• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

71 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 2 Depok pada hari Jum’at 18 Maret 2016 sampai dengan Selasa, 29 April 2016. Populasi penelitian adalah seluruh siswa kelas VII. Sampel yang diambil adalah kelas VII A sebagai kelas eksperimen dengan pembelajaran matematika menggunakan pendekatan kontekstual dan kelas VII C sebagai kelas kontrol dengan pembelajaran matematika menggunakan pendekatan konvensional. Dalam penelitian ini proses pembelajaran dilakukan oleh peneliti berdasarkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang telah disusun sesuai dengan pendekatan yang digunakan. Pada kelas eksperimen yang menggunakan pendekatan kontekstual, proses pembelajaran terdiri dari kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir. Pada fase awal meliputi pembukaan, apersepsi, dan motivasi. Kegiatan inti meliputi relating (mengaitkan), experiencing (mengalami), applying (mengaplikasikan), cooperating (kerjasama), dan transferring (mentransfer). Pada kegiatan akhir meliputi penarikan kesimpulan, refleksi dan pemberian PR. Proses pembelajaran pada kelas kontrol menggunakan pendekatan konvensional. Proses pembelajaran terdiri dari kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan akhir. Kegiatan awal melipti pembukaan, apersepsi dan motivasi. Kegiatan inti meliputi eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi. Kegiatan akhir meliputi penarikan kesimpulan, refleksi dan pemberian PR.

(2)

72

Penelitian diawali dengan pemberian pretest yang terdiri dari tes pemahaman konsep matematika dan angket motivasi belajar siswa untuk mengetahui kemamuan pemahaman konsep matematika dan sikap awal siswa pada masing-masing kelas. Penelitian dilanjutkan dengan proses pembelajaran sebanyak 5 pertemuan. Setelah proses pembelajaran, penelitian diakhiri dengan pemberian posttest dengan intrumen yang sama dengan pretest untuk mengetahui efektivitas pembelajaran kelas eksperimen dan kelas kontrol. Selama proses proses pembelajaran, peneliti diobservasi oleh satu orang observer, yaitu mahasiswa Pendidikan Matematika. Lembar observasi keterlaksaan pembelajaran bertujuan untuk mengevaluasi setiap proses pembelajaran yang berlangsung.

Secara keseluruhan, proses pembelajaran di kelas eksperimen dan kelas kontrol berjalan sesuai dengan rencana pelaksaan pembelajaran (RPP) yang telah disusun. Hal ini didasarkan pada hasil rata-rata presentase lembar observasi keterlaksaan pembelajaran di dua kelas. Pada kelas eksperimen hasil rata-rata observasi keterlaksaan pembelajaran sebesar 80%. Sedangkan pada kelas kontrol sebesar 81%.

2. Deskripsi Data Penelitian

Data yang diperoleh dalam penelitian ini terdiri dari nilai pretest, nilai posttest, skor awal angket, dan skor akhir angket dari dua kelas, yakni kelas kontrol dengan pendekatan konvensional dan kelas eksperimen dengan pendekatan kontekstual.

(3)

73

Data kemampuan pemahaman konsep matematika terdiri dari data pretest dan posttest. Pretest diberikan kepada kelompok eksperimen dan kontrol sebelum proses pembelajaran. Tujuan dari pretest adalah mengetahui kemampuan awal siswa terkait pemahaman konsep matematika pada materi yang diujikan. Posttest dilaksanakan di dua kelas setelah proses pembelajaran selesai. Tujuan diberikannya posttest adalah mengetahui kemampuan pemahaman konsep matematika setelah diberikan perlakuan. Nilai maksimum dari soal pretest dan posttest adalah 100. Hasil tes kemampuan pemahaman konsep matematika siswa pada kedua kelompok dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 6. Data pretest, posttest dan skor gain tes pemhaman konsep matematika

Deskripsi

Kelas Konvensional Kelas Kontekstual Pretest Posttest Skor

Gain Pretest Posttest

Skor Gain

Rata-rata ͵ͷǡͳͲ ͸ͷǡͺͷ 0,46 ͵͸ǡͷ ͸͹ 0,49

Nilai Maksimum Ideal 100 100 - 100 100 -

Nilai maksimum ͸ͺ ͻ͵ 0,87 ͺͶ ͻͻ 0,96

Nilai minimum ͳ͸ 49 0,12 ͳͲ Ͷͳ 0

Standar Deviasi ͳͶǡ͸͵ ͳʹǡʹ͹ 0,19 ͳͻǡͳ͵ ͳ͸ǡͷͷ 0,27

Varians ʹͳͶǡͳ͹ ͳͷͲǡ͹ʹ 0,03 ͵͸͸ǡͲ͵ ʹ͹͵ǡͻʹ 0,07

Berdasarkan tabel 6 diketahui bahwa nilai rata-rata pretest maupun posttest dari kedua kelas tidak jauh berbeda. Standar deviasi pada kedua kelompok, juga relatif sama. Untuk mengetahui apakah secara umum rata-rata dan standar deviasi di sekolah tersebut sama atau berbeda, maka harus dilakukan uji hipotesis. Hasil pretest dan posttest dapat dilihat pada Lampiran 5.1 dan 5.2.

b. Deskripsi Data Motivasi Belajar

Data motivasi belajar siswa terdiri dari data skor awal dan skor akhir. Skor awal diperoleh dari hasil skor angket yang diberikan pada kelompok eksperimen

(4)

74

dan kontrol sebelum perlakuan. Angket awal bertujuan untuk mengetahui tingkat motivasi awal sebelum pembelajaran. Angket akhir diberikan pada kedua kelas setelah perlakuan. Angket akhir bertujuan untuk mengetahui tingkat motivasi siswa setelah diberi perlakuan baik kelas kontekstual maupun kelas konvensional. Nilai maksimum dari angket awal dan angket akhir adalah 150. Skor angket motivasi belajar siswa pada kedua kelompok dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 7. Data skor awal dan skor akhir motivasi belajar siswa Deskripsi Kelas Konvensional Kelas Kontekstual

Awal Akhir Awal Akhir

Rata-rata ͳͲ͵ǡ͸ͷ ͳͲͷǡ͸Ͷ ͳͲ͵ǡʹͷ ͳͲ͹ǡʹͷ

Nilai Maksimum Ideal 150 150 150 150

Nilai maksimum ͳʹͶ ͳʹʹ ͳʹ͸ ͳ͵ͷ

Nilai minimum ͺ͸ ͺͺ ͺͲ 74

Standar Deviasi ͳͲǡ͵ͳ ͳͲǡʹ͸ ͳʹǡͻ͸ ͳ͵ǡ͹͸1

Varians ͳͲ͸ǡͶ͸ ͳͲͷǡʹ͹ ͳ͸ͺǡͳͻ ͳͺͻǡͶͲ

Berdasarkan tabel 7 diketahui bahwa skor awal dan skor akhir angket dari kedua kelas tidak jauh berbeda. Standar deviasi pada kedua kelompok, juga relatif sama. Untuk mengetahui apakah secara umum rata-rata dan standar deviasi di sekolah tersebut sama atau berbeda, maka harus dilakukan uji hipotesis. Hasil skor awal dan skor akhir dapat dilihat pada Lampiran 5.3 dan 5.4.

3. Keefektifan Pendekatan Kontekstual dan Konvensional a. Hasil Uji Asumsi

1) Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui data sampel berasal dari populasi data yang berdistribusi normal. Analisis normalitas dilakukan terhadap skor dua variabel pengukuran yaitu pemahaman konsep matematika dan motivasi belajar siswa. Hasil uji normalitas adalah sebagai berikut.

(5)

75

Tabel 8. Hasil uji normalitas

Aspek Kelas Data Nilai

signifikasi Hasil Pemahaman

Konsep matematika

Konvensional Sebelum 0,197 Normal Sesudah 0,159 Normal Skor Gain 0,497 Normal Kontekstual Sebelum 0,054 Normal Sesudah 0,200 Normal Skor Gain 0,466 Normal Motivasi

Belajar

Konvensional Sebelum 0,200 Normal Sesudah 0,085 Normal Kontekstual Sebelum 0,200 Normal Sesudah 0,200 Normal

Berdasarkan Tabel 8, diketahui bahwa nilai signifikasi lebih dari 0,05, maka hasil pengukuran pemahaman konsep matematika dan motivasi belajar berdistribusi normal. Hasil analisis uji normalitas selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 5.5.

2) Uji Homogenitas

Uji homogenitas data bertujuan untuk mengetahui apakah kedua kelas (kelas konvensional dan kelas kontekstual) berasal dari populasi yang memiliki variansi yang sama. Analisis homogenitas dilakukan terhadap skor dua variabel pengukuran yaitu pemahaman konsep matematika dan motivasi belajar. Hasil uji homogenitas adalah sebagai berikut.

Tabel 9. Hasil Uji Homogenitas Kelas Konvensional dan Kontekstual

Aspek Data Nilai

signifikasi Hasil Pemahaman konsep matematika Sebelum 0,811 Homogen Sesudah 0,770 Homogen

Skor gain 0,100 Homogen

Motivasi belajar Sebelum 0,910 Homogen

(6)

76

Berdasarkan Tabel 9, diketahui bahwa nilai signifikasi lebih dari 0,05, maka varians data hasil pengukuran pemahaman konsep matematika dan motivasi belajar homogen. Hasil analisis uji normalitas selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 5.8.

b. Keefektifan Pendekatan Kontekstual terhadap Pemahaman Konsep Matematika dan Motivasi Belajar Siswa SMP

Setelah dilakukan pengujian prasyarat analisis, selanjutnya dilakukan pengujuan hipotesis. Hasil pretest siswa kedua kelas menunjukan bahwa sampel berdistribusi normal dan homogen, maka uji hipotesis dilakukan dengan statistik parametrik.

Sebelum menguji hipotesis, kita harus melakukan uji beda rata-rata pada kedua kelas terhadap data sebelum perlakuan. Pengujian dilakukan mengunakan independent sample t-test. Tes ini digunakan untuk menguji pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Variabel terikat yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pemahaman konsep matematika siswa dalam bentuk pretest dan motivasi belajar siswa dalam bentuk skor awal motivasi belajar. Hasil uji beda rata-rata sebelum perlakuan adalah sebagai berikut.

Tabel 10. Hasil Uji Beda Rata-rata Sebelum Perlakuan Kelompok Variabel Rata-rata Sig Hasil Pemahaman konsep matematika Konvensional ͵ͷǡͳͲ 0,154 Tidak ada perbedaan Kontekstual ͵͸ǡͷ

Motivasi belajar Konvensional ͳͲ͵ǡ͸

0,233 Tidak ada perbedaan Kontekstual ͳͲ͵ǡʹͷ

Berdasarkan hasil perhitungan SPSS diperoleh signifikasi sebesar 0,154 (lebih dari 0,05) untuk variabel pemahaman konsep matematika. Ini menunjukan bahwa H0 diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan rata-rata antara kelas konvensional dan kelas kontekstual terhadap

(7)

77

pemahaman konsep matematika, artinya kemampuan awal kedua kelompok pada aspek prestasi belajar matematika relatif sama. Oleh karena itu, untuk menguji hipotesis (1) keefektifan pendekatan kontekstual terhadap pemhaman konsep matematika dan hipotesis (3) keefektifan pembelajaran konvensional terhadap pemahaman konsep matematika digunakan data posttest di kedua kelas untuk diuji keefektifannya.

Selain itu dari Tabel 10 kita bisa melihat bahwa signifikasi aspek motivasi belajar sebesar 0,233 (lebih dari 0,05). Ini menunjukan bahwa H0 diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan rata-rata antara kelas konvensional dan kelas kontekstual terhadap motivasi belajar, artinya kemampuan awal kedua kelompok pada aspek motivasi belajar sama. Oleh karena itu, untuk menguji hipotesis (2) keefektifan pendekatan kontekstual terhadap motivasi belajar siswa dan (4) keefektifan pendekatan konvensional terhadap motivasi belajar siswa digunakan data skor akhir motivasi belajar di kedua kelas untuk diuji keefektifannya.

1) Pengujian Hipotesis Pertama

Penguian hipotesis pertama menggunakan uji beda satu sampel (one sample t-test) yang bertujuan untuk mengetahui efektif tidaknya pendekatan kontekstual terhadap pemahaman konsep matematika. Hipotesis yang diuji adalah sebagai berikut.

H0 : ߤ ൑ ͹Ͷǡͻͻ H1 : ߤଵ ൐ ͹Ͷǡͻͻ

Hasil analisis dengan one sample t-test untuk pemahaman konsep matematika disajikan pada tabel 11 sebagai berikut.

(8)

78

Tabel 11. Hasil Uji one sample t-test Keefektifan Pendekatan Kontekstual terhadap Pemahaman Konsep matematika

Kelas Variabel T Df Sig

Kontekstual Pemahaman konsep matematika

-2,555 27 0,017

Tabel 11 menunjukkan bahwa signifikasi hasil uji one sample t-test yang diperoleh untuk kelas kontekstual untuk variabel pemahaman konsep matematika sebesar 0,017 (signifikasi 2 arah). Untuk pengujian hipotesis pertama menggunakan uji t satu arah sehingga nilai signikasi menjadi 0,008 < 0,05. Jika kriteria pengujian didasarkan pada hasil nilai sig maka H0 ditolak yang berarti efektif, namun jika dilihat dari nilai t hitung yaitu -2,555 nilai t berada pada daerah kiri yang berarti ߤ ൏ ͹Ͷǡͻͻ. Ini berarti bahwa pendekatan kontekstual tidak efektif terhadap pemahaman konsep matematika. Uji hipotesis selengkapnya dapat dilihat di Lampiran 5.10.

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis 1 dengan nilai KKM yang tidak efektif, dilakukan pengujian hipotesis 1 menggunakan skor gain ternormalisasi. Hipotesis yang diuji adalah sebagai berikut.

H0 : ߤ ൑ ͲǡͲͶ H1 : ߤଵ ൐ ͲǡͲͶ

Hasil analisis dengan one sample t-test untuk pemahaman konsep matematika disajikan pada tabel 12 sebagai berikut.

Tabel 12. Hasil Uji one sample t-test Keefektifan Pendekatan Kontekstual terhadap Pemahaman Konsep Matematika dengan Data Skor Gain

Kelas Variabel T Df Sig

Kontekstual Pemahaman konsep matematika

(9)

79

Tabel 12 menunjukkan bahwa signifikasi hasil uji one sample t-test yang diperoleh untuk kelas kontekstual untuk variabel pemahaman konsep matematika sebesar 0,000(signifikasi 2 arah). Untuk pengujian hipotesis pertama menggunakan uji t satu arah sehingga nilai signikasi menjadi 0,000 < 0,05. Ini berarti bahwa pendekatan kontekstual efektif terhadap pemahaman konsep matematika. Uji hipotesis selengkapnya dapat dilihat di Lampiran 5.10.

2) Pengujian Hipotesis Kedua

Pengujian hipotesis kedua menggunakan uji beda satu sampel (one sample t-test) yang bertujuan untuk mengetahui efektif tidaknya pendekatan kontekstual terhadap motivasi belajar siswa. Hipotesis yang diuji adalah sebagai berikut

H0 : ߤଶ ൑ ͳͲʹ H1: ߤଶ ൐ ͳͲʹ

Hasil analisis dengan one sample t-test untuk motivasi belajar siswa disajikan pada Tabel 13

Tabel 13. Hasil Uji one sample t-test Keefektifan Pendekatan Kontekstual terhadap Motivasi Belajar Siswa

Kelas Variabel T Df Sig

Kontekstual Motivasi Belajar 2,356 27 0,026

Tabel 12 menunjukkan bahwa signifikasi hasil uji one sampel t-test yang diperoleh untuk kelas kontekstual untuk variabel motivasi belajar siswa sebesar 0,0026 (siginifikansi 2 arah). Untuk penjgujian hipoteis kedua menggunakan uji t satu arah sehingga nilai signifikansi menjadi 0,013 < 0,05. Ini berarti bahwa pendekatan kontekstual efektif terhadap motivasi belajar siswa. Uji hipotesis selengkapnya dapat dilihat di Lampiran 5.10.

(10)

80

c. Keefektifan Pendekatan Konvensional terhadap Pemahaman Konsep Matematika dan Motivasi Belajar Siswa SMP

1) Pengujian Hipotesis Ketiga

Pengujian hipotesis ketiga menggunakan uji beda satu sampel (one sample t-test) yang bertujuan untuk mengetahui efektif tidaknya pembelajaran konvensional pemahaman konsep matematika. Hipotesis yang digunakan adalah sebagai berikut:

H0 : ߤଷ ൑ ͹Ͷǡͻͻ H1 : ߤ ൐ ͹Ͷǡͻͻ

Hasil analisis dengan one sample t-test untuk pemahaman konsep matematika disajikan pada tabel 14.

Tabel 14. Hasil Uji one sample t-test Keefektifan Pendekatan Kontekstual terhadap Pemahaman Konsep matematika

Kelas Variabel T Df Sig

Konvensional Konsep -3,936 27 0,001

Tabel 14 menunjukkan bahwa signifikasi hasil uji one sample t-test yang diperoleh untuk kelas kontekstual untuk variabel pemahaman konsep matematika sebesar 0,001 (signifikasi 2 arah). Untuk pengujian hipotesis pertama menggunakan uji t satu arah sehingga nilai signikasi menjadi 0,0005 < 0,05. Jika kriteria pengujian didasarkan pada hasil nilai sig maka H0 ditolak yang berarti efektif, namun jika dilihat dari nilai t hitung yaitu -3,936 nilai t berada pada daerah kiri yang berarti ߤ ൏ ͹Ͷǡͻͻ. Ini berarti bahwa pendekatan kontekstual tidak efektif terhadap pemahaman konsep matematika. Uji hipotesis selengkapnya dapat dilihat di Lampiran 5.10.

(11)

81

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis 3 dengan nilai KKM yang tidak efektif, dilakukan pengujian hipotesis 3 menggunakan skor gain ternormalisasi. Hipotesis yang diuji adalah sebagai berikut.

H0 : ߤଵ ൑ ͲǡͲͶ H1 : ߤଵ ൐ ͲǡͲͶ

Hasil analisis dengan one sample t-test untuk pemahaman konsep matematika disajikan pada tabel 15 sebagai berikut.

Tabel 15. Hasil Uji one sample t-test Keefektifan Pendekatan Kontekstual terhadap Pemahaman Konsep matematika

Kelas Variabel T Df Sig

Kontekstual Pemahaman konsep matematika

11,611 27 0,000

Tabel 15 menunjukkan bahwa signifikasi hasil uji one sample t-test yang diperoleh untuk kelas kontekstual untuk variabel pemahaman konsep matematika sebesar 0,000 (signifikasi 2 arah). Untuk pengujian hipotesis pertama menggunakan uji t satu arah sehingga nilai signikasi menjadi 0,000 < 0,05. Ini berarti bahwa pendekatan kontekstual efektif terhadap pemahaman konsep matematika. Uji hipotesis selengkapnya dapat dilihat di Lampiran 5.10.

2) Pengujian Hipotesis Keempat

Pengujian hipotesis keempat menggunakan uji beda satu sampel (one sample t-test) yang bertujuan untuk mengetahui efektif tidaknya pembelajaran dengann pendekatan konvensional terhadap motivasi belajar siswa. Hipotesis yang diuji adalah sebagai berikut

H0 : ߤଶ ൑ ͳͲʹ H1: ߤ ൐ ͳͲʹ

(12)

82

Hasil analisis dengan one sample t-test untuk motivasi belajar disajikan pada tabel 16.

Tabel 16. Hasil Uji one sample t-test Keefektifan Pembelajaran Konvensional Ditinjau dari Motivasi Belajar

Kelas Variabel T Df Sig

Konvensional Motivasi 1,884 27 0,070

Tabel 16 menunjukkan bahwa signifikasi hasil uji one sampel t-test yang diperoleh untuk kelas konvensional untuk variabel motivasi belajar siswa sebesar 0,070 (siginifikansi 2 arah). Untuk penjgujian hipoteis kedua menggunakan uji t satu arah sehingga nilai signifikansi menjadi 0,035 < 0,05. Nilai signifikasi ini lebih dari 0,05. Ini berarti bahwa pembelajaran konvensional efektif ditinjau dari motivasi belajar. Uji hipotesis selengkapnya dapat dilihat di Lampiran 5.10.

4. Perbandingan Keefektifan Pendekatan Kontekstual dan Konvensional ditinjau dari Pemahaman Konsep Matematika dan Motivasi Belajar Siswa SMP

1) Pengujian Hipotesis Kelima

Pengujian hipotesis kelima menggunakan independent sample t-test yang bertujuan untuk mengetahui manakah yang lebih efektif antara pembelajaran kontekstual dan konvensional ditinjau dari pemahaman konsep. Secara statistik, hipotesis dapat disimbolkan sebagai berikut.

H0: ߤ ൑ ߤ H1: ߤ ൐ ߤ

Hasil analisis dengan independent sample t-test untuk motivasi belajar disajikan pada tabel 17.

(13)

83

Tabel 17. Hasil Uji independent sample t-test Perbandingan Keefektifan Pembelajaran Kontekstual dan Konvensional Ditinjau dari Pemahaman

Konsep Matematika

Variabel T Df Sig

Pemahaman konsep 0,485 54 0,630

Tabel 17 menunjukkan bahwa signifikasi hasil uji independent sample t-test yang diperoleh untuk mengetauhi perbedaan keefektifan antara kedua pendekatan ditinjau dari pemahaman konsep matematika siswa sebesar 0,630 (siginifikansi 2 arah). Untuk penjgujian hipoteis kelima menggunakan uji t satu arah sehingga nilai signifikansi menjadi 0,315 > 0,05. Nilai signifikasi ini lebih dari 0,05. Karena H0 diterima maka pendekatan kontekstual tidak lebih efektif daripada pendekatan konvensional jika ditinjau dari pemahaman konsep matematika Ini berarti bahwa pembelajaran dengan pendekatan kontekstual dan konvensional sama efektifnya ditinjau dari pemahaman konsep matematika siswa. Uji hipotesis selengkapnya dapat dilihat di Lampiran 5.10.

2) Pengujian Hipotesis Keenam

Pengujian hipotesis kelima menggunakan independent sample t-test yang bertujuan untuk mengetahui manakah yang lebih efektif antara pembelajaran kontekstual dan konvensional ditinjau dari pemahaman konsep. Secara statistik, hipotesis dapat disimbolkan sebagai berikut.

H0: ߤଶ ൑ ߤସ H1: ߤ ൐ ߤ

Hasil analisis dengan independet sample t-test untuk motivasi belajar disajikan pada tabel 16.

Tabel 18. Hasil Uji independent sample t-test Perbandingan Keefektifan Pembelajaran Kontekstual dan Konvensional Ditinjau dari Motivasi Belajar

(14)

84

Variabel T Df Sig Motivasi 0,544 54 0,589

Tabel 16 menunjukkan bahwa signifikasi hasil uji independent sample t-test yang diperoleh untuk mengetauhi perbedaan keefektifan antara kedua pendekatan ditinjau dari pemahaman konsep matematika siswa sebesar 0,589 (siginifikansi 2 arah). Untuk penjgujian hipoteis kelima menggunakan uji t satu arah sehingga nilai signifikansi menjadi 0,294 < 0,05. Nilai signifikasi ini lebih dari 0,05. Karena H0 diterima maka pendekatan kontekstual tidak lebih efektif daripada pendekatan konvensional jika ditinjau dari motivasi belajar siswa. Ini berarti bahwa pembelajaran dengan pendekatan kontekstual dan konvensional sama efektifnya ditinjau dari pemahaman konsep matematika siswa. Uji hipotesis selengkapnya dapat dilihat di Lampiran 5.10.

B. Pembahasan

Berdasarkan analisis data di atas, akan diuraikan pembahasan hasil penelitian sebagai berikut:

1. Keefektifan Pendekatan Kontekstual terhadap Pemahaman Konsep Matematika

Pembelajaran yang dilaksanakan dalam penelitian ini menerapkan pendekatan kontekstual pada kelas eksperimen yaitu kelas VII A. Pengujian keefektifan pembelajaran terhadap pemahaman konsep matematika didasarkan pada skor gain yang diperoleh dari hasil pretest dan posttest. Pembelajaran dikatakan efektif ditinjau dari pemahaman konsep matematika apabila skor gain lebih dari 0,4 yaitu terletak pada kategori minimal baik.

(15)

85

Berdasarkan pengujian deskriptif pada tabel 6 diketahui rata-rata skor gain tes pemahaman konsep matematika kelas eksperimen adalah 0,49. Skor gain ini efektif sesuai dengan kriteria efektif yang digunakan yaitu lebih besar dari 0,4. Hal ini menunjukkan bahwa pendekatan kontekstual efektif ditinjau dari pemahaman konsep matematika. Hasil ini diperkuat oleh pengujian analisis terhadap skor gain yang telah dilakukan dengan bantuan SPSS versi 23. Pengujian dengan SPSS menggunakan uji one sample t-test menghasilkan nilai signifikansi sebesar 0,000 sehingga H0 ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa pendekatan kontekstual efektif ditinjau dari pemahaman konsep matematika siswa.

Peningkatan pemahaman konsep matematika siswa pada kelas eksperimen menunjukkan adanya pengaruh yang baik dari pembelajaran yang dilakukan. Adanya tahap relating atau pengaitan materi pembelajaran dengan kehidupan sehari-hari siswa juga memilki pernanan penting dalam pembentukan konsep bagi siswa. Menurut Chapman 1976; 173 dalam pembentukan konsep, siswa sangat dipengaruhi oleh pengalaman sehari-hari. Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan kontekstual juga memberikan kesempatan kepada siswa untuk dapat mengkonstruksi sendiri pengetahuannya sehingga siswa dapat menerapkan konsep yang mereka temukan dalam konteks yang ada dalam kehidupan. Hal ini sejalan dengan pengertian pendekatan kontekstual oleh Wina Sanjaya (2005: 109), pembelajaran kontekstual adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menekankan pada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi

(16)

86

kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka.

Hasil penelitian bahwa pendekatan kontekstual efektif ditinjau dari pemahaman konsep matematika relevan dengan penelitian yang telah dilakukan Dian Putri Safrine (2012) yang menunjukkan bahwa pendekatan kontekstual efektif ditinjau dari pemahaman konsep matematika.

2. Keefektifan Pendekatan Kontekstual terhadap Motivasi Belajar

Pada penelitian ini, penerapan pendekatan kontekstual di kelas eksperimen juga ditinjau dari motivasi belajar siswa. Pengujian keefektifan pembelajaran terhadap motivasi belajar didasarkan pada skor akhir angket motivasi belajar siswa. Pembelajaran dikatakan efektif ditinjau dari motivasi belajar apabila rata-rata skor akhir angket lebih dari 102 yaitu terletak pada kategori minimal baik.

Berdasarkan pengujian deskriptif pada tabel 7 diketahui rata-rata skor akhhir angket motivasi belajar siswa kelas eksperimen adalah 107. Skor ini efektif sesuai dengan kriteria efektif yang digunakan yaitu lebih besar dari 102. Hal ini menunjukkan bahwa pendekatan kontekstual efektif ditinjau dari motivasi belajar siswa. Hasil ini diperkuat oleh pengujian analisis terhadap skor akhir angket yang telah dilakukan dengan bantuan SPSS. Pengujian dengan SPSS menggunakan uji one sample t-test menghasilkan nilai signifikansi sebesar 0,013 sehingga H0 ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa pendekatan kontekstual efektif ditinjau dari motivasi belajar siswa.

(17)

87

Motivasi belajar berperan penting dalam memperjelas tujuan belajar. Menurut Hamzah B. Uno 2008;28 peran motivasi dalam memperjelas tujuan belajar erat kaitannya dengan kemaknaan belajar. Hal ini sesuai dengan salah satu karakteristik pembelajaran kontekstual yang diungkapkan Zainal Aqib (2013: 6) dalam penyusunan langkah pembelajaran kontekstual yang pertama yaitu mengembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya. Proses relating mengaitkan dalam pembelajaran dengan pendekatan kontekstual juga berperan terhadap motivasi belajar siswa. Telah dijelaskan oleh Hamzah B. Uno (2008: 28) bahwa seorang siswa akan tertarik atau termotivasi untuk belajar sesuatu, jika yang dipelajari itu sedikitnya sudah dapat diketahui atau dinikmati manfaatnya bagi anak. Berdasarkan hal itu, tahap relating dapat membuat siswa memahami konteks yang sesuai dengan materi yang akan dipelajarinya.

Pendekatan kontekstual efektif ditinjau dari motivasi belajar siswa relevan dengan penelitian yang telah dilakukan Fitriyani (2009) yang menunjukkan bahwa pendekatan kontekstual efektif untuk meningkatkan motivasi belajar siswa.

3. Keefektifan Pendekatan Konvensional terhadap Pemahaman Konsep Matematika

Pada penelitian ini selain menerapkan pendekatan kontekstual pada kelas eksperimen, peneliti juga menerapkan pembelajaran konvensional pada kelas VII C. Sama halnya dengan pembelajaran kelas eksperimen, pada kelas kontrol dilakukan pembelajaran sebanyak 5 kali pertemuan. Untuk variabel

(18)

88

terikat kelas kontrol sama dengan kelas eksperimen yaitu pemahaman konsep dan motivasi belajar siswa. Pengujian keefektifan pembelajaran terhadap pemahaman konsep matematika didasarkan pada skor gain yang diperoleh dari hasil pretest dan posttest. Pembelajaran dikatakan efektif ditinjau dari pemahaman konsep matematika apabila skor gain lebih dari 0,4 yaitu terletak pada kategori minimal baik.

Berdasarkan pengujian deskriptif pada tabel 5 diketahui rata-rata skor gain tes pemahaman konsep matematika kelas eksperimen adalah 0,46. Secara deskriptif, skor gain ini efektif sesuai dengan kriteria efektif yang digunakan yaitu melebihi 0,4. Kita dapat mengambil kesimpulan secara deskriptif bahwa pendekatan konsvensional efektif ditinjau dari pemahaman konsep matematika. Hasil ini diperkuat oleh pengujian analisis terhadap skor akhir yang telah dilakukan dengan bantuan SPSS. Pengujian dengan SPSS menggunakan uji one sample t-test menghasilkan nilai signifikansi sebesar 0,000 sehingga H0 ditolak. Hasil pengujian analisis menunjukkan bahwa pendekatan konvensional efektif ditinjau dari pemahaman konsep matematika siswa.

Pendekatan konvensional dimulai dari guru menguraikan materi untuk dicatat oleh siswa, bertanya, guru menjawab, dan diakhiri dengan latihan sebagai umpan balik (Herminarto, 2002:65). Berdasarkan karakteristik pendekatan konvensional yang disebutkan pembelajaran konvensional akan membuat siswa yang memiliki motivasi dalam belajar memahami materi dengan baik. Setelah siswa dijelaskan oleh guru, dia akan mencatatnya. Catatan yang siswa miliki dapat digunakan untuk belajar dirumah. Selain itu

(19)

89

dalam pembelajaran dengan pendekatan konvensional, guru juga menjelaskan menggunakan contoh soal untuk lebih memahamkan siswa. Penggunaan contoh soal ini efektif jika diterapkan dalam bentuk soal yang cenderung sama.

Pendekatan konvensional efektif ditinjau dari pemahaman konsep matematika relevan dengan penelitian yang telah dilakukan Dian Puteri Safrine (2012) yang menunjukkan bahwa pendekatan konvensional efektif ditinjau dari pemahaman konsep matematika.

4. Keefektifan Pendekatan Konvensional terhadap Motivasi Belajar Siswa Pada penelitian ini, penerapan pendekatan konvensional di kelas kontrol juga ditinjau dari motivasi belajar siswa. Pengujian keefektifan pembelajaran terhadap motivasi belajar didasarkan pada skor akhir angket motivasi belajar siswa. Pembelajaran dikatakan efektif ditinjau dari motivasi belajar apabila rata-rata skor akhir angket lebih dari 102 yaitu terletak pada kategori minimal baik.

Berdasarkan pengujian deskriptif pada tabel 7 diketahui rata-rata skor akhir angket motivasi belajar siswa kelas eksperimen adalah 105. Skor ini efektif sesuai dengan kriteria efektif yang digunakan yaitu lebih besar dari 102. Hal ini menunjukkan bahwa pendekatan konvensional efektif ditinjau dari motivasi belajar siswa. Hasil ini diperkuat oleh pengujian analisis terhadap skor akhir angket yang telah dilakukan dengan bantuan SPSS. Pengujian dengan SPSS menggunakan uji one sample t-test menghasilkan

(20)

90

nilai signifikansi sebesar 0,070 sehingga H0 ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa pendekatan konvensional efektif ditinjau dari motivasi belajar siswa.

Pendekatan konvensional efektif ditinjau dari motivasi belajar siswa relevan dengan penelitian yang telah dilakukan Fitriyani (2009) yang menunjukkan bahwa pendekatan konvensional efektif untuk meningkatkan motivasi belajar siswa.

5. Perbandingan Keefektifan Pendekatan Kontekstual dan Pendekatan Konvensional Ditinjau dari Pemahaman Konsep Matematika

Setelah dilakukan pengujian hipotesis (1) pendekatan kontekstual efektif terhadap pemahaman konsep siswa dan (3) pendekatan konvensional efektif terhadap pemhaman konsep siswa, diketahui bahwa keduanya efektif. Setelah pengujian hipotesis keefektifan dilakukan, dilanjutkan dengan pengujian hipotesis kelima yaitu manakah yang lebih efektif antara pendekatan kontekstual dan pembelajaran konvensional terhadap pemahaman konsep matematika. Hasil pengujian independent sample t-test menunjukkan bahwa nilai signifikansi 0,315 > 0,05, sehingga H0 diterima. Karena H0 diterima maka pendekatan kontekstual tidak lebih efektif daripada pendekatan konvensional jika ditinjau dari pemahaman konsep matematika. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan rata-rata antara kelas kontekstual dan kelas konvensional ditinjau dari pemahaman konsep matematika. Namun, jika kita melihat dari tabel 5 diketahui bahwa rata-rata skor gain pemahaman konsep matematika kelas eksperimen adalah 0,49 dan kelas kontrol 0,46 kondisi ini membawa kepada kesimpulan bahwa pendekatan

(21)

91

kontekstual lebih efektif secara tidak signifikan terhadap pemahaman konsep matematika daripada konvensional.

Hasil penelitian terhadap pemahaman konsep matematika yang belum signifikan ini diduga karena kurang optimalnya pelaksanaan pembelajaran pada kelas eksperimen. Penerapan pendekatan kontekstual pada kelas eksperimen masih kurang optimal. Hal ini disebabkan oleh kurangnya manajemen waktu pembelajaran yang kurang baik. Pembelajaran dengan pendekatan kontekstual membutuhkan waktu yang cenderung lebih lama daripada pendekatan konvensional. Namun, yang dilaksanakan dalam penelitian ini adalah kesamaan waktu yang digunakan untuk setiap kelasnya. Selain itu peneliti juga belum bisa menerapkan pedekatan kontekstual secara optimal untuk megajak siswa berperan aktif dalam pembelajaran. Diterapkannya pendekatan kontekstual di kelas eksperimen membuat siswa harus beradaptasi dengan pembelajaran yang baru. Siswa pada kelas ekperimen diduga belum siap dengan adanya perubahan cara belajar selama menggunakan pendekatan kontekstual.

Berdsarkan pengamatan observer selama pelaksanaan pembelajaran, siswa pada kelas kontrol dinilai lebih aktif selama mengikuti pembelajaran. Selain itu adanya waktu istirahat diantara jam pelajaran matematika sering dimanfaatkan siswa untuk bertanya tentang materi yang belum dipahami. Sedangkan pada kelas eksperimen pembelajaran terfokus pada kelompok masing-masing. Terdapat beberapa kelompok yang aktif dan ada juga beberapa kelompok yang pasif. Keaktifan siswa pada setiap kelas juga

(22)

92

merupakan faktor yang dapat mempengaruhi keefektifan pendekatan pembelajaran terhadap pemahaman konsep matematika.

6. Perbandingan Keefektifan Pendekatan Kontekstual dan Pendekatan Konvensional Ditinjau dari Motivasi Belajar Siswa

Hasil analis keefektifan pendekatan kontekstual dan konvensional terhadap motivasi belajar menunjukkan bahwa kedua pendekatan tersebut efektif terhadap motivasi belajar siswa. Setelah pengujian hipotesis keefektifan dilakukan, dilanjutkan dengan pengujian hipotesis keenam yaitu manakah yang lebih efektif antara pendekatan kontekstual dan pembelajaran konvensional terhadap motivasi belajar siswa. Sebelum menguji perbandingan keefektifannya, terlebih dulu dilakukan uji perbedaan rata-rata skor akhir motivasi belajar menggunakan independet sample t-test. Hasil pengujian menunjukkan bahwa nilai signifikansi 0,294 > 0,05, sehingga H0 diterima. Karena H0 diterima maka pendekatan kontekstual tidak lebih efektif daripada pendekatan konvensional jika ditinjau dari motivasi belajar siswa. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan rata-rata antara kelas kontekstual dan kelas konvensional ditinjau dari motivasi belajar siswa.

Berdasarkan hasil tersebut, maka kita tidak dapat melanjutkan pengujian hipotesis mengenai perbandingan keefektifan dari kedua kelas. Namun, jika kita melihat dari tabel 5 diketahui bahwa rata-rata skor akhir motivasi belajar kelas eksperimen adalah 107,25 dan kelas kontrol 105,64 kondisi ini membawa kepada kesimpulan bahwa pendekatan kontekstual lebih efektif terhadap motivasi belajar daripada konvensional.

Gambar

Tabel 7. Data skor awal dan skor akhir motivasi belajar siswa  Deskripsi  Kelas Konvensional  Kelas Kontekstual
Tabel 8. Hasil uji normalitas
Tabel 11. Hasil Uji one sample t-test Keefektifan Pendekatan Kontekstual  terhadap Pemahaman Konsep matematika
Tabel 15. Hasil Uji one sample t-test Keefektifan Pendekatan Kontekstual  terhadap Pemahaman Konsep matematika
+2

Referensi

Dokumen terkait

Tabel 6.35 dibawah menunjukkan prosentase ketepatan eksekusi aktivitas – aktivitas dalam proses pengadaan aset Perangkat Lunak. Bahkan sebesar 20% dilaksanakan sebelum

bahwa berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 110/PMK.010/2006 tentang Penetapan Sistem Klasifikasi Barang Dan Pembebanan Tarif Bea Masuk Atas Barang Impor

Dari hasil perhitungan pengaruh tidak langsung antara kompensasi finansial terhadap kinerja karyawan melalui motivasi kerja, dapat disimpulkan bahwa motivasi kerja

The Embassy of people's Democratic Republic of Algeria avails itself of this cpportunity to iehew to the Mirirsrry of Foreign Affairs of the Republic o[

komoditi belaka dengan berbagai implikasinya terhadap kehidupan sosial kemasyaralatan yang didalamnya berlangsung proses dehumanisasi, sehingga nantinya anak atau peserta

Typical coating thicknesses range from 1-10 m m for wear-resistant coatings, though thinner layers are used in microelectronics and thicker layers are used for high

Permasalahan yang diteliti dalam penelitian ini adalah seberapa besar penurunan yang terjadi pada gedung “X” dengan jumlah 35 lantai di tiap-tiap lantainya setelah

Sampai dengan saat ini be- lum ada pengelola secara khusu yang mena- ngani konten/isi website, sehingga mempe- ngaruhi kinerja Depnakertrans dalam mem- berikan pelayanan data