• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Emosional Stres dan Perawatan Payudara Terhadap Pengeluaran Kolostrum Pada Ibu Post Partum

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Hubungan Emosional Stres dan Perawatan Payudara Terhadap Pengeluaran Kolostrum Pada Ibu Post Partum"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

DOI:https:// doi.org/10.12345/jikp.v9i02.174

This is an open access article under the CC–BY-SA license.

Hubungan Emosional Stres dan Perawatan Payudara Terhadap Pengeluaran

Kolostrum Pada Ibu Post Partum

Yusrah Taqiyah1,*, Sunarti2

1,2Program Studi Ilmu Keperawatan FKM UMI Makassar

yusrah.taqiyah@umi.ac.id *corresponding author

Tanggal Pengiriman: 07 Juli 2020, Tanggal Penerimaan: 24 Desember 2020

Abstrak

Kolostrum sangat bermanfaat untuk bayi diawal kehidupannya, sebab mengandung sel hidup menyerupai sel darah putih yang dapat membunuh kuman penyakit yang akan mengakibatkan kematian pada bayi. Banyak ibu post partum yang mengeluh kolostrumnya tidak keluar sehingga tidak memberikannya kepada bayi di awal kehidupannya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan emosional stres dan perawatan payudara terhadap pengeluaran kolostrum pada ibu post partum. Jenis penelitian ini adalah observasional analitik, menggunakan desain penelitian cross sectional study dengan teknik accidental sampling dimana sampelnya sebanyak 72 responden. Untuk mengetahui hubungan dari tiap variabel dengan menggunakan uji Chi-square dengan tingkat kemaknaan α = 0,05. Hasil penelitian menunjukkan tidak ada hubungan antara emosional stres terhadap pengeluaran kolostrum dengan nilai p = 0,108 dan tidak ada hubungan antara perawatan payudara terhadap pengeluaran kolostrum dengan nilai p = 0,427. Kesimpulan penelitian ini adalah Perawatan Payudara dan Emosional Stress tidak memiliki hubungan yang signifikan terhadap pengeluaran kolostrum pada ibu post partum. Disarankan kepada petugas kesehatan agar dapat melakukan penyuluhan tentang faktor yang dapat menjamin kelancaran pengeluaran kolostrum.

Kata Kunci: kolostrum; perawatan payudara; emosional stress

Abstract

Colostrum is very useful for babies early in life, because it contains living cells resembling white blood cells that can kill germs that will cause death in infants. Many post partum mothers complain that their colostrum does not come out so they don't give it to the baby early in life. The purpose of this study was to determine the emotional relationship between stress and breast care for colostrum expenditure in post partum mothers.This type of research is observational analytic, using a cross sectional study design with accidental sampling technique where the sample is 72 respondents. To determine the relationship of each variable using the Chi-square test with significance level α = 0.05.The results showed no relationship between emotional stress on colostrum expenditure with a value of ρ = 0.108 and no relationship between breast care and colostrum expenditure with a value of ρ = 0.427.The conclusion of this study is that breast care and emotional stress do not have a significant relationship to colostrum expenditure in post partum mothers. It is recommended that health workers provide counseling about factors that can ensure the smooth expulsion of colostrum.

Keywords: colostrum; breast care; emotional stress

PENDAHULUAN

Persalinan dan melahirkan adalah kondisi fisiologis yang normal pada kehidupan manusia. Hal ini mempunyai arti yang sangat besar dan memberi kesan mendalam pada setiap wanita.

(2)

Persalinan adalah suatu proses fisiologik yang memungkinkan serangkaian perubahan yang besar pada ibu untuk dapat melahirkan janinnya melalui jalan lahir (Taqiyah et al., 2019).

Berdasarkan data United Nations International Children’s Emergency Found (UNICEF) hanya 3% ibu yang memberikan ASI ekslusif dan cakupan ASI ekslusif di Indonesia baru mencapai 55 %, Hal ini menunjukkan bahwa bayi di Indonesia masih kurang mendapatkan Air Susu Ibu (ASI) eksklusif (Pengetahuan et al., 2018).

Peningkatan program ASI eksklusif merupakan bentuk usaha pemerintah dalam hal pencapaian Milenium Development Goals (MDGs) pada tahun 2014 mengenai prevalensi gizi kurang dan gizi buruk. Fakta indonesia menunjukkan bahwa cakupan ASI eksklusif sebagai salah satu bentuk peningkatan gizi bayi cenderung menurun pada 3 tahun terakhir ini (Kemenkes RI. Pusat Data dan Informasi Situasi dan Analisis ASI Eksklusif, 2014).

Penelitian tentang ASI dari berbagai sudut pandang ilmiah telah banyak dilakukan baik oleh pakar luar maupun dalam negeri. Hasil penelitian tentang ASI menunjukkan bahwa ASI merupakan makanan terbaik bagi bayi, karena memang diciptakan khusus untuk bayi. Menyusu merupakan hadiah yang sangat berharga, yang dapat diberikan orang tua kepada bayinya. Pada keadaan miskin atau darurat, ASI mungkin merupakan hadiah satu-satunya yang dapat diberikan (Endah Purwaningsih, 2012).

Perlu beberapa upaya konkret dan tindakan yang efektif demi meningkatkan kualitas bayi melalui pemberian ASI yang tepat terutama ASI kolostrum yang keluar pada hari pertama sampai hari ketiga. Kolostrum mulai diproduksi oleh tubuh saat kehamilan, dan keluar pada awal seorang ibu akan menyusui. Kolostrum adalah makanan yang terbaik bagi bayi, memenuhi kebutuhan nutrisi bagi bayi baru lahir, berwarna kuning, rendah lemak, tapi tinggi akan kandungan karbohidrat, protein dan terutama kandungan antibody (Khosidah, 2018).

Kolostrum berupa cairan berwarna kuning dan encer, atau dapat pula jernih, ini lebih menyerupai darah dari pada susu, sebab mengandung sel hidup yang menyerupai sel darah putih yang dapat membunuh kuman penyakit. Kolostrum yang diproduksi bervariasi tergantung dari hisapan bayi pada hari-hari pertama kelahiran, walaupun sedikit namun cukup memenuhi kebutuhan gizi bayi. Oleh karena itu harus diberikan pada bayi (Taqiyah.Y, Jama. F, 2020).

Salah satu faktor yang berpengaruh terhadap keluarnya kolostrum ialah Inisiasi Menyusu Dini atau permulaan menyusui dini adalah bayi mulai menyusu segera setelah lahir. Memberikan kesempatan pada bayi untuk menyusu sendiri, dengan mengadakan kontak kulit dengan ibu setidaknya satu jam akan menurunkan angka kematian bayi baru lahir sebanyak 22 % (Sulaimah, 2019)

Korompis (2019) menyatakan bahwa 24% dari ibu yang mengalami stres saat kehamilan dan persalinan, mengalami keterlambatan keluarnya kolostrum (>72 jam pasca persalinan). Selain itu yang ikut berpengaruh terhadap lambatnya keluar kolostrum adalah cara persalinan. Menurut penelitian dalam jurnal kesehatan menunjukkan bahwa ada perbedaan panjang antara waktu pengeluaran kolostrum antara persalinan spontan dan persalinan SC. Dimana hasil penelitian menunjukkan rata-rata lama pertama kali air susu keluar dari responden dengan persalinan spontan adalah 10,77 jam. Sedangkan responden dengan persalinan SC adalah 34,73 jam (Anuhgera et al., 2019).

(3)

Copyright © 2020, Jurnal Ilmiah Kesehatan Pencerah ISSN 2089-9394 (print) | ISSN 2656-8004 (online)

Faktor lain yang juga mempengaruhi keluarnya kolostrum adalah perawatan payudara. Menurut hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan Syamsinar S di RSIA Sitti Fatimah Makassar bulan Januari- Februari 2013 terdapat 30 ibu post partum yang diambil menjadi sampel dengan hasil penelitian diperoleh yang melakukan perawatan payudara selama hamil 23,3%, dan tidak melakukan perawatan payudara selama hamil 73.3% (Rahayuningsih et al., 2016). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan emosional stres dan perawatan payudara terhadap pengeluaran kolostrum pada ibu post partum.

METODE

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian observasional analitik dengan desain cross sectional study, Teknik sampling yang digunakan adalah Teknik pengambilan sampel Non

Probability Sampling Yaitu Consecutive Sampling dengan jumlah sampel sebanyak 72

responden diambil berdasar rumus slovin. Kriteria Inklusi dalam penelitian ini yaitu : ibu yang menjalani persalinan normal, Ibu Post Partum yang mengeluarkan Kolostrum pada hari pertama sampai hari ketiga. Instrumen yang digunakan berupa kuesioner baku dari skala HARS (Hamilton Anxiety Rating Scale). Untuk Variabel pengeluaran kolostrum menggunakan lembar observasi, uji stastistik menggunakan program SPSS dengan Uji Chi Square dengan uji alternatif Fisher’s Exact Test.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 1. Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik Ibu Post Partum

Tabel. 1 menunjukkan karakteristik umur terbanyak berada pada umur 26-30 tahun, pendidikan dominan pada tingkat SMA, pekerjaan IRT menjadi pekerjaan terbanyak, sedangkan pada kategori paritas terbanyak pada ibu multigravida.

Karakteristik Responden Jumlah

n % Umur 20-25 Tahun 26-30 Tahun 31-35 Tahun 36-40 Tahun 11 44 15 2 15,3 61,1 20,8 2,8 Pendidikan Tidak tamat SD SMP SMA Perguruan Tinggi 1 3 25 43 1,4 4,2 34,7 59,7 Pekerjaan IRT PNS Pegawai Swasta Lain-lain 41 17 7 7 56,9 23,6 9,7 9,7 Paritas Primigravida Multigravida 25 47 34,7 65,3

(4)

Tabel 2. Distribusi Responden Berdasarkan Perawatan Payudara, Emosional Stress dan Pengeluaran Kolostrum pada Ibu Post Partum

Variabel Jumlah n % Perawatan Payudara : Perawatan Tidak Perawatan 8 64 11,1 88,9 Emosional Stress : Tidak Stress Stress Ringan 70 2 97,2% 2,8% Pengeluaran Kolostrum : Keluar Tidak Keluar 48 24 66,7% 33,3%

Berdasarkan tabel 2 menunjukkan dari 72 responden, 64 atau 88.9% ibu tidak melakukan perawatan payudara selama hamil, untuk variabel emosional stress dari 72 ibu 70 orang atau 97.2% tidak mengalami stress dan 2 orang atau 2.8% mengalami stress ringan, dan untuk pengeluaran kolostrum 48 ibu atau 66.7% melaporkan kolostrum nya keluar sedangkan 24 ibu atau 33.3% melaporkan kolostrumnya tidak keluar.

Tabel 3. Hubungan Perawatan Payudara terhadap Pengeluaran Kolostrum pada Ibu Post Partum

Tabel 3 menunjukkan hasil analisa statistik menggunakan uji Chi-square dengan uji alternatif Fisher’s Exact Test diperoleh nilai ρ = 0,427 dimana nilai ρ lebih besar dari α = 0,05 ini berarti H0 diterima dan Ha ditolak. Dari hasil penelitian tersebut membuktikan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara perawatan payudara selama hamil terhadap pengeluaran kolostrum pada ibu post partum normal.

Berdasarkan tabel 4 menunjukkan hasil analisa statistik menggunakan uji Chi-square dengan uji alternatif Fisher’s Exact Test diperoleh nilai ρ = 0,108, dimana nilai ρ lebih besar dari α = 0,05 ini berarti H0 diterima dan Ha ditolak. Dari hasil penelitian tersebut membuktikan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara emosional stres terhadap pengeluaran kolostrum pada ibu post partum normal.

Emosional Stres

Pengeluaran Kolostrum

Total Ρ

Keluar Tidak Keluar

n % n % n % 0.108 Tidak Stres Stres Ringan 48 0 68,6 0,0 22 2 31,4 100 70 2 100 100

(5)

Copyright © 2020, Jurnal Ilmiah Kesehatan Pencerah ISSN 2089-9394 (print) | ISSN 2656-8004 (online)

Tabel 4. Hubungan Emosional Stres terhadap Pengeluaran Kolostrum pada Ibu Post Partum

Farrer (2011), menyatakan bahwa ibu yang melakukan perawatan payudara namun pengeluaran kolostrumnya tidak lancar. Hal ini disebabkan selama hamil ibu tidak rutin melakukan perawatan payudara dan hanya melakukan perawatan payudara pasca persalinan saja, maka akan menimbulkan beberapa masalah misalnya ASI kolostrum tidak keluar, puting susu tidak menonjol. Selain itu pengeluaran kolostrum juga tidak hanya tergantung pada perawatan payudara saja, tetapi asupan gizi selama hamil juga memengaruhi (Prasetyo, 2009).

Teori yang tidak sesuai dengan hasil penelitian ini dikemukakan oleh (Kristiyansari, 2010) yang mengatakan bahwa perawatan payudara dapat memengaruhi pengeluaran kolostrum. Dengan merangsang payudara akan memengaruhi hipofise yang akan membantu mengeluarkan hormon progesteron dan estrogen lebih banyak, juga hormon oksitoksin untun produksi ASI kolostrum (Kristiyansari, 2010) .

Hasil penelitian ini juga tidak sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh (Rahayuningsih et al., 2016) menunjukkan bahwa ada hubungan antara perawatan payudara terhadap kelancaran ekskresi ASI kolostrum dengan nilai OR (Odds Ratio) menunjukkan hasil 1,615 yang berarti dengan dilakukannya perawatan payudara dapat memengaruhi ekskresi pengeluaran ASI kolotrum 1-2 kali lebih besar dibandingankan yang tidak melakukan perawatan payudara (Hidayat. A, 2009)

Dalam penelitian ini juga masih diperoleh lebih banyak ibu yang tidak melakukan perawatan payudara tetapi kolostrumnya tetap keluar, dikarenakan ada faktor lain yang bisa memengaruhi keluarnya kolostrum seperti IMD, asupan gizi ibu selama hamil, mobilisasi ibu post partum, dll. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh yang mengemukakan bahwa semakin cepat seorang ibu menyusui bayinya pasca persalinan maka semakin cepat juga pengeluaran ASI kolostrum dan sebaliknya, semakin lama durasi waktu persalinan sampai menyusu bayi maka semakin lama juga ASI kolostrum akan keluar. Selain itu penelitian ini hanya menggunakan lembar kuesioner saja, tidak mengobservasi langsung perawatan payudara yang dilakukan oleh ibu (Soetjiningsih, 2000).

Teori yang tidak sesuai dengan hasil penelitian ini dikemukakan oleh (Kuswati & Istikhomah, 2017) yang mengatakan bahwa stres merupakan salah satu faktor penghambat sekresi prolaktin yang akan merangsang adenohipofise (hipofise anterior) sehingga keluar prolaktin. Hormon ini yang merangsang sel-sel alveoli yang berfungsi untuk membuat air susu. (Hamilton, 2005).

Hasil penelitian ini juga tidak sesuai dengan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh (Anuhgera et al., 2019)) menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna, artinya pada

Perawatan Payudara Pengeluaran Kolostrum Total Ρ Keluar Tidak Keluar n % n % n % 0,427 Perawatan Tidak Perawatan 4 44 50 68,8 4 20 50 31,2 8 64 100 100

(6)

ibu yang stres mempunyai resiko 3,6 kali untuk terjadi keterlambatan keluarnya kolostrum dibandingkan dengan ibu yang tidak stres. (Anuhgera et al., 2019) menyatakan bahwa 24% dari ibu yang mengalami stres saat kehamilan dan persalinan, mengalami keterlambatan keluarnya kolostrum (>72 jam pasca persalinan).

Menurut asumsi peneliti, ibu yang tidak mengalami stres tetapi kolostrumnya tidak keluar, dikarenakan adanya faktor lain yang juga ikut berperan penting dalam pengeluaran kolostrum seperti perasaan tegang, takut berlebih, gelisah, dll, sehingga belum dikatakan bahwa ibu tersebut mengalami stres. Sedangkan ibu yang tidak mengalami stres dan kolostrumnya tetap keluar dikarenakan ibu yang tidak mengalami stres dapat melancarkan aktivitas dari hormon prolaktin yang berperan penting untuk pembentukan kolostrum. Pada tabel.1 juga menunjukkan bahwa terdapat lebih banyak ibu multigravida yaitu sebanyak 65,3%, dimana ibu multigravida memiliki lebih banyak pengalaman dalam proses kehamilan sampai pada persalinan, sehingga dapat mengatasi gejala-gejala yang bisa menimbulkan stres. Selain itu juga terdapat sebagian besar ibu termasuk dalam rentang usia dewasa muda (61,1%), dimana pada usia ini berada pada tingkat perkembangan yang cukup matang hal ini bisa membuat ibu lebih mudah mengatasi gejala-gejala stres yang ada. (Cunningham, 2005)

Dalam penelitian ini pula didapatkan ibu yang mengalami stres ringan menyebabkan kolostrumnya tidak keluar, dikarenakan emosional stres dapat menghambat sekresi prolaktin, dimana prolaktin ini merupakan hormon pembentuk kolostrum. Hasil ini juga menunjukkan bahwa ibu yang mengalami stres ringan tidak memberikan dampak yang signifikan terhadap pengeluaran kolostrum dikarenakan jumlah responden yang terlampau sedikit sehingga tidak bisa memengaruhi banyaknya responden yang tidak mengalami stres. Selain itu penelitian ini hanya menggunakan lembar kuesioner saja, tidak mengobservasi langsung gejala-gejala stres yang dialami ibu. (Sunesni & Wahyuni, 2018).

SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian ini diperoleh kesimpulan bahwa tidak ada hubungan antara emosional stres terhadap pengeluaran kolostrum pada ibu post partum. Sedangkan perawatan payudara juga tidak memiliki hubungan yang signifikan terhadap pengeluaran kolostrum pada ibu post partum

DAFTAR PUSTAKA

Anuhgera, D. E., Panjaitan, E. F., Pardede, D. W., Pardede, D. W., Ritonga, N. J., & Damayanti, D. (2019). Pengeluaran Kolostrum Dengan Pemberian Perawatan Payudara Dan Endorphin Massage Pada Ibu Post Seksio Sesarea. Jurnal Penelitian Kebidanan & Kespro, 2(1), 34– 40. https://doi.org/10.36656/jpk2r.v2i1.186

Cunningham, F. (2005). Obstetri Williams Edisi 21 (Jakarta). EGC.

Endah Purwaningsih, R. T. (2012). Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini Terhadap Kecepatan Pengeluaran Colostrum. Jurnal Involusi Kebidanan, 05, 46–57.

Farrer, H. (2011). Perawatan Maternitas Edisi 2 (Jakarta). EGC.

Hamilton, P. (2005). Dasar-Dasar Keperawatan Maternitas Edisi 6 (Jakarta). EGC. Hidayat. A. (2009). Pengantar Konsep Dasar Keperawatan (Jakarta). Salemba Medika.

Kemenkes RI. Pusat Data dan Informasi Situasi dan Analisis ASI Eksklusif. (2014). Kementrian Kesehatan Replubik Indonesia.

(7)

Copyright © 2020, Jurnal Ilmiah Kesehatan Pencerah ISSN 2089-9394 (print) | ISSN 2656-8004 (online)

Khosidah, A. (2018). Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pemberian Kolostrum Pada Bayi Baru Lahir Di Puskesmas Baturaden Kabupaten Banyumas Tahun 2016. Jurnal Ilmu Keperawatan Dan Kebidanan, 9(1), 75. https://doi.org/10.26751/jikk.v9i1.406

Korompis, G. (2019). Hubungan Kecemasan Dengan Kelancaran Pengeluaran Asi Pada Ibu Post Partum Selama Dirawat Di Rumah Sakit Ibu Dan Anak Kasih Ibu Manado. Jurnal Keperawatan, 7(1).

Kristiyansari, W. (2010). ASI Menyusui dan sadari (Yogyakarta). Nuha Medika.

Kuswati, K., & Istikhomah, H. (2017). Peningkatan Kecepatan Pengeluaran Kolostrum Dengan Perawatan Totok Payudara Dan Pijat Oksitosin Pada Ibu Post Partum. Interest : Jurnal Ilmu Kesehatan, 6(2), 224–229. https://doi.org/10.37341/interest.v6i2.106

Notoatmodjo. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan (Jakarta). Rineka Cipta.

Pengetahuan, H., Manajemen, T., Sikap, D., Post, I., Dalam, P., Program, M., Ilmu, S., Fakultas, K., Kesehatan, I., Tribhuwana, U., Malang, T., Program, D., Keperawatan, S., Kemenkes, P., Program, D., Ilmu, S., Fakultas, K., Kesehatan, I., Tribhuwana, U., & Malang, T. (2018). Nursing News Volume 3, Nomor 3, 2018. 3, 713–722.

Prasetyo. (2009). Mengenal Menu Sehat (Jakarta). Diva Press.

Rahayuningsih, T., Mudigdo, A., & Murti, B. (2016). Effect of Breast Care and Oxytocin Massage on Breast Milk Production: A study in Sukoharjo Provincial Hospital. Journal of

Maternal and Child Health, 01(02), 101–109.

https://doi.org/10.26911/thejmch.2016.01.02.05

Soetjiningsih. (2000). Seri Gizi Klinik ASI Petunjuk untuk Tenaga Kesehatan. (Jakarta). EGC. Sulaimah, S. (2019). Analisis Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemberian Kolostrum Pada

Bayi Baru Lahir. Jurnal Kebidanan Malahayati, 5(2), 97–105.

https://doi.org/10.33024/jkm.v5i2.1259

Sunesni, S., & Wahyuni, N. U. (2018). Hubungan Pengetahuan, Paritas Dan Pendidikan Ibu Dengan Perilaku Pemberian Kolostrum Di Kelurahan Gunung Sarik Wilayah Kerja Puskesmas Belimbing, Tahun 2018. Jurnal Kesehatan Mercusuar, 1(1). https://doi.org/10.36984/jkm.v1i1.16

Taqiyah.Y, Jama. F, H. (2020). DOI: http://dx.doi.org/10.33846/sf11210 Penggunaan Alat Kontrasepsi Suntik dan Gangguan Perdarahan Menstruasi pada Akseptor KB di Puskesmas Tompobulu Yusrah Taqiyah. 11(April), 2015–2017.

Taqiyah, Y., Sunarti, S., & Rais, N. F. (2019). Pengaruh Perawatan Payudara Terhadap Bendungan Asi Pada Ibu Post Partum Di Rsia Khadijah I Makassar. Journal of Islamic Nursing, 4(1), 12. https://doi.org/10.24252/join.v4i1.7757

Referensi

Dokumen terkait

Motivasi berafiliasi siswa etnis Tionghoa ditunjukkan dengan sepuluh perilaku yng tampak, yaitu: saling membantu dilingkungan sekolah, bertegur sapa dengan warga

Berdasarkan paparan pada latar belakang terdapat tiga poin penting sebagai acuan dalam penelitian. Pentingnya mengusahakan keseimbangan dalam menstimulasi fungsi otak

Kerapatan relatif jenis tertinggi kategori pohon pada masing – masing stasiun pengamatan adalah jenis Rhizopora apiculata, sedangkan jenis mangrove yang memiliki nilai

Kesimpulan yang didapat dari penelitian ini bahwa rata-rata asupan energi, karbohidrat, protein dan lemak kelompok obesitas lebih tinggi daripada kelompok responden dengan

• Bursa Hong Kong serupa dengan indeks utama Asia lainnya, Hang Seng berhasil mencatatkan persetase penguatan harian terbesar dalam hampir 4 tahun, didukung oleh rencana

Berbeda dengan baterai AA biasa, jenis Alkaline mempunyai kapasitas lebih besar yang pada gadget digunakan untuk LCD dan Flash.. Namun, penggunaan baterai Alkaline

• Ketika mengumpulkan di email disertai dengan Minutes of Meeting dari pertemuan-pertemuan yang dilaksanakan sampai selesainya tugas. 3.4

Batu yang tidak terlalu besar didorong oleh peristaltik otot-otot pelvikalises dan turun ke ureter menjadi batu ureter. Tenaga peristaltik ureter mencoba untuk mengeluarkan