• Tidak ada hasil yang ditemukan

Modul Praktikum Tpb

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Modul Praktikum Tpb"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

Disusun Oleh: Tim Materi Asisten Laboratorium Metalurgi Mekanik 2012

MODUL PRAKTIKUM

TEKNIK PENGUBAHAN BENTUK

Laboratorium Metalurgi Mekanik

Departemen Metalurgi dan Material

Fakultas Teknik

Universitas Indonesia

(2)

Laboratorium Metalurgi Mekanik 2012 2

MODUL I

CANAI DINGIN

I.1 Tujuan

1) Mengerti penggunaan mesin canai

2) Mengerti proses perhitungan pada pencanaian untuk mereduksi ketebalan lembaran logam

3) Mengetahui manfaat proses pencanaian pada lembaran logam

4) Mengetahui perubahan sifat mekanis logam lembaran akibat perlakuan canai dingin

5) Mengetahui pengaruh pelumas pada proses canai dingin lembaran logam 6) Mengetahui cacat-cacat yang terjadi pada akibat proses canai dingin pada

lembaran logam

7) Mengetahui perubahan mikrostruktur logam lembaran akibat proses canai dingin

8) Mengetahui aplikasi produk hasil pengerjaan canai dingin

I.2 Alat

1) Mesin canai merk ONO dilengkapi dengan sel beban (Load Cell) dan Indikator Posisi Roll (Roll Position Indicator).

2) Kapasitas : 20 tonF 3) Kecepatan : 8 mm/menit

4) Dimensi Work Roll : Panjang/Diameter: 140 mm/104 mm 5) Celah Roll Maksimum : 15 mm

6) Hardness tester untuk estimasi tegangan luluh (yield stress). 7) Jangka sorong (caliper) dan mikro meter (micro meter). 8) Penjepit logam dan amplas

9) Sarung tangan.

I.3 Bahan

1) Lembaran aluminium, tebal t = 4 mm. 2) Pelumas.

(3)

Laboratorium Metalurgi Mekanik 2012 3 I.4 Metode Percobaan dan Pengukuran

1) Potong sampel Al dengan bentuk persegi panjang dengan ukuran 70 mm x 30 mm x 4 mm sebanyak 1 buah dengan jig saw.

2) Bersihkan permukaan sampel dari kotoran dengan amplas

3) Tentukanlah nilai tegangan luluh (yield stress) dari hasil uji kekerasan 4) Siapkan mesin roll dan atur jarak permukaan roll agar sesuai dengan

reduksi material yang diinginkan.

5) Catat ukuran yang didapatkan setelah proses roll.

6) Hitung tegangan luluh sampel setelah pass canai berikutnya. 7) Ulangi langkah 4,5,dan 6 dengan menambahkan pelumas 8) Matikan mesin canai setelah selesai penggunaan

I.5 Dasar Teori

Rolling atau pencanaian

merupakan suatu proses deformasi dimana ketebalan dari benda kerja direduksi dengan menggunakan gaya tekan dan menggunakan dua buah roll

atau lebih. Roll berputar untuk menarik dan menekan secara simultan benda kerja yang berada di antaranya.

Pada proses pencanaian, benda kerja dikenai tegangan kompresi yang tinggi yang berasal dari gerakan jepit rol dan tegangan geser-gesek permukaan sebagai akibat gesekan antara rol dan logam. Selama proses canai, roll memberikan tegangan tekan pada bagian-bagian dari benda kerja. Tegangan-tegangan ini mengakibatkan benda kerja mengalami deformasi plastis. Produk akhir dari proses ini adalah logam plat dan lembaran (sheet), dimana plat umumnya mempunyai tebal lebih dari ¼ in. Lembaran umumnya mempunyai tebal kurang dari ¼ in. Tujuan utama pengerolan adalah untuk memperkecil tebal logam. Biasanya terjadi sedikit pertambahan lebar, karena itu penurunan tebal mengakibatkan pertambahan panjang.

(4)

Laboratorium Metalurgi Mekanik 2012 4 Berdasarkan temperatur kerjanya, pencanaian logam terdiri dari dua proses, yakni canai panas dan canai dinging. Canai panas pada logam dilakukan diatas suhu rekristalisasi atau di atas daerah work hardening, sedangkan canai dingin dilakukan dibawah suhu rekristalisasi, bisa juga dilakukan pada suhu ruang. Perbedaannya adalah gaya deformasi yang diperlukan pada canai dingin lebih rendah dan perubahan sifat mekanik dari material tidak signifikan, sedangkan pada pengerjaan dingin diperlukan gaya yang lebih besar dan sifat mekanis logam meningkat dengan signifikan.

Pada proses rolling terjadi perubahan deformasi dan perubahan butir dari butir equiaxed menjadi butir yang terelongasi. Jumlah pengerjaan dingin yang dapat dialami logam

tergantung kepada kekuatannya, semakin ulet suatu logam, maka makin besar pengerjaan dingin yang dapat dilakukan. Logam murni relatif lebih mudah mengalami deformasi daripada paduan, karena penambahan unsur paduan cenderung meningkatkan gejala pengerasan regangan.

Proses canai dingin dilakukan untuk mendapatkan lembaran strip dan lembaran tipis dengan penyelesaian permukaan yang baik dan bertambahnya kekuatan mekanis. Pada saat yang sama juga dilakukan pengendalian dimensi produk yang ketat. Selain itu, canai dingin akan menghasilkan lembaran dan strip yang memiliki kualitas permukaan akhir yang lebih baik serta kesalahan dimensional yang lebih kecil dibandingkan apabila menggunakan proses canai panas.

Reduksi total yang dapat dicapai dengan pengerolan dingin, biasanya beragam dari 50% sampai 90%. Pada umumnya reduksi terkecil terdapat pada tahap akhir agar diperoleh pengerolan yang lebih baik. Parameter-parameter utama dalam proses canai adalah :

1) Diameter roll

2) Hambatan deformasi logam yang tergantung pada struktur metalurgi, suhu, dan laju regangan

(5)

Laboratorium Metalurgi Mekanik 2012 5 3) Gesekan antara roll dengan benda kerja

4) Adanya tegangan tarik ke depan dan atau tegangan tarik ke belakang pada bidang lembaran

I.5.1 Mesin Roll

Peralatan untuk melakukan proses canai tersebut pada dasarnya terdiri dari sebagian-sebagian seperti :

1) Roll

Menurut jumlah dan susunan rol, maka rolling mill dapat dibedakan menjadi :

a) Two high mill, merupaka pengerol logam dua tingkat dan jenis yang paling sederhana

b) Two high reversing mill, merupakan pengerol logam bolak-balik dua tingkat dan mempunyai kecepatan yang lebih baik ketimbang jenis two high mill

c) Three high mill, merupakan pengerol logam tiga tingkat d) Four high mill, merupakan pengerol logam empat tingkat e) Cluster roll, merupakan pengerol logam tipis menjadi tipis lagi f) Planetary mill, merupakan pengerol logam dengan rol pendukung

dikelilingi sejumlah rol kecil 2) Bantalan (bearing)

3) Rumah (housing), untuk tempat peralatan-peralatan di atas

4) Pengendali, untuk mengatur catu daya untuk roll dan untuk mengendalikan kecepatannya

I.5.2 Cacat-cacat yang Terbentuk dalam Proses Canai 1) Cacat cetakan

Cacat cetakan ini diakibatkan oleh terjadinya pertambahan panjang pada arah lateral dan kemudian dihambat oleh gaya-gaya gesek transversal. Kemudian karena adanya bukit gesekan, maka gaya gesekan mengarah ke pusat lembarat. Hal ini mengakibatkan terjadinya penyebaran yang lebih sempit daripada tepinya. Lembaran mengalami pertambahan panjang

(6)

Laboratorium Metalurgi Mekanik 2012 6 sementara itu pengurangan tebal tepi akan menyebar ke arah lateral, sehingga lembaran dapat mengalami sedikit pembulatan pada ujung-ujungnya. Dari hubungan kontinuitas antara tepi dengan pusat, maka pinggiran mengalami regangan, suatu kondisi yang menimbulkan retak tepi.

2) Cacat Kerataan

Cacat pengerolan ini terjadi karena pelat tidak rata pada saat dilakukan proses canai. Hal ini mengakibatkan terjadinya perbedaan perpanjangan pada tempat tertentu dimana lembaran tipis dan pelat menjadi berombak.

3) Cacat pembelahan (alligatoring)

Terjadi karena ada ikatan lembaran akibat salah satu bagian roll lebih tinggi atau lebih rendah dibandingkan dengan celah roll.

4) Perbedaan ketebalan antar sisi

Cacat ini terjadi karena adanya perbedaan ketinggian celah roll, akibatnya ketebalan lembaran hasil roll tidak sama ketebalannya pada masing-masing sisi dan pada salah satu sisi lembaran akan menjadi lebih panjang daripada sisi yang lain, akibatnya pelat menjadi melengkung

5) Tebal material yang tidak sama pada semua tempat

Cacat jensi ini terjadi karena adanya deformasi elastis pada roll. Produk pelat lebih tebal dibagian tengah dariapad di bagian pinggir.

6) Cacat-cacat lain

Sebagai contoh : porositas, keriput, kampuh, dll.

I.5.3 Perhitungan Dalam Proses Canai Manghitung Tebal Reduksi

Misalkan untuk menghitung reduksi ketebalan hasil rolling yang diinginkan untuk reduksi 70%, maka:

Dimana :

hi = tebal awal saat masuk rolling machine

hf = tebal akhir saat keluar roll machine

70% = 4 mm - hf x 100%

4 mm hf = 1,2 mm

(7)

Laboratorium Metalurgi Mekanik 2012 7 Asumsikan beban yang digunakan untuk mendapatkan hf yang paling mendekati adalah 18.103 KgF (beban maksimum 20 tonF).

Dalam satu kali pass, proses rolling dapat mereduksi ketebalan sebesar :

Dengan : F = Rolling load (asumsi 18.103 KgF)

σy = Yield strength (misalkan sampel Al dengan asumsi σy = 145 Mpa)

w = lebar sample (20 mm) R = Jari-jari roll (52 mm)

Δh = Ketebalan yang dapat direduksi satu kali pass Sehingga ;

18.103 = (1,155 x 145 x 20) x √52 x √Δh Δh = 0,55 mm

Δh = hi - hf1 hf1 = hi - Δh

Jadi pada passing pertama, ketebalan yang dihasilkan (hf1) : 4 – 0,55 = 3,45 mm Ketebalan yang dihasilkan pada passing kedua (hf2) : 3,45 – 0,55 = 2,9 mm Ketebalan yang dihasilkan pada passing ketiga (hf3) : 2,9 – 0,55 = 2,35 mm Ketebalan yang dihasilkan pada passing keempat (hf4) : 2,35 – 0,55 = 1,8 mm Ketebalan yang dihasilkan pada passing kelima (hf5) : 1,8 – 0,55 =1,25 mm hf5 ≈ hf ≈ 1,2 mm, jadi untuk mereduksi sampel dengan reduksi sebesar 70% diperlukan 5 kali passing.

I.5.4 Pelumasan

Pada proses canai dingin temperatur daerah antara roll dan lembaran logam dapat mencapai temperatur yang tinggi, efek ini kurang baik terhadap terhadap roll karena akan meningkatkan kecenderungan terjadinya roll flattening, karena itu sebaiknya pelumas tidak hanya berfungsi melumasi namun juga berfungsi sebagai pendingin rol.

Pelumas harus benar-benar terpilih, sesuai dengan kemampuannya dan sesuai dengan kebutuhan yang diinginkan dari pelumas tersebut. Pelumas yang

(8)

Laboratorium Metalurgi Mekanik 2012 8 dibutuhkan untuk lembaran aluminium tentu tidak sama dengan pelumas untuk lembaran baja, karena itu formulasi pelumas yang akan digunakan dalam proses pengubahan bentuk sebaiknya memenuhi beberapa bahan dalam jumlah yang sesuai dengan kebutuhan seperti kandungan perputaran pembasahan pada sistem non aqueos, penghambat terhadap korosi, pengontrol pH, dan lain-lain.

Adapun contoh-contoh pelumas yang dapat digunakan untuk paduan aluminium adalah sebagai berikut:

a) Kerosene

b) Mineral oil (viskositas 40-300 SUS pada 40oC c) Petroleum jelly

d) Mineral plus 10-20% fatty oil e) Tallow plus 50% paraffin

(9)

Laboratorium Metalurgi Mekanik 2012 9

MODUL II

PENGUJIAN SIMULATIF LEMBARAN

DEEP DRAWING & STRETCHING

II.1 Tujuan

1) Memahami penggunaan alat uji simulatif lembaran logam (universal sheet metal testing machine)

2) Mengetahui pengujian simulatif lembaran logam melalui deep drawing dan stretching

3) Mempelajari pengaruh nilai n-strain hardening terhadap proses stretching 4) Mempelajari pengaruh nilai R anisotropi terhadap nilai LDR pada proses

deep drawing

5) Mempelajari pengaruh pelumasan padat dan cair pada proses stretching dan deep drawing

6) Memperoleh informasi mengenai kemampuan bahan untuk meragang atau kapasitas bahan untuk meregang tanpa terjadi robek pada proses stretching 7) Mengetahui rasio batas pembentukan (LDR) suatu bahan pada proses

deep drawing.

8) Mengetahui proses terjadinga pengupingan (earing) pada produk hasil deep drawing

II.2 Alat

1) Universal sheet metal testing machine, Capacity 12 tonF. 2) Sheet Metal Marking Machine merk Erichsen

3) Mikrometer dan Jangka Sorong 4) Gunting Logam/Cutting Blade 5) Amplas Logam

II.3 Bahan

1) Lembaran tembaga hasil canai. 2) Pelumas cair dan padat.

(10)

Laboratorium Metalurgi Mekanik 2012 10 4) Larutan pencuci/pembersih.

II.4 Metode Percobaan dan Pengukuran II.4.1 Penarikan Dalam (Deep drawing)

1) Potong satu buah sampel membentuk blank dengan diameter tertentu sesuai drawing ratio yang dinginkan (tiap kelompok memiliki diameter yang berbeda, mulai dari d=80mm)

2) Gerinda bagian tepi blank dan amplas untuk menghilangkan bekas deformasi.

3) Beri tanda perrmukaan blank untuk menunjukkan arah 0o, 45o, dan 90o terhadap arah canai.

4) Letakkan blank secara konsentris di atas dies.

5) Naikan penekan (d=40mm) setelah mengatur terlebih dahulu besar tekanan jepit blank (PB) melalui perhitungan. Atur mesin pada posisi manual. 6) Catat Tekanan Pons (Pz) dan jarak kenaikan pons (h).

7) Setelah selesai, catat tekanan pons maksimum yang dibutuhkan dan ukur earing yang terjadi dengan cara mengukur tinggi penekanan pada tiap tinggi maksimum dan minimumnya.

8) Ulangi langkah-langkah di atas untuk drawing ratio yang berbeda hingga diperoleh nilai LDR bahan.

9) Lakukan pengujian yang sama untuk kondisi pelumasan berbeda.

II.4.2 Tarik Rentang (Stretching)

1) Potong blank dengan diameter 100 mm.

2) Buat garis melalui pusat blank dengan arah 0o, 45o, dan 90o terhadap arah canai.

3) Buat lingkaran konsentris dari pusat blank ke tepi dengan masing-masing berjarak 5 mm.

4) Beri tanda setiap titik potong lingkaran dan garis, ukur ketebalan awal pada setiap titik.

5) Lakukan penekanan setelah mengatur besar tekanan blank pada posisi maksimum.

(11)

Laboratorium Metalurgi Mekanik 2012 11 6) Catat tekanan pons (Pz) dan ketinggian kubah (h).

7) Setelah selesai ukur kembali ketebalan pada setiap titik potong tadi. 8) Lakukan pengujian yang sama untuk kondisi pelumasan berbeda

II.5 Dasar Teori

Pengubahan bentuk lembaran logam memegang peranan penting saat ini. Banyak peralatan menunjang kehidupan modern diantaranya merupakan gabungan dari berbagai komponen yang dibuat melalui proses pengubahan bentuk pada lembaran logam diantaranya proses Deep drawing dan Strecthing. Benda dan peralatan tersebut diantaranya adalah berbagai komponen alat transportasi, industri, komponen elektronik, dan peralatan rumah tangga.

Salah satu jenis bahan yang banyak digunakan pada pengubahan bentuk plastis yaitu lembaran kuningan, disamping baja dan alumunium. Lembaran kuningan mempunyai keuletan yang baik sehingga cocok dapat dilakukan proses pengubahan bentuk dengan baik menjadi bentuk yang rumit sekalipun. Dengan sifat daya hantar listrik/panas yang baik, bahan ini banyak digunakan sebagai alat/komponen listrik, dinding pemanas, tabung-tabung heat exchanger dan sebagainya.

Mampu bentuk suatu bahan dapat diketahui dengan dua pendekatan, yaitu pengujian nonsimulasi dan pengujian simulasi. Pengujian nonsimulasi dilakukan dengan proses penarikan (uji tarik) untuk mengetahui sifat mekanis bahan yaitu diantaranya kekuatan, keuletan, koefesien pengerasan regangan, dan faktor anisotropi plastis. Pengujian ini tidak secara langsung memberikan informasi mengenai mampu bentuk bahan karena sifatnya hanya membandingkan tegangan dan regangan yang terjadi selama penarikan tanpa pendekatan pada kondisi pembentukan lembaran yang sesungguhnya. Namun dari pengujian ini kita dapat memperkirakan kemampuan bahan untuk dibentuk. Pengujian simulasi meliputi proses Deep drawing dan Strecthing yang merupakan proses utama dalam suatu pembentukan logam lembaran. Dengan proses deep drawing dapat kita ketahui kemampuan bahan untuk ditarik dalam (nilai LDR), yaitu kemampuan bahan untuk dibuat menjadi bentuk-bentuk dengan kedalaman tertentu tanpa terjadinya perobekan. Pada pengujian stretching dapat diperoleh informasi mengenai

(12)

Laboratorium Metalurgi Mekanik 2012 12 kemampuan bahan untuk meregang atau kapasitas bahan untuk meregang tanpa terjadi robek pada bahan.

II.5.1 Penarikan Dalam (Deep drawing)

Deep drawing merupakan proses pengubahan bentuk dingin dari lembaran logam untuk menghasilkan benda yang mempunyai kedalaman tekan seperti pada pembuatan mangkuk (kup). Proses ini dilakukan dengan meletakan lembaran (blank) diantara dua penjepit yang salah satunya juga sekaligus berfungsi sebagai cetakan. Lembaran kemudian ditekan pada bagian yang tak berjepit sehingga bahan lembaran akan mengalir masuk kedalam cetakan dan menghasilkan benda jadi sama dengan bentuk cetakannya. Pada proses ini terjadi aliran material disebabkan tekanan blank holder yang digunakan tidak terlalu besar. Selama proses, ketebalan benda lebih kurang sama dengan ketebalan lembaran awal dan luas permukaan lembaran sebelum dibentuk sama dengan luas permukaan benda setelah dibentuk.

Pada proses ini perlu diperhitungkan besarnya tekanan penjepit disekeliling blank untuk menghindari pengkerutan bagian tepi ataupun perobekan mangkuk. Bentuk pengujian deep drawing yang biasanya dilakukan yaitu pengujian Swift, dimana blank lingkaran dibentuk menjadi mangkuk beralas datar, seperti tampak pada gambar berikut ini :

Pada proses deep drawing, blank mengalami tiga jenis deformasi yang berbeda. Deformasi dan keadaan tegangan yag terjadi pada daerah-daerah yang berbeda selama proses deep drawing diperlihatkan pada gambar berikut ini:

(13)

Laboratorium Metalurgi Mekanik 2012 13  Pada daerah tengah blank (bagian yang kontak langsung dengan alat tekan)

terjadi regangan tarik biaksial sehingga pada daerah ini terjadi penipisan. Blank yang berada di luar daerah penekanan (diantara penjepit) pada saat akan masuk kedalam cetakan akan mengalami penarikan ke arah radialnya. Keliling lingkaran akan terus menerus menyusut dari keliling awal π.D menjadi π.d. Penyusutan terjadi pada daerah ini karena adanya regangan tarik pada arah radial akibat gaya tekan dari alat tekan (punch) serta regangan tekan pada arah tegak lurus radial (arah keliling).

 Pada saat masuk ke cetakan, mula-mula terjadi pembengkokan/bending, kemudian dilanjutkan dengan pelurusan (straightening) akibat melewati kelengkungan cetakan membentuk dinding kup akibat gaya tekan dari punch yang memasuki lubang cetakan. Gaya tekan dari punch mengakibatkan dinding kup mengalami penarikan pada arah sejajar dengan arah gerakan punch.

 Beban tekan dari dasar kup diteruskan kebagian dinding. Umumnya daerah yang sering mengalami robek dalam deep drawing terletak pada bagian dinding sedikit di atas jari-jari kelengkungan dasar kup. Pada daerah ini terjadi peregangan bidang (plane strain) yang mengakibatkan penipisan bahan. Robek akan terjadi apabila tegangan tarik yang terjadi pada daerah ini melebihi kekuatan tarik bahan.

Gaya tekan yang dibutuhkan untuk membentuk blank menjadi kup merupakan jumlah gaya ideal untuk pengubahan bentuk, gaya gesek dan gaya penyusutan ketebalan pada bagian dinding. Gaya penekanan ideal untuk menekan blank masuk ke dalam cetakan terus bertambah dengan makin dalamnya

(14)

Laboratorium Metalurgi Mekanik 2012 14 penekanan akibat terjadinya pengerasan regang. Gaya penekanan yang terjadi pada daerah penjepit terus bertambah sampai keadaan maksimum dan kemudian berkurang dengan makin berkurangnya daerah blank yang terjepit.

II.5.1.1 LDR (Limit Drawing Ratio)

Mampu bentuk lembaran melalui proses deep drawing dinyatakan dengan LDR (Limit Drawing Ratio), yaitu batas kemampuan bahan dimana merupakan perbandingan antara diameter blank maksimum/kritis terhadap diameter punch yang masih dapat membentuk mangkuk/kup yang baik.

dimana rasio batas penarikan (Limiting Draw Ratio), yaitu rasio dari diameter blank terbesar yang berhasil ditarik, D, terhadap diameter penekan, d.

Robek pada bagian deep drawing dapat terjadi apabila tekanan jepit pada blank terlalu besar yang mana gesekan pada daerah menjadi sangat besar sehingga terjadi penghambatan aliran bahan. Tegangan tarik pada daerah dinding meningkat dengan cepat sampai menyampai kekuatan tarik bahan sehingga terjadi peregangan setempat sebelum seluruh bahan masuk ke dalam cetakan yang akibatnya terjadi robek. Besarnya tekanan jepit dinyatakan dengan persamaan sebagai berikut:

Dimana:

D = diameter blank (mm) d = diameter pons (mm) s = tebal lembaran (mm)

(15)

Laboratorium Metalurgi Mekanik 2012 15 II.5.1.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Deep drawing

Faktor-faktor yang mempengaruhi deep drawing dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu kondisi pengujian dan material yang digunakan. Kondisi pengujian termasuk di dalamnya geometri, bahan peralatan tekan, tekanan jepit, kecepatan drawing dan pelumasan yang dipakai. Sedangkan faktor material yaitu ketebalan, besar butir, dan anisotropi plastis.

Faktor utama yang menentukan hasil deep drawing yaitu: 1) Sifat anisotropi plastis (R)

Ialah sifat ketahanan bahan terhadap penipisan. Makin besar nilai R nya suatu bahan berarti ketahanan terhadap penipisan arah penebalannya juga besar sehingga kemampuannya untuk di deep drawing semakin baik, yang mana diperoleh harga LDR yang lebih besar.

2) Koefesien pengerasan regang (n)

Nilai n juga berpengaruh terhadap nilai LDR meskipun tidak sebesar pengaruh R.

3) Pelumasan

Pelumasan yang baik terutama di daerah ‘blank holder’ dan radius ‘dies’ akan meningkatkan nilai LDR, karena dengan adanya pelumas maka efisiensi deformasi akan semakin besar.

II.5.2 Stretching

Stretching merupakan suatu proses pengubahan bentuk akibat adanya pertambahan panjang dalam berbagai arah pada lembaran logam yang tidak berada di bawah penjepit akibat adanya gaya dari alat penekan (punch). Berbeda dengan proses deep drawing, disini tidak terjadi aliran material yang bebas melainkan proses peregangan/perentangan yang menimbulkan penipisan karena disekeliling lembaran (blank) diberikan tekanan penejepitan dengan tekanan yang besar. Benda yang dihasilkan akan berbentuk hemispherical sebagaimana bentuk dari ujung penekan yang digunakan.

Proses pembentukan stretching dengan alat tekan berbentuk setengah bulat (hemispherical-punch) umumnya digunakan dalam menguji kemampuan bentuk stretching. Secara skematis proses ini digambarkan :

(16)

Laboratorium Metalurgi Mekanik 2012 16 Akibat proses penekanan ini blank mengalami deformasi plastis hingga mencapai kedalaman tertentu sebelum terjadinya robek. Karena di sini tidak terjadi aliran material, maka luas benda yang dihasilkan akan lebih besar dibanding luas lembaran mula-mula. Umumnya proses stretching dipakai untuk membuat komponen-komponen dengan radius kelengkungan besar.

Secara umum kemampuan bahan untuk dibentuk dengan proses stretching dapat dilihat dari kedalaman hasil penekanan. Semakin dalam hasil stretching yang diperoleh maka akan semakin besar deformasi yang dialami bahan yang dapat dikatakan semakin besar ketahanan bahan terhadap deformasi sebelum terjadi ketidakstabilan plastik yang berlanjut dengan terjadinya perobekan.

Kemampuan suatu lembaran untuk dibentuk melalui proses ini ditentukan oleh regangan maksimum yang masih dapat diterima bahan sebelum mengalami perobekan atau penciutan. Besarnya regangan maksimum ini sangat dipengaruhi oleh nilai n (koefesien strain hardening). Peningkatan nilai n akan memperbesar nilai regangan maksimum yang dapat dicapai. Sedangkan peningkatan nilai R anisotropi akan menurunkan regangan maksimum tersebut.

Ukuran lain yang dipakai untuk menunjukan mampu rentang lembaran ialah ketinggian kubah yang dapat dihasilkan. Besaran ini juga dipengaruhi oleh nilai n. Peningkatan n ini diasosiasikan dengan kemampuan lembaran untuk mendistribusikan regangan secara uniform, sehingga mencegah terjadinya pemusatan regangan yang tinggi pada titik tertentu.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi bentuk dari pola distribusi regangan dan kedalaman stretching suatu material, yaitu sifat material lembaran logam, bentuk dan dimensi dari punch, pelumasan serta kecepatan stretching.

Referensi

Dokumen terkait

Ketika kita akan memulai sebuah proyek, terkadang kita telah memiliki memulai sebuah proyek, terkadang kita telah memiliki stock-shoot/footage video yang kita butuhkan, untuk itu

Jika sembah cipta mengutamakan peran makhluk dan sehebat-hebat ciptaan masih amat kalbu, maka sembah jiwa lebih halus dan jauh dibanding dengan kekuatan yang mendalam

Seperti yang dikatakan dalam buku Jones dan Olive (2007), bahwa dalam membangun sebuah karakter, riwayat hidup karakter diperlukan agar karakter tersebut tetap pada peran

estimasi dan memberikan informasi tentang distribusi spasial limpasan permukaan di DAS Jene’berang Hulu Provinsi Sulawesi Selatan. Berdasarkan dari uraian tersebut

Artinya, kebudayaan yang ditampilkan kebanyakan generasi muda saat ini bukan melalui proses belajar dan secara sadar mewakili kebutuhan mendasar mereka, tetapi

Terdapat tujuh spesies Allium yang sering dibudidayakan, yaitu: bawang putih (Allium sativum L.), bawang merah (Allium ascalonicum L.), bawang bombay (Allium cepa L.), bawang

Informasi hanya untuk bahan spesifik yang telah ditentukan dan mungkin tidak berlaku jika bahan tersebut digunakan dalam kombinasi dengan bahan. lain atau dalam proses lain,

Sedangkan menurut Moekijat (2010: 112) mutasi adalah suatu perubahan dari suatu jabatan dalam suatu kelas ke suatu jabatan dalam kelas yang lain yang tingkatnya tidak lebih