E.1. PENDEKATAN TEKNIS
Tugas konsultan sesuai dalam kerangka acuan kerja (TOR) mencakup pekerjaan pokok, yaitu ” PW-01 : PENGAWASAN TEKNIK JALAN DI KOTA KUPANG DAN KABUPATEN
KUPANG ”. Konsultan menyajikan tentang pemahaman proyek untuk pekerjaan tersebut
yang diuraikan dalam sub-bab berikut ini, dan tugas utama pekerjaan Konsultan Pengawasan Teknis diperlihatkan pada Gambar E.1.
E.1.1 PENGAWASAN TEKNIS
1. Uraian pekerjaan yang dilakukan oleh Konsultan Pengawas
Konsultan Pengawas bertugas untuk membantu Pengguna Jasa dalam pengendalian dan pengawasan pelaksanaan proyek pembangunan, meliputi :
Mengendalikan dan mengawasi rencana kerja kontraktor pelaksanaan pekerjaan konstruksi dari segi kualitas, kuantitas serta laju pencapaian volume sesuai dengan waktu yang ditentukan.
Memeriksa dan menyetujui pekerjaan-pekerjaan sementara.
Pemeriksaan dan pengetesan.
Membantu penyiapan shop drawing.
Menyimpan catatan lapangan.
Pengukuran lapangan.
Mengkaji usulan perubahan yang diajukan kontraktor.
Mengusulkan perubahan pekerjaan (jika perlu).
Membuat perhitungan dan gambar kerja apabila terjadi perubahan / modifikasi di lapangan.
Membantu kontraktor dalam mempersiapkan as built drawing.
Mengendalikan dan mengawasi perubahan-perubahan yang. terjadi di lapangan.
Memeriksa dan menanda-tangani Berita Acara Bobot Kemajuan Pekerjaan yang diajukan oleh Kontraktor untuk pembayaran termijn / monthly certificate.
Menyampaikan usulan penyempurnaan-penyempurnaan pekerjaan.
Membantu Pengguna Jasa dalam proses serah terima PHO dan jika asignmentnya masih cukup termasuk FHO.
Membuat justifikasi teknis untuk perubahan pekerjaan / tambah kurang atau perpanjangan waktu.
PT. BUANA ARCHICON JO CV. BAYU PRATAMA, PT. CIPTA WAHANA NUSANTARA, DAN PT. GAGAS ADI BAGASKARA
Gambar E.1. : Tugas utama pekerjaan Konsultan Pengawasan.
E.1.2 MONITORING DAN MANAJEMEN TEKNIK 1. Fungsi dan proses pengendalian
Pengendalian / monitoring adalah usaha yang sistematis untuk menentukan standar yang sesuai dengan sasaran, merancang sistem informasi, membandingkan pelaksanaan dengan standard, menganalisis kemungkinan adanya penyimpangan antara pelaksanaan dan standard, kemudian mengambil tindakan pembetulan yang diperlukan agar sumber daya digunakan secara efektif dan efisien dalam rangka mencapai sasaran.
Langkah-langkah proses monitoring proyek dapat diuraikan sebagai berikut :
PEKERJAAN KONSULTAN PENGAWAS
Laporan Akhir
Pengendalian lalu-lintas Sertifikasi dan pembayaran
Bantuan teknis Serah terima pekerjaan
Persiapan Awal Pengawasan Teknik
Pengendalian mutu Pengendalian kuantitas
Pengendalian waktu Pengendalian biaya
SIKLUS PENGENDALIAN PROYEK
a b c
SASARAN PROYEK LINGKUP KERJA STANDAR & KRITERIA Membuat produk dengan : Menyusun SRK : - Milestone
- Anggaran - Per hirarki - Anggaran per paket - Jadwal - Paket kerja - Jadwal / paket - Mutu tertentu - Kode biaya - Standar mutu
- Kinerja - Produktivitas PERENCANAAN DAN PENYUSUNAN PROGRAM
f e d
TINDAKAN MENGKAJI DAN MEMANTAU
PEMBETULAN MENYIMPULKAN PRESTASI PEKERJAAN - Relokasi sumber daya - Interpretasi masukan - Mengukur hasil kerja - Jadwal alternatif - Biaya dan jadwal - Mencatat pemakaian - Prosedur dan metode - Kualitas sumber daya - Rework - Laporan kesimpulan - Memeriksa kualitas
- Mencatat kinerja dan produktifitas PENGENDALIAN
Menentukan sasaran
Definisi lingkup kerja
Menentukan standard dan kriteria sebagai patokan dalam rangka mencapai sasaran
Merancang / menyusun sistem informasi, pemantauan, dan pelaporan hasil pelaksanaan pekerjaan
Mengkaji, investigasi dan menganalisis hasil pekerjaan terhadap standard, kriteria, dan sasaran yang telah ditentukan
Mengadakan tindakan pembetulan
Gambar E.2.. menunjukkan urutan langkah proses pengendalian proyek.
Gambar E.2. : Siklus pengendalian proyek.
2. Teknik dan metode pengendalian
Suatu sistem pemantauan dan pengendalian disamping memerlukan perencanaan yang realistis sebagai tolok ukur pencapaian sasaran, juga harus dilengkapi dengan teknik dan
PT. BUANA ARCHICON JO CV. BAYU PRATAMA, PT. CIPTA WAHANA NUSANTARA, DAN PT. GAGAS ADI BAGASKARA
metode yang dapat segera mengungkapkan tanda-tanda terjadinya penyimpangan (bila terjadi).
Agar suatu sistem pengendalian / monitoring dapat bekerja dengan efektif, diperlukan unsur-unsur berikut.
Tolok ukur yang realistis
Perangkat yang dapat memproses dengan cepat dan tepat
Perkiraan yang akurat
Rencana tindakan (action plan)
Salah satu bagian pengelolaan mutu proyek yang penting adalah menyusun serta menerapkan program penjaminan mutu (Quality Assurance). Tujuan utama kegiatan penjaminan mutu adalah mengadakan tindakan-tindakan yang dibutuhkan untuk memberikan kepercayaan kepada semua pihak yang berkepentingan bahwa tindakan yang diperlukan untuk mencapai tingkatan mutu produk telah dilaksanakan dengan berhasil. Ini semua dapat ditunjukkan dengan catatan dan dokumen yang berkaitan
dengan quality assurance / quality control.
Audit pada aspek mutu perlu dilakukan untuk mengetahui sejauh mana program QA/QC (Quality Assurance - Quality Control) telah dilaksanakan. Hal-hal yang diaudit meliputi bagian berikut ini.
Program menyeluruh untuk mencapai sasaran mutu
Kriteria fit for use dan aman
Mengikuti peraturan dan prosedur
Memenuhi spesifikasi dan kriteria
Identifikasi dan koreksi kekurangan yang menyebabkan obyek tidak memenuhi mutu
Dokumen yang mencatat hasil implementasi program QA/QC 3. Pengendalian Rentang Pre-audit, Monitoring dan Post-audit
A. Rentang kendali Pre-audit
Kegiatan konsultan dalam rangka pengendalian teknis dalam rentang “pre-audit” adalah seluruh kegiatan konsultan sebelum melakukan pengawasan, yang terdiri dari :
Pengumpulan dan analisa terhadap data
Pengecekan hasil perencanaan dengan membandingkan terhadap kondisi lapangan
Pemeriksaan terhadap kesiapan kontraktor, yang meliputi material, peralatan, tenaga dan jadwal pelaksanaan.
Kegiatan pengumpulan dan analisa data, informasi dan hasil perencanaan akan menghasilkan catatan mengenai seluruh pekerjaan antara lain :
Jenis pekerjaan
Kuantitas pekerjaan
Kualitas yang dipersyaratkan
Schedule pembayaran.
Pengecekan hasil perencanaan dilakukan dengan cara membawa hasil perencanaan ke lokasi untuk menentukan apakah hasil perencanaan tersebut telah sesuai dengan kondisi yang ada.
Apabila ternyata dari hasil pengecekan hasil design tidak sesuai dengan kondisi lapangan, konsultan team supervisi akan membuat alternatif lain yang sesuai untuk diajukan kepada Pemberi Tugas (Pengguna Jasa).
Material dan peralatan yang didatangkan kontraktor akan diperiksa terlebih dahulu oleh konsultan sehingga benar-benar memenuhi spesifikasi yang telah ditetapkan.
Jadwal waktu yang dibuat oleh kontraktor akan diteliti lebih dahulu apakah sudah memadai terhadap volume pekerjaan yang akan dilaksanakan dengan perkiraan tenaga kerja / tukang yang akan mengerjakannya. Apabila menurut analisa tidak seimbang antara volume dengan tenaga kerja dan peralatan terhadap waktu yang tersedia maka konsultan akan menyarankan kepada kontraktor untuk menyiapkan tenaga kerja dan peralatan yang secukupnya agar bisa selesai tepat pada waktunya.
Penyimpangan biaya keseluruhan biasanya disebabkan oleh adanya pekerjaan tambahan sebagai akibat dari perubahan design dan pertambahan volume pekerjaan. Agar tidak terjadi perubahan biaya terlalu besar, konsultan akan menggantikan nilai pekerjaan tambah itu dengan pengurangan pekerjaan lainnya sehingga terjadi kompensasi dan tidak memerlukan biaya tambah sepanjang hal tersebut memungkinkan dan mendapat persetujuan dari Pemberi Tugas / Pengguna Jasa.
B. Rentang kendali Monitoring
Kegiatan pengendalian teknis rentang “monitoring” adalah kegiatan-kegiatan yang dilakukan selama masa pelaksanaan pekerjaan. Meskipun konsultan pengawas telah melakukan “pre-audit” namun setiap langkah pelaksanaan pekerjaan akan terus memonitor agar kalau terjadi penyimpangan segera diketahui dan dapat diluruskan kembali sesuai petunjuk yang benar. Selama periode ini konsultan akan selalu melakukan evaluasi terhadap progres dan kwalitas pekerjaan yang dilaksanakan oleh kontraktor.
Dalam melakukan monitoring, kerjasama antara anggota tim akan kita jaga sebaik-baiknya sehingga informasi dan pelaporan bisa berjalan dengan cepat, sehingga kerugian yang menyangkut aspek mutu, volume, waktu dan biaya keseluruhan hasil pekerjaan dapat dihindari atau ditekan sekecil-kecilnya, selain mengawasi pekerjaan fisik konsultan pengawas juga memonitor aspek lingkungan sekitar proyek, agar jangan sampai pelaksana lapangan berikut tukang-tukangnya mengganggu, mematikan serta merusak flora dan fauna yang ada.
Faktor keselamatan kerja juga akan dimonitor secara rutin dengan memperhatikan peraturan-peraturan yang berlaku.
C. Rentang kendali Post-audit
Setiap kemajuan penyelesaian pekerjaan akan merupakan prestasi kerja bagi kontraktor. Kemajuan fisik ini akan dipakai untuk pengajuan pembayaran senilai hasil
PT. BUANA ARCHICON JO CV. BAYU PRATAMA, PT. CIPTA WAHANA NUSANTARA, DAN PT. GAGAS ADI BAGASKARA
kerjanya. Namun kontraktor tidak akan bisa menyajikan permintaan pembayaran sebelum mendapat rekomendasi dari konsultan pengawas bahwa hasil pekerjaannya sudah memenuhi persyaratan teknis atau tidak.
LAYANAN PENGAWASAN TEKNIS
- Mempelajari data dan dokumen kontrak
Pre Construction - Review rencana kerja kontraktor Rencana Mutu
Stage - Review penggunaan peralatan kontraktor Pekerjaan
- Review / evaluasi pengendalian mutu - Review design dan rekayasa lapangan
Mobilisation Supervisi pekerjaan persiapan
Stage kontraktor
- Pengawasan mutu dan pengendalian volume Construction - Rapat mingguan, bulanan
Stage - Rapat lapangan
- Penanganan perintah perubahan - Pembinaan administrasi
Provisional Hand Over - Tim PHO
(PHO) - Inspeksi PHO
- Berita acara PHO
4. Penggunaan komputer
Dalam rangka team pengendalian teknik, bisa meningkatkan produktifitasnya, memperbaiki kualitas sistem pelaporan, menghemat waktu dalam menyelesaikan pekerjaan, menyederhanakan beberapa operasi, melakukan pengolahan berulang-ulang secara otomatis, penghematan biaya, hal ini sangat perlu dalam monitoring dan manajemen teknik menggunakan bantuan komputer baik perangkat kerasnya maupun perangkat lunaknya.
Dengan bantuan program komputer ini Tim Konsultan akan bekerja melaksanakan tugas monitoring dan manajemen teknik. Konsultan memandang perlu, untuk reporting dalam monitoring kegiatan yang cukup banyaknya itu bantuan komputer sangat diperlukan.
E.1.3 SUPERVISI TEKNIS
Tugas utama konsultan sesuai dalam Kerangka Acuan Kerja mencakup melaksanakan supervisi teknis, sertifikasi perkembangan fisik konstruksi dan pembayaran, pelaporan dan evaluasi proyek, serah terima pekerjaan (Provisional Hand Over).
Block diagram layanan pengawasan teknis tersebut disajikan seperti pada Gambar 6.3.
Gambar E.3.
PT. BUANA ARCHICON JO CV. BAYU PRATAMA, PT. CIPTA WAHANA NUSANTARA, DAN PT. GAGAS ADI BAGASKARA
E.1.4. PENGENDALIAN TEKNIS
Bertindak untuk dan atas nama Pemberi Tugas, konsultan supervisi mengendalikan pelaksanaan fisik pembangunan yang dilakukan oleh Kontraktor.
Lingkup pengendalian antara lain meliputi :
Aspek mutu hasil pekerjaan
Aspek volume pekerjaan
Aspek waktu penyelesaian pekerjaan
Aspek biaya keseluruhan pekerjaan
Segala sesuatunya harus merujuk kepada ketentuan dan syarat-syarat yang tercantum dalam kontrak pemborongan.
E.1.5. PENGENDALIAN ATAS KOORDINASI TERKAIT
Konsultan pengawas dalam rangka melaksanakan tugas pengendalian teknis tersebut diatas berkewajiban mengendalikan proses koordinasi yang perlu dilakukan oleh pihak lain yang terkait dengan proyek tersebut.
Koordinasi dengan instansi terkait, antara lain dilakukan dengan :
Kuasa Pengguna Anggaran Fisik
Konsultan lain yang terkait
Instansi terkait lainnya.
E.1.6. PENGENDALIAN ADMINISTRASI PROYEK
Dalam hal ini konsultan pengawas berkewajiban merancang, memberlakukan serta mengendalikan pelaksanaan keseluruhan sistem administrasi proyek yang diawasinya, yaitu mencakup antara lain surat, memorandum, risalah, laporan, contoh barang, foto, berita acara, gambar, sketsa, brosur, kontrak & addendum, request, back-up perhitungan volume pekerjaan, administrasi quality control, dan lain-lain yang dianggap perlu.
Langkah-langkah dan tindakan yang akan dilakukan konsultan pengawas untuk maksud diatas :
Mempelajari, menanggapi, memecahkan dan menyelesaikan sampai tuntas maksud dari surat masuk maupun keluar.
Memperhatikan memorandum dan risalah untuk pedoman dalam pelaksanaan tugas konsultan.
Mempesiapkan dan mengecek contoh barang agar memenuhi persyaratan yang ditetapkan baik kualitas dan kuantitas.
Membuat foto-foto dokumentasi pada setiap paket pekerjaan.
Mempelajari dan mengecek gambar-gambar / sketsa pelaksanaan agar sebelum maupun sesudah pekerjaan selesai tidak terjadi penyimpangan.
Membantu / menyiapkan addendum serta lain-lain yang dianggap perlu.
PT. BUANA ARCHICON JO CV. BAYU PRATAMA, PT. CIPTA WAHANA NUSANTARA, DAN PT. GAGAS ADI BAGASKARA
E.1.7. PRE CONSTRUCTION MEETING
Pre Construction Meeting atau Rapat Persiapan Pelaksanaan adalah pertemuan antara pihak proyek (Kuasa Pengguna Anggaran = sesuai dengan pejabat dalam struktur Pengguna Anggaran), Kontraktor dan Konsultan, yang dilakukan selambat-lambatnya 14 hari setelah diterbitkannya SPMK (Surat Perintah Mulai Kerja) oleh Pengguna Anggaran / Pemimpin Proyek, guna membahas dan kemudian menyepakati bersama berbagai hal yang secara umum adalah sebagai berikut :
Organisasi kerja pelaksanaan konstruksi.
Tata-cara pengaturan pelaksanaan pekerjaan.
Review dan penyempurnaan terhadap construction schedule yang harus sesuai dengan target volume, mutu dan waktu.
Jadual mobilisasi personel dan peralatan.
Jadual penggunaan peralatan.
Jadual pengadaan bahan.
Mwnyusun rencana pemeriksaan lapangan (mutual check) dan review terhadap simplified design yang ada.
Menentukan lokasi sumber quarry (sumber bahan / material), estimate kuantitas bahan serta rencana pemeriksaan mutu bahan yang akan digunakan.
Pendekatan kepada masyarakat dan pemerintah daerah setempat berkaitan dengan pelaksanaan proyek.
Jadi dengan demikian tujuan penyelenggaraan Pre Construction Meeting adalah menyatukan pengertian terhadap seluruh isi dokumen kontrak dan membuat kesepakatan-kesepakatan terhadap hal-hal penting yang belum terdapat di dalam dokumen kontrak serta membahas jalan keluar terhadap kendala-kendala yang mungkin terjadi selama pelaksanaan konstruksi.
1. Substansi pokok yang dibahas
Substansi pokok yang dibahas dalam Pre Construction Meeting sebagai berikut :
a. Aplikasi pasal-pasal penting dalam dokumen kontrak tentang :
Pekerjaan tambah kurang.
Termination.
Mobilisasi.
Maintenance & protection of traffic.
Sub letting.
Insurance of works.
Organisasi kerja.
b. Prosedur administrasi penyelenggaraan pekerjaan, antara lain :
Request & approval dalam rangka examination of works.
Gambar kerja dan kelengkapannya.
Pengajuan MC (Monthly Certificate).
PHO dan FHO.
Pembuatan addendum kontrak.
Jadual pengadaan bahan.
Jadual penggunaan peralatan.
Jadual personel.
Review dan penyempurnaan terhadap jadual kerja yang harus sesuai dengan target volume, mutu dan waktu.
Menyusun rencana dan pelaksanaan pemeriksaan lapangan (mutual check) sehubungan dengan review design terhadap simplified design yang ada.
c. Tata-cara dan prosedur teknis pelaksanaan pekerjaan, antara lain :
Pelaksanaan konstruksi.
Pelaksanaan produksi.
Menentukan lokasi sumber material, estimate kuantitas bahan beserta rencana pemeriksaan mutu bahan yang akan digunakan.
Pendekatan kepada masyarakat dan pemerintah daerah setempat berkaitan dengan pelaksanaan proyek.
2. Peran masing-masing unsur dalam Pre Construction Meeting
Peran masing-masing unsur dalam Pre Construction Meeting sebagai berikut :
a. Atasan langsung Pemimpin Proyek (Kuasa Pengguna Anggaran)
Sebagai moderator dan nara sumber.
Memberikan pengarahan secara umum pelaksanaan proyek.
Menjelaskan bahwa Pemimpin Proyek / Pemimpin Bagian Proyek ikut bertanggung-jawab terhadap review design beserta prosedur survai sampai dengan penyelesaiannya sebagai pedoman awal pelaksanaan pekerjaan.
Lain-lain yang dianggap perlu.
b. Pemimpin Proyek / Kuasa Pengguna Anggaran untuk Pengawas
Menjelaskan kebijaksanaan teknis tentang perlunya review design (jika ada).
Menjelaskan prosedur review design termasuk : o Metodologi survai.
o Mekanisme proses administrasi review design dan proses Addendum Kontrak atau Memorandum Kontrak.
Menjelaskan kapan review design harus diselesaikan.
Menjelaskan prosedur dan jadual kerja seluruh tenaga konsultan pengawas mulai dari mobilisasi sampai demobilisasi.
PT. BUANA ARCHICON JO CV. BAYU PRATAMA, PT. CIPTA WAHANA NUSANTARA, DAN PT. GAGAS ADI BAGASKARA
Menjelaskan TOR / tugas-tugas dan tanggung-jawab konsultan pengawas serta kualifikasi personilnya.
Menjelaskan laporan-laporan kemajuan pelaksanaan fisik yang akan dibuat oleh konsultan pengawas dan distribusinya, jika tidak ditentukan lain oleh Pemimpin Proyek (Kuasa Pengguna Anggaran) laporan-laporan umumnya terdiri dari :
o Monthly executive summary report. o Monthly progress report.
o Quarterly report. o Quality control report.
o Technical report : Review design, Technical justification, Technical paper. o Draft final report.
o Final report.
Serta kapan waktunya laporan tersebut harus selesai dikirim.
Menjelaskan bahwa konsultan bertanggung-jawab dalam pengarsipan dokumen-dokumen lapangan.
Menjelaskan adanya penilaian performance konsultan atau kontraktor yang sedang melaksanakan pekerjaan.
Menjelaskan akomodasi dan fasilitas yang disediakan oleh kontrak konsultan.
Secara periodik Bagian Proyek Pengawasan akan melaksanakan uji petik.
As built drawing harus dibuat sesuai dengan standar yang berlaku.
Menjelaskan adanya keharusan untuk mencari data yang berasal dari original design mencakup antara lain :
o Tipe konstruksi.
o Parameter penting dalam perencanaan.
Lain-lain yang dianggap perlu.
c. Pemimpin Proyek / Kuasa Pengguna Anggaran Fisik
Sebagai Chairman.
Menjelaskan susunan organisasi Kuasa Pengguna Anggaran Fisik.
Membahas struktur organisasi pelaksanaan konstruksi yang diusulkan oleh kontraktor maupun yang disarankan oleh konsultan pengawas.
Membahas tugas kontraktor mengenai : o Survai dan membuat gambar kerja. o Rencana pengadaan personil. o Rencana pengadaan peralatan. o Rencana pengadaan bahan.
o Penyiapan construction schedule – Financial progress schedule – S. curve. o Rencana Vector diagram (untuk proyek jalan) setelah review design.
Menjelaskan bahwa keterlambatan mobilisasi dapat dikenakan denda.
Menjelaskan diperlukannya Show Cause Meeting bilamana terjadi keterlambatan pelaksanaan pekerjaan yang mengakibatkan realisasi pelaksanaan pekerjaan tidak sesuai dengan rencana pelaksanaan pekerjaan.
Menjelaskan bahwa 1 bulan sebelum PHO maka Pemimpin Proyek / Pemimpin Bagian Proyek akan mengeluarkan pengumuman kepada masyarakat sekitar proyek tentang akan selesainya proyek untuk menghindari adanya tagihan utang yang belum dibayar oleh kontraktor kepada masyarakat sekitar proyek.
Menjelaskan mekanisme kerja antara ketiga unsure proyek (Kuasa Pengguna Anggaran, Kontraktor dan Pengawas) dalam hal perlunya Contractor’s Request sebelum dimulainya pekerjaan dan sebelum mulainya penerimaan pekerjaan (waktunya ditentukan oleh Kuasa Pengguna Anggaran Fisik).
Menjelaskan kapan serah terima lapangan dapat dilakukan.
Menjelaskan kewajiban pembayaran untuk pungutan retribusi maupun asuransi.
Menjelaskan prosedur pembongkaran dan penyerahan barang bekas proyek.
Menjelaskan kapan tanggal mobilisasi terakhir dan kapan akhir masa konstruksi dan apa sanksi-sanksinya jika tanggal tersebut dilewati.
Menjelaskan standar Laporan Harian dan Mingguan yang sudah merupakan standar baku.
Menjelaskan proses pengusulan dan pembayaran termijn (monthly certificate).
Menjelaskan proses pengujian bahan.
Menjelaskan perlu tidaknya sondir pada awal sebelum dimulainya pekerjaan pondasi jembatan.
Membahas metode pelaksanaan yang diajukan oleh kontraktor pada saat pelelangan.
Menjelaskan bahwa quality control untuk pekerjaan jalan menggunakan fasilitas laboratorium yang disediakan oleh kontraktor dari item mobilisasi.
Menekankan tidak adanya biaya tambahan terhadap biaya test bahan untuk quality control dan menegaskan bahwa biaya test sudah termasuk dalam harga penawaran.
Menjelaskan perlunya pendekatan terhadap masyarakat dan pemerintah daerah setempat sehubungan dengan rencana kerja yang nantinya akan berkaitan dengan masalah jalan akses ke lokasi quarry, pembebasan lahan terhadap pagar, listrik, telpon, PDAM dan sebagainya.
Menjelaskan bahwa pihak pemerintah dibebaskan dari adanya tuntutan pihak ketiga jika terjadi kalalaian kontraktor dalam pelaksanaan pekerjaan.
Menjelaskan barang-barang yang menjadi milik pemerintah.
Membahas mata pembayaran yang spesifik : o Beton.
o Agregat untuk bahu jalan. o Pemeliharaan rutin.
o Pelaksanaan pekerjaan pada masa pemeliharaan (warranty period).
Menjelaskan adanya tim mutual check selama periode kontrak.
PT. BUANA ARCHICON JO CV. BAYU PRATAMA, PT. CIPTA WAHANA NUSANTARA, DAN PT. GAGAS ADI BAGASKARA
d. Kontraktor
Menjelaskan rencana kerja pada saat mobilisasi yang meliputi : o Mobilisasi personil.
o Mobilisasi peralatan.
o Survai lapangan meliputi : drainase, perkerasan jalan, struktur.
o Pengembalian kondisi dan pekerjaan minor (dilakukan setelah survai lapangan selesai), meliputi : perkerasan jalan, bahu jalan.
o Pemeliharaan rutin (dilaksanakan setelah diterbitkannya SPMK atau dimulainya pekerjaan).
Rencana kerja review design : o Melaksanakan survai. o Membuat gambar kerja.
Menjelaskan metode / cara pelaksanaan konstruksi.
Menjelaskan struktur organisasi serta tugas dan tanggung-jawabnya.
Menjelaskan kualifikasi personil kontraktor yang akan dimobilisasi.
Menjelaskan bagian pekerjaan yang akan di-subkontrakkan serta calon sub kontraktornya.
Menjelaskan rencana penggunaan peralatan, termasuk : o Jenis alat.
o Kapasitas alat. o Jumlah alat. o Penempatan alat.
Menjelaskan rencana pengadaan bahan serta surat ijinnya : o Jalan : aspal, agregat, tanah timbunan.
o Jembatan : bangunan atas, pondasi. o Lokasi quarry, jumlah deposit quarry.
o Kualitas bahan jalan, struktur, termasuk cara pengujiannya.
Menjelaskan rencana kerja berdasarkan S-Curve.
e. Konsultan
Mencatat seluruh kesepakatan dalam Pre Construction Meeting dan dituangkan dalam Berita Acara tersendiri sebagai dokumen proyek.
Mempersiapkan formulir-formulir isian antara lain : o Laporan harian.
o Laporan mingguan.
o Laporan bulanan (Monthly progress report). o Executive summary report.
o Survai lapangan untuk review design. o Kerangka gambar kerja.
o Perhitungan volume / back-up data serta Monthly Certificate (MC). o Quality control.
o Request untuk : memulai pekerjaan, test material, penerimaan pekerjaan.
Menjelaskan struktur organisasi konsultan dan tugas dari masing-masing personel konsultan.
Menjelaskan personel konsultan yang sudah di-mobilisasi dan rencana personel lainnya yang akan di-mobilisasi.
Menjelaskan rencana kerja Review Design (jika ada) : o Waktu yang diperlukan untuk survai lapangan. o Personel yang dilibatkan didalam survai lapangan. o Kelengkapan yang diperlukan untuk survai lapangan. o Ruang lingkup pekerjaan yang akan disurvai.
o Alternative penanganan dari hasil survai pendahuluan (jika sudah ada gambaran umum).
Menegaskan pengambilan lokasi foto dokumentasi : dimana, kapan, berapa kali yang harus dilaksanakan oleh kontraktor.
E.1.8. EVALUASI RENCANA
Konsultan pengawas melakukan evaluasi atas rencana proyek yang akan dilaksanakan serta menyarankan perubahan / penyempurnaan / penyesuaian rencana yang perlu dilakukan (bila ada) guna menjamin tercapainya maksud dan tujuan proyek dengan sebaik-baiknya.
E.1.9. VERIFIKASI HASIL PEKERJAAN KONTRAKTOR
Konsultan pengawas berwenang dan pada saatnya berkewajiban menyatakan bahwa hasil pekerjaan kontraktor telah memenuhi segala persyaratan untuk disetujui atau disyahkan oleh Pemberi Tugas.
E.1.10. KONTROL SISTEMATIK TERHADAP KEGIATAN LAPANGAN
Dalam konteks lebih luas, pekerjaan konsultan supervisi mengemban juga fungsi kontrol manajemen proyek konstruksi. Sebelum memeriksa hasil pekerjaan, perlu diperiksa dahulu persiapan kerjanya. Persiapan pekerjaan yang dilakukan setengah-setengah atau dengan cara perencanaan yang mendadak akan mengakibatkan hasil kerja yang tidak memuaskan. Untuk menanggulangi masalah ini, diperlukan suatu kontrol yang sistimatik. Pengawas lapangan perlu menerapkan sistim kontrol yang baik dilapangan.
Kontrol yang sistimatik terhadap kegiatan dilapangan memiliki tiga tujuan yaitu :
PT. BUANA ARCHICON JO CV. BAYU PRATAMA, PT. CIPTA WAHANA NUSANTARA, DAN PT. GAGAS ADI BAGASKARA
Meninjau secara periodik hasil dan kemajuan pekerjaan pada beberapa bidang kegiatan pokok. Bilamana terdapat kekurangan yang terjadi, maka harus dikembangkan sasaran jangka pendek dan program kerja untuk mengatasinya.
Memastikan bahwa pekerjaan pengawasan berjalan secara benar sehingga peringatan secara dini dapat diberikan apabila terjadi sesuatu kesalahan.
Mengamankan bahwa biaya yang sudah dianggarkan oleh proyek tidak dilampaui bila tidak terjadi perubahan kontrak.
Bidang-bidang sasaran kegiatan pokok yang perlu dikontrol pada waktu peninjauan dilapangan yaitu :
Pencapaian target kemajuan fisik.
Pencapaian target keuangan.
Pengadaan dan pembelian barang, bahan dan peralatan.
Pemakaian tenaga kerja dan peralatan untuk menjamin efektivitas dan efisiensi kerja lapangan.
Pemantapan kerja sama antar pekerja proyek dari seluruh bagian / divisi.
Hubungan dengan pihak pemilik.
Tiap bidang tersebut diatas ditinjau apakah situasinya mantap, kurang memadai atau menunjukkan tendensi yang tidak menggembirakan.
Dengan mengetahui keadaan dan situasi masalah dengan benar, maka langkah-langkah yang diambil untuk mengatasinya akan lebih cepat dan efektif.
E.1.11 KUNJUNGAN LAPANGAN / SITE VISIT
Frekwensi kunjungan ke lapangan tergantung dari pentingnya keadaan lapangan, sifatnya dapat secara harian, mingguan. Frekwensi kunjungan juga dapat bergantung pada tahapan / program kerja dari Pemimpin Proyek / Kuasa Pengguna Anggaran yang mengelolanya beserta para teamnya.
E.1.12 PENGONTROLAN PROYEK
Merencana dan membangun adalah suatu aktivitas yang dinamis, dan yang dipengaruhi oleh bermacam-macam faktor. Karena itu network / s-curve chart yang telah disetujui sebagai pegangan untuk pelaksanaan harus secara periodik dicheck kembali :
Apakah waktu yang direncanakan telah ditepati.
Akan ditepati dalam jangka panjang atau segera.
Nantinya akan ditepati (jangka panjang).
Bila perlu dapat diadakan perubahan baru untuk mengendalikan jalannya proyek seperti yang dikehendaki.
Jarak waktu kontrol
Jarak waktu kontrol dapat dibedakan menjadi 2 macam rentang waktu yaitu :
FLOW CHART LANGKAH-LANGKAH CARA MENGONTROL
UNTUK AKTIVITAS YANG AKAN DIMULAI
Dapatkah pekerjaan
dimulai ?
Tidak
Ya
Alasannya ?
Ada keterlambatan ?
Diperlukan
O K
penanganan
pemecahannya
2 - 4 minggu untuk aktivitas-aktivitas yang tidak kritis.
Cara mengontrol
Dibedakan 3 cara mengontrol, sebagai berikut :
Untuk sebuah aktivitas yang akan dimulai : Disajikan langkah-langkah cara mengontrol seperti flow chart Gambar E.4.
Untuk menguji pekerjaan yang seharusnya sudah dimulai : Disajikan langkah-langkah cara mengontrol seperti flow chart Gambar E.5.
Uji pekerjaan yang seharusnya sudah selesai : Disajikan langkah-langkah cara mengontrol seperti flow chart Gambar E.6.
PT. BUANA ARCHICON JO CV. BAYU PRATAMA, PT. CIPTA WAHANA NUSANTARA, DAN PT. GAGAS ADI BAGASKARA
FLOW CHART LANGKAH-LANGKAH CARA MENGONTROL PEKERJAAN YANG SEHARUSNYA SUDAH DIMULAI
Pekerjaan yang seharusnya sudah mulai
Apakah pekerjaan ini Kenapa tidak dimulai ? Berapa lama ditangguhkan ?
sesuai schedule mulainya ? Tidak Apa penangguhannya Tidak Ada float ? dapat dikejar ?
Ya Ya
O K O K Tangani
Berapa lama terlambat ? Kenapa ?
Apa prestasinya sampai waktu Tidak
kontrol dicapai ?
Ya
Apa prestasinya
O K bisa dikejar ? Tidak
Ya
Berapa lama perpanjangan ?
O K Ada float ?
FLOW CHART LANGKAH-LANGKAH CARA MENGONTROL PEKERJAAN YANG SEHARUSNYA SUDAH SELESAI
Pekerjaan yang seharusnya
selesai Tidak
Ya Sisa waktu sampai selesai ?
Alasan keterlambatan ?
Diperlukan
O K penanganan
Gambar E.5.
Gambar E.6.
E.1.13. SISTIM INFORMASI MANAJEMEN PROYEK
Sistim informasi manajemen proyek pada hakekatnya adalah suatu sistim untuk mendukung pihak Pimpinan Proyek / Kuasa Pengguna Anggaran dalam memantau dan mengendalikan proyek.
Tujuan sistim ini untuk digunakan pihak Pemilik dalam mendapatkan informasi proyek secara berkala, cepat dan akurat. Sistim ini dibuat dan dikembangkan berdasarkan studi
PT. BUANA ARCHICON JO CV. BAYU PRATAMA, PT. CIPTA WAHANA NUSANTARA, DAN PT. GAGAS ADI BAGASKARA
dan evaluasi situasi dan kondisi yang dihadapi dilapangan serta mengintegrasikan keinginan-keinginan dari pihak Pimpinan Proyek / Kuasa Pengguna Anggaran yang mewakili pihak Pemilik Proyek tentang apa-apa yang mau dimonitor dan dikendalikan. Di project-site setiap saat hasil pekerjaan fisik berkembang bertambah banyak dan supaya perkembangannya terjadi menurut rencana, dimana rencana tersebut dijabarkan dalam besaran uang dan besaran waktu.
Khusus untuk mengontrol mutu pekerjaan, peranan sistim informasi manajemen proyek hanya sebagai penerus informasi saja. Pengontrolan mutu pekerjaan dilakukan oleh petugas khusus dan harus dilaksanakan dilapangan, tidak dapat dilaksanakan di kantor. Tolok ukur pengukuran mutu pekerjaan adalah dokumen tender (Spesifikasi Pekerjaan). Perkembangan pekerjaan yang terjadi selalu diikuti oleh perkembangan datanya atau dimonitor dimana perkembangan suatu proyek selalu diikuti oleh perkembangan data proyeknya. Volume data kian hari kian membengkak sesuai dengan perkembangan pekerjaan secara fisik.
Data proyek sesungguhnya belum dapat memberikan informasi kepada Pemberi Tugas, kerena masih belum diolah, jadi masih mentah. Data proyek yang telah dikumpulkan secara periodik kemudian diolah / diproses untuk dijadikan informasi proyek (laporan proyek). Artinya dari laporan proyek dapat diketahui pekembangan pekerjaan yang nyata terjadi (prestasi aktual). Dari laporan proyek ini Pimpinan Proyek / Kuasa Pengguna Anggaran baru dapat mengevaluasi tentang perkembangan proyeknya, pertumbuhan dari tiap-tiap pekerjaan dilapangan dengan diperbandingkan terhadap rencana.
Pimpinan Proyek / Kuasa Pengguna Anggaran mengendalikan proyeknya / pekerjaan dengan keputusan-keputusan yang dibuat dan diimplementasikan ke project site. Hasil dari implementasinya menciptakan data proyek baru dan dengan demikian siklus project management control system berulang kembali. Siklus ini baru berhenti apabila proyek telah selesai.
E.1.14. FUNGSI KONSULTAN SUPERVISI
Fungsi konsultan supervisi pada dasarnya dibagi dalam 2 fungsi, yaitu : Fungsi Administratif dan Fungsi Pengawasan.
1. Fungsi administratif
Membantu Kuasa Pengguna Anggaran Phisik dalam memahami dan melaksanakan ketentuan-ketentuan hukum yang tercantum dalam dokumen kontrak, terutama sehubungan dengan penentuan kewajiban dan tugas kontraktor.
Mengadakan komunikasi dan surat-menyurat, membuat memorandum atas pekerjaan konstruksi.
Membuat dokumentasi hasil-hasil test pelaksanaan pekerjaan berupa, foto-foto yang dibuat sebelum proyek berlangsung (mulai), sedang berjalan dan proyek selesai, serta kejadian dilapangan lainnya.
Menyiapkan rekomendasi sehubungan dengan “Contract Change Order” dan “Addendum” sehingga perubahan-perubahan kontrak yang diperlukan dapat dibuat secara optimal dengan mempertimbangkan semua aspek yang ada.
Menyiapkan dan menyampaikan laporan pekerjaan secara berkala.
2. Fungsi pengawasan (supervisi)
Membantu Pemimpin Proyek Phisik dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya dalam mengendalikan pelaksanaan pekerjaan.
Melaksanakan pengumpulan data lapangan untuk mendukung review design (bila ada).
Melaksanakan pengecekan pengukuran dan perhitungan volume pekerjaan sebagai dasar pembayaran.
Meninjau pengadaan personil dan peralatan kontraktor.
Memantau dan mengecheck pengendalian mutu dan volume pekerjaan untuk sertifikasi “Monthly Certificate (MC)”.
Melakukan pengecheckan dan persetujuan gambar terlaksana (as built drawing).
Membantu Pemimpin Proyek Phisik dalam menyiapkan pelaksanaan “Provisional Hand Over (PHO)”.
E.1.15. TANGGUNG-JAWAB KONSULTAN PENGAWAS
Konsultan pengawas bertanggung jawab penuh kepada Pemimpin Proyek / Kuasa Pengguna Anggaran bahwa hasil pelaksanaan pembangunan proyek yang dilaksanakan oleh kontraktor adalah benar-benar sesuai ketentuan dalam kontrak pemborongan. Konsultan harus memberikan jaminan segala ijin kerja, persetujuan dari setiap jenis / langkah pelaksanaan dan persyaratan konstruksi yang telah dikeluarkan.
Untuk memperjelas uraian tersebut diatas, berikut ini dilengkapi Bagan Alir Aktivitas Pengawasan Pekerjaan dari pekerjaan dimulai sampai pekerjaan selesai (Gambar 6.7.).
E.1.16. PENGENDALIAN MUTU
Selama periode konstruksi, konsultan akan senantiasa memberikan pengawasan, arahan, bimbingan dan instruksi yang diperlukan kepada kontraktor guna menjamin bahwa semua pekerjaan dilaksanakan dengan baik, tepat kualitas. Aspek-aspek pengendalian mutu yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan konstruksi antara lain sebagai berikut dibawah ini namun tidak terbatas pada :
Peralatan laboratorium
Penyimpanan bahan / material
Cara pengangkutan material / campuran ke lokasi kerja.
Pengujian material yang akan digunakan.
Penyiapan job mix formula campuran
Pengujian rutin laboratorium selama pelaksanaan
PT. BUANA ARCHICON JO CV. BAYU PRATAMA, PT. CIPTA WAHANA NUSANTARA, DAN PT. GAGAS ADI BAGASKARA
Tes lapangan
Administrasi dan formulir-formulir
Pengendalian kualitas tersebut diatas seperti diuraikan berikut ini :
1. Peralatan laboratorium dan personil
Peralatan laboratorium yang perlu dipergunakan, seperti disebutkan pada buku spesifikasi, dan dimungkinkan dapat menggunakan laboratorium / fasilitas pengujian yang berbadan hukum resmi atas persetujuan Pemberi Tugas.
Personil / tenaga yang terkait untuk maksud pengujian harus cukup berpengalaman dan mengenal dengan baik tentang testing laboratorium maupun lapangan.
2. Penyimpanan bahan / material
Bahan-bahan harus disimpan dengan suatu cara yang sedemikian rupa untuk menjamin perlindungan kualitas.
Bahan-bahan yang disimpan harus ditempatkan sedemikian rupa yang mudah dapat diperiksa oleh konsultan.
Tempat penyimpanan harus bebas dari tumbuh-tumbuhan dan puing, harus mempunyai drainase yang lancar.
Bahan-bahan yang diletakkan langsung diatas tanah tidak boleh digunakan dalam pekerjaan kecuali tempat kerja tersebut telah dipersiapkan dan diberi lapisan atas dengan suatu lapisan pasir atau kerikil setebal 10 cm.
Bahan-bahan (crushed stone, dlsb.) harus disimpan dengan cara yang sedemikian rupa untuk mencegah segregasi dan untuk menjamin gradasi yang sesuai serta mengontrol kadar air. Tinggi maksimum tumpukan 5 m.
Penumpukan berbagai ragam agregat untuk hotmix, beton, harus dipisahkan dengan papan pembatas guna mencegah pencampuran bahan-bahan.
Tumpukan agregat harus dilindungi dari hujan untuk mencegah kejenuhan agregat yang akan mengakibatkan penurunan kualitas.
3. Cara pengangkutan material / campuran
Konsultan dapat mengenakan pembatasan bobot pengangkutan untuk perlindungan terhadap setiap jalan atau struktur yang ada disekitar proyek.
Pengangkutan hotmix perlu ditutup dengan bahan tebal guna mempertahankan suhu campuran.
Bilamana terjadi gangguan diantara operasi berbagai pekerjaan, konsultan akan mempunyai wewenang untuk memerintahkan kontraktor dan untuk menentukan urutan pekerjaan yang diperlukan guna mempercepat penyelesaian seluruh proyek.
4. Pengujian material yang akan digunakan
Semua material dari setiap bagian pekerjaan akan di inspeksikan oleh konsultan. Staf anggota team konsultan setiap saat akan membuat rencana untuk menginspeksi material yang akan digunakan berdasarkan atas jadwal kerja kontraktor.
PENGENDALIAN MUTU
PENGAWAS / PROYEK KONTRAKTOR
Survey lokasi sumber bahan Penentuan sumber bahan Permohonan pemakaian bahan
Pemeriksaan mutu bahan
Ya
Periksa mutu Proses pengolahan
bahan material
Proses penyiapan rumusan kerja JMF
Pelaksanaan pekerjaan Pengujian mutu
Mutu sesuai Penanganan
Spec. Tidak perbaikan
Persetujuan mutu hasil pekerjaan Dokumentasi mutu hasil pekerjaan Tidak Ya
Walaupun bahan-bahan yang disimpan telah disetujui sebelum penyimpanan, namun dapat diperiksa ulang dan ditest kembali oleh konsultan.
Material yang akan digunakan harus ditest di laboratorium untuk mendapat persertujuan dari konsultan, jenis dan jumlah test seperti yang disebutkan dalam spesifikasi.
5. Job Mix Formula
Agar mendapatkan campuran yang baik dan memenuhi persyaratan spesifikasi, sebelum pekerjaan dimulai perlu dibuatkan dahulu suatu Job Mix Formula yang disetujui konsultan, antara lain untuk pekerjaan : Beton, Aggregate Base Class A & B, Hotmix.
6. Pengujian routin laboratorium
Selama pelaksanaan seperti yang disebutkan dalam spesifikasi, bahan-bahan atau campuran-campuran perlu dilakukan pengujian routin harian atau selama pekerjaan berlangsung guna menjamin kualitas sesuai dengan persyaratan.
Jenis dan frekuensi / jumlah test routin ini seperti yang disebutkan dalam spesifikasi.
7. Test lapangan
Setelah pekerjaan selesai dilaksanakan, produk tersebut perlu diadakan pengujian/test lapangan seperti apa yang disebutkan dalam persyaratan pengujian.
8. Formulir-formulir pengujian
Formulir-formulir pengujian baik untuk testing di laboratorium dan lapangan, menggunakan form yang sudah baku dan disetujui oleh Pemberi Tugas.
Gambar E.7. menunjukkan diagram pengendalian mutu guna memperjelas uraian diatas.
PT. BUANA ARCHICON JO CV. BAYU PRATAMA, PT. CIPTA WAHANA NUSANTARA, DAN PT. GAGAS ADI BAGASKARA
Gambar E.7.
Tinjauan khusus pengendalian mutu beton
Major work flyover / jembatan terdiri dari material / komponen beton, pengendalian mutu beton perlu dilakukan agar tidak terjadi kegagalan yang beresiko tinggi. Persyaratan dalam spesifikasi sudah jelas dan harus diikuti dan dilaksanakan.
1. Sifat-sifat bahan beton
Sifat-sifat bahan beton diperlihatkan seperti pada Gambar 6.9.
Gambar E.8. : Sifat-sifat beton
Gambar E.9. : Sifat-sifat beton
3. Pengujian mutu kuat tekan beton
Pengecoran, benda uji beton, dan peralatan pengujian mutu kuat tekan beton diperlihatkan seperti pada Gambar 6.10.
Gambar E.10. : Pengecoran, benda uji beton, dan peralatan pengujian mutu kuat tekan beton.
PT. BUANA ARCHICON JO CV. BAYU PRATAMA, PT. CIPTA WAHANA NUSANTARA, DAN PT. GAGAS ADI BAGASKARA
4. Pendekatan batasan proporsi takaran campuran
5. Pendekatan rancangan campuran
E.1.17 PENGENDALIAN KUANTITAS (VOLUME)
Pengawasan kuantitas (Quantity Control), akan mengecek bahan-bahan / campuran (atau setiap item pekerjaan) yang ditempatkan atau yang dilaksanakan oleh kontraktor. Konsultan akan memproses bahan-bahan / campuran berdasarkan atas :
Hasil pengukuran yang memenuhi batas toleransi pembayaran.
Metoda perhitungan.
Lokasi kerja.
Jenis pekerjaan.
Tanggal diselesaikannya pekerjaan.
Setelah produk pekerjaan memenuhi persyaratan baik kwalitas maupun elevasi dan persyaratan lainnya, maka pengukuran kwantitas dapat dilakukan agar volume pekerjaan dengan teliti / akurat yang disetujui oleh konsultan sehingga kwantitas dalam kontrak adalah benar diukur dan di-sertifikasi oleh konsultan dan mendapat persetujuan Pemberi Tugas.
Beberapa pengukuran pekerjaan tersebut antara lain :
1. Pengukuran meter persegi (m2)
Pengukuran dilapangan dapat dilakukan dengan meteran, yaitu panjang dan lebar, setelah ketebalan memenuhi persyaratan tebal minimal atau toleransi yang dibenarkan dalam spesifikasi.
2. Pengukuran meter panjang (m’)
Pengukuran di lapangan dapat dilakukan dengan meteran, yaitu panjang, setelah penampang suatu konstruksi telah sesuai dengan gambar yaitu dimensinya.
3. Pengukuran meter kubik (m3)
Pengkuran di lapangan dapat dilakukan dengan meteran untuk panjang dan lebar. Sedangkan untuk ketebalan dapat diukur dengan Core Drill atau alat ukur, sehingga panjang, lebar, dan tebal menghasilkan volume yang akurat.
4. Pengukuran berat (ton)
PT. BUANA ARCHICON JO CV. BAYU PRATAMA, PT. CIPTA WAHANA NUSANTARA, DAN PT. GAGAS ADI BAGASKARA
Untuk pengukuran ton dapat dilakukan dengan dua cara :
Penimbangan dengan timbangan atau truck scale (misal hotmix di AMP).
Pengukuran meter kubik dikalikan berat jenis bahan tersebut (berat jenis dapat diketahui dari laboratorium).
Formulir untuk perhitungan kuantitas tersebut (Quantity Sheet) telah dipunyai konsultan. Form-form ini dibuat secara computerized, sehingga perhitungan-perhitungan volume pekerjaan dapat dilakukan dengan cepat.
PENGENDALIAN VOLUME Survey Shop drawing Pematokan Ijin pelaksanaan Periksa Volume rencana
Pengawasan Pelaksanaan pekerjaan Permohonan pemeriksaan
& pengukuran pekerjaan Diperiksa Team Pengawas
Pengawasan Pengukuran volume pekerjaan Evaluasi Team Pengawas
Sesuai volume rencana
Lebih
Dapat dipertanggung- Lebih dari volume rencana jawabkan secara teknis (tidak diterima/dibayar)
BA. Hasil pengukuran Konsep MC / Termijn
Diperiksa Konsultan
MC / Termijn
Ya Ya
PENGAWAS / PROYEK KONTRAKTOR
Tidak
Setuju Kurang
Ya Tidak
Gambar E.11. menunjukkan diagram pengendalian volume guna memperjelas uraian diatas.
Gambar E.11.
PT. BUANA ARCHICON JO CV. BAYU PRATAMA, PT. CIPTA WAHANA NUSANTARA, DAN PT. GAGAS ADI BAGASKARA
F.19. PENGENDALIAN WAKTU
Didalam proyek padat alat, alat berat, tenaga kerja dan jumlah jam kerja per hari adalah sangat erat sekali hubungannya dengan waktu pelaksanaan penyelesaian pekerjaan. Dibawah ini adalah bagaimana pengendalian waktu perlu mendapat perhatian agar tidak terjadi perpanjangan waktu yang tidak perlu yang akan memboroskan waktu, tenaga dan biaya.
1. Schedule kontraktor
Sebelum pekerjaan dimulai konsultan akan mengecek schedule pelaksanaan yang dibuat kontraktor.
Apakah rencana kerja progres pekerjaan yang ditargetkan sudah layak dan realistis. Misalnya dalam musim hujan, target pekerjaan lebih kecil bila dibandingkan pada musim kemarau untuk pekerjaan pengaspalan misalnya, untuk kondisi kerja yang sama.
Kemudian juga construction method, urutan kerja kontraktor apakah sudah sistematis, konsepsional dan benar.
Selanjutnya berdasarkan schedule kontraktor yang sudah disetujui, konsultan pengawas akan mengendalikan waktu pelaksanaan tersebut.
Dari time schedule tersebut bisa dijabarkan kedalam target harian, sehingga setiap hari apakah terget volume tersebut bisa tercapai atau tidak, bila target volume tersebut tidak tercapai maka selisih volume harus diprogramkan / dikejar untuk schedule hari berikutnya.
Dengan time schedule yang dibuat dan disetujui itu bila dilaksanakan dengan sebagaimana mestinya dan dikendalikan dengan baik maka diharapkan proyek bisa diselesaikan “on schedule”.
2. Alat berat (heavy equipment)
Untuk mengerjakan pekerjaan jalan, diperlukan alat berat, bisa kombinasi / beberapa jenis dari jumlah alat.
Pertama harus diketahui/dianalisis kapasitas alat, kalau alat tersebut adalah suatu kombinasi, maka kapasitas yang diperhitungkan adalah yang terkecil, misal untuk pengaspalan / overlay hotmix, maka alat yang digunakan adalah AMP, Asphalt Sprayer, Asphalt Finisher, Tandem Roller, Pneumatic Tire Roller dan sejumlah Dump Truck. Dari alat tersebut dianalisis produksi nyata per jam, kemudian produksi terkecil yang digunakan untuk evaluasi pengendalian waktu. Alat untuk beton, misalnya concrete batching plant, mixer truck.
Untuk rencana sekian jam kerja per hari, apakah mampu alat tersebut menghasilkan produk hotmix seperti volume yang ditargetkan. Bila tidak tercapai maka perlu diambil tindakan-tindakan antara lain :
Menambah jumlah alat, atau
Efisiensi dan manajemen pengoperasian alat berat.
Sedemikian hingga volume pekerjaan yang direncanakan bisa diselesaikan dalam waktu yang ditentukan.
3. Tenaga kerja
Demikian juga untuk tenaga kerja, untuk suatu pekerjaan diperlukan cukup atau sejumlah tenaga kerja, sehingga pekerjaan akan bisa diselesaikan oleh tenaga kerja sesuai dengan jadwal / waktu yang ditentukan. Bila kondisi pekerjaan diperkirakan tidak bisa diselesaikan, maka tenaga kerja perlu ditambah atau kerja dua shift atau kerja lembur / overtime.
Dengan tenaga kerja yang cukup dan jam kerja yang cukup / effektip maka diharapkan pelaksanaan pekerjaan bisa tepat waktu sesuai yang ditargetkan.
4. Jumlah jam kerja
Untuk penyelesaian suatu pekerjaan, tergantung juga pada jam kerja per hari. Jumlah jam kerja yang sedikit akan menghasilkan produk yang lebih kecil daripada bila per hari jam kerjanya lebih banyak.
Jam kerja perlu disesuaikan dengan kapasitas alat, tenaga kerja, sedemikian hingga volume pekerjaan yang ditargetkan bisa diselesaikan. Kalau suatu pekerjaan tidak bisa diselesaikan dalam satu hari siang, maka perlu untuk kerja malam / overtime.
Untuk administrasi pengendalian waktu, agar pengendalian dapat dicapai secara optimal maka konsultan akan memahami secara sungguh-sungguh “Network Planning” yang umumnya telah dibuat oleh kontraktor dengan metode lintas kritis (“Critical Path Method / CPM”).
Mengingat sangat pentingnya “Network Planning” ini dalam suatu pekerjaan pengawasan, maka konsultan akan menganalisa secara rutin “Network Planning” dari kontraktor dan akan membantu kontraktor dalam mereview dan menyusun kembali “Netwok Planning” tersebut bila memang diperlukan.
Pengendalian schedule pelaksanaan lainnya dapat menggunakan “Barchart / S-curve” yang biasa dan juga dapat digunakan “Vector Diagram” yang baik / cocok untuk pekerjaan jalan karena dapat mengetahui / menunjukkan lokasi dan waktu. Schedule ini, pada arah “basis” menunjukkan lokasi atau STA, sedangkan arah “ordinat” menggambarkan waktu.
E.1.18. PENGENDALIAN BIAYA
Didalam kontrak pelaksanaan pekerjaan tercantum :
Biaya proyek
Estimated Quantity / Volume Pekerjaan
Harga satuan pekerjaan
PT. BUANA ARCHICON JO CV. BAYU PRATAMA, PT. CIPTA WAHANA NUSANTARA, DAN PT. GAGAS ADI BAGASKARA
Guna pengendalian biaya pelaksanaan proyek, hal-hal pokok yang perlu diperhatikan antara lain sebagai berikut :
Pengukuran hasil pekerjaan, perlu dilakukan dengan akurat dan benar-benar sehingga kwantitas yang dibayar sesuai dengan gambar rencana atau yang terpasang. Dengan demikian volume dalam kontrak tidak dilampaui yang pada akhirnya biaya yang dikeluarkan sudah sesuai dengan yang dianggarkan.
Pekerjaan yang bisa dibayar adalah pekerjaan yang sudah diterima dari segi pengukuran / kwantitas dan kwalitas, sehingga biaya yang dikeluarkan adalah benar-benar untuk pekerjaan yang sudah memenuhi spesifikasi.
Pekerjaan yang bisa dibayar adalah pekerjaan yang tercantum dalam kontrak dan harga satuan pekerjaan yang sudah ada dalam kontrak pelaksanaan, sehingga biaya proyek dibayarkan sesuai dengan item pekerjaan yang ada dalam kontrak.
E.1.19. ADMINISTRASI PROYEK
Sebelum kontraktor memulai aktivitas konstruksi, kontraktor akan membuat suatu permohonan secara tertulis kepada konsultan untuk prosedur konstruksi dan persetujuan pekerjaan dalam tahap yang logis.
Untuk maksud tersebut, konsultan akan :
Menginspeksi dan menyetujui bahan-bahan yang akan digunakan
Menginspeksi dan menyetujui pelaksanaan pekerjaan fisik.
Menginspeksi dan menyetujui metoda dan ketelitian pekerjaan konstruksi.
Melaksanakan test-test lapangan.
Melaksanakan test laboratorium terhadap sampel yang diambil dari lokasi kerja.
Melaksanakan test-test yang lain sesuai dengan spesifikasi.
Bagian tersebut diatas adalah merupakan sebagian dari administrasi / prosedur proyek yang perlu dilengkapi / didukung dengan suatu kelengkapan administrasi proyek, antara lain dalam bentuk Formulir / Form misalnya.
Gambar 6.18. menunjukkan kelengkapan administrasi proyek.
Form-form administrasi yang diperlukan proyek antara lain dan tidak terbatas pada sebagai berikut dibawah ini :
Serah terima lapangan (site hand over).
Pre construction meeting.
Mobilisasi.
Mutual check awal (MCo).
Dokumen kontrak.
Gambar rencana.
Struktur organisasi.
Buku direksi.
Penyiapan time schedule.
Shop drawing.
Request.
Laporan harian.
Laporan mingguan.
Buku instruksi.
Bobot pekerjaan / prestasi rutin.
Evaluasi produk pekerjaan.
Evaluasi akhir (tim evaluasi).
PT. BUANA ARCHICON JO CV. BAYU PRATAMA, PT. CIPTA WAHANA NUSANTARA, DAN PT. GAGAS ADI BAGASKARA
E-33 ADMINISTRASI PROYEK
Site Hand Over
Struktur organisasi Mobilisasi
Tahap Time schedule , metode kerja Persiapan Persiapan Traffic management
Pre Construction Meeting Field Engineering
Material dan penyimpanan Pembuatan format-format Shop drawing Request Laporan harian Laporan mingguan Buku instruksi
Bobot pekerjaan prestasi rutin Evaluasi produk pekerjaan Teguran, peringatan Photo dokumentasi Risalah rapat
Contract Change Order (CCO)
Tahap Addendum
Pelaksanaan As built drawing
Justifikasi teknis perpanjangan waktu Justifikasi teknis pek. tambah/kurang Perintah perubahan (CCO)
Administrasi Quantity Sheet
Proyek
Quality Control
Tahap Monthly
Pembayaran Certificate
SK Pimpro, pembentukan panitia Berita acara PHO
BA penilaian hasil pekerjaan I BA penilaian hasil pekerjaan II
Tahap PHO Pemeriksaan administrasi kantor
Serah terima Pemeriksaan mutu (pengujian)
Pemeriksaan mutu (dimensi) Pemeriksaan defect & deficiencies Check list PHO
Gambar E.12.
Teguran (4 hari) I dan II.
Peringatan (4 hari).
Photo dokumentasi.
Risalah rapat.
Change order (CCO).
Addendum.
Justifikasi teknis perpanjangan waktu pelaksanaan.
Justifikasi teknis pekerjaan tambah-kurang.
Monthly certificate (MC)
Quantity sheet.
Quality control.
E.1.20. SERTIFIKASI DAN PEMBAYARAN
Kontraktor harus menyerahkan suatu nilai estimasi dari pekerjaan yang dilaksanakan kepada konsultan supervisi pada setiap akhir bulan yang berjalan atau sesuai aturan pembayaran, yang selanjutnya disebut sebagai “termijn / sertifikat bulanan (MC)”. Format termijn / sertifikat bulanan harus sesuai dengan standar atau diusulkan oleh Konsultan supervisi dan disetujui oleh Pemberi Tugas.
Konsultan Pengawas akan memeriksa kemajuan pekerjaan yang diajukan pada
sertifikat bulanan dan apabila telah dianggap sesuai dengan sebenarnya yang telah terjadi di lapangan, selanjutnya dapat disetujui untuk menanda-tangani bersama oleh wakil kontraktor, konsultan, dan Pemimpin Proyek. MC harus didukung / dilengkapi dengan back-up data yang terdiri dari Back-up Quantity Sheet dan Back-up Quality Control.
Prosedur sertifikasi pembayaran diperlihatkan seperti pada Gambar 6.19.
KONTRAKTOR KONSULTAN PENGAWAS PENGGUNA JASA PERSETUJUAN
Termijn / MC Team Leader Kuasa Pengguna Anggaran Pembayaran Termijn / MC Back-up Quantity RE Structure
Back-up Quality RE Highway & Measurement RE Soil & Material
FLOW CHART PROSEDUR SERTIFIKASI TERMIJN / MONTHLY CERTIFICATE
Ya Ya
Gambar E.13.
E.1.21. PEMERIKSAAN PEMBAYARAN AKHIR
Tim Pengawas Teknis akan memeriksa kembali seluruh pembayaran yang telah lalu. Pembayaran terdahulu yang sudah disetujui apabila terdapat kesalahan masih dapat dikoreksi pada pembayaran berikutnya / akhir.
E.1.22. PROSEDUR PERUBAHAN (CONTRACT CHANGE ORDER)
Perubahan terhadap pekerjaan dapat dimulai oleh Direksi Pekerjaan atau Kontraktor dan harus disetujui dengan suatu Perintah Perubahan yang ditandatangani oleh kedua belah pihak. Jika dasar pembayaran yang ditetapkan dalam suatu Perintah Perubahan tersebut menyajikan suatu perubahan dalam struktur Harga Satuan Jenis Pembayaran atau suatu perubahan yang diperkirakan dalam Jumlah Kontrak cukup besar, maka Perintah Perubahan harus dirundingkan dan dirumuskan dalam suatu Addendum.
E.1.23. SERTIFIKASI PENYELESAIAN AKHIR
Bila kontraktor menganggap pekerjaan akan selesai, termasuk semua kewajiban dalam perioda jaminan, maka kontraktor harus membuat permohonan untuk serah terima pertama, umumnya pada tingkat penyelesaian fisik mencapai 97 % (Provisional Hand Over / PHO).
Setelah penyelesaian dari setiap pekerjaan perbaikan yang diminta oleh Panitia Serah Terima, dan dilanjutkan dengan pemeriksaan akhir terhadap pekerjaan tersebut, maka konsultan membantu mempersiapkan Sertifikat Penyelesaian Akhir.
E.1.23. PERNYATAAN PERHITUNGAN AKHIR
Kontraktor harus membuat permohonan untuk pembayaran perhitungan akhir, bersama-sama dengan semua rincian pendukung sebagaimana diperlukan oleh Direksi Pekerjaan. Setelah peninjauan kembali oleh Direksi Pekerjaan dan jika diperlukan, amandemen oleh kontraktor, Direksi Pekerjaan akan mengeluarkan suatu pernyataan Perhitungan Akhir yang disetujui untuk pembayaran oleh Pemberi Tugas.
E.1.24. ADDENDUM PENUTUP
Berdasarkan pada rincian pernyataan Direksi Pekerjaan mengenai Perhitungan Akhir. Setelah memperoleh tanda-tangan kontraktor, Direksi Pekerjaan akan menyampaikan addendum penutupan tersebut kepada Pemberi Pekerjaan untuk ditanda-tangani bersama-sama dengan Pernyataan Perhitungan Akhir yang disetujui.
E.1.25. DOKUMEN CATATAN PROYEK
PT. BUANA ARCHICON JO CV. BAYU PRATAMA, PT. CIPTA WAHANA NUSANTARA, DAN PT. GAGAS ADI BAGASKARA
Kontraktor harus memelihara suatu catatan yang cermat tentang semua perubahan dalam Dokumen Kontrak dan Dokumen Catatan Proyek selama pelaksanaan pekerjaan.
E.1.26. SERAH TERIMA PEKERJAAN
Konsultan, memberikan pengarahan, petunjuk dan saran untuk membantu Kuasa Pengguna Anggaran menyusun rencana serah terima pekerjaan (Provisional Hand Over = PHO) dari kontraktor kepada Pemimpin Proyek / Kuasa Pengguna Anggaran.
Bila Kontraktor menganggap pekerjaan akan selesai, termasuk semua kewajiban dalam perioda / masa jaminan, maka kontraktor harus membuat permohonan untuk serah terima pertama.
Setelah penyelesaian dari setiap pekerjaan perbaikan yang diminta oleh Panitia Serah Terima, dan dilanjutkan dengan pemeriksaan akhir terhadap pekerjaan tersebut, maka konsultan membantu mempersiapkan Sertifikat Penyelesaian Akhir atau Berita Acara Serah Terima Pekerjaan.
Bagan alir serah terima pekerjaan diperlihatkan seperti pada Gambar 6.20.
E.1.27. MANAJEMEN LALU-LINTAS DAN KESELAMATAN KERJA
Pekerjaan ini yang dengan volume lalu lintas yang padat memerlukan pengaturan lalu lintas dan metoda pelaksanaan yang lebih khusus dan teliti, baik pada saat pelaksanaan pekerjaan survey maupun pelaksanaan pekerjaan konstruksinya agar arus lalu lintas yang ada tetap terjaga kelancarannya dan pemakai jalanpun merasa aman melewatinya sesuai dengan tujuan dari pembangunan jalan / jembatan itu sendiri.
Manfaat yang didapatkan pada pemeliharaan lalu-lintas yang baik selama pelaksanaan memberikan keselamatan dan kenyamanan lalu lintas yang lebih baik pula.
Situasi semacam itu sangat membantu untuk menghilangkan persoalan-persoalan yang diakibatkan oleh kacaunya lalu lintas yang pada gilirannya akan menghambat pelaksanaan pembangunan proyek itu sendiri.
Untuk itulah pada proyek pembangunan jalan / jembatan tersebut diatas perlu dibuat sistim pengaturan lalu lintas yang baik dan memenuhi standard.
Penyajian rencana pemeliharaan lalu lintas selama masa pelaksanaan pembangunan jalan dimaksudkan menyampaikan gambaran masalah yang ada dan yang diperkirakan terjadi pada masa pelaksanaan.
Pada tahap pelaksanaan pembangunan, diperkirakan ada beberapa aktivitas antara lain :
Pemasangan pagar untuk pengaman dan kerapian pekerjaan pada kedua sisi jalan.
Pekerjaan perkerasan jalan.
Pekerjaan beton.
Pekerjaan tanah, galian, timbunan dan mengangkut keluar / masuk lokasi.
Pekerjaan form work / alat bantu pasang.
Semua kegiatan tersebut di atas jelas menjadi kendala bagi kelancaran dan keselamatan kerja bagi pemakai jalan maupun bagi pekerja proyek.
Oleh sebab itu penanganan khusus sangat diperlukan agar tercapai hasil yang optimal dan sesedikit mungkin akibat yang ditimbulkannya.
PT. BUANA ARCHICON JO CV. BAYU PRATAMA, PT. CIPTA WAHANA NUSANTARA, DAN PT. GAGAS ADI BAGASKARA
E-37
SERAH TERIMA PEKERJAAN
Prestasi pekerjaan selesai 100 %
Kontraktor mengajukan PHO
Konsultan Checking lapangan & defect list
Kontraktor Perbaikan / penyempurnaan lap.
Konsultan
Rekomendasi PHO ke Pengguna Anggaran Kuasa Pengguna Anggaran
Membentuk Panitia PHO / FHO
Panitia Proses penelitian Administrasi & Teknik
No
Administrasi Teknis ADMINISTRASI PROYEK
(Team A) (Team B) - Dokumen kontrak
- Addendum kontrak - Laporan-laporan - Bukti-bukti penagihan - Instruksi-instruksi TEKNIS - Quality test - Perhitungan quantity - As built drawing - Foto-foto pelaksanaan Maintenance period - 3 bulan proyek-proyek LCB - 1 tahun proyek-proyek ICB
Gambar E.14.
Yes
PHO Panitia Rekomendasi kepada Kuasa Pengguna Anggaran
No
Yes
(Defect list with grace period) No
Untuk mengantisipasi pengurangan lebar jalur effective, bahu jalan dibagian luar yang sudah diperkeras bisa dipakai sebagai jalur lalu lintas khusus untuk kendaraan penumpang sedan dan jeep atau sejenisnya dan alternatip lain dengan membuat jalur baru dengan memanfaatkan areal yang kosong disekitar lokasi pekerjaan tersebut. Demikian pula mengenai penanganan pembuangan tanah hasil galian haruslah dengan penanganan yang baik, misalnya dimana Dump Truck harus masuk dan keluar dari lokasi proyek. Tidak kalah pentingnya dari penanganan tersebut di atas adalah cara pemuatan dan transportasi pembuangan tanah hasil galian haruslah memperhatikan wawasan lingkungan.
Tanah yang dimuat diatas Dump Truck harus diberi penutup agar tidak tercecer diatas permukaan jalan yang ada, sebab bila turun hujan akan menjadi licin dan menyebabkan kecelakaan lalu lintas yang pada gilirannya menghambat arus lalu lintas yang ada. Didalam pelaksanaan “Traffic Management” untuk proyek ini kriteria penanganan dibagi menjadi 2 bagian :
Pelayanan Umum
Keselamatan Kerja.
1. Pelayanan Umum
Indikasi yang diperlukan dalam pelayanan umum adalah sebagai berikut :
a. Efektifitas sistim informasi
Sistim informasi bersifat pemberitahuan kepada calon pemakai jalan selama pelaksanaan yang tujuannya memberikan informasi bahwa akan ada proyek pembangunan.
Sistim ini dapat diwujudkan dalam 2 media, yaitu :
Melalui media cetak yang bersifat pengumuman
Pembagian “pamflet”
b. Mengurangi kemacetan
Dalam mengatasi adanya kemacetan lalu-lintas, dapat dilakukan dengan perambuan sementara selama pelaksanaan pekerjaan dan dengan menyiagakan satuan penanggulangan gangguan.
2. Keselamatan kerja
Indikasi diperlukan dalam keselamatan kerja meliputi hal-hal sebagai berikut :
Pengendalian pelaksanaan dilapangan secara ketat dan terus menerus dimonitor dengan perlengkapan komunikasi untuk dapat saling berhubungan setiap saat dengan cepat.
Pengendalian waktu dimaksudkan agar penyelesaian proyek sesuai jadwal yang telah ditetapkan.
Pengendalian waktu ini disesuaikan dengan tuntunan lapangan yang mencakup seluruh aspek terkait.
b. Peniadaan kecelakaan fatal
Perambuan sesuai dengan standar perambuan.
Pemasangan pagar pengaman yang juga berfungsi sebagai penciptaan kerapian kerja sepanjang daerah proyek yang diperkirakan perlu (kiri dan kanan) dan diberi lampu-lampu agar mudah terlihat pada malam hari. Kecelakaan lalu-lintas adalah aspek negatif dari meningkatnya mobilitas transportasi. Keseimbangan antara mentalitas pengemudi, kemajuan teknologi kendaraan dan penyediaan prasarana lalu lintas merupakan unsur-unsur yang menentukan mobilitas transportasi yang semakin dinamis, cepat dan semakin nyaman sesuai dengan tuntutan keadaan.
Ketidak-seimbangan dari salah satu unsur tersebut diatas dalam beradaptasi akan menyebabkan kesenjangan yang cenderung kepada terjadinya kecelakaan.
Bekerja pada sebuah proyek jalan / jembatan pada tahapan pelaksanaan menanggung resiko tinggi pada terjadinya kecelakaan yang setiap saat bisa terjadi. Untuk itulah maka diperlukan persyaratan keselamatan kerja pada pelaksanaan proyek yang berbeda pada ruas jalan yang sedang beroperasi.
Dalam pelaksanaan proyek, beberapa faktor keselamatan kerja yang terkait, antara lain :
Faktor perambuan darurat.
Sistim transportasi pada lokasi proyek.
Atribut pada tenaga kerja.
Astek.
Dan lain-lain.
Pada tahap pelaksanaan, yang mana banyak aktivitas jenis pekerjaan yang ditangani dan melibatkan banyak tenaga yang bekerja, maka keselamatan kerja daripada semua eksponen terkait menjadi faktor utama dari kelancaran progress yang hendak dicapai. Pada tahap ini, gambaran pencapaian keselamatan kerja dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Perambuan darurat
Perambunan pada tahap pelaksanaan mempunyai andil besar dalam keselamatan kerja yang memberikan rasa aman dalam melaksanakan pekerjaan bagi para pekerja yang berada pada daerah perambuan.
Rambu-rambu darurat yang diperlukan pada tahap pelaksanaan misalnya rambu peringatan, rambu perintah dan larangan serta rambu petunjuk, juga rubber cone
PT. BUANA ARCHICON JO CV. BAYU PRATAMA, PT. CIPTA WAHANA NUSANTARA, DAN PT. GAGAS ADI BAGASKARA
serta lighting yang pengaturan letak penempatan serta jaraknya seperti ditunjukan pada keperluan “rambu darurat”.
Disamping itu diperlukan pagar pembatas antara daerah kerja dan lajur yang beroperasi yang diletakkan sepanjang daerah kerja. Pagar pambatas dicat dengan warna crossing “kuning-biru” dan pada setiap jarak tertentu diberi tanda “spot light” atau cat berpendar yang bisa terlihat bila kena sorot lampu pada malam hari. Bisa juga dengan lampu-lampu sebagai pengganti spot light.
2. Sistim transportasi pada lokasi proyek
Pengaturan transportasi, adalah sebagai berikut :
Pintu keluar / masuk kendaraan proyek pada daerah kerja ditentukan, rute perjalanan pembuangan dibuat searah dengan arus lalu lintas, pada prinsipnya tidak boleh ada arah “crossing” sehingga tidak ada konflik.
Dump truck yang menunggu giliran pengangkutan, antri dan berderet ke belakang namun harus masih tetap dalam area perambuan.
Untuk pengangkutan tanah, tiap dump truck harus dilengkapi dengan penutup bak belakang. Ini dimaksudkan agar tanah yang diangkut tidak tercecer dimuka jalan, sebab tanah yang tercecer tersebut sangat licin bila sedikit saja kena air hujan dan ini dapat mengakibatkan kecelakaan fatal.
Mobilisasi peralatan berat ke lapangan juga harus memperhatikan keselamatan dari peralatan maupun operatornya, dan bila perlu minta satuan pengawal dari pihak kepolisian.
3. Atribut pada tenaga kerja
Semua tenaga kerja disarankan mengenakan atribut yang mudah dikenal dan terlihat dari jarak yang cukup jauh dan ini bisa terpenuhi dengan pemakaian baju rompi refleksionis warna orange menyolok yang harus selalu dikenakan pada saat melaksanakan tugas.
Penggunaan topi di lapangan juga dianjurkan, sebab sangat membantu mengurangi keletihan akibat terik matahari. Bekerja pada kondisi badan letih yang dipaksakan apalagi di jalan yang padat lalu lintas yang beroperasi sangat membahayakan dan mengurangi akurasi kerja.
4. Astek (Asuransi tenaga kerja)
Jaminan perlindungan keselamatan terhadap tenaga kerja pada daerah beresiko tinggi adalah mutlak diperlukan. Setiap tanaga kerja tersebut harus dijamin dengan asuransi tenaga kerja yang lebih dikenal dengan astek.
Mengingat pentingnya Astek pada pelaksanaan pekerjaan tersebut maka astek tidak bisa dipisahkan dari dokumen kontrak, jadi merupakan satu kesatuan dalam dokumen kontrak.