• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRATEGI BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KETENAGAKERJAAN UNTUK MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN BURUH DI KOTA TANGERANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "STRATEGI BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KETENAGAKERJAAN UNTUK MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN BURUH DI KOTA TANGERANG"

Copied!
277
0
0

Teks penuh

(1)

KOTA TANGERANG

Skripsi

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu sosial pada Program Studi Ilmu Administrasi Negara Konsentrasi Kebijakan Publik

Oleh:

Raden Dendy Yudha Prawira NIM. 6661110702

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

(2)
(3)
(4)
(5)

SELALU BEKERJA KERAS UNTUK MERAIH HASIL YANG

MEMUASKAN.

Skripsi ini kupersembahkan untuk kedua orang tuaku

yang selalu mendoakanku tiada henti

serta teman-teman yang selalu memberikan motivasi

(6)

ABSTRAK

Raden Dendy Yudha Prawira. 6661110702. 2015. Skripsi. Strategi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan Untuk Meningkatkan Kesejahteraan Buruh di Kota Tangerang. Program Studi Ilmu Administrasi Negara. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Dosen Pembimbing I, Ipah Ema Jumiati, M.Si; Dosen Pembimbing II, Yeni Widyastuti, M.Si.

Program jaminan sosial merupakan suatu bentuk perlindungan, pemeliharaan, dan peningkatan kesehatan serta kesejahteraan kepada buruh yang relatif mempunyai kedudukan yang lemah dan penuh dengan resiko kerja. BPJS Ketenagakerjaan Kota Tangerang dalam menyelenggarakan jaminan sosial dihadapkan oleh beberapa masalah seperti, pertumbuhan kepesertaan lambat, kurangnya komunikasi dengan Dinas Ketenagakerjaan Kota Tangerang, kurangnya sosialisasi kepada buruh, kurangnya kesadaran perusahaan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui strategi BPJS ketenagakerjaan untuk meningkatkan kesejahteraan buruh di Kota Tangerang. Penelitian ini menggunakan teori teknik analisis SWOT menurut Siagian. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kualitatif deskriptif. Hasil penelitian menunjukan belum optimalnya strategi yang dijalankan oleh BPJS Ketenagakerjaan Kota Tangerang karena beberapa faktor yang berasal dari faktor internal dan faktor eksternal. Faktor eksternal antara lain adalah buruh melakukan demo dan perusahaan masih keberatan dengan iuran yang harus dibayarkan. Faktor internal antara lain kurangnya sosialisasi kepada buruh, kurangnya kesadaran yang dimiliki perusahaan, kurangnya pembinaan yang dilakukan oleh BPJS Ketenagakerjaan, buruh tidak setuju terhadap perubahan regulasi JHT, dan belum berubahnya pola pikir perusahaan dan buruh tentang program jaminan sosial. Saran penelitian agar strategi BPJS Ketenagakerjaan lebih optimal adalah meningkatkan intensitas sosialisasi kepada buruh dan meningkatkan kesadaran perusahaan tentang program jaminan sosial untuk kesejahteraan buruh agar meningkatkan produktivitas buruh.

(7)

Employment Institution of Social Security to Improve the Welfare of Workers in City of Tangerang. Public Administration Departement. The Faculty of Social and Political Science. Sultan Ageng Tirtayasa University. 1st Advisor, Ipah Ema

Jumiati, M.Si; 2nd Advisor, Yeni Widyastuti, M.Si.

The social security program is a form of protection, maintenance, health improvement and prosperity with a relatively weak position and risky position. Institution of social security employment organize social security that faced some issues such as slow membership growth, the lack of communication with the City of Tangerang Department of Labor, the lack of socialization to workers, and lack of the company awareness. The purpose on this research was to determine the strategy of employment institution of social security to improve the workers prosperity in the city of Tangerang. The methods used on this research is qualitative descriptive. This research used the theory of SWOT analysis technique by Siagian. This research result showed that the employment institution of social security strategy is not optimal because by several factors that come from internal factors and external factors. External factors such as the workers held a demonstration and the company still objected to the dues to be paid. Internal factors such as the lack of socialization to workers, lack of company awareness, the lack of guidance by the institution of social security employment, the workers do not agree to changes the regulation of old age insurance, and the mindset of the company and the workers of the social security program. Recommendation from this research are increase the intensity of socialization to workers, increase company awareness of the importance of social security programs for the workers prosperity to increase workers productivty.

(8)

i

KATA PENGANTAR

Puji syukur selalu kita panjatkan kehadirat Allah SWT, atas berkat, rahmat dan hidayah-Nya yang telah diberikan kepada kita semua. Shalawat serta salam senantiasa selalu tercurah kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW, beserta keluarga dan para sahabat. Atas berkat rahmat, karunia dan ridho-Nya pula peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Strategi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan untuk Meningkatkan Kesejahteraan Buruh di Kota Tangerang.”

Penyusunan skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sosial pada Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Penyusunan skripsi ini tidak akan selesai dengan baik tanpa bantuan dari banyak pihak yang senantiasa memberikan bimbingan, motivasi, dan nasihat, sehingga penelitian ini dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu, perkenankan dengan rendah hati dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Prof. Dr. H. Sholeh Hidayat, M.Pd. selaku Rektor Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

(9)

ii

Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

5. Gandung Ismanto, S.Sos. M.M sebagai Wakil Dekan III Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

6. Rahmawati, S.Sos. M.Si. sebagai Ketua Program Studi Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

7. Ipah Ema Jumiati, S.Sos. M.Si. Sekretaris Program Studi Ilmu Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, serta dosen pembimbing I yang telah memberikan saran dan arahan kepada peneliti selama proses bimbingan berlangsung.

8. Yeni Widyastuti, S.Sos. M.Si, dosen wali akademik dan pembimbing II yang telah membimbing peneliti selama masa perkuliahan dan selama proses penyusunan skripsi ini yang telah memberikan saran dan arahan kepada peneliti.

9. Dosen-dosen serta staff pada Program Studi Ilmu Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa yang memberikan ilmu dan pengetahuan kepada peneliti.

10.Kedua orang tua tercinta dan tersayang, Mamah dan Papah yang telah memberikan dukungan moril dan materiil serta doa kepada peneliti.

(10)

iii

12.Teman-teman seperjuangan terutama kelas B Administrasi Negara, terima kasih teman-teman telah membantu dalam penelitian ini, susah senang semenjak awal bertemu sampai sekarang tidak akan pernah terlupakan.

13.Sahabat terdekat peneliti dari Sekolah Menengah Atas (SMA), Danu Anggada, Hana Amadea, dan Ikhfa Latifa Dinar yang telah memberikan motivasi, doa, dan selalui memberikan semangat kepada peneliti sehingga skirpsi ini dapat diselesaikan.

14.Serta tidak lupa peneliti mengucapkan banyak terima kasih kepada seluruh informan penelitian yang telah berkontribusi banyak dalam penyusunan skripsi ini serta pihak-pihak lainnya yang juga terlibat dalam penyusunan skripsi ini.

Selain itu, peneliti sebagai penyusun skripsi ini menyadari bahwa akan adanya kekurangan, oleh karena itu peneliti juga mohon maaf jika terdapat kesalahan dalam penelitian ini. Karena itu peneliti mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi untuk perbaikan penelitian ini demi untuk penyempurnaan penelitian ini. Peneliti berharap semoga penelitian ini dapat bermanfaat, khususnya bagi peneliti dan bagi para pembaca penelitian ini nantinya.

Tangerang, November 2015

Raden Dendy Yudha Prawira

(11)

iv LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS LEMBAR PERSETUJUAN

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ABSTRAK

ABSTRACT

KATA PENGANTAR... i

DAFTAR ISI………...iv

DAFTAR TABEL... viii

DAFTAR GAMBAR...ix

DAFTAR LAMPIRAN... ..x

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah...1

1.2 Identifikasi Masalah... 31

1.3 Batasan Masalah... 31

1.4 Rumusan Masalah...31

1.5 Tujuan Penelitian... 31

1.6 Manfaat Penelitian... 32

(12)

v BAB II DESKRIPSI TEORI

2.1 Deskripsi Teori... 36

2.1.1 Definisi Manajemen...36

2.1.2 Definisi Strategi... 37

2.1.3 Definisi Manajemen strategi...39

2.1.4 Proses Manajemen Strategi...40

2.1.5 Analisis SWOT...43

2.1.6 Definisi Buruh... 44

2.1.7 Kajian BPJS Ketenagakerjaan...45

2.2 Penelitian Terdahulu...49

2.3 Kerangka Berpikir...53

2.4 Asumsi Dasar...56

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian... 57

3.2 Fokus Penelitian... 58

3.3 Lokasi Penelitian... 59

3.4 Variabel Penelitian... 60

3.4.1 Definisi Konsep...60

(13)

vi

3.6.1 Teknik Pengumpulan Data... 64

3.6.2 Jenis dan Sumber Data... 69

3.7 Teknik Pengolahan dan Analisis Data... 69

3.7.1 Teknik Analisis Data... 69

3.7.2 Uji Keabsahan Data... 71

3.8 Jadwal Penelitian... 73

BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Obyek Penelitian...74

4.1.1 Deskripsi Wilayah Kota Tangerang...74

4.1.2 Gambaran Umum BPJS Ketenagakerjaan...79

4.1.3 Struktur Organisasi BPJS Ketenagakerjaan Kota Tangerang...82

4.1.4 Tugas dan Fungsi BPJS Ketenagakerjaan Kota Tangerang...84

4.2 Deskripsi Data...91

4.3 Informan Penelitian...93

4.4 Analisis Hasil Penelitian...95

4.4.1 Strengths (Kekuatan)...95

(14)

vii

4.4.3 Opportunities (Peluang)...140

4.4.4 Threats (Ancaman)...149

4.5 Pembahasan...157

4.5.1 Strengths (Kekuatan)...157

4.5.2 Weaknesses (Kelemahan)...161

4.5.3 Opportunities (Peluang)...165

4.5.4 Threats (Ancaman)...167

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan...175

5.2 Saran...177 DAFTAR PUSTAKA

(15)

viii

1.1 Peserta PT Jamsostek Kota Tangerang Tahun 2012-2013... 9

1.2 Jumlah Perusahaan dan Tenaga Kerja di Kota Tangerang... 18

1.3 Peserta BPJS Ketenagakerjaan yang Mendekati Usia Pensiun Tahun 2014-2015... 22

1.4 Pertumbuhan Kepesertaan BPJS Ketenagakerjaan Kota Tangerang Tahun 2013-2014... 25

1.5 Perbedaan Jumlah Peserta BPJS Ketenagakerjaan di Dinas Ketenagakerjaan dan BPJS Ketenagakerjaan Kota Tangerang Tahun 2013-2014...26

3.1 Definisi Operasional Penelitian... 61

3.2 Informan Penelitian... 64

3.3 Pedoman Wawancara... 66

3.4 Jadwal Penelitian... 73

4.1 Jumlah Kecamatan dan Luas Kecamatan di Kota Tangerang...75

4.2 Jumlah Penduduk di Kota Tangerang Tahun 2013...77

4.3 Jumlah Angkatan Kerja, Pengangguran, dan Partisipasi Angkatan Kerja Kota Tangerang Tahun 2011-2013...78

4.4 Informan Penelitian...94

(16)

ix

DAFTAR GAMBAR

(17)
(18)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pembangunan sektor perburuhan di Indonesia secara umum ditunjukan untuk mendayagunakan tenaga kerja secara optimal dan manusiawi, mewujudkan pemerataan kesempatan kerja, dan penyediaan tenaga kerja yang sesuai dengan kebutuhan pembangunan nasional dan daerah, memberikan perlindungan kepada tenaga kerja dalam mewujudkan kesejahteraan serta meningkatkan kesejahteraan pekerja dan keluarganya. Pembangunan sektor perburuhan ini merupakan bagian dari upaya pembangunan sumber daya manusia yang tidak terpisahkan dari pembangunan nasional. Hal ini merupakan wujud dari pengamalan Pancasila dan pelaksanaan Undang-Undang Dasar 1945 yang diarahkan pada peningkatan harkat, martabat dan kemampuan manusia serta kepercayaan diri sendiri dalam rangka mewujudkan masyarakat sejahtera, adil dan makmur baik materiil maupun spiritual.

(19)

akan dapat meningkatkan produktivitas nasional. Selain itu, perlindungan terhadap tenaga kerja dimaksudkan untuk menjamin hak-hak dasar buruh dan menjamin kesamaan kesempatan serta perlakuan tanpa diskriminasi atas dasar apapun untuk mewujudkan kesejahteraan buruh dan keluarganya dengan tetap memperhatikan perkembangan kemajuan dunia usaha.

Bentuk perlindungan, pemeliharaan, dan peningkatan kesehatan serta kesejahteraan diselenggarakan dalam bentuk jaminan sosial tenaga kerja. Program ini lebih ditekankan pada perlindungan kepada buruh yang relatif mempunyai kedudukan yang lemah dimana pada kenyataannya buruh berada pada posisi yang penuh dengan resiko dimana resikonya adalah kecelakaan kerja, sakit akibat kerja, kematian, datangnya hari tua dan terjadinya PHK yang dilakukan oleh perusahaan. Hal ini dapat mempengaruhi kehidupan tenaga kerja dan keluarganya sehingga pekerja terpaksa tidak dapat bekerja untuk sementara waktu, bahkan bisa untuk selamanya, dan penghasilannya akan berkurang atau mungkin juga terhenti. Oleh karena itu perusahaan memikul tanggung jawab kepada setiap pekerja atau buruhnya dari resiko yang mungkin saja bisa terjadi di kemudian hari sehingga perusahaan mempunyai kewajiban untuk meningkatkan perlindungan dan kesejahteraan buruh dan keluarganya dengan baik.

(20)

3

publik yang sia-sia melainkan sebuah bentuk investasi sosial yang menguntungkan dalam jangka panjang. Jaminan sosial merupakan hak asasi setiap warga negara sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 27 ayat 2 yang menyatakan bahwa “Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”.

Bagi tenaga kerja apa yang dinamakan program jaminan sosial sangatlah dibutuhkan untuk menjamin keselamatan para tenaga kerja serta meningkatkan produktivitas kerja. Karena bisa dibayangkan apabila tenaga kerja yang bekerja tanpa adanya suatu jaminan sosial diluar upah yang selama ini mereka dapatkan maka secara tidak langsung berpengaruh terhadap semakin melemahnya kinerja dan perlindungan bagi para tenaga kerja. Oleh karena itu, memperbaiki dan meningkatkan jaminan sosial tenaga kerja merupakan bagian terpenting dari salah satu usaha pemerintah dan masyarakat disamping upah yang cukup serta syarat kerja yang manusiawi, karenanya usaha untuk memperoleh jaminan sosial tenaga kerja sering tidak dapat dilepaskan dari usaha perbaikan upah. Perlindungan terhadap tenaga kerja dimaksudkan untuk menjamin hak-hak dasar tenaga kerja/buruh dan menjamin kesempatan serta perlakuan tanpa diskriminasi atas dasar apapun untuk mewujudkan kesejahteraan tenaga kerja/buruh dan keluarganya dengan tetap memperhatikan perkembangan dunia usaha.

(21)

dari perusahaan yang mengikutsertakanburuhnya sebagai anggota program jaminan sosial tenaga kerja adalah dapat menumbuhkan motivasi buruhnya dalam bekerja sehingga produktivitas kerja meningkat.

Upaya pemerintah Indonesia dalam meningkatkan sistem jaminan sosial agar dapat dirasakan seluruh elemen masyarakat di Indonesia diawali dengan lahirnya Undang-Undang No.40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN). Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) merupakan program negara yang bertujuan memberikan kepastian perlindungan dan kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat sebagaimana diamanatkan dalam pasal 28H ayat (1), ayat (2) dan ayat (3) serta pasal 34 ayat (1) dan ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Selain itu, dalam ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Nomor X/MPR/2001, Presiden ditugaskan untuk membentuk sistem jaminan sosial nasional dalam rangka memberikan perlindungan sosial bagi masyarakat yang lebih menyeluruh dan terpadu.

(22)

5

penetapan 4 BUMN tersebut dan memberi peluang bagi daerah untuk membentuk BPJS Daerah (BPJSD).

Keputusan MK ini semakin memperumit penyelenggaraan jaminan sosial di masa transisi dan pembangunan kelembagaan SJSN yang semula diatur dalam satu paket peraturan dalam UU SJSN, kini harus diatur dengan UU BPJS.Dewan Jaminan Sosial Nasional (DJSN) pun akhirnya baru terbentuk. Pemerintah secara resmi membentuk DJSN lewat Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 110 tahun 2008 tentang pengangkatan anggota DJSN pada tanggal 24 September 2008.Pembahasan RUU BPJS pun berjalan alot antara Tim Kerja Menko Kesra dan Tim Kerja Meneg BUMN, yang notabene keduanya adalah Pembantu Presiden, tidak mencapai titik temu. RUU BPJS tidak selesai dirumuskan hingga tenggat peralihan UU SJSN pada 19 Oktober 2009 terlewati. Kemudian pada tahun 2010 DPR mengambil alih perancangan RUU BPJS namun perdebatan konsep BPJS kembali muncul bahkan area perdebatan bertambah, selain bentuk badan hukum penentuan siapa BPJS dan berapa jumlah BPJS juga diperbebatkan DPR dan Pemerintah. Pada akhirnya pro dan kontra perancangan RUU BPJS berakhir pada 29 Oktober 2011 dimana DPR RI sepakat dan kemudian mengesahkannya menjadi Undang-Undang setelah melalui proses yang panjang.

(23)

portabilitas, kepesertan bersifat wajib, dana amanat, dan hasil pengelolaan dana Jaminan Sosial dipergunakan seluruhnya untuk pengembangan program dan untuk sebesar-besarnya kepentingan peserta.

Pembentukan Undang-Undang No.24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial ini guna memberikan kepastian hukum bagi pembentukan BPJS untuk melaksanakan program jaminan sosial di seluruh Indonesia. Undang-Undang No.24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) ini merupakan pelaksanaan dari pasal 5 ayat (1) dan pasal 52 Undang-Undang No.40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional yang mengamanatkan pembentukan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial dan transformasi kelembagaan PT Askes (Persero), PT Jamsostek (Persero), PT TASPEN (Persero), dan PT ASABRI (Persero) menjadi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial. Transformasi tersebut diikuti adanya pengalihan peserta, program, aset, dan liabilitas, pegawai, serta hak dan kewajiban. Dengan Undang-Undang No 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) maka dibentuk BPJS Ketenagakerjaan sebagai salah penyelenggara jaminan sosial.

(24)

7

Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan merupakan badan hukum publik yang ditugaskan khusus oleh pemerintah Indonesia untuk menyelenggarakan program jaminan sosial seperti jaminan kecelakaan kerja, jaminan kematian, jaminan hari tua dan jaminan pensiun bagi seluruh rakyat Indonesia, terutama untuk pekerja formal dan informal, Pegawai Negeri Sipil, TNI/POLRI, penerima pensiunan pegawai negeri sipil dan TNI/POLRI dan badan usaha lainnya ataupun rakyat pada umumnya. Disamping itu, berdasarkan pasal 14 Undang-Undang No. 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial menyatakan bahwa setiap orang, termasuk orang asing yang bekerja paling singkat 6 (enam) bulan di Indonesia, wajib menjadi peserta program jaminan sosial.

Dengan dibentuknya BPJS Ketenagakerjaan ini untuk mencegah adanya pengeluaran yang tidak terduga apabila buruh mengalami kecelakaan kerja dan membutuhkan biaya operasi yang sangat tinggi. Hal ini akan berpengaruh pada penggunaaan pendapatan seseorang dari pemenuhan kebutuhan hidup pada umumnya.

(25)

BPJS Ketenagakerjaan merupakan hasil transformasi dari PT Jamsostek yang sebelumnya menyelenggarakan program jaminan sosial di Indonesia. PT Jamsostek bertransformasi menjadi BPJS Ketenagakerjaan pada 1 Januari 2014 dan PT Jamsostek dinyatakan bubar tanpa likuidasi serta Peraturan Pemerintah No.36 tahun 1995 tentang penetapan Badan Penyelenggara Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja dicabut dan dinyatakan tidak berlaku lagi.

Semua asset dan liabilitas serta hak dan kewajiban PT Jamsostek (Persero) menjadi asset dan liabilitas serta hak dan kewajiban hukum BPJS Ketenagakerjaan dan semua pegawai PT Jamsostek menjadi pegawai BPJS Ketenagakerjaan. Selanjutnya tahap persiapan operasionalisasi BPJS Ketenagakerjaan untuk menyelenggarakan program jaminan kecelakaan kerja, jaminan kematian, jaminan hari tua dan jaminan pensiun sesuai dengan ketentuan Undang-Undang No. 40 Tahun 2004 Tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional.

Pada 1 Juli 2015 BPJS Ketenagakerjaan mulai beroperasi secara penuh yang ditandai dengan keluarnya Peraturan Pemerintah No. 44 Tahun 2015 Tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian, Peraturan Pemerintah No. 45 Tahun 2015 Tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Pensiun, dan Peraturan Pemerintah No. 60 Tahun 2015 Tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah No.46 Tahun 2015 Tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Hari Tua.

(26)

9

secara menyeluruh yaitu dengan mendatangi setiap perusahaan yang belum terdaftar di PT Jamsostek yang dibantu serikat pekerja dan petugas pengawas dari dinas ketenagakerjaan yangakan mendatangi perusahaan itu agar segera menjadi peserta. Selain itu, PT Jamsostek juga memberikan surat peringatan kepada perusahaan tersebut agar segera menjadi peserta PT Jamsostek danakan dikenakan sanksi berupa dendapaling tinggi Rp 50.000.000 dan pidana penjara paling lama 8 bulanyang diatur dalam Undang-Undang No 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja. PT Jamsostek pun hanya dibantu oleh dinas ketenagakerjaan sebagai pihak dari pemerintah untuk membantu menjalankan tugasnya tersebut. Namun strategi ini tidak berjalan efektif karena pertumbuhan kepesertaan berjalan lambat karena PT Jamsostek harus mendatangi perusahaan satu per satu tidak bisa langsung semua dicatat PT Jamsostek perusahaan-perusahaan yang belum terdaftar ini. Adapun untuk melihat pertumbuhan kepesertaannya lihat tabel sebagai berikut :

Tabel 1.1

Peserta PT Jamsostek Kota Tangerang Tahun 2012-2013

No Tahun Tenaga Kerja Perusahaan

1. 2012 124.041 268

2. 2013 86.416 312

(Sumber:BPJS Ketenagakerjaan, 2015)

(27)

kerja yang menjadi peserta PT Jamsostek mengalami penurunan yang berjumlah 124.041 pada tahun 2012 menjadi 86.416 pada tahun 2013 atau sebesar 30,33%.

Setelah PT Jamsostek bertransformasi menjadi BPJS Ketenagakerjaan strategi terkait upaya pihak penyelenggara jaminan sosial untuk meningkatkan jumlah kepesertaan masih diterapkan sampai sekarang ini namun dengan adanya Undang-Undang No. 24 Tahun 2011 ini BPJS Ketenagakerjaan juga dapat melakukan dengan kerja sama dengan lembaga pemerintah maupun pemerintah daerah tidak hanya terbatas pada dinas ketenagakerjaan saja. Jadi BPJS Ketenagakerjaan bisa bekerja sama dengan pemerintah pusat maupun pemerintah daerah dengan membuat Memorandum of Understanding (MOU) yang disepakati kedua belah pihak. Dengan kerja sama tersebut maka diharapkan jumlah kepesertaan akan meningkat cepat tidak berjalan lambat lagi sehingga dapat mencapai tujuan untuk memberikan perlindungan keselamatan kerja dan meningkatkan kesejahteraan tenaga kerja maupun masyarakat luas. Selain itu sanksi hukum yang diberikan lebih berat lagi dibanding sanksi yang sebelumnya diterapkan di PT Jamsostek.

(28)

11

sanksi hukum itu diharapkan dapat memberikan efek jera bagi perusahaan maupun masyarakat yang tidak mau mendaftar ke BPJS Ketenagakerjaan.

Selain itu, berdasarkan Peraturan Pemerintah No.85 Tahun 2013 Tentang Tata Cara Hubungan Antar Lembaga Badan Penyelenggara Jaminan Sosial BPJS Ketenagakerjaan juga bisa bekerja sama dengan lembaga pemerintah pusat dan pemerintah daerah guna meningkatkan kualitas penyelenggaraan program jaminan sosial dan meningkatkan laju pertumbuhan kepesertaan dengan cepat.

Pada sisi pelayanan kepada peserta juga BPJS Ketenagakerjaan juga sudah ditingkatkan dengan service blue print sebagaimana dinyatakan oleh Kabid Pelayanan bahwa pelayanan yang diberikan kepada peserta waktunya maksimal 30 menit dari mulai mengurus berkas yang masuk sampai pada tahap penyetujuan berkas tersebut dengan begitu pelayanan diharapkan berjalan efektif dan efisien dari sisi waktu pelayanan (Sumber: wawancara dengan Ibu Firdausyi Kabid Pelayanan di Kantor Cabang BPJS Ketenagakerjaan Kota Tangerang, 27 Mei 2015).

Selain itu, berdasarkan Keputusan Direksi BPJS Ketenagakerjaan Nomor KEP/178/062014 tentang Tata Cara Pengelolaan Perusahaan dan Tenaga Kerja Program Jaminan Sosial Ketenagakerjaan di dalam Sistem Informasi Terpadu Online juga sudah memiliki sistem pendaftaran peserta dan adanya aplikasi BPJS Ketenagakerjaan di handphone seperti di Iphone, Android, dan Blackberry agar bisa untuk mengecek saldo Jaminan Hari Tua (JHT) melalui aplikasi di handphone tersebut. Pembayaran iuran juga bisa melalui ATM yang sangat

(29)

menjadi peserta BPJS Ketenagakerjaan serta memudahan untuk melakukan pembayaran iuran dengan adanya sistem e-payment sehingga peserta tidak harus datang ke kantor BPJS Ketenagakerjaan untuk membayar iuran tersebut.

BPJS Ketenagakerjaan juga memiliki kelemahan yang masih harus dibenahi dan ditingkatkan lagi agar lebih baik lagi. BPJS Ketenagakerjaan juga masih memiliki kelemahan dalam hal sumber daya manusia (SDM) pada bidang marketing officer. Berdasarkan data-data yang diperoleh dari BPJS Ketenagakerjaan Kota Tangerang petugas marketing officer yang dimiliki hanya berjumlah 1 orang saja dimana jumlah tersebut sangat tidak ideal agar mampu meningkatkan jumlah kepesertaan yang dimiliki BPJS Ketenagakerjaan. Marketing officer sangat dibutuhkan BPJS Ketenagakerjaan karena untuk

mensosialisasikan BPJS Ketenagakerjaan yang baru resmi berdiri pada tahun 2014 kepada peserta dan calon peserta.

Dengan dibentuknya BPJS Ketenagakerjaan ini juga menciptakan peluang bagi BPJS Ketenagakerjaan terutama dalam hal kepesertaan yang jenisnya tidak hanya tenaga kerja saja namun juga meliputi seluruh masyarakat Indonesia untuk bisa merasakan manfaat dari program jaminan sosial BPJS Ketenagakerjaan. Selain itu, BPJS Ketenagakerjaan bisa bekerja sama dengan lembaga pemerintah maupun pemerintah daerah sehingga menciptakan peluang untuk meningkatkan lagi laju pertumbuhan kepesertaannya.

(30)

13

tentang pentingnya manfaat program jaminan sosial BPJS Ketenagakerjaan bagi tenaga kerja maupun masyarakat secara luas. Tanpa adanya itu masyarakat ataupun tenaga kerja masih kurang pengetahuannya tentang manfaat yang akan diberikan oleh program jaminan sosial BPJS Ketenagakerjaan. Hal ini sebagaimana yang disampaikan oleh Kabid Pemasaran BPJS Ketenagakerjaan Kota Tangerang bahwa BPJS Ketenagakerjaan belum masuk ke dalam ruang lingkup pendidikan jadi generasi muda ini tidak dibekali pendidikan tentang program jaminan sosial yang artinya ketika generasi muda ini telah lulus sekolah dan bekerja nantinya dia menjadi tidak mengetahui tentang perlindungan dasar buat tenaga kerja dan tidak menjadi peserta program jaminan sosial yang tentunya sangat bermanfaat disamping mendapatkan gaji dari pekerjaannya tersebut (Sumber: wawancara dengan Pak Efa Zuryadi Kabid Pemasaran di Kantor Cabang BPJS Ketenagakerjaan 11 Februari 2015).

Berdasarkan hasil wawancara dapat diketahui bahwa pendidikan sejak dini kepada masyarakat terutama generasi muda saat ini sangat penting karena akan memberikan pengetahuan mendasar tentang manfaat dari program jaminan sosial jadi ketika generasi muda ini sudah lulus dari sekolah dan nantinya akan bekerja sudah memiliki pengetahuan tentang perlindungan bagi pekerja yang didapatkan dari program jaminan sosial yang diikuti dan akan meningkatkan kesejahteraan bagi generasi muda atau masyarakat secara umum nantinya.

(31)

pekerja hanya diperbolehkan mendaftar di BPJS Ketenagakerjaan saja sehingga menggugat Undang-Undang No.24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) ke Mahkamah Konstitusi.Hal ini sebagaimana diberitakan media bahwa ada 4 perusahaan asuransi swasta yang mempersoalkan 6 pasal dalam Undang-Undang No 24 Tahun 2011 Tentang BPJS. Ketentuan yang dimaksud yaitu pasal 15 ayat 1, pasal 16 ayat 1 dan 2, pasal 17 ayat 1, 2 huruf c, dam 4, pasal 19 ayat 1, ayat 2, dan ayat 3 terkait kewajiban memilih BPJS. Para pemohon menganggap kewajiban mendaftarkan ke BPJS menyebabkan pemberi kerja tidak bisa memilih penyelenggara jaminan sosial lain. Padahal, jaminan sosial lainnya nyata-nyata lebih baik dari BPJS. Terlebih adanya sanksi administratif kepada pemberi kerja apabila tidak mendaftarkan pekerjanya ke BPJS seperti diatur pasal 17 ayat 1, 2 huruf c dan ayat 4, Undang-Undang BPJS. Tetapi, penyelenggara negara tidak dikenai sanksi administratif bila tidak mendaftarkan BPJS bagi pekerja/pegawainya. Menurut pemohon, adanya kewajiban memilih BPJS sebagai penyelenggara jaminan sosial pekerja menyebabkan monopoli dalam penyelenggaraan jasa layanan jaminan sosial yang berimbas langsung bagi penyedia layanan jasa lainnya (http://www.hukumonline.com. Pemerintah Diminta Beri Penjelasan Soal Gugatan UU BPJS. Diakses 14 Februari 2015 13.30 WIB).

(32)

15

ancaman yang datang dapat memperbaiki lagi yang kurang dan lebih menyempurnakannya agar BPJS Ketenagakerjaan lebih baik lagi nantinya.

Dengan adanya BPJS Ketenagakerjaan ini diharapkan mampu meningkatkan kesejahteraan pekerja di seluruh Indonesia termasuk di Provinsi Banten. Berdasarkan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Provinsi Banten Tahun 2013 perekonomian Provinsi Banten didominasi oleh sektor industri dimana Kota Tangerang memberikan nilai tambah perekonomian sebesar 33,23%, Kabupaten Tangerang sebesar 20,88% dan Kota Cilegon sebesar 18,09%. Hal ini menunjukan bahwa ekonomi Banten didominasi oleh sektor industri pengolahan yang terkonsentrasi pada ketiga daerah tersebut.

Selain itu, berdasarkan LAKIP Provinsi Banten tahun 2013 persebaran penduduk di Provinsi Banten tidak merata, karena masih terkonsentrasi di wilayah Kabupaten Tangerang, Kota Tangerang, dan Kota Tangerang Selatan. Dengan luas wilayah kurang dari 14 persen dari seluruh luas wilayah Provinsi Banten, ketiga wilayah tersebut pada tahun 2013 dihuni oleh sekitar 53,25 persen dari seluruh penduduk Banten dan Kota Tangerang merupakan wilayah dengan tingkat kepadatan tertinggi, mencapai 12.147 jiwa per km2.

(33)

mencapai 5,86%. Laju pertumbuhan ekonomi yang berjalan dengan baik ini diikuti dengan laju inflasi yang tinggi sebesar 10,02% pada tahun 2013.

Disamping itu, Kota Tangerang merupakan daerah yang strategis karena berada di antara Ibukota Negara DKI Jakarta dan Kabupaten Tangerang. Sesuai dengan Instruksi Presiden Nomor 13 Tahun 1976 tentang Pengembangan Jabotabek (Jakarta, Bogor, Tangerang, Bekasi), Kota Tangerang merupakan salah satu daerah penyangga Ibukota Negara DKI Jakarta. Posisi Kota Tangerang tersebut menjadikannya pertumbuhannya pesat. Pada satu sisi wilayah Kota Tangerang menjadi daerah limpahan berbagai kegiatan Ibukota Negara DKI Jakarta. Di sisi lain Kota Tangerang dapat menjadi kolektor pengembangan wilayah Kabupaten Tangerang sebagai daerah dengan sumber daya alam yang produktif. Pesatnya pertumbuhan Kota Tangerang dipercepat pula dengan keberadaan Bandara Internasional Soekarno-Hatta yang sebagian arealnya termasuk ke dalam wilayah administrasi Kota Tangerang.

Kota Tangerang menjadi gerbang masuk dan keluar orang, barang, dan jasa ke dan dari Provinsi Banten. Posisi strategis ini dipandang sebagai potensi yang selanjutnya diformulasikan dalam visi Kota Tangerang yaitu “Kota Tangerang

sebagai Kota Industri, Perdagangan, dan Permukiman yang Ramah Lingkungan dalam Masyarakat yang Berakhlak Mulia”. Sebagai wilayah yang sumber

(34)

17

Pembangunan manusia di Kota Tangerang merujuk pada perkembangan capaian Indeks Pembangunan Manusia (IPM) sebagai ukuran yang banyak digunakan untuk mengetahui derajat kesejahteraan masyarakat. Kota Tangerang menempati peringkat 3 untuk IPM pada tahun 2012 setelah Kota Tangerang Selatan dan Kota Cilegon Indikator IPM itu sendiri berupa angka harapan hidup, pencapaian pendidikan, serta daya beli masyarakatnya dan berdasarkan peringkat IPM yang menempatkan Kota Tangerang di peringkat 3 di Provinsi Banten menunjukan keberhasilan yang baik dalam melaksanakan proses pembangunan di bidang kesehatan, pendidikan dan ekonomi Kota Tangerang. Namun dalam hal kecepatan pembangunan SDM Kota Tangerang pada tahun 2010-2012 menempati nomor dua terendah setelah Kabupaten Tangerang. Hal ini menunjukan bahwa kecepatan pembangunan manusia di Kota Tangerang masih lebih lambat dengan Kabupaten/Kota lain kecuali dengan Kabupaten Tangerang.

Kota Tangerang sebagai Kota Akhlakul Karimah yang memiliki misi untuk meningkatkan kualitas pendidikan, kesehatan, dan kesejahteraan sosial masyarakatnya, maka dari itu BPJS Ketenagakerjaan pun sudah memiliki kantor cabang di Kota Tangerang sebagai wujud dari pelaksanaan untuk melindungi dan menjamin kesejahteraan tenaga kerja/buruh di Kota Tangerang. Kota Tangerang juga merupakan salah satu wilayah industri di Provinsi Banten yang memiliki tenaga kerja formal maupun informal yang banyak dan wajib dilindungi oleh program, jaminan sosial BPJS Ketenagakerjaan.

(35)

dalam menambah lapangan pekerjaan yang ada di Kota Tangerang ini. Hal ini juga menuntut BPJS Ketenagakerjaan untuk bergerak cepat dalam melindungi setiap tenaga kerja yang ada. Adapun jumlah perusahaan dan tenaga kerja yang ada di Kota Tangerang dari tahun 2013 sampai dengan 2014, yaitu:

Tabel 1.2

Jumlah Perusahaan dan Tenaga Kerja di Kota Tangerang

Tahun

(Sumber: Dinas Ketenagakerjaan Kota Tangerang, 2014)

Berdasarkan tabel 1.2 dapat diketahui bahwa dari tahun ke tahun jumlah perusahaan serta tenaga kerja yang ada di Kota Tangerang terus mengalami peningkatan baik tenaga kerja warga negara Indonesia maupun warga negara asing. Pesatnya pertumbuhan yang terjadi di Kota Tangerang menjadi salah faktor terus meningkatnya jumlah perusahaan dan tenaga kerja yang ada di Kota Tangerang. Dengan banyaknya jumlah tenaga kerja tersebut maka keselamatan dan kesejahteraannya pun harus dijamin oleh pemerintah. Disini peran dari BPJS Ketenagakerjaan begitu penting karena bertugas menjamin keselamatan dan kesejahteraan para tenaga kerja. Selain itu BPJS Ketenagakerjaan juga merupakan wujud nyata dari pemerintah untuk melindungi dan meningkatkan kesejahteraan tenaga kerja.

(36)

19

Ketenagakerjaan untuk menjamin keselamatan dan kesejahteraan tenaga kerja melalui program jaminan sosial yang dimilikinya. Dalam menjalankan program jaminan sosialnya BPJS Ketenagakerjaan masih memakai sistem door to door atau mendatangi perusahaan yang belum menjadi peserta dimana sistem ini pernah dijalankan oleh PT Jamsostek sebelumnya. BPJS Ketenagakerjaan mendatangi tiap perusahaan yang belum menjadi peserta dan diberitahukan agar segera menjadi peserta dan akan dikenakan sanksi hukum apabila masih belum mendaftarkan perusahaan itu menjadi peserta BPJS Ketenagakerjaan. Dalam melakukan prosedur untuk menjadi peserta prosesnya bisa sampai satu minggu agar perusahaan itu resmi menjadi peserta dengan ditandai keluarnya kartu peserta untuk perusahaan itu.

(37)

hukum lainnya (http://www.radarbanten.com/. BPJS Ketenagakerjaan Teken MOU dengan Kejati Banten. Diakses 30 Maret 2015. 15.00 WIB)

Dengan adanya MOU itu diharapkan pemberian sanksi hukum bagi peserta atau calon peserta yang melanggar dapat diberikan sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku yang diatur dalam Peraturan Pemerintah nomor 86 tahun 2013 Tentang Tata Cara Pengenaan Sanksi Administratif Kepada Pemberi Kerja Selain Penyelenggara Negara dan Setiap Orang, Selain Pemberi Kerja, Pekerja, dan Penerima Bantuan Iuran Dalam Penyelenggaraan Jaminan Sosial. Disamping itu, dengan adanya kerja sama ini juga diharapkan pertumbuhan kepesertaan mengalami peningkatan dari sebelumnya agar program jaminan sosial dapat dirasakan manfaatnya bagi perusahaan maupun tenaga kerja.

(38)

21

Berdasarkan hasil wawancara dapat diketahui bahwa BPJS Ketenagakerjaan bisa melaksanakan pengawasan secara langsung tidak lagi dilakukan oleh dinas ketenagakerjaan seperti sebelumnya. Hal ini juga akan lebih efektif dalam meningkatkan pertumbuhan kepesertaan menjadi lebih cepat lagi karena BPJS Ketenagakerjaan sendiri yang akan mengetahui perusahaan yang belum menjadi peserta dan segera dilakukan pemeriksaan ke perusahaan itu dan diharapkan fungsi pengawasan dapat berjalan dengan lebih baik lagi.

BPJS Ketenagakerjaan juga memanfaatkan pilkada sebagai kesempatan untuk melakukan sosialisasi tentang BPJS Ketenagakerjaan. Hal ini sebagaimana dinyatakan oleh relationship officer BPJS Ketenagakerjaan bahwa calon-calon yang mengikuti pilkada akan mendatangi BPJS Ketenagakerjaan untuk mengajak kerja sama agar apabila terpilih menjadi kepala daerah maka BPJS Ketenagakerjaan bisa ikut memenuhi janji dari calon yang terpilih di pilkada untuk meningkatkan kesejahteraan pekerja dengan mengikutsertakan semua pekerja menjadi peserta BPJS Ketenagakerjaan (Sumber: wawancara dengan Pak Aditia Suswanto Relationship Officer di Kantor Cabang BPJS Ketenagakerjaan Kota Tangerang, 13 Mei 2015).

(39)

merealisasikan janji tersebut untuk mengikutsertakan seluruh pekerja menjadi peserta BPJS Ketenagakerjaan agar meningkatkan kesejahteraan pekerja tersebut.

Selain itu, BPJS Ketenagakerjaan juga menerima peserta yang sudah mendekati usia pensiun untuk menjadi peserta BPJS Ketenagakerjaan tetapi peserta tersebut masih aktif bekerja di perusahaan. Hal ini agar peserta itu juga tetap menerima manfaat dari mengikuti program jaminan sosial BPJS Ketenagakerjaan. Adapun tabel kategorisasi usia yang sudah mendekati usia pensiun sebagai berikut :

Tabel 1.3

Peserta BPJS Ketenagakerjaan yang Mendekati Usia Pensiun Tahun 2014-2015

No. Nama Peserta Kep. Awal Tanggal Lahir Usia Jenis Kelamin 1. Sri Widaryanti 02-2014 10-10-1964 50 Perempuan 2. Asep Nurachim 04-2014 31-12-1965 49 Laki-Laki 3. M.Taufik 05-2014 15-02-1966 48 Laki-Laki 4. Waluji 05-2014 31-01-1962 52 Laki-Laki 5. Mufti Ali 07-2014 29-08-1961 53 Laki-Laki 6. Misho 02-2015 20-01-1960 55 Laki-Laki 7. Erwin 01-2015 05-04-1964 51 Laki-Laki 8. Nurman 02-2015 07-04-1961 54 Laki-Laki 9. Boy Siskah 01-2015 06-01-1965 50 Laki-Laki 10. Karyawan 02-2015 06-03-1965 50 Laki-Laki

(Sumber: BPJS Ketenagakerjaan, 2015)

(40)

23

program jaminan sosial seperti memiliki tabungan untuk hari tua yang terdapat dari program jaminan hari tua.

Dikarenakan BPJS Ketenagakerjaan itu sendiri merupakan transformasi dari PT Jamsostek yang sebelumnya bertugas memberikan jaminan sosial kepada buruh dan baru diresmikan oleh pemerintah tahun 2014 ini, maka dari itu masih terdapat beberapa permasalahan atau kendala yang dialami oleh BPJS Ketenagakerjaan dalam menjalankan strateginya untuk memberikan perlindungan dan keselamatan kepada buruh atau tenaga kerja terutama mengenai dampak dari program jaminan sosial BPJS Ketenagakerjaan terhadap kesejahteraan dan keselamatan buruh, yaitu:

(41)

Hal ini juga disampaikan oleh Relationship Officer dimana BPJS Ketenagakerjaan akan mendatangi satu demi satu perusahaan yang belum menjadi peserta dan biasanya proses agar resmi menjadi peserta BPJS Ketenagakerjaan paling lama 1 minggu setelah pihak BPJS Ketenagakerjaan mendatangi perusahaan tersebut (Sumber : wawancara dengan Pak Aditia Suswanto Relationship Officer di Kantor Cabang BPJS Ketenagakerjaan Kota Tangerang,

30 Maret 2015).

(42)

25

Tabel 1.4

Pertumbuhan Kepesertaan BPJS Ketenagakerjaan di Kota Tangerang Tahun 2013-2014

Berdasarkan tabel 1.4 menunjukan bahwa pertumbuhan kepesertaan BPJS Ketenagakerjaan Kota Tangerang mengalami pertumbuhan yang lambat dimana pertambahan kepesertaan dari tahun 2013 ke tahun 2014 hanya 31,73% dari sektor perusahaan dan 3,77% dari sektor tenaga kerja. Hal ini dapat dilihat bahwa tiap bulannya pertumbuhan kepesertaan mengalami fase naik turun yang menyebabkan pertumbuhan kepesertaan menjadi tidak cepat. Berdasarkan tabel 1.4 menunjukan bahwa pada tahun 2014 baru 411 perusahaan dari 3.030 perusahaan atau 13,56% yang baru menjadi peserta BPJS Ketenagakerjaan dan 89.678 tenaga kerja yang baru menjadi peserta BPJS Ketenagakerjaan dari jumlah keseluruhan 333.590 tenaga kerja atau baru 26,88% tenaga kerja.

(43)

Kedua, kurangnya komunikasi dan koordinasi antara Dinas Ketenagakerjaan

dan BPJS Ketenagakerjaan di Kota Tangerang. Berdasarkan data-data yang peneliti dapatkan terjadi perbedaan jumlah peserta yang sudah terdaftar di BPJS Ketenagakerjaan antara Dinas Ketenagakerjaan dengan BPJS Ketenagakerjaan. Untuk lebih jelasnya lihat tabel ini sebagai berikut:

Tabel 1.5

Perbedaan Jumlah Peserta BPJS Ketenagakerjaan di Dinas Ketenagkerjaan dan BPJS Ketenagakerjaan Kota Tangerang Tahun 2013-2014

Tahun Jumlah Peserta di Dinas Ketenagakerjaan

Jumlah Peserta di BPJS Ketenagakerjaan Perusahaan Tenaga Kerja Perusahaan Tenaga Kerja

2013 799 129.211 312 86.416

2014 881 134.871 411 89.678

(Sumber : Disnaker dan BPJS Ketenagakerjaan Kota Tangerang 2014)

Berdasarkan tabel di atas dapat terlihat bahwa perbedaan jumlah peserta yang dicatat di Dinas Ketenagakerjaan maupun BPJS Ketenagakerjaan sangat jauh bedanya. Hal ini pula yang menunjukan masih kurangnya koordinasi dan komunikasi yang terjalin antara Dinas Ketenagakerjaan dan BPJS Ketenagakerjaan karena perbedaan jumlah pesertanya sangat besar.

(44)

27

manusia, pengelolaan sistem informasi, peningkatan kesadaran dan kepatuhan masyarakat untuk memenuhi kewajibannya dan kerja sama lain yang disepakati para pihak. Hubungan kerja sama ini dilaksanakan melalui perjanjian kerjasama dimana perjanjian kerjasama ini dibuat dalam bentuk Memorandum Of Understanding (MOU) yang akan mengatur bentuk kerjasama yang akan terjalin

nantinya sesuai kesepakatan kedua belah pihak.

Berdasarkan peraturan pemerintah dan juga perbedaan jumlah peserta yang sangat besar tersebut dapat diketahui bahwa BPJS Ketenagakerjaan seharusnya bekerja sama dengan lembaga pemerintah dalam hal ini bekerja sama dengan Dinas Ketenagakerjaan Kota Tangerang dalam rangka melakukan pendataan terkait dengan perusahaan dan tenaga kerja yang sudah terdaftar di Dinas Ketenagakerjaan dan wajib untuk daftar ke BPJS Ketenagakerjaan. Namun dalam pelaksanaannya hal ini masih belum terlihat dengan berbedanya jumlah perusahaan dan tenaga kerja yang sudah terdaftar di BPJS Ketenagakerjaan yang dimiliki oleh Dinas Ketenagakerjaan dan BPJS Ketenagakerjaan.

(45)

Selain itu, Berdasarkan data yang peneliti peroleh dari BPJS Ketenagakerjaan Kota Tangerang dapat diketahui bahwa pada tahun 2013 baru 311 perusahaan yang menjadi peserta dan meningkat menjadi 411 perusahaan pada tahun 2014. Berdasarkan jumlah perusahaan yang sudah terdaftar di BPJS Ketenagakerjaan terjadi kenaikan sebesar 31,7% dan hal ini menunjukan terjadi peningkatan jumlah peserta yang lambat. Hal ini menunjukan bahwa perusahaan masih banyak yang kurang kesadarannya akan pentingnya manfaat program jaminan sosial bagi perusahaan maupun pekerja yang bekerja pada perusahaan-perusahaan tersebut. Selain itu, perusahaan-perusahaan masih menganggap membayar iuran ke BPJS Ketenagakerjaan sebagai beban yang harus ditanggung bukan sebagai investasi apabila terjadi sesuatu hal yang tidak diinginkan nantinya, sehingga perusahaan masih tidak mau mendaftarkan perusahaannya ke BPJS Ketenagakerjaan. Hal ini sebagaimana informasi dari media massa dimana sebanyak 75 perusahaan di Kota Tangerang terbukti tidak patuh untuk membayarkan iuran bulanan kepesertaan karyawannya dan BPJS Ketenagakerjaan pun sudah melayangkan surat ke kejaksaan (http://tangerangekspres.com: Tak Ikut BPJS Dilaporkan ke Jaksa,diakses 15 Maret 2015. 13.00 WIB)

(46)

29

pemerintah nomor 86 tahun 2013 Tentang Tata Cara Pengenaan Sanksi Administratif Kepada Pemberi Kerja Selain Penyelenggara Negara dan Setiap Orang, Selain Pemberi Kerja, Pekerja, dan Penerima Bantuan Iuran Dalam Penyelenggaraan Jaminan Sosial yang berupa teguran tertulis sebanyak 2 kali, pemberian denda dan tidak mendapatkan pelayanan publik tertentu seperti perizinan terkait usaha, izin yang diperlukan dalam mengikuti tender proyek dan izin memperkerjakan tenaga kerja asing. Namun sanksi-sanksi tersebut belum membuat perusahaan takut dan langsung mendaftarkan perusahaannya dan tenaga kerjanya ke BPJS Ketenagakerjaan untuk menjadi peserta agar mengikuti dan mendapatkan manfaat dari program jaminan sosial.Selain itu, perusahaan tidak dapat merasakan manfaat yang penting dari program jaminan sosial yang diselenggarakan oleh BPJS Ketenagakerjaan terutama buruh yang bekerja di perusahaan tersebut. Buruh jadi tidak dapat perlindungan dan keselamatan pada saat kerja yang dijamin oleh pemerintah yang disebabkan perusahaan belum mendaftarkan dirinya sebagai peserta BPJS Ketenagakerjaan.

(47)

Berdasarkan hasil wawancara dapat diketahui bahwa sosialisasi yang dilakukan BPJS Ketenagakerjaan Kota Tangerang lebih sering dilakukan kepada perusahaan dibanding buruh, hal ini membuat komunikasi yang terjalin menjadi kurang baik karena kurangnya sosialisasi yang dilakukan kepada buruh sehingga dikhawatirkan informasi yang disampaikan oleh wakil perusahaan kepada buruh akan berbeda dengan yang disosialisasikan oleh BPJS Ketenagakerjaan Kota Tangerang.

Kurangnya sosialisasi kepada buruh juga akan menyebabkan kurangnya informasi yang diterima oleh buruh dan pengetahuannya akan manfaat program jaminan sosial BPJS Ketenagakerjaan menjadi terbatas sehingga menyebabkan kurangnya komunikasi BPJS Ketenagakerjaan kepada buruh terutama lewat media sosialisasi ini dan terbatasnya informasi yang didapat buruh mengenai BPJS Ketenagakerjaan. Hal ini juga berdampak pada kurang tertariknya buruh menjadi peserta BPJS Ketenagakerjaan karena terbatasnya informasi yang dimiliki tentang BPJS Ketenagakerjaan dan berdasarkan data yang peneliti peroleh pada tahun 2014 tenaga kerja yang menjadi peserta BPJS Ketenagakerjaan berjumlah 89.678. jumlah tersebut mengalami sedikit kenaikan dari tahun 2013 yang berjumlah 86.416 atau hanya mengalami kenaikan sebesar 3,77%.

(48)

31

1.2 Identifikasi Masalah

a. Kepesertaan mengalami pertumbuhan yang lambat.

b. Kurangnya komunikasi dan koordinasi antara Dinas Ketenagakerjaan dan BPJS Ketenagakerjaan di Kota Tangerang.

c. Kurangnya kesadaran perusahaan terhadap pentingnya manfaat program jaminan sosial BPJS Ketenagakerjaan.

d. Kurangnya sosialisasi yang dilakukan BPJS Ketenagakerjaan kepada buruh.

1.3 Batasan Masalah

Berdasarkan permasalahan-permasalahan yang telah diuraikan dalam bahasan sebelumnya, maka peneliti akan membatasi masalah dalam penelitian ini mengenai Strategi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan untuk meningkatkan kesejahteraan buruh di Kota Tangerang.

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah di atas, maka peneliti merumuskan masalah penelitian yaitu : “Bagaimana Strategi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan untuk meningkatkan kesejahteraan buruh di Kota Tangerang?”

1.5 Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini, yaitu: “untuk mengetahui

(49)

1.6 Manfaat Penelitian a. Manfaat Teoritis

Diharapkan penelitian ini dapat mengembangkan teori yang ada khususnya teori mengenai strategi dan dapat menjadi bahan bacaan yang bermanfaat dan memberikan wawasan pengetahuan yang luas sehingga dapat digunakan sebagai bahan pengetahuan tambahan khususnya untuk mata kuliah manajemen strategi

b. Manfaat Praktis 1. Bagi Peneliti

Penelitian ini berguna untuk mengembangkan kemampuan peneliti dalam hal mempelajari tentang strategi pada khususnya serta ilmu pengetahuan lain selama mengikuti program studi ilmu administrasi negara.

2. Bagi Dinas Ketenagakerjaan

Sebagai bahan masukan kepada Dinas Ketenagakerjaan agar lebih meningkatkan lagi koordinasi dan komunikasi dengan BPJS Ketenagakerjaan.

3. Bagi BPJS Ketenagakerjaan

(50)

33

1.7 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan merupakan garis besar penyusunan penelitian ini yang bertujuan untuk mempermudah dalam memahami secara keseluruhan isi dari penyusunan penelitian ini. Adapun sistematika penulisan penelitian mengenai Strategi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan Untuk Meningkatkan Kesejahteraan Buruh di Kota Tangerang, tersusun atas sistematika sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

(51)

BAB II DESKRIPSI TEORI

Dalam bab II mengkaji berbagai teori yang relevan dengan permasalahan-permasalahan yang muncul dalam penelitian ini. Penelitian terdahulu dipaparkan sebagai bahan perbandingan antara penelitian yang dilakukan dengan penelitian sebelumnya. Selanjutnya, kerangka teori menggambarkan alur penelitian yang dikaji dengan teori yang relevan dalam penelitian, sehingga peneliti dapat merumuskan kesimpulan penelitian sementara.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Bab III ini terdiri dari pendekatan dan metode penelitian yang digunakan. Ruang lingkup penelitian dan lokasi penelitian. Definisi variabel penelitian yang menjelaskan mengenai variabel penelitian. Instrumen penelitian yang menjelaskan proses penyusunan dan jenis alat yang digunakan dalam pengumpulan data. Informan penelitian yang menjelaskan orang-orang yang terkait dengan penelitian ini. Teknik pengolahan dan uji keabsahan data yang menjelaskan tentang teknik dan keabsahan datanya. Serta jadwal penelitian yang memaparkan waktu penelitian ini dilakukan.

BAB IV HASIL PENELITIAN

(52)

35

penelitian yang diharapkan. Setelah itu melakukan pembahasan lebih lanjut terhadap hasil analisis data.

BAB V PENUTUP

(53)

36

2.1 Deskripsi Teori

Secara umum deskripsi teori ini menjelaskan berbagai teori yang sesuai dan relevan dengan permasalahan dan fokus penelitian yang akan diteliti, lalu disusun secara sistematis dan rapi agar mudah dimengerti. Dengan mempelajari berbagai teori yang sesuai dengan permasalahan penelitian maka akan terbentuk konsep penelitian yang jelas sehingga dapat mengarahkan peneliti agar melakukan penelitian yang tepat dan bagus. Untuk meningkatkan kualitas kajian teori, pembahasannya perlu dikaitkan dengan hasil-hasil penelitian terdahulu yang relevan sebagai acuan peneliti yang akan dilakukan. Selain itu, pada bagian ini akan disertakan asumsi dasar peneliti, dimana asumsi dasar tersebut merupakan jawaban sementara terhadap permasalahan yang akan diteliti dan akan diuji kebenarannnya.

2.1.1 Definisi Manajemen

(54)

37

dan efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Sedangkan manajemen menurut G.R.Terry (dalam Hasibuan, 2011:2) adalah :

“Management is a distinct process consisting of planning,

organizing, actuating, and controlling performed to determine and accomplish stated objectivies by the use of human being and other

resources.” (manajemen adalah suatu proses yang khas yang terdiri dari tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran-sasaran yang telah ditentukan melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya)”.

Berdasarkan definisi manajemen di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa manajemen merupakan suatu proses untuk membagi tugas, tanggung jawab, pekerjaan karena terbatasnya kemampuan manusia itu sendiri dalam melaksanakan tugasnya sehingga terbentuklah kerja sama yang baik di dalam suatu organisasi demi mencapai tujuan yang ingin dicapai organisasi tersebut. 2.1.2 Definisi Strategi

(55)

masing-masing perusahaan mengalami kondisi internal dan tujuan yang berbeda, walaupun pada umumnya kondisi eksternal dapat sama.

Strategi adalah cara mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan tertentu. Ia merupakan sebuah rencana untuk sebuah kegiatan. Di dalamnya termasuk formulasi tujuan dan kumpulan rencana kegiatan. Hal itu mengindikasikan adanya upaya memperkuat daya saing pekerjaan bisnis dalam mengelola organisasi dan mencegah pengaruh luar yang negatif pada kegiatan organisasi (Mangkuprawira, 2004:14).

Definisi lain mengenai strategi menurut Menurut George Steiner (dalam Rachmat, 2014:2) adalah secara umum, kita mendefinisikan strategi sebagai cara mencapai tujuan. Strategi merupakan rencana jangka panjang untuk mencapai tujuan. Strategi terdiri atas aktivitas-aktivitas penting yang diperlukan untuk mencapai tujuan.

Adapun pengertian strategi menurut Menurut Chandler (dalam Rangkuti, 2013:3) adalah Strategi merupakan alat untuk mencapai tujuan perusahaan dalam kaitannya dengan tujuan jangka panjang, program tindak lanjut, serta prioritas alokasi sumber daya. Sedangkan menurut Argyris, Mintzberg, Steiner dan Miner (dalam Rangkuti, 2013:4) strategi adalah merupakan respons secara terus menerus maupun adaptif terhadap peluang dan ancaman eksternal serta kekuatan dan kelemahan internal yang dapat memengaruhi organisasi.

(56)

39

pola atau rencana yang mengintegrasikan tujuan pokok, kebijakan, dan rangkaian sebuah organisasi ke dalam satu kesatuan yang kohesif.

Berdasarkan definisi-definisi diatas maka peneliti menarik kesimpulan bahwa strategi merupakan suatu rencana atau cara terbaik dan langkah-langkah yang harus dijalani untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan agar memperoleh keberhasilan. Hal ini mengidentifikasikan adanya upaya memperkuat daya saing pekerjaan dalam kegiatan mengelola organisasi dan mencegah pengaruh dari luar.

2.1.3 Definisi Manajemen Strategi

Menurut Rachmat (2014:14) manajemen strategik adalah seni dan ilmu penyusunan, penerapan, dan pengevaluasian keputusan lintas fungsional yang memungkinkan suatu perusahaan mencapai sasarannya. Manajemen strategik adalah proses penetapan tujuan organisasi, pengembangan kebijakan dan perencanaan untuk mencapai sasaran serta pengalokasian sumber daya untuk menerapkan kebijakan dan merencanakan pencapaian tujuan organisasi. Manajemen strategik mengombinasikan aktivitas-aktivitas dari berbagai bagian fungsional suatu bisnis untuk mencapai tujuan organisasi.

(57)

dan terus meningkat arti pentingnya untuk memposisikan dan mengaitkan perusahaan dengan lingkungannya dengan cara yang akan menjamin keberhasilan perusahaan dan mengamankan perusahaan dari ketidakterdugaan.

Berdasarkan definisi-definisi di atas maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa manajemen strategis merupakan usaha untuk mengembangkan kekuatan yang ada di dalam suatu perusahaan atau organisasi yang bertujuan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Manajemen strategi akan efektif bila manajemen puncak menyalurkan setiap informasi mengenai sasaran bisnis, arah bisnis, kemajuan ke arah pencapaian sasaran dan pelanggan, pesaing dan produk.

2.1.4 Proses Manajemen Strategi

(58)

41

dan Threats (ancaman). Adapun penjelasan proses manajemen strategis menurut Hunger dan Wheelen (2003:9-19) sebagai berikut:

1. Pengamatan Lingkungan a. Analisis Eksternal

Lingkungan eksternal terdiri dari variabel-variabel (kesempatan dan ancaman) yang berada di luar organisasi dan tidak secara khusus ada dalam pengendalian jangka pendek dari manajemen puncak. Variabel-variabel tersebut membentuk keadaan dalam organisasi dimana organisasi ini hidup. Lingkungan eksternal memiliki dua bagian : lingkungan kerja dan lingkungan sosial. Lingkungan kerja terdiri dari elemen-elemen atau kelompok yang secara langsung berpengaruh atau dipengaruhi oleh operasi-operasi utama organisasi. Beberapa elemen tersebut adalah pemegang saham, pemerintah, pemasok, komunitas lokal, pesaing, pelanggan, kreditur, serikat buruh, kelompok kepentingan khusus, dan asosiasi perdagangan. Lingkungan sosial terdiri dari kekuatan-kekuatan umum kekuatan itu tidak berhubungan langsung dengan aktivitas-aktivitas jangka pendek organisasi tetapi dapat dan sering mempengaruhi keputusan-keputusan jangka panjang.

b. Analisis Internal

Lingkungan internal terdiri dari variabel-variabel (kekuatan dan kelemahan) yang ada di dalam organisasi tetapi biasanya tidak dalam pengendalian jangka pendek dari manajemen puncak. Variabel-variabel tersebut membentuk suasana dimana pekerjaan dilakukan. Variabel-variabel itu meliputi struktur, budaya, dan sumber daya organisasi. Struktur adalah cara bagaimana perusahaan diorganisasikan yang berkenaan dengan komunikasi, wewenang, dan arus kerja. Budaya adalah pola keyakinan, pengharapan, dan nilai-nilai yang dibagikan oleh anggota organisasi. Sumber daya adalah aset yang merupakan bahan baku bagi produksi barang dan jasa organisasi.

2. Perumusan Strategi

(59)

yang dapat dicapai, pengembangan strategi dan penetapan pedoman kebijakan.

3. Implementasi Strategi

Implementasi strategi adalah proses dimana manajemen mewujudkan strategi dan kebijakannya dalam tindakan melalui pengembangan program, anggaran dan prosedur. Proses tersebut mungkin meliputi perubahan budaya secara menyeluruh, struktur dan atau sistem manajemen dari organisasi secara keseluruhan. Kecuali ketika diperlukan perubahan secara drastis pada perusahaan, manajer level menengah dan bawah akan mengimplementasi strateginya secara khusus dengan pertimbangan dari manajemen puncak.

4. Evaluasi dan Pengendalian

Evaluasi dan pengendalian adalah proses yang melaluinya aktivitas-aktivitas perusahaan dan hasil kinerja dimonitor dan kinerja sesungguhnya dibandingkan dengan kinerja yang diinginkan. Para manajer di semua level menggunakan informasi hasil kinerja untuk melakukan tindakan perbaikan dan memecahkan masalah. Walaupun evaluasi dan pengendalian merupakan elemen akhir yang utama dari manajemen strategis, elemen itu juga dapat menunjukan secara tepat kelemahan-kelemahan dalam implementasi strategi sebelumnya dan mendorong proses keseluruhan untuk dimulai kembali.

(60)

43

intuisi yang mengetahui bisnis dan mengaitkannya dengan analisis. Proses manajemen strategis menurut David (2004:5-6) terdiri dari tiga tahap, yaitu :

1. Perumusan Strategi

Termasuk mengembangkan misi bisnis, mengenali peluang dan ancaman eksternal perusahaan, menetapkan kekuatan dan kelemahan internal, menetapkan obyektif jangka panjang, menghasilkan strategi alternatif, dan memilih strategi tertentu untuk dilaksanakan.

2. Implementasi Strategi

Menuntut perusahaan untuk menetapkan obyektif tahunan, memperlengkapi dengan kebijakan, memotivasi karyawan, dan mengalokasikan sumber daya sehingga strategi yang dirumuskan dapat dilaksanakan. Implementasi strategi termasuk mengembangkan budaya mendukung strategi, menciptakan struktur organisasi yang efektif, mengubah arah usaha pemasaran, menyiapkan anggaran, mengembangkan dan memanfaatkan sistem informasi, dan menghubungkan kompensasi karyawan dengan prestasi organisasi. 3. Evaluasi Strategi

Evaluasi strategi adalah tahap akhir dalam manajemen strategis. Para manajer sangat perlu mengetahui kapan strategi tertentu tidak berfungsi dengan baik, evaluasi strategi terutama berarti usaha untuk memperoleh informasi ini. Semua strategi dapat dimodifikasi di masa depan karena faktor-faktor eksternal dan internal selalu berubah (David, 2004:5-6).

2.1.5 Analisis SWOT

Menurut salah satu pakar SWOT Indonesia, Fredy Rangkuti (dalam Rachmat, 2014:285) Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini didasarkan pada hubungan atau interaksi antarunsur internal, yaitu kekuatan dan kelemahan, terhadap unsur-unsur eksternal, yaitu peluang dan ancaman.

(61)

lingkungan yang dihadapi oleh organisasi atau perusahaan atau satuan bisnis yang bersangkutan. Analisis SWOT dapat merupakan instrumen yang ampuh dalam melakukan analisis stratejik, keampuhan tersebut terletak pada kemampuan para penentu strategi perusahaan untuk memaksimalkan peranan faktor kekuatan dan pemanfaatan peluang sehingga sekaligus berperan sebagai alat untuk menekan dampak ancaman yang timbul dan harus dihadapi.

Strengths (kekuatan) merupakan kekuatan yang dimiliki perusahaan

antara lain kompetensi khusus, sumber, keterampilan, produk, andalan, dan sebagainya yang membuatnya lebih kuat dari para pesaing. Weaknesses (kelemahan) merupakan keterbatasan atau kekurangan dalam hal sumber, keterampilan, dan kemampuan menjadi penghalang serius bagi penampilan kinerja organisasi yang memuaskan. Opportunities (peluang) merupakan berbagai situasi lingkungan yang menguntungkan bagi suatu satuan bisnis. Threats (ancaman) merupakan faktor-faktor lingkungan yang tidak

menguntungkan suatu satuan bisnis (Siagian, 2008:172). 2.1.6 Definisi Buruh

(62)

45

(2010:10) buruh adalah mereka yang bekerja pada usaha perorangan dan diberikan imbalan kerja secara harian maupun borongan sesuai dengan kesepakatan kedua belah pihak, baik lisan maupun tertulis, yang biasanya imbalan kerja tersebut diberikan secara harian.

Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan Pasal 1 ayat 4 memberikan pengertian pekerja/buruh adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain. Pengertian ini agak umum namun maknanya lebih luas karena dapat mencakup semua orang yang bekerja pada siapa saja baik perorangan, persekutuan, badan hukum dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain (Husni, 2014:46-47).

Secara khusus Halim (dalam Khakim, 2014:2) memberikan pengertian buruh/pegawai adalah

1. Bekerja pada atau untuk majikan/perusahaan. 2. Imbalan kerjanya dibayar oleh majikan/perusahaan.

3. Secara resmi terang-terangan dan kontinu mengadakan hubungan kerja dengan majikan/perusahaan, baik untuk waktu tertentu maupun untuk jangka waktu tidak tertentu lainnya.

Berdasarkan definisi-definisi di atas peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa pekerja/buruh adalah seseorang yang bekerja pada perusahaan yang dilakukan berdasarkan hubungan kerja yang dibuat dengan perusahaan tempatnya bekerja dan diberikan upah atau imbalan atas pekerjaan yang dilakukannya di perusahaan tersebut.

2.1.7 Kajian BPJS Ketenagakerjaan

(63)

untuk menyelenggarakan program jaminan sosial. Adapun fungsi BPJS Ketenagakerjaan menyelenggarakan program jaminan kecelakaan kerja, kematian, jaminan hari tua, dan jaminan pensiun dan dalam melaksanakan fungsi sebagaimana dimaksud dalam pasal 9, BPJS bertugas untuk melakukan dan/atau menerima pendaftaran peserta, memungut dan mengumpulkan iuran dari peserta dan pemberi kerja, menerima bantuan iuran dari pemerintah, mengelola dana jaminan sosial untuk kepentingan peserta, mengumpulkan dan mengelola data peserta program jaminan sosial, memberikan informasi mengenai penyelenggaraan program jaminan sosial kepada peserta dan masyarakat.

(64)

47

Dalam melaksanakan kewenangan sebagaimana yang telah disebutkan maka BPJS berhak untuk memperoleh dana operasional untuk penyelenggaraan program yang bersumber dari dana jaminan sosial dan/atau sumber lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, dan memperoleh hasil monitoring dan evaluasi penyelenggaraan program jaminan sosial dari Dewan Jaminan Sosial Nasional (DJSN) setiap 6 bulan.

Dalam melaksanakan tugasnya BPJS berkewajiban untuk memberikan nomor identitas tunggal kepada peserta, mengembangkan aset dana jaminan sosial dan aset BPJS untuk sebesar-besarnya kepentingan peserta, memberikan informasi melalui media massa cetak dan elektronik mengenai kinerja, kondisi keuangan, serta kekayaan dan hasil pengembangannya, memberikan manfaat kepada seluruh peserta sesuai dengan Undang-Undang tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional, memberikan informasi kepada peserta mengenai hak dan kewajiban untuk mengikuti ketentuan yang berlaku, memberikan informasi kepada peserta mengenai prosedur untuk mendapatkan hak dan memenuhi kewajibannya, memberikan informasi kepada peserta mengenai saldo jaminan hari tua dan pengembangannya 1 kali dalam 1 tahun, memberikan informasi kepada peserta mengenai besaran hak pensiun 1 kali dalam 1 tahun, melaporkan pelaksanaan setiap program, termasuk kondisi keuangan secara berkala 6 bulan sekali kepada Presiden dengan tembusan kepada DJSN.

(65)

kerja yang mengalami kecelakaan pada saat dimulai berangkat bekerja sampai tiba kembali dirumah atau menderita penyakit akibat hubungan kerja. Iuran untuk program JKK ini sepenuhnya dibayarkan oleh perusahaan. Kecelakaan kerja termasuk penyakit akibat kerja merupakan risiko yang harus dihadapi oleh tenaga kerja dalam melakukan pekerjaannya. Untuk menanggulangi hilangnya sebagian atau seluruh penghasilan yang diakibatkan oleh adanya risiko-risiko sosial seperti kematian atau cacat karena kecelakaan kerja baik fisik maupun mental, maka diperlukan adanya jaminan kecelakaan kerja. Kesehatan dan keselamatan tenaga kerja merupakan tanggung jawab pengusaha sehingga pengusaha memiliki kewajiban untuk membayar iuran jaminan kecelakaan kerja yang berkisar antara 0,24% - 1,74% sesuai kelompok jenis usaha.

Selain itu, ada jaminan hari tua yang diselenggarakan secara nasional berdasarkan prinsip asuransi sosial atau tabungan wajib. Jaminan hari tua diselenggarakan dengan tujuan untuk menjamin agar peserta menerima uang tunai apabila memasuki masa pensiun, mengalami cacat total tetap, atau meninggal dunia. Program Jaminan Hari Tua memberikan kepastian penerimaan penghasilan yang dibayarkan pada saat tenaga kerja mencapai usia 55 tahun atau telah memenuhi persyaratan tertentu. Iuran untuk jaminan hari tua ditanggung perusahaan sebesar 3,7% dan tenaga kerja sebesar 2%.

Gambar

Tabel 1.1
Tabel 1.2
Tabel 1.3
Tabel 1.4
+7

Referensi

Dokumen terkait

1) Perlindungan hukum tenaga kerja oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan sesuai dengan Undang-Undang No. 24 Tahun 2011 terdapat 4 program

Yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui Apasajakah Hambatan kepesertaan Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan Bagi sektor Informal

Masalah yang dibahas dalam penelitian ini adalah Apa sajakah Yang Menjadi Hambatan Kepesertaan Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan Bagi Sektor Informal

4 Upaya-upaya yang dilakukan Badan Perlindungan Jaminan Sosial atau yang disebut BPJS dalam hal jenis BPJS Ketenagakerjaan pada prinsipnya adalah upaya penjaminan

Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 99 Tahun 2013 Tentang Pengelolaan Aset Jaminan Sosial Ketenagakerjaan,

Pada 1 Juli 2015, Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan menyelenggarakan program jaminan kecelakaan kerja, program jaminan kematian dan program jaminan hari

Penerapan Sistem Akuntansi Pembayaran klaim Pada BPJS Ketenagakerjaan Cabang Makassar sudah baik, hal ini dibuktikan dengan sistem akuntansi pembayaran jaminan

Diisi dengan alamat lengkap sesuai domisili kantor pusat Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan. Status Pemilikan Gedung.. Diisi dengan status pemilikan gedung, yaitu