• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Kerugian dan Pemetaan Sebaran Serangan Rayap Pada Bangunan SMP Negeri Di Kota Pekanbaru

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Kerugian dan Pemetaan Sebaran Serangan Rayap Pada Bangunan SMP Negeri Di Kota Pekanbaru"

Copied!
75
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KERUGIAN DAN PEMETAAN SEBARAN

SERANGAN RAYAP PADA BANGUNAN SMP NEGERI

DI KOTA PEKANBARU

OLEH:

HASIL PENELITIAN

MEITA ENDASURA

111201152/TEKNOLOGI HASIL HUTAN

FAKULTAS KEHUTANAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2015

(2)

Judul Penelitian : Analisis Kerugian dan Pemetaan Sebaran Serangan Rayap Pada Bangunan SMP Negeri Di Kota Pekanbaru

Nama : Meita Endasura

NIM : 111201152

Program studi : Kehutanan

Disetujui Oleh Komisi Pembimbing

Luthfi Hakim, S.Hut.,M.si

Ketua Anggota

Yunus Afifuddin,S.Hut.,M.si

Mengetahui

Ketua Program Studi Kehutanan Siti Latifah, S.Hut, M.Si, Ph.D

(3)

MEITA ENDASURA: Analisis Kerugian dan Pemetaan Sebaran Serangan Rayap pada Bangunan SMP Negeri di Kota Pekanbaru. LUTHFI HAKIM dan YUNUS AFFIFUDIN

Rayap merupakan hama penyerang bangunan yang dapat menyebabkan kerusakan dan kerugian ekonomis yang besar. Bangunan sekolah menegah pertama adalah salah satu sasaran rayap yang belum banyak diteliti dan diselidiki. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan nilai kerugian ekonomis seranganrayap terhadap bangunan Sekolah Menengah Pertama Negeri di Kota Pekanbaru yang disebabkan oleh rayap. Penyebaran rayap dipetakan dengan memanfaatkan Sistem Informasi Geografis (SIG). Metode yang digunakan adalah pengamatan langsung dan wawancara dilapangan dengan menggunakan kuisioner, dan menganalisa kerusakan bangunan dengan tally sheetpada seluruh Sekolah Menengah Pertama Negeri di Kota Pekanbaru. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 75% bangunan Sekolah Menengah Pertama Negeri terserang rayap dan 25% bangunan Sekolah Menengah Pertama Negeri tidak terserang rayap. Sebanyak 48% mengalami kerusakan sedang dan 27% mengalami rusak ringan . Jenis rayap yang ditemukan adalah rayap kayu kering Cryptotermes cynocephalus Light dan Rayap Tanah Microtermes inspiratusKemmer.

Kata kunci : Rayap, Bangunan sekolah, Kerugian ekonomis, Sistem informasi geografis (SIG)

(4)

MEITA ENDASURA:Losses Analyze and Mapping The Distribution of Termites that Attacked The Junior High School Buildings in Pekanbaru.LUTFI HAKIM and YUNUS AFFIFUDIN.

Termites are pests that can cause the damage to buildings and can make a big economic losses.The Junior High school building is one of the object that target by termites which haven’t been studied and investigated. This study intend to get the value of economic losses caused by termites attack toward the Junior High School buildings in Pekanbaru. The distribution of termites mapped using Geographic Information System (GIS). The method used was direct observation, interviews using questionnaires and analyze the damage to buildings using a tally sheet. The result showed that 75% of The Junior High School building were attacked by the termites and 25% of The Junior High School building weren’t attacked by the termites.48% of the The Junior High School building have medium damage and 27 % have small damage.Termite species found are Cryptotermes cynocephalus Light for dry wood termites and Microtermes inspiratus Kemmer for subterranean termites.

(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan perlindungan-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penelitian

ini berjudul “Analisis Kerugian dan Pemetaan Sebaran Serangan Rayap Pada Bangunaan SMP Negeri Di Kota Pekanbaru” . Tujuan penelitian ini adalah mendapatkan nilai dari kerugian ekonomis, mendapatkan informasi jenis-jenis dan

penyebaran rayap,mengidentifikasi peta sebaran jenis rayap dan kerusakan banguan dan membuat model penduga kerugian ekonomis serangan rayap pada

bangunan SMP Negeri di Kota Pekanbaru

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada Bapak Luthfi Hakim, S.Hut., M.Si dan Yunus Afifuddin, S.Hut.,M.Si atas

kesediaannya untuk membimbing saya dalam menyelesaikan usulan penelitian ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang turut membantu

penulis secara langsung maupun tidak langsung dalam menyelesaikan penelitian ini.

Penulis menyadari bahwa hasil penelitian ini belum sempurna. Oleh

karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk hasil penellitian yang lebih baik. Akhir kata penulis mengucapkan terima

kasih.

Medan, Juni 2015

(6)

DAFTAR ISI

Hal

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 2

Manfaat Penelitian ... 3

TINJAUAN PUSTAKA Ciri Umum dan Kondisi Fisik Kota Pekanbaru ... 4

Lahan Gambut ... 5

Lahan Gambut Provinsi Riau... 6

Rayap ... 7

Koloni Rayap ... 9

Rayap Pada Lahan Gambut ... 11

Rayap Perusak Gedung ... 12

Cara Penyerangan ... 14

Kerugian Serangan Rayap di Indonesia ... 16

METODE PENELITIAN Lokasi dan waktu penelitian ... 18

Bahan dan alat penelitian ... 18

Batasan studi ... 19

Pengumpulan data primer ... 19

Pengumpulan data sekunder ... 19

Pengolahan data ... 19

HASIL DAN PEMBAHASAN KarakteristikBangunan Sekolah Menengah Pertama Negeri ... 23

Kerugian Ekonomis Akibat Serangan Rayap pada Bangunan SMP Negeri di Kota Pekanbaru……… …..27

Kerugian Ekonomis Akibat Serangan Rayap pada Berbagai Komponen Bangunan ... 30

Jenis Rayap Perusak Kayu dan Sebaran Jenisnya ... 37

(7)

Model Penduga Kerugian Ekonomis dengan menggunakan

Standar harga kayu Meranti Kuning ... 41

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan ... 42 Saran ... 42

DAFTAR PUSTAKA

(8)

DAFTAR TABEL

No. Hal

1. Data Jumlah Sekolah Menengah Pertama di Kota Pekanbaru ... 4 2. Karakteristik-karakteristik bangunan SMP Negeri

di Kota Pekanbaru ... 26 3. Perbandingan Kayu Tembesu dan Kayu Meranti Kuning ... 28 4. Biaya Kerugian Ekonomis Bangunan SMP Negeri

di Kota Pekanbaru ... 30 5. Kerugian Ekonomis Akibat Serangan Rayap Pada Berbagai

Komponen Bangunan SMP Negeri di Kota Pekanbaru ... 31 6. Kerugian Ekonomis Akibat serangan Rayap Tanah dan Rayap Kayu Kering terhadap 36 Bangunan SMP Negeri di Kota Pekanbaru ... 33 7. Persentase Kerusakan Bangunan SMP Negeri

(9)

DAFTAR GAMBAR

No Hal

1 a. SMP Negeri 3 Pekanbaru Kecamatan Sukajadi ... 23

b. SMP Negeri 6 Pekanbaru Kecamatan Rumbai Pesisir ... 23

2. Komponen Bangunan Sekolah a. Meja yang kakinya dari besi ... 24

b.Kursi yang kakinya dari besi ... 24

c. Tiang Bangunan dari beton ... 24

d.Atap dengan rangka baja ringan ... 24

3. Komponen – komponen bangunan sekolah yang terserang Rayap a. Lispang. ... 32

b. Lemari ... 32

c.Meja... 32

d. Jendela ... 32

e.Kuda-kuda ... 32

f. Pintu. ... 32

g. Kursi ... 32

h.Papan Mading ... 32

4.Grafik Persentase Kerusakan 36 Bangunan SMP Negeri di Kota Pekanbaru ... 36

5. Sebaran Tingkat Kerusakan Gedung SMP Negeri di Kota Pekanbaru ... 37

6. a. Rayap Kayu kerimg ... 38

b. Rayap Tanah ... 38

c. Rayap Kayu Kering (Cryptotermes cynocephalus Light) ... 38

d. Rayap Tanah (Microtermes inspiratus Kemmer) ... 38

(10)

MEITA ENDASURA: Analisis Kerugian dan Pemetaan Sebaran Serangan Rayap pada Bangunan SMP Negeri di Kota Pekanbaru. LUTHFI HAKIM dan YUNUS AFFIFUDIN

Rayap merupakan hama penyerang bangunan yang dapat menyebabkan kerusakan dan kerugian ekonomis yang besar. Bangunan sekolah menegah pertama adalah salah satu sasaran rayap yang belum banyak diteliti dan diselidiki. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan nilai kerugian ekonomis seranganrayap terhadap bangunan Sekolah Menengah Pertama Negeri di Kota Pekanbaru yang disebabkan oleh rayap. Penyebaran rayap dipetakan dengan memanfaatkan Sistem Informasi Geografis (SIG). Metode yang digunakan adalah pengamatan langsung dan wawancara dilapangan dengan menggunakan kuisioner, dan menganalisa kerusakan bangunan dengan tally sheetpada seluruh Sekolah Menengah Pertama Negeri di Kota Pekanbaru. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 75% bangunan Sekolah Menengah Pertama Negeri terserang rayap dan 25% bangunan Sekolah Menengah Pertama Negeri tidak terserang rayap. Sebanyak 48% mengalami kerusakan sedang dan 27% mengalami rusak ringan . Jenis rayap yang ditemukan adalah rayap kayu kering Cryptotermes cynocephalus Light dan Rayap Tanah Microtermes inspiratusKemmer.

Kata kunci : Rayap, Bangunan sekolah, Kerugian ekonomis, Sistem informasi geografis (SIG)

(11)

MEITA ENDASURA:Losses Analyze and Mapping The Distribution of Termites that Attacked The Junior High School Buildings in Pekanbaru.LUTFI HAKIM and YUNUS AFFIFUDIN.

Termites are pests that can cause the damage to buildings and can make a big economic losses.The Junior High school building is one of the object that target by termites which haven’t been studied and investigated. This study intend to get the value of economic losses caused by termites attack toward the Junior High School buildings in Pekanbaru. The distribution of termites mapped using Geographic Information System (GIS). The method used was direct observation, interviews using questionnaires and analyze the damage to buildings using a tally sheet. The result showed that 75% of The Junior High School building were attacked by the termites and 25% of The Junior High School building weren’t attacked by the termites.48% of the The Junior High School building have medium damage and 27 % have small damage.Termite species found are Cryptotermes cynocephalus Light for dry wood termites and Microtermes inspiratus Kemmer for subterranean termites.

(12)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kondisi iklim dan tanah termasuk banyaknya ragam jenis tumbuhan di

Indonesia sangat mendukung kehidupan rayap. Oleh karena itu, lebih dari 80% . Tidak kurang dari 200 jenis rayap atau 10% dari keragaman rayap yang tersebar di dunia merupakan bagian dari berbagai tipe ekosistem di indonesia, tidak saja

tipe ekosistem hutan, pertanian, perkebunan, juga termasuk tipe pemukiman atau perkotaan. (Nandika, et al, 2003)

Rayap berfungsi menjaga keseimbangan alam dengan cara menghancurkan kayu atau bahan organik lainnya dengan mengembalikannya sebagai ahara ke dalam tanah. Namun perubahan kondisi habitat rayap karena

aktivitas manusia seringkali mengubah status rayap menjadi serangga hama yang merugikan. Bahkan pada saat ini masyarakat lebih mengenal serangga ini sebagai

hama khususnya pada tanaman dan kayu kontruksi bangunan dibandingkan sebagai pengurai yang perananya dalam ekosistem sangat penting.

Bangunan sekolah merupakan salah satu sarana bagi terlaksananya proses

pendidikan. Ketersediaan sarana dan prasarana yang memadai akan memberikan peluang yang lebih besar bagi terlaksananya sebuah proses pendidikan yang lebih

berkualitas yang kemudian berpotensi melahirkan generasi yang cerdas dan kreatif. Sekolah Menengah Pertama Sebagai Fasilitas umum yang sangat penting dan perlu dijaga agar tetap berada pada kondisi yang baik. Saat ini

ada 96 gedung Sekolah Menengah Pertama yang ada di kota Pekanbaru dengan

pembagian 36 buah milik pemerintah dan 60 buah milik swasta

(13)

Penelitian tentang kerugian ekonomis akibat serangan rayap di Indonesia

telah banyak dilakukan. Penelitian tentang dampak kerugian yang disebabkan rayap dan intensitas seranganya telah dilakukan sejak tahun 1980-an. Namun

untuk kota Pekanbaru, belum banyak ditemukan penelitian yang memberikan data kerugian akibat serangan rayap baik sektor perumahan atau sektor yang lain Berdasarkan latar belakang pemikiran diatas peneliti mencoba untuk

mengidentifikasi jenis rayap serta penyebaranya, menganalisis kerugian ekonomis, dan memetakan penyebaran pada bangunan SMP Negeri yang berada

Di Kota Pekanbaru. Dalam rangka untuk memperbaiki permasalahan tersebut penulis merasa perlu melakukan penelitian dengan judul “ Analisis Kerugian Dan

Pemetaan Sebaran Serangan Pada Bangunan SMP Negeri di Kota Pekanbaru”.

Tujuan Penelitian

1. Mendapatkan nilai kerugian ekonomis serangan rayap terhadap

bangunan Sekolah Menengah Pertama Negeri di Kota Pekanbaru. 2. Mendapatkan informasi jenis-jenis dan penyebaran rayap yang

menyerang bangunan Sekolah Menengah Pertama Negeri di Kota

Pekanbaru.

3. Menidentifikasi peta sebaran jenis rayap dan kekuasaan banguanan

Sekolah Menengah Pertama Negeri di Kota Pekanbaru dengan menggunakan GIS.

(14)

Manfaat Penelitian

1. Memberikan informasi bagi pemerintah Kota Pekanbaru Terhadap Kerusakan dan kerugian serangan rayap pada bangunan Sekolah

Menegah Pertama Negeri.

2. Bermanfaat bagi dunia pendidikan , penelitian serta bahan informasi masyarakat umum, pemerintah, instansi/lembaga yang terkait dalam

pengelolaan perlindungan bangunan.

3. Penegetahuan dan informasi serangan rayap serta kerusakan melalui

peta GIS.

(15)

TINJAUAN PUSTAKA

Ciri Umum dan Kondisi FisikKota Pekanbaru

Kota Pekanbaru merupakan Ibukota provinsi Riau dengan luas

632,26 km 2 . Secara geografis Kota Pekanbaru terletak anatara 101’14’-101’34’ bujur Timur dan 0’25’ -0’45 Lintang Utara. Dengan ketinggian permukaan laut berkisar 5-50 meter. Kota Pekanbaru mempunyai iklim tropis dengan suhu udara

maksimum berkisar antara 32,4oC-33,8oC dengan suhu udara minimum berkisar antara 23,0oC-24,2oC. Curah hujan antara 73,9-584,1 mm perbulan. Kelembaban

maksimum berkisar antara 85,5%-93,2% dan kelembaban maksimum berkisar antara 68,0%-83%. Struktur tanah pada umumnya terdiri dari jenis alluvial dan berpasir, sedangkan untuk pinggiran kota pada umumnya terdiri dari jenis tanah

organol dan humus yang merupakan rawa-rawa yang bersifat asam, sangat kerosif untuk besi (BPS Kota Pekanbaru, 2013).

Kota Pekanbaru mempunyai 96 sekolah menegah pertama dengan perincian 36 gedung sekolah milik pemerintah dan 60 gedung sekolah milik swasta. Rincian sebaran SMP di Kota Pekanbaru akan di sajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Data Jumlah Sekolah Menengah Pertama di Kota Pekanbaru.

No Kecamatan SMP Negeri SMP Swasta

Marpoyan Damai Bukit Raya Tenayan Raya Lima Puluh Sail

Pekanbaru Kota Sukajadi Payung Sekaki Senapelan Rumbai Rumbai Pesisir

2

(16)

Lahan Gambut

Tanah gambut selalu terbentuk di tempat yang kondisinya jenuh air, atau tergenang. Misalnya di cekungan-cekungan daerah pelembahan, rawa bekas

danau, atau di daerahdepresi/basin di dataran pantai di antara dua sungai besar, dimana bahan organik dalamjumlah banyak dihasilkan oleh tumbuhan alami yang telah beradaptasi dengan lingkunganjenuh air. Lingkungan jenuh air dan

tergenang mencegah penghancuran dan mineralisasi bahan organik, yang pada waktunya membentuk timbunan bahan organik yang merupakangambut topogen,

atau gambut air tanah. Oleh karena tempatnya rendah, gambut ini sering menerima banjir dari terrain di sekitarnya yang lebih tinggi. Bahan mineral yang terbawa air tanah dan banjir musiman, serta unsur hara tanaman ikut memperkaya

gambut topogen ini(wahyunto,2003).

Sifat dan karakteristik fisika lahan gambut ditentukan oleh dekomposisi bahan itu sendiri. Kerapatan lindak atau bobot isi (bulk density : BD) gambut

umumnya berkisar antara 0,05 sampai 0,40 gram/cm3. Nilai kerapatan lindak ini sangat ditentukan oleh tingkatpelapukan/ dekomposisi bahan organik, dan

kandungan mineralnya (Kyuma, 1987). Hasil kajian porositas gambut yang dihitung berdasarkan kerapatan lindak dan bobot jenis adalah berkisar antara 75-95%. Oleh karena lahan gambut jenuh air dan ’longgar’ dengan BD rendah

(0,05–0,40 g/cm3), gambut mempunyai daya dukung beban atau daya tumpu (bearing capacity) yang rendah. Akibat dari sifat ini jika tanah gambut dibuka dan

(17)

Gambut mempunyai daya menahan air yang sangat besar. Dalam keadaan

jenuh, kandungan air tanah gambut dapat mencapai 4,5–30 kali bobot keringnya. Sifat lain yang merugikan adalah bila tanah gambut mengalami pengeringan yang

berlebihan, oleh karena terlampau kering, koloid gambut menjadi rusak. Terjadi gejala kering tak balik (irreversible drying), gambut berubah seperti arang, dan tak mampu lagi untuk menyerap hara dan menahan air yaitu sifat-sifat yang

merugikan untuk pertumbuhan tanaman dan vegetasi. Sebagai akibat pembukaan, lahan gambut dapat mengalami penurunan ketebalannya. Kedalaman muka air

berpengaruh terhadap kandungan air di lapisan gambut permukaan. Semakin dalam muka air maka kandungan air dalam lapisan ini cenderung lebih rendah (Robet et al., 2011). Bagi makrofauna yang hidup di bawah permukaan tanah,

penurunan kejenuhan air umumnya justru menguntungkan karena hal ini berarti meningkatnya porositas tanah dan sirkulasi udara di bawah permukaan tanah (Banas & Gos, 2004).

Lahan Gambut Provinsi Riau

Luas seluruh lahan gambut di propinsi Riau adalah seluas 4.043.602 hektar

terdapat hampir di semua wilayah propinsi. Namun yang paling dominan, terdapat pada wilayah kabupaten yang berada di pantai timur propinsi. Lahan gambut umumnya menempati landform kubah gambut (peat dome), yaitumengisi

cekungan/ depresi di sepanjang dan di antara sungai-sungai besar seperti sungaiIndragiri, Kampar, Siak, dan Rokan, dengan sungai lain yang lebih kecil.

(18)

Pada kondisi tahun 2002, telah terjadi perubahan komposisi lahan gambut.

Lahan gambut-sangat dalam yang semula (tahun 1990) sangat luas sekitar 2,07 juta

ha (51,1 %), dewasa ini (tahun 2002) masih tetap paling luas, namun luasnya telah

menyusut menjadi sekitar 1,61 juta ha (39,7 %). Wilayah lahan gambut-sedang yang

semula masih 32,8 % (1,32 juta ha), kini tinggal menjadi 23,5 % (0,952 juta ha).

Sebaliknya gambut-dalam yang semula 14,2 % (0,575 juta ha), dewasa ini telah

bertambah luas menjadi 20,5 % (0,827 juta ha). Wilayah gambut-dangkal menjadi

bertambah sangat luas, yaitu semula hanya 1,9 % (0,076 juta ha), dewasa ini telah

bertambah menjadi 14,2 % (0,573 juta ha). Disamping itu, telah teridentifikasi lahan

gambut-sangat dangkal (dengan ketebalan lapisan gambut < 0,5 meter), seluas 2,1 %

atau 85, 6 ribu ha.(wahyunto,2003).

Famili Termitidae dijumpai dengan proporsi yang jauh lebih kecil (17%). Anggota-anggota famili ini merupakan kelompok rayap pemakan kayu, tanah dan

serasah (Donovan et al., 2007). Sebagian besar anggota famili ini bersarang di dalam tanah atau membuat gundukan (busut) di atas permukaan tanah dan sebagian kecil membuat sarang arboreal (Collins, 1984).

Rayap

Rayap merupakan serangga sosial dengan sistem kasta polimorfik,

pemakan selulosa dan tinggal di dalam sarang atau termitarium yang dibangunanya. Serangga ini memiliki ukuran tubuh yang relatif kecil (Borror, Triplehorn & Johnson, 1992), sepintas mirip semut, dijumpai di banyak tempat,

dihutan, pekarangan, kebun, dan bahkan di dalam batang kayu basah, tetapi ada juga yang hidup di dalam kayu kering. Makanan utamanya adalah kayu dan

(19)

Rayap merupakan serangga yang termasuk ordo isoptera. Serangga

inibersifat sosial dengan sistem kasta yang berkembang baik. Ciri-ciri kelompok iniadalah memiliki dua pasang sayap mirip membran berukuran sama,

yangmenempel pada bagian toraks dan bagian mulut pengunyah (Nicholas, 1987). Rayap dalam aktivitas dan distribusinya dipengaruhi oleh beberapa faktor lingkungan diantaranya suhu, kelembaban dan curah hujan. Suhu memiliki

peranan penting dalam aktivitas dan perkembangan rayap. Sebagian besar serangga memiliki suhu optimum berkisar antara 15–38%. Kelembaban cukup

memiliki peranan dalam aktivitas jelajah rayap. Rayap tanah seperti Coptotermes, Macrotermes, Odontotermes memerlukan kelembaban yang tinggi (75–90%). Curah hujan memiliki peran dalam hal perkembangbiakan eksternal dan

merangsang keluarnya kasta reproduksi keluar dari tanah. Laron tidak akan keluar bila curah hujan rendah (Nandika et al. 2003).

Pola perilaku adalah kriptobiotik atau sifat selalu menyembunyikan diri,

mereka hidup di dalam tanah dan bila akan invasi mencari objek makanan juga menerobos di bagian dalam, dan bila terpaksa harus berjalan di permukaan yang

terbuka mereka membentuk pipa pelindung dari bahan atau humus. Sifat trofalaksis merupakan ciri khas diantara individu-individu dalam koloni rayap. Masing-masing individu sering mengadakan hubungan dalam bentuk menjilat,

mencium dan menggosokkan tubuhnya satu dengan yang lainnya. Sifat ini diinterpretasikan sebagai cara untuk memperoleh protozoa flagellata bagi

(20)

Setiap koloni rayap mengembangkan karakteristik tersendiri berupa bau yang

khas untuk membedakannya dengan koloni yang lain. Rayap dapat menemukan

sumber makanan karena mereka mampu untuk menerima dan menafsirkan setiap

rangsangan bau yang esensial bagi kehidupannya. Bau yang dapat dideteksi rayap

berhubungan dengan sifat kimiawi feromonnya sendiri. Sifat kanibal terutama

menonjol pada keadaan yang sulit misalnya kekurangan air dan makanan, sehingga

hanya individu yang kuat saja yang dipertahankan, yaitu dengan membunuh serta

memakan rayap-rayap yang tidak produktif lagi (karena sakit, sudah tua atau juga

mungkin karena malas), baik reproduktif, prajurit maupun kasta pekerja. Kanibalisme

berfungsi untuk mempertahankan prinsip efisiensi dan konservasi energi, dan

berperan dalam pengaturan homoestatika (keseimbangan kehidupan) koloni rayap

(Tarumingkeng, 2000).

Koloni Rayap

Masyarakat rayap terdiri atas kelompok-kelompok yang disebut kasta. Masing-masing kasta mempunyai tugas sendiri-sendiri yang dilakukan dengan

tekun selama hidup mereka, demi untuk kepentingan kesejahteraan, keamanan dan kelangsungan hidup seluruh masyarakat (Hasan, 1984). Setiap koloni rayap terdapat tiga kasta yang menurut fungsinya masing-masing diberi nama kasta

pekerja, kasta prajurit, dan kasta reproduktif (reproduktif primer dan reproduktif suplementer). Pembentukan kasta pekerja, serdadu, ratu atau raja dari nimfa muda

dikendalikan secara alami oleh bahan kimia yang disebut feromon (Nandika et al.,2003). Feromon adalah hormon yang dikeluarkan dari kelenjar

endrokrin, tetapi berbeda dengan hormon, feromon menyebar ke luar tubuh dan

(21)

Pembentukan Koloni rayap secara isolasi dapat terjadi dimana system

sarang Kalotermitidae (rayap kayu kering) tidak tertur dan tidak memiliki bilik khusus buat ratu yang merupakan poros komunikasi. Lorong-lorong maupun

sel-sel yang terdapat di dalam sarang terpencar-pencar sehingga memungkin terisolasinya sebagian dari penduduk. Penduduk yang terisolasi ini kemudian membentuk koloni baru dengan menjadikan reproduktif ssuplementer sebagai ratu

baru (Hasan, 1984).

Kasta pekerja merupakan inti dari koloni, tidak kurang dari 80% populasi

dalam koloni merupakan individu –individu pekerja. Bentuknya seperti serangga muda (nimfa), bewarna pucat dengan kepala hypognath tanpa mata facet. Fungsinya mencari makanan, menyuapi dan membersihkan reproduktif dan

prajurit, merawat telur, membuat sarang dan memeliharanya serta membunuh dan memakan rayap yang tidak produktif lagi baik reproduktif, prajurit ataupun kasta pekerja sendiri (Nandika et al.,2003). Sifat kanibalismeberfungsi untuk

mempertahakan prinsip efisiensi dan konservasi energy, dan berperan dalam mengatur keseimbangan koloni (Taruningkeng,1993). Menurut Hurt dan Garratt

(1967), rayap pekerja ini mandul, tanpa sayap, buta dengan warna tubuh lebih muda dan sedikit lebih pendek.

Kasta prajurit mudah dikenal karena ukuran kepalanya besar dengan

sklerotisasi yang nyata. Anggota –anggotanya mempunyai mendibel atau rostum yang besar dan kuat berbentuk gunting sesuai dengan fungsinya sebagai pelindung

(22)

koloni (raja dan ratu). Fungsi kasta ini adalah menghasilkan telur. Seekor ratu

menghasilkan 100 telur setiap hari bila koloninya sudah berumur lima tahun (Pearce 1997 ) dan mampu hidup selama enam sampai dua puluh tahun (Nandika

et al.,1991).

Kasta reproduktif terdiri dari individu-individu seksual yaitu betina (ratu) dan jantan (raja). Kasta ini terbagi atas dua bagian yaitu kasta reproduktif

suplemen (sekunder) dan kasta reproduktif primer (laron). Kasta reproduktif supleman (sekunder) terdiri atas jantan dan betina yang keduanya tidak memiliki

sayap, bilapun ada sayap berukuran kecil dan relatif tidak berfungsi. Kasta reproduktif sekunder ini terbentuk dengan tujuan sebagai cadangan ratu primer bila suatu saat ratu primer mati atau sakit. Kasta reproduktif primer (laron)

memiliki ciri khusus diantaranya memilki sayap . Ukuran dan bentuk pada bagian sayap depan dan belakang sama. Ratu rayap dapat berumur mencapai 20 tahun bahkan 50 tahun lebih lama dibandingkan dengan umur raja. Ukuran badan sang

Ratu lebih besar dibandingkan Raja pada bagian abdomen (Prasetyo & Yusuf 2005), hal ini karena pertumbuhan ovari, usus, dan penambahan lemak tubuh

akibat kapasitas telur yan meningkat (Borror 1992).

Rayap Pada Lahan Gambut

Pembukaan hutan rawa gambut dan pengalihgunaan lahannya umumnya

didahului dengan pembuatan parit-parit. Keberadaan parit-parit ini dapat memberikan dampak yang signifikan terhadap karakteristik hidrologis lahan

(23)

menjadi lebih sesuai sebagai habitat makrofauna tanah, seperti antara lain rayap

tanah (subterranean termites), yaitu rayap yang bersarang di bawah permukaan tanah (Fazzly et al., 2005).

Kehadiran rayap pada lahan gambut dapat memberikan dampak lingkungan yang patut diperhitungkan. Hal ini mengingat rayap memainkan peranan kunci dalam eksosistem, yaitu sebagai pembentuk struktur tanah, vegetasi

serta daur materi melalui proses dekomposisi (Bignell & Eggleton, 2000).Pada penelitian (Purnasari, 2013) famili Rhinotermitidae merupakan famili yang paling

banyak dijumpai dalam (83%) baik pada kebun kelapa sawit maupun pada kebun pekarangan. Wang et al. (2003) menyebutkan bahwa spesies-spesies anggota Rhinotermitidae memang lebih sering dijumpai di luar hutan alam atau di kawasan

hutan alam yang telah dialihfungsikan menjadi areal perkebunan dan pemukiman. Famili Rhinotermitidae merupakan kelompok rayap pemakan kayu (Eggleton, 2000) dan mempunyai habitat di dalam tanah atau di dalam kayu mati (Collins,

1983). Subfamili dari Rhinotermitidae yang ditemukan dalam penelitian ini adalah Rhinotermitinae dan Coptotermitinae.Menurut Lavelle et al. (1997), cara

penggunaan lahan akan mempengaruhi keanekaragaman dan biomassa makrofauna tanah secara umum. Sedangkan Jones et al. (2003), misalnya, menyebutkan bahwa tipe dan intensitas penggunaan lahan sangat berpengaruh

terhadap keanekaragaman dan biomassa rayap

Rayap Perusak Gedung

(24)

serta barang-barang yang disimpan. Untuk mencapai sasarannya rayap tanah dapat

menembus tembok yang tebalnya beberapa centimeter, menghancurkan plastik, kabel bahkan bentuk konstruksi bangunan seperti : slab dan basement serta

penghalang fisik lainnya (Nandika et al. 2003).

Tarumingkeng (2003) menyatakan jenis-jens rayap perusak kayu di Indonesia termasuk dalam family Kalotermitidae, Rhinotermitidae dan termitidae:

1. Famili Kalotermitidae

Jenis –jenis rayap ini merupakan jenis rayap yang paling primitif

koloninya tidak terdapat kasta pekerja. Tugas mengumpulkan makanan dan merawat saranng dilakukana oleh larva dan nimfa yang telah tua. Cara hidupnya dibagi atas tiga golongan :

a. Rayap kayu lembab (Glyptotermes spp). b. Rayap pohon (Neotermes spp).

c. Rayap kayu kering (Cryptotermes spp).

2. Famili Rhinotermitidae

Famili ini mempunyai sarang dibawah atau diatas tanah. Jenis –jenis

yang terpenting adalah Coptotermes curvignatus dan Coptotermes travian. Organisasi dari family ini sedikit lebih maju dari family Kalotermitidae.

3. Famili Termitidae

Famili ini memiliki organisasi yang lebih sempurna dari family kalotermitidae. Rayap ini kebanyakan hidup di dalam tanah. Genus yang terkenal

(25)

bangunan sangat ditunjang oleh daya jelajahnya yang tinggi baik pada arah jelajah

horizontal maupun vertikal; mampu membuat sarang antara (secondary nest) pada tempat-tempat yang secara tidak langsung bersinggungan dengan tanah, dan

ukuran populasinya tinggi. Namun beruntung, dibandingkan dengan rayap lain misalnya Schedorhinotermes javanicus, Macrotermes gilvus maupun Microtermes inspiratus, sebarab rayap C. curvignathus jauh lebih terbatas dan diduga pola

spasialnya berbeda (Rismayadi,1999). Menurut Rismayadi (2003) rayap tanah Coptotermes juga dapat menyerang kayu sasaranya sejauh 90 meter dari

sarangnya yang terdapat di kedalaman tanah 30-60 cm dibawah permukaan tanah bahkan lebih dalam lagi dengan liang-liang selebar 6 cm.

Perinsipnya makanan dari golongan rayap ini adalah bahan-bahan yang

mengandung selulosa seperti bamabu, kertas kain dan berbagai jaringan tanaman lainya . kerusakan uang timbul akibat serangan rayap disebut sarang lebah (honey com demage) yaitu berupa saluran yang berlapis-lapis dan tidak beraturan

(Harris,1971).

Cara Penyerangan

Rayap juga dapat membuat lubang di atas pondasi, terus ke atas hingga mencapai kuda-kuda dan di seluruh permukaan tembok. Adapun mekanisme rayap menyerang bangunan antara lain :

1. Menyerang melalui kayu yang berhubungan langsung dengan tanah. 2. Masuk melalui retakan-retakan atau rongga pada dinding dan pondasi.

(26)

4. Menembus objek-objek penghalang seperti plastik, logam tipis, dan

lain-lainwalaupun objek tersebut bukan makanannya. (Jusmalinda,1994)

Rayap kayu kering mempunyai kemampuan hidup pada kayu-kayu kering dalam rumah, bangunan atau gedung-gedung, mereka tidak membangun sarang - sarang atau terowongan-terowongan pada tempat terbuka sehingga sulit untuk

diketahui. Pada kayu yang diserang terjadi lubang dan lorong-lorong yang saling berhubungan. Kayu yang diserang menjadi keropos dan menyebabkan

ronggarongga tak teratur dalam kayu, dengan meninggalkan lapisan yang tipis pada permukaan kayu sehingga dari luar tidak nampak serangannya, tetapi dengan tekanan sedikit saja kayu akan rusak. Tanda serangan yang kelihatan adalah

keluarnya ekskremen berupa butir-butir kecil berdiameter 0,6 - 0,8 mm, berwarna kecoklatan yang dikeluarkan dari lubang serangan dalam jumlah yang besar (Nandika et al. 2003).

Rayap kayu kering mampu menyerang bangunan melalui laron (kasta reproduktif) yang terbang keluar dari sarangnya dan hinggap di kayu yang tidak

terlindungi. Di kayu tersebut, laron akan menetap dan berkembang biak untuk membangun koloni baru. Serangan rayap kayu kering umumnya tidak terbatas pada kayu struktur bangunan (kuda-kuda, kaso, gording, reng dan lain-lain) tetapi

juga seringkali menyerang barang-barang mebel (meja, kursi, dipan, kitchen set, dan lain-lain), kusen, jendela dan pintu, tetapi tidak menyerang barang

(27)

Apabila rayap mampu mencapai sasarannya, serta faktor biotik dan abiotik

mendukung perkembangannya maka rayap akan dengan mudah memperluas serangannnya. Jangkauan serangan sampai bagian-bagian yang tinggi dengan

membuat sarang di dalam bangunan yang jauh dari tanah dan memanfaatkan sumber-sumber kelembaban yang tersedia dalam bangunan tersebut. Kondisi ini berlaku pada rayap tanah Coptotermes curvignathus yang hidupnya mutlak

tergantung dari adanya air dan tanah sebagai kebutuhan penting untuk kehidupan rayap (Nandika et al. 2003).

Aktivitas makan rayap pada suatu jenis kayu tergantung faktor luar yaitu jenis kayu. Pada tahap awal, kompenen kimia kayu merangsang saraf perasa gustatory rayap yaitu pada waktu rayap mulai makan. Kedua adalah tingkat

ambang rasa rayap itu sendiri. Dengan demikian tingkat kesukaan makan rayap pada beberapa jenis kayu tergantung pada jenis-jenis kayu dan jenis rayap itu sendiri. Perbedaan sifat kayu dan ambang rasa rayap menimbulkan perbedaan

aktivitas makan setiap jenis rayap pada berbagai jenis kayu (Supriana,1983).

Kerugian Serangan Rayap di Indonesia

Indonesiamengenal rayap sebagai serangga perusak kayu dan bangunan gedung yang paling penting. Seranganya pada kayu kontruksi bangunan dan bahan lignoselulosa lainnya telah dilaporkan hampir di seluruh provinsi di

Indonesia. Bahkan kerugian ekonomis yang terjadi akibat seranganya pada bangunan gedung terus meningkatkan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2000

(28)

serangan rayap pada bangunan gedung, tanaman pertanian, perkebunan dan

kehutanan cenderung terus meningkat.

Penelitian tentang kerugian ekonomis akibat serangan rayap di Indonesia

telah banyak dilakukan. Penelitian tentang dampak kerugian yang disebabkan rayap dan intensitas seranganya telah dilakukan sejak tahun 1980-an. Seperti yang diungkapkan Rudi (1999) dalam Romaida (2002) bahwa kerugian untuk

kotamadya Bandung mencapai 1,35 milyar pertahun. Menurut Safaruddin (1994) kerugian ekonomis akibat serangan rayap di Jakarta Barat dan Jakarta Timur berkisar

Rp 67,57 milyar.

Organisme yang paling banyak ditemukan menimbulkan keruskana pada kayu

khususnya bangunan adalah rayap tanah . genus Coptotermes merupakan hama

isopteran yang sangat destruktif menyerang kayu dan bahan berkayu di dunia

(Takematset al., 2006) dan berbagai spesies rayap ini di temukan di Indonesia seperti

di Pulau Jawa, Sulawesi dan Sumatera. Kerugian akibat serangan rayap pada

bangunan/ rumah masyarakat di Indonesia diperkirakan telah mencapai 1.67 triliyun

per tahun (Rakhmawati,1996). Di samping itu, data yang dikemukan oleh

Supriana (1983) menunjukkan bahwa kerugian dengan adanya serangan rayap

(29)

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli-Agustus 2014.Identifikasirayap di lakukan di LaboratoriumTeknologiHasilHutan. Penelitian ini berlokasi di

SekolahMenengahPertamaNegeridiseluruhkota Pekanbaru Provinsi Riau.

Bahan dan Alat Penelitian

Bahan Penelitian

Bahan yang digunakan dalam pelaksanaan penelitian ini adalah alkohol

70%, daftar nama dan letak Sekolah Menengah Pertama Negeri di Kota Pekanbaru, peta Kota Pekanbaru, dan data dari harga material kayu dipasaran

berikut upah pekerja.

Alat penelitian

Alat- alat yang digunakan dalam pelaksanaan penelitian adalah kamera

digital, meteran, pinset, obeng , tallysheet dan kuisioner, alat tulis menulis, serta GPS Receiver dan Mikroskop.

Batasan Studi

Penelitian ini hanya pada Bangunan Sekolah Menengah Pertama Negeri

yang terletak pada 12 kecamatan di Kota Pekanbaru dengan menggunakan Metode Sensus dengan jumlah total 36 buah Sekolah Menengah Pertama Negeri.

(30)

���= � �� �

�=1

antara lain daun pintu, kusen pintu, daun jendela, kusen jendela, lisplang,

kuda-kuda, papan tulis, meja , kursi dan lemari yang terbuat dari kayu.

Pengumpulan data primer

Diperoleh dari pengamatan langsung dan wawancara dilapangan dengan

menggunakan kuisioner, dan menganalisa kerusakan bangunan dengan tally sheet yang telah dipersiapkan sebelumnya. Tally sheet mencakup karakteristik bangunan dari kerusakan bangunan. Bagian kayu yang rusak diukur dimensinya,

baik panjang, lebar dan tebalnya. Data yang diperoleh merupakan nilai kerugian minimal. Data-data yang diperoleh diatasnya komponen tersebut dikonversi ke

dalam nilai rupiah (Rp) Nilai yang diperoleh merupakan nilai kerugian ekonomis yang disebabkan oleh rayap.

Pengumpulan data sekunder:

Data sekunder yang digunakan meliputi:

1. Peta Kota Pekanbaru 2. Harga Kayu di Pasaran

3. Upah Pekerja Pemasangan Komponen Kayu

4. Data Bangunan Sekolah Menengah Pertama Negeri di Kota Pekanbaru (Diknas Pemko Pekanbaru, 2014)

5. Kunci Determinasi (Nandika dkk, 2003) 6. Peta Jaringan Sungai

Pengolahan Data

(31)

�2= 1

� −1�(�� − �̅) 2

�̅

�̅ ±��/2 �

√�

�̅

�̅

Keterangan :

Krs = Kerugian akibat serangan rayap r = rayap kayu kering, rayap tanah

s = Total bangunan sampel

Kn = nilai kerugian masing-masing komponen

n = 1,2,3...m komponen

2. Perhitungan Standart Deviasi (S)

Keterangan :

S2 = standar Deviasi n = jumlah contoh

xi = nilai kerugian ke 1

= nilai rata-rata kerugian ekonomis akibat serangan rayap

i = 1,2,3...total bangunan sampel

3. Perhitungan Interval untuk rata-rata

Dimana

Keterangan :

= Nilai rata-rata hasil pengukuran S = Standar error

tα/2 = 2,1448 dan derajat kebebasan (n-1) untuk tingkat kepercayaan 95%

��̅= �

(32)

S = Standar Deviasi

n = 1,2,3... m Komponen (Sudzana,2002).

Tingkat kerusakan bangunan gedung menurut Remran (1993) dalam

Romaida (2002) dibedakan berdasarkan kriteria :

1. Ringan rusak yaitu : apabila persentase kerusakan lebih kecil dari 5% dan dianggap tidak perlu dilakukan penggantian tetapi memperhitungkan harga

kayu yang rusak.

2. Rusak sedang yaitu : apabila persentase kerusakan antara 5-20% dan

dianggap perlu dilakukan penggantian dengan memperhitungkan harga kayu yang rusak beserta upah perbaikan.

3. Rusak berat yaitu : apabila persentase kerusakan lebih besar dari 20% dan

mempunyai dua posisi serangan yaitu antara bagian ujung, tengah dan pangkal maka unit tersebut perlu dilakukan penggantian dengan memperhitungkan harga kayu yang rusak dan upah perbaikan.

4. Pendugaan persamaan kerugian ekonomis bangunan SMP Negeri

diformulasikan dalam persamaan regresi berikut :

Y= a± bx1± cx2 ± dx3 ± ...

Dimana :

Y = Kerugian ekonomis bangunan SMP Negeri (Rp/tahun)

a = Konstanta

b,c,d..= Nilai penduga yang mempengaruhi nilai Y

x1 = Faktor penduga usia bangunan

x2 = faktor penduga usia perbaikan

(33)

x4 = Faktor penduga luas bangunan

x5 = Faktor Penduga jarak bangunan dari sungai

x6 = Faktor Penduga luas bangunan

5. Pemetaan dengan Geographic Information System (GIS)

Menandai titik titik lokasi sekolah kedalam GPS (Global Positioning System ). Titik-titik tersebut dimasukkan ke dalam file peta kota medan yang telah

dilengkapi peta jaringan sungai. Kemudian dibuat jarak antara lokasi sampel penelitian dari sungai dengan membuat interval berjarak 100m menggunakan Art

(34)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Bangunan Sekolah Menegah Pertama Negeri

Bentuk bangunan Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri di Kota Pekanbaru sebagianbesar sudah mengalami banyak renovasi baik dari bagian

dalam maupun bagian luar bangunan, selain itu banyak gedung sekolah yang baru didirikan sehingga beberapa sekolah tersebut menggunakan baja ringan ataupun

besi sebagai bahan bangunan alternatif pengganti kayu .

Gambar 1.a. SMP Negeri 3 Pekanbaru kecamatan Sukajadi, b. SMP Negeri 6 Pekanbaru kecamatan Rumbai Pesisir

Bangunan SMP Negeri umumnya memiliki luas bangunan dan luas tanah yang relatif luas. Luas bangunan dan tanah terkecil yaitu pada SMP Negeri 36seluas 639 m2 dan 2.000 m2, luas bangunan dan tanah yang terluas adalah SMP

Negeri 34 yaitu seluas 15.000 m 2 dan 131,138 m2. Usia bangunan sekolah bervariasi antara 6 hingga 58 tahun. Bangunan sekolah dibangun berkisar antara

tahun 1957 sampai 2009. Perbaikan yang dilakukan sebagian besar merupakan perbaikan sisipan yaitu mengganti komponen - komponen yang dianggap rusak atau tidak layak pakai , perbaikan biasanya dilakukan setiap setahun sekali yaitu

menjelang hari raya Lebaran .

(35)

Pada kontruksi bangunan sekolah yang disurvei, penggunaan kayu sebagai

bahan bangunan sudah berkurang sebagai komponen bangunan terutama untuk furniture sekolah seperti meja dan kursi. Untuk kontruksi atap dan tiang utama

sebagian sekolah sudah menggunakan besi dan baja ringan sebagai bahan kontruksinya(gambar 2)

Gambar 2. Komponen bangunan sekolah ; a.Meja yang kakinya dari besi. b. kursi yang kakinya dari besi c tiang bangunan dari beton d Atap dengan rangka baja ringan

Gambar 2 menunjukkan penggunaan kayu yang sudah mulai digantikan

dengan besi atau baja ringan karena jumlah kayu yang semakin sedikit dan harganya yang semakin mahal sehingga penggunaan kayu di gantikan dengan baja

ringan karena harganya yang lebih murah dibandingkan dengan harga kayu.Hal ini sesuai dengan pernyataan Nugroho (2014) yang mengatakan penggunaan konstruksi kayu khususnya sebagai struktur rangka kuda - kuda dan rangka atap

a

d c

(36)

sudah mulai digantikan dengan konstruksi baja ringan. Saat ini material kayu yang

bagus kualitasnya semakin sulit didapatkan dan harganya pun semakin mahal. Kehadiran baja ringan merupakan inovasi baru yang memberikan solusi untuk

pembuatan rangka kuda-kuda dan rangka atap. Baja ringanmerupakan baja dengan mutu tinggi yang memilikisifat ringan dan tipis, namun memiliki fungsisetara baja konvensional.

Komponen bangunan SMP Negeri di kota Pekanbaru banyak yang terbuat dari besi atau baja ringan menjadikan minimnya bangunan mendapatkan serangan

rayap bahkan ada sebagian sekolah yang tidak mendapat serangan rayap . Hal ini sesuai dengan pernyataan Nugroho (2014) yang menyatakan Penggunaan baja ringan sebagai struktur rangka kuda-kuda dan rangka atap memiliki kelebihan

antara lain : Baja ringan bersifat tidak mudah terbakar, Baja ringan hampir tidak memiliki nilai muai dan susut, Tahan terhadap karat, rayap serta perubahan cuaca dan kelembaban. Pemasangannya relatif mudah dan cepat, tidak perlu pengelasan

(37)

Karakteristik bangunan SMP Negeri di Kota Pekanbaru disajikan dalan Tabel 2.

Tabel 2. Karakteristik –karakteristik bangunan SMP Negeri di Kota Pekanbaru

Kecamatan Nama Sekolah

Usia Bangunan /Perbaikan (tahun)

Luas Bangunan /Areal Tanah

(m2) Risalah Tapak

LIMA PULUH

SAIL SUKAJADI

PAYUNG SEKAKI

SENAPELAN

RUMBAI

RUMBAI PESISIR

TAMPAN

BUKIT RAYA

TENAYAN RAYA

MARPOYAN Lahan Gambut

SMPN 1 Perkantoran Perkantoran Lahan Gambut Lahan Gambut Lahan Gambut

SDN152 Lahan Gambut Lahan Gambut Lahan Gambut Lahan Gambut Lahan Gambut Lahan Gambut Lahan Gambut Lahan Gambut

SDN009 Lahan Gambut Lahan Gambut

Hutan SDN 024 Lahan Gambut Lahan Gambut Lahan Gambut Lahan Gambut Lahan Gambut Lahan Gambut

Ladang Hutan Perkebunan

Ladang Lahan Gambut

Perkantoran Lahan Gambut Lahan Gambut

Menurut Lavelle et al. (1997), cara penggunaan lahan akan mempengaruhi keanekaragaman dan biomassa makrofauna tanah secara umum. Sedangkan Jones

(38)

Kerugian Ekonomis Akibat Serangan Rayap pada Bangunan SMP Negeri di Kota Pekanbaru

Kerugian yang ditimbulkan untuk setiap bangunan, tergantung dari tingkat kebersihan dan tingkat perawatan, kesadaran penguna bangunan, karakteristik

bangunan dan ketersidian dana. Pada penghitungan kerugian ekonomis terhadap bangunan SMP Negeri di kota pekanbaru menggunakan 2 jenis kayu sebagai pengganti komponen kayu yang rusak yaitu kayu tembesu dan jenis kayu meranti

kuning sebagai penggantinya. Hal ini dikarenakan kedua jenis kayu tersebut lebih banyak dijumpai di pasaran dan tersedia dalam berbagai bentuk komponen

bangunan.

Bangunan yang mengalami kerugian paling besar akibat serangan rayap adalah SMP Negeri 25 Pekanbaru kecamatan Marpoyan Damai . Nilai kerusakan

dengan menggunakan kayu tembesu mencapai Rp.28.795.000,00, sedangkan kayu Meranti kuning nilai kerusakan sebesar Rp.20.753.000,00. Sedangkan untuk nilai kerusakan terkecil ditemukan di SMP Negeri 7 Pekanbaru kecamatan Limapuluh.

Nilai kerusakan dengan menggunakan kayu tembesu yaitu Rp. 2.280.000,00. Sedangkan kayu meranti kuning nilai kerusakan sebesar Rp. 1.680.000,00. Dapat

diperhatikan bahwa harga kayu tembesu lebih mahal dibandingkan dengan harga meranti kuning, hal itu dikarenakan Bj kayu tembusu lebih tinggi dari kayu meranti kuning. Bukan hanya itu, keawetan dan ketahanan terhadap rayap kayu

(39)

Tabel 3. Perbandingan Kayu Tembesu dan Kayu Meranti

Perbedaan Tembesu Meranti Kuning

Nama Botanis Fagraea fragrans Shorea faguetina Heim

S.acuminatissima Sym

Family Loganiaceae Dipterocarpaceae

Nama Daerah Tembesu, tembesu talang, tembesu rawang

Damar hitam, dammar buah, meranti kunyit, sirantih limau manis, ulu tupai.

Daerah Penyebaran Sumatra , Kalimantan, Sulawesi, jawa barat, Maluku, irian jaya

Aceh, Sumatra Barat, Sumatra Utara, Sumatra selatan, Jambi, Riau, seluruh Kalimantan

Ciri umum : 1. Warna

2. Tekstur 3. Arah Serat

Kayu teras berwarna coklat-kuning, kayu gubal berwarna sedikit lebih muda

Halus- agak halus Lurus

Kayu teras coklat muda semu-semu kuning pada S.fagutiana. Kayu teras berwarna coklat kuning pada S. acuminatissma Agak kasar

Berpadu

Sifat fisis : 1. Berat jenis

2.kelas kuat

0,81 (0,72-0,93)

II-I

S. faguetiana 0,57 (0,40-0,70) S. acuminatissima0,51(0,37-0,71) S. faguetiana III-II

S. acuminatissima III

Keawetan dan Keterawetan Kelas awet I

Ketahanan terhadap rayap kelas I

keterawetan sukar

Kelas awet III-IV

Ketahan terhadap rayap kelas V Keterawetan sedang

Kegunaan untuk kontruksi berat di tempat terbuka maupun berhubungan langsung dengan tanah, balok jembatan, tiang rumah

Sebagai lantai, mebel murah, penggunaan utama kayu lapis Sebagai bangunan rumah

Sumber : Martawijaya, A (1981;1989)

Bangunan SMP Negeri yang tidak mengalami kerusakan akibat serangan

rayap ada 9 sekolah yaitu SMP Negeri 1 Pekanbaru kecamatan Limapuluh, SMP Negeri 3 Pekabaru Kecamatan Sukajadi, SMP Negeri 6 Pekanbaru kecamatan Rumbai Pesisir, SMP Negeri 24 Pekanbaru Kecamatan Rumbai, SMP Negeri 32

Pekanbaru kecamatan Sukajadi, SMP Negeri 33 Pekanbaru kecamatan Payung Sekaki, SMP Negeri 34 Kecamatan Marpoyan Damai, SMP Negeri 35 Kecamatan

Bukit Raya, dan SMP Negeri 36 Kecamatan Payung Sekaki.

(40)

serangan rayap pada setiap komponen bangunan karena ke 4 sekolah tersebut baru

di renovasi ulang pada tahun 2009 hingga 2014 sehingga usia bangunan setelah di renovasi usianya menjadi 1 tahun hingga 6 tahun . Sedangkan pada SMPN 32,

SMPN 33, SMPN 34, SMPN 35, dan SMPN 36, memiliki usia 6-8 tahun dan kelima sekolah tersebut telah melakukan perbaikan sekolah pada tahun 2013-2014. Ke-sembilan sekolah tersebut secara keseluruhan sudah

menggunakan baja ringan sebagai bahan kontruksi atap dan kuda-kuda, untuk kursi dan meja sudah menggunakan kaki besi. Penggunaan kayu hanya pada pintu,

lemari dan jendela.

Menurut penelitian Syaiful (2009), Kerugian ekonomis yang terjadi akibat serangan rayap pada bangunan SD Negeri di Kota Medan menunjukkan harga

kayu pengganti untuk jenis meranti adalah Rp.2.416.200.000 dan untuk jenis Sk-hutan adalah Rp. 1.766.978.000 . Dapat dilihat bahwa ada perbedaan tingkat harga kayu untuk di kota Medan dan Pekanbaru, harga kayu meranti di kota Medan

cenderung lebih mahal dibandingkan harga pada kota pekanbaru. Dibawah ini merupakan tabel yang menyajikan kerugian ekonomis pada masing-masing

(41)

Tabel 4.Biaya kerugian ekonomis bangunan SMP Negeri di Kota Pekanbaru

Kecamatan Sekolah Tembesu (Rp) Meranti (Rp)

LIMA PULUH

SAIL SUKAJADI

PAYUNG SEKAKI

SENAPELAN

RUMBAI

RUMBAI PESISIR

TAMPAN

BUKIT RAYA

TENAYAN RAYA

MARPOYAN DAMAI

SMPN 10

Kerugian Ekonomis Akibat Serangan Rayap pada Berbagai Komponen Bangunan

Data kerugian ekonomis yang disebabkan serangan rayap pada komponen

bangunan yang terbuat dari kayu merupakanobjek pengamatan. Nilai kerugian yang disajikan adalah nilai kerugian jenis komponen untuk gabungankeseluruhan

(42)

Tabel 5. Kerugian Ekonomis akibat serangan rayap pada berbagai komponen bangunan SMP Negeri di Kota Pekanbaru

Jenis kerusakan

dengan Tembesu (Rp)

Harga Pintu+kusen

Jendela+ kusen Kuda-kuda Resplank Kursi Meja Lemari Papan tulis

32

Tabel 5 menunjukkan bahwa komponen bangunan seperti jendela beserta kusennya, meja dan pintu beserta kusennya merupakan komponen yang banyak

diserang rayap. Untuk jendela beserta kusennya dan pintu beserta kusenya banyak terserang rayap terutama pada sekolah yang berumur 30 tahun keatas yang belum pernah melakukan renovasi gedung, hanya mengganti prabot-prabot sekolah

seperti meja dan kursi. Sedangkan untuk meja yang terserang rayap biasanya meja-meja yang terbuat dari kayu solid dan kakinya tidak dibuat dari besi atau

dapat dikatakan meja-meja lama yang belum diganti dengan meja yang baru.Berikut ini gambar komponen - komponen bangunan SMP Negeri yang terserang rayap

(43)

Gambar 3. Komponen-komponen bangunan sekolah yang terserang rayap a) lisplank, b) lemari, c) meja, d) jendela, e) kuda-kuda, f) pintu, g) kursi, h) papan mading

Perhitungan kerugian ekonomis antara rayap tanah dan rayap kayu kering

dibedakan menurut jenis rayapnya. Kisaran (interval) kerugian ekonomis akibat serangan rayap tanah dan rayap kayu kering pada 36 bangunan SMP Negeri di Kota Pekanbaru ini disajikan pada tabel 6.

g h

e f

(44)

Tabel 6. Kerugian ekonomis akibat serangan rayap tanah dan kayu kering terhadap 36 bangunan SMP Negeri di Kota Pekanbaru

Jenis rayap Parameter Tembusu Meranti kuning

Rayap tanah Jumlah 113.800.000,00 87.334.000,00

Rata-tata Persentase Kerugian 29.111.333,33 ± 7.760.866,61

[21.350.466,72 ; 36.872.199]

39.005% Rayap kayu

kering Jumlah 210.006.000,00 148.426.000,00

Rata-tata 42.001.200 ± 6.034.711,1

[35.966.488,9 ; 48.035.911,10]

64.85%

29.685.200

33.360.889,3 29.685.200 ± 4.368.795,34

[25.316.404,65 ; 34.053.995]

60.99% Gabungan

RT+RKK Jumlah 323.806.000,00 235.760.000

Rata-tata 40.475.750 ± 4.625.149,82

[35.850.600,17 ; 45.100.899]

23.576.000

27.631.744,46 23.576.000 ± 3.384.826,45

[20.191.173,5 ; 26.960.826,5]

Dapat dilihat bahwa serangan rayap kering lebih besar yaitu 64,85%

dibandingkan dengan rayap tanah 35.14%.Serangan rayap kayu kering banyak ditemukanpada komponen kusen pintu dan kusen jendela. Tingginya serangan rayap pada bangunan yang berumur lebih dari 31tahun dikarenakan bangunan

tuamemiliki kadar air yang lebih rendah dibandingkan bangunan baru. Dalam penelitian ini, jenis rayap yang dominan menyerang bangunan tua adalah rayap

genus Cryptotermes. Hasil penelitian ini senada dengan penelitian Indrayani et.al (2004) yang menemukan sebanyak 83,3% serangan rayap kayu

(45)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 75% dari 36 SMP Negeri di kota pekanbaru

terserang rayap dengan kerusakan kecil dan sedang, sedangkan 25% dari 36 SMP negeri di kota Pekanbaru tidak terserang rayap.

Tabel 7. Persentase Kerusakan Bangunan SMP Negeri di Kota Pekanbaru

Kecamatan Sekolah Kerusakan (%) Jenis Kerusakan

LIMA PULUH

SAIL SUKAJADI

PAYUNG SEKAKI

SENAPELAN

RUMBAI

RUMBAI PESISIR

TAMPAN

BUKIT RAYA

TENAYAN RAYA

MARPOYAN DAMAI

SMPN 10

Rusak ringan Rusak ringan Rusak sedang Rusak sedang Rusak sedang Tidak ada kerusakan Rusak ringan Rusak sedang Tidak ada kerusakan Rusak sedang Tidak ada kerusakan Tidak ada kerusakan Tidak ada kerusakan

Rusak ringan Rusak ringan Rusak ringan Tidak ada kerusakan Rusak ringan Rusak sedang Rusak sedang Rusak sedang Rusak ringan Rusak sedang Tidak ada kerusakan Rusak sedang Rusak sedang Rusak ringan Tidak ada keruskan Rusak sedang Rusak ringan Rusak sedang Rusak Sedang Rusak sedang Rusak sedang Rusak sedang Tidak ada kerusakan

Persentase kerusakan terbesar yaitu pada SMP Negeri 16 di kecamatan

(46)

telah disurvei perlu dilakukan perbaikan dan penggantian. Hal ini sesuai dengan

karakteristik. Hal ini sesuai dengan karakteristik kerusakan menurut Remran (1993) dalam Romaida (2002) menyatakan tingkat kerusakan bangunan gedung

dibedakan berdasarkan kriteria : rusak ringan (kerusakan <5%) dianggap tidak perlu dilakukan penggantian, rusak sedang (5-20%) dianggap perlu dilakukan penggantian dengan memperhitungkan harga kayu yang rusak beserta upah

perbaikan dan rusak berat (kerusakan >20%) perlu dilakukan penggantian dengan memperhitungkan harga kayu yang rusak beserta upah perbaikan. Persentase

kerusakan yang didapat merupakan persentase total setiap komponen bangunan per total komponen bangunan. Bangunan yang diteliti mempunyai sebelas komponen yang terbuat dari kayu antara lain: kursi, meja, papan tulis, lemari,

lisplang, kuda-kuda, pintu, jendela tidak berdaun, jendela berdaun, kusen pintu dan kusen jendela.

Besarnya persentase kerusakan pada keseluruhan bangunan meningkatkan

besarnya kerugian ekonomis. Kerusakan tersebut disebabkan usia bangunan dan usia perbaikan (lampiran 1) selain itu tidak adanya tindakan pencegahan dan

pengendalian bagi bangunan yang terserang, hal ini mutlak sangat diperlukan untuk meminimalkan dan membatasi ruang gerak rayap , tindakan pra kontruksi atau pencegahan harus dilakukan karena murah dan mudah. Tindakan pasca

kontruksi atau pengendalian merupakan tindakan untuk meminimalkan kerusakan dan membatasi serangga rayap pada banguna (Prasetyo dan Yusuf, 2004).

(47)

Gambar 4. Grafik persentase kerusakan 36 bangunan SMP Negeri di Kota Pekanbaru Gambar diatas menunjukkan bahwa 36 bangunan SMP Negeri di Kota

Pekanbaru didominasi dengan kerusakan sedang. Sebanyak 17 sekolah mengalami kerusakan sedang (5-20%) sebesarnya 48%. 10 bangunan sekolah mengalami

kerusakan ringan (0-5%) sebesar 27 %, dan sisany 9 bangunan sekolah yang tidak terserang rayap (0%) yaitu sebesar 25%. Sedangkan untuk sekolah yang mengalami rusak berat (>20%) tidak ada sama sekali. Perbedaan tingkat

kerusakan bangunan sekolah tersebut disebabkan oleh tingkat perawatan gedung yang berbeda, ada beberapa sekolah yang rutin melakukan perbaikan dan

perawatan setiap tahun, ada yang dua tahun sekali , bahkan ada yang 10 tahun sekali bahkan lebih. Gambar 5 memperlihatkan sebaran tingkat kerusakan gedung akibat serangan rayap terhadap sampel yang diteliti.

0% 10% 20% 30% 40% 50%

jenis kerusakan bangunan

tidak terserang rayap

rusak ringan

rusak sedang

48 %

27 % 25 %

0 %

P

er

sen

tas

e

ke

rus

aka

(48)

SEBARAN TINGKAT KERUSAKAN PENELITIAN SMP NEGERI DI KOTA

Gambar 5. Sebaran Tingkat Kerusakan Gedung SMP Negeri Di Kota Pekanbaru

Jenis Rayap Perusak Kayu dan Sebaran Jenisnya

Pada saat penelitian tidak semua komponen bangunan yang mengalami

kerusakan ditemukan rayap pada komponen tersebut. Hal ini disebabkan seranganya sudah lama terjadi dan rayap telah pindah ke objek lain. Namun jejak seranganya masih dapat ditemukan dan ditandai. Jalur-jalur liang kembara yang

ditemukan umumnya belum rusak . Begitu juga dengan komponen yang terserang rayap kayu kering, eksremen-ekskremen masih dapat ditemukan karena banyak

(49)

Gambar 6 a) rayap kayu kering b) rayap tanah c) Rayap kayu kering (Cryptotermes cynocephalus Light) d) Rayap Tanah (Microtermes inspiratus Kemmer)

Gambar Rayap pada gambar 11 diatas merupakan kasta prajurit Cryptotermes cynocephalusLight dan Microtermes inspiratus Kemmer. Dimana ciri-ciri kasta parjurit Cryptotermes cynocephalus Light memiliki panjang tubuh

3.8 - 44 mm, jumlah ruas antena 11 - 12, sedangkan ciri-ciri kasta Microtermes inspiratus Kemmer dimana jenis ini berukuran besar, Panjang

prajurit 4,0-4,5 mm, ruas antenna prajurit 15 ruas.

Pola distribusi lokal rayapperusak bangunan berbeda-bedatergantung pada tingkat kerusakanlingkungan (Takematsu et al. 2005).Ekosistem yang rusak

mengurangikeanekaragaman hayati rayap danmenimbulkan dominasi rayap pemakankayu (Eggleton et al. 1996). Rayappemakan kayu merupakan

kelompokyang umum dijumpai sebagai hamaperusak bangunan.

c d

(50)

Rayap kayu kering memiliki daya serang yang lebih rendah dan laju

kerusakan yang lebih rendah dibandingkan dengan rayap tanah Rayap kayu kering umumnyadijumpai pada perabot rumah tangga,pada struktur bangunan

lazimnyamenyerang bagian kayu yang kering danjauh dari tanah seperti daun jendela,daun pintu dan kusen-kusen yang beradadi atas. Kerusakan yang diakibatkan olehrayap kayu kering tidak terlalu besar (Pribadi.T, 2014)

Rayaptanah adalah rayap dominan yangmenginfestasi bangunan di Indonesia.Genus yang lazim menyerang adalahCoptotermes, Microtermes,

danMacrotermes, tetapi genus yang terakhirumumnya dijumpai di sekitar bangunantidak menyerang kayu di dalambangunan. Rayap kayu kering umumnyaadalah Cyptotermes. (Takematsu et al2006). Gambar 8 meperlihatkan

sebaran jenis rayap yang menyerang SMP Negeri di Kota Pekanbaru

(51)

Model penduga kerugian ekonomis dengan memggunakan standar harga kayu Tembesu

Parameter yang dijadikan sebagai bahan untuk membuat model penduga kerugian ekonomis bangunan SMP Negeri baik menggunakan standar harga kayu

Tembesu dan standar harga kayu Meranti Kuning antara lain : usia bangunan, usia perbaikan , jumlah kelas, luas bangunan, luas tanah, dan jarak bangunan dari sungai. Model regresi penduga kerugian ekonomis dengan menggunakan standar

harga kayu tembesu adalah

Y = 3.345.632,952 + 440.195,352*Usia Perbaikan – 3.044,200*Jarak Sungai

Nilai konstanta (3.345.632,952) positif menunjukkan pengaruh positif terhadap variabel independen (usia perbaikan, dan jarak bangunan dari sungai).Bila variabel independen naik atau bepengaruh dalam satu satuan, maka

variabel kerugian standar tembesu (Y) akan naik

Koefisien usia perbaikan (X1) bernilai positif artinya (X1) dan kerugian

standar tembesu (Y) hubungan positif. Kenaikan usia perbaikan (X1) akan

mengakibatkan kenaikan pada kerugian standar tembesu (Y). 440.195,352 merupakan nilai koefisien regresi usia perbaikan (X1) terhadap variabel kerugian

standar tembesu (Y) artinya jika usia perbaikan (X1) mengalami kenaikan satu

tahun , maka kerugian standar tembesu (Y) akan mengalami peningkatan

sebesar Rp. 440.195,352 .

Koefisien jarak sungai (X2) bernilai negatif artinya (X2) dan kerugian

standar tembesu (Y) hubungan negative . Penurunan jarak sungai (X2) akan

mengakibatkan kenaikan pada kerugian standar tembesu (Y). -3.044,200 merupakan nilai koefisien regresi jarak sungai (X2) terhadap variabel kerugian

(52)

sungai (m), maka kerugian standar tembesu (Y) akan mengalami penurunan biaya

sebesar Rp. 3.044,200.

Model penduga kerugian ekonomis dengan menggunakan standar harga kayu meranti kuning

Model regresi penduga kerugian ekonomis dengan menggunakan standar harga kayu meranti kuning adalah sebagai berikut

Y = 1.288.888, 726 + 356.154,344 *Usia Perbaikan – 2.765,173*Jarak Sungai

Nilai konstanta (1.288.888,726) positif menunjukkan pengaruh positif terhadap variabel independen (usia perbaikan, dan jarak bangunan dari

sungai).Bila variabel independen naik atau bepengaruh dalam satu satuan, maka variabel kerugian standar meranti kuning (Y) akan naik

Koefisien usia perbaikan (X1) bernilai positif artinya (X1) dan kerugian

standar meranti kuning (Y) hubungan positif. Kenaikan usia perbaikan (X1) akan

mengakibatkan kenaikan pada kerugian standar meranti kuning (Y).356.154,344

merupakan nilai koefisien regresi usia perbaikan (X1) terhadap variabel kerugian

standar meranti kuning (Y) artinya jika usia perbaikan (X1) mengalami kenaikan

satu tahun , maka kerugian standar meranti kuning (Y) akan mengalami

peningkatan sebesar Rp.356.154,344.

Koefisien jarak sungai (X2) bernilai negatif artinya (X2) dan kerugian

standar meranti kuning (Y) hubungan negative . Penurunan jarak sungai (X2)

akan mengakibatkan kenaikan pada kerugian standar meranti kuning (Y). -2.765,173 merupakan nilai koefisien regresi jarak sungai (X2) terhadap variabel

kerugian standar tembesu (Y) artinya jika jarak sungai (X2) mengalami

peningkatan jarak sungai (m), maka kerugian standar meranti kuning (Y) akan

(53)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Total Kerugian ekonomis serangan rayap terhadap 36 bangunan SMP

Negeri di Kota Pekanbaru untuk standar kayu Tembesu sebesar Rp. 309.815.000 dan untuk standar kayu Meranti Kuning Rp 235.125.000. 2. Pada tingkat kerusakan di 36 bangunan SMP Negei Kota Pekanbaru ada 9

sekolah yang tidak terserang rayap (0%), 10 sekolah yang mengalami rusak ringan(< 5%) dan 17 sekolah mengalami rusak sedang (5-20%).

3. Jenis rayap yang ditemukan pada bangunan SMP Negeri yaitu Rayap kayu kering (Cryptotermes cynocephalus Light) dan Rayap Tanah (Microtermes inspiratus Kemmer)

4. Persentase kerugian lebih tinggi diakibat serangan rayap kayu kering dari pada rayap tanah.

5. Dari ke 6 faktor yang diamati yaitu luas bangunan, luas tanah, usia banguan, usia perbaikan, jumlah kelas dan jarak bangunan dari sungai, usia perbaikan dan jarak sungai adalah faktor yang berpengaruh terhadap

kerusakan dan kerugian ekonomis pada bangunan SMP Negeri Pekanbaru.

Saran

Mencengah bahkan mengurangi serangan rayap pada bangunan khususnya bangunan SMP Negeri di kota Pekanbaru di perlukan perbaikan atau perawatan yang rutin selain itu menggantikan fungsi kayu dengan besi atau baja ringan dapat

(54)

DAFTAR PUSTAKA

Amir M. 2003. Rayap dan Perananya. Dalam: M.Amir, Kahano.S. Serangga Taman Nasional Gunung Halimun Jawa Bagian Barat. Biodiversity Conservation Project. LIPI: 51-62

Badan Pusat Statistik Kota Pekanbaru , 2013 . Pekanbaru Dalam Angka 2013

Banas, K. & Gos. 2004. Effect of Peat-bog Reclamation on the Physic-chemical

Characteristic of the Ground Water in Peat. Polish journal ecology 52(1): 69-74.

Bignell, D.E. & P. Eggleton. (2000) Termites in Ecosystems dalam Abe, T., M. Higashi & D.E. Bignell (eds.) Termites: Evolution, Sociality, Symbioses, Ecology. Kluwer Academic Publishers. Dordrecht.

Borror JD, Triplehorn AC. Dan Jhonson FN. 1992. Pengenalan Pelajaran Serangga, Edisi Keenam. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Collins, N.M. 1983. The Utilization of Nitrogen Resources by Termites (Isoptera). Nitrogen as an Ecological Factor. Blackwell Scientific Publication Ltd. Oxford. Hal 381-410

Dinas Pendidikan Kota Pekanbaru, 2013. Data Sekolah, Guru dan Siswa per Kecamatan Kota Pekanbaru Per 31 Desember 2013.

Donovan, S.E., G.J.K. Griffiths, R. Homathevi & L. Winder. 2007. The Spatial Pattern of Soil-dwelling Termites in Primary and Logged Forest in Sabah, Malaysia. Ecological Entomology 32: 1-10.

Eggleton, P., S.E. Donovan & D.E. Biggnel. 1996. The Diversity, Abundance and Biomass of Termites Under Differing Levels of Disturbance in the Mbalmayo Forest Reserve, Southern Cameroon. Philosophical Transaction of the Royal Society of London 351: 51-68.

---, P. 2000. Global Patterns of Termite Diversity dalam Abe, T., M. Higashi & D.E. Bignell (eds.). Termites: Evolution, Sociality, Symbioses, Ecology. Kluwer Academic Publishers. Dordrecht. Hal (25-51)..

(55)

Harris, W. V. 1971. Termites Their Recognition and Control. Longman Group Limited. London.

Hasan, T 1984. Rayap dan Pemberantasannya. Yayasan Pembinaan Watak dan Group Ltd. London.

Hunt, G.M. and G.A Garrat. 1967. Wood Preservation. Mc Graw-Hill Book Company, New York.

Indrayani Y and T. Yoshimura. 2004. Diversity of Termite Species in West Kalimantan. Proceeding of The 3Rd Internatinonal Symposium of Indonesia\

Wood Research Society ( IWoRS) Jogjakarta, Indonesia. 278 - 281.

Jones, D.T., F.X. Susilo, D.E. Bignell, S. Hardiwitonos, A.N. Gillison & P. Eggleton. 2003. Termite Assemblages Collapse Along a Land-use Intensification Gradient in Lowland Central Sumatera, Indonesia. Journal of Applied Ecology 40: 380-391.

Jusmalinda, 1994. Perkiraan Kerugian Ekonomis Akibat Serangan Rayap Pada Bangunan Rumah Rakyat Di tiga Kecamatan Provinsi Sumatra Barat. Skripsi Jurusan Teknologi Hasil Hutan. Fakultas Kehutanan IPB, Bogor. Tidak Dipublikasikan.

Kyuma, K. 1987. Tropical peat soil ecosystem in Insular Southeast Asia (Manuscript).

Lavelle, P., D.E. Bignell & M. Lepage. 1997. Soil Function in a Changing World: The Role of Invertebrate Ecosystem Engineers. European Journal of Soil Biology 33: 159-193.

Martawijaya A, Iding K., Kosasi K.,Soewanda AP.1981. Atlas Kayu Indonesia jilid I. Badan penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Bogor.

--- A, Iding K., Kosasi K.,Soewanda AP.1989. Atlas Kayu Indonesia jilid II. Badan penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Bogor.

Nandika, D. R. Raffiudin dan E.A.Husaeni.1991. Biologi Rayap Perusak Kayu. Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

---, D. 2003. Giat Kembangkan Teknologi Antirayap. Avaiblable a Nicholas, D., Darrel, 1987. Kemunduran (Deteriorasi) kayu dan Pencegahannya

(56)

Nugroho F, 2014. Baja Ringan Sebagai Salahsatu Alternatif Pengganti Kayu Pada Struktur Rangka Kuda-kuda Ditinjau dari segi kontruksi. Jurnal Momentum Vol.16 No.2

Pearce MJ. 1997. Termites biology and pest management. Wallingford: Cabi

Pranggodo B, Y.R. Mardikanto, D. Nandika. 1983. Pengujian Efektivitas Kapur Untuk Mencegah Serangan Rayap Subteran Pada Bangunan. Institut Pertanian Bogor.

Prasetyo K.W dan Sulaeman Yusuf 2005. Menengah dan Membasmi Rayap Secara Ramah Lingkungan & kimiawi. Agromedia Pustaka. Bogor.

Pribadi, T.2014. Kerugian Ekonomis Akibat Infestasi Rayap pada Bangunan Perumahan (studi kasus Desa Gandasuli, Bobotsari, Purbalingga Jawa Tengah).Jurnal kerugian Ekonomi (28): 313-329.

Purnasari. T, Muhammad. A. 2013. Kenaekaragaman dan Biomassa Rayap Tanah Di Kebun Kelapa Sawit dan kebun Perkarangan Pada Lahan Gambut Di Kawasan Bukit Batu, Riau. Jurnal Biologi

Rakhmawati, 1996. Prakiraan Kerugian E0onomis akibat Serangan Rayap pada bangunan Perumahan di Indonesia. Skripsi Jurusan Teknologi Hasil Hutan. Fakultas Kehutanan IPB Bogor (Tidak dipublikasikan).

Rismayadi, Y. 1999. Penalaahan Daya Jelajah dan Ukuran Populasi Koloni Rayap Tanah Schedorhinotermes javanicus Kemner (Isoptera:Rhinotermitidae) serta Microtermes inspiratus Kemner (Isoptera:Termitidae). Tesis, Program Pasca Sarjana. IPB. Bogor. Tidak diterbitkan.

---, Y. 2003. Kerugian Ekonomi Akibat Serangan Rayap. Avaiable

at:

22 September 2008.

Robet, P., G.Z. Anshari & B. Widiarso. 2011. Hubungan Kedalaman Muka Air Tanah dengan Beberapa Sifat Fisik Gambut pada Perkebunan Kelapa Sawit.

http://id.shvoong.com/books/dictionary/2234410-hubungan-kedalaman-muka-air-tanah/ (diunduh tanggal 19 November 2012).

Gambar

Tabel 1. Data Jumlah Sekolah Menengah Pertama di Kota Pekanbaru.
Gambar 1.a. SMP Negeri 3 Pekanbaru kecamatan Sukajadi, b. SMP Negeri 6 Pekanbaru kecamatan Rumbai Pesisir
Gambar 2. Komponen bangunan sekolah ; a.Meja yang kakinya dari besi. b. kursi yang kakinya dari besi c tiang bangunan dari beton d Atap dengan rangka baja ringan
Tabel 2. Karakteristik –karakteristik bangunan SMP Negeri di Kota Pekanbaru
+7

Referensi

Dokumen terkait

• Meskipun kadar estrogen mengalami penurunan yang sangat besar selama masa nifas, namun kadarnya masih tetap lebih tinggi

Results of the proposed segmentation method on circuit breakers using down-sampled Faro subset The International Archives of the Photogrammetry, Remote Sensing and Spatial

Angkasa Pura I (Persero) Aviation Security Officer, Airport Rescue &amp; Fire Fighting Officer, Serta Airport Operation Officer Tahun 2017, mengumumkan nama-nama terlampir yang

Aktivitas yang Dilakukan agar Siswa Memperoleh Kompetensi Penilaian Autentik (Teknik Penilaian dan Bentuk Instrumen) mulia, percaya diri, dan bertanggung jawab dalam

Republik Indonesia Nomor 5656), sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2Ol5 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang

Figure 3: Host and intruder aircraft used for airborne near- collision flight tests.. positives from the scene clutter have a

Dengan melakukan kegiatan pengamatan langsung, siswa mampu mempresentasikan perbandingan akar pada tumbuhan yang berbeda dengan mandiri.. Dengan melakukan kegiatan pengamatan

The research team from Military University of Technology, Faculty of Civil Engineering and Geodesy, Geodesy Institute, Department of Remote Sensing and Photogrammetry has designed