• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH KONSENTRASI BAHAN PENGAWET MICROSIDA 100 EC DENGAN MEDIA PENGGORENGAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH KONSENTRASI BAHAN PENGAWET MICROSIDA 100 EC DENGAN MEDIA PENGGORENGAN"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal Hutan Tropis Volume 11 No. 29, Edisi Maret 2010 51

PENGARUH KONSENTRASI BAHAN PENGAWET MICROSIDA 100 EC DENGAN MEDIA PENGGORENGAN Crude Palm Oil (CPO) DAN SOLAR

TERHADAP SIFAT FISIKA MEKANIKA ROTAN TONTO (Calamus optimus Becc)

Oleh/by

KURDIANSYAH ABSTRACT

Natural rattan products that stand out compared with other forest products, especially mechanical properties, or elasticity after unencumbered right back in its original form except that the quality of cane is determined by the flexibility, density and color. To reduce drying time, especially on large-diameter rattan, in this case including Tonto rattan, rattan processing is done in a skillet. Drying time becomes shorter, ie 1-2 weeks after rattan fried and will reduce the intensity of fungal and insect attack and to brighten the color of rattan. The purpose of this study is to investigate the influence of the concentration of preservatives microsida 100 EC and processing with a frying pan with the nature of physics and mechanics Tonto rattan. Data analysis in this study using Completely Randomized Design (CRD). Tonto cane water content treatment combination of 1% concentration, frying pan with oil palm produces the smallest value of 13.65%, flexural strength rattan Tonto combined treatment of 5% concentration, frying pan with oil palm produces the largest value is 15439.25 kg / cm2 , firmness broken rattan combined treatment of 5% concentration of Tonto skillet with CPO, producing the highest value of 460.05 kg/cm2, the persistence of plasticity rattan Tonto combined treatment of 5% concentration, frying pan with oil palm yield the highest value of 234.35 kg/cm2.Retention is relatively small due to the absorption of oil frying condoms and transverse direction to the axis of the cane and occurs almost exclusively in the direction of the length of the stem (longitudinal). Frying with broken Tonto PCO to produce the color yellow, bright, fry slightly yellow Tonto with broken diesel fuel brightness.

Keywords : Tonto Rattan, Microsida, diesel fuel.

Penulis untuk korespondensi : HP +62816213138

PENDAHULUAN

Sifat rotan yang menonjol dibandingkan produk hasil hutan lainnya terutama sifat mekanik atau elastisitas setelah dibebani segera kembali pada bentuk semula selain itu kualitas rotan ditentukan oleh berat jenis, kelenturan, warna dan penampilan buku serta permukaan batang.

Dua puluh empat jam setelah dipanen, rotan sudah mulai diserang jamur pewarna atau kumbang penggerek rotan basah yang dapat menyebabkan turunnya mutu dan harga jual rotan tersebut. Semakin lama rotan dibiarkan maka serangan semakin parah yang menyebabkan rotan berubah warna kebiruan dan berlubang. Cacat ini tidak dapat

dihilangkan sampai pembuatan produk akhir. Menurut Dominicus (2003) bahwa rotan segar mempunyai kadar air yang cukup tinggi yaitu sekitar 68 % - 98 % sehingga sulit dikeringkan dengan pengeringan alami (dijemur secara langsung dibawah terik matahari). Pengeringan alami umumnya masih menghasilkan rotan kering dengan kadar air masih diatas 25 %. Untuk mengurangi waktu penjemuran terutama pada rotan berdiameter besar yang dalam hal ini termasuk rotan tonto, maka dalam pengolahan rotan dilakukan penggorengan. Waktu penjemuran menjadi lebih pendek, yaitu 1 – 2 minggu setelah rotan digoreng dan akan mengurangi intensitas serangan

(2)

Jurnal Hutan Tropis Volume 11 No. 29, Edisi Maret 2010 52

jamur dan serangga perusak rotan serta dapat mencerahkan warna rotan.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh

konsentrasi bahan pengawet microsida 100 EC dan cara pengolahan dengan penggorengan terhadap sifat fisika dan mekanika rotan tonto.

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Rotan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rotan tonto (Calamus optimus Becc) dari Kab. Barito Selatan, untuk penggorengan menggunakan solar dan larutan Crude Palm Oil (CPO). Bahan pengawet yang digunakan adalah Microsida 100 EC dengan konsentrasi masing-masing 1 %, 3 % dan 5 % dengan perendaman selama 24 jam.

Prosedur Penelitian dilakukan dengan cara sebagai berikut: (a) rotan yang sudah diseleksi dipotong pada bagian pangkal dengan panjang 1 meter yang sudah ditentukan dan dalam keadaan kering udara dengan kadar air tidak lebih dari 50 %. Untuk kadar air, kerapatan dan retensi dengan ukuran 5 cm sedangkan untuk keteguhan lentur, keteguhan patah dan keteguhan plastisitas dengan ukuran 35 cm; (b) kemudian dilanjutkan dengan penggorengan dalam kuali, CPO atau solar masing-masing sebanyak 5 liter dipanaskan hingga mencapai suhu

120oC, masukkan contoh uji kedalam

media penggorengan selama 30 menit, ditiriskan beberapa menit kemudian digosok dengan sabut kelapa atau kain / karung goni dengan dicampur serbuk gergaji agar sisa kotoran terutama getah yang masih menempel pada kulit rotan dapat lepas, sehingga kulit rotan menjadi bersih; (c) metoda rendaman dingin dengan komposisi bahan aktif serta persyaratan yang telah ditentukan dengan tiga taraf 1 % (0,1 liter) , 3 % (0,3 liter) dan 5 % (0,5 liter) dalam 10 liter selama 24 jam; dan (d) Setelah proses pengolahan selesai maka dilanjutkan dengan pengujian, yaitu kadar air, kerapatan, retensi, keteguhan

lentur (MoE), keteguhan lentur maksimum (MoR), keteguhan plastisitas (MoP), warna dan kilap.

Analisa data dalam penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan pola percobaan faktorial 3 X 3 yang diulang sebanyak 4 kali. Adapun yang dijadikan faktor dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Faktor A, yaitu konsentrasi bahan pengawet yang terdiri dari tiga taraf : A1 = 1 % A2 = 3 % A3 = 5 %

Faktor B, yaitu pengolahan yang terdiri dari tiga taraf :

B1 = Penggorengan dengan CPO B2

= Penggorengan dengan solar B3 = Tanpa penggorengan.

Bentuk umum dari persamaan model pola percobaan faktorial dengan rancangan acak lengkap (Sudjana,

1982) adalah sebagai berikut :

Yijk =

µ

+ Ai + Bj + Abij + E ijk

dimana :

Yijk = Nilai pengamatan pada perlakuan

ke i dan ke j ulangan ke k

µ

= Nilai rata-rata harapan

Ai = Pengaruh faktor A ke i pada

perlakuan ke j ulangan ke k

Bj = Pengaruh faktor B ke j pada

perlakuan ke i ulangan ke k

Abij = Pengaruh interaksi faktor A dan B

pada perlakuan ke i dan ke j ulangan ke k

Eijk = kesalahan percobaan

Untuk mengetahui kombinasi perlakuan mana saja yang berbeda pengaruhnya terhadap respon yang diteliti dilakukan uji banding dengan model uji Beda Nyata Jujur (BNJ).

(3)

Jurnal Hutan Tropis Volume 11 No. 29, Edisi Maret 2010 53 HASIL DAN PEMBAHASAN

Kadar Air

Hasil pengujian kadar air segar rotan tonto adalah 137,17% dan kerapatan 0,54gr/cm3. Seteleh kadar air didapatkan, kemudian baru dilakukan penggorengan menggunakan CPO dan

solar dengan suhu 1200 C selama 30

menit. Hasil pengujian menunjukkan bahwa penurunan kadar air tersebut tercantum pada Tabel 1. Untuk melihat lebih jelas sebaran nilai rata-rata kadar air dilakukan analisa sidik ragam pada Tabel 2.

Pengaruh faktor konsentrasi bahan pengawet berpengaruh nyata terhadap kadar air, dimana semakin tinggi kadar air didalam rotan tonto, maka semakin rendah atau sedikit bahan pengawet yang masuk kedalam rotan begitu juga semakin rendah kadar air maka semakin tinggi atau banyak bahan pengawet yang masuk. Untuk mengetahui pengaruh dari masing-masing taraf faktor konsentrasi bahan pengawet dan pengolahan, maka dilakukan Uji Beda Nyata Jujur seperti pada Tabel 3 dan 4. Pada konsentrasi yang berbeda memberikan hasil kadar air yang berbeda pula, semakin tinggi

konsentrasi memberikan hasil kadar air semakin tinggi pula, akan tetapi faktor A yaitu perlakuan a1 dan a3 berbeda

akan tetapi perlakuan a3 dan a2 tidak

berbeda. Hal ini disebabkan konsentrasi bahan pengawet yang tinggi memberikan pengaruh pada penguapan, makin tinggi konsentrasi bahan pengawet makin rendah penguapan sehingga kadar airnya semakin tinggi begitu juga sebaliknya semakin rendah konsentrasi bahan pengawet semakin tinggi penguapan sehingga kadar air semakin rendah.

Dari data tersebut dapat dilihat bahwa rotan tonto kadar airnya tinggi, hal ini disebabkan memiliki pori-pori yang lebih besar dan nilai penyusutan kadar airnya lebih tinggi, hal ini disebabkan batang rotan memiliki kapiler-kapiler yang cukup besar sehingga cukup besar pula menyerap dan mempengaruhi berat jenis rotan itu sendiri. Jenis bahan pengawet tidak menunjukkan perbedaan yang nyata tetapi setelah pengawetan, secara keseluruhan kadar air meningkat. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 1.

Tabel 1. Hasil pengujian kadar air (%) rotan tonto setelah pengolahan

Perlakuan Ulangan Jumlah Rata-rata

I II III IV a1b1 13,65 13,66 13,63 13,67 56,61 13,65 a1b2 14,11 14,11 14,10 14,12 56,44 14,11 a1b3 19,31 19,31 19,32 19,33 77,27 19,32 a2b1 13,79 13,84 13,85 13,82 55,30 13,83 a2b2 14,11 14,11 14,13 14,11 56,46 14,12 a2b3 19,25 19,32 19,35 19,34 77,26 19,32 a3b1 13,70 13,79 13,80 13,74 55,03 13,76 a3b2 14,13 14,15 14,13 14,13 56,54 14,14 a3b3 19,39 19,29 19,32 19,3 8 77,38 19,35 Jumlah 14,44 141,48 141,63 141,64 566,29 141,57

Tabel 2. Analisis keragaman kadar air (%) rotan tonto

Sumber

Keragaman db JK KT F.hitung Sig

Perlakuan 8 3,539 0,442 33,394.535 0,000S A 2 0,000 0,000 16,673 0,000S B 2 3,538 1,769 133,534.600 0,000S AB 4 0,001 0,000 13,434 0,000S Kesalahan 27 0,000 1,325 Total 35 566,290

(4)

Jurnal Hutan Tropis Volume 11 No. 29, Edisi Maret 2010 54

Tabel 3. Uji BNJ pada kadar air (%) rotan tonto pengaruh perlakuan konsentrasi bahan pengawet Kode N Subset 1 2 a1 12 3,9488 a3 12 3,9557 a2 12 3,9567 Sig 1,000 0,504

Tabel 4. Uji BNJ pada kadar air (%) rotan tonto pengaruh perlakuan Pengolahan

Kode N Subset 1 2 3 b1 12 3,7074 b2 12 3,7577 b3 12 4,3961 Sig 1,000 1,000 1,000

Keteguhan lentur (MoE)

Untuk melihat lebih jelasnya sebaran nilai rata-rata keteguhan lentur dilakukan analisis sidik ragam pada Tabel 6. Berdasarkan analisis sidik ragam bahwa perlakuan A dan perlakuan B berbeda, akan tetapi kombinasi faktor A dan faktor B tidak berbeda. Untuk interaksi AB berarti minimal sepasang pengaruh kombinasi antara faktor A dan faktor B berbeda sangat nyata terhadap respons yang diamati. Hal ini dapat diartikan bahwa pengaruh faktor A memberikan hasil yang berbeda terhadap keteguhan lentur dalam keadaan minimal sepasang dari faktor B begitu juga sebaliknya bahwa pengaruh taraf B memberikan hasil yang berbeda terhadap keteguhan lentur dalam keadaan minimal sepasang taraf A.

Untuk mengetahui pengaruh dari masing-masing taraf faktor konsentrasi bahan pengawet dan pengolahan, maka dilakukan Uji Beda

Nyata Jujur seperti pada Tabel 7 dan Tabel 8.

Pada faktor A yaitu perlakuan a1

berbeda terhadap a2 dan berbeda pula

terhadap a3. Rotan tonto dengan

konsentrasi yang berbeda memberikan hasil keteguhan lentur yang berbeda pula, semakin tinggi konsentrasi memberikan hasil keteguhan lentur semakin tinggi pula.

Sama seperti pada rotan manau pemberian konsentrasi bahan pengawet yang tinggi akan memberikan nilai keteguhan lentur yang lebih tinggi, dari hasil uji BNJ dapat diketahui bahwa kisaran nilai tersebut tidak berbeda nyata satu dengan yang lainnya.

Pada faktor B yaitu perlakuan b3

berbeda terhadap b2 dan berbeda pula

terhadap b1. penggorengan dengan

CPO menunjukkan nilai keteguhan lentur yang tinggi dibandingkan dengan solar atau tanpa penggorengan. Untuk kombinasi perlakuan yang paling baik

pada perlakuan a1b1 yaitu pada

Gambar 1 Grafik kadar air rotan

(5)

Jurnal Hutan Tropis Volume 11 No. 29, Edisi Maret 2010 55

pemberian konsentrasi bahan pengawet 1 % dan penggorengan

dengan CPO.

Tabel 5. Hasil pengujian keteguhan lentur (kg/cm2) rotan tonto

Perlakuan Ulangan Jumlah Rata-rata

I II III IV a1b1 15420,00 15423,00 15422,00 15425,00 61690,00 15422,50 a1b2 15380,00 15382,00 15382,00 15384,00 61528,00 15382,00 a1b3 15365,00 15368,00 15367,00 15370,00 61470,00 15367,50 a2b1 15424,00 15422,00 15427,00 15429,00 61702,00 15425,50 a2b2 15385,00 15387,00 15387,00 15389,00 61548,00 15387,00 a2b3 15370,00 15373,00 15372,00 15375,00 61490,00 15372,50 a3b1 15435,00 15440,00 15443,00 15439,00 61757,00 15439,25 a3b2 15392,00 15395,00 15394,00 15397,00 61578,00 15394,50 a3b3 15377,00 15380,00 15379,00 15382,00 61518,00 15379,50 Jumlah 138548,00 138570,00 138570,00 138590,00 554281,00 138570,25

Tabel 6. Analisis keragaman keteguhan lentur (kg/cm2) rotan tonto

Sumber

Keragaman db JK KT Fhit Sig

Perlakuan 8 21.418,889 26.77,361 506,401 0,000S A 2 1.186,056 593,028 112,166 0,000S B 2 20.173,389 100.86,694 1.907,816 0,000S AB 4 59,444 14,861 2,811 0,045NS Kesalahan 27 142,750 5,287 Total 35 21.561,639

Keterangan : NS = tidak nyata S = nyata

Tabel 7. Uji BNJ keteguhan lentur (kg/cm2) rotan tonto pada perlakuan konsentrasi bahan pengawet Kode N Subset 1 2 3 A1 12 15.390,6667 A2 12 15.395,0000 A3 12 15.404,4167 Sig 1,000 1,000 1,000

Tabel 8. Uji BNJ keteguhan lentur (kg/cm2) rotan tonto pada perlakuan pengolahan

Kode N Subset 1 2 3 B3 12 15.373,1667 B2 12 15.387,8333 B1 12 15.429,0833 Sig 1,000 1,000 1,000

(6)

Jurnal Hutan Tropis Volume 11 No. 29, Edisi Maret 2010 56

Keteguhan Patah (MoR)

Untuk melihat lebih jelasnya sebaran nilai rata-rata keteguhan patah dilakukan analisis sidik ragam pada Tabel 10. Berdasarkan analisis sidik ragam bahwa faktor A dan faktor B berpengaruh nyata terhadap keteguhan patah pada rotan tonto dan pada interaksi faktor A dan faktor B tidak berpengaruh. Untuk mengetahui pengaruh dari masing-masing taraf faktor konsentrasi bahan pengawet dan pengolahan, maka dilakukan Uji Beda Nyata Jujur seperti pada Tabel 11 dan Tabel 12.

Berdasarkan uji BNJ dapat dilihat bahwa perlakuan konsentrasi bahan pengawet 1 % (a1) tidak berbeda

dengan perlakuan konsentrasi bahan pengawet 3 % (a2) akan tetapi berbeda

terhadap perlakuan konsentrasi bahan

pengawet 5 % (a3), tetapi dalam

penggunaannya dilihat dari sisi biaya

lebih baik menggunakan perlakuan konsentrasi 1 % dan 3 % karena menjadi lebih murah dibandingkan dengan konsentrasi bahan pengawet 5 %.

Berdasarkan uji BNJ bahwa masing-masing perlakuan pengolahan berbeda satu dengan lainnya, penggorengan CPO (b1)menghasilkan nilai keteguhan patah 457,4667 kg/cm2,

penggorengan dengan solar (b2)

menghasilkan nilai keteguhan patah

444,5333 kg/cm2 dan tanpa

penggorengan dan hanya dijemur saja menghasilkan nilai keteguhan patah

424,8167 kg/cm2. Penggorengan

dengan CPO dan solar berbeda dan tidak berada pada satu kolom akan tetapi nilai yang dihasilkan dari kedua perlakuan tersebut mengasilkan nilai keteguhan patah yang cukup tinggi dan dapat digunakan untuk bahan baku mebel.

Tabel 9. Hasil pengujian keteguhan patah (kg/cm2) rotan tonto

Perlakuan Ulangan Jumlah Rata-rata

I II III IV a1b1 453,15 456,15 455,15 458,15 1822,60 455,65 a1b2 440,50 422,50 442,50 444,50 1770,00 422,50 a1b3 420,25 423,25 422,25 425,25 1691,00 422,75 a2b1 455,20 453,20 458,20 460,20 1826,80 456,70 a2b2 442,20 444,20 444,20 446,20 1776,80 444,20 a2b3 422,30 425,30 424,30 427,30 1699,20 424,80 a3b1 455,80 460,80 463,80 459,80 1840,20 460,05 a3b2 444,40 447,40 446,40 449,40 1787,60 446,90 a3b3 424,40 427,40 426,40 429,40 1707,60 426,90 Jumlah 3958,20 3980,20 3983,20 4000,20 15921,80 3980,45

Tabel 10. Analisis keragaman keteguhan patah (kg/cm2) rotan tonto

Sumber

Keragaman db JK KT Fhit Sig

Perlakuan 8 7041769,868 825,530 156,142 0,000S A 2 114,296 57,148 10,809 0,000S B 2 6488,162 3244,081 613,592 0,000S AB 4 1,784 0,446 0,084 0,987NS Kesalahan 27 142,750 5,287 Total 35 6746,992

Keterangan : NS = tidak nyata S = nyata

Tabel 11. Uji BNJ keteguhan patah (kg/cm2) rotan tonto pada perlakuan konsentrasi bahan pengawet Kode N Subset 1 2 a1 12 440,30000 a2 12 441,90000 a3 12 444,6167 Sig 0,100 1,000

(7)

Jurnal Hutan Tropis Volume 11 No. 29, Edisi Maret 2010 57

Tabel 12. Uji BNJ keteguhan patah (kg/cm2) rotan tonto pada perlakuan pengolahan

Kode N Subset 1 2 3 B3 12 424,8167 B2 12 444,5333 B1 12 457,4667 Sig 1,000 1,000 1,000

Keteguhan Plastis (MoP)

Untuk melihat lebih jelasnya sebaran nilai rata-rata keteguhan plastisitas dilakukan analisis sidik ragam pada Tabel 14. Berdasarkan analisa sidik ragam menunjukkan bahwa pengaruh faktor konsentrasi bahan pengawet (A) dan faktor pengolahan (B) berpengaruh nyata dan kombinasi perlakuan antara konsentrasi bahan pengawet dan pengolahan (AB) masing-masing tidak berpengaruh terhadap keteguhan plastisitas. Untuk mengetahui pengaruh dari masing-masing taraf faktor konsentrasi bahan pengawet dan pengolahan, maka dilakukan Uji Beda Nyata Jujur seperti pada Tabel 15 dan Tabel 16.

Berdasarkan uji BNJ dapat dilihat bahwa perlakuan konsentrasi bahan pengawet (a1) memberikan nilai

keteguhan plastisitas yang rendah 223,9867 kg/cm2 dibandingkan dengan

perlakuan konsentrasi 3 % (a2)

memberikan nilai keteguhan plastisitas 224,6167 kg/cm2 tetapi tidak berbeda

nyata, sedangkan perlakuan konsentrasi 5 % (a3) memberikan nilai

yang paling tinggi yaitu 226,1500 kg/cm2 , karena plastisitas rotan juga diperlukan dalam pembuatan mebel berbahan baku rotan maka ketiga perlakuan bisa diterapkan, akan tetapi perlakuan konsentrasi bahan pengawet

1 % (a1) dapat menekan biaya dari

pembelian bahan pengawet.

Berdasarkan uji BNJ dapat dapat dilihat

bahwa pengolahan tanpa penggorengan atau dijemur dibawah sinar matahari (b1) memberikan nilai

keteguhan plastisitas sebesar 216,3267 kg/cm2, berbeda terhadap pengolahan

penggorengan dengan solar (b2)

memberikan nilai sebesar 225,9833

kg/cm2 dan berbeda pula terhadap

pengolahan penggorengan dengan

CPO (b3) memberikan nilai sebesar

232,4433 kg/cm2. Dari ketiga perlakuan memberikan hasil keteguhan plastisitas yang berbeda untuk rotan tonto, penggorengan dengan CPO untuk rotan tonto juga memberikan hasil tertiggi.

(8)

Jurnal Hutan Tropis Volume 11 No. 29, Edisi Maret 2010 58

Tabel 13. Hasil Pengujian Keteguhan Plastisitas(kg/cm2) Rotan Tonto

Perlakuan Ulangan Jumlah Rata-rata

I II III IV a1b1 228,98 231,98 230,98 233,98 925,92 231,48 a1b2 223,05 225,05 225,05 227,05 900,20 225,05 a1b3 212,93 215,93 214,93 217,93 861,72 215,43 a2b1 230,00 228,00 233,00 235,00 926,00 231,50 a2b2 223,70 225,70 225,70 227,70 902,80 225,70 a2b3 214,15 217,15 216,15 219,15 866,60 216,65 a3b1 230,10 235,10 238,10 234,10 937,40 234,35 a3b2 224,70 227,70 226,70 229,70 908,80 227,20 a3b3 214,40 217,40 216,40 219,40 867,60 216,90 Jumlah 2002,01 2024,01 2027,01 2044,01 8097,04 2024,26

Tabel 14. Analisis sidik ragam keteguhan plastisitas (kg/cm2) rotan tonto

Sumber

Keragaman db JK KT Fhit Sig

Perlakuan 8 1.615,408 201,926 38,193 0,000S A 2 29,712 14,856 2,810 0,078S B 2 1.578,919 789,460 149,320 0,000S AB 4 6,777 1,694 0,320 0,862NS Kesalahan 27 142,750 5,287 Total 35 1.758,158

Keterangan : NS = tidak nyata S = nyata

Tabel 15. Uji BNJ keteguhan plastisitas (kg/cm2) rotan tonto pada perlakuan

konsentrasi bahan pengawet

Kode N Subset 1 2 a1 12 223,9867 a2 12 224,6167 224,6167 a3 12 226,1500 Sig 0,508 0,114

Tabel 16. Uji BNJ keteguhan plastisitas (kg/cm2) rotan tonto pada perlakuan

pengolahan Kode N Subset 1 2 3 B3 12 216,3267 B2 12 225,9833 B1 12 232,4433 Sig 1,000 1,000 1,000

(9)

Jurnal Hutan Tropis Volume 11 No. 29, Edisi Maret 2010 59

Penetrasi dan Retensi Bahan Pengawet

Dari pengamatan pada penetrasi, dapat diketahui bahwa besarnya penetrasi relatif kecil. Minyak penggoreng (CPO) yang terdapat pada kedua bontos atau ujung sebagian keluar kembali pada saat rotan diangkat dari bak penggorengan. Masuknya bahan pengawet kedalam batang rotan hampir seluruhnya terjadi menurut arah panjang batang (longitudinal). Hampir tidak ada penetrasi bahan pengawet melalui bagian sisi batang (transversal). Dengan demikian pengamatan penetrasi hanya dilakukan pada arah panjang batang. Penetrasi rata-rata dengan menggunakan konsentrasi 1 %, 2 % dan 3 % berkisar antara 38,70 mm – 81,03 mm. Dengan demikian konsentrasi bahan pengawet tidak mempengaruhi besarnya penetrasi. Dari pengamatan sifat penetrasi bahan pengawet dapat diketahui bahwa besarnya nilai penetrasi relatif kecil. Nilai rata-rata retensi untuk rotan tonto dapat dilihat pada Tabel 17.

Untuk retensi pada rotan tonto 1,01 gr/cm3 – 1,19 gr/cm3 nilai tersebut relatif kecil karena pengawetan dilakukan dengan rendaman dingin.

Secara umum dapat dikemukakan bahwa lama perendaman cenderung meningkatkan retensi dan erat kaitannya dengan kemampuan bahwa mengisi rongga-rongga sel yang ada. Makin besar penyerapan bahan pengawet yang akan dicapai kalau semua rongga-rongga sel tersebut terisi bahan pengawet dan retensi dipengaruhi juga antara lain terbatasnya waktu pengawetan.

Warna

Dari pengamatan visual untuk rotan tonto perubahan warna dari coklat kemerah-merahan menjadi kuning. Hal ini mungkin karena lebih banyak chlorophyl yang berubah menjadi phcophytin pada batang yang digoreng dengan CPO. CPO mengandung karoten yang dikenal juga sebagai pigmen warna jingga, kandungannya mencapai 0,005 – 0,18 %, hal ini diduga menyebabkan warna rotan menjadi kuning dan mengkilat dan penggunaan solar cenderung membuat warna kulit rotan menjadi gelap (kecoklatan). Untuk memberi gambaran yang jelas dari sifat fisis dan mekanik dari jenis rotan yang diteliti, seperti pada Tabel 18.

Tabel 17. Hasil pengujian retensi (gr/cm3) rotan tonto

Tabel 18. Hasil pengujian sifat fisis dan mekanik rotan tonto

Perlakuan Kadar Air

(%) MoE (kg/cm2) MoR (kg/cm2) MoP (kg/cm2) Retensi (gr/cm3) Warna a1b1 13,65 15.422,50 455,65 231,48 1,17 kuning a1b2 14,11 15.382,00 442,50 225,05 1,16 kuning a1b3 19,32 15.367,50 422,75 215,43 1,01 kuning a2b1 13,83 15.425,50 456,70 231,50 1,19 kekuningan a2b2 14,12 15.387,00 444,20 225,70 1,18 kekuningan a2b3 19,32 15.372,50 424,80 216,65 1,02 kekuningan a3b1 13,76 15.439,25 460,05 234,35 1,10 kekuningan a3b2 14,14 15.394,50 446,90 227,20 1,10 kekuningan a3b3 19,35 15.379,50 426,90 216,90 1,02 kekuningan Perlakuan Retensi (gr/cm3) Perlakuan Retensi (gr/cm3) Perlakuan Retensi (gr/cm3) a1b1 1,17 a2b1 1,19 a3b1 1,10 a1b2 1,16 a2b2 1,18 a3b2 1,10 a1b3 1,01 a2b3 1,02 a3b3 1,02

(10)

Jurnal Hutan Tropis Volume 11 No. 29, Edisi Maret 2010 60 KESIMPULAN

Kadar air rotan tonto kombinasi perlakuan konsentrasi 1 %, penggorengan dengan CPO menghasilkan nilai terkecil 13,65 %, keteguhan lentur rotan tonto kombinasi perlakuan konsentrasi 5 %, penggorengan dengan CPO menghasilkan nilai terbesar yaitu

15.439,25 kg/cm2, keteguhan patah

rotan tonto kombinasi perlakuan konsentrasi 5 % penggorengan dengan CPO, menghasilkan nilai

tertinggi yaitu 460,05 kg/cm2,

keteguhan plastisitas rotan tonto kombinasi perlakuan konsentrasi 5 %,

penggorengan dengan CPO menghasilkan nilai tertinggi yaitu 234,35 kg/cm2 .

Retensi pada jenis rotan tonto relatif kecil karena penyerapan bahan pengawet dan minyak penggoreng yaitu arah transversal kedalam batang rotan dan hampir seluruhnya terjadi menurut arah panjang batang (longitudinal).

Setelah penggorengan dengan CPO rotan tonto menghasilkan warna kuning dan mengkilat, penggorengan dengan solar rotan tonto agak kuning dan tidak mengkilap.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2005, Rancangan Standar Nasional – 4. Pusat Standarisasi dan Lingkungan, Sekretaris Departemen Kehutanan. Jakarta.

Anonim, 1994, Standar Nasional Indonesia (SNI 01 – 3575 – 1994). Badan Standarisasi

Indonesia. www.bsn.or.id

Jakarta.

Anonim, 2006, Standar Nasional Indonesia (SNI 01 – 7208 – 2006). Badan Standarisasi Nasional. Jakarta.

Alrasyid dan Dali, 1986, Studi Pengembangan Tanaman Rotan di Jawa Barat. Direktorat Jenderal Reboisasi dan Rehabilitas lahan. Departemen Kehutanan. Jakarta.

Dransfield, J. 1974. A Short guide to Rattan. Seameo. Regional Center for Tropical Biology. Bogor.

Dransfield, Jand Manokaran, N. 1994. Plant Resources of South-East Asia 6 Rattans. Prosea. Bogor Januminro, 2000, Rotan Indonesia.

Kanisius, Yogyakarta.

Jasni, et,al, 2005, Sari Hasil Penelitian Rotan, Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. www.dep.hut go.id. Bogor.

Muslich, M, 2004. Pengawetan Rotan. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Hasil Hutan. Bogor.

Santo, K. 2003, Kursi Rotan Indonesia di Kafe Eropa. Majalah Srtategi dan Tren Bisnis. Jakarta.

Solihin, 2006, Industri Mebel dan Kerajinan Rotan Indonesia. Copyright @ Sinar Harapan. Jakarta.

Sugihartono, 1990, Pengaruh Komposisi Minyak Goreng dan Cara Pengeringan Terhadap Kualitas Rotan Ilatung. Balai Penelitian dan Pengembangan Industri. Banjarbaru.

Winarno, 2002, Pengaruh Pengukusan Pada Rotan yang Diawetkan Terhadap Serangan Bubuk Dinoderus minutes Farb. Seminar Rotan, UI. Jakarta.

Gambar

Tabel 4. Uji BNJ pada kadar air (%) rotan tonto pengaruh perlakuan Pengolahan
Tabel 5.  Hasil pengujian keteguhan lentur (kg/cm 2 ) rotan tonto
Gambar 3. Grafik keteguhan patah rotan tonto
Tabel 14. Analisis sidik ragam  keteguhan plastisitas (kg/cm 2 )  rotan tonto

Referensi

Dokumen terkait

Hasil respon siswa berguna untuk melihat respon siswa setelah menggunaan aplikasi moodle mobile untuk kegiatan pembelajaran. Siswa kelas X TKJ 2 menjadi responden

Apabila persembahan Bapak, Ibu, Saudara/i, tidak / belum tercantum dalam Warta Jemaat atau tidak sesuai dengan jumlah pemberian, kami mohon segera menghubungi

Dalam perkembangan terakhir ini, hermeneutika dipahami sebagai sebuah teori, metodologi dan praksis penafsiran, yang digerakkan ke arah penangkapan makna dari

Adapun deskripsi hasil penelitian yang telah dilakukan maka didapat hasil proses pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan berdasarkan persepsi siswa dalam mengikuti

Oleh karena itu, pada Tugas Akhir ini akan dibahas mengenai bentuk konstruksi katamaran dalam membantu tugas TNI AL untuk memonitoring perairan Indonesia

Teknik relaksasi autogenik memberikan sebuah efek menenangkan pada pikiran dan tubuh, dan digunakan untuk mengatasi gangguan fisik yang berhubungan dengan respon emosional berlebih

Jelaslah bahwa di dalam sejarah bangsa Israel, wilayah Palestina telah menjadi wilayah tanah airnya mulai tahun 1460 sM sampai 70M ketika mayoritas mereka dibawa sebagai tawanan

Melalui "Penelitian Klasifikasi Bahasa-bahasa Daerah di Sulawesi Selatan 1999-2001", dapat diambil data dialek Bambam dan Matangnga. Juga dapat diambil data Pannei.