• Tidak ada hasil yang ditemukan

GAMBARAN PERILAKU BULLYING DAN FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA PERILAKU BULLYING PADA SISWA KELAS XI SMK MUHAMMADIYAH 4 JAKARTA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "GAMBARAN PERILAKU BULLYING DAN FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA PERILAKU BULLYING PADA SISWA KELAS XI SMK MUHAMMADIYAH 4 JAKARTA"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

GAMBARAN PERILAKU BULLYING DAN

FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA

PERILAKU BULLYING PADA SISWA

KELAS XI SMK MUHAMMADIYAH 4

JAKARTA

Jasmine Nadhilah

Lisa Ratriana Chairiyati

Universitas Bina Nusantara, nadhilahjasmine@yahoo.co.id

ABSTRAK

In the school environment, the students are expected to learn safely and comfortably.

But today it is rife with bullying behavior in schools. Are often the bullying is

considered reasonable by many parties, including teachers and students by either the

victim or perpetrator of bullying. The study used a descriptive quantitative method

where in obtaining the data using questionnaires adapted (Amalia Dina, 2010) and

construct a theory that according to the variables. Measured dimensions of the two

variables is the difference (in economics, race and gender), tradition, seniority, families

do not in harmony, the school situation that is not harmonious, individual

characteristics, understanding the value of one of the victim, physical, non-physical, as

well as damage a victim’s thing. Of the 50 respondents who captured the data obtained

25 respondents have a high norm. Of the 25 respondents were cultural factors becomes

the highest reason for doing the bullying and the lower factor were individual

characteristic. While the physical and non-physical behavior into bullying behavior is

most often performed. This data processing techniques using SPSS 20 and Microsoft

Excel.

Keyword : Perception of Bullying Factors, Bullying Behavior, Students, School

Dalam lingkungan sekolah, para siswa diharapkan dapat belajar dengan aman dan

nyaman. Namun dewasa ini marak terjadi perilaku bullying dalam sekolah. Kerapkali

bullying dianggap hal yang wajar oleh banyak pihak, termasuk oleh para guru dan

siswa baik itu korban atau pelaku bullying. Penelitian menggunakan metode kuantitatif

deskriptif dimana dalam mendapatkan data responden dengan menggunakan kuesioner

hasil adaptasi (Dina Amalia, 2010) dan mengkonstruk teori yang sesuai dengan

variabel. Dimensi yang diukur dari kedua variabel tersebut adalah perbedaan (dalam

ekonomi, ras dan gender), tradisi, senioritas, keluarga yang tidak rukun, situasi sekolah

yang tidak harmonis, karakteristik individu, pemahaman nilai yang salah atas korban,

fisik, non-fisik, serta merusak barang korban. Dari 50 responden yang diambil datanya

didapatkan 25 responden memiliki norma yang tinggi. Dari 25 responden tersebut

faktor tradisi menjadi alasan tertinggi melakukan bullying dan faktor paling rendah

▸ Baca selengkapnya: contoh sk bullying smk

(2)

adalah faktor karakter individu. Sedangkan perilaku nonfisik dan fisik menjadi perilaku

bullying yang paling sering dilakukan. Teknik pengolahan data ini menggunakan SPSS

20 dan Microsoft Excel.

Kata Kunci : Faktor Penyebab Terjadinya Bullying, Perilaku Bullying, Siswa,

Sekolah

PENDAHULUAN

Sekolah merupakan salah satu sarana untuk mendapatkan pendidikan, seperti dijelaskan di dalam UUD 1945 pasal 31 bahwasannya setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan. Sekolah merupakan sebuah konteks penting bagi perkembangan moral (Santrock, 2007). Banyak orangtua mempercayakan sekolah sebagai tempat anaknya mendapatkan pendidikan. Dalam lingkungan sekolah banyak sekali interaksi yang terjadi antar warganya baik dalam kegiatan belajar mengajar ataupun interaksi sosial dengan lingkungan. Lingkungan sekolah merupakan salah satu bentuk mikrosistem dimana lingkungan tempat individu menghabiskan banyak waktu baik itu keluarga, teman sebaya, sekolah, dan lingkungan sekitar individu (Santrock, 2009). Siswa bukanlah penerima pengalaman pasif, melainkan seseorang yang berinteraksi secara timbal balik dengan orang lain dan membantu membentuk mikrosistem (Bronfenbrenner dalam Santrock, 2009). Banyaknya interaksi di sekolah dapat menjadi salah satu penyebab terjadinya hal - hal yang tidak menyenangkan. Salah satunya yang sering dialami para siswa adalah bullying.

Bullying adalah sebuah situasi dimana terjadinya penyalahgunaan kekuatan / kekuasaan yang dilakukan oleh seseorang / kelompok dimana korbannya tidak mampu membela atau mempertahankan dirinya karena lemah secara fisik dan mental (SEJIWA, 2008). Bullying adalah tindakan negatif dan seringkali bersifat agresif atau sebuah tindakan atau serangkaian tindakan manipulatif oleh satu orang atau lebih orang terhadap orang lain yang biasanya dilakukan selama beberapa periode waktu. Bullying bersifat kasar dan didasarkan pada ketidakseimbangan kekuasaan (Sullivan, Cleary, & Sullivan, 2005). Bullying merupakan masalah kesehatan masyarakat yang universal dan memiliki dampak besar bagi remaja (Craig, 2009).

Bullying sudah seperti menjadi sebuah budaya dalam lingkungan sekolah. Terkadang guru tidak menyadari bahwa perilaku bullying sedang terjadi di depan matanya. Sayangnya, banyak guru yang menanggapinya dengan tidak serius karena menganggap bahwa ini adalah hal yang sudah biasa dilakukan. Selain itu, banyak pihak terkait dalam sekolah baik itu siswa ataupun guru menganggap ini hanyalah sebuah tradisi dari sekolah itu sendiri. Sehingga tidak ada pihak yang hendak menyelesaikan tradisi sekolah yang negatif ini. Selain itu, umumnya masyarakat Indonesia baru memperhatikan masalah bullying jika ada korban terluka parah dan ada orangtua yang “berani” melaporkan ke pihak yang berwajib atau sudah terjadi korban fatal karena ada yang meninggal (Sarwono & Meinarno, 2009).

Selain dari pihak guru, bullying dianggap biasa oleh korban sendiri. Adanya skema kognitif menjelaskan bahwa korban memiliki persepsi pelaku melakukan bullying karena tradisi, balas dendam karena diperlakukan sama (menurut korban laki – laki), ingin menunjukkan kekuasaan, marah karena korban berperilaku tidak sesuai dengan yang diharapkan, mendapatkan kepuasan (menurut korban perempuan) dan iri hati (menurut korban perempuan). Adapun korban juga mempersepsikan dirinya sendiri menjadi korban bullying karena berpenampilan menyolok, tidak berperilaku dengan sesuai, perilaku dianggap tidak sopan, dan menganggap ini semua hanyalah tradisi (Riauskina dkk dalam Trevi, 2012). Hal ini menunjukkan bahwa adanya pengalaman yang terjadi pada diri siswa sehingga membentuk persepsi siswa untuk melakukan bullying (Amalia, 2010).

Dari penelitian di tahun 2008 pada responden di tiga kota besar di Indonesia ditemukan bahwa responden di Jakartalah yang paling banyak mempersepsikan adanya kekerasan di sekolah, yaitu sebanyak 72,7% dibanding dengan Jogjakarta dan Surabaya yang masing - masing hanya 63,8% dan 67,2%. Responden di Jakarta juga merupakan responden tertinggi yang mempersepsi kekerasan dalam bentuk bullying, yaitu sebanyak 32,1% responden, sementara dua kota lannya hanya 22,7% dan 17,9% (Sejiwa,2008 Laporan Penelitian Bullying di 3 Kota Besar Indonesia : Jakarta Penulis dalam Heniono).

(3)

Perilaku bullying dapat terjadi dalam berbagai macam bentuk. Dijelaskan bahwa bentuk bullying terbagi menjadi 3, yaitu fisik, non - fisik, serta termasuk merusak barang (Sullivan, Cleary, & Sullivan, 2005). Dalam penelitian yang dilakukan Lai, Ye, & Chang (2008) disebutkan bahwa perilaku nonfisik merupakan perilaku yang paling sering dilakukan oleh negara di warga Asia. Sedangkan untuk factor – factor penyebab terjadinya perilaku bullying adalah perbedaan kelas (senioritas), ekonomi, agama, gender, etnisitas / rasisme; tradisi senioritas; keluarga yang tidak rukun; situasi sekolah yang tidak harmonis atau diskriminatif; karakter individu / kelompok seperti dendam atau iri hati, adanya semangat ingin menguasai korban dengan kekuatan fisik dan daya tarik seksual, dan untuk meningkatkan popularitas pelaku di kalangan teman sepermainannya (peer group); dan persepsi nilai yang salah atas perilaku korban (Morrison, Rigby, Field, Sullivan, Pearce dalam Astuti, 2008).

Siswa kelas XI SMA/SMK dianggap sebagai sasaran sampel yang tepat mengingat pada umumnya pada umur tersebut siswa berada pada tahap perkembangan remaja. Siswa kelas XI juga merupakan masuk kategori middle student yang melakukan bullying karena adik kelas dan teman bisa menjadi korban bullying (Sullivan, Cleary, & Sullivan, 2005). Sampel yang dipilih berasal dari salah satu sekolah menengah kejuruan di wilayah Jakarta Barat yaitu SMK Muhammadiyah 4. Pemilihan sekolah tersebut didasarkan oleh salah satu pemberitaan yang mengatakan bahwa sekolah ini beberapa kali terlibat tawuran (Salim, 2013). Tawuran dianggap sebagai salah satu indikasi bahwa perilaku bullying menjadi budaya di sekolah. Selain tawuran, hal yang terjadi pada SMK Muhammadiyah 4 dari hasil wawancara dengan pihak guru adalah seringnya terjadi ejekan - ejekan. Ejekan merupakan salah satu bentuk bullying yang sering terjadi, namun kerapkali pihak yang terlibat menganggap hal itu merupakan hal biasa. Menurut guru di SMK Muhammadiyah, bullying menjadi salah satu masalah di sekolah ini. Oleh sebab itu peneliti tertarik untuk meneliti mengenai faktor penyebab terjadinya bullying dan perilaku bullying pada siswa kelas XI SMK Muhammadiyah 4 Jakarta.

METODE PENELITIAN

Desain penelitian yang digunkan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif lebih berdasarkan pada data yang dapat dihitung untuk menghasilkan penaksiran kuantitatif yang kokoh (Umar, 2009). Tipe penelitian ini merupakan penelitian non - eksperimental. Penelitian non-eksperimental merupakan penelitian dimana peneliti tidak melakukan manipulasi terhadap variabel yang terlibat di dalamnya (Seniati, Yulianto, & Setiadi, 2008). Berdasarkan metode yang digunakan, penelitian ini tergolong penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif menurut Sugiyono (2010) metode deskriptif adalah metode yang digunakan untuk menggambarkan atau menganalisis suatu hasil penelitian tetapi tidak digunakan untuk membuat kesimpulan yang lebih luas. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran perilaku yang sering dilakukan dan factor tertinggi yang menjadi penyebab terjadinya perilaku bullying.

Teknik sampling yang digunakan untuk penelitian ini adalah dengan non - probabilitas dimana dengan cara ini semua elemen populasi belum tentu memiliki peluang yang sama untuk dipilih menjadi anggota sampel karena ada bagian tertentu secara sengaja tidak dimasukkan untuk mewakili populasi (Umar, 2009). Terdapat beberapa teknik sampling yang menjadi bagian dari non - probabilitas, dimana yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling. Purposive sampling yaitu sampel yang diambil berdasarkan ciri – ciri, sifat dan karakteristik serta pertimbangan kriteria – kriteria tertentu (Kumar, 2011).

Untuk alat ukur yang digunakan untuk melihat faktor penyebab terjadinya bullying adalah hasil adaptasi dari penelitian sebelumnya. Ini merupakan pernyataan alasan yang mendorong ketika siswa melakukan bullying. Hal ini dapat dilihat dari faktor terjadinya bullying menurut Astuti (2008). Sedangkan untuk perilaku bullyng dengan membuat alat tes berdasarkan bentuk perilaku bullying menurut Sullivan (2005). Alat ukur yang digunakan untuk mengukur perilaku bullying adalah alat ukur yang dibuat untuk penelitian ini berdasarkan 3 macam bentuk perilaku bullying menurut Sullivan, Cleary, & Sullivan (2005) dengan mengukur frekuensi dari setiap perilaku.

Peneliti menggunakan dua metode uji validitas. Uji validitas tersebut adalah dengan Face Validity dan Content Validity. Face Validity menggambarkan seberapa baik suatu tampilan instrumen pengukuran mengukur apa yang ingin diukur. Sedangkan untuk Content Validity berkaitan dengan seberapa memadai isi dari sampel uji pengetahuan, keterampilan, atau perilaku yang ingin diukur dari tes (Bordens & Abbot, 2008). Content validity dapat dilakukan dengan expert judgement. Menghitung

(4)

reliabilitas digunakan analisa Cronbach’s Alpha (Syaifuddin, 2008). Reliabilitas suatu konstruk variabel dikatakan baik jika memiliki nilai Cronbach’s Alpha> dari 0,60. Dengan menggunakan SPSS 20, hasil yang didapat untuk reliabilitas masing - masing alat ukur setelah pilot study dan item yang tidak valid.

Dalam mengolah data, peneliti menggunakan SPSS 20 dan Microsoft Excel. Skor yang diolah telah didapat, nantinya akan dicari mean untuk mengkategorikan subjek ke dalam norma yang sudah ditentukan. Gambaran mengenai subjek dilakukan dengan menggunakan analisa deskriptif pada SPSS 20.

HASIL DAN BAHASAN

Berdasarkan data yang sudah terhimpun dari subjek penelitian, peneliti kemudian melakukan pengolahan data untuk kemudian melakukan deskripsi subjek penelitian berdasarkan perilaku bullying dan factor penyebab terjadinya perilaku bullying.

Gambar 4.1 Norma Perilaku Bullying

Data yang sudah diproses dengan bantuan Microsoft Excel dan SPSS 20 akan menghasilkan gambaran-gambaran dari kedua variabel. Untuk variabel perilaku bullying jika total skor yang diperoleh siswa > mean yang diperoleh, maka dikategorikan memiliki norma yang tinggi. Mean yang diperoleh dari perilaku bullying sebesar 30,06. Dari hasil tersebut diperoleh bahwa 25 siswa memiliki skor > mean yang artinya siswa tersebut memiliki norma yang tinggi dan diasumsikan sering melakukan bullying. Oleh karena itu 25 siswa yang memiliki norma tinggi ini yang akan digunakan pada proses data selanjutnya.

(5)

Dari 25 data tersebut, akan dilihat 3 bentuk perilaku bullying yang sering dilakukan siswa. 3 bentuk perilaku bullying tersebut akan dilihat yang sering dilakukan oleh siswa. Jika skor siswa > mean, maka dikategorikan sering melakukan perilaku tersebut.

Dari hasil olah data SPSS, diperoleh nilai mean sebesar 14,32 untuk merusak barang. Menurut gambaran diatas, didapatkan bahwa ada 11 siswa yang memiliki skor > mean untuk bullying merusak barang. Untuk nilai mean yang diperoleh dari bentuk nonfisik sebesar 5,32 dan bentuk fisik sebesar 15,36. Menurut gambaran diatas ada 13 siswa yang memiliki skor > mean untuk bullying nonfisik dan fisik. Oleh karena itu, perilaku nonfisik dan fisik menjadi perilaku yang sering dilakukan oleh 25 siswa tersebut

Gambar 4.4 Perbedaan Perilaku Nonfisik berdasarkan Jenis Kelamin

Dari hasil gambaran dengan menggunakan metode deskriptif, didapatkan hasil mean sebesar 5,8 dari 10 siswa laki-laki untuk perilaku merusak barang. Sedangkan untuk mean siswa perempuan sebesar 5 dari 15 siswa perempuan. Berdasarkan hasil tersebut, mean siswa laki-laki lebih tinggi dibandingkan siswa perempuan untuk perilaku nonfisik.

Gambar 4.5 Perbedaan Perilaku Fisik berdasarkan Jenis Kelamin

Dari hasil gambaran dengan menggunakan metode deskriptif, didapatkan hasil mean sebesar 15,1 dari 10 siswa laki-laki untuk perilaku merusak barang. Sedangkan untuk mean siswa perempuan sebesar 15,53 dari 15 siswa perempuan. Berdasarkan hasil tersebut, mean siswa perempuan lebih tinggi dibandingkan siswa laki-laki untuk perilaku fisik.

(6)

Tabel 4.4 Gambaran Faktor Penyebab Terjadinya Perilaku Bullying

Faktor Penyebab bullying Mean

Perbedaan ekonomi, ras, gender, agama 2,032

Tradisi 2,52

Senioritas 2,12

Keluarga yang tidak rukun 2,06

Situasi sekolah yang tidak harmonis (diskriminatif) 2,22

Karakteristik Individu 2,01

Pemahaman nilai yang salah atas korban 2,30

Untuk proses pengolahan data variabel faktor penyebab terjadinya bullying, dari total skor setiap subjek diperoleh hasil mean setiap subjek. Hasil mean tiap subjek tersebut kemudian ditotal dengan mean subjek lainnya secara kesuluruhan untuk kemudian dicari hasil mean seluruhnya. Mean tertinggi, merupakan faktor yang paling tinggi yang menjadi penyebab terjadinya perilaku bullying. Dari hasil olah data tersebut, didapatkan hasil mean dari setiap faktor. Faktor tertinggi penyebab bullying di SMK Muhammadiyah adalah faktor tradisi dengan perolehan mean 2,52. Sedangkan faktor terendah adalah karakteristik individu dengan perolehan mean sebesar 2,01.

Pada penelitian ini, diperoleh bahwa ada 25 siswa yang memiliki skor > mean. Jika skor tersebut > mean maka dikategorikan sebagai pelaku bullying karena siswa tersebut bisa dikatakan sering melakukan bullying. Dari 25 siswa tersebut didapatkan bahwa bentuk perilaku fisik dan nonfisik merupakan bentuk perilaku tertinggi yang dilakukan oleh siswa kelas XI SMK Muhammadiyah 4. Bullying nonfisik menurut Lai, Ye, & Chang (2008) negara-negara asia pasifik lebih cenderung melakukan bullying nonfisik seperti mengejek, name-calling, dan lainnya.

Dari mean yang didapatkan bahwa perilaku fisik siswa perempuan lebih tinggi dari siswa laki-laki. Sedangkan untuk perilaku nonfisik siswa laki-laki lebih tinggi dilakukan oleh siswa perempuan. Hal ini berbeda dari beberapa penelitian dan spekulasi bahwa biasanya siswa perempuan biasanya lebih sering melakukan perilaku nonfisik dan biasanya siswa laki - laki lebih sering melakukan perilaku fisik. Hal ini bisa saja terjadi mengingat adanya item perilaku fisik lebih cenderung cocok dilakukan perempuan seperti “saya tidak segan menjambak rambut..”. Untuk perilaku nonfisik sendiri, item yang ada sangat sedikit.

Pada faktor penyebab bullying tradisi merupakan faktor tertinggi disusul faktor pemahaman nilai yang salah atas korban. Riauskina (dalam Trevi, 2012) juga menjelaskan bahwa tradisi adalah alasan melakukan bullying. Dalam Sarwono & Meinarno (2009) juga dikatakan bahwa banyak guru yang menganggap tidak serius perilaku bullying dan menganggap hal biasa. Hal ini bisa menjadi bukti bahwa bullying sudah seperti tradisi karena pihak guru juga menganggap hal biasa.

Untuk faktor pemahaman yang salah atas nilai korban merupakan sendiri yang merupakan faktor tertinggi kedua adalah faktor yang memang banyak terjadi oleh siswa dan pelaku. Faktor pemahaman nilai yang salah atas korban adalah ketika pelaku bullying menganggap perilaku / korban itu sendiri dianggap salah. Seperti yang dinyatakan Riauskina (dalam Trevi, 2012) bahwa beberapa korban menganggap pelaku marah terhadap korban karena korban berperilaku tidak sesuai diharapkan. Selain itu, hal - hal seperti melabrak korban karena alasan korban salah sering dilakukan oleh kakak kelas terhadap adik kelas seperti ketika MOS (Masa Orientasi Siswa).

(7)

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil yang sudah didapatkan dan dijelaskan dari bab sebelumnya, ada beberapa kesimpulan yang diperoleh. Dari 7 faktor bullying yang ada, 2 faktor memiliki frekuensi tertinggi sebanyak 33 siswa. Faktor tersebut adalah faktor senioritas dan keluarga. Dari 50 siswa, 25 siswa memiliki skor diatas mean sehingga 25 siswa ini dkategorikan sering melakukan bullying. Dari 25 siswa tersebut didapatkan bahwa perilaku nonfisik dan merusak barang paling banyak dilakukan oleh 13 siswa.

Berikut ini adalah saran yang ditujukkan untuk penelitian selanjutnya yaitu sebaiknya ditambah lagi jumlah sampel menjadi beberapa sekolah di satu wilayah agar lebih menggambarkan wilayah tersebut. Selain itu, bisa dilakukan kontrol untuk mengetahui subjek yang benar-benar pelaku dari bullying tersebut. Karena jika dapat pelaku bullying, bisa diteliti lebih jauh seperti faktor yang paling mempengaruhi bullying atau bentuk bullying yang paling sering dilakukan oleh pelaku. Selain itu penelitian bisa menggunakan alat ukur yang lebih valid dan reliable atau memperbaiki alat ukur yang sudah ada.

Untuk saran praktis, pihak sekolah bisa melakukan sosialisai perilaku yang sering dilakukan siswa yang dianggap bullying. Selain itu pihak sekolah juga mensosialisasikan apa dampak dari perilaku bullying. Hal ini untuk menyadarkan pentingnya pengetahuan tentang bullying sendiri agar siswa dan juga guru bisa sedikit demi sedikit mengetahui perihal bullying yang sebenarnya merupakan hal negatif yang harus segera diminimalisir

(8)

REFERENSI

Astuti, P. R. (2008). Meredam Bullying 3 Cara Efektif Menanggulangi Kekerasan pada Anak. Jakarta: PT. Grasindo.

Bordens, K. S., & Abbot, B. B. (2008). Research Design and Methods A Process Approach Seventh Edition. New York: McGraw Hill.

Craig, W. d. (2009). A Cross-national Profile of Bullying and Victimization Among Adolescents in 40 Countries. International Journal of Public Health Vol 54 , 216-224.

Kumar, R. (2011). Research methodology: a step-by-step guide for beginners. London: Sage Publication Ltd.

Lai, S. L., Ye, R., & Chang, K. P. (2008). Bullying in Middle Schools : An Asian-Pasific Regional Study. Asia Pasific Education Review Vol.9, No.4 , 393-405.

Salim, H. J. (2013, Agustus 19). Liputan 6. Dipetik September 2014, 2014, dari

http://news.liputan6.com/read/669236/hendak-tawuran-23-siswa-smk-di-jakbar-ditangkap

Santrock, J. W. (2009). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Salemba Humanika.

Santrock, J. W. (2007). Remaja Edisi Sebelas Jilid 1. Jakarta: Erlangga.

Sarwono, S. W., & Meinarno, E. A. (2009). Psikologi Sosial. Jakarta: Salemba Humanika.

SEJIWA. (2008). Bullying : Mengatasi Kekerasan di Sekolah dan Lingkungan Sekitar Anak. Jakarta: PT. Grasindo.

Seniati, L., Yulianto, A., & Setiadi, B. N. (2008). Psikologi Eksperimen. Jakarta: Indeks.

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif & RND. Bandung: Alfabeta.

Sullivan, K., Cleary, M., & Sullivan, G. (2005). Bullying in Secondary Schools. London: Paul Chapman Publishing.

Syaifuddin, A. (2008). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Trevi, W. S. (2012). Sikap Siswa Kelas X SMK Y Tangerang Terhadap Bullying. Jurnal Psikologi Vol 10 Nomor 1 , 14 - 26.

Umar, H. (2009). Metode Penelitian untuk Skripsi dan TTesis Bisnis Edisi Kedua. Jakarta: Rajawali Pers.

Amalia, D. (2010). Hubungan Persepsi tentang Bullying dengan Intensi Melakukan Bullying Siswa SMA Negeri 82 Jakarta. Skripsi S1. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta.

Heniono, S C. (2010). Hubungan antara Persepsi terhadap Kohesivitas Kelompok dengan Perilaku Bullying pada Siswa SMA di Jakarta Barat. Skripsi S1. Universitas Indonesia, Depok.

(9)

RIWAYAT PENULIS

Nama

: Jasmine Nadhilah

Tempat / Tanggal Lahir

: Jakarta / 7 April 1992

Gambar

Gambar 4.1 Norma Perilaku Bullying
Gambar 4.5 Perbedaan Perilaku Fisik berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel 4.4 Gambaran Faktor Penyebab Terjadinya Perilaku Bullying

Referensi

Dokumen terkait

[r]

4.12.1. Seseorang kakitangan, tidak kira samada dalam kapasiti peribadi atau rasminya, tidak boleh, sama ada secara lisan atau secara bertulis atau dalam apa

Melihat teori pertukaran sosial dari Olivia (2006) dan teori LMX atau Leader-Member Exchange Theory dapat dijelaskan kepemimpinan dan empowerment sebagai bagian dalam

[r]

Pada penelitian sekarang variabel yang digunakan adalah kepercayaan, kemudahan, dan persepsi resiko terhadap penggunaan e-banking bank BRI di Surabaya, sedangkan

Metode yang digunakan dalam pengumpulan data pada penelitian ini dengan menggunakan data primer.. Data primer merupakan sumber data yang langsung diberikan

Minun tuli myös saada lupa lasten vanhemmilta satutuntien dokumentointiin valitsemallani tavalla (esim. keskustelujen äänitys). 9.1.2015 kävin keskustelemassa Hyvinkään

Diagram diatas menjelaskan pada saat pemain menjalankan ap likasi GameLoader akan memanggil GameEngine, Game Engine berfungsi untuk menginisialisasi game object , yang ada