• Tidak ada hasil yang ditemukan

SIFAT PEMESINAN 13 JENIS KAYU DARI ACEH (Machining properties of 13 wood species from Aceh)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SIFAT PEMESINAN 13 JENIS KAYU DARI ACEH (Machining properties of 13 wood species from Aceh)"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Buletin Penelitian Hasil Hutan Vol. 14 No. 6 (1996) pp. 231 - 238

S I F A T P E M E S I N A N 13 J E N I S K A Y U D A R I A C E H

(Machining properties of 13 wood species from Aceh)

Oleh/By :

Bakir Ginoga

Summary

The qualities of machining properties of 13 wood species from natural forest in Aceh were investigated in air dried condition. Wood species are bayur (Pterospermum elongatum Korth.),keranji fDialium indum L . var. Indum), sebusuk (Amoora rubiginosa (Hiern.) Pance), runding fParkia javanica (Lamk.) Merr.), kilulun (Artocarpus gomezianus Wall, ex Tree), anglau (Garcinia nervosa Miq.), alifambang fEndospermutn diadenum Miq. Airy Shaw), bentol (Kokoona reflexa^, batu-batu (Xanthophyllum excelsum Miq.), bayut fMezzettia parviflora Becc), nurai fCananga odorata Hk. f. Th.), alatat (Sonneratia caseoflaris Engl.) and pinang baek fGonystylus macrophyllus Airy Shaw.).

The results revealed that the qualities of machining properties of wood tested mostly belong to good (class II) until very good quality (class I).

Key words : machining property, wood species, Aceh, air dried

Ringkasan

Mutu hasil pengerjaan sifat pemesinan untuk 13 jenis kayu dari hutan alam Aceh, telah diteliti dalam keadaan kadar air kayu kering udara. Jenis kayu yang diteliti adalah bayur fPterospermum elongatum Korth.), keranji (Dialium indum L . var. Indum), sebusuk (Amoora rubiginosa (Hiern.) Pance), runding fParkia javanica (Lamk.) Merr.), kilulun (Artocarpus gomezianus Wall ex Tree.), anglau (Garcinia nervosa Miq.), alifambang (Endospermum diadenum Miq. Airy Shaw), bentol fKokoona reflexa^ batu-batu (Xanthophyllum excelsum Miq.), bayut fMezzettia parviflora Becc), nurai (Cananga odorata Hk.f et Th.) alatat

(Sonneratia caseoflaris Engl.), dan pinang-baek (Gonystylus macrophyllus Airy Shaw).

Pada umumnya mutu sifat pemesinan kayu yang diteliti, dapat digolongkan mutu baik (kelas II) sampai sangat baik atau kelas I.

Kata kunci : sifat pemesinan, jenis kayu, Aceh, kering udara

/. PENDAHULUAN

Berbagai sifat dasar kayu untuk jenis kayu Indonesia setiap tahun dilakukan penelitiannya, baik yang berasal dari hutan tanaman, maupun hutan alam. Tujuannya ialah untuk memperoleh data dan informasi teknis, sebagai salah satu dasar atau pedoman dalam teknik pengolahan dan arah pemanfaatan maupun kemungkinan pengembangannya.

Salah satu sifat dasar tersebut, adalah sifat pemesinan atau pengerjaan kayu yang berasal dari kayu gergajian. Setiap tahun hasil penelitian sifat mi dipubUkasikan

(2)

antara lain sifat pemesinan enam jenis kayu Indonesia (Ginoga, 1995). Tujuannya ialah untuk memperoleh gambaran mengenai mutu hasil kayu olahan sebagai hasil interaksi antara kayu yang bersangkutan dengan mesin yang digunakan di dalam pengerjaannya. Sasarannya ialah untuk memperoleh informasi/data mengenai mutu lima macam sifat pemesinan dari 13 jenis kayu yang berasal dari hutan alam di Aceh.

//. BAHAN DAN METODE A.Bahan

Jenis kayu yang diteliti meliputi 13 jenis (species), berasal dari hutan alam di Aceh, rinciannya dicantumkan pada Tabel 1. Dari setiap jenis kayu tersebut, digunakan satu dolok contoh untuk bahan penelitian.

Tabel 1. Keterangan mengenai jenis kayu yang diteliti Table 1. Informations of wood tested

Nomor Nomor Nama Nama Botanis Bcrat jenis* Kelaskuat' Kelas awel" herbarium daerah

(Herbarium (Vernacular (Specific (Strength (Durability (NwnbtrJ number) name) (Botamcal name) gravity) class) class)

1 34222 Bayur Pterospermum elongatum Korth.

-2 34223 Dialium indum L . var. indum 0,99(0,85-1,11) 1 II I 3 34224 SebiBuk Amoora rubiginosa (Hicm.) Panoc. 0,94(0,84- 1,02) l - U I I - i n

4 34225 Runding Parhajavanica (Lamk.) Mcrr. - -

-5 3422« Kilulun Anocarpus gomezlanus Wall, cx Tree - -

-6 34228 Anglau Garcinia nervosa Miq. 0,91 (0,83- 1,04) I - n IV 7 34230 Alifambang Endospermum diadenwn Miq. Airy Shaw - -

-8 34231 Benlol Kokoona reflexa - -

-9 34232 Batu-balu Xanihopkyllum excelsum Miq. 0,68 (0,43 - 0,87) V 10 34233 Bayut Mezzeltia parvijlora Becc. 0,61 (0,42 - 0,73) n - r a V 11 34234 Nurai C^ananga odorala Hk. f. et Th. 0,33 (0,20 - 0,44) I V - V V 12 34235 Alatat Sonneratia caseqflaris Engl. 0,49(0,44 - 0,58) ni V 13 34236 Pinang-baek Gonystylus macrophytlus Airy Shaw. - -

-' Sumber (Source) : Oey Djoen Seng (1990)

B. Metode

Pengambilan contoh untuk pengujian lima macam sifat pemesinan, dilakukan secara acak dari papan kayu gergajian yang masih basah, diperoleh dari setiap dolok masing-masing jenis kayu. Untuk pengujian setiap sifat pemesinan, diambil 20 lembar contoh uji berupa papan berukuran lebar 12 cm, tebal 3,0 cm dan panjang 120 cm, mewakili papan radial dan tangensial. Semua contoh uji dikeringkan secara alami sampai mencapai kadar air kayu kering udara sekitar 17 %, sebelum dilakukan pengujiannya. Pengamatan mutu hasil pengerjaan untuk setiap sifat pemesinan, dilakukan pada tiap lembar papan contoh.

Penilaian dan penetapan mutu, dihitung berdasarkan persen luas permukaan bebas cacat terhadap seluruh luas permukaan contoh uji, sesuai dengan standar ASTM D 1666-64 (Anonim, 1981), yang telah dimodifikasi (Abdurachman dan Karnasudirdja, 1982). Sifet pemesinan yang diuji meliputi penyerutan, pembentukan.

(3)

Tabel 2. Nilai bebas cacat dan klasifikasi mutu sifat pemesinan' Table 2. Defect free values and machining classification qualities

Nilai bebas cacat, % Kelas Mutu pemesinan

(Defectfree values, % ) (Class) (Machining quality)

0 - 20 V Sangat buruk (Very poor)

21 - 40 I V Buruk (Poor)

4 1 - 6 0 m Sedang (Fair/Medium)

61 - 80 n Baik (Good)

81 - 100 I Sangat Baik (Very good)

Sumber (Source) : Abdurachman dan Kamasudirdja (1982); Anonim (1981)

pembubutan, pemboran, dan pengampelasan. Di samping itu, dilakukan juga penetapan berat jenis kering udara (berdasarkan berat dan volume kayu pada kadar air kayu kering udara), serta kadar air pengujiannya (Anonim, 1981 serta Hay green & Bowyer, 1982).

///. HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil pengujian, pengamatan serta penetapan nilai mutu rata-rata pengerjaan kayu untuk lima sifat pemesinan dari 13 jenis kayu yang diteliti, dicantumkan pada Tabel 3. Pada tabel tersebut dicantumkan juga berat jenis kering udara serta kadar air pengujiannya.

Nilai mutu rata-rata untuk sifat penyerutan dari 13 jenis kayu yang diteliti, enam jenis di antaranya tergolong sangat baik (kelas I ) , yaitu kayu anglau, bentol, batu-batu, bayut, alatat, dan pinang-baek; lima jenis tergolong mutu baik (kelas II), yaitu keranji, sebusuk, kilulun, alifambang, dan nurai; sedangkan kayu bayur dan runding tergolong mutu sedang atau kelas I I I .

Sifat pembentukan dari 13 jenis kayu yang diteliti, sembilan jenis tergolong mutu baik (kelas I I ) , dan empat jenis lagi, yaitu keranji, anglau, alifambang, dan batu-batu tergolong mutu sangat baik (kelas I ) .

Hasil pengujian untuk pembubutan, menunjukkan bahwa empat jenis kayu, yaitu bayur, bentol, bayut, dan pinang-baek,tergolong mutu sangat baik (kelas I ) ; delapan jenis, yaitu kayu keranji, sebusuk, runding, anglau, alifambang, batu-batu, nurai, dan alatat, tergolong mutu baik (kelas 11); sedangkan kayu kilulun, tergolong mutu sedang atau kelas I I I .

Pengujian untuk pemboran, menunjukkan bahwa empat jenis kayu, yaitu kayu keranji, sebusuk, batu-batu, dan pinang-baek, mutunya tergolong sangat baik (kelas I ) ; delapan jenis tergolong mutu baik (kelas II), yaitu kayu bayur, kilulun, iUglau, alifambang, bentol, bayut, nurai, dan alatat; sedangkan kayu runding, tergolong mutu sedang (kelas I I ) .

Hasil pengujian sifat pengampelasan, menunjukkan bahwa lima jenis kayu, yaitu keranji, sebusuk, anglau, alifambang, dan pinang-baek tergolong sangat baik (kelas I ) , dan delapan jenis tergolong mutu baik (kelas I I ) , yaitu kayu bayur, runding, kilulun, bentol, batu-batu, bayut, nurai, dan alatat.

(4)

t o Tabe l 3 . Nila i mut u rata-rat a sifa t pemesina n (%) , bera t jeni s da n kada r ai r kay u yan g ditelit i Table 3. Average values of machining properties (%), specific gravity and moisture content of wood tested Nomo r Jeni s kay u Penyeruta n Pembentuka n Pembubuta n Peinbora n Pengampelasa n Beia t jeni s (Specific gravity) Kada r ai r Rata-rat a Kisara n (Range) (Moisture (Number) (IVood species) (Planing) (Moulding) (Tuming) (Boring) (Sanding) (Average) P=0,9 5 content), % 1 Bayu r 56, 7 68,7 5 81. 0 64, 5 69, 6 0,4 8 0,44-0,5 3 16. 9 Bayu r Sedang(Fa/r ) (III ) Bai k (Good) (ID Sanga t bai k (Verygocd)(l) Bai k (Good ) (I D Bai k (Good ) (II ) 2 Keranj i 66, 5 Baik(Goo<f ) (11 ) 91, 0 Sanga t bai k (Very good) (I ) T!,0 B!ak(Good) (I D 96,7 5 Sanga t bai k (Very good) (D 87, 5 Sanga t bai k (Very good) (I ) 1,0 5 10,04-1,0 6 18, 2 3 Sebusu k 65, 0 Bai k (Good) (ID 79,2 5 Bai k (Good) (ID 67, 0 Bai k (Good) (ID 88, 5 Sanga t bai k (Very good) (I ) 79, 5 Bai k (Good) (ID 0,6 3 0,61-0,6 4 20, 0 ' 4 Rundin g 55, 5 Sedang(FaJr ) (III ) 61, 0 Bai k (Goo< 0 (II ) 78, 0 Bai k (Good) (ID 51,2 5 Sedan g (Fair) (III ) 66, 0 Baik(Gooi O (I D 0,4 2 0,40-0,4 4 17, 0 5 Kilulu n 63,2 5 Bai k (Good ) (11 ) 77, 0 Bai k (Good) (ID 50, 0 Sedan g (foir ) (III ) 70,2 5 Bai k (Good) (II ) 68, 5 Bai k (Good ) (II ) 0,4 7 0,44-0,5 0 16, 7 6 Angla u 84, 5 Sanga t bai k (yery good) (I ) 84,7 5 Sanga t bai k (Very good) (I ) 80, 0 Bai k (Good) (ID 70,2 5 Bai k (Goo< 0 (II ) 84,2 5 Sanga t bai k (Very good) (I ) 0,8 9 0,87-0,9 3 16, 8 7 Alifamban g 75, 5 Bai k (Good) (11 ) 85, 5 Sanga t bai k (Very good) (I ) 74, 0 Bai k (Good) (II ) 66, 0 Bai k (Good) (ID 84,7 5 Sanga t bai k (Very good) (I ) 0,4 9 0,44-0,5 3 13, 9 8 Bento l 83,7 5 Sanga t bai k (Very good) (I ) 80,7 5 Bai k (Good) (II ) 85, 0 Sanga t bai k (Very good) (I ) 80,2 5 Bai k (Good) (ID 75,2 5 Bai k (Good ) (II ) 0,9 3 0,90-0,9 6 16. 4 9 Batu-bat u 84, 5 Sanga t bai k (Very good) (I ) 89, 5 Sanga t bai k (Very good) (D 65, 5 Bai k (Good) (II ) 84, 5 Sanga t bai k (Very good) (D 71, 5 Bai k (Good) (II ) 0,7 4 0,71-0,7 8 18, 4 1 0 Bayu t 90,2 5 79,2 5 ' 85, 0 65, 5 75, 0 0,6 0 0,54-0,6 6 14, 2 Bayu t Sanga t bai k (Very good) (I ) Bai k (Good) (ID Sanga t bai k (Very good) (I ) Bai k (Goo< 0 (II ) Bai k (Good) (II ) 1 1 Nura i 79,7 5 Bai k (Good) (II ) 74,2 5 Bai k (Good) (II ) 74, 5 Bai k (Good) (II ) 77, 0 Bai k (Goo< 0 (II ) 76, 5 Bai k (Good ) (II ) 0,2 9 0,26-0,3 2 14, 9 1 2 AlaU t 85,2 5 Sanga t bai k (Very good) (I ) 79,7 5 Bai k (Good) (ID 74, 0 Bai k (Good) (II ) 80,2 5 Bai k (Good) (II ) 74, 5 Bai k (Good) (ID 0,5 6 0,52-0,5 9 22. 1 1 3 Pinan g bac k 85, 5 79, 5 84, 5 84,2 5 84, 5 0,6 5 0,62-0,6 9 14, 3 Pinan g bac k Sanga t bai k (Very good) (I ) Bai k (Good) (ID Sanga t bai k (Very good) (I ) Sanga t bai k (Very good) (I ) Sanga t bai k (Very good) (D

(5)

Berdasarkan uraian di atas, dapat dikemukakan bahwa pada umumnya jenis kayu yang diteliti, hasil pengerjaannya tergolong dalam mutu baik (kelas II) sampai sangat baik (kelas I ) ; kecuali mutu penyerutan untuk kayu bayur, mutu penyerutan dan pemboran pada kayu funding, serta mutu pembubutan untuk kayu kilulun tergolong mutu sedang (kelas I I I ) .

Ditinjau dari berat jenis kering udara, terdapat sembilan jenis mempunyai berat jenis di bawah 0,70 atau berberat jenis sedang, yaitu kayu nurai, runding, kilulun, alifambang, alatat, bayut, sebusuk, pinang-baek, dan bayur. Jenis kayu lainnya mem-punyai berat jenis lebih dari 0,70, adalah kayu batu-batu, anglau, bentol, dan keranji.

Dari kayu yang berberat jenis sedang, kayu nurai, runding, kilulun, alifambang, bayut, alatat,dan pinang-baek, wama kayunya cerah yakni berwama putih agak pucat atau putih susu kekuningan, berarah serat lurus sampai berpadu, dengan tekstur agak halus; sedangkan kayu bayur dan sebusuk berwama agak gelap atau kemerahan pucat atau agak kecoklatan dengan arah serat agak lurus sampai berpadu, serta tekstur kayu umumnya agak kasar.

Dua species dalam kelompok kayu bayur, yang dilaporkan Martawijaya & Kartasujana (1977) dan Martawijaya et al. (1989), ialah Pterospermum javanicum dan Pterospermum celebicum, berturut-turut berat jenis kering udara rata-rata 0,53 (0,35-0,70), kelas kuat I I I dan kelas awet IV; serta 0,44 (0,30-0,56), kelas kuat I I I - IV, kelas awet I V - V. Kayu bayur secara umum dilaporkan berwama merah pucat, merah coklat muda, kadang-kadang semu lembayung; tekstur agak kasar, arah serat lurus atau berpadu, dengan permukaan kayu agak licin - licin dan mengkilap. Kayu mudah dikerjakan sampai halus; kegunaannya antara lain untuk konstruksi ringan di bawah atap, kayu pertukangan dan tangkai serta kotak korek api. Walaupun dua species tersebut berbeda dengan species bayur dalam penelitian ini {Pterospermum elongatum), namun ciri umum kayu dan berat jenisnya mendekati kedua species tersebut di atas, demikian pula sifat pemesinannya.

Selanjutnya dilaporkan Martawijaya & Kartasujana (1977) serta Martawijaya et al. (1986), kayu ramin temtama Gonystylus bancanus Kurz. berat jenis kering udara rata-rata 0,63,kisaran 0,46 - 0,84 ,kelas kuat I I - I I I , kelas awet V. Kayu terasnya yang sudah kering, berwama hampir putih krem atau putih agak kekuning-kuningan; tekstumya agak halus; arah serat lurus atau kadang-kadang agak berpadu, mudah dikerjakan, baik dengan alat tangan maupun mesin, mudah digergaji, diserut, dibuat kayu bentukan (moulding) atau dibubut dengan hasil cukup baik, serta mudah direkat. Penggunaannya antara lain untuk konstmksi ringan di bawah atap, mebel, kayu bentukan (moulding) dan barang bubutan. Dalam penelitian ini, kayu pinang-baek (G. macrophyllus) walaupun speciesnya berlainan namun berat jenis serta kelas kuatnya hampir sama; demikian juga ciri umum kayunya seperti tersebut di atas. Dari hasil penelitian terhadap kayu pinang-baek ini disarankan pengembangannya, antara lain untuk mebel, kayu pertukangan serta barang bubutan sebagaimana kayu ramin yang telah lama dikenal dalam dunia perdagangan.

Kayu kenanga (Cananga odorata) dilaporkan oleh Kartasujana & Martawijaya (1975) mempunyai berat jenis kering udara rata-rata 0,33, kisaran 0,20 - 0,44; kelas kuat IV-V, kelas awet V. Berat jenis rata-rata tersebut mendekati nilainya dengan berat jenis species yang sama dalam penelitian ini.

(6)

Kayu bayut {Mazzettia parviflora) menurut Oey Djoen Seng (1990) berat jenis kering udara rata-rata 0,61, kisaran 0,42-0,73 ; kelas kuat I I - I I I , kelas awet V. Nilai berat jenis dan kelas kuatnya mendekati species yang sama dalam penelitian ini.

Kayu alifambang (Endospermum diadenum) dalam penelitian ini berat jenis kering udara dan kelas kuatnya mendekati nilai berat jenis, kering udara dan kelas kuat kayu sendok-sendok, walaupun speciesnya berbeda (Endospermum

malaccensis) sebagaimana dilaporkan oleh Kartasujana & Martawijaya (1975).

Berat jenis kering udara rata-rata dari species ini adalah 0,45 dengan kisaran 0,30-0,61; kelas kuat I I I - I I , kelas awet V. Burgess (1966) melaporkan bahwa species ini kayunya mudah diserut dengan hasil permukaan halus; kegunaannya antara lain untuk korek api dan mungkin juga dapat untuk barang ukiran serta konstruksi sementara. Penyusutan kayunya sedang, yaitu 1,4% arah radial dan 2,1% arah tangensial sampai kadar air kayu 15%; kerapatannya 28,1 lb./ft3. (=450,2 kg/m^) dan 33 lb./ft3. ( = 528,7 kg/m^). Kayu alifambang juga mempunyai sifat penyerutan yang baik (Tabel 3).

Kayu keranji (Dialum platysepalum) yang dilaporkan oleh Kartasujana & Martawijaya (1975) mempunyai kelas kuat dan kelas awet yang sama dengan D.indum yang dikemukakan oleh Oey Djoen Seng (1990), berturut-turut berat jenis kering udaranya 0,98 (0,84 - 1,04) dan 0,99 (0,85 - 1,11). Dalam penelitian

ini D.indum mempunyai berat jenis kering udara rata-rata 1,05 dengan kisaran 1,04- 1,06.

Kayu menjalin yang sama speciesnya dengan kayu batu-batu dalam penelitian ini (Xanthophyllum excelsum) dilaporkan Kartasujana & Martawijaya (1975) mempunyai berat jenis kering udara 0,58 - 1,04, kelas kuat I - I I I . kelas awet V, sedangkan Oey Djoen Seng (1990) untuk species yang sama melaporkan berat jenis kering udara rata-rata 0,68, kisaran 0,43-0,87, kelas kuat I I - m, kelas awet V.

Untuk kayu bentol {Kokoona reflexa) Oey Djoen Seng (1990) belum memperoleh perincian species ini disebutkan antara lain Kokoona (1) dengan berat jenis kering udara rata-rata 0,95, kisaran 0,84-1,04; kelas kuat I - I I , kelas awet I I I / I V . Dengan demikian nampaknya kayu bentol dalam penelitian ini cenderung mendekati berat jenis kering udara rata-rata dari kayu Kokoona (l)im.

Burgess (1966) melaporkan bahwa kayu K. reflexa mempunyai kerapatan kering udara 56 lb./ft3 atau 897,12 kg/m^, dan 67 lb./ft3. atau 1073,34 kg/m^. Data pertama mendekati nilai minimum kerapatan dari species yang sama dalam penelitian ini, yakni 900 kg/m'. Selanjutnya dilaporkan bahwa species ini kayunya berwama keputih-putihan sampai coklat kekuning-kuningan, kadang-kadang coklat kemerahan, tekstur kayunya halus, tapi hampir tidak merata karena adanya pita-pita parenkim, arah seratnya berpadu. Penyusutan sampai kadar air kayu 15% adalah 1,6% untuk arah radial, dan 2,0% untuk arah tangensial.

Deskripsi kayu dari species ini hampir sama dengan laporan yang dikemukakan Lemmens at al. (1995), yaitu kerapatan pada kadar air 15% adalah 895 kg/m^ -1070 kg/m-'; kayunya mudah digergaji dengan gergaji mesin (dibelah atau dipotong), baik dalam keadaan basah maupun telah kering udara. Selain itu, mudah diserut dan dibor dengan hasil permukaan yang licin/halus, namun lebih sukar jika dibubut dalam keadaan kering udara karena permukaan yang kasar. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sifat pemesinan kayu bentol (Tabel 3)

(7)

umumnya sama dengan yang dikemukakan oleh Lemmens et al. (1995), kecuali untuk sifat pembubutan. Selanjutnya Burgess (1966) dan Lemmens et al. (1995) sama-sama melaporkan bahwa penggunaan kayunya antara lain cocok untuk konstruksi dibawah atap atau konstruksi berat jika diawetkan, mebel, rangka pintu dan jendela serta lantai parket.

Kayu sebusuk (Amoora rubiginosa) dilaporkan oleh Burgess (1966) mem-punyai kerapatan 58 lb./ft3. atau 929,16 kg/m^ dengan kisaran 52-64 Ib./ftB. ( = 833,04 kg/m^ - 1025,28 kg/m^ dalam keadaan kering udara). Kayu terasnya yang masih segar berwama merah bata atau merah tua jika dibiarkan/kering. Kegunaan kayunya antara lain untuk interior, mebel, dan lantai. Dalam penelitian ini species yang sama, berat jenis atau kerapatannya lebih rendah, yakni rata-rata 0. 63 dengan kisaran 0,61-0,64.

IV. KESIMPULAN DAN SARAN

1. Mutu sifat pemesinan, yaitu penyerutan, pembentukan, pembubutan, pemboran dan pengampelasan dari 13 jenis kayu yang diteliti berkisar antara mutu sedang (kelas III) sampai sangat baik (I), atau pada umumnya dapat digolongkan mutu baik (kelas II) sampai sangat baik (kelas I ) , kecuali sifat penyerutan kayu bayur, sifat penyerutan dan pemboran kayu runding, serta sifat pembubutan untuk kilulun tergolong mutu sedang (kelas III).

2. Jenis kayu yang mempunyai berat jenis kering udara sedang ( < 0,70) adalah kayu nurai, runding, kilulun, alifambang, alatat, bayut, bayur, sebusuk, dan pinang-baek; sedangkan jenis-jenis kayu yang mempunyai berat jenis kering udara lebih dari 0,70, adalah batu-batu, anglau, bentol dan keranji.

3. Beberapa jenis kayu yang disarankan untuk dikembangkan lebih lanjut ialah pinang-baek (Gonystylus macrophyllus) sebagaimana kayu ramin (G. bacanus); kayu bayur (Pterospermum elongatum) sebagaimana (P. javanicum); kayu alifambang (Endospermum diadenum) sebagaimana kayu sendok-sendok (E.

malaccense); kayu batu-batu (Xanthophyllum excelsum) sebagaimana kayu

menjalin (X. excelsum); kayu keranji (Dialium indum) sebagaimana kayu keranji lainnya (D. platysepalum); serta kayu bayut (Mezzettia parviflora) dan kayu bentol (Kokoona reflexd) yang belum banyak dikenal.

DAFTAR PUSTAKA

Abdurachman, A. J. dan S. Kamasudirdja. 1982. Sifat Pemesinan Kayu-Kayu Indonesia. Laporan No. 160, Balai Penelitian Hasil Hutan, Bogor.

Anonim. 1981. Standard Method of Conducting Machining Tests of Wood and Wood-base Materials, ASTM D 1666 -64; ASTM D 2395 - 69 (Reapproved 1977). Annual Book of ASTM Standards, Part 22 : Wood; Adhesives. Philadelphia.

Burgess, P. F. 1966. Timbers of Sabah. Sabah Forest Records No.6. Forests Dept., Sabah.

(8)

jinoga, B. 1995. Sifat Pemesinan Enam Jenis Kayu Indonesia. Jumal Penelitian Hasil Hutan: 13 (6) : 246-251.

Baygreen, J. G. and J. L . Bowyer. 1982. Forest Products and Wood Science. An Introduction. The Iowa State University Press, Ames, Iowa (pp.: 204-206; p.: 198).

iCartasujana, I . dan A . Martawijaya. 1975. Kayu Perdagangan Indonesia, Sifat dan Kegunaannya (bagian I I ) . Laporan No.56, Lembaga Penelitian Hasil Hutan, Bogor.

:xmmens, R. H . M . J., I . Soerianegara, and W. C. Wong (Editors). 1995. Plant Resources of South-East Asia, No.5(2). Timber Trees : Minor Commercial Timbers. Backhuys Publishers, Leiden (pp.:273-277).

Vlartawijaya, A . dan I . Kartasujana. 1977. Ciri Umum, Sifat dan Kegunaan Jenis-Jenis Kayu Indonesia. Publikasi Khusus Nomor 41, Lembaga Penelitian Hasil Hutan, Bogor.

Vlartawijaya, A . , I . Kartasujana, Y. I . Mandang, S. A. Prawira dan K . Kadir. 1989. Atlas Kayu Indonesia : Jilid I I . Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanau, Bogor.

Dey Djoen Seng. 1990. Berat Jenis dari Jenis-Jenis Kayu Indonesia dan Pengertian Beratnya Kayu Untuk Keperluan Praktek. Pengumuman Nomor

13, Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan, Bogor.

Gambar

Tabel 1. Keterangan mengenai jenis kayu yang diteliti  Table 1. Informations of wood tested
Tabel 2. Nilai bebas cacat dan klasifikasi mutu sifat pemesinan'  Table 2. Defect free values and machining classification qualities

Referensi

Dokumen terkait

Salah penggunaan ini diantaranya (a) Anda digunakan untuk menunjuk orang dari strata sosial yang sama (aspek sosio-ekonomis), (b) Sampeyan tidak digunakan hanya untuk

Koleksi tersebut berupa koleksi beku sebanyak 28 sampel sel darah sapi FH betina asal BPTU Baturraden (tahun 2002), 29 sampel sel darah sapi FH betina asal peternakan Pondok

Memperkuat skema desentralisasi kesehatan dengan mendorong daerah lebih aktif dalam menyusun program – program kesehatan dan sistem desentralisasi fiskal yang menempatkan

Dalam membuat mesin adonan kerupuk, SIM Gresea dan Website Gresea, Tim pelaksana IbM telah melakukan komunikasi intens kepada Mitra I maupun Mitra II tentang kebutuhan yang

Sehubungan dengan hal tersebut prinsip umum yang dapat dipakai sebagai pegangan untuk mendorong diversifikasi pangan adalah: (1) dari sisi konsumsi, diversifikasi

Reaktor yang menghasilkan amonium nitrat sering disebut juga sebagai netraliser karena reaksi pembentukan amonium nitrat merupakan salah satu reaksi netralisasi (penetralan

Hal ini dikarenakan penyimpanan pada suhu rendah membuat jumlah kehilangan air pada bunga potong krisan yang disimpan lebih rendah sehingga umur simpan bunga potong

Pengukuran jumlah bunga mekar sempurna tanaman krisan didapatkan hasil bahwa setiap pemberian cahaya tambahan lampu LED merah secara siklik dan kontrol mengalami