• Tidak ada hasil yang ditemukan

informasi hilal syaban 1432h

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "informasi hilal syaban 1432h"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

1

INFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM

TANGGAL 1 DAN 2 JULI 2011 M

PENENTU AWAL BULAN SYA’BAN 1432 H

Keteraturan peredaran Bulan dalam mengelilingi Bumi juga Bumi dan Bulan dalam

mengelilingi Matahari memungkinkan manusia untuk mengetahui penentuan waktu. Salah satunya

adalah penentuan awal bulan qomariah, yang didasarkan pada peredaran Bulan mengelilingi Bumi.

Penentuan awal bulan qomariah ini sangat penting bagi umat Islam, misalnya dalam penentuan awal

tahun baru Hijriah, awal dan akhir shaum Ramadhan, hari raya Idul Fitri dan hari raya Idul Adha.

Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) sebagai institusi pemerintah yang

salah satu tupoksinya adalah informasi tanda waktu tentu sangat berkepentingan dalam penentuan awal

bulan qomariah ini. Untuk itu, BMKG menyampaikan Informasi Hilal saat Matahari Terbenam

Tanggal 1 dan 2 Juli 2011 M: Penentu Awal Bulan Sya’ban 1432 H sebagai berikut.

1.

Waktu Konjungsi (

Ijtima’

) dan Terbenam Matahari

Konjungsi geosentrik atau konjungsi atau

ijtima’

adalah peristiwa ketika bujur ekliptika Bulan sama

dengan bujur ekliptika Matahari dengan pengamat diandaikan berada di pusat Bumi. Kejadian ini akan

kembali terjadi pada Jumat, 1 Juli 2011 M, pukul 08 : 54 UT atau pukul 15 : 54 WIB atau 16 : 54

WITA atau 17 : 54 WIT, yaitu ketika nilai bujur Ekliptika Matahari dan Bulan tepat sama 99,206

o

.

Pada saat konjungsi, jarak sudut Matahari dan Bulan (elongasi) adalah 1,430

o

. Elongasi ini lebih besar

daripada jumlah semi diameter Bulan dan Matahari pada saat tersebut, yaitu 0,523

o

. Periode sinodis

Bulan sendiri terhitung sejak konjungsi sebelumnya hingga konjungsi yang akan datang ini adalah 29

hari 11 jam 51 menit.

Waktu terbenam Matahari dinyatakan ketika bagian atas piringan Matahari tepat di horizon

teramati. Hal ini bergantung pada berbagai hal, yang di antaranya adalah semi diameter Matahari, efek

hamburan/refraksi atmosfer Bumi dan elevasi lokasi pengamat di atas permukaan laut (dpl). Dalam

perhitungan standar

1)

, semi diameter Matahari dianggap 16’, efek refraksi dianggap 34’ dan elevasi

pengamat dianggap 0 meter dpl. Berdasarkan hal ini Matahari terbenam di wilayah Indonesia pada

tanggal 1 Juli 2011 paling awal terjadi pada pukul 17 : 31 WIT di Merauke dan paling akhir pada pukul

18 : 56 WIB di Sabang.

Dengan memperhatikan waktu konjungsi dan Matahari terbenam, dapat dikatakan bahwa konjungsi

terjadi sebelum Matahari terbenam tanggal 1 Juli 2011 di sebagian besar wilayah Indonesia. Sementara

di daerah Timur Papua, konjungsi terjadi setelah Matahari terbenam di wilayah tersebut. Dengan

demikian, secara astronomis waktu pelaksanaan rukyat Hilal di sebagian besar wilayah Indonesia bagi

yang menerapkan rukyat dalam penentuan awal bulan qomariah adalah setelah Matahari terbenam

tanggal 1 Juli 2011. Sementara itu bagi yang menerapkan hisab dalam penentuan awal bulan qomariah,

perlu diperhitungkan kriteria-kriteria hisab saat Matahari terbenam tanggal 1 Juli 2011 tersebut.

(2)

2

2.

Data Hilal dan Matahari untuk Beberapa Kota di Indonesia

Pada Tabel tentang “Data Hilal dan Matahari saat Matahari Terbenam: Penentu Awal Bulan

Sya’ban 1432 H, Jumat, 1 Juli 2011 M” dan “Data Hilal dan Matahari saat Matahari Terbenam:

Penentu Awal Bulan Sya’ban 1432 H, Sabtu, 2 Juli 2011 M” ditampilkan informasi astronomis Hilal

dan Matahari untuk beberapa kota di Indonesia saat Matahari terbenam tanggal 1 dan 2 Juli 2011.

Informasi ini adalah informasi dasar penentu awal bulan Sya’ban 1432 H. Pada tabel tersebut, tinggi

Bulan dinyatakan sebagai ketinggian pusat piringan Bulan dari horizon dengan ketinggian pengamat

dianggap 0 meter dpl dan efek refraksi atmosfer Bumi belum diikutsertakan dalam perhitungan.

Dalam kenyataannya, efek refraksi atmosfer Bumi, tinggi lokasi pengamat di atas permukaan laut

dan semi diameter Bulan akan berpengaruh terhadap tinggi Hilal. Nantinya, tinggi Hilal dinyatakan

sebagai ketinggian titik di piringan Bulan yang jarak sudutnya paling dekat dengan pusat Matahari dari

horizon teramati. Untuk menghitung tinggi Hilal dari horizon teramati, dapat digunakan persamaan (1)

berikut, yaitu

d

R

s

a

a

0

,

(1)

dengan

a

adalah tinggi Hilal dari horizon teramati dan

a

o

adalah tinggi Hilal dari horizon. Untuk

keperluan praktis, nilai

s

dapat dinyatakan oleh









Da

DAz

SD

s

cos

arctan

,

(2)

dengan

SD

adalah semi diameter Bulan dalam satuan derajat,

|DAz|

adalah nilai mutlak selisih Azimuth

Bulan dengan Matahari dan

Da

adalah selisih tinggi antara Bulan dan Matahari. Sebagai catatan,

s

ini

akan bernilai negatif, jika

Da

bernilai negatif. Rata-rata, tinggi Matahari dan semi diameter Bulan saat

Matahari terbenam di wilayah Indonesia pada tanggal 1 Juli 2011 masing-masing adalah –50’ 11,22”

dan 15’ 38,74”.

Pada persamaan (1) di atas,

R

adalah efek refraksi atmosfer dalam satuan derajat. Untuk

kepentingan praktis, nilai R ini dapat dinyatakan oleh

1)





4

,

4

6

,

8

tan

0047

,

0

273

0 0

s

a

s

a

T

P

R

,

(3)

dengan

P

adalah tekanan barometrik dalam satuan milibars dan

T

adalah temperatur lokasi pengamatan

dalam satuan

o

C

. Sedangkan

d

pada persamaan (1) di atas adalah kerendahan horizon (

dip

) yang, dalam

satuan menit busur, dinyatakan oleh

1,2)

h

d

1

,

75

,

(4)

dengan

h

adalah tinggi lokasi pengamat di atas permukaan laut dalam satuan meter.

Sebagai contoh untuk perhitungan di atas adalah ketinggian Hilal pada 1 Juli 2011 untuk pengamat

di Pelabuhan Ratu dengan elevasi 52,685 meter dpl dan kondisi refraksi atmosfer standar

1,2)

(temperatur 10

o

C dan tekanan barometrik 1010 milibars). Berdasarkan persamaan (2) di atas, nilai

s

adalah 0,0219

o

. Berdasarkan persamaan (3) di atas, nilai

R

adalah 0,5936

o

. Berdasarkan persamaan (4)

(3)

3

o o o o o

a

0703

,

0

2117

,

0

5936

,

0

0219

,

0

7131

,

0

.

(5)

Dengan demikian, tinggi Hilal di Pelabuhan Ratu dari horizon teramati saat Matahari terbenam tanggal

1 Juli 2011 adalah 0

o

4,22’. Prosedur yang sama dapat dilakukan untuk lokasi lainnya.

3.

Peta Ketinggian Hilal

Pada Gambar 1 ditampilkan peta ketinggian Hilal untuk pengamat di antara 60

o

LU sampai dengan

60

o

LS di dunia saat Matahari terbenam di masing-masing lokasi pengamat di permukaan Bumi pada

tanggal 1 Juli 2011. Pada Gambar 1 tersebut ditampilkan pula ketinggian Hilal untuk pengamat yang

berada di Indonesia. Hal ini lebih jelas dapat dilihat pada Gambar 2 dan 3, masing-masing saat

Matahari terbenam tanggal 1 dan 2 Juli 2011. Pada ketiga gambar tersebut, ketinggian Hilal dinyatakan

sebagai ketinggian pusat piringan Bulan dari Horizon dengan ketinggian pengamat dianggap 0 meter

dpl dan efek refraksi atmosfer Bumi belum diikutsertakan dalam perhitungan.

Gambar 1.

Peta ketinggian Hilal tanggal 1 Juli 2011 untuk pengamat antara 60

o

LU s.d. 60

o

LS.

Sebagaimana terlihat pada Gambar 1, ketinggian Hilal 0

o

melewati daerah Samudra Hindia, Asia

Barat, Eropa Selatan, Samudra Atlantik bagian Utara, Amerika Utara dan Samudra Pasifik bagian

Utara. Secara sederhana, garis ketinggian Hilal 0

o

dapat dianggap sebagai garis batas tanggal qomariah.

Daerah yang berada di sebelah Barat garis ketinggian Hilal 0

o

dimungkinkan untuk memulai awal

Sya’ban 1432 H pada tanggal 2 Juli 2011 mengingat Hilal masih berada di atas horizon saat Matahari

terbenam tanggal 1 Juli 2011. Adapun daerah di sebelah Timur garis ketinggian Hilal 0

o

belum akan

memulai awal Sya’ban 1432 H pada tanggal 2 Juli 2011. Ini karena saat Matahari terbenam tanggal 1

Juli 2011, Hilal sudah di bawah horizon. Namun demikian, dalam praktiknya penentuan awal Sya’ban

(4)

4

Gambar 2.

Peta ketinggian Hilal tanggal 1 Juli 2011 untuk pengamat di Indonesia

Pada Gambar 2 terlihat ketinggian Hilal di Indonesia saat Matahari terbenam pada 1 Juli 2011

berkisar antara -1,90

o

sampai dengan -0,50

o

. Ketinggian Hilal yang negatif ini berarti Hilal sudah

berada di bawah horizon saat Matahari terbenam di suatu lokasi. Adapun ketinggian Hilal saat

Matahari terbenam tanggal 2 Juli 2011 adalah antara 10,50

o

sampai dengan 12,00

o

, sebagaimana

terlihat pada Gambar 3.

Gambar 3.

Peta ketinggian Hilal tanggal 2 Juli 2011 untuk pengamat di Indonesia

Setelah efek refraksi standar

1,2)

dan semi diameter Bulan diikutsertakan dalam perhitungan, akan

(5)

5

ketinggian Hilal dinyatakan sebagai ketinggian titik di piringan Bulan yang jarak sudutnya paling dekat

dengan pusat Matahari dari horizon teramati dengan elevasi pengamat dianggap 0 meter dpl.

Gambar 4.

Peta ketinggian Hilal dari horizon teramati tanggal 1 Juli 2011 di Indonesia

Sebagaimana terlihat pada Gambar 4, ketinggian Hilal dari horizon teramati di Indonesia saat

Matahari terbenam pada 1 Juli 2011 antara -1,17

o

sampai dengan 0,02

o

. Adapun pada saat Matahari

terbenam tanggal 2 Juli 2011, ketinggian Hilal antara 10,30

o

sampai dengan 11,75

o

, sebagaimana

terlihat pada Gambar 5.

(6)

6

4.

Peta Elongasi

Elongasi adalah jarak sudut antara pusat piringan Bulan dan pusat piringan Matahari untuk

pengamat di permukaan Bumi. Pada Gambar 6 dan 7 ditampilkan peta elongasi untuk pengamat di

Indonesia saat matahari terbenam masing-masing tanggal 1 dan 2 Juli 2011. Elevasi pengamat

dianggap 0 meter dpl dan efek refraksi atmosfer tidak diikutseratakan dalam perhitungan. Sebagaimana

terlihat pada Gambar 6, elongasi saat Matahari terbenam tanggal 1 Juli 2011 di Indonesia berkisar

antara 1,45

o

sampai dengan 1,85

o

. Adapun elongasi saat Matahari terbenam tanggal 2 Juli 2011 di

Indonesia berkisar antara 11,65

o

sampai 13,50

o

. Perlu dicatat di sini, nilai elongasi akan selalu positif

meskipun ketinggian Hilalnya negatif, sebagaimana terlihat pada Gambar 6.

Gambar 6.

Peta Elongasi tanggal 1 Juli 2011 untuk pengamat di Indonesia

(7)

7

5.

Peta Umur Bulan

Umur Bulan didefinisikan sebagai selisih waktu antara terbenam Matahari dengan waktu terjadinya

konjungsi dan ketinggian pengamat dianggap 0 meter dpl. Pada Gambar 8 dan 9 ditampilkan peta umur

Bulan saat Matahari terbenam masing-masing tanggal 1 dan 2 Juli 2011. Sebagaimana terlihat pada

Gambar 8, umur Bulan di Indonesia pada tanggal 1 Juli 2011 berkisar antara -0,50 jam sampai dengan

3,05 jam. Nilai umur Bulan negatif berarti konjungsi terjadi setelah Matahari terbenam di lokasi yang

dihitung. Adapun nilai umur Bulan positif berarti konjungsi terjadi sebelum Matahari terbenam di

lokasi yang dihitung. Umur Bulan di Indonesia pada tanggal 2 Juli 2011 berkisar antara 23,50 jam

sampai dengan 27,05 jam, sebagaimana ditampilkan pada Gambar 9.

Gambar 8.

Peta Umur Bulan tanggal 1 Juli 2011 untuk pengamat di Indonesia

(8)

8

6.

Peta Lag

Lag adalah selisih waktu terbenam Bulan dengan Matahari. Waktu terbenam Bulan dinyatakan saat

bagian atas piringan Bulan tepat di horizon teramati. Dalam perhitungan standar

1)

, efek refraksi

dianggap 34’ dan elevasi pengamat 0 meter dpl. Pada Gambar 10 dan 11 ditampilkan peta Lag untuk

pengamat di Indonesia masing-masing pada tanggal 1 dan 2 Juli 2011. Sebagaimana terlihat pada

kedua gambar tersebut, selisih waktu terbenam Bulan dengan Matahari di Indonesia pada tanggal 1 dan

2 Juli 2011 masing-masing berkisar antara -5,10 menit sampai dengan 1,50 menit dan antara 50,00

menit sampai 56,50 menit.

Gambar 10.

Peta Lag tanggal 1 Juli 2011 untuk pengamat di Indonesia

(9)

9

7.

Peta Fraksi Illuminasi Bulan

Fraksi Illuminasi adalah persentase perbandingan antara luas piringan Bulan yang tercahayai oleh

Matahari dan menghadap ke pengamat di permukaan Bumi dengan luas seluruh piringan Bulan. Pada

Gambar 12 dan 13 ditampilkan peta Fraksi Illuminasi untuk pengamat di Indonesia masing-masing

pada tanggal 1 dan 2 Juli 2011. Sebagaimana terlihat pada Gambar 12, Fraksi Illuminasi Bulan pada

tanggal 1 Juli 2011 berkisar antara 0,015% sampai dengan 0,027%. Adapun Fraksi Illuminasi Bulan

pada tanggal 2 Juli 2011 berkisar antara 1,03% sampai dengan 1,39%.

Gambar 12.

Peta Fraksi Illuminasi Bulan tanggal 1 Juli 2011 untuk pengamat di Indonesia

(10)

10

8.

Objek Astronomis Lainnya yang Berpotensi Mengacaukan Rukyat Hilal

Dalam perencanaan rukyat Hilal, perlu diperhitungkan juga objek-objek astronomis selain Hilal dan

Matahari yang posisinya berdekatan dengan Bulan dan kecerlangannya tidak berbeda jauh dengan Hilal

atau lebih lebih cerlang daripada Hilal. Objek astronomis ini bisa berupa planet, misalnya Venus atau

Merkurius, atau berupa bintang yang cerlang, seperti Sirius. Adanya objek astronomis lainnya ini

berpotensi menjadikan pengamat untuk menganggapnya sebagai Hilal.

Pada tanggal 1 dan 2 Juli 2011, sejak Matahari terbenam hingga Bulan terbenam tidak ada objek

astronomis lainnya yang jarak sudutnya kurang dari 5

o

dari Bulan.

Referensi

1)

Seidelmann P.K. (Ed.) (1992),

Explanatory Supplement to the Astronomical Almanac

,

University Science Books, Mill Valley, CA.

2)

Badan Hisab & Rukyat Departemen Agama (1981),

Almanak Hisab Rukyat

, Proyek Pembinaan

Badan Peradilan Agama Islam, Jakarta.

Informasi Lanjut

Sub Bidang Gravitasi dan Tanda Waktu BMKG

Gedung Operasional Baru Lantai 2

Jl. Angkasa I No. 2 Kemayoran, Jakarta 10720

Telepon

: (021) 4246321 ext. 8203

Situs

:

http://www.bmkg.go.id/BMKG_Pusat/Geofisika/Tanda_Waktu/

(11)

KONJUNGSI GEOSENTRIK:JUMAT, 1 JULI 2011 M, PUKUL 8 : 54 UT

o

' o ' j m j m o ' o ' o ' o ' %

1 SABANG 95 21.00 BT 5 54.00 LU 18 : 56 WIB 18 : 57 WIB 293 20.15 291 29.42 0 -32.71 1 52.10 Bulan di sebelah Selatan - Atas Matahari 0.03 2 BANDA ACEH 95 45.00 BT 5 31.00 LU 18 : 54 WIB 18 : 55 WIB 293 18.80 291 28.93 0 -33.04 1 51.19 Bulan di sebelah Selatan - Atas Matahari 0.03 3 MEULABOH 96 7.00 BT 4 11.00 LU 18 : 50 WIB 18 : 51 WIB 293 14.63 291 27.17 0 -32.17 1 48.95 Bulan di sebelah Selatan - Atas Matahari 0.03 4 GUNUNG SITOLI 97 42.30 BT 1 10.00 LU 18 : 39 WIB 18 : 40 WIB 293 8.17 291 26.35 0 -32.02 1 43.42 Bulan di sebelah Selatan - Atas Matahari 0.02 5 MEDAN 98 40.60 BT 3 33.70 LU 18 : 39 WIB 18 : 40 WIB 293 12.98 291 27.81 0 -36.61 1 46.04 Bulan di sebelah Selatan - Atas Matahari 0.02 6 SIBOLGA 98 53.70 BT 1 33.10 LU 18 : 35 WIB 18 : 36 WIB 293 8.78 291 26.84 0 -34.85 1 43.08 Bulan di sebelah Selatan - Atas Matahari 0.02 7 PADANG 100 21.30 BT 0 53.00 LS 18 : 25 WIB 18 : 26 WIB 293 6.13 291 28.45 0 -35.35 1 38.79 Bulan di sebelah Selatan - Atas Matahari 0.02 8 PEKANBARU 101 26.70 BT 0 27.70 LU 18 : 22 WIB 18 : 23 WIB 293 7.29 291 27.99 0 -38.92 1 39.92 Bulan di sebelah Selatan - Atas Matahari 0.02 9 JAMBI 103 38.30 BT 1 38.10 LS 18 : 10 WIB 18 : 11 WIB 293 5.88 291 30.29 0 -41.37 1 35.99 Bulan di sebelah Selatan - Atas Matahari 0.02 10 BENGKULU 102 20.30 BT 3 51.80 LS 18 : 11 WIB 18 : 12 WIB 293 6.50 291 33.72 0 -36.67 1 33.75 Bulan di sebelah Selatan - Atas Matahari 0.02 11 PALEMBANG 104 42.10 BT 2 54.20 LS 18 : 4 WIB 18 : 4 WIB 293 5.98 291 32.40 0 -42.39 1 33.90 Bulan di sebelah Selatan - Atas Matahari 0.02 12 BANDAR LAMPUNG 105 14.40 BT 5 14.40 LS 17 : 58 WIB 17 : 58 WIB 293 8.04 291 37.66 0 -41.49 1 30.78 Bulan di sebelah Selatan - Atas Matahari 0.02 13 BATAM 104 6.80 BT 1 7.10 LU 18 : 13 WIB 18 : 13 WIB 293 8.17 291 28.98 0 -45.02 1 39.31 Bulan di sebelah Selatan - Atas Matahari 0.02 14 TANJUNG PINANG 104 31.80 BT 0 55.00 LU 18 : 11 WIB 18 : 11 WIB 293 7.89 291 29.14 0 -45.67 1 38.85 Bulan di sebelah Selatan - Atas Matahari 0.02 15 RANAI 108 27.00 BT 3 50.00 LU 18 : 0 WIB 17 : 60 WIB 293 13.80 291 33.12 0 -56.60 1 40.88 Bulan di sebelah Selatan - Bawah Matahari 0.02 16 PANGKAL PINANG 106 8.40 BT 2 8.70 LS 17 : 59 WIB 17 : 59 WIB 293 5.86 291 31.65 0 -46.04 1 34.29 Bulan di sebelah Selatan - Atas Matahari 0.02 17 TANJUNG PANDAN 107 45.20 BT 2 45.10 LS 17 : 52 WIB 17 : 52 WIB 293 5.96 291 32.93 0 -48.82 1 33.03 Bulan di sebelah Selatan - Atas Matahari 0.02 18 MERAK 106 0.00 BT 5 56.00 LS 17 : 53 WIB 17 : 54 WIB 293 9.13 291 39.76 0 -42.50 1 29.69 Bulan di sebelah Selatan - Atas Matahari 0.02 19 PANDEGLANG 106 6.00 BT 6 18.00 LS 17 : 52 WIB 17 : 53 WIB 293 9.79 291 40.91 0 -42.41 1 29.22 Bulan di sebelah Selatan - Atas Matahari 0.02 20 SERANG 106 9.00 BT 6 6.00 LS 17 : 52 WIB 17 : 53 WIB 293 9.42 291 40.29 0 -42.68 1 29.44 Bulan di sebelah Selatan - Atas Matahari 0.02 21 RANGKAS BITUNG 106 14.00 BT 6 22.00 LS 17 : 52 WIB 17 : 52 WIB 293 9.92 291 41.13 0 -42.64 1 29.10 Bulan di sebelah Selatan - Atas Matahari 0.02 23 JAKARTA 106 50.47 BT 6 9.31 LS 17 : 50 WIB 17 : 50 WIB 293 9.53 291 40.54 0 -44.06 1 29.19 Bulan di sebelah Selatan - Atas Matahari 0.02 24 PELABUHAN RATU 106 33.46 BT 7 1.74 LS 17 : 49 WIB 17 : 50 WIB 293 11.30 291 43.38 0 -42.79 1 28.22 Bulan di sebelah Selatan - Atas Matahari 0.02 25 BANDUNG 107 35.00 BT 6 54.00 LS 17 : 45 WIB 17 : 46 WIB 293 11.03 291 43.03 0 -45.01 1 28.14 Bulan di sebelah Selatan - Atas Matahari 0.02 26 LEMBANG 107 36.96 BT 6 49.55 LS 17 : 45 WIB 17 : 46 WIB 293 10.87 291 42.78 0 -45.14 1 28.22 Bulan di sebelah Selatan - Atas Matahari 0.02 27 SEMARANG 110 22.80 BT 6 59.00 LS 17 : 34 WIB 17 : 34 WIB 293 11.24 291 43.57 0 -50.75 1 27.66 Bulan di sebelah Selatan - Bawah Matahari 0.02 28 YOGYAKARTA 110 26.00 BT 7 47.00 LS 17 : 32 WIB 17 : 32 WIB 293 13.15 291 46.37 0 -50.25 1 26.77 Bulan di sebelah Selatan - Bawah Matahari 0.02 29 PANGGUNG REJO 112 13.00 BT 8 20.00 LS 17 : 24 WIB 17 : 24 WIB 293 14.65 291 48.54 0 -53.54 1 26.17 Bulan di sebelah Selatan - Bawah Matahari 0.02 30 TANJUNG KODOK 112 21.00 BT 6 52.00 LS 17 : 26 WIB 17 : 26 WIB 293 11.01 291 43.38 0 -54.92 1 27.75 Bulan di sebelah Selatan - Bawah Matahari 0.02 31 NGLIYEP 112 26.00 BT 8 21.00 LS 17 : 23 WIB 17 : 23 WIB 293 14.70 291 48.61 0 -53.97 1 26.17 Bulan di sebelah Selatan - Bawah Matahari 0.02 32 PRAPAT,BAWEAN 112 35.00 BT 5 48.00 LS 17 : 27 WIB 17 : 27 WIB 293 8.98 291 40.27 0 -56.23 1 28.90 Bulan di sebelah Selatan - Bawah Matahari 0.02 33 SURABAYA 112 47.10 BT 7 23.00 LS 17 : 24 WIB 17 : 23 WIB 293 12.18 291 45.12 0 -55.42 1 27.21 Bulan di sebelah Selatan - Bawah Matahari 0.02 34 PASIBAN 113 20.00 BT 8 20.00 LS 17 : 20 WIB 17 : 19 WIB 293 14.67 291 48.58 0 -55.85 1 26.26 Bulan di sebelah Selatan - Bawah Matahari 0.02 35 AMBAT,PAMEKASAN 113 25.00 BT 7 13.00 LS 17 : 21 WIB 17 : 21 WIB 293 11.80 291 44.61 0 -56.86 1 27.44 Bulan di sebelah Selatan - Bawah Matahari 0.02 36 TERANGULASI 114 22.00 BT 8 40.00 LS 17 : 15 WIB 17 : 14 WIB 293 15.65 291 49.90 0 -57.75 1 26.07 Bulan di sebelah Selatan - Bawah Matahari 0.02 37 PONTIANAK 109 24.50 BT 0 8.60 LS 17 : 50 WIB 17 : 49 WIB 293 6.76 291 31.13 0 -54.60 1 35.72 Bulan di sebelah Selatan - Bawah Matahari 0.02 38 SINTANG 111 28.60 BT 0 3.90 LS 17 : 41 WIB 17 : 41 WIB 293 6.85 291 31.86 0 -58.90 1 35.38 Bulan di sebelah Selatan - Bawah Matahari 0.02

MATAHARI BULAN

BUJUR

AZIMUTH TINGGI

LINTANG MATAHARI BULAN

POSISI BULAN RELATIF TERHADAP MATAHARI (ELONGASI)

FI BULAN BULAN

DATA HILAL DAN MATAHARI PADA SAAT MATAHARI TERBENAM

PENENTU AWAL BULAN SYA'BAN 1432 H

JUMAT, 1 JULI 2011 M

NO NAMA LOKASI POSISI LOKASI WAKTU TERBENAM

(12)
(13)

KONJUNGSI GEOSENTRIK:JUMAT, 1 JULI 2011 M, PUKUL 8 : 54 UT

o

' o ' j m j m o ' o ' o ' o ' %

1 SABANG 95 21.00 BT 5 54.00 LU 18 : 56 WIB 19 : 50 WIB 293 15.91 287 45.33 11 31.81 13 31.46 Bulan di sebelah Selatan - Atas Matahari 1.39 2 BANDA ACEH 95 45.00 BT 5 31.00 LU 18 : 54 WIB 19 : 48 WIB 293 14.56 287 50.23 11 33.05 13 30.10 Bulan di sebelah Selatan - Atas Matahari 1.39 3 MEULABOH 96 7.00 BT 4 11.00 LU 18 : 50 WIB 19 : 45 WIB 293 10.40 288 7.20 11 39.09 13 27.56 Bulan di sebelah Selatan - Atas Matahari 1.38 4 GUNUNG SITOLI 97 42.30 BT 1 10.00 LU 18 : 39 WIB 19 : 34 WIB 293 3.96 288 49.26 11 49.16 13 20.38 Bulan di sebelah Selatan - Atas Matahari 1.36 5 MEDAN 98 40.60 BT 3 33.70 LU 18 : 39 WIB 19 : 33 WIB 293 8.76 288 16.77 11 36.81 13 21.35 Bulan di sebelah Selatan - Atas Matahari 1.36 6 SIBOLGA 98 53.70 BT 1 33.10 LU 18 : 35 WIB 19 : 30 WIB 293 4.57 288 44.33 11 45.14 13 18.34 Bulan di sebelah Selatan - Atas Matahari 1.35 7 PADANG 100 21.30 BT 0 53.00 LS 18 : 25 WIB 19 : 20 WIB 293 1.92 289 20.89 11 51.08 13 12.29 Bulan di sebelah Selatan - Atas Matahari 1.33 8 PEKANBARU 101 26.70 BT 0 27.70 LU 18 : 23 WIB 19 : 18 WIB 293 3.08 289 1.19 11 44.07 13 11.61 Bulan di sebelah Selatan - Atas Matahari 1.33 9 JAMBI 103 38.30 BT 1 38.10 LS 18 : 10 WIB 19 : 6 WIB 293 1.68 289 33.71 11 46.59 13 4.47 Bulan di sebelah Selatan - Atas Matahari 1.30 10 BENGKULU 102 20.30 BT 3 51.80 LS 18 : 12 WIB 19 : 8 WIB 293 2.29 290 9.29 11 55.40 13 4.64 Bulan di sebelah Selatan - Atas Matahari 1.30 11 PALEMBANG 104 42.10 BT 2 54.20 LS 18 : 4 WIB 18 : 59 WIB 293 1.77 289 54.17 11 47.99 13 0.74 Bulan di sebelah Selatan - Atas Matahari 1.29 12 BANDAR LAMPUNG 105 14.40 BT 5 14.40 LS 17 : 58 WIB 18 : 54 WIB 293 3.82 290 33.33 11 52.26 12 56.96 Bulan di sebelah Selatan - Atas Matahari 1.28 13 BATAM 104 6.80 BT 1 7.10 LU 18 : 13 WIB 19 : 7 WIB 293 3.96 288 52.95 11 36.02 13 6.79 Bulan di sebelah Selatan - Atas Matahari 1.31 14 TANJUNG PINANG 104 31.80 BT 0 55.00 LU 18 : 11 WIB 19 : 5 WIB 293 3.69 288 56.00 11 35.94 13 5.66 Bulan di sebelah Selatan - Atas Matahari 1.31 15 RANAI 108 27.00 BT 3 50.00 LU 18 : 0 WIB 18 : 53 WIB 293 9.59 288 18.85 11 15.47 13 1.08 Bulan di sebelah Selatan - Atas Matahari 1.29 16 PANGKAL PINANG 106 8.40 BT 2 8.70 LS 17 : 59 WIB 18 : 54 WIB 293 1.65 289 42.54 11 42.85 12 58.59 Bulan di sebelah Selatan - Atas Matahari 1.28 17 TANJUNG PANDAN 107 45.20 BT 2 45.10 LS 17 : 52 WIB 18 : 47 WIB 293 1.76 289 52.66 11 41.15 12 54.47 Bulan di sebelah Selatan - Atas Matahari 1.27 18 MERAK 106 0.00 BT 5 56.00 LS 17 : 54 WIB 18 : 50 WIB 293 4.91 290 45.53 11 51.94 12 54.60 Bulan di sebelah Selatan - Atas Matahari 1.27 19 PANDEGLANG 106 6.00 BT 6 18.00 LS 17 : 52 WIB 18 : 49 WIB 293 5.57 290 52.02 11 52.34 12 53.98 Bulan di sebelah Selatan - Atas Matahari 1.27 20 SERANG 106 9.00 BT 6 6.00 LS 17 : 53 WIB 18 : 49 WIB 293 5.20 290 48.49 11 51.91 12 54.10 Bulan di sebelah Selatan - Atas Matahari 1.27 21 RANGKAS BITUNG 106 14.00 BT 6 22.00 LS 17 : 52 WIB 18 : 48 WIB 293 5.70 290 53.22 11 52.17 12 53.63 Bulan di sebelah Selatan - Atas Matahari 1.27 23 JAKARTA 106 50.47 BT 6 9.31 LS 17 : 50 WIB 18 : 46 WIB 293 5.31 290 49.57 11 50.53 12 52.58 Bulan di sebelah Selatan - Atas Matahari 1.26 24 PELABUHAN RATU 106 33.46 BT 7 1.74 LS 17 : 49 WIB 18 : 46 WIB 293 7.07 291 5.12 11 52.48 12 52.23 Bulan di sebelah Selatan - Atas Matahari 1.26 25 BANDUNG 107 35.00 BT 6 54.00 LS 17 : 46 WIB 18 : 42 WIB 293 6.80 291 2.93 11 50.12 12 50.20 Bulan di sebelah Selatan - Atas Matahari 1.26 26 LEMBANG 107 36.96 BT 6 49.55 LS 17 : 46 WIB 18 : 42 WIB 293 6.64 291 1.60 11 49.94 12 50.21 Bulan di sebelah Selatan - Atas Matahari 1.26 27 SEMARANG 110 22.80 BT 6 59.00 LS 17 : 34 WIB 18 : 30 WIB 293 7.01 291 4.78 11 44.31 12 44.20 Bulan di sebelah Selatan - Atas Matahari 1.24 28 YOGYAKARTA 110 26.00 BT 7 47.00 LS 17 : 33 WIB 18 : 29 WIB 293 8.91 291 19.23 11 45.23 12 43.24 Bulan di sebelah Selatan - Atas Matahari 1.23 29 PANGGUNG REJO 112 13.00 BT 8 20.00 LS 17 : 25 WIB 18 : 20 WIB 293 10.42 291 29.46 11 42.04 12 38.89 Bulan di sebelah Selatan - Atas Matahari 1.22 30 TANJUNG KODOK 112 21.00 BT 6 52.00 LS 17 : 27 WIB 18 : 22 WIB 293 6.78 291 2.95 11 39.96 12 40.17 Bulan di sebelah Selatan - Atas Matahari 1.22 31 NGLIYEP 112 26.00 BT 8 21.00 LS 17 : 24 WIB 18 : 20 WIB 293 10.47 291 29.78 11 41.60 12 38.41 Bulan di sebelah Selatan - Atas Matahari 1.22 32 PRAPAT,BAWEAN 112 35.00 BT 5 48.00 LS 17 : 27 WIB 18 : 23 WIB 293 4.76 290 44.35 11 37.75 12 40.84 Bulan di sebelah Selatan - Atas Matahari 1.23 33 SURABAYA 112 47.10 BT 7 23.00 LS 17 : 24 WIB 18 : 19 WIB 293 7.96 291 12.22 11 39.75 12 38.70 Bulan di sebelah Selatan - Atas Matahari 1.22 34 PASIBAN 113 20.00 BT 8 20.00 LS 17 : 20 WIB 18 : 16 WIB 293 10.43 291 29.53 11 39.67 12 36.53 Bulan di sebelah Selatan - Atas Matahari 1.21 35 AMBAT,PAMEKASAN 113 25.00 BT 7 13.00 LS 17 : 22 WIB 18 : 17 WIB 293 7.57 291 9.31 11 38.19 12 37.54 Bulan di sebelah Selatan - Atas Matahari 1.21 36 TERANGULASI 114 22.00 BT 8 40.00 LS 17 : 15 WIB 18 : 11 WIB 293 11.41 291 35.74 11 37.80 12 34.00 Bulan di sebelah Selatan - Atas Matahari 1.20 37 PONTIANAK 109 24.50 BT 0 8.60 LS 17 : 50 WIB 18 : 44 WIB 293 2.56 289 13.41 11 29.63 12 54.07 Bulan di sebelah Selatan - Atas Matahari 1.27 38 SINTANG 111 28.60 BT 0 3.90 LS 17 : 42 WIB 18 : 35 WIB 293 2.66 289 13.13 11 25.04 12 49.80 Bulan di sebelah Selatan - Atas Matahari 1.25

DATA HILAL DAN MATAHARI PADA SAAT MATAHARI TERBENAM

PENENTU AWAL BULAN SYA'BAN 1432 H

SABTU, 2 JULI 2011 M

NO NAMA LOKASI POSISI LOKASI WAKTU TERBENAM POSISI BULAN RELATIF

TERHADAP MATAHARI (ELONGASI)

FI BULAN BULAN

AZIMUTH TINGGI

LINTANG MATAHARI BULAN MATAHARI BULAN

BUJUR

(14)

Gambar

Gambar 1. Peta ketinggian Hilal tanggal 1 Juli 2011 untuk pengamat antara 60o LU s.d. 60o LS
Gambar 2. Peta ketinggian Hilal tanggal 1 Juli 2011 untuk pengamat di Indonesia
Gambar 4. Peta ketinggian Hilal dari horizon teramati tanggal 1 Juli 2011 di Indonesia
Gambar 6. Peta Elongasi tanggal 1 Juli 2011 untuk pengamat di Indonesia
+4

Referensi

Dokumen terkait

Hasil wawancara terstruktur dari ahli materi I dan II adalah 80% (baik sekali). Hasil dari uji coba perorangan yang dilakukan dengan 3 orang siswa responden adalah

Berdasarkan hasil ujicoba yang dilakukan baik evaluasi expert maupun one-to-one evaluation, small group evaluation serta field test dinyatakan bahwa produk

teks, audio maupun video, bergerak melalui kabel atau tanpa kabel (wireless) sehingga memungkinkan pengguna komputer dalam jaringan komputer dapat saling bertukar

Dalam bidang pemrograman, Algoritma didefinisikan sebagai suatu metode khusus yang tepat dan terdiri dari serangkaian langkah yang terstruktur dan dituliskan secara sistematis

Penulisan bahasa pemrograman FORTRAN 77 memiliki struktur dan aturan yang baku, dan bisanya akan lebih mudah jika dilakukan dalam suatu lembar penulisan program

Penyusunan Rencana Strategis (Renstra)Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Banyuwangi Tahun 2011-2015, merupakan tindak lanjut pelaksanaan : (i) Undang-Undang

Padahal loncatan ini maksudnya adalah ke akhir paragraph yang diproses oleh PERFORM, maka harus dibuat suatu paragraph dummy yang berisi statement EXIT, karena loncatan tidak

Ide ini ditanggapi oleh HD Milis, yang beranggapan bahwa pemrograman terstruktur semestinya tidak hanya dihubungkan dengan tanpa penggunaan GOTO, tetapi yang lebih utama adalah