• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Hipertensi Pada Lansia Di Desa Sigaol Simbolon Kabupaten Samosir Tahun Abstract

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Hipertensi Pada Lansia Di Desa Sigaol Simbolon Kabupaten Samosir Tahun Abstract"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Hipertensi Pada Lansia Di Desa Sigaol Simbolon Kabupaten

Samosir Tahun 2013

Martati Siringoringo1, Hiswani2, Jemadi2

1

Mahasiswa Departemen Epidemiologi FKM USU

2

Dosen Departemen Epidemiologi FKM USU Abstract

Hypertension is one of the degenerative disease a public health problem in the world because hypertension often appears without symptoms. Health Research Association (Riskesdas) Balitbangkes in 2007 showed the prevalence of hypertension nationally reached 31,7%. According to the Ministry of Health of the Republic of Indonesia (2010) suggested that hypertension is the third cause of death is by PMR 6,7% of the population deaths in all age groups in Indonesia.

To determine factors associated with hypertension in Desa Sigaol Simbolon Kabupaten Samosir in 2013, conducted research using cross sectional design. The sample was 179 people were taken by non random with purposive sampling. Univariate data were analyzed descriptively and bivariate data were analyzed using the chi square test with 95 % CI.

Based on the results obtained proportion prevalance of hypertension 62,01 %, the highest proportion of respondents with hypertension in this age group is the age group 60-74 years (74,57%), female (63,16%), elementary education/equivalent (66,67%), employment status work (68,75%), family history (84,00%), nutritiona status obesity (72,73%), and insufficient physical activity (70,97%), have the habit of smoking (63,64%), saturated fat >3 times/week (71,05%), eating salt ≤ 3 times/week (67,65%). Results of the bivariate analizes, in general there is a significant association between age (p=0,041), family history (p=0,000,), and the habit of eating saturated fat (p=0,032) and the incidence of hypertension. And there was no significant relationship between gender, level of education, employment, nutritional status, physical activity, smoking habit, and the habit of eating natrium with incident hypetension.

In Posyandu elderly should be done counseling about the risk factors and the prevention of hypertension. Elderly should set the pattern of consumption of saturated fats and checking the blood pressure regularly.

Keywords: Hypertension, Elderly, Risk Factors

Pendahuluan

Pentingnya pengetahuan tentang penyakit tidak menular dilatarbelakangi dengan kecenderungan semakin meningkatnya prevalensi penyakit tidak menular dalam masyarakat, termasuk kalangan masyarakat Indonesia. Bangsa Indonesia yang sementara membangun dirinya dari suatu negara agraris yang sedang berkembang menuju masyarakat industri membawa kecenderungan baru dalam pola penyakit dalam masyarakat. Perubahan pola struktur masyarakat agraris ke masyarakat industri memberikan andil terhadap perubahan

pola fertilitas, gaya hidup, dan sosial ekonomi yang dapat memicu peningkatan penyakit tidak menular. Perubahan pola dari penyakit tidak menular ke penyakit tidak menular disebut transisi epidemiologi.1

Penyakit tidak menular (PTM) menjadi penyebab utama kematian secara global.2 Salah satu penyakit degeneratif yang perlu diwaspadai adalah hipertensi. Hipertensi masih menjadi masalah kesehatan karena merupakan penyakit the silent killer karena tidak terdapat tanda-tanda atau gejala yang dapat dilihat dari

(2)

luar, yang akan menyebabkan komplikasi pada organ target.2

Hipertensi merupakan gangguan sistem peredaran darah yang menyebabkan kenaikan tekanan darah di atas normal sehingga memiliki resiko penyakit jantung, stroke, dan gagal ginjal. Hipertensi merupakan gangguan sistem peredaran darah yang menyebabkan kenaikan tekanan darah di atas normal sehingga memiliki resiko penyakit jantung, stroke, dan gagal ginjal.3

Perubahan gaya hidup secara global berperan besar dalam meningkatkan angka kejadian hipertensi. Semakin mudahnya mendapatkan makanan siap saji membuat konsumsi sayuran segar dan serat sangat berkurang, konsumsi garam, lemak, gula, dan kalori meningkat. Terlebih lagi penurunan aktivitas fisik sehingga menyebabkan peningkatan jumlah populasi orang yang kelebihan berat badan dan beresiko menyandang diabetes. 4

Komisi Pakar Organisasi Kesehatan Dunia tentang Pengendalian Hipertensi mengadakan pertemuan di Jenewa, E. Barmes, mengemukakan bahwa hipertensi adalah gangguan pembuluh darah jantung (kardiovaskular) paling umum yang merupakan tantangan kesehatan utama bagi masyarakat yang sedang mengalami perubahan sosioekonomi dan epidemiologi.5

Pada tahun 2011, WHO mencatat satu miliar orang di dunia menderita hipertensi. Hipertensi penyebab kematian hampir 8 juta orang setiap tahun di seluruh dunia dan hampir 1,5 juta orang setiap tahun di Asia Tenggara. Sekitar sepertiga dari populasi orang dewasa di daerah Asia Tenggara memiliki tekanan darah tinggi.6

Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) tahun 2007 menunjukkan prevalensi hipertensi secara nasional mencapai 31,7%. Prevalensi ini jauh lebih tinggi dibanding Singapura (27,3%), Thailand (22,7%), dan Malaysia (20%).7

Hipertensi merupakan penyebab kematian nomor 3 setelah stroke dan tuberkulosis, dengan PMR (Proportional Mortality Rate) mencapai 6,7 % dari populasi kematian pada semua umur di Indonesia.8 Berdasarkan Profil Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara tahun 2008 yang merujuk hasil Riskesdas 2007 di Sumatera Utara, dari 10 jenis penyakit tidak menular diketahui bahwa prevalensi hipertensi menduduki peringkat tertinggi keempat dengan proporsi 5,8% setelah persendian, jantung, dan gangguan mental. Prevalensi hipertensi tertinggi di Kabupaten Nias Selatan 9,6% dan terendah di Kabupaten Serdang Bedagai yaitu 2,4%.9

Menurut hasil penelitian Manik di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas Parsoburan Kecamatan Marihat Siantar (2012) dengan menggunakan desain penelitian cross sectional, ditemukan prevalence rate hipertensi Lansia sebesar 30,50 %.10

Berdasarkan laporan bulanan Posyandu Lansia bulan Februari 2013 di Puskesmas Mogang Kabupaten Samosir diketahui bahwa proporsi penderita hipertensi yang berkunjung di Posyandu Lansia pada bulan Februari adalah 20,1% ( 40 orang dari 199 orang).11

Perumusan Masalah

Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah belum diketahui faktor-faktor yang berhubungan dengan hipertensi pada Lansia di Desa Sigaol Simbolon Kabupaten Samosir tahun 2013. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah Untuk mengetahui Belum diketahui faktor-faktor yang berhubungan dengan hipertensi pada Lansia di Desa Sigaol Simbolon Kabupaten Samosir tahun 2013. Tujuan khusus penelitian ini adalah:

a. Untuk mengetahui proporsi prevalens hipertensi pada Lansia di Desa Sigaol Simbolon Kabupaten Samosir tahun 2013

(3)

b. Untuk mengetahui hubungan antara faktor-faktor intrinsik (umur, jenis kelamin, dan riwayat keluarga) dengan kejadian hipertensi pada Lansia di Desa Sigaol Simbolon Kabupaten Samosir tahun 2013

c. Untuk mengetahui hubungan antara faktor-faktor ekstrinsik (pendidikan, pekerjaan, status gizi, aktivitas fisik, kebiasaan merokok, kebiasaan mengonsumsi lemak jenuh, dan kebiasaan mengonsumsi garam) dengan kejadian hipertensi pada Lansia di Desa Sigaol Simbolon Kabupaten Samosir tahun 2013

d. Untuk mengetahui Ratio Prevalence (RP) umur, jenis kelamin, pekerjaan, riwayat keluarga, status gizi, aktivitas fisik, kebiasaan merokok, kebiasaan mengonsumsi lemak jenuh, dan kebiasaan mengonsumsi garam dengan kejadian hipertensi pada Lansia di Desa Sigaol Simbolon Kabupaten Samosir tahun 2013. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah:

a. Masukan bagi Puskesmas Mogang Kabupaten Samosir dalam program penanggulangan penyakit hipertensi di Desa Sigaol Simbolon.

b. Masukan bagi pihak-pihak lain yang membutuhkan dan dapat dijadikan referensi

c. Bagi penulis adalah sebagai pengalaman langsung dalam menambah wawasan dan sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan studi di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Metode Penelitian

Penelitian ini bersifat survei analitik, dengan menggunakan desain cross sectional. Penelitian ini dilaksanakan di desa Sigaol Simbolon Kabupaten Samosir tahun. Penelitian dilakukan pada bulan Februari – Oktober 2013.

Populasi dalam penelitian adalah seluruh Lansia ≥ 45 tahun yang ada di

desa Sigaol Simbolon Kabupaten Samosir tahun 2013 yang berjumlah 333 orang. Cara pengambilan sampel dengan menggunakan metode non random dengan purposive sampling.

Perhitungan sampel dengan menggunakan rumus besar sampel dengan jumlah populasi yang diketahui. 12

n = Z2 [p (1-p)] N Z2 [p (1-p)] + (N-1) E2

Dengan menggunakan rumus tersebut diketahui sampel sebanyak 179 orang.

Data dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari Lansia dengan metode wawancara langsung dengan menggunakan kuesioner tertutup, pengukuran tekanan darah, berat badan, dan tinggi badan Lansia. Dalam hal ini peneliti mengunjungi rumah Lansia yang menjadi sampel dalam penelitian. Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari Desa Sigaol Simbolon berupa gambaran wilayah desa.

Data univariat dianalisis secara deskriptif sedangkan data bivariat dengan chi-square 95% CI.

Hasil dan Pembahasan Analisis Univariat

Proporsi prevalens kejadian hipertensi pada Lansia di Desa Sigaol Simbolon Kabupaten Samosir tahun 2013.

Tabel 1. Proporsi Prevalens Kejadian Hipertensi di Desa Sigaol Simbolon Kabupaten Samosir Tahun 2013

Pada tabel 1 dapat diketahui bahwa proporsi prevalens kejadian hipertensi pada Lansia di Desa Sigaol Simbolon Kabupaten Samosir tahun 2013 adalah 62,01 %.

Hipertensi merupakan salah satu penyakit degeneratif sehingga sering ditemukan pada Lansia. Hipertensi merupakan gangguan sistem peredaran

Kejadian Hipertensi f %

Hipertensi 111 62,01

Tidak Hipertensi 68 37,99

(4)

darah yang menyebabkan kenaikan tekanan darah di atas normal sehingga memiliki resiko penyakit jantung, stroke, dan gagal ginjal.2

Menurut hasil penelitian Kusugiharjo (2003) di Posyandu Lansia Kecamatan Pakem Kabupaten Sleman Provinsi DIY dengan menggunakan desain penelitian cross sectional, ditemukan prevalensi hipertensi yaitu 34,4%.13

Hubungan umur dengan hipertensi pada Lansia di Desa Sigaol Simbolon Kabupaten Samosir Tahun 2013.

Tabel 2. Hubungan Umur Tahun dengan Hipertensi Lansia di Desa Sigaol Simbolon Kabupaten Samosir Tahun 2013

Berdasarkan tabel 2 dapat dilihat bahwa proporsi hipertensi pada kelompok umur 45-59 tahun adalah 54,72%, pada kelompok umur 60-74 tahun 74,57%, dan pada kelompok umur 75-90 tahun adalah 64,29%.

Hasil uji secara statistik dengan menggunakan uji chi-square, diperoleh nilai p=0,041 yang berarti secara umum terdapat hubungan yang bermakna antara umur dengan kejadian hipertensi.

Sedangkan jika dibandingkan menurut kelompok umur 45-59 tahun dengan kelompok umur 60-74 tahun, hasil uji statistik dengan menggunakan uji chi square diperoleh nilai p=0,012 yang berarti terdapat hubungan yang bermakna antara umur dengan kejadian hipertensi. Rasio prevalens kejadian hipertensi pada kelompok umur 45-59 tahun dibandingkan dengan kelompok umur 60-74 tahun adalah 0,734 (p=0,012). Artinya Lansia pada kelompok umur 60-74 tahun memiliki kemungkinan resiko yang lebih besar mengalami hipertensi dibandingkan dengan Lansia pada kelompok umur 45-59 tahun.

Untuk kelompok umur 60-74 tahun jika dibandingkan dengan kelompok umur 75-90 tahun dengan menggunakan uji chi square diperoleh nilai p=0,438 yang berarti tidak terdapat hubungan yang bermakna antara umur dengan kejadian hipertensi.

Tekanan darah secara alami cenderung meningkat seiring bertambahnya usia.14 Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Sugiharto di Kabupaten Karanganyar (2009) dengan menggunakan desain penelitian case control, ditemukan proporsi hipertensi pada kelompok umur 36–45 tahun sebesar 84%, umur 46–55 tahun sebesar 93,1%, dan umur 56–65 tahun sebesar 95%.15

Hubungan jenis kelamin dengan hipertensi pada Lansia di Desa Sigaol Simbolon Kabupaten Samosir Tahun 2013

Tabel 3. Hubungan Jenis Kelamin dengan Kejadian Hipertensi pada Lansia di Desa Sigaol Simbolon Kabupaten Samosir Tahun 2013

Dari tabel 3 dapat diketahui bahwa proporsi hipertensi pada kelompok laki-laki adalah 60,71% dan pada kelompok perempuan adalah 63,16%. Hasil analisis statistik dengan menggunakan uji chi-square, diperoleh nilai p=0,737 artinya tidak terdapat hubungan yang bermakna antara jenis kelamin dengan kejadian hipertensi. Ratio prevalance hipertensi pada kelompok laki-laki dan perempuan adalah 0,961 (p=0,737), artinya jenis kelamin bukan sebagai faktor resiko untuk kejadian hipertensi.

Hasil uji statistik dengan menggunakan uji chi-square, diperoleh nilai p=0,737 artinya tidak terdapat hubungan yang bermakna antara jenis kelamin dengan kejadian hipertensi. Ratio prevalance hipertensi pada kelompok laki-laki dan perempuan adalah 0,961 (p=0,737), artinya jenis kelamin bukan

Umur (tahun) Hiperten-si Tidak Hipertensi Jumlah p RP (95 % CI) f % f % f % 45-59 58 54,72 48 45,28 106 100 0,041 0,734 (0,584-0,922) 60-74 44 74,57 15 25,43 59 100 75-90 9 64,29 5 35,21 14 100 1,160 (0,764-1,762) Jenis Kelam in Hipertensi Tidak Hipertensi Jumlah p RP (95 % CI) f % f % f % Laki-laki Perem puan 51 60 60,71 63,16 33 35 39,29 36,84 84 95 100 100 0,737 0,961 (0.763 – 1,211)

(5)

sebagai faktor resiko untuk kejadian hipertensi.

Hubungan pendidikan dengan hipertensi pada Lansia di Desa Sigaol Simbolon Kabupaten Samosir Tahun 2013

Tabel 4. Hubungan Pendidikan dengan Kejadian Hipertensi pada Lansia di Desa Sigaol Simbolon Kabupaten Samosir Tahun 2013

Dari tabel 4 dapat dilihat bahwa proporsi hipertensi pada kelompok tidak tamat SD/ tidak sekolah adalah 65,00%, pada SD adalah 66,67%, pada SLTP adalah 60,00%, pada SLTA adalah 59,10%, dan pada Akademi/ PT adalah 53,33%.

Hasil uji statistik dengan menggunakan uji chi-square, diperoleh nilai p=0,855 artinya tidak terdapat hubungan yang bermakna antara pendidikan dengan kejadian hipertensi.

Sedangkan jika Lansia yang memiliki pendidikan terakhir SD/Sederajat dibandingkan dengan Lansia yang tidak tamat SD, hasil uji statistik dengan menggunakan uji chi square diperoleh nilai p=0,891 yang berarti tidak terdapat hubungan yang bermakna antara pendidikan dengan kejadian hipertensi.

Pada kelompok lansia yang memiliki pendidikan terakhir SLTA/Sederajat dibandingkan dengan Lansia yang tidak tamat SD, hasil uji statistik dengan menggunakan uji chi-square diperoleh nilai p=0,653 yang berarti tidak terdapat hubungan yang bermakna antara pendidikan dengan kejadian hipertensi.

Sedangkan pada kelompok Lansia yang memiliki pendidikan terakhir

Akademi/Sarjana dibandingkan dengan Lansia yang tidak tamat SD, hasil uji statistik dengan menggunakan uji chi-square diperoleh nilai p=0,486 yang berarti tidak terdapat hubungan yang bermakna antara pendidikan dengan kejadian hipertensi.

Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Yulia di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas Sering Medan Tembung (2011) dengan menggunakan desain penelitian crosssectional, menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara pendidikan dengan hipertensi (p=0,688).16

Hubungan pekerjaan dengan hipertensi pada Lansia di Desa Sigaol Simbolon Kabupaten Samosir Tahun 2013

Tabel 5. Hubungan Pekerjaan dengan Kejadian Hipertensi Pada Lansia di desa Sigaol Simbolon Kabupaten Samosir Tahun 2013

Dari tabel 5 diketahui bahwa

proporsi hipertensi pada kelompok yang bekerja adalah 68,75% dan pada kelompok yang pensiunan/tidak bekerja adalah 60,54%.

Hasil analisis statistik dengan menggunakan uji chi-square, diperoleh nilai p=0,386 artinya tidak terdapat hubungan yang bermakna antara pekerjaan dengan kejadian hipertensi. Ratio prevalence hipertensi pada kelompok bekerja dan pensiunan/ tidak bekerja adalah 1,136 (95% CI=0,869-1,484).

Hubungan riwayat keluarga dengan hipertensi pada Lansia di Desa Sigaol Simbolon Kabupaten Samosir Tahun 2013

Pendidikan Hipertensi Tidak Hiperten si Jumlah p RP (95%CI) f % f % f % Tidak tamat SD 13 65,00 7 35,00 20 100 0,855 SD/ Sederajat 40 66,67 20 33,33 60 100 0,975 (0,675-1,409) SLTP/ Sederajat 24 60,00 16 40,00 40 100 1,083(0,7 20-1,631) SLTA/ Sederajat 26 59,10 18 40,90 44 100 1,100(0,7 34-1,649) Akademi/ Sarjana 8 53,33 7 46,67 15 100, 1,219( 0,688-2,160) Pekerjaan Hiper-tensi Tidak Hipertensi Jumlah p RP (95 % CI) f % f % f % Bekerja 22 68,75 10 31,25 32 100 0,386 1,136 (0,869-1,484) Tidak Bekerja 89 60,54 58 39,46 147 100

(6)

Tabel 6. Hubungan Riwayat Keluarga dengan Kejadian Hipertensi pada Lansia di Desa Sigaol Simbolon Kabupaten Samosir Tahun 2013

Dari tabel 6 dapat diketahui bahwa proporsi hipertensi pada kelompok yang memiliki riwayat keluarga adalah 84,00% dan pada kelompok yang tidak memiliki riwayat keluarga adalah 53,49%.

Hasil analisis statistik dengan menggunakan uji chi-square, diperoleh nilai p=0,000 artinya terdapat hubungan yang bermakna antara riwayat keluarga dengan kejadian hipertensi. Ratio prevalence hipertensi pada kelompok ada riwayat keluarga dan tidak ada riwayat keluarga adalah 1,570 (p=0,000), artinya kemungkinan resiko kejadian hipertensi yang memiliki riwayat keluarga lebih besar dibandingkan yang tidak memiliki riwayat keluarga.

Penelitian menunjukkan bahwa tekanan darah seorang anak akan lebih mendekati tekanan darah orang tuanya bila mereka memiliki hubungan darah dibandingkan dengan anak adopsi. Hal ini menunjukkan bahwa gen yang diturunkan, dan bukan hanya faktor lingkungan (seperti makanan atau status sosial), berperan besar dalam menentukan tekanan darah.4 Hipertensi juga banyak dijumpai pada penderita yang kembar monozigot (satu telur) apabila salah satunya menderita hipertensi. Dugaan ini menyokong bahwa faktor genetik mempunyai peran dalam terjadinya hipertensi.17

Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Irza di Sumatera Barat (2009) dengan menggunakan desain penelitian cross sectional, ditemukan proporsi hipertensi pada kelompok yang memiliki riwayat keluarga 35,98% dan yang tidak memiliki riwayat keluarga 8,77%. Berdasarkan hasil penelitian yang sama, menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara riwayat keluarga dengan kejadian hipertensi (p=0,000).18

Hubungan status gizi dengan hipertensi pada Lansia di Desa Sigaol Simbolon Kabupaten Samosir Tahun 2013 dapat dilihat pada tabel 7.

Tabel 7. Hubungan Status Gizi dengan Kejadian Hipertensi pada Lansia di Desa Sigaol Simbolon Kabupaten Samosir Tahun 2013 Status Gizi Hipertensi Tidak Hiper-tensi Jumlah p RP (95% CI) f % f % f % Obesitas Tidak Obesitas 24 87 72,73 59,59 9 59 27,27 40,41 33 146 100 100 0,160 1,220 (0,952-1,564)

Dari tabel 7 dapat diketahui bahwa proporsi hipertensi pada kelompok yang obesitas adalah 72,73% dan pada kelompok yang tidak obesitas adalah 59,59%.

Hasil analisis statistik dengan menggunakan uji chi-square, diperoleh nilai p=0,160 artinya tidak terdapat hubungan yang bermakna antara status gizi dengan kejadian hipertensi. Ratio prevalence hipertensi pada kelompok yang obesitas dan tidak obesitas adalah 1,220 (p=0,160), artinya status gizi bukan sebagai faktor resiko terjadinya hipertensi.

Hubungan aktivitas fisik dengan hipertensi pada Lansia di Desa Sigaol Simbolon Kabupaten Samosir Tahun 2013

Tabel 8. Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kejadian Hipertensi pada Lansia di Desa Sigaol Simbolon Kabupaten Samosir Tahun 2013

Dari table 8 dapat diketahui bahwa proporsi hipertensi pada kelompok yang aktivitas fisiknya cukup adalah 60,14% dan pada kelompok yang aktivitas fisiknya tidak cukup adalah 70,97%.

Hasil analisis statistik dengan menggunakan uji chi-square, diperoleh nilai p=0,259 artinya tidak terdapat hubungan yang bermakna antara aktivitas fisik dengan kejadian hipertensi. Ratio

Riwayat Keluarga Hiperten si Tidak Hipertensi Jumlah p RP (95 % CI) f % f % f % Ada Tidak ada 42 69 84,00 53,49 8 60 16,00 46,51 50 129 100 100 0,000 1,570 (1,284-1,921) Aktivitas Fisik Hipertensi Tidak Hipertensi Juml ah p RP (95 % CI) f % f % f % Cukup Tidak Cukup 89 22 60,14 70,97 59 9 39,86 29,03 148 31 100 100 0,259 0,847 (0,653 -1,100)

(7)

prevalence hipertensi pada kelompok yang aktivitas fisiknya cukup dan tidak cukup adalah 0,847 (p=0,259), artinya aktivitas fisik bukan sebagai faktor resiko kejadian hipertensi.

Hubungan kebiasaan merokok dengan hipertensi pada Lansia di Desa Sigaol Simbolon Kabupaten Samosir Tahun 2013

Tabel 9. Hubungan Kebiasaan Merokok dengan Kejadian Hipertensi pada Lansia di Desa Sigaol Simbolon Kabupaten Samosir Tahun 2013

Kebiasaan Merokok Hiper-tensi Tidak Hipertensi Jumlah p RP (95 % CI) f % f % f % Ada Tidak ada 42 69 63,64 61,06 24 44 39,36 38,94 66 113 100 100 0,732 1,042 (0,824-1,317)

Dari tabel 9 dapat diketahui bahwa proporsi hipertensi pada kelompok yang memiliki kebiasaan merokok adalah 63,64% dan pada kelompok yang tidak memiliki kebiasaan merokok adalah 61,06%.

Hasil analisis statistik dengan menggunakan uji chi-square, diperoleh nilai p=0,732 artinya tidak terdapat hubungan yang bermakna antara kebiasaan merokok dengan kejadian hipertensi. Ratio prevalence hipertensi pada kelompok yang memiliki kebiasaan merokok dan tidak memiliki kebiasaan merokok adalah 1,042 (p=0,732), artinya kebiasaan merokok bukan sebagai faktor resiko terjadinya hipertensi.

Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Sarasaty di Kelurahan Sawah Baru, Kecamatan Ciputat, Kota Tangerang Selatan tahun 2012 ditemukan proporsi hipertensi pada kelompok yang memiliki kebiasaan merokok adalah 68,3% dan pada kelompok yang tidak memiliki kebiasaan merokok adalah 64,1%. Berdasarkan hasil penelitian yang sama, menunjukkan bahwa terdapat tidak ada hubungan yang bermakna antara kebiasaaan merokok dengan kejadian hipertensi (p=0,656).19

Hubungan kebiasaan mengonsumsi lemak jenuh dengan hipertensi pada Lansia di Desa Sigaol Simbolon Kabupaten Samosir Tahun 2013

Tabel 10. Hubungan Kebiasaan Mengonsumsi Lemak Jenuh dengan Kejadian Hipertensi pada Lansia di Desa Sigaol Simbolon Kabupaten Samosir Tahun 2013 Konsumsi Lemak Jenuh Hiper-tensi Tidak Hiper-tensi Jumlah p RP (95 % CI) f % f % f % ≤ 3 kali/minggu >3 kali/minggu 57 54 55,34 71,05 46 22 44,66 28,95 103 76 100 100 0,032 0,779(0, 622-0,976)

Dari tabel 10 dapat diketahui bahwa proporsi hipertensi pada kelompok yang memiliki kebiasaan mengonsumsi lemak jenuh ≤ 3 kali dalam seminggu adalah 55,34% dan pada kelompok memiliki kebiasaan mengonsumsi lemak jenuh > 3 kali dalam seminggu adalah 71,05%.

Hasil analisis statistik dengan menggunakan uji chi-square, diperoleh nilai p=0,032 artinya terdapat hubungan yang bermakna antara kebiasaan mengonsumsi lemak jenuh dengan kejadian hipertensi.

Ratio prevalence hipertensi pada kelompok yang memiliki kebiasaan mengonsumsi lemak jenuh ≤ 3 kali dalam seminggu dan > 3 kali dalam seminggu adalah 0,779 (p=0,032), artinya kebiasaan mengonsumsi lemak jenuh > 3 kali dalam seminggu memiliki kemungkinan resiko kejadian hipertensi yang lebih besar dibandingkan dengan memiliki kebiasaan mengonsumsi lemak jenuh ≤ 3 kali dalam seminggu.

Konsumsi lemak jenuh juga meningkatkan resiko atherosklerosis yang berkaitan dengan kenaikan tekanan darah.20 Hasil analisis statistik pada penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Sugiharto di Kabupaten Karanganyar (2007) dengan menggunakan desain penelitian case control kebiasaan sering mengkonsumsi lemak jenuh (> 3 kali per minggu) terbukti merupakan faktor resiko hipertensi (p=0,022).15

Lemak jenuh (ditemukan pada mentega, cake, pastry, biskuit, produk daging, dan krim) telah terbukti dapat

(8)

meningkatkan kadar kolesterol dalam darah. Kolesterol yang terlalu tinggi dalam darah dapat mempersempit arteri, bahkan dapat menyumbat peredaran darah.4

Lemak jenuh (ditemukan pada mentega, cake, pastry, biskuit, produk daging, dan krim) telah terbukti dapat meningkatkan kadar kolesterol dalam darah. Kolesterol yang terlalu tinggi dalam darah dapat mempersempit arteri, bahkan dapat menyumbat peredaran darah.4

Hasil analisis statistik pada penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Sugiharto di Kabupaten Karanganyar (2007) dengan menggunakan desain penelitian case control kebiasaan sering mengkonsumsi lemak jenuh (> 3 kali per minggu) terbukti merupakan faktor resiko hipertensi (p=0,022).15

Hubungan kebiasaan mengonsumsi garam dengan hipertensi pada Lansia di Desa Sigaol Simbolon Kabupaten Samosir Tahun 2013

Tabel 11. Hubungan Kebiasaan Mengonsumsi Garam dengan Kejadian Hipertensi pada Lansia di Desa Sigaol Simbolon Kabupaten Samosir Tahun 2013

Dari tabel 11 dapat diketahui bahwa proporsi hipertensi pada kelompok yang memiliki kebiasaan mengonsumsi garam ≤ 3 kali dalam seminggu adalah 67,65% dan pada kelompok yang memiliki kebiasaan mengonsumsi garam > 3 kali dalam seminggu adalah 54,55%.

Hasil analisis statistik dengan menggunakan uji chi-square, diperoleh nilai p=0,074 artinya tidak terdapat hubungan yang bermakna antara kebiasaan mengonsumsi garam dengan kejadian hipertensi. Ratio prevalence hipertensi pada kelompok yang memiliki kebiasaan mengonsumsi garam ≤ 3 kali

dalam seminggu dan > 3 kali dalam seminggu adalah 1,240 (p=0,074), artinya kebiasaan mengonsumsi garam bukan sebagai faktor resiko terjadinya hipertensi. Pengaruh asupan garam terhadap timbulnya hipertensi terjadi melalui peningkatan volume plasma, curah jantung, dan tekanan darah. Garam menyebabkan penumpukan cairan dalam tubuh karena menarik cairan di luar sel agar tidak keluar, sehingga akan meningkatkan volume dan tekanan darah. Menurut Alison Hull, penelitian menunjukkan adanya kaitan antara asupan natrium dengan hipertensi pada beberapa individu. Asupan natrium akan meningkat menyebabkan tubuh meretensi cairan yang meningkatkan volume darah.20

Kesimpulan dan Saran 1. Kesimpulan

a. Proporsi prevalens kejadian hipertensi di Desa Sigaol Simbolon Kabupaten Samosir tahun 2013 adalah 62,01%. b. Proporsi Lansia yang mengalami

hipertensi di Desa Sigaol Simbolon Kabupaten Samosir Tahun 2013 yang tertinggi pada kelompok umur 60-74 tahun (74,57%), jenis kelamin perempuan (63,16%), pendidikan SD/sederajat (66,67%), status pekerjaan bekerja (68,75%), memiliki riwayat keluarga (84,00%), status gizi obesitas (72,73%), dan aktivitas fisik tidak cukup (70,97%), memiliki kebiasaan merokok (63,64%), mengonsumsi lemak jenuh > 3 kali/minggu (71,05%), mengonsumsi garam ≤ 3 kali/minggu (67,65%). c. Terdapat hubungan yang bermakna

antara umur dengan kejadian hipertensi pada Lansia di Desa Sigaol Simbolon Kabupaten Samosir tahun 2013(p=0,041 )

d. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara jenis kelamin dengan kejadian hipertensi pada lansia di Desa Sigaol Simbolon Kabupaten Samosir tahun 2013 (p=0,737).

e. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat pendidikan

Konsumsi Garam Hiper-tensi Tidak Hiper-tensi Jumlah p (95 % CI) RP f % f % f % ≤ 3kali/minggu > 3kali/minggu 69 42 67,65 54,55 33 3 5 32,35 45, 45 102 77 100 100 0,074 1,240 (0,972-1,583)

(9)

dengan kejadian hipertensi pada Lansia di Desa Sigaol Simbolon Kabupaten Samosir tahun 2013 (p=0,855)

f. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara pekerjaan dengan kejadian kejadian hipertensi pada Lansia di Desa Sigaol Simbolon Kabupaten Samosir tahun 2013 (p=0,386)

g. Terdapat hubungan yang bermakna antara riwayat keluarga dengan kejadian hipertensi pada Lansia di Desa Sigaol Simbolon Kabupaten Samosir tahun 2013 (p=0,000)

h. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara status gizi dengan kejadian hipertensi pada Lansia di Desa Sigaol Simbolon Kabupaten Samosir tahun 2013 (p=0,160).

i. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara aktivitas fisik dengan kejadian hipertensi pada Lansia di Desa Sigaol Simbolon Kabupaten Samosir tahun 2013 (p=0,259)

j. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara kebiasaan merokok dengan kejadian hipertensi pada Lansia di Desa Sigaol Simbolon Kabupaten Samosir tahun 2013 (p=0,732)

k. Terdapat hubungan yang bermakna antara kebiasaan mengonsumsi lemak jenuh dengan kejadian hipertensi pada Lansia di Desa Sigaol Simbolon Kabupaten Samosir tahun 2013 (p=0,032).

l. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara kebiasaan mengonsumsi garam dengan kejadian hipertensi pada Lansia di Desa Sigaol Simbolon Kabupaten Samosir tahun 2013 (p=0,074)

2. Saran

a. Di Posyandu Lansia sebaiknya dilakukan penyuluhan tentang faktor risiko dan upaya pencegahan hipertensi

b. Lansia sebaiknya mengatur pola konsumsi lemak jenuh dan rutin memeriksa tekanan darah setiap minggu.

Daftar Pustaka

1. Bustan, M., 2007. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta 2. World Health Organization, 2011.

Global Status Report On Noncommunicable Diseases 2010. Geneva

3. Sudoyo, dkk. 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I. Edisi IV.Pusat Penerbit Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK UI. Jakarta

4. Palmer, A., 2007. Simple Guide Tekanan Darah Tinggi. Erlangga. Jakarta

5. Laporan Komisi Pakar WHO, 2001. Pengendalian Hipertensi. Penerbit ITB. Bandung

6. WHO, 2011. Hypertension Fact Sheet. Department of Sustainable Development and Healthy Environments 2011.

http://www.searo.who.int/linkfiles/ non_communicable_diseases_hype rtension fs.pdf

7. Hartono, B., 2011. Hipertensi The Silent Killer Perhimpunan

Hipertensi Indonesia.

http://www.inash.or.id/upload/new spdf/news- Dr. Drs. Bambang Hartono.SE26.pdf

8. Depkes RI, 2011. Penyakit Menular Penyebab Kematian Terbanyak Di Indonesia. Kementerian Kesehatan RI. Jakarta.

http://www.depkes.go.id/index.php /berita/press-release/810-hipertensi

penyebab-kematian-nomor-tiga.html

9. Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara, 2009. Profil Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara 2008. Medan

(10)

Berhubungan dengan Hipertensi Pada Lansia di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas Parsoburan Kecamatan Siantar Marihat Pematang Siantar Tahun 2011. Skripsi Mahasiswa FKM USU

11. Laporan Bulanan Posyandu Lansia di Wilayah Kerja

Puskesmas Mogang

Kabupaten Samosir Bulan Februari Tahun 2013

12. Eriyanto, 2007. Teknik Sampling Analisis Opini Publik. PT Pelangi Aksara : Yogyakarta 13. Kusugiharjo, W. 2003. Studi

Prevalensi dan Karakteristik Demografi Serta Faktor Risiko Hipertensi Pada Usia Lanjut di Kecamatan Pakem Kabupaten Sleman Propinsi DIY. FKM UNDIP. Semarang 14. Davey, P., 2003. At a Glance

Medicine. Erlangga. Jakarta 15. Sugiharto, A., 2007. Faktor-Faktor

Risiko Hipertensi Grade II Pada Masyarakat. Program Studi Magister Epidemiologi Program Pasca Sarjana UNDIP. Semarang

16. Yulia. 2011. Faktor-faktor yang

Berhubungan dengan

Hipertensi pada Lansia di

Posyandu Lansia Wilayah

Kerja Puskesmas Sering

Medan Tembung Tahun 2010. FKM USU. Medan

17. Dalimartha, dkk. 2008. Care Your Self, Hipertensi. Penebar Plus. Jakarta

18. Irza, S. 2009. Analisis Faktor Risiko Hipertensi Pada Masyarakat

Nagari Bungo Tanjung

Sumatera Barat. FKM USU.

Medan

19. Sarasaty, R. 2012. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Hipertensi Pada Kelompok Lanjut Usia Di Kelurahan Sawah Baru Kecamatan Ciputat, Kota Tangerang

Selatan Tahun 2011. FKM UINSYAH .Jakarta

20. Hull, A. 1996. Penyakit Jantung, Hipertensi, dan Nutrisi. Jakarta: Bumi Aksara

Referensi

Dokumen terkait

• Apabila mahasiswa tidak menyusun KRP pada waktu yang telah ditetapkan, mahasiswa tidak diperkenankan mengikuti kegiatan SKP kecuali atas ijin dari Dekan atau

Sehubungan dengan telah dilakukannya evaluasi administrasi, teknis dan kewajaran harga serta formulir isian Dokumen Kualifikasi untuk penawaran paket pekerjaan

Hasil penelitian menunjukan bahwa jawapostv menggunakan komponen- komponen yang sama dengan landasan teori Integrated Marketing Communication serta penggunaan

Selanjutnya peneliti mengajukan pertanyaan kepada guru bimbingan dan konseling tentang bagaimana metode yang dilakukan dalam memberikan layanan bimbingan dan konseling terkait

They have the choice of peers proceed from the existing political state, from the sovereign, without binding him to any other civil quality' In this constitution

Simpulan penelitian pengembangan ini adalah (1) Dihasilkan modul pembelajaran fisika dengan strategi inkuiri terbimbing pada materi fluida statis yang tervalidasi; (2)

KONTRIBUSI POWER TUNGKAI DAN KESEIMBANGAN DINAMIS TERHADAP HASIL DRIBBLE-SHOOT DALAM PERMAINAN FUTSAL.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

tentang musik gereja jemaat dapat bernyanyi dengan tempo dan not yang benar. Pemusik juga harus memperhatikan lagu dan dapat diaransement dengan baik,.. sehingga