• Tidak ada hasil yang ditemukan

Witar Mayana 1308010017 Masker Gel UNSIR 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Witar Mayana 1308010017 Masker Gel UNSIR 2016"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH TEKNOLOGI FITOFARMASETIKA

FORMULASI SEDIAN MASKER GEL ANTIOKSIDAN EKSTRAK ETANOL DAUN SIRSAK (Annona muricata L.)

Di Susun Oleh : WITAR MAYANA

1308010017

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO 2016

(2)

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

Penuaan dini yang ditandai dengan kondisi kulit kering, bersisik kasar yang disertai dengan munculnya keriput dan noda hitam atau flek, kini telah menjadi hal yang ditakuti manusia pada usia produktif. Faktor penyebab penuaan dini yaitu faktor internal (kesehatan, daya tahan tubuh, stress dan perubahan hormonal) dan faktor eksternal (radikal bebas, sinar matahari dan polutan). Radikal bebas merupakan senyawa yang sangat reaktif sehingga dapat menyerang senyawa apa saja, terutama yang rentan seperti lipid dan protein dan berimplikasi pada timbulnya berbagai penyakit degeneratif seperti gejala penuaan (Tohir dkk., 2003). Senyawa yang dapat menstabilkan radikal bebas adalah antioksidan. Senyawa ini dapat menghambat reaksi berantai dari pembentukan radikal bebas (Hudson, 1990).

Antioksidan yang terdapat dalam tubuh seperti enzim superoksida dismutase dan glutation peroksidase tidak mampu menekan produk oksidasi yang disebabkan oleh radikal bebas setiap saat. Konsumsi nutrisi dari luar yang bersifat antioksidan seperti vitamin C, vitamin E dan jenis karotenoid dapat membantu tubuh melawan kerusakan yang ditimbulkan oleh radikal bebas tersebut (Wijaya, 1996). Salah satu organ tubuh yang rentan terhadap adanya radikal bebas adalah kulit. Senyawa radikal tersebut dapat merusak serabut kalogen kulit dan matrik dermis sehingga kulit menjadi kering, keriput, bahkan dapat menjadi penuaan dini. Seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat akan kesehatan kulit maka usaha pencegahan terhadap kerusakan dan penyakit kulit semakin digalakkan. Salah satu upaya pencegahan yang dapat dilakukan yaitu dengan penggunaan kosmetik yang memiliki aktivitas antioksidan (Suwandi., 2010).

Kosmetik yang memiliki aktivitas antioksidan dari bahan sintesis mulai ditinggalkan karena memiliki efek toksik yang relatif tinggi. Antioksidan sintesis seperti BHT (ter-butil hidrosi toluena), BHA (ter-butil hidroksi anisol), dan TBHQ (ter-butil hidrokuinon) mempunyai efek yang tinggi namun tidak diinginkan lagi karena toksik (Rababan dkk., 2004). Berdasarkan hal tersebut, kosmetik bahan alam mulai banyak diminati karena dinilai relatif lebih aman dibanding menggunakan kosmetik bahan sintetis. Salah satu bahan alam yang sudah dikenal terbukti khasiatnya sebagai antioksidan adalah daun sirsak (Annona muricata Linn). Beberapa studi menemukan bahwa uji pendahuluan terhadap daun sirsak

(3)

menunjukan hasil yang positif terhadap senyawa flavonoid (Purwatresna, 2012). Senyawa golongan flavonoid dilaporkan mempunyai aktivitas sebagai antioksidan (Zuhra dkk., 2008).

Masker merupakan sediaan topikal yang digunakan pada wajah untuk mendapatkan efek mengencangkan dan membersihkan kotoran yang menempel. Biasanya masker digunakan pada wajah dan leher dengan cara mengoleskan dengan kuas, dibiarkan sampai mengering sehingga masker mengeras dan terasa ketat dikulit. Setelah dibiarkan beberapa saat masker diangkat atau dilepas (Poucher, 1979). Gel merupakan sistem setengah padat yang terdiri dari dispersi yang tersusun baik dari partikel anorganik yang kecil maupun molekul organik yang beasar, terpenetrasi oleh suatu cairan (Ansel. 1989:390). Bentuk sediaan masker yang banyak terdapat di pasaran adalah bentuk pasta atau serbuk. Masker bentuk gel mempunyai beberapa keuntungan diantara penggunaan yang mudah, serta mudah untuk dibilas dan dibersihkan. Selain itu, dapat juga diangkat atau dilepas seperti membran elastik. Dengan pemakaian teratur, masker dapat mengurangi kerutan halus yang ada pada kulit wajah (Harry, 1973). Berdasarkan kelebihan dari masker gel dan penelitian-penelitian tentang potensi daun sirsak dan kandungan flavonoid yang terkandung dalam daun sirsak peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang formulasi masker gel antioksidan dari ekstrak etanol daun sirsak serta uji stabilitas dan aktivitasnya.

B. PERUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimana kegunaan daun sirsak dikalangan masyarakat dan di dunia ilmiah? 2. Bagaimana kandungan senyawa kimia yang terdapat di daun sirsak, apakah ada

kandungan zat yang bermanfaat ?

3. Bagaimana standarisasi bahan baku simplisa dari daun sirsak? C. TUJUAN PENELITIAN

1. Untuk mengetahui kegunaan daun sirsak dikalangan masyarakat dan didunia ilmiah.

2. Untuk mengetahui kandungan apa saja yang terkandung didalam daun sirsak dan kandungan yang bermanfaatnya.

3. Untuk mengetahui standar bahan baku simplisa daun sirsak.

(4)

ISI a. Nama simplisia

Daun Sirsak (Annona muricata L.) (Sunarjono, 2005) b. Taksonomi tumbuhan

Tanaman sirsak (Sunarjono, 2005) Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta Sub divisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledonae Ordo : Polycarpiceae Familia : Annonaceae

Genus : Annona

Spesies : Annona muricata L. c. Kegunaan/indikasi

- Secara tradisional

Sejak dahulu daun dan buah sirsak sudah dimanfaatkan sebagai obat tradisional untuk mengobati banyak penyakit. Beberapa peneliti menunjukan daun sirsak memiliki khasita sebagai obat malaria, anti-kejang, anti atritis, anti jamur, sebagai hepatoprotektif yang menjaga fungsi hati, dan diabetes (Wisda praja, 2013)

- Secara ilmiah

Secara ilmiah daun berfungsi untuk antioksidan dan antikanker (Khomsan, A. 2009). Selain itu daun sirsak terbukti secara ilmiah mengkatasi kanker paru-paru, ginjal, pankreas, dan usus besar. Begitulah riset peneliti di Sekolah Farmasi Purdue University, Indiana, Amerika Serikat, Jerry L McLaughlin (Daun Sirsak VS Kemoterapi, 2011).

d. Zat yang bermanfaat sebagai obat dan rumus kimia.

Secara umum Daun sirsak mengandung senyawa flavonoid, alkaloid, acetogenin, asimisin dan bulatacin, kandungan utama daun sirsak adalah Annonacesous acetogenis. Flavonoid dan alkaloid yaitu kerjanya sebagai antibakteri dan antioksidan. (Robinson, 1995).

Rumus kimia dan strukturnya C6 – C3 – C6 Flavonoid

(5)

(Cuppett et al.,1954) e. Bagian tanaman yang diambil

Bagian tanaman yang diambil dan mempunyai senyawa flavonoid yang bekerja sebagai antioksidan adalah bagian dari daunya (Annysa, 2010).

f. Standarisasi bahan baku simplisia yang meliputi (Pemanenan, sortasi basah, pencucian, pengeringan, sortasi kering, penyerbukan, penyimpanan, pengepakan).

Proses pembuatan simplisia daun sirsak (dr. Ir.Prasetyo,MS, 2013) 1. Pengumpulan/panen

a. Tekhnik pengumpulan

Pengumpulan/panen daun sirsak dilakukan dengan tangan atau menggunakan alat maka harus memperhatikan keterampilan memetik, misalnya dikehendaki daun yang muda, maka daun yang tua jangan dipetik dan jangan merusak bagian tanaman lainnya dan diambil pada saat fotosintesis berlangsung secara sempurna. Daun sirsak yang dipilih adalah daun yang tidak terlalu tua atau tidak terlalu muda. Sebaiknya diambil daun ke 4 atau 5 dari ujung. Pemilihan dengan metode ini dikarenakan kandungan annonaceous acetogini pada kondisi ini adalah paling tinggi. Daun yang sudah dipetik dimasukan keranjang.

b. Waktu pengumpulan atau panen

Pada umumnya waktu pengumpulan daun dikumpulkan sewaktu tanaman berbunga dan sebelum buah menjadi masak.

2. Sortasi basah dan pencucian

Setelah pemanenan daun sirsak, dilakukan sortasi basah pada saat daun masih segar yang bertujuan untuk memisahkan daun dari benda – benda asing seperti tanah dan kerikil, rumput-rumputan, bagian tanaman yang tidak digunakan ataupun bagian tanaman yang rusak. Kemudian daun sirsak dicuci menggunakan air PAM. Pencucian dimaksudkan untuk membersihkan tanaman dari mikroba yang melekat. Setelah dicuci daun sirsak dapat diletakan dalam wadah keranjang yang berlubang agar airnya dapat menetes kebawah. 3. Perajangan

Setelah dicuci, daun sirsak diangin-anginkan di atas koran kurang lebih satu malam. Kemudian dirajang atau dipotong kecil-kecil menggunakan gunting yang bertujuan untuk memperkecil luas permukaan sehingga proses pengeringan berlangsung cepat.

(6)

Setelah dirajang proses selanjutna yaitu pengeringan. Daun sirsak dikeringkan dengan tujuan agar mengurangi kadar air, mempertahankan daya fisiologi bahan serta mengawetkan dan mempertahankan kualitas produk. Pengeringan daun sirsak dengan bantuan sinar matahari biasnaya dilakukan selama 3-5 hari atau setelah kadar airnya tidak lebih dari 10%. Caranya adalah dengan menjemur daun sirsak diatas tikar atau rangka pengering. Pada saat pengeringan daun sirsak harus dibolak balik setiap 4 jam agar merata keringnya.

5. Sortasi kering

Sortasi kering dilakukan sebelum perwadahan yang bertujuan memisahkan sisa-sisa benda asing atau bagian tanaman yang tidak dikehendaki misalnya bahan-bahan yang terlalu gosong dan bahan-bahan yang rusak. 6. Pewadahan dan penyimpanan simplisia

Daun sirsak yang sudah kering dimasukkan kedalam botol kaca kemudian diberi etiket (haksel).

g. Pemeriksaan mutu simplisia

1. Uji Organoleptis (sapri dkk, 2014) Berbau agak keras dan rasa agak kelat. 2. Uji Makroskopik (sapri dkk, 2014)

Daun tunggal, berwarna hijau. Berbentuk bundar panjang dengan permukaan licin, agak mengkilat. Panjang helaian daun 6 cm – 16 cm, lebar 3 cm – 6 cm. Ujung daun meruncing pendek, pangkal daun meruncing, tepi rata, panjang tangkai daun lebih kurang 0,7 cm. Tulang daun menyirip, ibu tulang daun menonjol pada permukaan bawah.

3. Uji mikroskopik (sapri dkk, 2014)

Hasil yang diperoleh berdasarkan uji mikroskopik terhadap serbuk simplisia daun sirsak adalah epidermis atas, epidermis bawah, rambut penutup, palisade dan serabut, sedangkan hasil sayatan melintang dari daun sirsak adalah rambut penutup, floem, xilem, sel batu, kolenkim, epidermis atas, palisade dan epidermis bawah.

4. Uji kimia (Dian Riana Ningsih dkk, 2016) a. Uji alkaloid

Sampel ekstrak dilarutkan dalam 2mL asam klorida, dipanaskan 5 menit dan disaring. Filtrat yang diperoleh ditambah 2-3 tetes pereaksi

(7)

Dragendorff. Adanya senyawa alkaloid ditunjukkan dengan endapan jingga. Hasilnya adalah positif karena terbentuk endapan warna jingga. b. Uji flavanoid

Sebanyak 2 mL sampel (0,05% b/v) dilarutkan dalam 2 mL metanol, kemudian ditambahkan serbuk Mg dan HCl pekat sebanyak 5 tetes. Adanya senyawa flavanoid ditunjukkan dengan terbentuknya warna merah atau jingga. Hasilnya adalah negatif, pada apercobaan terbrntuk warna hijau, yang seharusnya terbentuk warna merah atau jingga

c. Uji saponin

Sebanyak 2 mL sampel (±0,05%b/v) dilarutkan dalam aquades pada tabung reaksi ditambah 10 tetes KOH dan dipanaskan dalam penangas air 50 °C selama 5 menit, dikocok selama 15 menit. Jika terbentuk busa mantap setinggi 1 cm dan tetap stabil selama 15 menit menunjukkan adanya senyawa saponin. Hasilnya adalah positif karena terbentuk adanya busa.

d. Uji terpenoid

Sebanyak 2 mL sampel (±0,05%b/v) ditambah dengan pereaksi LibermanBurchard 1 mL. Adanya senyawa terpenoid ditujukan denga terbentuknya warna ungu. Hasilnya adalah negatif sebab pada percobaan hasilnya hijau pekat, yang seharusnya berwarna ungu.

e. Uji polifenol

Sebanyak 2 mL sampel (±0,05%b/v) dilarutkan dalam aquades 10 mL, dipanaskan 5 menit dan disaring. Filtrat yang terbentuk ditambahkan ditambahkan 4-5 tetes FeCl3 5% (b/v). Adanya fenol ditujukan dengan terbentuknya warna hijau kebiruan. Hasilnya adalah negatif karena pada percobaan terbentuk warna kekuningan yang harusnya berwarna hijau kebiruan.

f. Uji stereoid

Sebanyak 2 mL sampel (±0,05% b/v) ditambah dengan pereaksi LibermanBurchard 1 mL. Adanya senyawa steroid ditunjukkan dengan terbentuknya warna biru tua atau hijau kehitaman. Hasilnya adalah positif karena pada perlakukan terbentuk cincin hijau atau hijau kehitaman. h. Ekstraksi

Ekstraksi yang digunakan dengan metode maserasi dengan direndam selama 6 jam pertama sambil sesekali diaduk, kemudian di diamkan selama 18 jam. Pelarut yang digunakan adalah etanol 70% (sapri dkk, 2014).

i. Uji Kualitas Ekstrak (Harrizul Rivai dkk, 2013) 1. Penetapan Kadar Air

(8)

2. Penetapan Susut Pengeringan

Sebanyak 1 gram simplisia ditimbang seksama dan dimasukkan ke dalam botol timbang dangkal bertutup yang sebelumnya telah dipanaskan pada suhu 1050C selama 30 menit dan telah ditara. Simplisia diratakan dalam botol timbang dengan menggoyangkan botol hingga merata. Masukkan ke dalam oven, buka tutup botol, panaskan pada temperatur 1000C sampai dengan 1050C, timbang dan ulangi pemanasan sampai didapat berat yang kostan. susut pengeringan diperoleh 6,9403%. Susut pengeringan menunjukkan jumlah zat yang menguap atau hilang akibat pemanasan. Susut pengeringan serbuk simplisia daun sirsak nilainya kecil karena mengandung zat yang mudah menguap atau hilang saat dipanaskan, seperti minyak atsiri.

3. Penetapan Kadar Abu Total

Sebanyak 2 gram simplisia ditimbang seksama, dimasukkan ke dalam krus porselen yang telah dipijarkan dan ditara, kemudian dipijarkan perlahan-lahan hingga arang habis, didinginkan dan ditimbang kembali. Ulangi pemijaran dan penimbangan hingga bobot tetap. Kadar abu total dihitung terhadap berat ekstrak dan dinyatakan dalam % b/b. Kadar abu total diperoleh 5,9636%. Kadar abu total menunjukkan keseluruhan dari kandungan mineral baik internal maupun eksternal, di sini ekstrak dipanaskan hingga senyawa organik menguap sampai tinggal unsur anorganik saja.

4. Penetapan Kadar Abu Tidak Larut Asam

Abu yang diperoleh pada penetapan kadar abu total dididihkan dengan 25 ml asam klorida P, dicuci dengan air panas, pijar hingga bobot tetap. Kadar abu yang tidak larut dalam asam dihitung terhadap berat simplisia, dinyatakan dalam % b/b. kadar abu tidak larut asam diperoleh 0,8164%. Kadar abu yang tidak larut asam menunjukkan pengotoran yang berasal dari luar seperti pasir dan silikat

5. Penetapan Kadar Sari Larut Etanol

Sebanya 5 gram serbuk simplisa dimaserasi dengan 100 ml etanol selama 24 jam seperti tertera pada monografi, menggunakan labu bersumbat sambil sekali-sekali dikocok selama 6 jam pertama, kemudian didiamkan. Disaring cepat, 20 ml filtrat diuapkan dalam cawan dangkal 4 berdasar rata (yang telah ditara) diatas penangas air hingga kering, panaskan sisa pada suhu 1050C hingga bobot tetap. Kadar dalam persen dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan di udara. kadar sari larut etanol diperoleh 16,729%.

(9)

Sebanyak 5 gram serbuk simplisia dimaserasi dengan 100 ml air-kloroforom P (2,5 mL kloroforom dalam 1000 mL aquadest) selama 24 jam menggunakan labu bersumbat sambil sekali-sekali dikocok selama 6 jam pertama, kemudian didiamkan. Disaring cepat, 20 ml filtrat diuapkan dalam cawan dangkal berdasar rata (yang telah ditara) di atas penangas air hingga kering, sisa dipanaskan pada suhu 1050C hingga bobot tetap. Kadar dihitung dalam persen terhadap bahan yang telah dikeringkan di udara. Kadar sari larut air diperoleh 18,865%. Metode penentuan kadar sari digunakan untuk menentukan jumlah senyawa aktif yang terekstraksi dalam pelarut dari sejumlah simplisia

j. Nama dan sediaan/produk serta keuntungan atau kelebihan yang akan didapat. Formulasi sedian masker gel daun sirsak

Bahan (%) Ekstrak daun

sirsak HPMC Gliserin

TE

A Nipagin Nipasol PVA

Aquadestilata add

2 1 12 2 0,2 0,05 10 100

Prosedur pembuatan: dikembangkan PVA dalam aquadestilata panas suhu 800C hingga mengembang sempurna, kemudian diaduk. Dikembangkan pula HPMC dalam aquadest dingin hingga mengembang sempurna. Kemudian, ditambah gliserin, nipagin, dan nipasol yang telah dilarutkan dalam quadestilata panas, HPMC, serta TEA secara beturut-turut ke dalam masa PVA, diaduk hingga homogen. Setelah itu ditambahkan ekstrak yang telah sebelumnya dilarutkan dalam aquadestilata sedikit demi sedikit, lalu diaduk hingga homogen (Sukmawati, 2013).

Design dan nama produk

Nama sediaan “Masker gel UNSIR” merupakan masker gel dari ekstrak daUN SIRsak, yang dapat menguntungkan bagi kesehatan kulit diantarannya mengusir, dan mencegah masalah wajah seperti penuaan dini, dan melembabkan kulit, dan melembabkan wajah. Dimana kandungan senyawa aktif dari daun sirsak adalah flavonoid yang berkhasiat sebagai antioksidan dan dapat menangkal radikal bebas sehingga dibuat masker gel yang nantinya dapat menjaga kesehatan kulit wajah kita.

(10)

Faktor krtitis pada setiap proses obat herbal yaitu:

1. Pemanenan, pemanenan merupakan faktor kritis untuk pembuatan obat herbal, sebab didalam pemanenan ada beberapa cara yang harus dilakukan. Misal pada

pemanenan daun, dimana daun yang diambil adalah daun yang tidak terlalu muda dan tidak telalu tua. Semisal daun yang dipanen adalah daun muda makan pada kandungan daunnya belum banyak terdapat zat yang kita butuhkan. Lainhalnya pada daun yang terlalu tua makan daun yang terlalu tua

nantinya akan menguning dan akan gugur dimana senyawa aktif yang ada didalam daunnya akan hilang sebab daun itu akan menguning dan gugur.

2. Sortasi basah, dalam sortasi basah merupakan faktor kritis sebab, dalam sortasi basah ada pencucian bahan simplisia dengan menggunakan air, jika tidak diperhatikan maka kontaminasi yang bersumber dari air sangatlah besar, karena dari berbagai air mulai air sumur, air PAM berbeda bentuk cemaran mikrobanya sehingga pemilihan air sangatlah penting.

3. Formulasi, dimana formulasi merupakan tahapan kritis, sebab jika dalam formulasi salah, atau dalam melakukan formulasi salah misal pada bahan-bahan tambahannya tidak tepat, maka akan terjadi kesalahan fatal sebagaimana formula yang kita buat tidak berefek sinergis, atau berefek yang diinginkan.

4. Penyimpanan dan pengepakan wadah. Bahan yang sudah jadi, karena dalam taham penyimpanan jika tidak sesuai dengan bahan aktif yang dibuat maka akan menyebabkan kefatalan. Misalkan pada zat aktif yang tidak tahan panas, maka penyimpanan harus ditempat sejuk sehingga penyimpanan sangatlah penting. Dan pada saat pengepakan atau wadah yang dipakai. Jika sediaan yang dibuat adalah sirup, suspensi atau emulsi maka taruhlah pada wadah botol jangan plastik, maka sesuaikanlah sediaan dengan wadah, hingga seterusnya.

(11)

DAFTAR PUSTAKA

Ansel, H.C., 1989, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, diterjemahkan oleh Farida Ibrahim, Edisi IV, 376, 378-380, 388, 519, UI Press, Jakarta.

Cuppett, S., M. Schrepf and C. Hall III. (1954). Natural Antioxidant – Are They Reality. Dalam Foreidoon Shahidi: Natural Antioxidants, Chemistry, Health Effect and Applications, AOCS Press, Champaign, Illinois: 12-24.

Daun Sirsak Vs Kemoterapi. Trubus No 494, Januari 2011.

Dian Riana Ningsih dkk. 2016. Identifikasi Senyawa Metabolit Sekunder Serta Uji Aktivitas Ekstrak Daun Sirsak Sebagai Antibakteri. Jurusan Kimia FMIPA Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto, Indonesia.

dr. Ir.Prasetyo,MS dkk. 2013. Pengelola Budidaya Obat-obatan (Simplisia). Bengkulu: Badan Penrbit Fakultas Pertanian UNIB.

Harrizul Rivai dkk. 2013. Pengaruh Perbandingan Pelarut Etanol-Air Terhadap Kadar Senyawa Fenolat Total Dan Daya Antioksidan Dari Ekstrak Daun Sirsak (Annona Muricata L.) ISSN : 1410-0177. Jurnal Sains dan Teknologi Farmasi, Vol. 18, No.1, 2013, halaman 35-42. Fakultas Farmasi Universitas Andalas, Padang.

Harry, Ralph G. 1973. Harry’s cosmeticology. Edisi keenam, Chemical Publishing Co., Inc. New York.

Hudson, B. J. F, 1990, Food Antioxidants, Elsevier Applied Science, New York.

M. Wisda Praja Ramadhany. 2016. Manfaat dan Khasiat Rebusan Daun Sirsak. Health: Tribun jogja.

Rababan, T.M., Hettiarachy, N.S. dan Horax, R., 2004, Total penolic and antioxidant activities of fenugreek, green tea, black tea, grape seed, ginger, rosemary, gotu kola,

(12)

ginko extract,vitamin E, and tert-buthyilhydroguinone, J.Agric.Food Cham.,52, 5183-5186.

Robinson, T. 1995. Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi. Edisi ke-4 Terjemahan Kosasih Padmawinata. ITB Press. Bandung.

Sapri, dkk. 2014. Pengaruh Ukuran Serbuk Simplisia Terhadap Randemen Ektrak Etanol Daun Sirsa (Annona muricata L) dengan Metode Maserasi. ISBN 978-602-19421-0-9. HKI-Kaltim: Prosiding Seminar Nasional Kimia.

Sunarjono, H. 2005. Sirsak dan Srikaya: Budi Daya Untuk Menghasilkan Buah Prima. Penebar Swadaya : Jakarta.

Suwandi, A. O., 2010, Pengaruh Konsentrasi Ekstrak Daun Kepel (Stelechocarpus burahol (BL) Hook f. &th.) Terhadap Aktivitas Antioksidan dan Sifat Fisis Sediaan Krim, Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.

Tohir, I., Wijaya, K., Widianingsih, D., 2003. Seminar on ChemometricsChemistry Dept Gadjah Mada University, Terapan Analisis Hansch Untuk Aktivitas Senyawa Turunan Flavon/Flavonol, 25 Januari.

Wijaya, A., 1996, Radikal Bebas dan Parameter Status Antioksidan, Forum Diagnosticum, I, 1-4. Basrowi, dan Suwandi. Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rineka Cipta, 2008.

Zuhra, C.F., Tarigan, J.B., and Sihotang, H., (2008), Aktivitas Antioksidan Senyawa Flavonoid dari Daun Katuk (Sauropus androgunus (L) Merr.), Journal Vol.3, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sumatera Utara, Sumatera Utara.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan mempelajari pengaruh jenis bahan pra-sterilan yang efektif untuk pencucian eksplan tahap pra-sterilisasi, mempelajari pengaruh tutup tabung terhadap

Bagian Peran dalam Manajemen Jurnal berfungsi untuk mengatur pengguna-pengguna yang terdaftar dimasing-masing peran, juga dapat mendaftarkan pengguna baik sudah

Sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data

PERBEDAAN KEMAMPUAN SISWA KELAS XI SMA STELLA DUCE 2 YOGYAKARTA JURUSAN IPA, IPS, DAN BAHASA DALAM MENGANALISIS TEKS DRAMA “ARLOJI” KARYA

Adapun penelitian ini ditujukan untuk mengidentifikasi keberadaan mikroplastik pada ikan nila hitam yang diternakkan pada perairan payau Semarang beserta dengan sedimen dan

Sistem pembelajaran merupakan sebuah proses pemberdayaan manusia untuk membangun suatu peradaban yang bermuara pada terwujudnya suatu tatanan masyarakat yang sejahtera

Bank Muamalat Indonesia cabang Pematangsiantar disarankan melakukan penambahan kuantitas karyawan yang memiliki kualitas yang baik dengan melakukan seleksi yang

Pengujian hipotesis dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh penggunaan media animasi terhadap hasil belajar siswa kelas XI pada materi larutan penyangga di