SKRIPSI
PENGARUH
GOOD CORPORATE GOVERNANCE
TERHADAP
KINERJA PERUSAHAAN
PROPERTY
DAN
REAL ESTATE
YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
TAHUN 2008-2010
OLEH
RIDHA ALHAMDI 080503060
PROGRAM STUDI AKUNTANSI DEPARTEMEN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya
yang berjudul “Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Kinerja
Perusahaan Property dan Real Estate Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indoensia Tahun 2008-2010” adalah benar hasil karya tulis saya sendiri yang disusun sebagai tugas akademik guna menyelesaikan beban akademik pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari perusahaan atau lembaga, dan/atau saya kutip dari hasil karya orang lain telah mendapat izin, dan/atau dituliskan sumbernya secara jelas sesuai norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.
Apabila di kemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan plagiat dalam skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Medan, 29 Juni 2012 Yang Membuat Pernyataan,
ABSTRAK
PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN PROPERTY & REAL ESTATE YANG TERDAFTAR DI
BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2008-2010
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh good corporate governance terhadap kinerja perusahaan. Variabel independen dalam penelitian ini adalah dewan komisaris, komisaris independen, dewan direksi, dan komite audit serta kinerja keuangan perusahaan sebagai variabel dependen yang diproksikan dengan return on equity (ROE).
Populasi yang digunakan adalah perusahaan property dan real estate yang terdaftar pada tahun 2008 sampai dengan 2010 yang menerbitkan laporan tahunan dan telah diaudit serta dipublikasikan di Bursa Efek Indonesia (BEI). Data ini dapat diakses melalui situs yang tersedia yaitu www.idx.co.id.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa good corporate governance yang diproksikan kedalam dewan komisaris, komisaris independen, dewan direksi, dan komite audit bukan merupakan indikator yang berpengaruh besar terhadap besarnya kinerja perusahaan real estate dan property yang terdaftar di BEI tahun 2008- 2010. Berdasarkan penelitian ini seluruh variabel independen tidak berpengaruh terhadap kinerja perusahaan baik secara parsial maupun secara simultan.
Pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling dan total sampel yang diperoleh per tahun sebanyak 22 perusahaan. Metode analisis dari penelitian ini meliputi analisis statistik deskriptif, uji asumsi klasik, uji hipotesis, uji t dan uji F dimana data tersebut dianalisis menggunakan software SPSS versi 17.
ABSTRACT
THE INFLUENCE OF GOOD CORPORATE GOVERNANCE TO THE COMPANY PERFORMANCE OF REAL ESTATE AND PROPERTY THAT
LISTED IN INDONESIAN STOCK EXCHANGE 2008-2010
The purpose of this research is to know the influence of Good Corporate Governance to company performance. Board of commissioners, independent commissioners, board of directors and audit committee are independent variables in this study and the company's financial performance as dependent variables which is proxied by return on equity (ROE).
The population of this research are property and real estate companies that listed in the year 2008 up to 2010, which publishes an annual report and audited on the Indonesia Stock Exchange (BEI). This data can be accessed through the websites available is www.idx.co.id. Sampling was used purposive sampling method and obtained a total sample of 22 companies per year. Methods of analysis of this research include test classic assumptions, hypothesis testing, the t test and F test where the data were analyzed using SPSS software version 17.
The results of this study suggest that Good Corporate Governance which is proxied into the board of commissioners, independent commissioners, board of directors, and audit committee are not an indicator to give big influence in company performance of real estate and property that listed on the Stock Exchange in 2008 to 2010. Based on this study, all the independent variables had no effect on the company's performance either partially or simultaneously.
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan segala puji dan syukur kepada Bapa Surgawi atas
segala kasih karunia dan berkat-Nya yang melimpah, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Good Corporate Governance
Terhadap Kinerja Perusahaan Property dan Real Estate Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indoensia Tahun 2008-2010” sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Sarjana (S1) Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi
Universitas Sumatera Utara.
Dalam menyelesaikan skripsi ini, banyak pihak yang telah berperan
memberikan bimbingan, masukan, dan motivasi sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini. Pada kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati,
tulus dan ikhlas penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec, selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Dr. Syafruddin Ginting Sugihen, MAFIS, Ak, dan Bapak Drs.
Hotmal Ja’far, M.M., Ak, selaku Ketua Departemen Akuntansi dan
Sekretaris Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera
Utara.
3. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si, Ak, dan Dra. Mutia Ismail, M.M, Ak,
selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi Akuntansi S1 Fakultas
4. Bapak Drs. Hotmal Ja’far, M.M., Ak, selaku Dosen Pembimbing yang
telah memberikan arahan, bimbingan, saran dan waktu yang diberikan
kepada penulis selama penyusunan skripsi.
5. Bapak Drs. Erwin Abubakar, M.B.A., Ak, selaku Dosen Penilai yang telah
memberikan masukan dan arahan kepada penulis.
6. Teristimewa kepada Orang Tua ku Tercinta, ayahanda H. Drs. Bahril
Datuk, M.M., dan ibunda Hj. Eni Patra, S.Pd, serta kakak dan abangku dr.
Titi Amalia dan Aditya Kurniawan, S.kom., MMSI. atas semua bentuk
curahan kasih sayang, motivasi, doa beserta dukungan spiritual dan materi
yang tidak akan pernah terbalaskan untuk mencapai kesuksesan Penulis.
Akhir kata Penulis mengucapkan semoga skripsi ini bermanfaat bagi pihak
yang berkepentingan dan terlebih kepada Penulis sendiri.
Medan, 29 Juni 2012
Yang Membuat Pernyataan,
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK... i
ABSTRACT... ii
KATA PENGANTAR... iii
DAFTAR ISI... v
DAFTAR TABEL... vii
DAFTAR GAMBAR... viii
DAFTAR LAMPIRAN... ix
BAB I :PENDAHULUAN... 1 Governance... 15
2.1.1.4 Manfaat penerapan Good Corporate Governance... 16
3.6 Metode Analisis Data... 36
DAFTAR PUSTAKA... 58
DAFTAR TABEL
No. Tabel Judul Halaman
2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu ... 22
3.1 Daftar Perusahaan Property dan Real Estate 2008-2010...31
4.1 Hasil Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test .... 43
4.2 Hasil Uji Autokorelasi ... 45
4.3 Hasil Uji Multikolinearitas ... 47
4.4 Analisis Regresi ... 48
4.5 Uji-t... 50
DAFTAR GAMBAR
No. Gambar Judul Halaman
DAFTAR LAMPIRAN
No. Tabel Judul Halaman
Lampiran i Daftar Sampel Perusahaan Property dan Real Estate
2008-2010…....………..60
Lampiran ii Data Variabel Penelitian tahun 2008-2010...62
Lampiran iii Hasil Uji Normalitas Sebelum Transformasi ...66
Hasil Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test ... 66
Histogram ... 67
Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual ... 67
Hasil Uji Autokorelasi ... 67
Hasil Uji Heteroskedastisitas...68
Hasil Uji Multikolieneritas ... 69
Analisa Regresi ... 69
Uji t... 70
ABSTRAK
PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN PROPERTY & REAL ESTATE YANG TERDAFTAR DI
BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2008-2010
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh good corporate governance terhadap kinerja perusahaan. Variabel independen dalam penelitian ini adalah dewan komisaris, komisaris independen, dewan direksi, dan komite audit serta kinerja keuangan perusahaan sebagai variabel dependen yang diproksikan dengan return on equity (ROE).
Populasi yang digunakan adalah perusahaan property dan real estate yang terdaftar pada tahun 2008 sampai dengan 2010 yang menerbitkan laporan tahunan dan telah diaudit serta dipublikasikan di Bursa Efek Indonesia (BEI). Data ini dapat diakses melalui situs yang tersedia yaitu www.idx.co.id.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa good corporate governance yang diproksikan kedalam dewan komisaris, komisaris independen, dewan direksi, dan komite audit bukan merupakan indikator yang berpengaruh besar terhadap besarnya kinerja perusahaan real estate dan property yang terdaftar di BEI tahun 2008- 2010. Berdasarkan penelitian ini seluruh variabel independen tidak berpengaruh terhadap kinerja perusahaan baik secara parsial maupun secara simultan.
Pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling dan total sampel yang diperoleh per tahun sebanyak 22 perusahaan. Metode analisis dari penelitian ini meliputi analisis statistik deskriptif, uji asumsi klasik, uji hipotesis, uji t dan uji F dimana data tersebut dianalisis menggunakan software SPSS versi 17.
ABSTRACT
THE INFLUENCE OF GOOD CORPORATE GOVERNANCE TO THE COMPANY PERFORMANCE OF REAL ESTATE AND PROPERTY THAT
LISTED IN INDONESIAN STOCK EXCHANGE 2008-2010
The purpose of this research is to know the influence of Good Corporate Governance to company performance. Board of commissioners, independent commissioners, board of directors and audit committee are independent variables in this study and the company's financial performance as dependent variables which is proxied by return on equity (ROE).
The population of this research are property and real estate companies that listed in the year 2008 up to 2010, which publishes an annual report and audited on the Indonesia Stock Exchange (BEI). This data can be accessed through the websites available is www.idx.co.id. Sampling was used purposive sampling method and obtained a total sample of 22 companies per year. Methods of analysis of this research include test classic assumptions, hypothesis testing, the t test and F test where the data were analyzed using SPSS software version 17.
The results of this study suggest that Good Corporate Governance which is proxied into the board of commissioners, independent commissioners, board of directors, and audit committee are not an indicator to give big influence in company performance of real estate and property that listed on the Stock Exchange in 2008 to 2010. Based on this study, all the independent variables had no effect on the company's performance either partially or simultaneously.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tujuan penting dalam pendirian perusahaan adalah untuk meningkatkan
nilai perusahaan dengan meningkatkan kemakmuran pemilik atau para pemegang
sahamnya. Namun terkadang dalam menjalankan perusahaan, manajer sebagai
pengelola perusahaan mempunyai tujuan yang berbeda terutama dalam hal
peningkatan prestasi individu dan kompensasi yang akan diterima, yang akan
menyebabkan jatuhnya harapan investor tentang pengembalian (return) atas dana
yang telah mereka tanamkan. Oleh karena itu, diperlukan adanya suatu sistem
yang menjembatani pemisahan kepentingan antara pemilik dan pengelola di dalam
suatu perusahaan.
Pemisahan ini diharapkan dapat mensejajarkan kepentingan pemilik atau
pemegang saham dengan kepentingan manajer selaku pengelola perusahaan.
Sistem tersebut adalah dengan pengelolaan perusahaan yang baik (Good
Corporate Governanc-GCG). Dengan adanya good corporate governance
diharapkan dapat berfungsi sebagai alat untuk memberikan keyakinan kepada para
investor bahwa mereka akan menerima return atas dana yang telah mereka
investasikan.
Good corporate governance atau tata kelola perusahaan yang baik
membantu terciptanya hubungan yang kondusif dan dapat dipertanggungjawabkan
pemegang saham) dalam rangka meningkatkan kinerja perusahaan. Dalam
paradigma ini, dewan komisaris berada pada posisi untuk memastikan bahwa
manajemen telah benar-benar bekerja demi kepentingan perusahaan sesuai strategi
yang telah ditetapkan serta menjaga kepentingan para pemegang saham yaitu
untuk meningkatkan nilai ekonomis perusahaan.
Masalah corporate governance muncul karena terjadinya pemisahan antara
kepemilikan dan pengendalian perusahaan sehingga berpengaruh terhadap kinerja
perusahaan. Lemahnya penerapan goodcorporate governance juga menyebabkan
berkurangnya kinerja dalam perusahaan. Mengingat bahwa akhir-akhir ini
corporate governance merupakan salah satu topik pembahasan sehubungan
dengan semakin gencarnya publikasi tentang kecurangan (fraud) maupun
keterpurukan bisnis yang terjadi sebagai akibat kesalahan yang dilakukan oleh
para eksekutif manajemen, maka hal ini menimbulkan suatu tanda tanya tentang
corporate governance. Demikian pula halnya tentang kredibilitas proses
penyusunan laporan keuangan perusahaan dipertanyakan. Oleh karena itu adalah
suatu hal yang wajar dan penting bagi semua pihak yang terkait dengan proses
penyusunan laporan keuangan untuk mengupayakan mengurangi bahkan
menghilangkan krisis kepercayaan dengan mengkaji kembali peranan
masing-masing dalam proses penyusunan tersebut.
Dengan adanya tata kelola perusahaan yang baik (good corporate
governance) seperti adanya monitoring dengan cara memperbesar kepemilikan
saham perusahaan oleh manajemen dan peran monitoring yang dilakukan dewan
Bentuk penerapan corporate governance yang lain adalah pembentukan
dewan komisaris. Dewan komisaris terdiri dari komisaris independen
sekurang-kurangnya 30% dari jumlah seluruh anggota. Selain dewan komisaris, komite
audit juga memiliki peran penting dalam mengawasi pelaksanaan corporate
governance. Anggota komite audit sekurang-kurangnya terdiri atas tiga orang
yang seorang diantaranya merupakan komisaris independen. Demikian juga
komite audit mempunyai peran yang sangat penting dan strategis dalam hal
memelihara kredibilitas proses penyusunan laporan keuangan seperti halnya
menjaga terciptanya sistem pengawasan perusahaan yang memadai serta
dilaksanakannya good corporate governance.
Dewan direksi dalam suatu perusahaan bertugas menentukan kebijakan yang
akan diambil atau strategi perusahaan tersebut secara jangka pendek maupun
jangka panjang, sedangkan peran dewan komisaris dalam suatu perusahaan lebih
ditekankan pada fungsi monitoring dari implementasi kebijakan direksi. Peran
komisaris ini diharapkan akan meminimalisir permasalahan yang timbul antara
dewan direksi dengan pemegang saham. Oleh karena itu dewan komisaris
seharusnya dapat mengawasi kinerja dewan direksi sehingga kinerja yang
dihasilkan sesuai dengan kepentingan pemegang saham.
Corporate governance merupakan suatu sistem yang mengatur dan
mengendalikan perusahaan yang diharapkan dapat memberikan serta
meningkatkan nilai perusahaan kepada para pemegang saham. Dengan demikian,
perusahaan. Corporate governance yang efektif dalam jangka panjang dapat
meningkatkan kinerja perusahaan dan menguntungkan para pemegang saham.
Konsep good corporate governance diharapkan dapat melindungi pemegang
saham dan kreditur agar dapat memperoleh kembali investasinya. Penelitian yang
dilakukan oleh Asian Development Bank (ADB) menyimpulkan penyebab krisis
ekonomi di negara-negara Asia, termasuk Indonesia, adalah (1) mekanisme
pengawasan dewan komisaris (board of director) dan komite audit (audit
committee) suatu perusahaan tidak berfungsi dengan efektif dalam melindungi
kepentingan pemegang saham dan (2) pengelolaan perusahaan yang belum
profesional. Penerapan konsep good corporate governance diharapkan dapat
meningkatkan profesionalisme dan kesejahteraan pemegang saham tanpa
mengabaikan kepentingan pemegang saham.
Good corporate governance secara definitif merupakan sistem yang
mengatur dan mengendalikan perusahaan untuk menciptakan nilai tambah (value
added) untuk semua stakeholder. Ada dua hal yang ditekankan dalam konsep ini,
pertama, pentingnya hak pemegang saham untuk memperoleh informasi dengan
benar (akurat) dan tepat pada waktunya dan kedua, kewajiban perusahaan untuk
melakukan pengungkapan (disclosure) secara akurat, tepat waktu, dan transparans
terhadap semua informasi kinerja perusahaan, kepemilikan, dan stakeholder.
Prinsip-prinsip dasar dari good corporate governance pada dasarnya
memiliki tujuan untuk memberikan kemajuan terhadap kinerja suatu perusahaan.
good corporate governance lebih condong pada serangkaian pola perilaku
perlakuan terhadap para pemegang saham. Sehingga dapat dijadikan sebagai dasar
analisis dalam mengkaji good corporate governance di suatu negara dengan
memenuhi transparansi dan akuntabilitas dalam pengambilan keputusan yang
sistematis yang dapat digunakan sebagai dasar pengukuran yang lebih akurat
mengenai kinerja perusahaan.
Riset The Indonesian Institute for Corporate Governance (IICG), 2002,
menemukan bahwa alasan utama perusahaan menerapkan good corporate
governance adalah kepatuhan terhadap peraturan. Perusahaan meyakini bahwa
implementasi good corporate governance merupakan bentuk lain penegakan etika
bisnis dan etika kerja yang sudah lama menjadi komitmen perusahaan, dan
implementasi good corporate governance yang berhubungan dengan peningkatan
citra perusahaan. Perusahaan yang mempraktikkan good corporate governance
akan mengalami perbaikan citra, dan peningkatan nilai perusahaan.
Secara teoritis, praktik good corporate governance dapat meningkatkan
nilai perusahaan sehingga lebih meningkatkan kinerja keuangan mereka serta
mengurangi risiko yang dapat menguntungkan pihak dewan secara sepihak, dan
umumnya corporate governance dapat meningkatkan kepercayaan investor.
Sebaliknya, corporate governance yang buruk dapat menurunkan tingkat
kepercayaan investor. Secara umum penerapan prinsip-prinsip good corporate
governance secara konkret, memiliki tujuan terhadap perusahaan sebagai berikut:
1. Memudahkan akses terhadap investasi domestik maupun asing
3. Memberikan keputusan yang lebih baik dalam meningkatkan kinerja ekonomi
perusahaan
4. Meningkatkan keyakinan dan kepercayaan dari stakeholder terhadap
perusahaan
5. Melindungi direksi dan komisaris dari tuntutan hukum
Beberapa penelitian terdahulu cukup banyak dilakukan para akademisi dan
peneliti mengenai hubungan adanya pengaruh antara good corporate governance
dengan kinerja perusahaan. Rudi Isnanta (2008) meneliti pengaruh good
corporate governance dan struktur kepemilikan terhadap manajemen laba dan
kinerja keuangan. Penelitian ini menggunakan kepemilikan manajerial, proporsi
dewan komisaris, komite audit, struktur kepemilikan tersebar dan terkonsentrasi
sebagai proksi variabel corporate governance dan struktur kepemilikan.
Sedangkan kinerja perusahaan diproksikan dengan kinerja keuangan Cash flow
Return on Asset (CFROA). Berdasarkan hasil analisis secara keseluruhan
menunjukkan bahwa corporate governance tidak terbukti berpengaruh secara
signifikan terhadap manajemen laba, namun berpengaruh secara langsung
terhadap kinerja keuangan perusahaan. Hasil yang sama juga terjadi pada
pengaruh struktur kepemilikan terhadap kinerja keuangan adalah signifikan,
sedangkan pengaruh struktur kepemilikan terhadap manajemen laba tidak
signifikan.
Penelitian Nanik Nurhayati (2010) yang berjudul pengaruh good corporate
governance terhadap kinerja keuangan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek
Perusahaan diukur dengan keuangan perusahaan. Penelitian ini menunjukkan
bahwa good corporate governance yang di proksikan ke dalam kepemilikan
institusional mempunyai pengaruh terhadap kinerja keuangan. Sedangkan
kepemilikan manajerial, ukuran dewan komisaris, proporsi dewan komisaris
independen tidak mempunyai pengaruh terhadap kinerja keuangan.
Daniel Pasarella Tarigan (2011) meneliti pengaruh struktur kepemilikan,
ukuran perusahaan, dan praktek corporate governance terhadap kinerja keuangan
perusahaan perbankan yang terdaftar Di Bursa Efek Indonesia. Penelitian ini
menggunakan variabel Ukuran dewan Komisaris, Proporsi dewan komisaris
independen, komite audit, struktur kepemilikan, ukuran perusahaan. Sedangkan
kinerja diproksikan dengan kinerja keuangan Cash Flow Return of Asset
(CFROA). Berdasarkan hasil analisis secara keseluruhan menunjukkan secara
parsial variabel ukuran dewan komisaris, proporsi dewan komisaris independen,
dan komite audit tidak berpengaruh Cash Flow Return of Asset (CFROA), tetapi
secara simultan berpengaruh terhadap kinerja perusahaan.
Sawitri Sekar Edi (2011) membahas pengaruh antara mekanisme corporate
governance dengan kinerja keuangan perusahaan. Penelitian ini menggunakan
variabel dewan komisaris, dewan komisaris independen, dewan direksi, komite
audit dan kepemilikan institusional. Sedangkan kinerja keuangan perusahaan
diukur dengan TOBIN’s Q. Adapun hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
kepemilikan institusional berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja
keuangan perusahaan, dewan komisaris independen berpengaruh negatif
berpengaruh positif tidak signifikan terhadap pasar sedangkan terhadap kinerja
operasional berpengaruh negatif signifikan, dan komite audit berpengaruh negatif
tidak signifikan terhadap pasar sedangkan berdasarkan operasional perusahaan
berpengaruh negatif signifikan.
Sektor Property dan Real Estate di Indonesia merupakan bidang yang
menjanjikan untuk berkembang di Indonesia melihat potensi jumlah penduduk
yang yang besar dengan rasio pemilikan rumah yang cukup rendah. Property dan
Real Estate sedang mengalami pertumbuhan yang signifikan pasca krisis financial
global yang berawal dari masalah kredit macet perumahan di Amerika Serikat.
Berdasarkan fenomena dan hasil penelitian yang dijelaskan di atas, maka
judul dari penelitian ini adalah “Pengaruh Good Corporate Governance
terhadap Kinerja Perusahaan Real Estate dan Properti yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia tahun 2008 – 2010.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk
meneliti sebagai berikut :
1. Apakah dewan komisaris berpengaruh terhadap kinerja perusahaan?
2. Apakah komisaris independen berpengaruh terhadap kinerja perusahaan?
3. Apakah dewan direksi berpengaruh terhadap kinerja perusahaan?
4. Apakah komite audit berpengaruh terhadap kinerja perusahaan?
5. Apakah corporate governance yakni proporsi dewan direksi, dan komite
1.3 Tujuan Penelitian
Sebagaimana telah dinyatakan dalam rumusan masalah di atas, maka tujuan
dari penelitian ini adalah untuk membuktikan secara empiris mengenai:
1. Pengaruh dewan komisaris terhadap kinerja perusahaan
2. Pengaruh komisaris independen terhadap kinerja perusahaan
3. Pengaruh dewan direksi terhadap kinerja perusahaan
4. Pengaruh komite audit terhadap kinerja perusahaan
5. Pengaruh dewan komisaris, komisaris independen, dewan direksi, dan
komite audit terhadap kinerja perusahaan
1.4. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang lebih baik kepada
berbagai kalangan, antara lain:
1. Peneliti lain
Penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan wawasan dan pengetahuan
yang berkaitan dengan Good Corporate Governance, kinerja perusahaan
dan dapat digunakan sebagai acuan bagi peneliti selanjutnya.
2. Akademisi
Penelitian ini diharapkan dapat menambah bukti empiris dari penelitian
sebelumnya mengenai praktik Good corporate governance yang berkaitan
3. Perusahaan
Penelitian ini diharapkan dapat berguna dalam penerapan Good Corporate
Governance terhadap kinerja perusahaan serta hasil penelitian dapat
digunakan sebagai masukan dalam proses pengambilan keputusan di
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Teoritis
2.1.1 Good Corporate Governance
2.1.1.1 Pengertian Good Corporate Governance
Istilah corporate governance pertama sekali diperkenalkan
oleh Cadbury Comitee pada tahun 1992, dimana mereka
menggunakan istilah tersebut dalam laporan keuangannya yang
dikenal dengan Cadbury Report. Cadbury Report menjelaskan
corporate governance sebagai seperangkat aturan yang
merumuskan hubungan antara para pemegang saham, manajer,
kreditor, pemerintah, karyawan, dan pihak–pihak yang
berkepentingan lainnya, baik internal maupun eksternal
sehubungan dangan hak – hak dan tanggung jawab mereka.
Good corporate governance dijelaskan oleh IICG
(Indonesian institute of Corporate Governance) sebagai proses dan
struktur yang diterapkan dalam menjalankan perusahaan, dengan
tujuan utama meningkatkan nilai pemegang saham dalam jangka
panjang, dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholders
yang lain. Good corporate governance juga mensyaratkan adanya
struktur perangkat untuk mencapai tujuan dan pengawasan atas
hukum, peraturan dan kaidah yang wajib dipenuhi, yang dapat
mendorong kinerja perusahaan bekerja secara efisien,
menghasilkan nilai ekonomi jangka panjang yang
berkesinambungan bagi para pemegang saham maupun masyarakat
sekitar secara keseluruhan.
Pengertian tentang good corporate governance dapat
dimasukkan dalam dua kategori. Kategori pertama, lebih condong
pada serangkaian pola perilaku perusahaan yang diukur melalui
kinerja, pertumbuhan, struktur pembiayaan, perlakuan terhadap
para pemegang saham, dan stakeholders. Kategori kedua lebih
melihat pada kerangka secara normatif, yaitu segala ketentuan
hukum baik yang berasal dari sistem hukum, sistem peradilan,
pasar keuangan, dan sebagainya yang mempengaruhi perilaku
perusahaan.
Menurut IICG dalam Sari (2010) (The Indonesian Institute
for Corporate Governance) terdapat 7 dimensi/ konsep penerapan
GCG, yang diambil dari panduan yang telah ditetapkan oleh OECD
dan KNKCG. Tujuh dimensi tersebut yaitu:
1. Komitmen terhadap tata kelola perusahaan-sistem manajemen yang mendorong anggota perusahaan menyelenggarakan tata kelola perusahaan yang baik
2. Tata kelola dewan komisaris-sistem manajemen yang memungkinkan optimalisasi peran anggota dewan komisaris dalam membantu penyelenggaraan tata kelola perusahaan yang baik
fungsional dalam penyelenggaraan tata kelola perusahaan yang baik
4. Dewan direksi-sistem manajemen yang memungkinkan optimalisasi peran anggota dewan direksi dalam penyelenggaraan tata kelola perusahaan yang baik
5. Transparansi dan Akuntabilitas, sistem manajemen yang mendorong adanya pengungkapan informasi yang relevan, akurat, dan dapat dipercaya, tepat waktu,jelas, konsisten dan dapat diperbandingkan tentang kegiatan perusahaan
6. Perlakuan terhadap pemegang saham-sistem manajemen yang menjamin perlakuan yang setara terhadap pemegang saham dan calon pemegang saham
7. Peran pihak berkepentingan lainnya (stakeholders), sistem
manajemen yang dapat meningkatkan peran pihak
berkepentingan lainnya
2.1.1.2 Prinsip-Prisip Good Corporate Governance
Pada dasarnya prinsip-prinsip dasar dari good corporate
governance (GCG) memiliki tujuan untuk memberikan kemajuan
terhadap kinerja perusahaan. Secara umum, penerapan corporate
governance secara konkret, memiliki tujuan terhadap perusahaan
sebagai berikut:
1. Memudahkan akses terhadap investasi domestik maupun asing.
2. Mendapatkan cost of capital yang lebih murah.
3. Memberi kepuasan yang lebih baik dalam meningkatkan
kinerja ekonomi perusahaan.
4. Meningkatkan keyakinan dan kepercayaan diri stakeholder
terhadap perusahaan.
5. Melindungi direksi dan komisaris dari tuntutan hukum.
Dari berbagai tujuan tersebut pemenuhan kepentingan
fungsinya masing-masing dalam suatu perusahaan, merupakan
tujuan utama yang hendak dicapai. Prinsip-prinsip dari corporate
governance yang menjadi indikator, sebagaimana dijelaskan oleh
Organization for Economic Cooperation and Development
(OECD) dalam Sari (2010), adalah:
1. Fairness (Keadilan)
Prinsip keadilan (fairness) merupakan prinsip perlakuan yang adil bagi seluruh pemegang saham. Keadilan disini diartikan sebagai perlakuan yang sama terhadap para pemegang saham, terutama kepada pemegang saham minoritas dan pemegang saham asing dari kecurangan, dan kesalahan perilaku insider. Dalam melaksanakan kegiatannya, perusahaan harus senantiasa memperhatikan kepentingan pemegang saham dan kepentingan lainnya berdasarkan asas kewajaran dan kesetaraan.
2. Transparency (Transparansi)
Transparansi adalah adanya pengungkapan suatu informasi yang terbuka, tepat waktu, serta jelas dan dapat dibandingkan dengan keadaan yang menyangkut tentang keuangan, pengelolaan perusahaan dan kepemilikan perusahaan. Untuk menjaga objektivitas dalam menjalankan bisnis, perusahaan harus menyediakan informasi yang materiil dan relevan dengan cara yang mudah diakses dan dipahami oleh pemakai kepentingan. 3. Accountability (Akuntabilitas)
Akuntabilitas menekankan pada pentingnya penciptaan sistem pengawasan yang efektif berdasarkan pembagian kekuasaan antara komisaris, direksi, dan pemegang saham yang meliputi monitoring, evaluasi, dan pengendalian terhadap manajemen untuk meyakinkan bahwa manajemen bertindak sesuai dengan kepentingan pemegang saham dan pihak-pihak berkepentingan lainnya.
4. Responsibility (Pertanggungjawaban)
Responsbilitas adalah adanya tanggung jawab pengurus dalam manajemen, pengawasan manajemen serta pertanggungjawaban kepada perusahaan dan para pemegang saham. Prinsip ini mewujudkan dengan kesadaran bahwa tanggungjawab merupakan konsekuensi logis dari adanya wewenang, menyadari akan adanya tanggung jawab sosial, menghindari penyalahgunaan wewenang kekuasaan, menjadi profesioanal dan menjunjung etika dan memelihara bisnis yang kuat.
5. Independency (Independensi)
perusahaan tidak saling mendominasi dan tidak dapat diintervensi oleh pihak lain. Independen diperlukan untuk menghindari adanya potensi konflik kepentingan yang mungkin timbul oleh para pemegang saham mayoritas. Mekanisme ini menuntut adanya rentang kekuasaan antara komposisi komite dalam komisaris, dan pihak luar seperti auditor. Keputusan yang dibuat dan proses yang terjadi harus obyektif tidak dipengaruhi oleh kekuatan pihak-pihak tertentu.
Prinsip-prinsip transparansi, keadilan, akuntabilitas,
responsibilitas dan independen GCG dalam mengurus perusahaan,
sebaiknya diimbangi dengan goodfaith ( bertindak atas itikad baik)
dan kode etik perusahaan serta pedoman GCG, agar visi dan misi
perusahaan yang berwawasan internasional dapat terwujud.
Pedoman GCG yang telah dibuat oleh Komite Nasional Corporate
Governance hendaknya dijadikan kode etik perusahaan yang dapat
memberikan acuan pada pelaku usaha untuk melaksanakan GCG
secara konsisten dan konsekuen. Hal ini penting mengingat
kecenderungan aktivitas usaha yang semakin mengglobal dan dapat
dijadikan sebagai ukuran perusahaan untuk menghasilkan suatu
kinerja perusahaan yang lebih baik.
2.1.1.3 Tujuan Penerapan Good Corporate Governance
Tujuan penerapan Good Corporate Governance antara
lain :
a. mengoptimalkan pemberdayaan sumber daya ekonomis dari
b. melindungi kepentingan pemegang saham dan memperhatikan
kepentingan stakeholder lainnya
c. meningkatkan iklim investasi nasional
d. memperbesar keuntungan secara nasional dari sebuah usaha
yang dikelola secara baik. Pencapaian prestasi yang lebih baik
dan penghematan sumber daya dan modal secara ekonomis
akan meningkatkan produktivitas dalam negeri ketika bersaing
di pasar internasional.
2.1.1.4 Manfaat penerapan Good Corporate Governance
Dengan melaksanakan Corporate Governance, menurut
Forum of Corporate Governance in Indonesia (FCGI) ada
beberapa manfaat yang diperoleh, antara lain :
a. meningkatkan kinerja perusahaan melalui terciptanya proses
pengambilan keputusan yang lebih baik, meningkatkan
efisiensi operasional perusahaan, serta lebih meningkatkan
pelayanan kepada stakeholder
b. mempermudah diperolehnya dana pembiayaan yang lebih
murah dan tidak rigid (karena faktor kepercayaan) yang pada
akhirnya akan meningkatkan Corporate Value
c. mengembalikan kepercayaan investor untuk menanamkan
d. pemegang saham akan puas dengan kinerja perusahaan karena
sekaligus akan meningkatkan shareholder Value dan deviden
Dari tujuan dan manfaat di atas maka dapat disimpulkan
bahwa perusahaan yang menerapkan Good Corporate Governance
akan selalu melindungi kepentingan para pemegang sahamnya
serta pihak-pihak yang juga terkait dalam pengelolaan perusahaan.
Selain itu, dengan adanya penerapan Good Corporate Governance
dapat lebih meningkatkan nilai tambah perusahaan tersebut di mata
publik karena kinerja perusahaan juga lebih terarah dan dapat
meningkatkan laba perusahaan.
2.1.2 Dewan Komisaris
Dewan komisaris merupakan organ peranan penting dalam
pengimplementasian good corporate governance di suatu perusahaan.
Komisaris merupakan organ yang mengawasi kebijaksanaan direksi dalam
menjalankan perusahaan serta memberikan nasihat kepada direksi. Untuk
menjamin pelaksanaan Good Corporate Governance berjalan dengan baik
diperlukan anggota dewan komisaris yang berintegritas tinggi, tidak cacat
hukum, serta mampu bekerja secara profesional tanpa memihak dengan
salah satu pemegang saham pengendali (mayoritas) secara langsung maupun
tidak langsung. Di Indonesia, dewan komisaris merupakan organ yang
bersifat pasif dan tidak dapat menjalankan fungsi pengawasannya secara
dalam perusahaan, sehingga sering kali melakukan intervensi terhadap
kebijakan direksi. Fenomena ini menjadi masalah pada perusahaan yang
sudah go public, sikap pasif dewan komisaris dapat merugikan kepentingan
pemegang saham serta para stakeholder lainnya.
2.1.3 Komisaris Independen
Keberadaan Komisaris Independen adalah sangat diperlukan.
Secara langsung keberadaan Komisaris Independen menjadi penting, karena
didalam praktek sering ditemukan transaksi yang mengandung benturan
kepentingan yang mengabaikan kepentingan pemegang saham publik
(pemegang saham minoritas) serta stakeholder lainnya, terutama pada
perusahaan di Indonesia yang menggunakan dana masyarakat didalam
pembiayaan usahanya. Adanya komisaris independen yang berasal dari luar
perusahaan diharapkan akan direaksi positif oleh pasar (investor), karena
kepentingan investor akan lebih dilindungi.
2.1.4 Dewan Direksi
Dewan direksi sangat berperan penting dalam pengelolaan
perusahaan. Dewan direksi merupakan organ yang berperan penting dalam
perusahaan yang bertindak sebagai agen para pemegang saham untuk
memastikan sutu perusahaan dikelola sesuai dengan tujuan perusahaan.
Menurut Undang-undang Perseroan Terbatas, direksi merupakan organ
kepentingan dan tujuan perseroan serta mewakili perseroan baik di dalam
maupun di luar pengadilan dengan ketentuan anggaran dasar. Dewan direksi
bertanggung jawab penuh atas manajemen perusahaan serta memastikan
perusahaan telah sepenuhnya menjalankan seluruh ketentuan dalam
Anggaran Dsar dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2.1.5 Komite Audit
Komite audit adalah organ tambahan yang diperlukan dalam
pelaksanaan prinsip good corporate governance. Komite audit dibentuk
oleh dewan komisaris untuk melakukan pemeriksaan atau penelitian yang
dianggap perlu terhadap pelaksanaan fungsi direksi dalam melaksanakan
pengelolaan perusahaan serta melaksanakan tugas penting berkaitan dengan
sistem pelaporan keuangan perusahaan. Anggota komite audit diharuskan
mempunyai keahlian yang memadai, karena komite ini memiliki
kewenangan dalam mengakses fasilitas dan data perusahaan, selain itu
komite audit dituntut harus memiliki sikap yang independen. Hal ini perlu
didasari dikarenakan komite audit merupakan pihak yang menjembatani
antara eksternal auditor dan perusahaan yang juga sekaligus menjembatani
antara fungsi pengawasan dewan komisaris dengan internal auditor.
Keberadaan komite audit dalam suatu perseroan terbatas untuk membantu
pemberdayaan (empowerment) dewan komisaris. Oleh karena itu,
2.1.6 Kinerja Perusahaan
Pengukuran kinerja merupakan analisis data serta pengendalian
bagi perusahaan. Pengukuran kinerja digunakan perusahaan untuk
melakukan perbaikan diatas kegiatan operasionalnya agar dapat bersaing
dengan perusahaan lain. Bagi investor informasi mengenai kinerja
perusahaan dapat digunakan untuk melihat apakah mereka akan
mempertahankan investasi mereka di perusahaan tersebut atau mencari
alternatif lain. Selain itu pengukuran juga dilakukan untuk memperlihatkan
kepada penanam modal maupun pelanggan atau masyarakat secara umum
bahwa perusahaan memiliki kreditibilitas yang baik (Munawir,1995).
Kinerja perusahaan dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain
terkonsentrasi atau tidaknya terkonsentrasinya kepemilikan, manipulasi
laba, serta pengungkapan laporan keuangan. Kepemilikan yang banyak
terkonsentrasi oleh institusi akan memudahkan pengendalian sehingga akan
meningkatkan kinerja perusahaan.
Dalam hubungannya dengan kinerja suatu perusahaan dapat dilihat
dari laporan keuangan yang sering dijadikan dasar untuk penilaian kinerja
perusahaan. Salah satu jenis laporan keuangan yang mengukur keberhasilan
operasi perusahaan untuk suatu periode tertentu adalah laporan laba rugi.
Akan tetapi angka laba yang dihasilkan dalam laporan laba rugi seringkali
dipengaruhi oleh metode akuntansi yang digunakan. Disclosure laporan
keuangan akan memberikan informasi yang berguna bagi pemakai laporan
diharapkan dapat menjadi dasar untuk melihat baik tidaknya kinerja
perusahaan.
Kinerja perusahaan dapat dinilai melalui berbagai macam indikator
atau variabel untuk mengukur keberhasilan perusahaan, pada umumnya
berfokus pada informasi kinerja yang berasal dari laporan keuangan.
Laporan keuangan tersebut bermanfaat untuk membantu investor, kreditor,
calon investor dan para pengguna lainnya dalam rangka membuat keputusan
investasi, keputusan kredit, analisis saham serta menentukan prospek suatu
perusahaan di masa yang akan datang.
Return On Equity (ROE) merupakan salah satu pengukuran kinerja
keuangan perusahaan. Rasio ini digunakan untuk mengukur kinerja
perusahaan dalam mengelola modal yang tersedia untuk menghasilkan laba
setelah pajak. Semakin besar ROE, semakin besar pula tingkat keuntungan
yang dicapai perusahaan sehingga kemungkinan suatu perusahaan dalam
kondisi bermasalah semakin kecil. Investor lebih tertarik pada seberapa
besar kemampuan perusahaan memperoleh keuntungan terhadap modal
yang ia tanamkan. Alasannya adalah rasio ini banyak diamati oleh para
pemegang saham serta para investor di pasar modal yang ingin membeli
saham bank yang bersangkutan. Kenaikan dalam rasio ini berarti terjadi
kenaikan laba bersih perusahaan, kenaikan tersebut akan menyebabkan
kenaikan harga saham perusahaan dan meningkatkan kinerja perusahaan.
Penilaian kinerja perusahaan dilakukan bertujuan untuk
mematuhi standar perilaku yang ditetapkan sebelumnya agar tercapai tujuan
perusahaan yang baik. Melalui penilaian kinerja, maka perusahaan dapat
memilih strategi dan struktur keuangannya.
2.2 Tinjauan Peneliti Terdahulu
Tabel 2.1
Ringkasan Penelitian Terdahulu
No Nama
Peneliti
Judul Variabel Penelitian Hasil Penelitian
1. Rudi Isnanta,
2008
Pengaruh Corporate Governance dan Struktur
Variabel independen : kepemilikan manajerial, proporsi dewan
komisaris, komite audit, struktur audit, struktur kepemilikan
Variabel dependen : manajemen laba dan kinerja keuangan
Good Corporate Governance tidak berpengaruh
Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Kinerja Keuangan
Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Variabel independen : Good corporate
Governance
3. Daniel Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia
Variabel dependen : Kinerja keuangan perusahaan
Secara parsial variabel ukuran dewan komisaris, proporsi dewan komisaris independen, dan komite audit tidak berpengaruh
Pengaruh Corporate Governance
terhadap kinerja keuangan perusahaan
Variabel independen : dewan komisaris, dewan komisaris independen, dewan direksi, komite audit dan kepemilikan institusional
Variabel dependen : Kinerja keuangan perusahaan
Kepemilikan institusional, dewan komisaris dan dewan direksi berpengaruh
1. Rudi Isnanta (2008)
Penelitian yang dilakukan oleh Rudi Isnanta (2008) berjudul “Pengaruh Good Corporate Governance dan Struktur Kepemilikan terhadap
manajemen laba dan kinerja perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa
adalah struktur kepemlikan, kepemilikan manajerial, proporsi dewan
komisaris dan komite audit. Variabel dependen yang digunakan dalam
penelitian ini adalah manajemen laba dan kinerja perusahaan. Objek
penelitian adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI dengan
rentang waktu 2003-2006. Hasil penelitian ini menemukan bahwa
kepemilikan manajerial, proporsi dewan komisaris dan komite audit tidak
berpengaruh terhadap manajemen laba tetapi berpengaruh terhadap kinerja
perusahaan. Perbedaan penulis dengan penelitian Rudi Isnanta (2008)
terdapat pada variabel independennya yaitu kepemilikan manajerial, struktur
audit dan struktur kepemilikan serta variabel dependen yang digunakan
adalah manajemen laba dan kinerja keuangan di ukur dengan CFROA.
2. Nanik Nurhayati, (2010)
Nanik Nurhayati (2010) melakukan analisa penelitian berjudul “Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Kinerja Keuangan Perbankan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia”. Variabel independen yang digunakan
pada penelitian ini antara lain kepemilikan institusional, kepemilikan
manajerial, ukuran dewan komisaris, proporsi dewan komisaris independen,
dan ukuran perusahaan, Variabel dependen dalam penelitian ini adalah
kinerja keuangan perusahaan. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini
adalah perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI pada tahun 2006 – 2008.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel kepemilikan institusional
mempunyai pengaruh terhadap kinerja keuangan. Sedangkan kepemilikan
independen tidak mempunyai pengaruh terhadap kinerja keuangan. Terdapat
perbedaan penelitian penulis dengan Nanik Nurhayati (2010) yaitu pada variabel independen dimana beliau memproksikannya dalam kepemilikan
institusional dan kepemilikan manajerial serta variabel dependen yang
diukur dengan kinerja keuangan perusahaan.
3. Daniel Pasarella Tarigan, (2011)
Daniel Pasarella Tarigan (2011) membahas “Pengaruh Struktur
Kepemilikan, Ukuran Perusahaan, Dan Praktek Corporate Governance
Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di
Bursa Efek Indonesia”. Variabel independen dalam penelitian ini adalah
Ukuran dewan Komisaris, Proporsi dewan komisaris independen, komite
audit, struktur kepemilikan, ukuran perusahaan. Variabel dependen yang
digunakan dalam penelitian ini adalah cash flow return on asset (CFROA).
Secara parsial variabel ukuran dewan komisaris, proporsi dewan komisaris
independen, dan komite audit tidak berpengaruh keuangan perusahaan,
tetapi secara simultan berpengaruh terhadap kinerja perusahaan. Variabel
yang menjadi pembeda antara penulis dengan Daniel Pasarella Tarigan (2011) terdapat pada struktur kepemilikan dan ukuran perusahaan sebagai variabel indepeden serta pengukuran kinerja perusahaan sebagai variabel
dependen dengan menggunakan CFROA.
4. Sawitri Sekar Edi, (2011)
yang digunakan dalam penelitian ini adalah dewan komisaris, dewan
komisaris independen, dewan direksi, komite audit dan kepemilikan
institusional. Variabel dependen yang digunakan dalam penelitiaan ini
adalah kinerja keuangan perusahaan. Objek penelitian adalah perusahaan
yang terdaftar di LQ45 dengan rentang waktu 2005-2009. Hasil penelitian
ini menunjukkan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh positif
signifikan terhadap kinerja keuangan perusahaan, dewan komisaris
independen berpengaruh negatif signifikan, dewan komisaris berpengaruh
positif tidak signifikan, dewan direksi berpengaruh positif tidak signifikan
terhadap pasar sedangkan terhadap kinerja operasional berpengaruh negatif
signifikan, dan komite audit berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap
pasar sedangkan berdasarkan operasional perusahaan berpengaruh negatif
signifikan. Perbedaan antara penulis dengan Sawitri Sekar Edi (2011) terlihat pada variabel independen yaitu kepemilikan institusional dan
2.3 Kerangka Konseptual
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
Good Corporate Governance memiliki tujuan yaitu untuk menciptakan nilai
tambah bagi semua pihak yang berkepentingan. Apabila Good Corporate
Governance dapat berjalan dengan baik maka dapat meningkatkan keberhasilan
usaha dan akuntabilitas perusahaan kemudian kemungkinan kinerja perusahaan
akan meningkat sehingga dapat menarik investor lainnya untuk menanamkan
investasinya di perusahaan tersebut. Variabel good corporate governance yang
diproksikan kedalam dewan komisaris, komisaris independen, dewan direksi, dan
komite audit sebagai variabel independen serta kinerja perusahaan sebagai
variabel dependen. Dalam pengukuran kinerja perusahaan peneliti menggunakan
alat pengukuran yaitu Return Of Equity (ROE).
Good corporate governance merupakan konsep yang didasarkan pada teori
keagenan. Hal ini diharapkan bisa berfungsi sebagai alat untuk memberikan
keyakinan kepada para investor bahwa mereka akan menerima return atas dana
yang telah mereka investasikan. Perspektif hubungan keagenan dapat dijadikan
dasar yang digunakan untuk memahami good corporate governance. Manajer
(agen) memiliki kewajiban untuk memaksimalkan kesejahteraan para pemilik
(prinsipal). Namun disisi lain, manajer juga memiliki kepentingan untuk
memaksimalkan kesejahteraan mereka.
Tujuan utama dari teori keagenan adalah untuk menjelaskan bagaimana
pihak-pihak yang melakukan hubungan kontrak dapat mendesain kontrak tersebut
untuk meminimalisir cost sebagai dampak adanya informasi yang tidak simetris
dan kondisi yang mengalami ketidakpastian. Teori keagenan juga berusaha untuk
menjawab masalah keagenan yang terjadi jika pihak-pihak yang saling bekerja
sama memiliki tujuan dan pembagian kerja yang berbeda.
Dewan komisaris dikatakan dapat meningkatkan kinerja perusahaan
karena apabila dewan komisaris melaksanakan tugasnya dengan baik akan dapat
meningkatkan kepercayaan investor bahwa mereka akan menerima return atas
dana yang telah mereka investasikan. Semakin besar ukuran dewan komisaris,
maka pengawasan yang mereka lakukan akan semakin efektif dan kinerja akan
semakin baik.
Komisaris Independen memiliki tanggung jawab pokok untuk mendorong
diterapkannya prinsip tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate
dapat melakukan tugas pengawasan dan pemberian nasihat kepada Direksi secara
efektif dan lebih memberikan nilai tambah bagi perusahaan.
Dewan direksi juga memiliki peranan yang memberikan pengaruh terhadap
kinerja perusahaan karena proporsi dewan direksi dalam suatu perusahaan akan
menentukan kebijakan yang akan diambil atau strategi perusahaan secara jangka
pendek maupun jangka panjang.
Komite Audit merupakan organ pendukung Dewan Komisaris yang bekerja
secara kolektif dan berfungsi membantu Dewan Komisaris dalam melaksanakan
tugasnya. Peranan Komite audit yang berjalan dengan baik dapat memberikan
pengaruh kinerja perusahaan dan membuat citra perusahaan baik di mata para
investor sehingga meningkatkan kepercayaan investor bahwa mereka akan
menerima return atas dana yang telah mereka investasikan.
2.4 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan uraian teoritis dan kerangka konseptual, maka hipotesis
penelitian yang diajukan dalam penelitian ini adalah :
H1: Dewan komisaris berpengaruh terhadap kinerja perusahaan.
H2: Komisaris Independen berpengaruh terhadap kinerja perusahaan.
H3: Proporsi dewan direksi berpengaruh terhadap kinerja perusahaan.
H4: Jumlah komite audit berpengaruh terhadap kinerja perusahaan.
H5: Dewan komisaris, komisaris independen, proporsi dewan direksi dan
komite audit secara bersama-sama berpengaruh terhadap kinerja
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Desain penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah desain penelitian
kausal. Desain kausal menurut Umar (2003) adalah desain yang berguna untuk
menganalisis hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya. Dalam
penelitian kausal terdapat dua jenis variabel yaitu variabel independen yakni
veriabel yang mempengaruhi dan variabel dependen atau variabel yang
dipengaruhi.
3.2 Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi adalah suatu wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau
subjek yang memiliki kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti guna dipelajari dan ditarik suatu kesimpulan (Erlina 2011). Adapun
populasi penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan yang berada pada bidang
Property dan Real Estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik Purposive
Sampling yaitu teknik penentuan sampel dengan suatu kriteria tertentu.
Perusahaan yang menjadi sampel dalam penelitian ini dipilih berdasarkan
kriteria-kriteria tertentu, sebagai berikut:
1. Perusahaan property dan real estate yang telah terdaftar di Bursa Efek
keuangan dalam Rupiah untuk periode yang berakhir 31 Desember selama
periode tersebut sehingga tersedia data yang lengkap.
2. Perusahaan yang memiliki data lengkap mengenai dewan komisaris,
komisaria independen, dewan direksi dan komite audit.
3. Perusahaan yang memiliki laba positif selama periode pengamatan.
Berdasarkan kriteria tersebut, maka sampel dalam penelitian ini adalah
sebanyak 22 perusahaan dari 51 perusahaan Property dan Real Estate yang
terdaftar di BEI. Sehingga total sampel penelitian ini berjumlah 66 sampel.
Tabel 3.1
Daftar Perusahaan Real Estate dan Property yang menjadi sampel
No Kode Nama Emiten Kriteria Sampel
7 BKSL PT Sentul City (Formerly Bukit
Sentul) Tbk
21 GMTD PT.Gowa Makassar Tourism
Development Tbk
V V V 11
22 GPRA PT Perdana Gapuraprima, Tbk V V V 12
Tbk
24 JRPT PT Jaya Real Property Tbk V V V 13
25 JSPT PT Jakarta Setiabudi Internasional
Tbk
V V X
26 JIHD PT Jakarta International Hotel & Development Tbk.
V V X
27 KARK PT Dayaindo Resources
International Tbk
V V V 14
Metro Supermarket Realty Tbk)
V V X
38 OMRE PT Indonesia Prima Property Tbk V V X
39 PJAA PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk X V V
40 PNSE PT Pudjiadi & Sons Tbk V V V 19
41 PSAB PT J Resources Asia Pasifik Tbk.
(Formerly PT Pelita Sejahtera Abadi Tbk)
X V V
42 PUDP PT Pudjiadi Prestige Tbk V X V
43 PWON PT Pakuwon Jati Tbk V V X
44 PWSI PT Panca Wiratama Sakti Tbk V V X
45 RBMS PT Ristia Bintang Mahkota Sejati
Tbk
V V V 20
46 RODA PT Royal Oak Development Asia
3.3 Jenis dan Sumber Data
Penilitian ini menggunakan data sekunder. Adapun data sekunder yang
diambil bersumber dari laporan keuangan tahunan perusahaan selama periode
2008-2010 yang diperoleh dari situs Bursa Efek Indonesia (BEI) yaitu
3.4 Metode Pengumpulan Data
Pada penelitian ini pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh
informasi yang dibutuhkan dalam rangka mencapai tujuan penelitian. Metode
pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan mengumpulkan data
sekunder berupa laporan tahunan dan laporan keuangan perusahaan Property dan
Real Estate yang dipublikasikan dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)
dengan mendownload melalui situs
menggunakan software pengolah data statistik untuk dianalisis serta dapat diambil
kesimpulan berdasarkan analisis tersebut.
3.5 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel Adapun variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
3.5.1 Variabel Independen
Variabel independen atau variabel bebas adalah variabel yang
dapat mempengaruhi perubahan dalam variabel dependen dan mempunyai
(Erlina, 2011). Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini
adalah good corporate governance.
3.5.1.1 Dewan Komisaris
Peranan dewan komisaris dapat dilihat dari karakteristik
dewan, salah satunya adalah komposisi keanggotaanya. Efektivitas
fungsi pengawasan dewan tercermin dari komposisinya, apakah
pengangkatan anggota dewan berasal dari dalam perusahaan dan
atau dari luar perusahaan. Komposisi dewan komisaris berperan
dalam menjalankan fungsi pengawasan, komposisi dewan dapat
mempengaruhi pihak manajemen dalam menyusun laporan
keuangan sehingga dapat diperoleh suatu laporan laba yang
berkualitas.
3.5.1.2 Komisaris Independen
Komisaris independen merupakan semua komisaris yang
tidak memiliki kepentingan bisnis yang substantial dalam
perusahaan. Komisaris independen yang memiliki
sekurangkurangnya 30% (tiga puluh persen) dari jumlah seluruh
anggota komisaris, berarti telah memenuhi pedoman good
corporate governance guna menjaga independensi, pengambilan
3.5.1.3 Dewan Direksi
Dewan direksi merupakan organ yang berperan penting
dalam perusahaan yang bertindak sebagai agen para pemegang
saham untuk memastikan suatu perusahaan dikelola sesuai dengan
tujuan perusahaan. Dewan direksi diukur dengan menggunakan
jumlah anggota dewan direksi dalam suatu perusahaan.
3.5.1.4 Komite Audit
Komite Audit adalah sekelompok orang yang dipilih oleh
kelompok yang lebih besar untuk mengerjakan pekerjaan tertentu
atau untuk melakukan tugas-tugas khusus atau sejumlah anggota
Dewan Komisaris perusahaan klien yang bertanggungjawab untuk
membantu auditor dalam mempertahankan independensinya dari
manajemen.
3.5.2 Variabel Dependen
Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah
kinerja keuangan perusahaan. Dimana dalam kinerja keuangan perusahaan
merefleksikan segala kinerja fundamental perusahaan. Adapun kinerja
perusahaan diukur dengan data laporan keuangan perusahaan selama
periode 2008-2010. Kinerja keuangan dalam penelitian ini diukur dengan
pengembalian investasi bagi pemegang saham. ROE dihitung dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:
ROE = Net Income Total Equity Keterangan :
ROE = Return on Equity
Net Income = Laba Bersih
Total Equity = Total ekuitas
3.6 Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
statistik yang menggunakan regresi linier berganda dan menggunakan software
SPSS. Data penelitian dikumpulkan untuk diolah, kemudian akan dianalisis untuk
memperoleh jawaban atas permasalahan yang timbul dalam penelitian ini. Metode
dan teknik analisis dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:
3.6.1 Pengujian Asumsi Klasik
Untuk menghasilkan suatu model yang baik, maka analisis regresi
memerlukan pengujian asumsi klasik sebelum melakukan pengujian
3.6.1.1 Uji Normalitas
Tujuan uji normalitas adalah untuk mengatahui apakah
model regresi variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi
normal. Menurut Ghozali (2010), ada dua cara untuk mendeteksi
apakah residual berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan analisi
grafik dan uji statistik. Penelitian ini menggunakan analisis statistik
dengan uji Kolmogrov Smirnov. Pedoman pengambilan keputusan
rentang data tersebut mendekati atau merupakan distribusi normal
berdasarkan uji Kolmogorov Smirnov dapat dilihat dari:
1. Nilai Sig. atau signifikan < 0,05, maka distribusi data adalah
tidak normal.
2. Nilai Sig. atau signifikan>0,05, maka distribusi data adalah
normal (Ghozali, 2010).
3.6.1.2 Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi linier ada korelasi antar kesalahan pengganggu pada
periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode sebelumnya
(Erlina 2011). Uji autokorelasi akan muncul bila data yang dipakai
adalah data runtut waktu (time series). Model regresi yang baik
adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Untuk mendeteksi
adanya autokorelasi bisa digunakan tes Durbin Watson (DW).
1. Angka D-W di bawah -2 berarti ada autokorelasi positif
2. Angka D-W di antara -2 sampai 2 berarti tidak ada
autokorelasi
3. Angka D-W di atas 2 berarti ada autokorelasi negatif
3.6.1.3 Uji Heteroskedastisitas
Uji ini memiliki tujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan
ke pengamatan yang lain. Menurut Erlina (2011), ”jika varians dari
residual satu pengamatan ke pengamatan lainnya tetap, maka
disebut homoroskedastisitas, jika berbeda disebut
heteroskedastisitas.”
Untuk melihat ada atau tidaknya heteroskedastisitas
dilakukan dengan mengamati grafik scatterplot antar nilai prediksi
variabel terikat dengan residualnya. Deteksi ada atau tidaknya
heteroskedstisitas dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola
tertentu pada grafik scarrteplot dengan dasar analisis:
1. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk
pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian
menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi
2. Jika tidak ada pola yang jelas, seperti titik menyebar di atas
dan di bawah angka 0 pada sumbuh Y, maka tidak terjadi
heteroskedastisitas. (Ghozali, 2010).
3.6.1.4 Uji Multikolinearitas
Uji multikolinieritas bertujuan untuk meneliti apakah
dalam model regresi ditemukan adanya korelasi di antara variabel
independen. Jika terjadi korelasi, berarti terjadi masalah
multikolinieritas. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi
korelasi di antara variabel independen (Erlina, 2011). Untuk
melihat ada atau tidaknya multikolinieritas dalam model regrasi
dilihat dari nilai tolerance dan lawannya Variance Inflation Factor
(VIF). Batasan umum yang dipakai untuk menunjukkan adanaya
multikolinieritas adalah nilai tolerance > 0,1 atau VIF <10
(Ghozali, 2010).
3.6.2 Pengujian Hipotesis 3.6.2.1 Analisis Regresi
Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis
regresi linier berganda. Model regresi yang digunakan adalah
sebagai berikut:
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4
Keterangan :
Y = Kinerja Perusahaan (ROE)
a = Konstanta
X1
X
= Dewan Komisaris
2
X
= Komisaris Independen
3
X
= Dewan Direksi
4
b
= Komite Audit
1, b2 b3,b4
e = Error
= Koefisien regresi dari variabel independen
3.6.2.2 Uji Parsial (t-test)
Menurut Ghozali (2010), Uji parsial digunakan untuk
mengetahui seberapa jauh pengaruh variabel independen secara
/parsial dalam menerangkan variasi variabel dependen. Uji parsial
ini dilakukan dengan membandingkan t hitung dengan t tabel
berdasarkan kriteria berikut:
H0 diterima dan Ha ditolak apabila t hitung < t tabel
H
, pada α = 5%
0 ditolak dan Ha diterima apabila t hitung > t tabel, pada α = 5%
3.6.2.3 Uji Simultan (F-test)
Uji F-test dilakukan untuk menunjukkan apakah semua
variabel independen yang dimasukkan dalam model regresi
berganda memiliki pengaruh secara bersama – sama terhadap
membandingkan F hitung dengan F tabel dengan ketentuan sebagai
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Analisis Hasil Penelitian 4.1.1 Uji Asumsi Klasik
4.1.1.1 Uji Normalitas
Pengujian normalitas data dilakukan untuk menguji apakah
variabel independen dan variabel dependen telah terdistribusi secara
normal (Ghozali 2010). Uji normalitas dilakukan dengan dua cara
yaitu analisis grafik dan uji statistik (one sample
kolmogorov-Smirnov). Pedoman pengambilan keputusan rentang data mendekati
atau merupakan distribusi normal berdasarkan uji Kolmogorov
Smirnov yang dapat dilihat dari :
1. Nilai signifikan atau probabilitas < 0,05, maka distribusi
data adalah tidak normal.
2. Nilai signifikan atau probabilitas < 0,05, maka distribusi
data adalah tidak normal.
Apabila distribusi data tidak normal, maka perlu dilakukan
transformasi data atau menambah maupun mengurangi data. Hasil uji
Tabel 4.1 Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardize d Residual
N 66
Normal Parametersa,,b Mean .0000000
Std. Deviation .05855724
Most Extreme Differences
Absolute .145
Positive .145
Negative -.085
Kolmogorov-Smirnov Z 1.182
Asymp. Sig. (2-tailed) .122
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
Berdasarkan hasil pengolahan data one-sample
kolmogorov-smirnov diatas dapat disimpulkan bahwa seluruh
variabel sudah berdistrbusi normal. Hal ini terlihat dari nilai
Asymp Sig.(2-tailed) Kolmogorov-Smirnov dari penelitian ini lebih
besar dari 0,05, yaitu sebesar 0.122. Hal ini juga ditunjukkan
Gambar 4.1 Histogram
Pada tampilan grafik histogram terlihat bahwa grafik
memberikan pola distribusi normal. Hal ini dapat dilihat dari bentuk
kurva yang memiliki kemiringan yang cenderung seimbang, baik sisi
kiri maupun kanan.
Gambar 4.2
Pada grafik normal PPplot menunjukkan bahwa titik - titik
pada grafik telah mendekati sumbu diagonalnya. Hasil tersebut
menunjukkan bahwa residual telah terdistribusi secara normal.
Dengan demikian, dapat dilanjutkan dengan pengujian asumsi klasik
lainnya.
4.1.1.2 Uji Autokorelasi
Uji ini digunakan untuk menguji ada atau tidaknya korelasi
antara variabel pengganggu pada periode tertentu dengan variabel
pengganggu pada periode sebelumnya. Cara yang dapat digunakan
untuk mendeteksi masalah autokorelasi adalah dengan menggunakan
nilai uji Durbin Watson.
Tabel 4.2
Hasil Uji Autokorelasi Model Summaryb
a. Predictors: (Constant), X4= Komite Audit, X1=Dewan Komisaris, X3=Dewan Direksi, X2=Komisaris Independen
b. Dependent Variable: Y=ROE
Dari tabel 4.3 di atas menjelaskan bahwa nilai D-W diperoleh
sebesar 1.299 angka ini terletak diantara -2 dan +2, maka dapat
disimpulkan bahwa tidak terjadi autokorelasi positif maupun
4.1.1.3 Uji Heterokedastisitas
Uji heterokedastisitas dapat dilakukan dengan memperhatikan
pola gambar Scatterplot dimana bila membentuk titik-titik yang
menyebar secara acak dan tidak membentuk pola yang jelas, maka
menunjukkan bahwa tidak terdapat masalah heteroskedastisitas.
Gambar 4.3 Uji Heterokedastisitas
Grafik scatterplot di atas memperlihatkan bahwa titik-titik
menyebar secara acak dan tidak membentuk sebuah pola, serta
tersebar baik diatas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y.
Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa terjadi
heteroskedastisitas pada model regresi.
4.1.1.4 Uji Multikoliniearitas
Ada tidaknya gejala multikolonieritas dalam penelitian ini
(VIF), apabila nilai tolerance > 0,10 dan Variance Inflation Factor
(VIF)<10 maka hasil yang diperoleh tersebut menunjukkan tidak
adanya kolinieritas antar variabel independen.
Tabel 4.3
Hasil Pengujian Multikolinearitas Coefficientsa
a. Dependent Variable: Y=ROE
Dari tabel di atas menunjukkan hasil sebagai berikut:
a. Variabel dewan komisaris tidak terjadi multikolieneritas karena
nilai tolerance sebesar 0.849>0.1 dan nilai VIF sebesar 1.178<10
b. Variabel komisaris independen tidak terjadi multikolieneritas
karena nilai tolerance sebesar 0.860>0.1 dan nilai VIF sebesar
1.163<10
c. Variabel dewan direksi tidak terjadi multikolieneritas karena nilai
tolerance sebesar 0.878>0.1 dan nilai VIF sebesar 1.139<10
d. Variabel komite audit tidak terjadi multikolieneritas karena nilai