3.1 Objek Penelitian
Penelitian ini menganalisis pengaruh sikap personal, norma subyektif, dan
persepsi kontrol perilaku terhadap intensi kewirausahaan siswa SMK di UPTD
Wilayah 1 Kabupaten Bandung. Adapun yang menjadi variable eksogen (X2)
adalah norma subyektif, sedangkan variabel endogen (X1, X3, dan Y) adalah sikap
personal, persepsi kontrol perilaku dan intensi kewirausahaan siswa SMK.
Penelitian dilaksanakan pada SMK di UPTD Wilayah 1 Kabupaten Bandung
dengan unit analisis siswa kelas XII.
3.2 Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Explanatory Survey Method. Explanatory Survey Method adalah metode yang dilakukan dengan penggunaan angket sebagai alat pengambilan data di lapangan dengan tujuan
memperoleh gambaran atau deskripsi tentang sikap personal, norma subyektif, dan
persepsi kontrol perilaku terhadap intensi kewirausahaan dan untuk mengetahui
hubungan antar variable melalui suatu pengujian hipotesis. Kerlinger (1990: 660)
menyatakan bahwa:
“ Penelitian survey adalah penelitian yang mengkaji populasi (atau universe) yang besar maupun kecil dengan menyeleksi serta mengkaji sampel yang dipilih dari populasi itu, untuk menemukan insidensi, distribusi, dan interelasi relative dari hubungan variabel-variabel sosiologis maupun psikologis”.
Adapun pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kuantitatif dan tipe penelitian yang digunakan adalah verifikatif.
3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi
Pengertian populasi menurut Cooper dan Emory (1997: 214) dalam Lili Adi
dilakukan. Itu adalah unit penelitian”. Kemudian, Sugiyono (2013:8) mengungkapkan bahwa populasi terdiri dari obyek/subyek yang mempunyai
kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesimpulannya. Lili Adi W. (2011:214) menyatakan bahwa
populasi tidak hanya berkenaan dengan “SIAPA”, tetapi juga berkenaan dengan “APA”. Kata “SIAPA berkenaan dengan unit di mana pengukuran dan inferensi
akan dilakukan (individu, kelompok, atau organisasi, sedangkan penggunaan kata
“APA” berkenaan dengan data apa yang akan diteliti serta cakupan (scope) dan waktu.
Berdasarkan sifatnya, populasi dapat digolongkan menjadi populasi
homogen dan populasi heterogen. Populasi homogen adalah sumber data yang
unsurnya memiliki sifat yang sama sehingga tidak perlu mempersoalkan jumlahnya
secara kuantitatif. Sedangkan populasi heterogen adalah sumber data yang
unsurnya memiliki sifat atau keadaan yang berbeda (bervariasi) sehingga perlu
ditetapkan batas-batasnya, baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Dalam
penelitian ini, populasi yang digunakan yaitu homogen karna data yang diambil dari
siswa XII yang sudah mempelajari kewirausahaan pada kelas X dan XII sehingga
dianggap memiliki pengetahuan yang memadai mengenai kewirausahaan dan sudah
tumbuh keinginan berkarir di bidang yang mereka minati. Adapun populasi siswa
kelas XII SMK di UPTD Wilayah 1 Kabupaten Bandung disajikan pada Tabel 3.1.
3.3.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut (Sugiyono, 2013: 81). Sedangkan menurut Lili Adi W. (2011: 84)
sampel adalah himpunan bagian (subset) atau sebagian dari elemen populasi yang
diteliti, yang ditarik menurut teknik tertentu. Penentuan ukuran sampel jika
populasi sudah diketahui, peneliti menggunakan rumus Slovin, sebagai berikut:
n = �
� +
dimana:
N = jumlah populasi
d2 = presisi yang ditetapkan = 0,05
� = , +
� = , + � = , � = ,9
Dari hasil di atas dibulatkan menjadi 345 siswa
Dalam penelitian ini, teknik penentuan sampel dilakukan melalui metode
stratified random sampling. Stratified random sampling yaitu teknik sampling digunakan untuk memperoleh suatu derajat keterwakilan yang lebih besar dengan
cara mengurangi kesalahan sampel probabilitas (Morissan, 2014: 126). Sampel
ditentukan berdasarkan prinsip menarik sampel dari bagian populasi yang
homogen, dan bukan memilihnya dari total populasi yang heterogen. Adapun
tahapan penarikan sampel dalam penelitian ini, sebagai berikut:
1. Sampel Kelas, disajikan dalam Tabel 3.2.
2. Sampel Siswa
Dalam penarikan sampel siswa dilakukan secara proporsional, dimana
setiap siswa diambil sampel secara random. Adapun rumus untuk menentukan
ukuran sampel adalah sebagai berikut:
ni = �
� x n
Dimana:
ni = ukuran sampel
n = ukuran sampel keseluruhan
Ni = ukuran populasi stratum ke-1
Tabel 3.1
Populasi Siswa Kelas XII SMK di UPTD SMA SMK Wilayah 1 Kabupaten Bandung
No Nama Sekolah Jumlah Siswa
1 SMK NEGERI 1 KATAPANG 419
2 SMKN 1 SOREANG 231
3 SMK ANGKASA 1 MARGAHAYU 305
4 SMK ANGKASA 2 MARGAHAYU 118
5 SMK BUDI - BAKTI CIWIDEY
219 6 SMK FARMASI BHAKTI KENCANA
SOREANG 167
7 SMK FARMASI THIBBUN NABAWI 18
8 SMK KARYA PEMBANGUNAN
MARGAHAYU 32
9 SMK KP PASIRJAMBU 54
10 SMK MARHAS MARGAHAYU 192
11 SMK MATHLA'UL ANWAR 48
12 SMK MERDEKA SOREANG 194
13 SMK MEKARRAHAYU 27
14 SMK PENIDA 1 KATAPANG 137
15 SMK PENIDA 2 KATAPANG 138
16 SMK PIB PASIR JAMBU
25
17 SMK MASHALLIHUL MURSHALAT 15
18 SMK AL WAFA 103
19 SMK BROSSA 21
20 SMK GENIUS BANDUNG 25
21 SMK YPAI RAHAYU
18
Jumlah 2506
Tabel 3.2
Sampel Kelas XII SMK di UPTD Wilayah 1 Kabupaten Bandung
No Nama Sekolah Jumlah
Siswa
Jumlah Ruang Kelas XII
1 SMK NEGERI 1 KATAPANG 419 11
2 SMKN 1 SOREANG 231 6
3 SMK ANGKASA 1 MARGAHAYU 305 8
4 SMK ANGKASA 2 MARGAHAYU 118 3
5 SMK BUDI - BAKTI CIWIDEY
219 6
6 SMK FARMASI BHAKTI
KENCANA SOREANG 167 4
7 SMK FARMASI THIBBUN
NABAWI 18 1
8 SMK KARYA PEMBANGUNAN
MARGAHAYU 32 1
9 SMK KP PASIRJAMBU 54 2
10 SMK MARHAS MARGAHAYU 192 5
11 SMK MATHLA'UL ANWAR 48 2
12 SMK MERDEKA SOREANG 194 5
13 SMK MEKARRAHAYU 27 1
14 SMK PENIDA 1 KATAPANG 137 4
15 SMK PENIDA 2 KATAPANG 138 4
16 SMK PIB PASIR JAMBU
25 1
17 SMK MASHALLIHUL MURSHALAT
15 1
18 SMK AL WAFA 103 3
19 SMK BROSSA 21 1
20 SMK GENIUS BANDUNG 25 1
21 SMK YPAI RAHAYU
18 1
Jumlah 2506 71
Tabel 3.3
Sampel Siswa Kelas XII
No Nama Sekolah Jumlah
Siswa
Sampel Siswa
1 SMK NEGERI 1 KATAPANG 419 �� = � =56
2 SMKN 1 SOREANG 231 �� = � =32
3 SMK ANGKASA 1 MARGAHAYU 305 �� = � =42
4 SMK ANGKASA 2 MARGAHAYU 118 �� = � =16
5 SMK BUDI - BAKTI CIWIDEY
219 �� = � =30
6 SMK FARMASI BHAKTI
KENCANA SOREANG 167
�� = � =23
7 SMK FARMASI THIBBUN
NABAWI 18 �� = �
=3
8 SMK KARYA PEMBANGUNAN
MARGAHAYU 32 �� = �
=4
9 SMK KP PASIRJAMBU 54 �� = � =7
10 SMK MARHAS MARGAHAYU 192 �� = � =26
11 SMK MATHLA'UL ANWAR 48 �� = � =7
12 SMK MERDEKA SOREANG 194 �� = � =27
13 SMK MEKARRAHAYU 27 �� = � =4
14 SMK PENIDA 1 KATAPANG 137 �� = � =19
15 SMK PENIDA 2 KATAPANG 138 �� = � =19
16 SMK PIB PASIR JAMBU
25 �� = � =4
17 SMK MASHALLIHUL MURSHALAT
15 �� = � =2
18 SMK AL WAFA 103 �� = � =14
19 SMK BROSSA 21 �� = � =3
20 SMK GENIUS BANDUNG 25 �� = � =4
21 SMK YPAI RAHAYU
18 �� = � =3
Jumlah 2506 345
Dari 2506 siswa akan diambil sampel sebanyak 345 orang dengan cara
random proporsional yang terbagi beberapa siswa SMK di UPTD Wilayah 1
Kabupaten Bandung yang dijadikan unit analisis penelitian.
3.4 Operasionalisasi Variabel
Variabel eksogen dalam penelitian ini yaitu: Norma Subyektif (X2),
sedangkan variabel endogen yaitu Sikap Personal (X1), Persepsi Kontrol Perilaku
(X3) dan yaitu Intensi Kewirausahaan Siswa (Y). Adapun operasionalisasi variabel
disajikan dalam Tabel 3.4.
Tabel 3.4
Operasionalisasi Variabel
No Variabel Definisi
Operasional
Indikator Sumber
Data
Skala
Data
1 Sikap Personal
(X1)
1. Mengacu pada
sejauh mana things we tend to call
1. Penilaian positif
tentang konsep
kewirausahaan.
Siswa
SMK
Ordinal
2. Penilaian positif
terhadap karir
wirausaha.
3. Penilaian positif
terhadap
kemampuan
melihat peluang
usaha dan
mengelola modal.
4. Penilaian positif
terhadap
kepuasan menjadi
seorang
personality,
memilih berkarir
sebagai
wirausaha
dibanding karir
lainnya.
2 Norma
Subyektif (X2)
1. Faktor social
yang mengacu
2. Persepsi subyek
yang berasal
keluarga terdekat
terhadap pilihan
karir wirausaha.
Siswa
SMK
Ordinal
2. Persetujuan
teman terdekat
terhadap pilihan
karir wirausaha.
3. Persetujuan
teman sejawat
terhadap pilihan
karir wirausaha.
4. Dukungan
pengetahuan
kewirausahaan
untuk
1. Mengacu pada
persepsi
masa lalu serta
hambatan dan
rintangan yang
perlu
diantisipasi
(Ajzen, 1991).
2. Gagasan atau
kemampuan
memulai sebuah
(Contento
1. Intensi sebagai
faktor motivasi
2. The intentions are the best
2. Memiliki cita-cita
sebagai
terhadap upaya
memulai usaha
planned behavior, especially when this behavior is rare, hard to observe and occurs in a space of time called
continuous
(Almeida,2013:
120; Luiz, et.al.,
2015: 760).
3. Intensi
kewirausahaan
merupakan
representasi
kognitif dari
tindakan yang
akan
dilaksanakan
oleh individu
baik yang akan
membangun
usaha mandiri
baru atau
menciptakan
nilai baru dalam
perusahaan
6. Memiliki niat
yang kuat untuk
memulai sebuah
usaha suatu hari
yang ada (Fini,
et.al., 2009:4)
3.5 Teknik dan Alat Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data untuk memperoleh data dalam penelitian ini
adalah teknik pengumpulan data tidak langsung. Teknik pengumpulan data tidak
langsung dilakukan dengan mengadakan komunikasi dengan subyek penelitian
melalui perantara instrument. Adapuan instrument atau alat yang digunakan yaitu
berupa kuesioner (angket) yang berisi pertanyaan tentang masalah yang diteliti
untuk diisi responden. Instrument kuesioner (angket) yang digunakan oleh penulis
yaitu Entrepreneurial Intentions Questionare (EIQ) yang dikembangkan oleh Linan dan Chen (2009) serta dimodifikasi oleh Rijal Assidiq Mulyana (2013)
berdasarkan teori Planned Behavior dari Ajzen (1991). Instrument terdiri dari 20
butir pertanyaan yang terbagi ke dalam empat variabel: sikap personal, norma
subyektif, persepsi kontrol perilaku dan intensi kewirausahaan. Sebelum
melakukan pengambilan data, instrument EIQ diterjemahkan terlebih dahulu ke
dalam Bahasa Indonesia serta disesuaikan dengan kalimat yang mudah dimengerti
oleh responden yang masih duduk di bangku SMK. Namun, terjemahan yang
dilakukan tidak keluar dari konteks aslinya guna menjaga keaslian instrument EIQ
sehingga data yang diperoleh sesuai dengan harapan penulis.
Pertanyaan dalam instrument EIQ bersifat ordinal dan tertutup, yang
diberikan kepada siswa kelas XII SMK di UPTD Wilayah 1 Kabupaten Bandung,
Jawa Barat. Pada setiap pertanyaan sudah disediakan alternatif jawaban, sehingga
responden harus memilih salah satu alternatif jawaban yang dianggap sesuai dengan
kenyataan yang berkaitan dengan pengaruh sikap personal, norma subyektif, dan
persepsi kontrol perilaku terhadap intensi kewirausahaan.
Alternative jawaban menggunakan Skala Likert tujuh point yang diberikan
kepada responden. Untuk itu, setiap jawaban responden harus dikuantitatifkan
dengan memberikan skor menggunakan skala likert dengan bobot nilai mempunyai
interval 1 sampai 7 seperti pada Tabel 3.5.
Penelitian ini dilakukan dengan mengumpulkan data mengenai sikap
personal, norma subyektif, dan persepsi kontrol perilaku terhadap intensi
kewirausahaan dengan menyebarkan kuesioner sebagai instrument penelitian.
Instrument diuji cobakan pada responden yang tidak termasuk pada sampel
penelitian. Jumlah responden sebanyak 34 orang siswa SMK. Dimana jumlah 34
ini telah memenuhi syarat untuk dilakukan uji coba instrument. Dalam menjawab
pertanyaan-pertanyaan, kesungguhan responden sangat penting untuk diperhatikan.
Kesahihan suatu hasil penelitian social sangat ditentukan oleh alat ukur yang
digunakan, apabila alat ukur yang dipakai tidak valid atau tidak dapat dipercaya
maka hasil penelitian yang diperoleh tidak akan menggambarkan keadaan yang
sesungguhnya.
Tabel 3.5
Kriteria Penskoran Alternatif Jawaban
No Jawaban Responden Skor
Positif Negatif
1 Sangat tidak setuju 1 7
2 Tidak setuju 2 6
3 Agak tidak setuju 3 5
4 Netral 4 4
5 Agak setuju 5 3
6 Setuju 6 2
7 Sangat setuju 7 1
Ukuran memadai tidaknya instrument penelitian, diperlukan pengujian
terhadap alat ukur. Pengujian yang dilakukan terhadap alat tes dilakukan dengan uji
validitas dan uji reliabilitas serta untuk membantu peneliti dalam menguji validitas
dan reliabilitas, software statistic yang digunakan yaitu SPSS versi 21.
Validitas menunjukkan kemampuan instrument penelitian mengukur
dengan tepat atau benar apa yang hendak diukur. Pengujian validitas dapat
dilakukan dengan korelasi item-total dan korelasi item-total dikoreksi.
1. Korelasi item-total
Korelasi item-total digunakan untuk menguji validitas internal setiap
item pertanyaan kuesioner penelitian yang disusun dalam bentuk skala
(Kusnendi, 2008: 94). Validitas instrument dapat diketahui melalui
perhitungan dengan menggunakan rumus Pearson Product Moment terhadap nilai-nilai variabel X1, X2, X3 dan Y.
�Σ − Σ Σ
√[ �Σ − Σ ][ �Σ − Σ ]
Keterangan:
n = jumlah responden uji coba
X = skor setiap item
Y = skor total
Item pertanyaan atau pernyataan diindikasi memiliki validitas apabila
skor item tersebut berkorelasi secara positif dan signifikan (nilai P-hitung ≤ 0,05) dengan skor totalnya. Jika koefisien korelasi antara skor item dengan skor
total tidak signifikan (nilai P-hitung > 0,05) atau bernilai negative, hal tersebut
menunjukkan item yang bersangkutan tidak valid.
Apabila jumlah item yang valid, maka perlu dilakukan koreksi terhadap
item pertanyaan dengan rumus korelasi item-total dikoreksi. Koefisien korelasi
item-total dikoreksi digunakan jika jumlah item yang diuji relative kecil, yaitu
kurang dari 30 dengan alasan jumlah item yang kurang dari 30 dan uji validitas
yang digunakan koefisien korelasi item-total, maka hasilnya akan diperoleh
besaran korelasi yang cenderung over-estimate. Hal tersebut dimungkinkan
karena terjadi pengaruh spurious overlap yang menyebabkan pengaruh antar
item menjadi tumpang tindih atau pengaruh kontribusi masing-masing skor
item terhadap jumlah skor total (Guilford, 1956; Saifuddin Azwar, 2003;
Kusnendi, 2008).
2. Korelasi item-total dikoreksi
Untuk menghilangkan efek spurious overlap maka koefisien korelasi item-total perlu dikoreksi dengan nilai simpangan baku (standard deviation)
skor item dan skor total. Adapun rumusnya sebagai berikut:
�� �� −��
√[ �� + � − �� � ��
Di mana:
riX = koefisien korelasi item-total
Si = simpangan baku skor setiap item pertanyaan
SX = simpangan baku skor total
Patokan besaran koefisien korelasi item-total dikoreksi sebesar 0,25
atau 0,30 sebagai validitas minimal valid tidaknya sebuah item . Hal ini berarti,
semua item pertanyaan atau pernyataan yang memiliki koefisien korelasi
item-total dikoreksi sama atau lebih besar dari 0,25 (> 0,25) atau 0,30 (> 0,30)
diindikasikan memiliki validitas internal yang memadai, dan kurang dari 0,25
(< 0,25) atau 0,30 (< 0,30) diindikasikan item tersebut tidak valid (Kusnendi,
2008: 96). Item yang dinyatakan tidak valid, akan dikeluarkan dari kuesioner
penelitian dan tidak diikutsertakan dalam analisis data selanjutnya. Adapun
hasil pengujian validitas instrument disajikan pada Tabel 3.6.
Berdasarkan Tabel 3.6 menunjukkan bahwa instrument setelah diuji
cobakan pada 34 siswa SMK yang bukan merupakan bagian dari sampel
penelitian, hasilnya instrument tersebut valid, artinya instrument yang
digunakan penulis dapat mengukur dengan tepat atau benar variabel-variabel
dalam penelitian ini.
3.6.2 Pengujian Reliabilitas
Pengujian reliabilitas instrument (test of reliability) digunakan untuk mengetahui keajegan, kemantapan atau kekonsistenan suatu instrument penelitian
dalam mengukur apa yang diukur (Kusnendi, 2008: 94). Pengujian reliabilitas
menggunakan koefisien reliabilitas Alpha Cronbach. Suatu instrument penelitian
diindikasikan memiliki reliabilitas yang memadai jika koefisien Alpha Cronbach
lebih besar atau sama dengan 0,70 (≥ 0,70) (Kusnendi, 2008: 96).
Tabel 3.6
Hasil Uji Coba Validitas Instrumen Penelitian
Item Variabel Penelitian
Intensi
Rumus Alpha Cronbach yang digunakan dalam pengujian reliabilitas,
sebagai berikut:
C
α=[
−
] [ −
Σ�
��
]
Di mana:
k = jumlah item
� = jumlah variansi setiap item � = variansi skor total
Pengujian dapat dilakukan dengan bantuan program SPSS dan akan
diperoleh hasil komputasi yang sama yaitu dilihat dari tabel Reliability Statistic,
jika nilai Cronbach’s Alpha lebih besar atau sama dengan 0,70 (≥ 0,70), maka konstruk dikatakan reliabel. Adapun hasil uji reliabilitas masing-masing variabel
dapat dilihat pada Tabel 3.7.
Tabel 3.7
Hasil Uji Reliabilitas Masing-Masing Variabel Penelitian Variabel Penelitian Koefisien Alpha
Cronbach
Reliabilitas
Sikap personal 0,745 Reliabel
Norma subyektif 0,719 Reliabel
Persepsi kontrol perilaku 0,813 Reliabel
Intensi kewirausahaan 0,907 Reliabel
3.7 Teknik Analisis Data
3.7.1 Analisis Deskriptif Variabel
Statistik deskriptif adalah statistic yang digunakan untuk menganalisis
data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul
sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk
umum atau generalisasi (Sugiyono, 2013: 147). Analisis deskriptif dimaksudkan
untuk melihat kecenderungan distribusi frekuensi variabel dan menentukan tingkat
ketercapaian responden pada masing-masing variabel. Berdasarkan acuan distribusi
dikategorisasikan ke dalam 5 level yaitu sangat tinggi, tinggi, cukup tinggi, rendah,
dan sangat rendah. Sebelum menghitung skor, terlebih dahulu ditentukan range
intervalnya, dengan rumus sebagai berikut:
Range = � � �� − � �ℎ
�ℎ �
Sesuai dengan skor alternative jawaban kuesioner yang terentang dari 1
sampai dengan 7, banyak kelas interval ditentukan sebanyak 3 kelas, sehingga
diperoleh panjang kelas interval sebagai berikut:
Panjang kelas interval = − = 1,2
Berdasarkan perhitungan di atas, diperoleh skala penafsiran skor rata-rata
jawaban responden, disajikan dalam Tabel 3.8.
Tabel 3.8
Kriteria/Kategori Skor Tanggapan Responden
3.7.2 Analisis Faktor Konfirmatori (Confirmatory Factor Analysis/CFA)
Analisis faktor konfirmatory merupakan alat analisis yang sangat ampuh
menguji “theoretical or hypothetical construct which are not directly measurable or observable “ (Joreskog dan Sorbom, 1993:15; Kusnendi, 2008:25). Analisis ini didesain untuk menguji multidimensionalitas dari suatu konstruk teoritis atau
menguji validitas suatu konstruk teoritis. Indikator-indikator dalam variabel laten
diuji untuk mengetahui apakah indikator tersebut valid sebagai pengukur variabel
laten (Ghozali, 2014:123). Sebelum menguji hipotesis, model pengukuran yang
digunakan harus diuji terlebih dahulu dengan tujuan untuk memperoleh overall measurement model dengan kriteria congeric measurement model, yaitu model
Rentang Penafsiran
5,84 – 7,00 Sangat Tinggi 4,63 – 5,83 Tinggi
3,42 – 4,62 Cukup Tinggi 2,21 – 3,41 Rendah
pengukuran dengan karakteristik: 1) Unidimensional, artinya secara empiris overall
measurement model sesuai, cocok atau fit dengan data, indikator-indikator yang ada
dalam model hanya mengukur sebuah konstruk, serta kesalahan pengukuran antara
indikator tidak saling berkorelasi atau error covariance-nya sama dengan nol; 2)
Valid, artinya secara empiris masing-masing indikator tepat mengukur variabel
yang diukur; 3) Reliabel, artinya secara komposit indikator-indikator yang
digunakan konsisten dalam mengukur variabel yang diukur (Kusnendi, 2008: 25).
Namun, dalam prosedur pengumpulan dan pengolahan data yang dianalisis
dengan model persamaan structural harus memenuhi asumsi-asumsi, sebagai
berikut: 1) Ukuran sampel yang harus dipenuhi adalah minimal berjumlah 100 dan
selanjutnya menggunakan perbandingan 5 observasi untuk setiap estimated
parameter; 2) Normalitas dan Linearitas, artinya sebaran data harus dianalisis untuk
melihat apakah asumsi normalitas dipenuhi sehingga data dapat diolah lebih lanjut
untuk pemodelan SEM; 3) Outliers, yaitu observasi yang muncul dengan nilai-nilai ekstrim baik secara univariate maupun multivariate; 4) Multikolinearitas, dideteksi
dari determinan matriks kovarians, apabila matriks kovarians sangat kecil
mengindikasikan bahwa adanya problem multikoliniearitas atau singularitas
(Ferdinand, 2002: 52-54; Kusnendi, 2008: 46).
Setelah asumsi-asumsi terpenuhi, maka pengujian model pengukuran dapat
dilakukan melalui tiga tahap, yaitu:
1. Uji Kesesuaian Model (Overall Model Fit): Uji Unidimensional Dalam pengujian overall model fit bertujuan untuk:
a. Mengevaluasi apakah model pengukuran dikatakan fit dengan data apabila
model dapat mengestimasi matriks kovariansi populasi (∑) yang tidak
berbeda dengan matriks kovariansi data sampel (S). Ukuran yang
digunakan yaitu Goodness-of-fit-test (GFT) yang terdiri dari beberapa jenis ukuran, disajikan dalam Tabel 3.9.
b. Mengevaluasi apakah model pengukuran yang diusulkan bersifat
unidimensional atau tidak. Model pengukuran dikatakan unidimensional
mengukur satu variabel laten atau secara empiric modelnya merupakan
congeneric dan bukan congeneric model (Kusnendi, 2008: 109-110).
Tabel 3.9
Beberapa Ukuran Goodness of Fit Test (GFT) Model-Model Persamaan Struktural Ukuran GFT Kriteria
Kesesuaian Model
Kriteria Uji Hasil Uji
Chi-Square (x2)
0,00 (Model fit sempurna)
Nilai (x2) tabel Model fit
P-value 1,00 (model fit sempurna)
≥ 0,05 Model fit
RMSEA 0,00 (model fit sempurna)
≤ 0,08 Model fit
GFI, AGFI, CFI, NFI, dan NNFI
0,00 (tidak fit) –
1,00 (fit
sempurna)
≥ 0,90 Model fit
Sumber: Kusnendi (2008: 15)
2. Uji Kebermaknaan (test of significance) Koefisien Bobot Faktor: Uji Validitas dan Reliabilitas Indikator
Pengujian ini bertujuan untuk menentukan validitas dan reliabilitas
masing-masing indikator dalam mengukur variabel latennya. Suatu indikator
dikatakan valid dan reliabel mengukur variabel latennya apabila:
a. Secara statistik koefisien bobot faktor signifikan dan mampu
menghasilkan nilai P-hitung yang lebih kecil atau sama dengan
cut-off-value tingkat kesalahan sebesar 0,05 (5%).
b. Besarnya estimasi koefisien bobot faktor yang distandarkan untuk
masing-masing indikator tidak kurang dari 0,40 atau 0,50 (Kusnendi, 2008: 111).
Setelah model pengukuran diuji, perlu dilakukan evaluasi reliabilitas
konstruk atau reliabilitas komposit masing-masing model pengukuran.
Berdasarkan koefisien bobot faktor yang distandarkan dapat ditentukan
koefisien reliabilitas konstruk dan atau koefisien variance extracted. Apabila koefisien reliabilitas konstruk dan atau koefisien variance extracted tidak kurang dari 0,70 dan atau 0,50 diindikasikan model pengukuran variabel laten
reliabel atau dapat mengukur variabel laten atau konstruk yang diteliti. Dari
estimasi koefisien bobot faktor yang distandarkan juga dapat ditentukan
estimasi R2 dan kesalahan pengukuran (error measurement) masing-masing
indikator. Adapun tujuan menentukan estimasi R2 dan atau error measurement
yaitu untuk menentukan dominan atau tidaknya suatu indikator dalam
mengukur atau membentuk variabel latennya (Kusnendi (2008: 111).
Gambar 3.1 Model Intensi Kewirausahaan Siswa SMK di UPTD Wilayah 1 Kabupaten Bandung
Rumus yang digunakan untuk menghitung reliabilitas konstruk
CRk = (∑ �� � �= ) (∑��= ��) + (∑��= ��)
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa suatu indikator dominan
sebagai pembentuk variabel laten apabila estimasi koefisien R2 indikator
tersebut tidak kurang dari 0,70 atau tingkat kesalahan pengukuran (error
measurement) kurang dari 0,50 atau 51% (Kusnendi, 2008: 112).
3.7.3 Analisis Jalur (Path Analysis)
Analisis jalur (Path analysis) adalah metode analisis data multivariate dependensi yang digunakan untuk menguji hipotesis hubungan asimetris yang
dibangun atas dasar kajian teori tertentu, dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh
langsung dan tidak langsung seperangkat variabel penyebab terhadap variabel
akibat yang dapat diobservasi secara langsung (Kusnendi, 2008: 147). Dalam
pengujian hipotesis dalam penelitian ini, penulis menggunakan aplikasi AMOS
Versi 22. Sebelum dilakukan pengujian, maka kerangka pemikiran diterjemahkan
ke dalam format analisis jalur dan disajikan dalam Gambar 3.2.
Gambar 3.2 Diagram Jalur Hipotesis Penelitian
Keterangan Gambar 3.2 :
SP = Sikap Personal
ρ
ρ
ρ
ρ
NS = Norma Subyektif
PKP = Persepsi Kontrol Perilaku
IK = Intensi Kewirausahaan
Berdasarkan Gambar 3.2, terdapat 3 model yang akan diuji seperti
dijelaskan dalam Tabel 3.10.
Tabel 3.10
Model Persamaan Struktural
Model Model Struktural Persamaan
Struktural
Sikap Personal (SP) SP = F (NS) SP = ρ1 NS + z1 Persepsi Kontrol Perilaku (PKP) PKP = F (NS) PKP = ρ2 NS + z2 Intensi Kewirausahaan (IK) IK = F (SP, NS, PKP) IK = ρ3 SP + ρ4 NS
+ ρ5 PKP + z3
Adapun rincian indikator dari masing-masing variabel, sebagai berikut:
a) Variabel Endogen Sikap Personal (SP)
X1 = �1 NS + d1
X2 = �2 NS + d2
X3 = �3 NS + d3
X4 = �4 NS + d4
X5 = �5 NS + d5
b) Variabel Eksogen Norma Subyektif (NS)
X6 = �6 NS + d6
X7 = �7 NS + d7
X8 = �8 NS + d8
X9 = �9 NS + d9
c) Variabel Endogen Persepsi Kontrol Perilaku (PKP)
X10 = �10 NS + d10
X11 = �11 NS + d11
X12 = �12 NS + d12
X14 = �14 NS + d14
d) Variabel Endogen Intensi Kewirausahaan (IK)
Y1 = �15 NS + e1
Y2 = �16 NS + e2
Y3 = �17 NS + e3
Y4 = �18 NS + e4
Y5 = �19 NS + e5
Y6 = �20 NS + e6
Setelah model analisis jalur dibuat, maka langkah selanjutnya yaitu menguji
model analisis jalur dengan:
1. Uji Kesesuaian Model
Uji kesesuaian model dalam analisis jalur bertujuan menguji model
apakah model tersebut fit dengan data. Dikatakan fit apabila terdapat
kesesuaian antara matriks kovariansi atau matriks korelasi sampel (S) dengan
matriks kovariansi/korelasi populasi (∑) yang diestimasi (Kusnendi, 2008: 158). Adapun bentuk hipotesis statistic analisis jalur dirumuskan sebagai
berikut:
H0 : S = ∑ : Matriks kovariansi/korelasi data sampel tidak berbeda dengan
matriks kovariansi/korelasi populasi yang diestimasi
H1 : S ≠ ∑ : Matriks kovariansi/korelasi data sampel berbeda dengan matriks
kovariansi/korelasi populasi yang diestimasi
2. Pengujian Individual
Secara individual, pengajuan koefisien jalur melalui uji t dengan
kriteria uji adalah Ho ditolak jika nilai t hitung > t tabel. Tingkat kesalahan
yang digunakan adalah α = 0,05. Adapun hipotesis statistikanya dirumuskan,
sebagai berikut:
H0 : � = 0 : Secara individual variabel endogen tidak dipengaruhi oleh
variabel eksogen
H1 : � > 0 : Secara individual variabel endogen dipengaruhi variabel eksogen
Berdasarkan penjelasan di atas, maka skema pengujian hipotesis penelitian
Tabel 3.11
Skema Pengujian Hipotesis Penelitian
Model Hipotesis Statistik Uji Kriteria Uji Overall
(Keseluruhan)
H0: S = ∑ :
Matriks
kovariansi/korelasi
data sampel tidak
berbeda dengan
diterima, jika: P
≥0,05, RMSEA
Nilai t Diharapkan H0
ditolak, jika
variabel Norma
Nilai t Diharapkan H0
ditolak, jika
Nilai t Diharapkan H0
ditolak, jika
variabel Sikap
Personal
H1 :
ρ
ij > 0Secara individual
variabel Intensi
Kewirausahaan
dipengaruhi
variabel Sikap
Personal
H-4 :
H0 :
ρ
ij = 0Secara individual
variabel Intensi
Kewirausahaan
tidak dipengaruhi
variabel Norma
Subyektif
H1 :
ρ
ij > 0Secara individual
variabel Intensi
Kewirausahaan
dipengaruhi
variabel Norma
Subyektif
Nilai t Diharapkan H0
ditolak, jika
nilai t-hitung ≥
1,96
H-5 :
H0 :
ρ
ij = 0Secara individual
variabel Intensi
Kewirausahaan
tidak dipengaruhi
Nilai t Diharapkan H0
ditolak, jika
variabel Persepsi
Kontrol Perilaku
H1 :
ρ
ij > 0Secara individual
variabel Intensi
Kewirausahaan
dipengaruhi
variabel Persepsi
Kontrol Perilaku
Dalam model analisis jalur, pengaruh antar variabel tidak hanya secara
langsung (direct effect), tetapi terdapat pula pengaruh tidak langsung (indirect effect) dan pengaruh total (total effect). Pengaruh langsung berkaitan dengan adanya hubungan pengaruh antara variabel penyebab terhadap variabel akibat secara
langsung tanpa melalui perantara, sedangkan pengaruh tidak langsung yaitu adanya
hubungan pengaruh antara variabel penyebab terhadap variabel akibat yang
dimediasi oleh variabel perantara. Lalu, pengaruh total yaitu total pengaruh
langsung ditambah dengan pengaruh tidak langsung antara variabel penyebab
terhadap variabel akibat. Melalui dekomposisi pengaruh antar variabel pada analisis