• Tidak ada hasil yang ditemukan

Respon Imun Tubuh Terhadap Vaksin

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Respon Imun Tubuh Terhadap Vaksin"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

Respon Imun Tubuh Terhadap Vaksin Respon Imun Tubuh Terhadap Vaksin

Respon imun terhadap imunisasi pada dasarnya

Respon imun terhadap imunisasi pada dasarnya samasama seperti respon imun terhadap agen

seperti respon imun terhadap agen infeksius. Hal ini dikarenakaninfeksius. Hal ini dikarenakan vaksin yang dibuat merupakan agen infeksius yang dilemahkan vaksin yang dibuat merupakan agen infeksius yang dilemahkan atau direkayasa secara genetika dengan menghilangkan sifat. atau direkayasa secara genetika dengan menghilangkan sifat. Pada saat manusia tervaksinasi, vaksin yang mengandung agen Pada saat manusia tervaksinasi, vaksin yang mengandung agen atau komponen agen infeksius yang

atau komponen agen infeksius yang masuk ke dalam tubuh akanmasuk ke dalam tubuh akan direspon dengan

direspon dengan respon imun primer respon imun primer . Jenis vaksin yang berbeda. Jenis vaksin yang berbeda akan menghasilkan respon imun yang berbeda.

akan menghasilkan respon imun yang berbeda. VaksinVaksin livelive attenuated

attenuated akan menghasilkan respon imun seluler dan  akan menghasilkan respon imun seluler dan responrespon imun humoral, sedangkan

imun humoral, sedangkan vaksin inactivatedvaksin inactivated akan menghasilkan akan menghasilkan respon imun humoral saa. Hal ini

respon imun humoral saa. Hal ini dikarenakdikarenakan pada vaksin livean pada vaksin live attenuated mengandung agen hidup yang telah dilemahkan attenuated mengandung agen hidup yang telah dilemahkan sehingga respon imun berupa seluler dan humoral. !edangkan sehingga respon imun berupa seluler dan humoral. !edangkan pada vaksin inactivated mengandung subunit agen tersebut pada vaksin inactivated mengandung subunit agen tersebut seperti to"oid atau antigennya saa #biasanya beru

seperti to"oid atau antigennya saa #biasanya berupa eksotoksin$pa eksotoksin$ sehingga respon imun yang dihasilkan berupa respon imun

sehingga respon imun yang dihasilkan berupa respon imun humoral.

humoral.

 Jika terpaan oleh antigen, baik secara alamiah maupun melalui  Jika terpaan oleh antigen, baik secara alamiah maupun melalui

pemberian vaksin, tubuh akan bereaksi untu

pemberian vaksin, tubuh akan bereaksi untuk menghilangkank menghilangkan antigen tersebut melalui sistem imun.

antigen tersebut melalui sistem imun.

!istem imun spesi%k inilah yang berperan dalam pemberian !istem imun spesi%k inilah yang berperan dalam pemberian vaksin untuk memberikan kekebalan terhadap satu enis agen vaksin untuk memberikan kekebalan terhadap satu enis agen infeksi. Hal ini dikarenakan adanya mekanisme memori dalam infeksi. Hal ini dikarenakan adanya mekanisme memori dalam sistem imun spesi%k. &i dalam kelenar getah

sistem imun spesi%k. &i dalam kelenar getah bening terdapatbening terdapat sel T naif yaitu sel T yang belum pernah terpaan oleh antigen. sel T naif yaitu sel T yang belum pernah terpaan oleh antigen.

(2)

 Jika terpaan antigen, sel T naif akan berdiferensiasi menadi sel efektor dan sel memori. !el efektor akan bermigrasi ke tempat' tempat infeksi dan mengeliminasi antigen, sedangkan sel

memori akan berada di organ limfoid untuk kemudian berperan  ika teradi paanan antigen yang sama. !el (, ika terpaan oleh

antigen, akan mengalami transformasi, proliferasi dan diferensiasi menadi sel plasma yang akan memproduksi antibodi. )ntibodi akan menetralkan antigen sehingga

kemampuan menginfeksinya hilang. Proliferasi dan diferensiasi sel ( tidak hanya menadi sel plasma tetapi uga sebagian akan menadi sel ( memori. !el ( memori akan berada dalam

sirkulasi. (ila sel ( memori terpaan pada antigen serupa, akan teradi proses proliferasi dan diferensiasi seperti semula dan akan menghasilkan antibodi yang lebih banyak. )danya sel memori akan memudahkan pengenalan antigen pada paanan yang kedua. )rtinya, ika seseorang yang sudah divaksin #artinya sudah pernah terpaan oleh antigen$ terinfeksi atau terpaan oleh antigen yang sama, akan lebih mudah bagi sistem imun untuk mengenali antigen tersebut. !elain itu, respon imun pada

paanan yang kedua #respon imun sekunder$ lebih baik daripada respon imun pada paananantigen yang pertama #respon imun primer$. !el T dan sel ( yang terlibat lebih banyak, pembentukan antibodi lebih cepat dan bertahan lebih lama, titer antibodi lebih banyak #terutama Ig*$ dan a%nitasnya lebih tinggi. &engan

demikian, diharapkan sesorang yang sudah pernah divaksin tidak akan mengalami penyakit akibat paanan antigen yang

(3)

sama karena sistem imunnya memiliki kemampuan yang lebih dibanding mereka yang tidak divaksin.

 Jadi kesimpulannya, imunisasi dengan cara pemberian vaksinasi akan menginduksi respon imun membentuk sel memori yang akan berperan dalam respon imun sekunder. Hal ini bertuuan agar pada saat paanan kedua oleh agen yang sama atau antigen yang sama dengan kandungan vaksin, tubuh akan menghasilkan respon imun lebih cepat dan menadi kebal terhadap agen tersebut.

(agaimana respon imun terhadap pemberian vaksin.

 Ja+ab Imunisasi &PT dengan pemberian vaksin &PT disebut  uga sebagai antigen. Vaksin &PT masuk sebagai antigen  antigen berasosiasi dengan -H yang berperan sebagai mempresentasikan sel ke sel T helper mele+ati reseptor &/ dengan bantuan I0'1  !el T helper diaktivasi menadi 

• !el T Helper 1 #intraseluler$   mengeluarkan sitokin dengan bantuan I0'2  kemudian sel berpoliferasi menadi !el T memori melalui reseptor &3

• !el T H elper 2 #ekstraseluler$ diaktivasi  membentuk !el ( yang mengandung Ig  berdiferensiasi  menadi sel plasma  menghasilkan antibodi   dan terbentuk kompleks imun, selanutnya sel ( berpoliferasi  membentuk sel ( memori. !el yang telah berpoliferasi membentuk sel memori inilah yang otomatis akan mengenal antigen apabila virus campak

(4)

masuk ke dalam tubuh sehingga tubuh berespon secara cepat untuk mela+an virus tersebut. #Hadinegoro, 2444$

#!umber Hadinegoro, !ri Re5eki. 2444. Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi Jurnal Sari Pediatri, Vol. 2, Jakarta.$

!intesis

 Pemberian vaksin sama dengan pemberian antigen pada tubuh.  Jika terpaan oleh antigen, baik secara alamiah maupun melalui

pemberian vaksin, tubuh akan bereaksiuntuk menghilangkan

antigen tersebut melalui sistem imun. !ecara umum, sistem imun dibagi menadi 2, yaitu sistem imun non'spesi%k dan sistem imun spesi%k. !istem imun non'spesofok merupakan mekanisme

pertahanan alamiah yang diba+a seaklahir #innate$ dan dapat dituukan untuk berbagai macam agen infeksi atau

antigen.1,2,6!istem imun non'spesi%k meliputi kulit,

membran mukosa, sel'sel fagosit, komplemen, liso5im dan interferon. !istem imun ini merupakan garis pertahanan pertamayang harus dihadapi oleh agen infeksi yang masuk kedalam tubuh. ika sistem imun non'spesi%k tidak berhasil menghilangkan antigen, barulah sistem imun

spesi%k berperan.1,2!istem imun spesi%k merupakan mekanisme pertahanan adaptif yang didapatkan selama kehidupan dan

dituukan khusus untuk satu enis antigen. !istem imun

spesi%k diperankan oleh sel T dan sel (. Pertahanan oleh sel T dikenal sebagai imunitas selular, sedangkan pertahanan oleh sel ( dikenal sebagai imunitas humoral. Imunitas selular berperan mela+an antigen di dalam sel #intasel$, sedangkan

imunitas humoral berperan mela+an antigen di luar sel

#ekstrasel$. dalam pemberian vaksin, sistem imun spesi%k inilah yang berperan untuk memberikan kekebalan terhadap satu enis agen infeksi, melalui mekanisme memori.1,6&i dalam kelenar getah bening terdapat sel T naif, yaitu sel T yang belum pernah

(5)

terpaan oleh antigen. Jika terpaan antigen, sel naif T

akan berdiferensiasimenadi sel efektor dan sel memori. !el efektor akan bermigrasi ke tempat'tempat infeksi dan

mengeliminasi antigen, sedangkan sel memori akan berada di organ limfoid untuk kemudian berperan ika teradi paanan antigen yang sama.1!el ( ika terpaan oleh antigen, akan

mengalami transformasi, proliferasi dan diferensiasi menadi sel plasma yang akan memproduksi antibodi. )ntibodi akan

menetralkan antigen sehingga kemampuan menginfeksinya hilang. Proliferasi dan diferensiasi sel ( tidak hanya menadi sel plasma tetapi uga sebagian akan menadi sel ( memori. !el ( memori akan berada dalam sirkulasi. (ila sel ( memori terpaan pada antigen serupa, akan teradi proliferasi dan diferensiasi seperti smeuladan akan menghasilkan antibodi yang lebih banyak.1)danya sel memori akan memudahkan pengenalan antigen pada paanan yang kedua. )rtinya, ika seseorang yang sudah divaksinasi #artinya sudah pernah terpaan oleh antigen$ terinfeksi atau terpaan oleh antigen yang sama, akan lebih mudah bagi sistem imun untuk mengenali antigen tersebut. !elain itu, respon imun pada paanan yang kedua #respon imun sekunder$ lebih baik daripada respon imun pada paanan antigen yang pertama #respon imun primer$. !el T dan sel ( yang terlibat lebih banyak, pembentukan antibodi lebih cepat dan bertahan lebih lama, titer antibodi lebih banyak #terutama Ig*$ dan

a%nitasnya lebih tinggi.2,6&engan demikian, diharapkan

seseorang yang sudah pernah divaksinasi tidak akan mengalami penyakit akibat paanan antigen yang sama karena sistem

imunnya memiliki kemampuan yang lebih dibanding mereka yang tidak divaksinasi.

&aftarPustaka1.-atondang !, !iregar !P. )spek imunologi imunisasi. &alam Ranuh I*7, !uyitno H,

Hadinegoro !R!, 8artasasmita (, Ismoedianto, !oedatmiko, editor. Pedoman imunisasi di Indonesia. 9d 6. Jakarta !atgas

(6)

Imunisasi Ikatan &okter )nak Indonesia: 2443. h. 14' 22.2.;ahab !, Julia -. !istem imun, imunisasi,

dan penyakit imun. Jakarta ;idya -edika: 2442. h. 1' 6<.6.(arata+idaa 8*. Imunologi dasar. 9disi 14. Jakarta (alai penerbit =8>I: 2412. h. 1?'@, @1.

mekanisme respon imun terhadap imunisasi?

Pemberian vaksin sama dengan pemberian antigen pada tubuh. Jika terpaan oleh antigen, baik secara alamiah maupun melalui pemberian vaksin, tubuh akan bereaksi untuk menghilangkan antigen tersebut melalui sistem imun. !ecara umum, sistem imun dibagi menadi 2, yaitu sistem imun non' spesi%k dan sistem imun spesi%k. !istem imun non'spesofok merupakan mekanisme pertahanan alamiah yang diba+a seak lahir #innate$ dan dapat dituukan untuk berbagai macam agen infeksi atau antigen.1,2,6

!istem imun non'spesi%k meliputi kulit, membran mukosa, sel'sel fagosit, komplemen, liso5im dan interferon. !istem imun ini merupakan garis pertahanan pertama yang harus dihadapi oleh agen infeksi yang masuk kedalam tubuh. ika sistem imun non' spesi%k tidak berhasil menghilangkan antigen, barulah sistem imun spesi%k berperan.1,2

!istem imun spesi%k merupakan mekanisme pertahanan adaptif yang didapatkan selama kehidupan dan dituukan khusus untuk satu enis antigen. !istem imun spesi%k diperankan oleh sel  T dan sel (. Pertahanan oleh sel T dikenal sebagai imunitas

(7)

selular, sedangkan pertahanan oleh sel ( dikenal sebagai imunitas humoral. Imunitas selular berperan mela+an antigen di dalam sel #intasel$, sedangkan imunitas humoral berperan mela+an antigen di luar sel #ekstrasel$. dalam pemberian vaksin, sistem imun spesi%k inilah yang berperan untuk memberikan kekebalan terhadap satu enis agen infeksi, melalui mekanisme memori.1,6

&i dalam kelenar getah bening terdapat sel T naif, yaitu sel  T yang belum pernah terpaan oleh antigen. Jika terpaan antigen,

sel naif T akan berdiferensiasi menadi sel efektor dan sel memori. !el efektor akan bermigrasi ke tempat'tempat infeksi dan mengeliminasi antigen, sedangkan sel memori akan berada di organ limfoid untuk kemudian berperan ika teradi paanan antigen yang sama.1

!el ( ika terpaan oleh antigen, akan mengalami transformasi, proliferasi dan diferensiasi menadi sel plasma yang akan memproduksi antibodi. )ntibodi akan menetralkan antigen sehingga kemampuan menginfeksinya hilang. Proliferasi dan diferensiasi sel ( tidak hanya menadi sel plasma tetapi uga sebagian akan menadi sel ( memori. !el ( memori akan berada dalam sirkulasi. (ila sel ( memori terpaan pada antigen serupa, akan teradi proliferasi dan diferensiasi seperti semula dan akan menghasilkan antibodi yang lebih banyak.1

)danya sel memori akan memudahkan pengenalan antigen pada paanan yang kedua. )rtinya, ika seseorang yang sudah divaksinasi #artinya sudah pernah terpaan oleh antigen$

(8)

terinfeksi atau terpaan oleh antigen yang sama, akan lebih mudah bagi sistem imun untuk mengenali antigen tersebut. !elain itu, respon imun pada paanan yang kedua #respon imun sekunder$ lebih baik daripada respon imun pada paanan antigen yang pertama #respon imun primer$. !el T dan sel ( yang terlibat lebih banyak, pembentukan antibodi lebih cepat dan bertahan lebih lama, titer antibodi lebih banyak #terutama Ig*$ dan a%nitasnya lebih tinggi.2,6

&engan demikian, diharapkan seseorang yang sudah pernah divaksinasi tidak akan mengalami penyakit akibat paanan antigen yang sama karena sistem imunnya memiliki kemampuan yang lebih dibanding mereka yang tidak divaksinasi.

1. Matondang CS, Siregar SP. Aspek imunologi imunisasi. Dalam: Ranuh IG, Su!itno ", "adinegoro SRS, #artasasmita C$, Ismoedi%anto, Soed%atmiko, editor. Pedoman imunisasi di Indonesia. &d '. (akarta: Satgas Imunisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia) *++. h. 1+-**.

*. aha/ S, (ulia M. Sistem imun, imunisasi, dan pen!akit imun. (akarta: id!a Medika) *++*. h. 1-'0. '. $arataid%a%a #G. Imunologi dasar. &disi 1+. (akarta:

$alai pener/it 2#3I) *+1*. h. 14-5, 51. s!arat ke/erhasilan imunisasi?

!yarat keberhasilan imunisasi tergantung dari beberapa faktor, yaitu status imun peamu, faktor genetik peamu, serta kualitas dan kuantitas vaksin.1,2,6,/

(9)

1. !tatus imun peamu

 Teradinya antibodi spesi%k pada peamu terhadap vaksin yang diberikan akan mempengaruhi keberhasilan vaksinasi. -isalnya pada bayi yang semasa fetus mendapat antibodi maternal spesi%k terhadap virus campsk, bila vaksinasi campak diberikan pada saat kadar antibodi spesi%k campak masih tinggi akan membeikan hasil yang kurang memuaskan. &emikian pula air susu ibu #)!I$ yang mengandung Ig) sekretori #sIg)$ terhadap virus polio dapat mempengaruhi keberhasilan vaksinasi polio yang diberikan secara oral. 7amun pada umumnya kadar sIg) terhadap virus polio pada )!I sudah rendah pada +aktu bayi berumur beberapa bulan. Pada penelitian di !ub (agian )lergi'Imunologi, (agian I8) =8>IAR!-, Jakarta ternyata sIg) polio sudah tidak ditemukan lagi pada )!I setelah bayi berumur ? bulan. 8adar sIg) tinggi terdapat pada kolostrum. 8arena itu bila vaksinasi polio diberikan pada masa pemberian kolostrum # kurang atau sama dengan 6 hari setelah bayi lahir $, hendaknya )!I # kolostrum $  angan diberikan dahulu 2 am sebelum dan sesudah vaksinasi.

8eberhasilan vaksinasi memerlukan maturitas imunologik. Pada bayi neonatus fungsi makrofag masih kurang. Pembentukan antibodi spesi%k terhadap antigen tertentu masih kurang. Jadi dengan sendirinya, vaksinasi pada neonatus akan memberikan hasil yang kurang dibandingkan pada anak. -aka, apabila imunisasi diberikan sebelum bayi berumur 2 bulan,  angan lupa memberikan imunisasi ulangan.

(10)

!tatus imun mempengaruhi pula hasil imunisasi. Individu yang mendapat obat imunosupresan, menderita de%siensi imun kongenital, atau menderita penyakit yang menimbulkan de%siensi imun sekunder seperti pada penyakit keganasan uga akan mempengaruhi keberhasilan vaksinasi. (ahkan adanya de%siensi imun merupakan kontraindikasi pemberian vaksin hidup karena dapat menimbulkan penyakit pada individu tersebut. &emikian pula vaksinasi pada individu yang menderita penyakit infeksi sistemik seperti campak, tuberkulosis milier akan mempengaruhi pula keberhasilan vaksinasi.

8eadaan gi5i yang buruk akan menurunkan fungsi sel sistem imun seperti makrofag dan limfosit. Imunitas selular menurun dan imunitas humoral spesi%sitasnya rendah. -eskipun kadar globulin normal atau bahkan meninggi, imunoglobulin yang terbentuk tidak dapat mengikat antigen dengan baik karena terdapat kekurangan asam amino yang dibutuhkan untuk sintesis antibodi. 8adar komplemen uga berkurang dan mobilisasi makrofag berkurang, akibatnya respons terhadap vaksin atau toksoid berkurang.

2. =aktor genetik peamu

Interaksi antara sel'sel sistem imun dipengaruhi oleh variabilitas genetik. !ecara genetik respons imun manusia dapat dibagi atas responder baik, cukup, dan rendah terhadap antigen tertentu. Ia dapat memberikan respons rendah terhadap antigen tertentu, tetapi terhadap antigen lain dapat

(11)

lebih tinggi. 8arena itu tidak heran bila kita menemukan keberhasilan vaksinasi yang tidak 144B.

6. 8ualitas dan kuantitas vaksin

Vaksin adalah mikroorganisme atau toksoid yang diubah sedemikian rupa sehingga patogenisitas atau toksisitasnya hilang tetapi masih tetap mengandung sifat antigenisitas. (eberapa faktor kualitas dan kuantitas vaksin dapat menentukan keberhasilan vaksinasi, seperti cara pemberian, dosis, frekuensi pemberian auvan yang dipergunakan, dan  enis vaksin.

a$ ara pemberian vaksin akan mempengaruhi respons imun yang timbul. -isalnya vaksin polio oral akan menimbulkan imunitas lokal disamping sistemik, sedangkan vaksin polio parenteral akan memberikan imunitas sistemik saa.

b$ &osis vaksin terlalu tinggi atau terlalu rendah uga mempengaruhi respons imun yang teradi. &osis terlalu tinggi akan menghambat respons imun yang diharapkan. !edang dosis terlalu rendah tidak merangsang sel'sel imunokompeten.&osis yang tepat dapat diketahui dari hasil ui klinis, karena itu dosis vaksin harus sesuai dengan dosis yang direkomendasikan.

c$ =rekuensi pemberian uga mempengaruhi respons imun yang teradi. &isamping frekuensi, arak pemberianpun akan mempengaruhi respons imun yang teradi. (ila pemberian vaksin berikutnya diberikan pada saat kadar antibodi spesi%k masih tinggi, maka antigen yang masuk

(12)

segera dinetralkan oleh antibodi spesi%k yang masih tinggi tersebut sehingga tidak sempat merangsang sel imunkompaten. (ahkan dapat teradi apa yang dinamakan reaksi arthus, yaitu bengkak kemerahan di daerah suntikan antigen akibat pembentukan kompleks antigen antibodi lokal sehingga teradi peradangan lokal. 8arena itu pemberian ulang # booster $ sebaiknya mengikuti apa yang dianurkan sesuai dengan hasil ui klinis.

d$ )uvan adalah 5at yang secara nonspesi%k dapat meningkatkan respons imun terhadap antigen. )uvan akan meningkatkan respons imun dengan mempertahankan antigen pada atau dekat dengan tempat suntikan, dan mengaktivasi )P # antigen presenting cells $ untuk memproses antigen secara efektif dan memproduksi interleukin yang akan mengaktifkan sel imunokompeten lainnya.

e$ Jenis Vaksin, vaksin hidup akan menimbulkan respons imun lebih baik dibanding vaksin mati atau yang diinaktivasi # killed atau inactivated $ atau bagian # komponen $ dari mikroorganisme. Vaksin hidup diperoleh dengan cara atenuasi. Tuuan atenuasi adalah untuk menghasilkan organisme yang hanya dapat menimbulkan penyakit yang sangat ringan. )tenuasi diperoleh dengan memodi%kasi kondisi tempat tubuh mikroorganisme, misalnya suhu yang tinggi atau rendah, kondisi anerob, atau menambah empedu pada media kultur seperti pada pembuatan vaksin

(13)

(* yang sudah ditanam selama 16 tahun. &apat pula dipakai mikroorganisme yang virulen untuk spesies lain tetapi untuk manusia avirulen, misalnya virus cacar sapi.

1. Ranuh IG, Su!itno ", "adinegoro SRS, #artasasmita C$, pen!unting. Pedoman Imunisasi di Indonesia. &disi ketiga. (akarta: Satgas Imunisasi Ikatan Dokter Anak  Indonesia) *++.

*. Suhar%o, ($. 6aksinasi 7ara ampuh 7egah pen!akit in8eksi. #anisius : *+1+.

'. Sri, Re9eki S "adinegoro. Pro8. Dr. dr. SpA#;, dkk. Pedoman imunisasi di Indonesia. Ikatan Dokter Indonesia. &disi ke-*. (akarta *++4.

<. Raha%oe , $asir D, Makmuri MS, #artasasmita C$, pen!unting. Pedoman asional =u/erkulosis Anak. &disi kedua. (akarta: 3## Respiratologi PP IDAI) *++0.

1*. $agaimana %ika /a!i>anak terlam/at mendapatkan imunisasi?

 Jad+al Imunisasi Tidak Teratur

Pada keadaan tertentu imunisasi tidak dapat dilaksanakan sesuai dengan ad+al yang sudah disepakati. 8eadaan ini tidak merupakan hambatan untuk melanutkan imunisasi. Vaksin yang sudah diterima oleh anak tidak menadi hilang manfaatnya tetapi tetap sudah menghasilkan respons imunologis sebagaimana yang diharapkan tetapi belum mencapai hasil yang optimal. &engan perkataan lain, anak belum mempunyai antibodi yang optimal

(14)

karena belum mendapat imunisasi yang lengkap, sehingga kadar antibodi yang dihasilkan masih di ba+ah ambang kadar yang memberi perlindungan #protective level$ atau belum mencapai kadar antibodi yang bisa memberikan perlindungan untuk kurun +aktu yang panang #life long immunity$ sebagaimana bila imunisasinya lengkap. &engan demikian kita harus menyelesaikan ad+al imunisasi dengan melengkapi imunisasi yang belum selesai. Vaksin satu kali atau vaksin dengan daya lindung panang >ntuk vaksin yang diberikan hanya satu kali saa atau vaksin yang daya perlindungannya panang seperti vaksin (*, campak, --R, varisela, maka keterlambatan dari ad+al imunisasi yang sudah disepakati akan mengakibatkan meningkatnya risiko tertular oleh penyakit yang ingin dihindari. !etelah vaksin diberikan maka risiko terkena penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi tersebut akan hilang atau rendah sekali, bahkan usia yang lebih tua saatmenerima vaksin akan menghasilkan kadar antibodi yang cukup baik karena sistem imunitas tubuhnya sudah lebih matang.

(elum pernah mendapat imunisasi

)nak yang belum pernah mendapat imunisasi terhadap penyakit tertentu, tidak mempunyai antibodi yang cukup untuk menghadapi penyakit tersebut. )pabila usia anak sudah berada di luar usia yang tertera pada ad+al imunisasi dan dia belum pernah diimunisasi maka imunisasi harus diberikan kapan saa,

(15)

pada umur berapa saa sebelum anak terkena penyakit tersebut, karena dia sangat sedikit atau sama sekali belum punya antibodi.

Imunisasi multidosis dengan interval tertentu

>ntuk imunisasi yang harus diberikan beberapa kali dengan interval +aktu tertentu agar kadar antibodi yang diinginkan tercapai #di atas ambang perlindungan$ seperti vaksin &PT, polio, Hib, pneumokok konugasi, hepatitis ) atau hepatitis (, keterlambatan atau memanangnya interval tidak mempengaruhi respons imunologis dalam membentuk antibodi. Jumlah pemberian imunisasi tetap harus dilengkapi supaya kadar ambang perlindungan bisa dicapai dan anak terlindung dari penyakit. 8eterlambatan akan menunda tercapainya ambang kadar antibodi yang memberikan perlindungan.

 Terdapat beberapa enis vaksin #umumnya vaksin inaktif$ yang daya perlindungannya terbatas hingga kurun +aktu tertentu saa #setelah itu kadar antibodi berada di ba+ah ambang perlindungan$, sehingga membutuhkan imunisasi ulang untuk meningkatkan kembali kadar antibodinya. (ila imunisasi ulang terlambat atau tidak dilakukan, maka kadar antibodi yang sudah rendah itu #terutama pada anak'anak yang tidak pernah mendapat infeksi alamiah$ akan meningkatkan risiko terkena penyakit tersebut.

!tatus imunisasi tidak diketahui atau meragukan

)nak dengan status imunisasi yang tidak diketahui atau meragukan, misalnya dokumentasi imunisasi yang buruk atau

(16)

hilang, menyebabkan ketidakpastian tentang imunisasi yang sudah dan belum diberikan. Pada keadaan ini, anak harus dianggap rentan #susceptible$ dan harus diberikan imunisasi yang diperkirakan belum didapat. Tidak ada bukti yang menunukkan bah+a pemberian vaksin --R, varisela, Hib, hepatitis'(, campak, &PT atau polio yang berlebih akan merugikan penerima yang sudah imun.

Rekomendasi ad+al untuk vaksinasi yang tidak teratur Rekomendasi bila vaksinasi terlambat

(*

>mur C 12 bulan, boleh diberikan kapan saa. >mur D 12 bulan imunisasi kapan saa, namun sebaiknya dilakukan terlebih dahulu ui tuberkulin apabila negatif berikan (* dengan dosis 4.1 ml intrakutan.

&PT

&P+T atau (ila dimulai dengan &P+T boleh dilanutkan dengan &PaT . (erikan dT pada anak D < tahun, angan &P+T atau &PaT +alaupun vaksin tersedia. (ila terlambat, angan mengulang pemberian dari a+al, tetapi lanutkan dan lengkapi imunisasi seperti ad+al, tidak peduli berapapun arak +aktuAinterval keterlambatan dari pemberian sebelumnya.

(ila belum pernah imunisasi dasar pada usia C 12 bulan, imunisasi diberikan sesuai imunisasi dasar, baik umlah maupun intervalnya. (ila pemberian ke'/ sebelum ulang tahun ke'/, maka

(17)

pemberian ke'? secepat'cepatnya @ bulan sesudahnya. (ila pemberian ke'/ setelah umur / tahun, maka pemberian ke'? tidak perlu lagi.

Polio oral

(ila terlambat, angan mengulang pemberiannya dari a+al tetapi lanutkan dan lengkapi imunisasi seperti ad+al, tidak peduli berapapun arak +aktuAinterval keterlambatan dari pemberian sebelumnya.

ampak

Pada umur antara E F 12 bulan, berikan kapan saa saat bertemu. (ila umur anak D 1 tahun berikan --R. (ila booster belum didapat setelah umur @ tahun, maka vaksin campakA--R diberikan kapan saa saat bertemu. 0engkapi ad+al --R (ila sampai dengan umur 12 bulan belum mendapat vaksin campak, --R bisa diberikan kapan saa setelah berumur 1 tahun.

Hepatitis (

(ila terlambat, angan mengulang pemberian dari a+al, tetapi lanutkan dan lengkapi imunisasi seperti ad+al, tidak peduli berapapun arak +aktuAinterval dari pemberian sebelumnya. )nak dan remaa yang belum pernah imunisasi hepatitis ( pada masa bayi, bisa mendapat serial imunisasi hepatitis ( kapan saa saat berkunung.

1. ational "ealth and Medi7al Resear7h Coun7il. ational Immuni9ation Program. =he Australian Immuni9ation "and/ook. &disi ke-. Commonealth o8 Australia) *++.

(18)

*. Committee on In8e7tious Diseases Ameri7an A7adem! o8  Pediatri7s. Pi7kering@#, $aker C@, Bertur8 GD, Pro/er CG, pen!unting. Red $ook: *++' Report o8 the Committee on In8e7tious Diseases. &disi ke-*5. &lk GroBe 6illage, I@: Ameri7an A7adem! o8 Pediatri7s) *++'.

'. Plotkins S, renstein A, pen!unting. 6a77ines. edisi keempat. Philadelphia, =ok!o: $ Saunders) *++<.

Referensi

Dokumen terkait

Jadi, Filsafat Ilmu Pengetahuan merupakan cabang filsafat yang mempelajari teori pembagian ilmu, metode yang digunakan dalam ilmu, tentang dasar kepastian dan

Metode wawancara dilakukan untuk mendapatkan data atau informasi sebanyak mungkin dan sejelas mungkin kepada subjek penelitian (Gunawan, 2017). Informan ditentukan

Berdasarkan kajian yang telah dilakukan, penambahan variasi dopan yang diberikan pada ZrO 2 mengakibatkan ZrO 2 kubik dan tetragonal stabil pada temperatur ruang dan

bekerja sama dengan rekan-rekan di lingkungannya; serta c) belajar sambil melakukan, karena guru hanya berusaha untuk menerangkan materi tanpa mengetahui kesulitan mahasiswa

(2006) yang menyatakan bahwa perendaman rumput laut dalam larutan KOH 0,1 % menghasilkan natrium alginat dengan kadar abu yang rendah karena KOH 0,1 % dapat mengurangi

Tanpa ada dasar hukum yang cukup kuat yang dapat melegalkan teknik perangkap ini, khususnya dalam bidang pemberantasan tindak pidana korupsi, tentunya perlindungan