• Tidak ada hasil yang ditemukan

S KIM 1000644 Chapter3

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "S KIM 1000644 Chapter3"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan dari bulan Februari sampai dengan bulan Juni 2014

di Laboratorium Kimia Instrumen, Laboratorium Kimia Riset Material dan Hayati

Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia serta di

Laboratorium Korosi Program Studi Kimia FMIPA Institut Teknologi Bandung.

3.2. Alat dan Bahan

3.2.1. Alat

Alat yang digunakan yaitu parutan, toples besar, spatula, batang pengaduk,

kaca arloji, labu Erlenmeyer berpenghisap, corong Buchner, labu ukur 10 ml, labu

ukur 1L, gelas kimia 100 ml, gelas kimia 250 ml, gelas kimia 500 ml, gelas ukur

10 ml, gelas ukur 100 ml, gelas ukur 200 ml, pipet, kertas saring, vakum, neraca

analitik, vacum rotatory evaporator, magnetic stirrer, stirrer, benang Chamber

KLT, botol vial, FTIR, sel elektrokimia dan Scanning Electron Microscopy

(SEM).

3.2.2. Bahan

Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah rimpang

lengkuas yang berasal dari pasar Kiara Condong, Bandung, dengan warna kulit

merah. Bahan lainnya yang digunakan adalah etanol 96%, n-heksan, etil asetat,

metanol, diklorometil, asam asetat 98%, natrium asetat, NaCl, aseton, aquades,

serbuk Mg, HCl pekat, FeCl3 1%, asam asetat glasial, asam sulfat pekat, lempeng

(2)

Devi Triastiani, 2014

Pemanfaatan Ekstrak Rimpang Lengkuas (alpinia galanga l.) Sebagai Inhibitor korosi baja 3.3. Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan melalui beberapa tahap yaitu tahap preparasi sampel

rimpang lengkuas meliputi penyortiran rimpang lengkuas, peranjangan rimpang

lengkuas, penjemuran rimpang lengkuas, tahap ekstraksi rimpang lengkuas

dengan cara maserasi, tahap fraksinasi ekstrak rimpang lengkuas, tahap

pengukuran potensi rimpang lengkuas sebagai inhibitor korosi dalam larutan NaCl

1% pH 4 jenuh CO2 menggunakan metode EIS dan Tafel, dan tahap karakterisasi

baja karbon dengan menggunakan SEM dan EDS serta tahap penelitian yang

terakhir adalah identifikasi golongan senyawa pada fraksi rimpang lengkuas yang

meliputi uji KLT, uji fitokimia, dan analisis FTIR. Bagan alir penelitian dapat

(3)

 Dicuci bersih dan dipotong.

 Dikeringanginkan selama 3 hari.

 Dihaluskan.

 Ditimbang sebanyak 1000 g.

 Direndam dalam etanol 96% dengan perbandingan 1: 10 selama 3x24 jam.

 Disaring

Dipekatkan dengan Menggunakan rotatory Evaporator pada temperatur 500C selama 2 jam

 diFreeze drier

Filtrat ( ekstrak rimpang lengkuas) Residu rimpang lengkuas

Ekstrak rimpang lengkuas pekat

Fraksi dengan Efisiensi inhibisi paling tinggi

Filtrat (fraksi n-heksan) Larutan induk 10.000 ppm

 Ditimbang sebanyak 1 gram.

 Dilarutkan dalam 10 ml alkohol 96%.

 Dipindahkan ke dalam labu ukur 100 ml.

 Ditambahkan NaCl 1% pH 4 hingga tanda batas.

Residu

Filtrat (fraksi etil asetat) Residu (fraksi etanol) Fraksi n-heksan pekat

Fraksi etil asetat pekat

 Dipekatkan dengan rotatory evaporator pada temperatur 40

selama 1 jam. Data Laju Korosi dan

efisiensi inhibisi

(4)

Devi Triastiani, 2014

Pemanfaatan Ekstrak Rimpang Lengkuas (alpinia galanga l.) Sebagai Inhibitor korosi baja

Gambar 3.1. Bagan Alir Penelitian

3.4 Prosedur Penelitian

3.4.1 Persiapan Sampel Rimpang lengkuas

Rimpang lengkuas segar dicuci bersih dengan meggunakan air kemudian

diiris tipis. Selanjutnya irisan rimpang lengkuas tersebut dikeringanginkan selama

3 hari. Pengeringanginan dilakukan didalam wadah, irisan rimpang dihamparkan

merata dan tidak saling menumpuk. Selama pengeringanginan bahan dibolak balik

setiap hari agar pengeringan merata.

3.4.2 Ekstraksi Rimpang Lengkuas

Ekstraksi rimpang lengkuas dilakukan menggunakan metode menurut

Oonmetta-aree, dkk (2006) yaitu satu kilogram rimpang lengkuas kering yang

telah dihaluskan dimaserasi dengan 10 liter pelarut etanol 96% yang telah

didestilasi terlebih dahulu. Proses maserasi ini dilakukan selama 3 x 24 jam.

Selanjutnya ekstrak yang diperoleh disaring dan dipekatkan dengan menggunakan

rotatory va cuum evaporator pada tempertur 323 K sehingga didapat cairan kental

bewarna coklat. Untuk mendapatkan hasil ekstraksi berupa padatan maka ekstrak

dikeringkan menggunakan freeze drier. Ekstrak rimpang lengkuas padat

kemudian ditimbang.

3.4.3 Fraksinasi Ekstrak Rimpang Lengkuas

Fraksinasi dilakukan dengan cara 8,5 gram ekstrak rimpang lengkuas,

ditambahkan 150 ml pelarut n-heksana yang telah didestilasi. Selanjutnya diaduk

menggunakan strirrer dan dipanaskan pada temperatur 318 K selama 6 jam.

Setelah didiamkan selama 24 jam kemudian disaring. Residu yang diperoleh

(5)

tiga kali. Sedangkan filtrat yang dihasilkan, dipekatkan dengan menggunakan

rotatory vacuum evaporator sehingga didapat ekstrak berupa cairan kental.

Selanjutnya, residu yang telah difraksinasi dengan pelarut n-heksan,

ditambahkan pelarut etil asetat sebanyak 150 ml. Campuran diaduk dengan

menggunakan strirrer dan dipanaskan pada temperatur 328 K selama 6 jam.

Setelah didiamkan selama 24 jam kemudian disaring. Residu yang diperoleh

difraksinasi kembali dengan 150 ml etil asetat dan proses ini dilakukan sebanyak

tiga kali. Setelah tiga kali fraksinasi, didapatkan residu yang merupakan fraksi

etanol, disebabkan rimpang lengkuas awalnya diekstraksi dengan menggunakan

pelarut etanol. Sedangkan filtrat yang dihasilkan, dipekatkan dengan

menggunakan rotatory va cuum evaporator sehingga didapat ekstrak berupa cairan

kental.

3.4.4 Persiapan Sampel Uji Korosi

3.4.4.1 Persiapan Material

Sampel uji (elektroda kerja) dibuat dari baja karbon API 5L X65.

Elektroda ini dibuat dengan memotong baja karbon, dibubut untuk memperoleh

diameter 1,5 cm2, kemudian dilapisi dengan resin epoksi. Sebelum digunakan

untuk pengujian, permukaan elektroda dihaluskan dengan kertas ampelas silikon

karbida (grade 600-1200), dicuci dengan aquades dan aseton agar dipastikan tidak

ada lemak yang menempel, selanjutnya dikeringkan pada temperatur kamar.

3.4.4.2 Pembuatan Larutan Uji dan Larutan Induk

Larutan uji yang digunakan untuk pegujian laju korosi berupa buffer pH

4 dengan penambahan NaCl 1 %. Larutan uji dibuat dengan melarutkan 8,2 gram

natrium asetat dan 5 ml asam asetat pekat dalam 1 L aquades. Serta, melarutkan

10 g NaCl dalam 1 L aquades.

Larutan induk yang digunakan untuk inhibitor korosi, dibuat dalam

(6)

Devi Triastiani, 2014

Pemanfaatan Ekstrak Rimpang Lengkuas (alpinia galanga l.) Sebagai Inhibitor korosi baja gram ke dalam 10 ml etanol kemudian dipindahkan ke dalam labu ukur 100 ml

dan ditambahkan NaCl 1% pH 4 hingga tanda batas.

Sedangkan larutan induk fraksi n-heksan, etil asetat, etanol dibuat dalam

konsentrasi 10.000 ppm dengan melarutkan masing – masing fraksi sebanyak 0,1

gram ke dalam 1 ml n-heksan, etil asetat dan/ atau etanol kemudian dipindahkan

ke dalam labu ukur 10 ml dan ditambahkan NaCl 1% pH 4 hingga tanda batas.

Larutan induk fraksi digunakan untuk mengetahui kepolaran senyawa yang

memiliki efisiensi inhibisi paling tinggi terhadap korosi baja karbon.

3.4.4.3 Persiapan Sel Elektrokimia

Sel elektrokimia dibuat dari gelas kimia dengan ukuran bagian dalam

±100 ml dan bagian luar ± 300 ml. Ruang antar gelas digunakan untuk sirkulasi

air melalui pipa yang dipasang pada bagian atas dan bawah. Sirkulasi ini

berfungsi sebagai termostat. Pada bagian kiri bawah terdapat konektor kaca untuk

megalirkan gas. Selain itu, penutup sel elektrokimia dibuat dari karet dengan

empat buah lubang, masing – masing berfungsi untuk menyisipkan elektroda kerja

(baja karbon), elektroda acuan (elektroda kalomel jenuh, SCE), elektroda bantu

(platina), dan termometer.

Pada pengujian korosi, elektroda kerja (baja karbon) dipasang pada sel

eletrokimia berhadap – hadapan dengan dan elektroda bantu (platina) berjarak ±

2,5 cm satu sama lain, sedangkan elektroda acuan (elektroda kalomel jenuh, SCE)

pada posisi sembarang. Selanjutnya, larutan uji sebanyak 100 ml dituangkan ke

dalam sel elektrokimia, dialiri gas CO2 secara terus menerus (bubbling), dan

(7)

Gambar 3.2. Sel Elektokimia yang Digunakan Dalam Metode Tafel dan

EIS

3.4.5 Pengujian Laju Korosi

Pengujian laju korosi dilakuan menggunakaan Gamry Instruments

(Reference 3000,Potentiostat/Galvanostat/ ZRA ) dengan menggunakan perangkat

lunak Gamry Framework.

Sebelum dilakukan pengujian, elektroda kerja (baja karbon), elektroda

acuan (elektroda kalomel jenuh, SCE), dan elektroda bantu (platina) yang

direndam dalam larutan uji, selama 25 menit agar antaraksi antarmuka baja

karbon dengan larutan uji mencapai keadaan mantap (Steady State).

Pengujian laju korosi dilakukan pada temperatur 298K, 308 K, dan 318 K

dengan variasi konsentrasi dari 40 ppm, dengan rentang 40 satuan. Pengujian ini

dilakukan secara discontinue. Sel elektrokimia di set setiap kali pengukuran

larutan blanko pada masing-masing temperatur dilakukan terlebih dahulu,

kemudian dilanjutkan dengan penambahan inhibitor. Setelah selesai pengukuran,

sel harus dibersihkan terlebih dahulu kemudian diset ulang untuk pengujian

selanjutnya.

3.4.5.1 Uji Polarisasi dengan Metode Tafel

Sebelum Pengujian laju korosi dengan metode tafel, alat potensiostat

disetting terlebih dahulu diantaranya potensial DC yang diterapkan sebesar ± 75

mV relatif terhadap nilai potensial korosi. Kurva polarisasi potensiodinamik

dipindai dengan laju sapuan konstan pada 0,5 mV/s (ASTM G5, dalam Sunarya,

2008). Setelah keadaan mantap (steady state) dilakukan pengujian dengan Tafel

dan data dianalisis dengan menggunakan software Gamry Echem untuk

mendapatkan laju korosi dari sampel uji.

(8)

Devi Triastiani, 2014

Pemanfaatan Ekstrak Rimpang Lengkuas (alpinia galanga l.) Sebagai Inhibitor korosi baja Sebelum pengukuran impedansi dan kapasitansi dilakukan dengan

metode Electrochemical Impedance Spectroscopy (EIS), terlebih dahulu alat

potensiostat disetting diantaranya nilai potensial DC yang diterapkan ‘free’, nilai

potensial AC yang diterapkan sebesar 10 mV, rentang frekuensi yang diterapkan

mulai dari 50 kHz hingga 50 mHz, luas permukaan sampel yang digunakan 1,13

cm2, density sebesar 7,87 g/cm3 serta laju sapuan konstan pada 0,5 mV/s.

3.4.6 Analisa Scanning Electron Microscope (SEM) dan Energy Dispersive X-

Ray Spectroscopy (EDS)

Untuk mengetahui struktur dalam skala mikro dan mengetahui unsur –

unsur yang terkandung pada baja karbon tanpa dan dengan penambahan inhibitor

korosi kedalam media uji dapat dilakukan analisis dengan SEM dan EDS. Baja

karbon yang akan diuji SEM dan EDS berukuran 1 x 1 x 0,05 cm. Baja karbon

tersebut direndaman dalam media uji tanpa dan dengan penambahan fraksi ekstrak

rimpang lengkuas yang memiliki inhibisi paling tinggi selama 24 jam pada

temperatur yang memiliki efisiensi paling tinggi. Baja karbon dianalisis

permukaannya dengan perbesaran 10.000 kali.

3.4.7 Uji Fitokimia

Uji fitokimia dilakukan meggunakan metode menurut Sangi, dkk (2008).

Fraksi rimpang lengkuas yang memiliki efisiensi inhibisi paling tinggi terhadap

korosi baja karbon, diidentifikasi komponen fitokimianya dengan metode pereaksi

warna, bertujuan untuk mengetahui golongan senyawa metabolit sekunder secara

kualitatif yang terdapat pada ektrak rimpang lengkuas. Uji fitokimia meliputi uji

alkaloid, flavonoid, saponin, tanin, steroid dan triterpenoid.

(9)

Uji alkaloid dilakukan dengan menggunakan pereaksi Wagner yang

dibuat dengan cara 1,27 g iodium dan 2 g KI dilarutkan dalam 5 ml aquades.

Kemudian larutan ini diencerkan menjadi 100 ml dengan aquades. Endapan yang

terbentuk disaring dan disimpan dalam botol yang berwarna coklat.

Sebanyak 5 tetes kloroform dimasukan kedalam tabung reaksi yang berisi

1 ml ekstrak rimpang lengkuas. Selanjutnya ditambahkan beberapa tetes pereaksi

Wagner. Hasil positif terhadap alkaloid ditunjukkan dengan timbulnya endapan

coklat.

3.4.7.2 Uji Flavonoid

Uji flavonoid dilakukan dengan cara 1 ml ekstrak rimpang lengkuas pada

tabung reaksi ditambakan 1 gram serbuk Mg dan 10 ml HCl pekat. Campuran

didiamkan dan diamati. Hasil positif terhadap flavonoid ditunjukkan dengan

timbulnya warna merah tua (magenta).

3.4.7.3 Uji Saponin

Uji saponin dilakukan dengan cara 1 ml ekstrak rimpang lengkuas

dimasukkan kedalam tabung reaksi, ditambahkan 3 ml aquades dan didihkan

selama 2-3 menit. Selanjutnya campuran didinginkan dan dikocok kuat – kuat.

Hasil positif terhadap saponin ditunjukkan dengan terbentuknya buih yang stabil.

3.4.7.4 Uji Tanin

Uji tanin dilakukan dengan cara 1 ml ekstrak rimpang lengkuas

dimasukkan kedalam tabung reaksi, ditambahkan 2-3 tetes larutan FeCl3 1%.

Hasil positif terhadap tanin ditunjukkan dengan terbentuknya warna hitam

(10)

Devi Triastiani, 2014

Pemanfaatan Ekstrak Rimpang Lengkuas (alpinia galanga l.) Sebagai Inhibitor korosi baja Uji steroid dan terpenoid dilakukan dengan cara 1 ml ekstrak rimpang

lengkuas dimasukkan kedalam tabung reaksi kemudian ditambahkan 1 ml asam

asetat glasial dan 1 ml asam sulfat pekat. Hasil positif terhadap steroid

ditunjukkan dengan terbentuknya warna biru, sedangkan adanya triterpenoid

ditunjukkan dengan terbentuknya warna merah jingga atau ungu.

3.4.8 Uji Kromatografi Lapis Tipis (KLT)

Fraksi ekstrak rimpang lengkuas yang memiliki efisiensi inhibisi yang

paling tinggi terhadap korosi baja karbon dianalisi dengan menggunakan

kromatografi lapis tipis (KLT). Uji ini bertujuan untuk memisahkan komponen

senyawa yang terdapat dalam fraksi berdasarkan kelarutan dalam fasa geraknya.

Banyaknya komponen senyawa pada fraksi ditunjukan oleh banyaknya bercak

pada lempeng KLT. Uji KLT dilakukan dengan cara fraksi rimpang lengkuas

ditotolkan dengan pipa kapiler pada lempeng KLT lalu dieluasi dengan cairan

eluen n-heksan : etil asetat : metanol ( 5: 5: 0,5) dan diklorometana : metanol (9:

1). Setelah cairan eluen mencapai batas rambat, lempeng dikeluarkan dan

dikeringkan lalu bercak dilihat dibawah sinar UV.

3.4.9 Analisa FTIR

Fraksi ekstrak rimpang lengkuas yang memiliki efisiensi inhibisi yang

paling tinggi terhadap korosi baja karbon dianalisis dengan menggunakan

spektrofotometer FTIR (SHIMADZU, FTIR 8400) untuk mengetahui gugus

Referensi

Dokumen terkait

Pengaruh Pemberian Ekstrak Rimpang Lengkuas Merah ( Alpinia galanga (L.) Willd) Sebagai Antiinflamasi Pada Telapak Kaki Tikus Putih Jantan Strain Wistar ( Rattus

Simpulan Ekstrak etanol rimpang lengkuas (Alpinia galanga) berefek antidiare dengan mengurangi frekuensi defekasi, berefek mengurangi berat feses, dan memadatkan

gelatin dalam sediaan sabun cair ekstrak rimpang lengkuas ( Alpinia galanga ) terhadap sifat fisik sediaan yang meliputi ketahanan busa dan viskositas, komposisi

Kombinasi ekstrak rimpang lengkuas ((Alpinia galanga L.) dan allopurinol pada mencit putih jantan galur swiss dapat memiliki efek sinergis dalam menurunkan

pengaruh yang ditunjukkan ekstrak rimpang lengkuas ( Alpinia galanga Linn) dalam menghambat pertumbuhan jamur patogen penyakit blast ( Pyricularia oryzae Cav.) dengan

Pengaruh Penambahan Inhibitor Organik Ekstrak Ubi Ungu Terhadap Laju Korosi Pada Material Baja Low Carbon di.. Lingkungan

Kajian aktifitas antimikroba ekstrak dan fraksi rimpang lengkuas (Alpinia galanga L. Swartz) terhadap mikroba perusak dan pathogen pangan [disertasi].. Bogor:

Berdasarkan penelitian sebelumnya, kandungan flavanoid dalam ekstrak etanol rimpang lengkuas merah ( Alpinia galanga, Linn), dengan metode soxletasi dan fraksi air,