagi mereka yang memerlukannya demi kemajuan ilmu pengetahuan. Amin.

Makassar, Januari 2013

(7)

vii DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ... i HALAMAN PENGESAHAN ... ii RINGKASAN ... iii RIWAYAT HIDUP ... iv KATA PENGANTAR ... v DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan dan Kegunaan ... 2

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sorgum Manis ... 3

2.1.1 Karakteristik Sorgum Manis ... 4

2.1.2 Komponen Biji Sorgum ... 5

2.1.3 Pemanfaatan Sorgum ... 6

2.1.4 Potensi Sorgum Manis ... 7

2.2 Nira ... 8

2.3 Fermentasi ... 10

2.3.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Fermentasi... 11

2.4 Ragi... ... 13 2.5 Urea… ... 14 2.6 Etanol ... 15 2.7 Kadar Alkohol. ... 15 2.8 Brix… . ... 17 2.9 Derajat Keasaman (pH)... 18 III. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat ... 19

3.2 Alat dan Bahan ... 19

3.3 Metode Penelitian ... 19 3.4 Perlakuan Penelitian... 19 3.5 Prosedur Penelitian ... 20 a. Penentuan Brix ... 20 b. Pencampuran ... 20 c. Proses Fermentasi ... 20 d. Pengukuran ... 20 3.6 Parameter Pengamatan ... 20 3.6.1 Kadar Alkohol. ... 20 3.6.2 Brix ... 20

(8)

viii

3.6.3 Derajat Keasaman (pH) ... 20

3.6.4 Energi Aktivasi ... 20

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kadar Alkohol… ... 23

4.2 Brix…. ... . 25

4.2.1 Pengaruh Suhu Terhadap Brix Rata Selama Fermentasi ... 26

4.2.2 Pengaruh Brix StokTerhadap Brix Rata Larutan Selama Fermentasi ... 27

4.2.3 Pengaruh Lama Fermentasi Terhadap Brix Stok ... 27

4.3 Derajat Keasaman (pH)... 29

4.3.1 Pengaruh Suhu Fermentasi Terhadap pH ... 30

4.3.2 Pengaruh Brix Terhadap pH... 31

4.3.3 Pengaruh Lama Fermentasi Terhadap pH ... 31

V. PENUTUP 5.1 Kesimpulan. ... 36

DAFTAR PUSTAKA ... 37

(9)

ix

DAFTAR TABEL

Nomor Teks Halaman

1. Kandungan Nutrisi Sorgum dan Serealia Lainnya ... 7 2. Komposisi Nira Sorgum dan Nira Tebu ... 9

(10)

x

DAFTAR GAMBAR

Nomor Teks Halaman

1. Diagram Alir Penelitian ... 22

2. Energi Aktivasi Selama Fermentasi ... 24

3. Brix dari perlakuan suhu 30 oC, 40 oC dan 50 oC ... 26

4. Brix dari perlakuan konsentrasi Brix 18%, 30% dan 40%... 27

5. Brix dari perlakuan fermentasi hari ke 5, 10, 15, dan 20 ... 27

6. pH dari perlakuan suhu 30 oC, 40 oC, dan 50 oC ... 30

7. pH dari perlakuan konsentrasi brix 18%, 30%, dan 40% ... 31

(11)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Teks Halaman

1. Data Pengukuran Alkohol……….... 40

2. Analisis Ragam Menggunakan Metode Arrhenius……….. 41

3. Data Pengukuran Brix……….. 48

4. Data Pengukuran pH……… 49

5. Gambar foto-foto kegiatan penelitian ... 43 Print Out SPSS

(12)

1

I. PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Indonesia merupakan negara agraris, kehidupan sebagian besar masyarakatnya ditopang oleh hasil - hasil pertanian dan pembangunan disegala bidang industri jasa maupun industri pengolahan bahan baku menjadi bahan jadi. Proses pembangunan di Indonesia mendorong tumbuhnya industri yang berbahan baku hasil pertanian (agroindustri). Perkembangan industri pangan tersebut banyak mendatangkan keuntungan bagi masyarakat maupun pemerintah, namun juga diiringi dengan timbulnya beberapa permasalahan baru diberbagai sektor (Nurdyastuti, 2008).

Kebutuhan akan sumber energi semakin meningkat seiring dengan perkembangan zaman. Namun hal tersebut tidak di imbangi dengan ketersediaan sumber energi yang ada. Manusia masih sangat bergantung dengan bahan bakar minyak sebagai sumber energi. Minyak bumi terus -menerus dicari dan diambil demi memenuhi kebutuhan, akibatnya persediaan minyak bumi menurun, krisis energi terjadi pada saat ini. Untuk mengantisipasinya, manusia beralih kepada bioenergi, yakni sumber energi yang dihasilkan oleh tanaman. Tetapi sering kali pengadaan bioenergi tak sejalan dengan pengadaan kebutuhan pangan. Pengadaan bioenergi sering disebut - sebut sebagai salah satu penyebab krisis pangan (Rahmi, 2007).

Salah satu jenis bahan bakar nabati yang sudah lama dikembangkan untuk menggantikan bahan bakar minyak (BBM) adalah bioetanol yang dibuat dari biomassa (tanaman) melalui proses biologi (fermentasi). Bioetanol dapat dengan mudah diproduksi dari tanaman - tanaman yang mengandung gula. Diantaranya tetes tebu, nira bergula, sagu, jagung dan singkong. Dari berbagai jenis tanaman yang dapat dijadikan sebagai sumber bahan baku bioetanol, salah satu diantaranya adalah tanaman sorgum manis (sweet sorghum), (Tati, 2003).

(13)

2

Selain untuk subtitusi bahan pangan, pemanfaatan sorgum juga sebagai bahan baku energi alternatif biofuel yang berasal dari etanol. Penggunaan sorghum selain sebagai bahan baku etanol dan sebagai subtitusi BBM, juga dapat menghemat devisa negara dan membuka peluang kesempatan kerja dengan pemberdayaan masyarakat tani. Oleh karena itu, pengembangan tanaman sorghum pada gilirannya akan memberikan dampak yang positif, baik untuk meningkatkan kesejahteraan petani maupun pemanfaatan lahan, mengingat potensi lahan kering yang ada di tanah air saat ini tergolong sangat besar (Yudiarto, 2005).

Menurut (Prihandana dan Hendroko, 2007), bioetanol adalah etanol yang diperoleh dari proses fermentasi bahan baku yang mengandung pati atau gula. Bahan bakar nabati (BBN) ini digunakan sebagai pengganti premium (gasoline). Etanol yang dapat digunakan sebagai bahan bakar nabati adalah alkohol murni yang bebas air (anhydrous alcohol). Campuran premium menghasilkan emisi gas buang yang lebih ramah terhadap lingkungan karena oksigennya dapat meningkatkan efisiensi pembakaran.

Masalah yang sering timbul pada proses fermentasi adalah terjadinya imhibisi produk etanol. Selain itu, produk etanol akan berpengaruh terhadap pertumbuhan yeast, misalnya etanol akan merusak membran plasma, denaturasi protein, dan terjadinya perubahan profil suhu pertumbuhan. Hal -hal tersebut dapat menghambat pertumbuhan atau mematikan mikroba sehingga akan menurunkan produktivitas (Supriyanto, 2010).

1.2Tujuan dan Kegunaan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh suhu fermentasi dan kadar gula nira sorgum manis terhadap kadar etanol dalam larutan.

Kegunaan penelitian ini adalah untuk diperoleh informasi tentang pembuatan bioetanol dari nira batang sorghum manis dengan proses fermentasi, agar nantinya dapat dimanfaatkan sebagai salah satu bahan bakar alternatif.

(14)

3

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sorgum Manis

Sorgum Manis merupakan tanaman asli dari wilayah - wilayah tropis dan subtropis di bagian Pasifik tenggara dan Australia, wilayah yang terdiri dari Australia, Selandia Baru dan Papua. Sorgum merupakan tanaman dari keluarga Poaceae dan marga Sorghum. Sorgum sendiri memiliki 32 spesies. Diantara spesies - spesies tersebut, yang paling banyak dibudidayakan adalah spesies Sorghum bicolor (japonicum). Tanaman ini sekeluarga dengan tanaman serealia lainnya seperti padi, jagung dan gandum serta tanaman lain seperti bambu dan tebu. Dalam taksonomi, tanaman - tanaman tersebut tergolong dalam satu famili besar Poaceae yang juga sering disebut sebagai Gramineae atau rumput - rumputan (Daru, 2003).

Sorgum manis atau sweet sorghum bukan hanya merupakan salah satu dari lima tanaman utama penghasil biji – bijian di dunia, tetapi juga menawarkan diversifikasi usaha yang sangat luas. Sorgum manis juga merupakan salah satu tanaman yang digunakan untuk rehabilitasi lahan yang sangat efektif dan efisien. Sorgum manis termasuk tanaman yang masih baru di Indonesia. Oleh karena itu, budidaya serta cara pemanfaatannya masih perlu dikaji secara mendalam agar dapat memberikan manfaat yang sebesa -besarnya (Tati, 2003).

Di dunia, sorgum sebagai pangan menduduki urutan ke lima setelah beras, gandum, jagung, dan barley, sedang di USA menduduki urutan ke tiga setelah gandum dan barley. Dengan demikian pada dasarnya sorgum telah menjadi komoditas penting untuk dikembangkan sebagai pangan, terutama pada lahan - lahan kering ketika sudah tidak dapat ditanami padi atau jagung. Di Indonesia saat ini terdapat beberapa varietas sorgum yang dikembangkan. Total terdapat 9 jenis varietas yang dijadikan varietas sorgum unggulan Indonesia yaitu : UPCA, Keris, Mandau, Higari, Badik, Gadam, Sangkur, Numbu dan Kawali (Supriyanto, 2010).

(15)

4

2.1.1 Karakteristik Sorgum Manis

Secara fisiologis, permukaan daun yang mengandung lapisan lilin dan sistem perakaran yang ekstensif, fibrous dan dalam, cenderung membuat tanaman sorgum efisien dalam absorpsi dan pemanfaatan air. Berdasarkan bentuk malai dan tipe spikelet, sorgum diklasifikasikan ke dalam 5 ras yaitu ras Bicolor, Guenia, Caudatum, Kafir, dan Durra. Ras Durra yang umumnya berbiji putih merupakan tipe paling banyak dibudidayakan sebagai sorgum biji (grain sorghum) dan digunakan sebagai sumber bahan pangan. Diantara ras Durra terdapat varietas yang memiliki batang dengan kadar gula tinggi disebut sebagai sorgum manis (sweet sorghum). Sedangkan ras - ras lain pada umumnya digunakan sebagai biomasa dan pakan ternak (Soeranto, 2002).

Keistimewaan dari tanaman sorgum memiliki kemampuan untuk tumbuh kembali setelah dipotong atau dipanen disebut ratoon, setelah panen akan tumbuh tunas - tunas baru yang tumbuh dari bagian batang di dalam tanah, oleh karena itu pangkasannya harus tepat di atas permukaan tanah.

Ratoon sorgum dapat dilakukan 2 - 3 kali, apabila dipelihara dan dipupuk dengan baik, hasil ratoon dapat manyamai hasil panen pertama (Tati, 2003).

Sorgum merupakan tanaman yang proses budidayanya mudah dengan biaya yang relatif murah, dapat ditanam monokultur maupun tumpangsari, produktifitas sangat tinggi. Selain itu tanaman sorgum lebih resisten terhadap serangan hama dan penyakit sehingga resiko gagal relatif kecil (Rahmi, 2007).

Rata - rata sorgum memiliki tinggi 2,6 sampai 4 meter. Pohon dan daun sorgum sangat mirip dengan jagung. Pohon sorgum tidak memiliki kambium. Jenis sorgum manis memiliki kandungan yang tinggi pada batang gabusnya sehingga berpotensi untuk dijadikan sebagai sumber bahan baku gula sebagaimana halnya tebu. Daun sorgum berbentuk lurus memanjang. Biji sorgum berbentuk bulat dengan ujung mengerucut, berukuran diameter + 2 mm (Rahmi, 2007).

(16)

5

Menurut (USDA, 2008), Sorgum manis (Sorghum bicolor (L) Moench)

kedudukannya dalam ilmu taksonomi tumbuhan adalah: Sorgum Manis (Sorghum bicolor (L) Moench)

Klasifikasi

Kingdom : Plantae (Tumbuhan)

Subkingdom : Tracheobionta (Tambahan berpembuluh) SuperDivisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji) Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga) Class : Liliopsida (Berkeping satu/monokotil) Sub class : Commelinidae

Ordo : Poales

Famili : Poaceae (Suku rumput-rumputan)

Genus : Sorghum

Spesies : Sorghum bicolor (L.) Moench

2.1.2 Komponen Biji Sorgum

a. Pati

Sorgum memiliki sekitar 70% pati dan sumber energi yang baik. Pati Sorgum terdiri dari 70 - 80% amilopektin, polimer bercabang - rantai glukosa, dan 20 - 30% amilosa, polimer rantai lurus. Pati sorgum tidak mengandung gluten (Yudiarto, 2005).

b. Protein

Kadar protein biji sorgum bervariasi antara 4,7 - 17,0%. Biji sorgum mengandung 4 jenis protein, yaitu albumin (larut dalam air), globulin (larut dalam garam), prolamin (larut dalam alkohol), dan glutenin (larut dalam alkali). Lapisan aleuron dan lembaga mengandung lebih banyak protein yang kaya akan asam amino lisin, masing - masing 3,0 dan 3,8% daritotal protein, sedangkan endosperm hanya mengandung 1,2% lisin (Daru, 2003).

(17)

6

c. Senyawa Polifenol

Biji sorgum mempunyai lapisan zat warna yang disebut testa. Dalam lapisan testa terdapat senyawa polyphenol yang disebut Tanin. Kadar tanin berkisar antara 0,4 – 3,6%. Biji yang mengandung tanin yang tinggi biasanya berwarna gelap kemerah - merahan, tepung yang dihasilkan akan terasa pahit dan tidak enak dimakan. Untuk mengurangi atau menghilangkan senyawa ini dapat dilakukan dengan perendaman biji dalam air suling pada suhu 30 selama 24 jam. Dengan cara ini tanin berkurang sampai 31% (Tati, 2003).

2.1.3 Pemanfaatan Sorgum

Menurut (Tati, 2003) beberapa kegunaan sorgum yaitu: 1. Sorgum sebagai bahan pangan

Sorgum dapat dimanfaatkan sebagai butir beras sorgum dan tepung sorgum. Beras sorgum bisa langsung ditanak sebagai nasi sorgum, atau digiling dijadikan tepung sorgum sebagai bahan dasar kue. Selain itu dapat dijadikan penganan jajan pasar berupa tapai, wajik, lemper, rengginang, dan sebagainya.

2. Sorgum sebagai bahan baku minuman

Batang sorgum dapat dijadikan bahan baku untuk membuat bioetanol. Dengan melalui proses fermentasi, hingga proses destilasi.

3. Sorgum sebagai pakan

Tanaman Sorgum dapat dijadikan ransum makanan bagi ternak sebagai pengganti jagung kuning, terutama untuk ayam, karena biji sorgum memiliki harga yang lebih murah daripada jagung kuning sehingga dapat menekan biaya produksi.

(18)

7

Kandungan protein pada biji sorgum juga sangat tinggi, dibandingkan sumber pangan lain seperti beras, singkong dan jagung, sorgum mempunyai kadar protein yang paling tinggi. Dibandingkan beras, sorgum juga unggul dari segi kandungan mineral seperti Ca, Fe, P dan kandungan vitamin B1-nya. Kandungan nutrisi sorghum dibandingkan dengan produk serealia yang lain ditunjukkan oleh Tabel berikut ini (Fanindi et.al, 2005).

Tabel 1.Kandungan Nutrisi Sorgum dan Serealia Lainnya.

Unsur Nutrisi Kandungan per 100 gram

Beras Jagung Singkong Sorgum Kedelai

Kalori (cal) 360 361 146 332 286 Protein (g) 6.8 8.7 1.2 11.0 30.2 Lemak (g) 0.7 4.5 0.3 3.3 15.6 Karbohidrat (g) 78.9 72.4 34.7 73.0 30.1 Kalsium (mg) 6.0 9.0 33.0 28.0 196.0 Besi (mg) 0.8 4.6 0.7 4.4 6.9 Posfor (mg) 140 380 40 287 506 Vit. B.1 (mg) 0.12 0.27 0.06 0.38 0.93

Sumber : Direktorat Gizi, Departemen Kesehatan RI (1992).

2.1.4 Potensi Sorgum Manis

Sorgum merupakan tanaman yang mempunyai banyak kegunaan. Hampir seluruh bagian dari tanaman sorgum seperti biji, tangkai biji, daun, batang dan akar dapat dimanfaatkan. Produk - produk turunan seperti gula, bioetanol, kerajinan tangan, pati, biomas dan lain - lain merupakan beberapa produk yang dapat dihasilkan dari tanaman sorgum. Dari beberapa produk tersebut, produk utama tanaman sorgum adalah biji dan batangnya. Biji sorgum memiliki kandungan tepung dan pati yang sangat potensial. Adapun batang sorgum terutama jenis sorgum manis memiliki kandungan nira sebagaimana halnya tanaman tebu. Nira sorgum dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan gula dan bioetanol (Soeranto, 2002).

(19)

8

Kandungan nutrisi sorgum yang begitu tinggi saat ini belum dapat dimanfaatkan secara optimal. Hal ini dikarenakan pengembangan sorgum sendiri belum mencapai taraf pengembangan yang memuaskan. Para petani masih setengah hati untuk menanam sorgum karena nilai jual sorgum belum tinggi sebagaimana halnya produk serealia yang lain seperti beras, jagung, gandum dan kacang - kacangan. Pemanfaatan sorgum oleh petani sendiri masih terkendala dengan kelengkapan fasilitas yang diperlukan seperti mesin

pemecah biji dan peralatan pengolahan pasca panen lainnya (Fanindi et.al, 2005)

Saat ini sorgum masih dimanfaatkan hanya sebatas potensi utamanya saja yaitu dari bijinya. Adapun potensi lainnya seperti akar, daun dan tangkai biji hanya dimanfaatkan seadanya saja seperti untuk pakan ternak dan kompos. Keunggulan tanaman sorgum terletak pada tingkat produktivitas dan ketahanan tanaman sorgum (Fanindi et.al, 2005).

2.2 Nira

Nira adalah cairan yang keluar dari pohon ataupun batang penghasil nira seperti aren, tebu, lontar, sorgum dan tanaman penghasil nira lainnya. Komposisi nira dari suatu jenis tanaman dipengaruhi beberapa faktor yaitu antara lain varietas tanaman, umur tanaman, kesehatan tanaman, keadaan tanah, iklim, pemupukan, dan pengairan. Demikian pula setiap jenis tanaman mempunyai komposisi nira yang berlainan dan umumnya terdiri dari air, sukrosa, gula reduksi, bahan organik lain, dan bahan anorganik. Air dalam nira merupakan bagian yang terbesar yaitu antara 75 – 90 %. Sukrosa merupakan bagian zat padat yang terbesar berkisar antara 12,30 – 17,40 %. Gula reduksi antara 0,50 – 1,00 % dan sisanya merupakan senyawa organik serta anorganik (Anonim, 2012a).

(20)

9

Gula reduksi dapat terdiri dari heksosa, glukosa, dan fruktosa, serta mannosa dalam jumlah yang rendah sekali. Nira sorgum mengandung kadar glukosa yang cukup besar karena kualitas nira sorgum manis setara dengan nira tebu dan belum dimanfaatkan. Nira sorgum mengandung kadar glukosa yang cukup besar karena kualitas nira sorgum manis setara dengan nira tebu dan belum dimanfaatkan (Anonim, 2012a).

Tabel 2. Komposisi Nira Sorgum dan Nira Tebu

Komposisi Nira sorgum *) Nira tebu

Brix (%) 13.6 – 18.40 12 - 19 Sukrosa 10.0 -14.40 9 -17 Gula reduksi (%) 0,75 – 1,35 0,48 – 1,52 Abu (%) 1,28 – 1,57 !!! 0,40 – 0,70 Amilum (ppm) 209 – 1764 !!! 1,50 - 95 Asam akonitat 0,56 !! 0,25

Sumber : Direktorat Jendral Perkebunan (1996).

Dari Tabel diatas, terlihat bahwa kadar gula (dalam derajat brix) nira sorgum lebih tinggi dibandingkan dengan nira tebu. Nira sorgum memiliki kelemahan dalam kadar abu, amilum dan asam akonitat yang lebih tinggi dibandingkan dengan nira tebu. Bioetanol dibuat dari nira batang sorgum manis (Fanindi et.al, 2005).

Bioetanol dibuat dari nira batang sorgum manis, batang sorgum apabila diperas akan menghasilkan nira yang rasanya manis. Kadar air dalam batang sorgum kurang lebih 70 persen yang artinya kandungan niranya kurang lebih sebesar itu. Batang sorgum yang menghasilkan nira biasanya hanya digunakan sebagai pakan ternak belum memiliki nilai ekonomis (Anonim, 2012b).

(21)

10

2.3 Fermentasi

Fermentasi adalah proses produksi energi dalam sel dalam keadaan anaerobik (tanpa oksigen). Secara umum, fermentasi adalah salah satu bentuk respirasi anaerobik, akan tetapi terdapat definisi yang lebih jelas yang mendefinisikan fermentasi sebagai respirasi dalam lingkungan anaerobik. Gula adalah bahan yang umum dalam fermentasi. Beberapa contoh hasil fermentasi adalah etanol, asam laktat, dan hidrogen. Akan tetapi beberapa komponen lain dapat juga dihasilkan dari fermentasi seperti asam butirat dan aseton. Fermentasi etanol alkohol dan CO2 oleh mikroba, Karbohidrat akan dipecah dahulu menjadi gula sederhana yaitu dengan hidrolisa pati menjadi unit – unit glukosa (Fardiaz, 1988).

Fermentasi adalah suatu proses dimana komponen - komponen kimiawi dihasilkan sebagai akibat adanya pertumbuhan maupun metabolisme mikroba. Fermentasi dapat meningkatkan nilai gizi bahan yang berkualitas rendah serta berfungsi dalam pengawetan bahan dan merupakan suatu cara untuk menghilangkan zat antinutrisi atau racun yang terkandung dalam suatu bahan makanan, (Wasito, 2005).

Terdapat beberapa faktor yang berpengaruh terhadap fermentasi alkohol diantaranya konsentrasi inokulum, lama fermentasi, nutrien dan pH. Sumber karbon bagi S. cerevisiae biasanya sukrosa, glukosa, fruktosa, galaktosa, manosa dan maltose. Derajat keasaman (pH) merupakan salah satu dari beberapa faktor pentingyang mempengaruhi fermentasi alkohol. Derajat keasaman optimum untuk prosesfermentasi adalah antara 4 - 5. Pada pH di bawah 3, proses fermentasi alkohol akan berkurang kecepatannya (Buckle et.al, 2007).

(22)

11

2.3.1 Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Fermentasi

Keberhasilan fermentasi ditentukan oleh beberapa faktor yaitu 1. Lama fermentasi

Waktu yang dibutuhkan dalam proses fermentasi adalah 2 - 3 hari. Waktu yang sesuai akan menghasilkan etanol yang optimum. Semakin lama fermentasi kadar alkohol yang dihasilkan akan optimum dan akhirnya akan menurun. Hal ini karena kadar etanol dipengaruhi oleh waktu fermentasi. Pada tahap awal sel khamir mulai memasuki fase eksponensial dimana etanol sebagai metabolit primer dihasilkan, sedangkan tahap selanjutnya sel khamir mulai memasuki fase stasioner dan kematian sehingga alkohol yang dihasilkan menurun.

2. Konsentrasi inokulum

Konsentrasi inokulum yang terlibat dalam fermentasi sangat mempengaruhi efektifitas penghasil produk. Jika konsentrasi inokulum yang digunakan terlalu sedikit maka proses fermentasi berjalan dengan lambat, sedangkan konsentrasi inokulum yang terlalu banyak akan mempengaruhi persaingan pengambilan nutrisi oleh khamir, sehingga sangat berpengaruh pada pertumbuhan khamir dan kadar alkohol yang dihasilkan. Semakin tinggi penambahan konsentrasi inokulum belum tentu menghasilkan kadar alkohol yang tinggi.

3. Substrat

Substrat sebagai sumber energi yang diperlukan oleh mikroba untuk proses fermentasi. Energi yang dibutuhkan berasal dari karbohidrat, protein, lemak, mineral dan zat gizi lainnya yang terdapat dalam substrat.Bahan energi yang banyak digunakan oleh mikroorganisme adalah glukosa. Mikroba fermentasi harus mampu tumbuh pada substrat dan mudah beradaptasi dengan lingkungannya.

(23)

12

4. Suhu

Suhu selama proses fermentasi sangat menentukan jenis mikroorganisme dominan yang akan tumbuh. Umumnya diperlukan suhu 30 °C untuk pertumbuhan mikroorganisme.S. cerevisiae dapat melakukan aktivitasnya pada suhu 4 – 32 °C. S. Cerevisiae dapat tumbuh optimum pada suhu 28 – 30 ºC.

5. Oksigen

Ketersediaan oksigen harus diatur selama proses fermentasi. Hal ini berhubungan dengan sifat mikroorganisme yang digunakan. Contoh khamir dalam pembuatan anggur dan roti biasanya membutuhkan oksigen selama fermentasi berlangsung, sedangkan untuk bakteri penghasil asam tidak membutuhkan oksigen selama proses fermentasi berlangsung.

Saccharomyces cerevisiae merupakan organisme fakultatif anaerob yang dapat menggunakan baik system aerob maupun anaerob untuk memperoleh energi.

6. pH substrat

Kebanyakan mikroba dapat tumbuh pada kisaran pH 3,0 – 4,0. Kebanyakan bakteri mempunyai pH optimum berkisar 6,5 – 7,5. Di bawah 5,0 dan di atas 8,5 bakteri tidak dapat tumbuh dengan baik. Khamir menyukai pH 4,0 – 5,0 dan tumbuh pada kisaran pH 2,5 – 8,5. Oleh karena itu untuk menumbuhkan khamir dilakukan pada pH rendah untuk mencegah kontaminasi bakteri. Dalam fermentasi, kontrol pH penting sekali dilakukan karena pH yang optimum harus dipertahankan selama fermentasi.

Saccharomyces cerevisiae

Salah satu jenis khamir yang biasa dipakai pada produk alkohol secara fermentasi adalah Saccharomyces cerevisiae. Saccharomyces cerevisiae

merupakan khamir yang paling penting pada fermentasi utama dan akhir, karena mampu memproduksi alkohol dengan konsentrasi tinggi dan fermentasi spontan. Proses fermentasi umumnya dipilih Saccharomyces

(24)

13

cerevisiae, karena dapat tumbuh dengan baik dan mempunyai toleransi yang tinggi terhadap alkohol serta mampu menghasilkan alkohol dalam jumlah yang banyak (Buckle et.al, 2007).

Saccharomyces cerevisiae memiliki sel berbentuk ellipsoid atau silindris. Ukuran sel antara 5 - 20 mikron, biasanya 5 - 10 kali lebih besar dari ukuranbakteri dan merupakan mikroorganisme bersel tunggal,

Saccharomyces cerevisiae termasuk khamir uniseluler. Khamir ini bersifat nonpatogenik dannontoksik, sehingga sejak dahulu banyak digunakan dalam berbagai proses fermentasi seperti pada pembuatan roti dan alkohol.

Saccharomyces cerevisiae` tahan terhadap kadar gula yang tinggi dan tetap aktif melakukan aktivitasnya pada suhu 4 – 32 °C. Saccharomyces cerevisiae memerlukan kondisi lingkungan yang cocok untuk pertumbuhannya, yaitu nutrisi sebagai sumber energi terutama gula, pH optimum 4 - 5, temperatur optimum 28 – 30 ºC serta kebutuhan akan oksigen terutama pada awal pertumbuhan (Hidayat et.al, 2006).

2.4 Ragi

Ragi dikenal sebagai bahan yang umum digunakan dalam fermentasi untuk menghasilkan etanol dalam bir, anggur dan minuman beralkohol lainnya. Ragi mempunyai arti yang penting dalam makanan yang diolah secara fermentasi seperti dalam pembuatanbrem, tape dan lain sebagainya.

Yeast atau ragi yang digunakan dalam pangan adalah S.cerevicea yang pada umumnya dinamakan ragi roti. Fermentasi gula oleh yeastterjadi pada proses anaerob dan keseluruhan reaksinya (Kavanagh, 2005).

Ragi adalah makhluk hidup dan berada di udara sekitar kita. Ragi adalah anggota dari keluarga jamur bersel satu. Ragi roti serta ragi bir termasuk species Saccharomyces cerevisiae. Ragi segar berwarna gading kekuning - kuningan, lunak dan basah, harus mudah hancur, berbau segar dan tidak ada warna gelap atau bagian yang kering (Jaworski, 2008).

(25)

14

Peningkatan kualitas maupun kuantitas bioetanol dapat dipengaruhi oleh jumlah atau konsentrasi ragi yang digunakan harus tepat, sehingga dapat diperoleh hasil yang optimal, karena ragi digunakan untuk mengkonversi glukosa menjadi alkohol, jika jumlah ragi sedikit maka kemampuan ragi untuk fermentasi menjadi berkurang. Jika ragi yang digunakan berlebihan akan menghambat proses fermentasi akan terjadi fase pertumbuhan lagi (lambat). Perbedaan kadar bioetanol sangat berkaitan dengan kinetika sel ragi yang diinginkan untuk memfermentasi bahan, sedangkan pertumbuhan dari sel ragi (khamir) itu sendiri juga dipengaruhi oleh media dan kondisi media, pemilihan khamir, nutrien, kandungan gula, keasaman (pH), oksigen dan suhu (Budiyanto, 2003).

2.5 Urea

Urea adalah suatu senyawa organik yang terdiri dari unsur karbon, hidrogen, oksigen dan nitrogen dengan rumus CON2H4 atau (NH2)2CO. Urea juga dikenal dengan nama carbamide yang terutama digunakan di kawasan Eropa. Nama lain yang juga sering dipakai adalah carbamide resin, isourea, carbonyldiamide dan carbonyldiamine. Senyawa ini adalah senyawa organik sintesis pertama yang berhasil dibuat dari senyawa anorganik, yang akhirnya meruntuhkan konsep vitalisme (Fanindi et.al, 2005)

Beberapa hama yang sering ditemui dalam budidaya tanaman sorgum adalah penggerek batang dan ulat malai. Pengendalian hama yang berasal dari tanah mungkin dapat dilakukan dengan penaburan insektisida seperti Furadan 3G. Sedangkan pengendalian penyakit pada batang atau daun dapat dilakukan dengan fungisida seperti Deicis, Basudin. Hama lain yang banyak menyerang tanaman sorgum adalah tikus dan burung (Budiyanto, 2003).

(26)

15

2.6 Etanol

Etanol, disebut juga etil alkohol, alkohol murni, alkohol absolut, atau alkohol saja. Etanol adalah sejenis cairan yang mudah menguap, mudah terbakar, tak berwarna, dan merupakan alkohol yang paling sering digunakan dalam kehidupan sehari - hari. Senyawa ini merupakan obat psikoaktif dan dapat ditemukan pada minuman beralkohol dan termometer modern. Etanol adalah salah satu obat rekreasi yang paling tua. Etanol termasuk ke dalam alkohol rantai tunggal, dengan rumus kimia C2H5OH dan rumus empiris C2H6O. Etanol sering disingkat menjadi EtOH, dengan “Et” merupakan singkatan dari gugus etil (C2H5). Fermentasi gula menjadi etanol merupakan salah satu reaksi organik paling awal yang pernah dilakukan manusia. Efek dari konsumsi etanol yang memabukkan juga telah diketahui sejak dulu (Wasito, 2005).

Pada zaman modern, etanol yang ditujukan untuk kegunaan industri dihasilkan dari produk sampingan pengilangan minyak bumi. Etanol banyak digunakan sebagai pelarut berbagai bahan - bahan kimia yang ditujukan untuk konsumsi dan kegunaan manusia. Contohnya adalah pada parfum, perasa, pewarna makanan, dan obat-obatan. Dalam kimia, etanol adalah pelarut yang penting sekaligus sebagai stok umpan untuk sintesis senyawa kimia lainnya.Dalam sejarahnya etanol telah lama digunakan sebagai bahan bakar (Wasito, 2005).

2.7 Kadar Alkohol

Alkohol sebagai hasil fermentasi tipe anaerobik dari aktivitas khamir. Semua organisme membutuhkan energi untuk hidupnya yang diperoleh dari hasil perombakan bahan pangan yang mengandung gula. Dengan adanya oksigen beberapa mikroorganisme mencerna glukosa, karbon dioksida dan sejumlah besar energi yang digunakan untuk tumbuh (Buckle et.al, 2007).

(27)

16

Pembentukan alkohol dilakukan dalam kondisi anaerob oleh

Saccharomyces cereviciae yang merupakan jenis mikroba fakultatif anaerob. Mikroba tersebut mempunyai dua mekanisme dalam mendapatkan energi. Jika ada udara, maka energi atau tenaga diperoleh melalui respirasi aerob, hal tersebut tidak digunakan dalam pembentukan alkohol melainkan untuk pertumbuhan dan perkembangan sel. Sedangkan tenaga yang diperoleh melalui respirasi anaerob sebagian digunakan untuk pembentukan alkohol (Judoamidjojo et.al, 1990).

Tinggi rendahnya kadar alkohol yang diperoleh sangat dipengaruhi oleh cepat lambatnya pertumbuhan sel ragi yang digunakan dalam fermentasi bahan. Cepat lambatnya pertumbuhan khamir dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya komposisi media yang digunakan sebagai media pengembangbiakan mikroba mulai persiapan sampai fermentasi dapat berjalan optimum ketika pertumbuhan enzim maksimum dan ketersediaan substrat cukup. Suhu yang digunakan selama proses fermentasi akan mempengaruhi mikroba yang berperan dalam proses fermentsi. Suhu yang baik untuk fermentasi maksimum adalah 30 °C. Makin rendah suhu fermentasi makin banyak alkohol yang dihasilkan, karena pada suhu rendah fermentasi akan lebih kompleks dan kehilangan alkohol yang dibawa gas CO2 akan lebih sikit, pada suhu yang tinggi akan mematikan mikroba dan menghentikan proses fermentasi (Jaworski, 2008).

Menurut (Hidayat dkk, 2006) Tahapan - tahapan proses perubahan pati menjadi alkohol adalah sebagai berikut:

1. Hidratasi pati : umbi - umbian digiling dan serbuk umbi - umbian diberi air sehingga terjadi dispersi.

2. Gelatinisasi pati : ditentukan oleh tipe dari pati, hubungan antara suhu dan waktu, ukuran - ukuran partikel dan konsentrasi bubur. Hubungan optimal bervariasi tergantung dari tipe pati yang digunakan. Tahap ini merupakan pemula (precursor) penting untuk proses.

(28)

17

3. Hidrolisis pati : konversi pati untuk menghasilkan maltosa dan dekstrin yang tidak terfermentasi terjadi karena hidrolisis enzimatis. Reaksi ini akan mencapai keseimbangan bila telah tercapai rasio antara maltose – dekstrin yang dikendalikan oleh komposisi kimia dari pati. Komposisi kimia pati adalah amilosa dan amilopektin. Amilosa sebagai polimer dari glukosa yang merupakan rantai lurus dan secara kuantitatif dapat dihidrolisis menghasilkan maltosa, sedangkan amilopektin terhidrolosis sebagian.

4. Konversi gula menjadi alkohol dengan cara fermentasi : gula sangat disukai oleh hampir semua makhluk hidup sebagai sumber energi. Khamir dapat memfermentasi glukosa, mannosa dan galaktosa dan tidak dapat memecah pentosa. Disakarida seperti sukrosa dan maltosa difermentasi dengan cepat oleh khamir karena mempunyai enzim sukrase atau invertase dan maltase untuk mengubah maltosa menjadi heksosa.

2.8 Brix

Kadar gula (Brix) adalah total padatan terlarut yang mengandung sukrosa, fruktosa, dan glukosa. Terdapat hubungan antara konsentrasi gula (dalam hal ini sukrosa) dalam satuan brix dengan kandungan total gula pereduksi (monosakarida: glukosa dan fruktosa). Konsentrasi gula dalam jus berkorelasi secara linear dengan total gula pereduksi. Ketika brix kandungan gula mencapai lebih dari 15% maka mungkin untuk membuat gula berada dalam fasa cair yaitu sirup berkualitas tinggi. Pada gula sorgum, brix kandungan gula >15% dapat dicapai dengan mudah. Oleh karena itulah alasan mengapa bentuk gula sorgum adalah sirup bukan gula padat baik itu kristal seperti gula tebu maupun gula padat seperti gula merah aren. Untuk mengetahui nilai brix diperlukan suatu alat ukur (Anonim, 2012c).

(29)

18

Batang sorgum yang menghasilkan nira biasanya hanya digunakan sebagai pakan ternak belum memiliki nilai ekonomis. Mengingat nira sorgum mengandung kadar glukosa yang cukup besar karena kualitas nira sorgum manis setara dengan nira tebu dan belum dimanfaatkan secara maksimal maka dipandang sangatlah tepat bila dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mendapatkan alkohol dari nira sorgum dengan proses fermentasi (Risvan, 2012).

2.9 Derajat Keasaman (pH)

pH adalah derajat keasaman yang digunakan untuk menyatakan tingkat keasaman atau kebasaan yang dimiliki oleh suatu larutan. pH didefinisikan sebagai kologaritmaaktivitasion hidrogen (H+) yang terlarut. Koefisien aktivitas ion hidrogen tidak dapat diukur secara eksperimental, sehingga nilainya didasarkan pada perhitungan teoritis.Skala pH bukanlah skala absolut.pH bersifat relatif terhadap sekumpulan larutan standar yang pH-nya ditentukan berdasarkan persetujuan internasional. pH merupakan salah satu contoh fungsi keasaman. Konsentrasi ion hidrogen dapat diukur dalam larutan non-akuatik, namun perhitungannya akan menggunakan fungsi keasaman yang berbeda (Volk, 1993).

(30)

19

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus - September 2012 di Teaching industri Universitas Hasanuddin, Laboratorium Ilmu Teknologi Pangan, Program Studi Ilmu Teknologi Pangan, Jurusan Teknologi Pertanian, Universitas Hasanuddin dan pabrik PT. Sinar Indonesia Merdeka (SINDOKA), jalan Trans Sulawesi, Karondeme Desa Teromu, Kecamatan Mangkutana, Kabupaten Luwu Timur.

3.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah fermentor, pompa aquarium, waterbath, timbangan digital, tabung ukur, alkoholmeter, refraktometer, pHmeter, dan tissue.

Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah Sorgum manis varietas ICSV 700, urea, ragi dan aquades.

3. 3 Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan rancangan faktorial. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan SPSS dan persamaan Arrhenius.

3.4 Perlakuan Penelitian

Perlakuan pada penelitian ini meliputi suhu fermentasi 30 °C, 40 °C, dan 50 °C dan brix larutan stok 18%, 30%, dan 40%. Dengan demikian terdapat Sembilan kombinasi perlakuan, dimana setiap kombinasi diulangi sebanyak tiga kali. Adapun kombinasi perlakuan yang digunakan dapat dilihat sebagai berikut:

1. Suhu fermentasi 30 °C brix stok 18% 2. Suhu fermentasi 30 °C brix stok 30% 3. Suhu fermentasi 30 °C brix stok 40% 4. Suhu fermentasi 40 °C brix stok 18% 5. Suhu fermentasi 40 °C brix stok 30%

(31)

20

6. Suhu fermentasi 40 °C stok brix 40% 7. Suhu fermentasi 50 °C stok brix 18% 8. Suhu fermentasi 50 °C stok brix 30% 9. Suhu fermentasi 50 °C stok brix 40% 3.5 Prosedur Penelitian

a. Penentuan Brix

Nira hasil perasan batang sorgum dimasak dengan api rendah hingga diperoleh brix 18%, 30%, dan 40%. Digunakan refraktometer untuk mengetahui bahwa nira yang dimasak sudah mencapai brix 18%, 30%, 40%.

b. Pencampuran

Sampel yang telah disesuaikan kadar padatannya (brix), dimasukkan ke dalam fermentor kapasitas 2 liter, kemudian ditambahkan ureadan ragi masing – masing 2 gr.

c. Proses Fermentasi

Fermentasi dilakukan pada suhu 30 °C, 40 °C dan 50 °C dengan menggunakan fermentor berdinding ganda. Suhu fermentasi dikontrol dengan mengalirkan medium pemanas dari waterbath yang dikontrol suhunya ke bagian luar fermentor.

d. Pengukuran

Proses fermentasi dilakukan selama 20 hari. Pengukuran kadar alkohol, brix dan pH dilakukan pada hari ke 5, 10, 15, dan 20.

3.6 Parameter Pengamatan

Pengamatan selama proses fermentasi dilakukan pada hari ke 5, 10, 15, dan 20. Parameter yang diamati dalam penelitian ini meliputi :

1. Kadar alkohol (%) 2. Derajat keasaman (pH) 3. Brix

(32)

21

K = Ae –Ea/RT 3.6.1 Kadar Alkohol

Diambil sampel sebanyak 100 ml, kemudian dimasukkan kedalam gelas ukur, lalu diukur kadar alkoholnya dengan menggunakan

alkoholmeter. 3.6.2Brix

Diambil sampel sebanyak 10 ml, dimasukkan ke dalam gelas ukur lalu diukur brixnya dengan menggunakan refraktometer.

3.6.3Derajat Keasaman (pH)

Derajat keasaman diukur dengan menggunakan pH meter. Prosedur pengukuran di lakukan sebagai berikut : pH meter dihidupkan dan dibiarkan hingga pembacaan stabil. Elektroda pH meter dibilas dengan aquades dan dikeringkan dengan tissue, kemudian dicelupkan kedalam sampel sampai diperoleh pembacaan yang stabil, dan pembacaan pH dicatat.

3.6.4 Energi Aktivasi

Energi aktivasi proses fermentasi nira sorgum menjadi etanol dihitung dengan menggunakan persamaan Arrhenius, seperti terlihat pada persamaan berikut : ………….…(1) Keterangan : K = Konsentrasi alkohol Ea = Energi aktivasi R = Konstanta gas T = Suhu

(33)

22

Diagram Alir

Gambar 1. Diagram Alir Penelitian Pemasakan nira kental hingga mencapai brix

18%, 30%, 40%

Dimasukkan kedalam fermentor kapasitas 2 liter

Penambahan ragi dan urea masing-masing 2 gr

Fermentasi dilakukan pada suhu 30 °C, 40 °C, dan 50 °C

dengan menggunakan waterbath

Nira

(34)

23

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Kadar Alkohol

Alkohol sering dipakai untuk menyebut etanol, yang juga disebut grain alcohol; dan kadang untuk minuman yang mengandung alkohol. Hal ini disebabkan karena etanol merupakan bahan dasar yang digunakan pada proses produksi minuman beralkohol. Alkohol yang digunakan dalam dunia famasi juga dari jenis etanol. Alkohol dalam ilmu kimia memiliki pengertian yang lebih luas lagi. Proses penguraian zat gula menjadi etanol dalam proses fermentasim membutuhkan sejumlah energi yang disebut sebagai energi aktivasi. Dengan demikian, energi aktivasi merupakan jumlah energi yang dibutuhkan untuk menghasilkan satu mol etenol.

Berdasarkan hasil penelitian nilai etanol yang diperoleh pada brix 18% hari ke 5 yaitu 8177,44, brix 18% hari ke 10 yaitu 10006,88, brix 18% hari ke 15 yaitu 8495,30 dan brix 18% hari ke 20 yaitu 5253,15. Pada brix 40% hari ke 5 yaitu 5087,66, brix 40% hari ke 10 yaitu 2159,77, brix 40% hari ke 15 yaitu 7345,92, brix 40% hari ke 20 yaitu 67,21. Pada brix 40% hari ke 5 yaitu 7201,92, brix 40% hari ke 10 yaitu 6459,84, brix 40% hari ke 15 yaitu 7834.40 dan pada brix 40% hari ke 20 yaitu 517,01.

Rata – rata nilai alkohol pada penelitian ini berkisar antara 0,5 – 1,1%. Dimana nilai alkohol tertinggi diperoleh pada suhu 40 , brix stok 18% dan 40% hari ke 20. Sedangkan nilai alkohol terendah diperoleh pada suhu 30 , brix stok 18%, 30% dan 40%, hari ke 5 dan suhu 40 , brix stok 18% dan 40% hari ke 5.

(35)

24

Gambar 2. Nilai Aktivasi Brix Selama Fermentasi

Dari grafik diatas menunjukkan pada energi aktivasi brix 18% tidak terjadi penurunan yang signifikan, sedangkan pada energi aktivasi brix 30% dan energi aktivasi brix 40% terjadi penurunan yang sangat signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa semakin lama proses fermentasi terjadi maka energi aktivasi yang dihasilkan dari setiap konsentrasi brix akan menurun. Menurut (Hidayat et.al, 2006) fermentasi merupakan perubahan gradual oleh enzim beberapa bakteri, khamir dan kapang. Contoh perubahan kimia dari fermentasi meliputi perubahan gula menjadi alkohol dan karbondioksida, serta oksidasi senyawa nitrogen organik. Semakin lama proses fermentasi berlangsung, jumlah karbohidrat yang dirombak menjadi glukose semakin banyak. Hal ini mengakibatkan kadar alkohol molase meningkat sehingga pada proses destilasi mengalami peningkatan kadar alkohol yang diperoleh.

Pada energi aktivasi brix 18% lama fermentasi hari ke 5 tidak berbeda nyata dengan hari 10, 15 dan berbeda nyata dengan hari ke 20. Pada perlakuan hari ke 10 tidak berbeda nyata dengan hari ke 5, 15 dan berbeda nyata dengan hari ke 20. Perlakuan hari ke 15 tidak berbeda nyata dengan hari ke 5, 10, 20. Dan hari ke 20 sangat berbeda nyata dengan hari ke 5, 10, 15. 8177.44 10006.88 8495.30 5253.15 5087.66 2159.77 7345.92 67.21 7201.92 6459.84 7834.40 517.01 0 2000 4000 6000 8000 10000 12000 5 10 15 20 En er gi Akti va si ( kJ /mo l )

Lama Fermentasi (hari ke- )

Energi Aktivasi Brix 18%

Energi Aktivasi Brix 30 %

Energi Aktivasi Brix 40%

(36)

25

Dari energi aktivasi brix 30% menunjukkanlama fermentasi hari ke 5 berbeda nyata dengan hari ke 10 dan berbeda sangat nyata dengan hari ke 15 dan 20. Perlakuan hari ke 10 tidak berbeda nyata hari ke 15 dan berbeda sangat nyata dengan hari ke 5 dan 20. Perlakuan hari ke 15 berbeda sangat nyata dengan hari ke 5, 10 dan 20. Pada perlakuan hari ke 20 sangat berbeda nyata dengan hari ke 5, 10, dan 15. Nilai aktivasi tertinggi brix 30% diperoleh pada hari ke 15 sedangkan nilai aktivasi terendah diperoleh pada hari ke 20.

Energi aktivasi tertinggi brix 40% diperoleh pada lama fermentasi hari ke 15 sedangkan energi aktivasi terendah diperoleh pada perlakuan hari ke 20. Pada perlakuan hari ke 5 tidak berbeda nyata dengan hari 10, 15, dan berbeda sangat nyata dengan hari ke 20. Perlakuan hari ke 10 tidak berbeda nyata dengan hari ke 5, 15 dan berbeda sangat nyata dengan hari ke 20. Perlakuan hari ke 15 tidak berbeda nyata dengan hari ke 5, 10 dan berbeda sangat nyata dengan hari ke 20. Perlakuan hari ke 20 sangat berbeda nyata dengan hari ke 5, 10, 15.Hal ini sesuai dengan pendapat (Fardiaz, 2002), yang menyatakan bahwa semakin banyak jumlah glukosa yang terdapat pada bahan, semakin tinggi jumlah alkohol yang dihasilkan dari perombakan glukose tersebut. Semakin besar jumlah mikroba perombak pati menjadi glukose, dan mikroba perombak glukose menjadi alkohol semakin banyak, sehingga kadar alkohol yang dihasilkan semakin tinggi.

4.2 Brix

Brix merupakan total padatan terlarut yang mengandung sukrosa, fruktosa dan glukosa yang terdapat pada nira sorgum manis. Hasil penelitian menunjukkan pengukuran brix membawa pengaruh terhadap perlakuan suhu, konsentrasi brix dan lama fermentasi.

(37)

26

Rata - rata nilai brix yang dihasilkan pada penelitian ini berkisar antara 15,3 – 39,5%. Nilai brix tertinggi diperoleh dari perlakuan suhu 30 oC, konsentrasi brix 40% dan lama fermentasi hari ke 5, sedangkan untuk nilai brix terendah diperoleh dari perlakuan suhu 40 oC, konsentrasi brix 18% dan lama fermentasi hari ke 20.

Hasil analisis ragam menunjukkan konsentrasi brix memberikan pengaruh nyata terhadap brix yang dihasilkan, sedangkan perlakuan suhu dan lama fermentasi yang diterapkan tidak memberikan pengaruh nyata terhadap kandungan brix yang dihasilkan.

Hasil uji lanjut duncan menunjukkan perlakuan suhu 30 oC memberikan nilai brix tertinggi dan tidak berbeda nyata dengan perlakuan 40 oC dan 50 oC. Perlakuan konsentrasi brix 40% memberikan kandungan brix tertinggi dan berbeda nyata dengan konsentrasi brix 18% dan 30%. Demikian pula dengan perlakuan lama fermentasi hari ke 5 memberikan nilai brix tertinggi dan tidak berbeda nyata dengan perlakuan lama fermentasi hari ke 10, 15 dan 20.

4.2.1 Pengaruh Suhu Terhadap Brix Rata Selama Fermentasi

Gambar 2a. Brix dari perlakuan suhu 30 oC, 40 oC dan 50 oC. 28.042 28.009 27.734 27.55 27.60 27.65 27.70 27.75 27.80 27.85 27.90 27.95 28.00 28.05 28.10 30 40 50 B ri x (%) Suhu Fermentasi

(38)

27

4.2.2 Pengaruh Brix Stok Terhadap Brix Rata Larutan Selama Fermentasi

Gambar 2b. Brix dari perlakuan konsentrasi brix 18%, 30% dan 40. 4.2.3 Pengaruh Lama Fermentasi Terhadap Brix Stok

Gambar 2c. Brix dari perlakuan fermentasi hari ke 5, 10, 15, dan 20. 16.800 28.826 38.159 0.00 5.00 10.00 15.00 20.00 25.00 30.00 35.00 40.00 45.00 18 30 40 B ri x (%) Brix Fermentasi 28.836 28.290 27.581 27.007 26.00 26.50 27.00 27.50 28.00 28.50 29.00 5 10 15 20 B ri x (%)

(39)

28

Gambar 2a, menunjukkan pada suhu 30 oC brix yang dihasilkan yaitu 28,042%, pada suhu 40 oC brix yang dihasilkan yaitu 28,009 dan pada suhu 50 oC brix yang dihasilkan yaitu 27,734%, hal ini menunjukkan bahwa pada suhu fermentasi tidak nampak perubahan yang signifikan. Berdasarkan hasil yang diperoleh diketahui bahwa semakin tinggi suhu fermentasi maka semakin rendah nilai brix yang dihasilkan.Suhu yang diperlukan untuk fermentasi alkohol adalah 20 – 30 °C, kadang - kadang mencapai 35 oC pada akhir fermentasi (Wanto dan Soebagyo, 1980).

Pada gambar 2b, terlihat semakin tinggi konsentrasi brix selama fermentasi maka semakin tinggi pula brix yang dihasilkan. Dimana pada konsentrasi brix 18% diperoleh brix 16,800%, pada konsentrasi brix 30% diperoleh brix 28,826% dan pada konsentrasi brix 40% diperoleh brix 38,159%. Berdasarkan uji lanjut Duncan menunjukkan pada kosentrasi brix terjadi perubahan yang signifikan. Menurut (Wasito, 2005) kandungan gula yang berbeda menghasilkan kualitas dan kuantitas bioetanol yang berbeda, demikian pula lama waktu fermentasi, jenis ragi dan konsentrasi ragi yang digunakan.

Berdasarkan gambar 2c, menunjukkan perlakuan lama fermentasi hari ke 5 diperoleh brix 28,836%, hari ke 10 diperoleh brix 28,290, hari ke 15 diperoleh brix 27,581 dan hari ke 20 diperoleh brix 27,007%. Dari hasil yang diperoleh menujukkan nilai brix tertinggi terdapat pada hari ke 5 dan brix terendah terdapat pada hari ke 20. Hal ini sesuai dengan (Hidayat et.al, 2006) yang menyatakan bahwa fermentasi merupakan perubahan gradual oleh enzim beberapa bakteri, khamir dan kapang. Contoh perubahan kimia dari fermentasi meliputi perubahan gula menjadi alkohol dan karbondioksida, serta oksidasi senyawa nitrogen organik. Dimana semakin lama proses fermentasi berlangsung, jumlah karbohidrat yang dirombak menjadi glukosa semakin banyak.

Dari ketiga grafik diatas menujukkan bahwa pada suhu, brix, dan lama fermentasi tidak mengalami perubahan yang signifikan. Pada kosentrasi brix terhadap suhu menunjukkan semakin tinggi suhu fermentasi maka semakin

(40)

29

rendah brix yang dihasilkan. Pada konsentrasi brix terhadap brix yang dihasilkan menunjukkan semakin tinggi kosentrasi brix maka brix yang dihasilkan semakin meningkat. Dan pada kosentrasi brix terhadap lama fermentasi menunjukkan semakin lama proses fermentasi maka brix yang dihasilkan semakin menurun. Hal ini disebabkan karena brix yang tinggi dapat menghambat pertumbuhan khamir sehingga menyebabkan kadar gula menurun. Perbedaan kadar gula dapat disebabkan oleh perbedaan varietas, karena varietas menentukan umur panen dan secara langsung berperan dalam menentukan kadar kemanisan pada tanaman sorgum manis. Selain itu, kandungan gula dalam batang sorgum manis juga dipengaruhi oleh jenis sorgum, iklim, umur sorgum, dan cara pemeliharaan (Yudiarto, 2005).

Hasil uji lanjut Duncan menunjukkan lama fermentasi tidak mengalami perubahan yang signifikan. Hal ini disebabkan karena semakin lama proses fermentasi nira akan semakin asam sehingga menyebabkan penurunan brix yang dihasilkan. Hal ini sesuai dengan pernyataan (Fardiaz, 2002) Lama fermentasi yang dibutuhkan dalam proses fermentasi adalah 2-3 hari. waktu yang sesuai akan menghasilkan etanol yang optimum. Semakin lama fermentasi kadar alkohol yang dihasilkan akan optimum dan akhirnya akan menurun. Hal ini karena kadar etanol dipengaruhi oleh waktu fermentasi. Pada tahap awal sel khamir mulai memasuki fese eksponensial dimana etanol sebagai metabolit primer dihasilkan, sedangkan tahap selanjutnya sel khamir mulai memasuki fase stasioner dan kematian sehingga alkohol yang dihasilkan menurun.

4.3 Derajat Keasaman (pH)

pH adalah derajat keasaman yang digunakan untuk menyatakan tingkat keasaman atau kebasaan yang dimiliki oleh suatu larutan. pH merupakan faktor penting yang mempengaruhi aktivitas bakteri. Derajat keasaman (pH) merupakan salah satu dari beberapa faktor penting yang mempengaruhi fermentasi alkohol. Derajat keasaman optimum untuk proses fermentasi adalah antara 4 - 5. Pada pH dibawah 3, proses fermentasi alkohol akan

(41)

30

berkurang kecepatannya (Buckle et.al, 2007). Hasil penelitian menujukkan derajat keasaman (pH) memberi pengaruh terhadap suhu, kosentrasi brix dan lama fermentasi.

Nilai derajat keasaman (pH) yang dihasilkan dalam penilitian ini rata – rata berkisar antara 2,78 – 5,74. Nilai pH tertinggi diperoleh dari perlakuan suhu 50 oC, konsetrasi brix 18% dan lama fermentasi pada hari ke 15, sedangkan nilai derajat keasaman (pH) diperoleh dari perlakuan suhu 30 oC, konsentrasi brix 18% dan lama fermentasi pada hari ke 20. Hasil analisis ragam menunjukkan pada derajat keasaman (pH) memberikan pengaruh tidak berbeda nyata terhadap perlakuan suhu, brix yang dihasilkan dan lama fermentasi.

Hasil uji lanjut duncan menunjukkan perlakuan suhu 50 oC memiliki nilai pH tertinggi dan tidak berbeda nyata dengan perlakuan 30 oC dan 40 oC. Perlakuan konsentrasi brix 18% memiliki nilai pH tertinggi dan tidak berbeda nyata dengan konsentrasi brix 30% dan 40%. Demikian pula dengan perlakuan lama fermentasi hari ke 15 memiliki nilai pH tertinggi dan tidak berbeda nyata dengan perlakuan lama fermentasi hari ke 5, 10, dan 20. 4.3.1 Pengaruh Suhu Fermentasi Terhadap pH

Gambar 3a. pH dari perlakuan suhu 30 oC, 40 oC, dan 50 oC. 3.3008 4.3744 4.6661 0.00 0.50 1.00 1.50 2.00 2.50 3.00 3.50 4.00 4.50 5.00 30 40 50 pH Suhu Fermentasi

(42)

31

4.3.2 Pengaruh Brix Terhadap pH

Gambar 3b. pH dari perlakuan konsentrasi brix 18%, 30%, dan 40%. 4.3.3 Pengaruh Lama Fermentasi Terhadap pH

Gambar 3c. pH dari perlakuan fermentasi hari 5, 10, 15, 20.

Gambar 3a, menunjukkan nilai tertinggi diperoleh pada suhu 50 oC dengan nilai pH 4,6661 dan nilai terendah diperoleh pada suhu 30 oC dengan nilai pH 3,3008, sedangkan pada suhu 40 oC diperoleh nilai pH 4,3744. Hal

4.1356 4.1131 4.0928 4.07 4.08 4.09 4.10 4.11 4.12 4.13 4.14 18 30 40 pH Brix Fermentasi 3.7096 4.1256 4.6215 3.9985 0.00 0.50 1.00 1.50 2.00 2.50 3.00 3.50 4.00 4.50 5.00 5 10 15 20 pH

(43)

32

ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tinggi suhu fermentasi maka semakin tinggi kadar keasaman (pH). Menurut (Prescott dan Dunn , 1981), suhu optimal untuk fermentasi alkohol adalah 25 oC – 35 oC. Kenaikan suhu akan menurunkan ketahanan khamir terhadap alkohol yang dihasilkan dan akan meningkatkan pembentukan asam asetat yang bersifat racun. Sedangkan (Volk, 1993) menyatakan bahwa suhu optimal pertumbuhan khamir antara 25 oC dan 30 oC.

Pada gambar 3b, brix fermentasi tertinggi diperoleh pada kosentrasi brix 18% dengan nilai pH 4,1356 sedangkan nilai terendah diperoleh pada kosentrasi brix 40% dengan nilai pH 4,0928 dan pada kosentrasi brix 30% diperoleh nilai pH 4,1356 Hal ini menunjukkan apabila nilai brix fermentasi semakin tinggi makan nilai derajat leasaman pH semakin rendah. Hal ini sesuai dengan pendapat (Prescott dan Dunn, 1981) rendahnya pH dapat menghambat pertumbuhan bakteri dan menghambat kemampuan mendegradasi substrat. Penghambatan oleh rendahnya pH dapat berpengaruh terhadap konsentrasi gula dalam kecepatan degradasi gula, pengaruh pH terhadap pertumbuhan khamir juga tergantung pada konsentrasi gula.

Hasil pengamatan perlakuan brix tidak memberi pengaruh yang signifikan, hal ini dapat dilihat dari hasil uji lanjut Duncan. Menurut (Buckleet.al, 2007) karbon dan energi dapat diperoleh dari gula karbohidrat sederhana seperti glukose. Bakteri asam asetat melakukan metabolisme yang bersifat aerobik.Peranan utamanya dalam fermentasi yaitu mengoksidasi alkohol dan karbohidrat lainnya menjadi alkohol dan asam asetat. Asam yang dihasilkan pada proses tersebut akan menurunkan pH lingkungan dan menimbulkan rasa asam. Jika tumbuh dalam keadaan anaerobik, kebanyakan khamir cenderung memfermentasi substrat karbohidrat untuk menghasilkan etanol bersama sedikit produk lainnya. Jika persentase kosentrasi semakin tinggi, kadar alkohol dan keasaman semakin meningkat, kadar gula pun menurun.

(44)

33

Gambar 3c, menunjukkan nilai tertinggi yang diperoleh terdapat pada hari ke 15 dengan nilai pH 4,6215 dan nilai terendah diperoleh pada hari ke 5 dengan nilai pH 3,7096. Pada grafik diatas menunjukkan peningkatan dari hari ke 5 sampai hari ke 15 dan mengalami penurunan pada hari ke 20. Dari hasil uji lanjut Duncan menujukkan pada lama fermentasi tidak terjadi perubahan yang signifikan. Selama berlangsungnya proses fermentasi, pH media cenderung mengalami perubahan, perubahan pH disebabkan oleh adanya asam - asam organik seperti asam laktat, asetat dan piruvat yang terbentuk selama proses fermentasi (Said, 1987).

Berdasarkan hasil pengamatan pH, diketahui bahwa setelah hari ke 15 fermentasi mulai berjalan kurang efektif yang disebabkan oleh tingkat keasaman larutan fermentasi yang semakin menurun. (Prescott dan Dunn, 1981) menyatakan, pH pertumbuhan khamir yang baik antara 3,0 – 6,0. Perubahan pH dapat mempengaruhi pembentukan hasil samping. Pengaruh pH terhadap pertumbuhan khamir juga tergantung pada konsentrasi gula. pH akan mempengaruhi kecepatan fermentasi, pH optimal untuk pertumbuhan khamir adalah 4,0 – 4,5. Oleh karena itu indikator pH/tingkat keasaman dapat dijadikan acuan untuk menentukan waktu optimal dan berakhirnya proses fermentasi bioetanol dengan bahan baku sorgum (Judoamidjojo, 1989).

(45)

34

V. KESIMPULAN

5. 1 Kesimpulan

Dari hasil pengamatan dan analisis diperoleh informasi sebagai berikut: 1. Kadar alkohol berbanding lurus dengan energi aktivasi, semakin besar

kadar alkohol maka semakin besar energi aktivasi.

2. Brix stok terhadap suhu tidak terjadi perubahan yang signifikan sedangkan brix stok terhadap brix fermentasi dan lama fermentasi mengalami perubahan yang signifikan.

3. pH tidak berbeda nyata terhadap suhu, brix fermentasi dan lama fermentasi.

(46)

35

DAFTAR PUSTAKA

Anonima, 2012. Nira Aren. (http://gulasemutaren.blogspot.com)

Akses tanggal 22 februari 2012.Makassar.

Anonimb, 2012.gula-berbahan-baku-sorgum-manis.(Iinprlaina.wordpress.com)

Akses tanggal 22 februari 2012.Makassar.

Anonimc, 2012.Pengertian Brix.http: pemurnian-nira-di-pabrik-gula Akses tanggal 22 februari 2012.Makassar.

Buckle, K. A., R. A. Edwards, G. H. Fleet dan M. Wotton, 1987. Ilmu Pangan.Penerjemah H Purnomo dan Adiono.UI – Press, Jakarta. Budiyanto, M. A. K. 2003. Mikrobiologi Terapan. Malang: UMM Press.

Daru, M. 2003. Budi daya Rumput Hermada Di Lahan Kering dan Kritis.Kanisius.Yogyakarta.

Fanindi, Achmad, Siti Yuhaeni Dan Wahyu H. 2005. Pertumbuhan Dan Produktivitas Tanaman Sorgum (Sorghum Bicolor (L) Moench Dan Sorghum Sudanense (Piper) Stafp) Yang Mendapatkan Kombinasi Pemupukan N, P, K Dan Ca.Balai Penelitian Ternak. Bogor.

Fardias, Srikandi, 2005, Fisiologi Fermentasi, Lembaga Sumber Daya Informasi-IPB, Bogor.

Halimatuddahliana, 2004, Pembuatan Bioetanol Dari Berbagai Proses, Universitas Sumatera Utara.Digital Library.

Hidayat, N., M. C. Pradaga dan S. Suhartini, 2006.Mikrobiologi Industri. Andi: Yogyakarta.

Judoamidjojo, RM., E.G. Sa’id, dan L.Hartoto. 1989. Biokonversi. Bogor: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Dirjen Dikti, Pusat Antar Universitas Bioteknologi Institut Pertanian Bogor.

Kavanagh, Kevin, 2005, Fungi Biology and Applications, John Willey & Sons Ltd, England.

(47)

36

Nowak, J., 2008, Ethanol Yield and Productivity of Zymomonas mobilis in Various Fermentation Methods, Electronic Journal of Polish Agricultural Universities, Vol. 3, No. 2 seri Food Science and Technology.

Nurydastuti,I. 2008. Prospek Pengembangan bioufel sebagai substiutsi bahan bakar minyak.Http://www.sinarharapan.com.

Prescott, Samuel Cate and Cecil Gordon Dunn, 1981, Industrial Microbiology, McGraw-Hill Book Company, Inc., New York.

Prihandana R, Hendroko R. 2007. Energi Hijau: Pilihan Bijak Menuju Negeri Mandiri Energi. Penebar Swadaya. Jakarta.

Rahmi, Syuryawati, Zubachtirodin. 2007. Teknologi Budidaya Gandum. Balai Penelitian Tanaman Serealia.Maros.

Risvan Kuswurj. 2012. Degradasi Kualitas Tebu Setelah Tebang. Http://www.risvan.com/2012/03/20/degradasi-kualitas-tebu-setelah-tebang. Diakses tanggal 17 nov 2012. Makassar

Said, E. G. 1987. Bioindustri: Penerapan Teknologi Fermentasi. Mediyata111a Sarana Perkasa, Jakarta.

Soeranto, H. 2002. Prospek dan Potensi Sorgum Sebagai Bahan Baku Bioetanol.Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN).Jakarta Selatan.

Supriyanto. 2010. Pengembangan Sorgum Di lahan Kering Untuk Memenuhi Kebutuhan Pangan, Pakan, ENERGI Dan Industri. Simposium Nasional. Bogor.

Tati, Nurmala, S.W. 2003. Serealia Sumber Karbohidrat Utama. Rineka Cipta. Jakarta.

USDA. 2008. Classification for Kingdom Plantae Down to Species Sorghum bicolor (L.) Moench (online).Didapat dari :http://plants.usda.gov/java/ClassificationServlet?source=display &classid=SORGH2

Volk, Wesley A., 1993, Mikrobiologi Dasar, edisi ke-5, Erlangga, Jakarta. Wanto, E. P. dan A. Soebagyo. 1980. Dasar –dasar Mikrobiologi Industri.

(48)

37

Wasito. 2005. Proses Pembuatan Etanol. Http://www.suaramerdeka.co.id. Diakses tanggal 17 nov 2012. Makassar

Yudiarto, M. A. 2005. Pemanfaatan sorgum sebagai bahan baku bioetanol. Makalah dalam Fukus Grup Diskusi “Prospek Sorgum untuk Mendukung Ketahanan Pangan dan Energi”. MENRISTEK-BATAN. Serpong, 5 Sept. 2006.

Gambar

Tabel 1.Kandungan Nutrisi Sorgum dan Serealia Lainnya.
Tabel 2. Komposisi Nira Sorgum dan Nira Tebu
Gambar 1. Diagram Alir Penelitian  Pemasakan nira kental hingga mencapai brix
Gambar 2a. Brix dari perlakuan suhu 30  o C, 40  o C dan 50  o C.
+4

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kandungan protein kasar dan lignin pada varietas jerami sorgum manis (Sorghum bicolor .L Moench).. Rancangan penelitian yang

Na 2 HPO 4 0.2%. Berdasarkan analisis dari kriteria sorgum instan yang dihasilkan diatas, sampel sorgum instan yang paling baik adalah sorgum instan hasil perendaman suhu 60 o

Hasil pengamatan terhadap rata-rata volume juice per berat sepanjang waktu panen pagi, siang, dan sore untuk kedua varietas yang digunakan (NTJ dan ICSR) dapat dilihat

Hasil pengamatan terhadap rata-rata volume juice per berat sepanjang ruas untuk kedua varietas yang digunakan (NTJ dan ICSR) disajikan pada Gambar 7 dan 8.Dari kedua

Sorgum (Sorgum bicolor (L.) Moench) adalah tanaman serealia yang berasal dari Afrika yang memiliki potensi besar untuk dapat dikembangkan secara komersial karena

Tinggi batang sorgum manis yang dikembangkan di China dapat mencapai 5 m.. sehingga sangat ideal dikembangkan untuk pakan ternak dan

6 Daftar Genotipe Terpilih Hasil Seleksi Berdasarkan Karakter Bobot Biji per Tanaman Hasil dan Tinggi Tanaman Persilangan Sorgum Manis Varietas UPCA-S1 dan Numbu pada

Perlakuan pupuk kandang ‘plus’ dan arang tidak mampu menghasilkan produksi bahan kering hijauan sorgum manis pemotongan pertama maupun pemotongan kedua, tetapi