• Tidak ada hasil yang ditemukan

METABAHASA Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "METABAHASA Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

METABAHASA

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

METABAHASA: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Journal homepage: http://journal.stkipyasika.ac.id/index.php/metabahasa

Journal Email: metabahasayasika@gmail.com

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PENERAPAN MODEL

PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DALAM MENGIDENTIFIKASI

UNSUR-UNSUR INTRINSIK CERPEN

TEGUH IMAN PERDANA

Dosen Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Yasika Majalengka E-mail: tmanperdana@gmail.com

ABSTRACT

The lack of suitable learning model used in the learning process is one of several problems that are often encountered in learning activities. As a result, learning activities also experience obstacles that have an impact on the lack of achievement of learning objectives. One of several learning models that can improve student activities and abilities is the make a match model. This study aims to determine the effect of make a match learning model in learning to identify the intrinsic elements of short stories. The research method used in this study is to use experimental research methods. The sampling technique used was purposive sampling technique. The population in this study were all students of class XI of SMK Negeri 1 Kedawung. The results showed that student learning achievement in the experimental class was better than the control class obtained an average value of 82.41 for the experimental class and 78.84 for the control class. In terms of student activity there were also significant differences in the experimental class where there were active students as much as 100% while in the control class there were only 15.62% active students. Based on the results of these studies it can be concluded that the application of the make a match learning model in identifying the intrinsic elements of effective short stories.

Keywords: make a match learning model, short story intrinsic elements, learning

ABSTRAK

Kurang cocoknya model pembelajaran yang digunakan dalam proses pembelajaran merupakan satu dari beberapa masalah yang sering ditemui dalam kegiatan

Article Received: 12 Desember 2018, Review process:16 Desember 2018 , Accepted: 05 Januari 2019, Article published: 30 Januari 2019

(2)

pembelajaran. Imbasnya, kegiatan pembelajaran pun mengalami hambatan yang berdampak pada minimnya ketercapaian tujuan pembelajaran. Satu dari beberapa model pembelajaran yang dapat meningkatkan aktivitas dan kemampuan siswa adalah model make a match. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran make a match dalam pembelajaran mengidentifikasi unsur-unsur intrinsik cerpen. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode penelitian eksperimen. Teknik sampling yang digunakan adalah menggunakan teknik purposive sampling. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI SMK Negeri 1 Kedawung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa prestasi belajar siswa pada kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol memperoleh nilai rata-rata 82,41 untuk kelas eksperimen dan 78,84 untuk kelas kontrol.Dari segi keaktifan siswa juga terlihat perbedaan yang signifikan yaitu pada kelas eksperimen terdapat siswa aktif sebanyak 100% sedangkan pada kelas kontrol hanya terdapat siswa aktif sebanyak 15,62 %. Berdasarkan hasil penelitian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran make a match dalam mengidentifikasi unsur-unsur intrinsik cerpen efektif.

Kata Kunci: model pembelajaran make a match, unsur-unsur intrinsik cerpen, pembelajaran

PENDAHULUAN

Kegiatan pembelajaran merupakan serangkaian kegiatan yang dilaksanakan oleh guru dan siswa yang bertujuan untuk mencapai kompetensi yang diharapkan. Untuk mencapai kompetensi yang diharapkan tersebut, kita tidak bisa mencapainya tanpa adanya peran dari guru. Sumiati dan Asra (2007, hlm.3) menjelaskan bahwa dalam proses kegiatan pembelajaran terjadi interaksi antara berbagai komponen pembelajaran. Komponen-komponen itu adalah guru, materi pembelajaran dan siswa. Ketiga komponen utama tersebut melibatkan sarana dan prasarana seperti metode pembelajaran, media pembelajaran dan penataan lingkungan tempat belajar sehingga tercipta situasi pembelajaran yang memungkinkan tercapainya tujuan atau kompetensi yang diharapkan. Hal tersebut berarti guru memiliki peranan sentral dalam menentukan berhasil tidaknya suatu kegiatan pembelajaran.

Kesalahan-kesalahan praktik pengajaran menulis sendiri disebabkan karena kurangnya inovasi yang dilakukan oleh guru dalam hal praktik penggunaan metode pembelajaran dan media pembelajaran yang digunakan. Dalam praktik kesehariannya, para guru banyak yang berpikir bahwa pembelajaran menulis sama dengan pembelajaran lainnya. Hal ini yang menyebabkan kesalahan dalam pembelajaran menulis. Banyak guru yang masih menggunakan metode pembelajaran konvensional dibandingkan dengan model pembelajaran lain yang

(3)

dirasa kurang cocok digunakan dalam pembelajaran menulis. Maka dari itu, penggunaaan model pembelajaran yang tepat dapat mengatasi permasalahan tersebut.

Mengidentifikasi unsur intrinsik cerpen merupakan salah satu pembelajaran yang memerlukan pemahamam bagi para siswanya. Setelah siswa memahami unsur-unsur intrinsik cerpen, dengan sendirinya para siswa dapat berproses menuju penguasaan dalam menulis cerita pendek. Dalam praktik pengajarannya, pembelajaran mengidentifikasi unsur-unsur intrinsik cerpen tidak berjalan dengan mulus. Ada sesuatu yang menghambat keberhasilan pembelajaran menulis cerpen. Berdasarkan pengamatan dan wawancara, penulis menemui beberapa masalah. Masalah yang menjadi penghambar tersebut diantaranya : (1) kurang cocoknya penggunaan model pembelajaran dalam menulis mengidentifikasi unsur intrinsik cerpen, dan (2) kurangnya pemahaman siswa tentang konsep unsur-unsur intrinsik cerpen.

Berdasarkan beberapa permasalahan yang terdapat di atas, model pembelajaran make a match dapat dijadikan sebagai solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut. Model pembelajaran make a match menurut Huda (2014, hlm.253) memiliki beberapa kelebihan seperti dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa, model pembelajaran ini menyenangkan, meningkatkan pemahaman materi terhadap siswa, efektif sebagai sarana melatih keberanian, dan efektif melatih kedisiplinan siswa. Jikalau dilihat dari kelebihan tersebut, model make a match merupakan model yang tepat untuk mengatasi permasalahan di atas.

Model make a match sendiri merupakan model pembelajaran turunan dari model pembelajaran kooperatif. Menurut Isjoni (2013, hlm.15) model pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainnya. Slavin (2008, hlm. 9) mengatakan bahwa model pembelajaran kooperatif ini bukan merupakan hal yang baru karena guru sebenarnya sudah menggunakannya bertahun-tahun lamanya.

Maka dari itu, dengan adanya pembelajaran menggunakan model make a match ini siswa dapat lebih mudah mencerna dan memahami istilah-istilah yang berhubungan dengan unsur intrinsik cerpen. Siswa seakan dibuat belajar sambil bermain. Dengan demikian, siswa akan lebih mudah aktif dan terlibat berkontribusi dalam pembelajaran sehingga mengakibatkan timbulnya pemahaman siswa tersebut terhadap materi pembelajaran yang sedang dibahas tersebut.

(4)

Tujuan penelitian ini secara umum adalah untuk meningkatkan kemampuan mengidentifikasi unsur-unsur intrinsik cerpen dengan menggunakan model pembelajaran make a match bagi siswa kelas XI SMK Negeri 1 Kedawung. Secara khusus, tujuan penelitian ini adalah (1) mengetahui efektivitas penggunaan model pembelajaran make a match dalam mengidentifikasi unsur-unsur intrinsik cerpen, dan (2) mengetahui keaktifan siswa dalam pembelajaran mengidentifikasi unsur-unsur intrinsik cerpen dengan menggunakan model pembelajaran make a match.

METODOLOGI

Penelitian ini menggunakan metode penelitian eksperimen dengan pendekatan yang sangat khas. Menurut pandangan Sugiyono (2006) penelitian eksperimen lebih menekankan pada tindakan untuk mencari pengaruh satu variabel atas variabel yang berbeda. Sejalan dengan Sugiyono, Kountor (2009:121) menjelaskan penelitian eksperimen adalah penelitian dimana ada perlakuan (treatment) terhadap variabel independen. Penelitian eksperimen ini dapat memberikan penjelasan tentang alasan mengapa. Hubungan sebab-akibat bisa diketahui karena peneliti dimungkinkan untuk melakukan perlakuan (treatment) terhadap objek penelitian.

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI SMK Negeri 1 Kedawung.Subjek penelitian juga tergolong dalam populasi penelitian secara bersama-sama melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai dengan aturan yang ditetapkan.

Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan teknik purposive sampling. Sugiyono (2012) menjelaskan bahwa teknik ini lebih berorientasi pada pertimbangan peneliti atas kondisi dan kebutuhan peneliti sendiri. Maka dari itu, berdasarkan fungsi dan kebutuhan, peneliti menetapkan seluruh populasi sebagai sampel. Berdasarkan teknik sampling yang digunaka, didapat kelas XI AKL 1 sebagai kelas eksperimen, dan kelas XI MM2 sebagai kelas kontrol.

Sesuai dengan data dan tujuan penelitian yang telah ditetapkan, kegiatan pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik observasi dan tes tertulis. Observasi dilakukan terhadap aktivitas siswa untuk mengetahui sejauh mana keaktifan siswa. Sedangkan tes dilakukan untuk mengetahui seberapa berhasil penggunaan model pembelajaran make a match dalam mengidentifikasi unsur-unsur intrinsik cerpen.

(5)

Agar penelitian berjalan lancar, diperlukan instrumen penelitian. Dalam penelitian ini instrumen yang digunakan penulis adalah menggunakan instrumen tes dan menggunakan instrumen observasi yaitu pengamatan secara langsung. Prosedur yang digunakan adalah pretest, postest atau hasil dari pembelajaran dan proses dalam pembelajaran mengidentifikasi unsur-unsur intrinsik cerpen.

Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik analisis data kuantitatif, yaitu dengan rumus statistika untuk mengetahui sejauh mana kemampuan siswa dalam mengidentifikasi penokohan cerpen dan untuk mengetahui efektivitas model pembelajaran make a match dalam mengidentifikasi unsur-unsur intrinsik cerpen.

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Pelaksanaan Penggunaan Model Make A Match Dalam Pembelajaran Mengidentifikasi Unsur-Unsur Intrinsik Cerita Pendek

Upaya yang dilakukan oleh guru untuk meningkatkan proses pembelajaran mengidentifikasi unsur intrinsik cerpen adalah dengan cara menguji coba model pembelajaran make a match. Pembelajaran dilaksanakan pada kelas eksperimen yaitu dengan cara melaksanakan proses pembelajaran seperti biasa hanya bedanya dari penggunaan model pembelajarannya saja yaitu menggunakan model pembelajaran make a match. Kelas yang menjadi kelas eksperimen adalah kelas XI AKL 1. Lama setiap pertemuan adalah 3x45 menit. Pertemuan pertama dilakukan pada tanggal 19 September 2018 untuk melakukan pra tes. Sementara itu, pertemuan kedua dilaksanakan pada 26 September 2018, pertemuan ketiga pada tanggal 3 Oktober 2018, dan pertemuan keempat pada tanggal 3 Oktober 2018 untuk melakukan proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran make a match. Pertemuan kelima dilakukan pada tanggala 10 Oktober 2018 untuk melakukan pasca tes.

Pada kegiatan inti dimulai dengan guru menjelaskan materi pembelajaran mengenai unsur-unsur intrinsik cerpen. Dalam pembelajaran unsur-unsur intrinsik cerpen ini siswa dijelaskan bagaimana poin-poin yang harus diperhatikan dan konsep tentang unsur-unsur intrinsik cerpen. Setelah guru selesai menjelaskan materi pembelajaran dilanjutkan ke tahap kedua.

(6)

Setelah menjelaskan materi pembelajaran pada tahap kedua yaitu guru menjelaskan penggunaan model pembelajaran make a match. Setelah semuanya sudah memahami bagaimana prosedur pembelajaran menggunakan model make a match, guru kemudian membagi kepada siswa menjadi dua kelompok, yaitu kelompok A dan kelompok B. Kelompok A kemudian dibagikan sebuah kartu yang berisikan penjelasan mengenai istilah unsur-unsur intrinsik cerpen, sementara kelompok B mendapatkan kartu yang berisikan istilah yang berhubungan dengan unsur-unsur intrinsik cerpen. Setelah semua mendapatkan kartunya, guru meminta siswa mencari pasangannya masing-masing. Kelompok A mencari pasangan yang berada di kelompok B. Siswa yang telah mendapatkan pasangannya melaporkan ke guru untuk dicatat sebagai data kelompok yang akan melakukan presentasi.

Pada tahap ketiga guru meminta siswa duduk dengan pasangannya masing-masing. Setelah masing-masing siswa duduk sesuai dengan pasangan yang didapatkan, guru meminta masing-masing pasangan mempresentasikan dengan pasangannya masing-masing di depan kelas. Hal tersebut dilakukan untuk menguji apakah mereka menemukan pasangan yang tepat atau tidak. Setelah siswa mempresentasikan pasangan mereka masing-masing, gur mengkonfirmasikan apakah pasangan yang mereka dapatkan benar atau tidak. Begitu pun seterusnya sampai semua kelompok melakukan presentasi,

Pada tahap keempat ini siswa guru telah selesai mengonfirmasi jawaban yang benar. Siswa kemudian diminta duduk kembali. Guru kemudian menegaskan kembali mengenai unsur-unsur intrinsik cerpen.

Pada tahap kelima guru menyampaikan kepada siswa bahwa hari ini akan dilaksanakan pasca tes. Hal ini dilakukan untuk mengukur keberhasilan pembelajaran menggunakan metode make a match. Guru kemudian meminta siswa mencari sebuah cerita pendek. Setelah siswa mendapatkan cerita pendek, siswa diminta untuk menganalisis cerita pendek tersebut berdasarkan unsur-unsur intrinsiknya. Setelah semuanya selesai, siswa mengumpulkan hasil analisis unsur-unsur intrinsik cerpen.

Penilaian pembelajaran dilakukan dalam bentuk penilaian proses dan penilaian hasil. Penilaian proses dilakukan dengan melihat keaktifan siswa saat

pembelajaran berlangsung, sedangkan penilaian hasil dilakukan setelah

(7)

2. Deskripsi Penggunaan Model Make A Match Dalam Pembelajaran Mengidentifikasi Unsur-Unsur Intrinsik Cerita Pendek

Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui efektif atau tidak model pembelajaran make a match dalam pembelajaran mengidentifikasi unsur-unsur intrinsik cerpen. Selain itu juga penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana keaktifan siswa dalam pembelajaran mengidentifikasi unsur intrinsik cerpen menggunakan model make a match.

Dengan prosedur yang sesuai dengan apa yang terdapat dalam pembelajaran kooperatif baik dari segi perencanaan hingga tahap pelaksanaan dapat diketahui bahwa model pembelajaran make a match dalam mengidentifikasi unsur-unsur intrinsik cerpen pada siswa kelas XI SMK Negeri 1 Kedawung efektif. Efektivitas pembelajaran dapat dilihat dari segi keaktifan dan hasil tes yang diperoleh siswa.

Dari segi keaktifan dapat dilihat bahwa pembelajaran mengidentifikasi unsur-unsur intrinsik cerpen menggunakan model make a match mengalami peningkatan yaitu berdasarkan data yang diperoleh dari hasil observasi siswa aktif sebesar 100%. Hal tersebut berbeda jauh dengan penggunaan model pembelajaran yang lainnya yang hanya terdapat 15,62% siswa yang aktif dalam pembelajaran.

Dari hasil tes juga menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif dalam mengidentifikasi unsur intrinsk cerpen mengalami peningkatan. Siswa yang terlibat dalam pembelajaran make a match yang disebut sebagai kelas eksperimen memperoleh rata-rata test akhir yang lebih besar dari kelas kontrol yaitu pada test awal kelas eksperimen memperoleh nilai 66,76 dan pada test akhir memperoleh nilai rata-rata 82,41. Sedangkan untuk kelas kontrol nilai rata-rata test awal sebesar 65,35 dan nilai rata-rata test test akhir sebesar 78,84. Berdasarkan analisis data dengan menggunakan uji statistik (t-test) diperoleh thitung > ttabel yaitu

2,73 > 2,38.

SIMPULAN

Model pembelajaran make a match efektif dalam pembelajaran

mengidentifikasi unsur-unsur intrinsik cerpen pada siswa kelas XI SMK Negeri 1 Kedawung. Dengan model pembelajaran tersebut pembelajaran mengalami peningkatan kualitas baik dari segi proses maupun hasil. Dari segi proses siswa

(8)

mengalami peningkatan keaktifan yaitu pada pembelajaran mengidentifikasi unsur-unsur intrinsik cerpen keaktifan siswa sebanyak 100%. Sedangkan dari segi hasil siswa yang menggunakan model pembelajaran make a match memperoleh rata-rata pada tes akhir sebesar 82.41.

Bertolak dari hasil penelitian tersebut disarankan kepada para guru dalam kegiatan pembelajaran diharapkan tidak hanya terpaku pada satu model pembelajaran saja, gunakanlah model pembelajaran yang bervariasi yang tentunya harus disesuaikan terlebih dahulu dengan kompetensi dasar dan indikatornya agar pembelajaran dapat berjalan secara efektif. Untuk itu galilah inovasi-inovasi yang memungkinkan dapat menambah variasi dalam pelaksanaan pembelajaran.

DAFTAR PUSTAKA

Dananjaya, Utomo. Media Pembelajaran Aktif. Bandung: Nuansa, 2010.

Huda, Miftahul. Model-model pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2014.

Isjoni. Cooperative Leearning. Bandung : Alfabeta, 2013.

Kountor, Ronny. Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis. Rev.ed. Jakarta: PPM, 2009.

Rusman. Model-model Pembelajaran. Bandung: Rajawali Pers, 2010.

Slavin, Robert E. Cooperative Learning, terj. Nurulita. Bandung: Nusa Media, 2008. Sumiati & Asra. Metode Pembelajaran. Bandung: Wacana Prima, 2007

Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. Statistika untuk Penelitian. Bandung:Alfabeta, 2011.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta .

Referensi

Dokumen terkait

Pada tahap evaluasi penelitian ini, dilakukan beberapa perbandingan hasil temu kembali pada kueri uji berdasarkan metode pembobotan TF- IDF, TF-RIDF dan TF-F1. Kueri yang

Metode Penelitian: Desain penelitian observasional analitik dengan cross sectional dan teknik quasi eksperimental one group pre and post test design. Alat ukur

Hasil sosialisasi dan pelatihan dapat menambah pengetahuan para kader desa untuk menyampaikan kembali ke masyarakat secara lebih luas baik pembuatan sanitizer

Padahal sekretaris adalah pekerjaan yang longtime (terus menerus) dan beban kerjanya bisa dikatakan berat tetapi upah yang diterima oleh sekretaris di Bank Syariah

Kinerja jaringan umumnya ditentukan dari berapa rata-rata dan persentase terjadinya tundaan (delay) terhadap aplikasi, jenis pembawa (carriers), laju bit

Distribusi Responden Penelitian Berdasarkan Riwayat Cedera Kepala Pada gambar 3 dapat dilihat bahwa responden penelitian pada kelompok kasus memiliki hasil yang berbeda dengan

Jika izin anda sudah divalidasi oleh team validator SIMPEL PPA, maka anda sudah bisa mengisi laporan bulanan, kemudian klik menu laporan bulanan pada panel sebelah kiri, maka pada

SMA Cenderawasih II adalah organisasi yang bergerak di bidang pendidikan. Untuk pencatatan pembayaran siswa pada tiap bulannya, baik yang sudah terjadwal maupun tidak oleh Bagian