• Tidak ada hasil yang ditemukan

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2015 TENTANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2015 TENTANG"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2015

TENTANG

PEDOMAN TATA KEHIDUPAN PRAJA INSTITUT PEMERINTAHAN DALAM NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang a. bahwa pembinaan mental dan disiplin secara konseptual bagi Praja Institut Pemerintahan Dalam Negeri merupakan

persyaratan untuk mencapai tujuan pendidikan

kepamongprajaan Kementerian Dalam Negeri dalam rangka menyiapkan kader Pamong Praja sebagai calon aparatur pemerintah yang berdisiplin tinggi, unggul, berwawasan negarawan, ilmuan, profesional, demokratis, dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;

b. bahwa Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 40 Tahun 2009 tentang Pembinaan Praja IPDN, Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 41 Tahun 2009 sebagaimana telah

diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 14 Tahun 2012 tentang Peraturan Disiplin Praja IPDN, dan

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 46 Tahun 2009 tentang Pedoman Tata Kehidupan Praja sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan keadaan sehingga perlu diganti; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud

dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia tentang Pedoman Tata Kehidupan Praja Institut Pemerintahan Dalam Negeri.

Mengingat 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2008

tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4916);

2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2012 Tentang Pendidikan Tinggi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 158, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5336);

3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 67, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5494);

(2)

- 2 -

4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang

Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang

Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679);

5. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 60 Tahun 1999 Tentang Pendidikan Tinggi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 115, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3859);

6. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2003 tentang Wewenang Pengangkatan, Pemindahan dan Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 15, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4263) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 63 Tahun 2009 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 2003 tentang Wewenang Pengangkatan, Pemindahan, dan Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 164, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);

7. Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5135);

8. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 40 Tahun 2009 tentang Pembinaan Praja Institut Pemerintahan Dalam Negeri;

9. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 41 Tahun 2009 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 14 Tahun 2012 tentang Peraturan Disiplin Praja Institut Pemerintahan Dalam Negeri;

10. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 46 Tahun 2009

tentang Pedoman Tata Kehidupan Praja Institut

Pemerintahan Dalam Negeri;

11. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 45 Tahun 2013 tentang Pelantikan Lulusan Institut Pemerintahan Dalam Negeri Sebagai Pamong Praja Muda (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 1044);

12. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 68 Tahun 2013 tentang Pakaian Dinas, Atribut, dan Kelengkapan Praja Institut Pemerintahan Dalam Negeri (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 1506).

MEMUTUSKAN:

Menetapkan PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK

INDONESIA TENTANG PEDOMAN TATA KEHIDUPAN PRAJA INSTITUT PEMERINTAHAN DALAM NEGERI.

(3)

- 3 -

BAB I

KETENTUAN UMUM Pasal 1

Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:

1. Institut Pemerintahan Dalam Negeri selanjutnya disingkat IPDN, adalah pendidikan tinggi kepamongprajaan di lingkungan Kementerian Dalam Negeri.

2. Kampus adalah Kampus Pusat IPDN di Jatinangor, Cilandak, dan Kampus IPDN di Daerah.

3. Rektor, adalah Rektor IPDN.

4. Dekan adalah Dekan Fakultas di IPDN.

5. Biro Akademik, Perencanaan, dan Kerjasama adalah unsur pembantu pimpinan di bidang akademik yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Rektor melalui Pembantu Rektor Bidang Akademik.

6. Biro Administrasi Keprajaan dan Kemahasiswaan adalah unsur

pembantu pimpinan di bidang administrasi keprajaan dan

kemahasiswaan yang berada di bawah dan bertanggungjawab langsung kepada Rektor melalui Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan.

7. Direktur adalah Direktur IPDN di Kampus Daerah.

8. Bagian Akademik adalah bagian akademik pada Kampus Pusat. 9. Bagian Pelatihan adalah bagian pelatihan pada Kampus Pusat.

10. Bagian Administrasi Keprajaan dan Alumni adalah bagian administrasi keprajaan dan alumni pada Kampus Pusat.

11. Bagian Pengasuhan, adalah Bagian Pengasuhan IPDN pada Kampus Pusat.

12. Bagian Keprajaan, adalah Bagian Keprajaan IPDN pada Kampus Daerah.

13. Pengasuh adalah Pegawai Negeri Sipil yang ditunjuk untuk melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap sikap kepribadian Praja pada IPDN di Kampus Pusat dan Kampus di Daerah.

14. Praja, adalah peserta didik program Diploma dan program Sarjana pada IPDN.

15. Pembinaan adalah proses pembentukan sikap dan watak Praja sebagai calon Pamong Praja.

16. Kehidupan Praja, adalah rangkaian kegiatan kehidupanPraja dalam melaksanakan kegiatan pendidikan di dalam dan di luar kampus IPDN. 17. Disiplin Praja, adalah ketentuan yang mengatur kewajiban, hak,

larangan, sanksi pelanggaran disiplin, dan mekanisme penjatuhan sanksi pelanggaran disiplin Praja IPDN.

18. Kewajiban Praja IPDN, adalah segala sesuatu yang harus dilaksanakan oleh Praja IPDN sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

19. Hak Praja IPDN, adalah segala sesuatu yang diterima oleh Praja IPDN dalam kedudukannya sebagai peserta didik.

(4)

- 4 -

20. Larangan, adalah segala sesuatu yang tidak boleh dilakukan oleh Praja IPDN selama mengikuti pendidikan baik didalam maupun diluar Kampus.

21. Pelanggaran Disiplin Praja, adalah semua perbuatan baik ucapan, tulisan, dan perbuatan Praja yang melanggar ketentuan disiplin Praja IPDN.

22. Sanksi Pelanggaran Disiplin, adalah sanksi yang dijatuhkan kepada Praja sebagai peserta didik.

23. Penghargaan adalah sebuah bentuk apresiasi terhadap suatu prestasi tertentu yang diberikan kepada Praja dari IPDN yang diberikan dalam bentuk material atau ucapan;

24. Pemberhentian Praja, adalah pemberhentian Praja sebagai peserta didik. 25. Komisi Disiplin yang selanjutnya disingkat Komdis, adalah unit pelaksana teknis yang mempunyai tugas melakukan verifikasi, pembahasan, dan memberikan rekomendasi kepada Rektor melalui Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan mengenai penetapan sanksi pelanggaran disiplin Praja IPDN.

26. Pedoman adalah ketentuan dasar bagi Praja untuk mengikuti proses pembelajaran dalam aspek Pengajaran, Pelatihan, dan Pengasuhan. 27. Ijin adalah pernyataan mengabulkan permohonan.

28. Dispensasi adalah pertimbangan pembebasan dari suatu kewajiban atau larangan.

BAB II RUANG LINGKUP

Pasal 2 Ruang lingkup Peraturan Menteri ini, meliputi: a. Pengangkatan Praja.

b. Penempatan Lokasi Proses Pembelajaran Praja. c. Kehidupan Praja, meliputi:

1) Kode Kehormatan; 2) Tata Krama;

3) Kegiatan Praja;dan

4) Mekanisme Izin dan Dispensasi. d. Disiplin Praja, meliputi:

1) Hak, Kewajiban;

2) Jenis Pelanggaran Disiplin; 3) Sanksi;

4) Penghargaan;dan

5) Pembinaan dan Pengawasan. e. Pemberhentian Praja.

(5)

- 5 -

BAB III

PENGANGKATAN PRAJA Pasal 3

Menteri mengangkat dan memberhentikan Praja IPDN Pasal 4

(1) Pengangkatan Praja IPDN dilaksanakan oleh Menteri, setelah Calon Praja dinyatakan lulus sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

(2) Pengangkatan Muda Praja IPDN dilaksanakan oleh Sekretaris Jenderal Kementerian Dalam Negeri atas nama Menteri Dalam Negeri.

(3) Pengangkatan sebagai Muda Praja IPDN sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan dalam Upacara Pengukuhan oleh Menteri.

Pasal 5

(1) Praja diangkat menjadi CPNS dan PNS, setelah memenuhi persyaratan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

(2) Pengangkatan Praja sebagai CPNS dan PNS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan sesuai tahapan dan proses Pengangkatan CPNS dan PNS.

BAB IV

PENEMPATAN LOKASI PEMBELAJARAN PRAJA Pasal 6

Lokasi pembelajaran di IPDN diselenggarakan di Kampus Pusat Jatinangor Sumedang, Kampus Cilandak Jakarta, dan Kampus IPDN di Daerah.

Pasal 7

(1) Penempatan pada lokasi pembelajaran ditetapkan Rektor IPDN.

(2) Penempatan Praja pada Kampus lokasi pembelajaran dilakukan berdasarkan syarat dan kriteria.

(3) Syarat dan kriteria sebagaimana dimaksud dalam ayat (2), meliputi: a. Penempatan Praja pada lokasi kampus pembelajaran dilakukan

dengan pertimbangan daya tampung masing-masing kampus, keterwakilan gender, dan keterwakilan Provinsi asal pendaftaran Praja dan syarat lainnya;dan

b. Penentuan Praja pada program Sarjana dilakukan dengan pertimbangan indeks prestasi akademik dan syarat lainnya dari masing-masing program studi.

(4) Pengaturan lebih lanjut syarat lainnya diatur dengan Peraturan Rektor. Pasal 8

(1) Penempatan Praja pada Kampus lokasi pembelajaran dilakukan dengan pola kumpul-sebar-kumpul (KSK).

(2) Penempatan Praja pada Kampus lokasi pembelajaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan siklus sebagai berikut:

a. Muda Praja melakukan proses pembelajaran di Kampus Jatinangor; b. Madya Praja dan Nindya Praja melakukan proses pembelajaran di

Kampus Jatinangor, Kampus Cilandak, dan Kampus Daerah secara proporsional sesuai mekanisme yang berlaku;

(6)

- 6 -

c. Wasana Praja yang mengikuti program Diploma IV menempati lokasi pembelajaran di Kampus Jatinangor;

d. Wasana Praja yang mengikuti program Sarjana menempati lokasi pembelajaran di Kampus Cilandak;

e. Penempatan kembali Wasana Praja program Sarjana ke Kampus Jatinangor setelah ujian skripsi dalam rangka persiapan wisuda dan pelatikan Pamong Praja Muda.

BAB V

KODE KEHORMATAN PRAJA Pasal 9

(1) Kode Kehormatan Praja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf c angka 1), merupakan tata nilai dan semangat kepamongprajaan.

(2) Kode Kehormatan Praja sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi: a. kader aparatur pemerintahan dalam negeri yang bertaqwa kepada

Tuhan Yang Maha Esa, setia kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945;

b. berjiwa Pamong dengan mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa;

c. Putra Bangsa yang siap mengabdi dan rela berkorban, bekerja keras dan pantang menyerah dalam pelaksanaan tugas untuk kepentingan bangsa dan negara;

d. Dipercaya, berdisiplin, bertanggungjawab, pembela

kebenaran/keadilan, dan kejujuran;

e. Insan berilmu yang berkemauan dan berkemampuan dalam membangun bangsa dan Negara.

BAB VI TATA KRAMA

Pasal 10

(1) Tata Krama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf c angka 2), merupakan penuntun sikap dan perilaku dalam kehidupan Praja.

(2) Tata Krama sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi tata cara: a. cara berpakaian dinas Praja;

b. penggunaan tutup kepala dan alas kaki; c. cara berdiri, berjalan, dan duduk Praja; d. berbicara;

e. bertamu, menerima tamu, dan mendampingi tamu resmi; f. tata cara makan;

g. berkenalan;

h. Praja Pria bersama rekan Wanita bukan Praja; i. Wanita Praja bersama rekan Pria bukan Praja; j. Praja Pria bersama Wanita Praja dan sebaliknya; k. berbelanja;

l. mengunjungi orang sakit;

m. melayat, menghadiri pemakaman dan ziarah; n. perjalanan; o. membuat janji; p. meminjam; q. menulis surat; r. mengundang; s. menonton pertunjukan; t. menelepon;

(7)

- 7 -

(3) Praja wajib melaksanakan tata krama sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dibawah bimbingan Pengasuh.

BAB VII

KEGIATAN PRAJA Pasal 11

(1) Kegiatan Praja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf c angka 3), merupakan rangkaian kegiatan dalam kehidupan sehari-hari di dalam dan di luar kampus.

(2) Kegiatan Praja sebagaimana dimaksud pada ayat (1), terdiri dari: a. Kegiatan Pengajaran;

b. Kegiatan Pelatihan;dan c. Kegiatan Pengasuhan.

(3) Kegiatan Pengajaran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a menitikberatkan pada penguasaan ilmu pengetahuan pemerintahan (aspek kognitif) dalam proses belajar mengajar di IPDN.

(4) Kegiatan Pelatihan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b menitikberatkan pada penguasaan keterampilan praktek pemerintahan (aspek psikomotorik).

(5) Kegiatan Pengasuhan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c, menitikberatkan pada pembentukan kepribadian Praja dan atau internalisasi nilai-nilai kepamongprajaan, dan nilai-nilai juang kemerdekaan dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

(6) Selain kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a, huruf b dan huruf c, diarahkan pula pada kegiatan ekstrakurikuler secara terstruktur meliputi olahraga, seni, budaya, kerohanian, organisasi Praja, dan pengabdian kepada masyarakat serta kepedulian sosial. (7) Ketentuan kegiatan Pengajaran, Pelatihan, dan Pengasuhan diatur lebih

lanjut dengan Peraturan Rektor.

BAB VIII

KEHIDUPAN PRAJA Pasal 12

(1) Kehidupan Praja, adalah rangkaian kegiatan kehidupan Praja dalam melaksanakan kegiatan pendidikan di dalam dan di luar kampus IPDN; (2) Kehidupan Praja sebagaimana dimaksud ayat (1), meliputi:

a. Kegiatan Pengajaran, meliputi: 1) pelajaran di kelas;

2) ujian;

3) analisis buku referensi;

4) kuliah kerja nyata (kukerta);dan 5) magang

b. Kegiatan Pelatihan, meliputi: 1) pelatihan di kelas;

2) ujian;

3) praktek lapangan dan bhakti karya praja (bkp);dan 4) latihan integrasi taruna dewasa (latsitarda).

(8)

- 8 -

c. Kegiatan pengasuhan, meliputi: 1) kegiatan rutin

2) apel dan atau upacara;

3) tata tertib makan di gedung nusantara; 4) penghormatan dan sikap;

5) pakaian dinas;

6) kebersihan dan perawatan perorangan; 7) pergerakan dalam kampus;

8) dinas jaga; 9) wajib belajar;

10) kepemilikan dan penggunaan barang; 11) penerimaan tamu;

12) istirahat dan tidur;

13) pesiar dan tempat pesiar; 14) interaksi sosial;

15) berobat dan atau keadaan sakit;

16) kunjungan kantin/koperasi/poliklinik;

17) penggunaan komputer/laptop, internet, handphone dan alat komunikasi yang lain;dan

18) menonton televisi.

d. Kegiatan ekstrakurikuler, meliputi:

1) organisasi keprajaan dan dewan kehormatan praja; 2) pembinaan rohani;

3) pembinaan olahraga; 4) pembinaan seni;dan

5) kegiatan tradisi kepamongprajaan. BAB IX

MEKANISME IZIN DAN DISPENSASI Bagian Kesatu

Jenis Izin Pasal 13

(1) Jenis izin yang berlaku bagi Praja, terdiri dari: a. Izin meninggalkan kampus;

b. Izin bermalam;dan

c. Izin sakit dan berobat di daerah.

(2) Izin meninggalkan kampus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a adalah izin meninggalkan kampus yang diberikan lembaga secara tersurat kepada Praja dengan waktu kurang dari 12 (dua belas) jam. (3) Izin bermalam sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b adalah izin

meninggalkan kampus yang diberikan lembaga secara tersurat kepada Praja yang membutuhkan waktu lebih dari 24 (dua puluh empat) jam. (4) Izin sakit dan berobat di daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

huruf c adalah izin meninggalkan kampus yang diberikan lembaga secara tersurat kepada Praja yang membutuhkan penanganan khusus karena alasan sakit dan atas rekomendasi dari dokter Poliklinik IPDN Kampus Jatinangor, Kampus Cilandak, dan Kampus Daerah secara berjangka.

(9)

- 9 -

Bagian Kedua

Syarat dan Mekanisme Izin Pasal 14

(1) Syarat pelaksanaan izin meninggalkan kampus merupakan keperluan yang mendukung proses pendidikan;

(2) Mekanisme pelaksanaan izin meninggalkan kampus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebagai berikut:

a. permohonan secara tertulis dari Praja;

b. pelaksanaan izin meninggalkan kampus pada hari Selasa dan Jumat;

c. tidak mengganggu kegiatan Pengajaran, Pelatihan, dan

Pengasuhan;

d. Praja yang telah mendapat izin wajib mengisi nomor dan buku registrasi izin meninggalkan kampus di masing-masing satuan dan mencantumkan nama Pengasuh dan Petugas Piket Pos Pelayanan Nusantara di Kampus Jatinangor, Kampus Cilandak, dan Kampus Daerah.

(3) Syarat pelaksanaan izin bermalam, yaitu:

a. sifatnya darurat (force majeur) diberikan kepada Praja apabila orang

tua (bapak dan atau ibu kandung) dan atau saudara kandung meninggal dunia atau sakit keras, paling lama 7 hari;dan

b. keperluan yang mendukung proses pendidikan paling lama 3 hari. (4) Mekanisme pelaksanaan izin bermalam sebagaimana dimaksud pada

ayat (3) sebagai berikut:

a. permohonan secara tertulis dari Praja;dan

b. Praja yang telah mendapat izin wajib mengisi nomor dan buku registrasi izin meninggalkan kampus di masing-masing satuan dan mencantumkan nama Pengasuh dan Petugas Piket Pos Pelayanan Nusantara.

(5) Syarat pelaksanaan izin sakit dan berobat di daerah, yaitu:

a. rekomendasi dari Dokter yang menyatakan Praja menderita sakit

parah dan atau menular;dan

b. permohonan secara tertulis dari Orangtua/Wali dan atau Kepala Badan kepegawaian Daerah (BKD) Provinsi asal pendaftaran Praja. (6) Mekanisme pelaksanaan izin sakit dan berobat di daerah sebagaimana

dimaksud pada ayat (5), sebagai berikut: a. Kampus Pusat

1) Permohonan dari Orangtua/Wali dan atau Kepala Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Provinsi asal pendaftaran Praja diajukan kepada Rektor dengan dilampirkan surat rekomendasi dari Dokter;dan

2) Rektor memberikan persetujuan dan menetapkan izin sakit dan berobat ke daerah.

b. Kampus Daerah

1) permohonan dari Orangtua/Wali dan atau Kepala Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Provinsi asal pendaftaran Praja diajukan kepada Direktur dengan dilampirkan surat rekomendasi dari Dokter;

2) Direktur meneruskan permohonan orang tua dan atau Kepala Badan kepegawaian Daerah (BKD) kepada Rektor; dan

3) Rektor memberikan persetujuan dan menetapkan izin sakit dan berobat ke daerah.

(10)

- 10 -

(7) Praja yang selesai melaksanakan izin sakit dan berobat ke daerah wajib: a. menyerahkan surat keterangan sehat;

b. melakukan pemeriksaan ulang Tim yang dibentuk oleh Rektor;dan c. rekomendasi dari Dinas Psikologi Angkatan Darat (AD) atau lembaga

lain yang ditunjuk bagi yang sakit mental/psikis. Bagian Ketiga

Pejabat Yang Berwenang Memberikan Izin Pasal 15

(1) Pejabat yang berwenang memberikan izin meninggalkan kampus: a. Kampus Pusat

1) Pemberian izin meninggalkan kampus paling lama 12 jam dalam sehari diberikan oleh Kepala Biro Administrasi Keprajaan dan Kemahasiswaan dan Penanggung Jawab Kampus;

2) Pemberian izin meninggalkan kampus paling lama 5 jam dalam sehari diberikan oleh Kepala Bagian Pengasuhan dan Koordinator Umum Pengasuh;

3) Pemberian izin meninggalkan kampus paling lama 2 jam dalam sehari diberikan oleh Kepala Subbagian pembinaan dan Pengawasan Bagian Pengasuhan dan Koordinator Pengasuh Putra dan Putri.

b. Kampus Daerah

1) Pemberian izin meninggalkan kampus paling lama 12 jam dalam sehari diberikan oleh Direktur Kampus;

2) Pemberian izin meninggalkan kampus paling lama 5 jam dalam sehari diberikan oleh Kepala Bagian Keprajaan;

3) Pemberian izin meninggalkan kampus paling lama 2 jam dalam sehari diberikan oleh kepala Subbagian pengasuhan.

(2) Pejabat yang berwenang memberikan izin bermalam: a. Kampus Pusat

Pemberian izin bermalam paling lama 7 (tujuh) hari diberikan oleh Rektor atau Pejabat lain yang ditunjuk Rektor.

b. Kampus Daerah

1) Pemberian izin bermalam paling lama 7 (tujuh) hari diberikan

oleh Rektor atau Pejabat lain yang ditunjuk Rektor;

2) Pemberian izin bermalam kurang dari 3 (tiga) hari diberikan oleh

Direktur Kampus Daerah.

(3) Pejabat yang berwenang memberikan izin sakit dan berobat di daerah di Kampus Pusat dan Kampus Daerah yaitu Rektor atau Pejabat lain yang ditunjuk Rektor.

Bagian Keempat Dispensasi

Pasal 16

(1) Praja diberikan dispensasi untuk tidak mengikuti kegiatan Pengajaran, Pelatihan dan Pengasuhan pada saat:

a. melaksanakan tugas sebagai Jaga Wisma;

b. melaksanakan Perintah dari lembaga untuk mengikuti kegiatan dinas di luar kampus.

(1) Praja diberikan dispensasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dalam 1 (satu) semester akademik maksimal 2 (dua) kali dispensasi.

(11)

- 11 -

BAB X

HAK DAN KEWAJIBAN Pasal 17

Kewajiban Praja terdiri dari:

a. setia dan taat sepenuhnya kepada Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Negara, dan Pemerintah;

b. mentaati Peraturan Disiplin Praja; c. mentaati Peraturan Kehidupan Praja;

d. mentaati peraturan perundang-undangan;dan

e. menyelesaikan pendidikan paling lama 10 (sepuluh) semester. Pasal 18

Hak Praja:

a. pelayanan pendidikan; b. penghargaan akademis;

c. fasilitas asrama, uang saku, makanan dan minuman, olahraga, ibadah, dan fasilitas yang berhubungan dengan kegiatan pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, perawatan kesehatan dasar;

d. cuti akademis;dan

e. advokasi, perlindungan hukum,dan pembelaan dalam proses hukum. BAB XI

JENIS PELANGGARAN DISIPLIN Pasal 19

Jenis pelanggaran disiplin terdiri atas: a. pelanggaran disiplin ringan;

b. pelanggaran disiplin sedang;dan c. pelanggaran disiplin berat.

Pasal 20

Jenis pelanggaran disiplin ringan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 huruf a, meliputi pelanggaran karena:

a. keluar kampus tidak melewati gerbang utama;

b. membeli, membawa, dan menyimpan makanan dan minuman selain air mineral di kelas dan wisma;

c. tidak memperlengkapi diri dengan sapu tangan, buku saku, dan alat tulis pada setiap pergerakan;

d. tidak memperlengkapi diri dengan tas kuliah, buku catatan, buku referensi sesuai mata kuliah masing-masing, dan alat tulis pada saat perkuliahan berlangsung;

e. tidak hadir tepat waktu pada saat dinas;

f. tidak mengenakan pakaian dinas dan/atau atribut sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

g. tidak menghormati lambang Negara pada saat masuk dan atau keluar Menza;

h. membawa makanan dan minuman dari luar ke dalam Menza;

i. makan terlambat atau mendahului tanpa izin Piket Pengasuh dan Piket Petugas Menza;

(12)

- 12 -

j. makan-makanan yang bukan jatahnya atau mengambil jatah Praja yang lain sebelum Upacara Makan;

k. ukuran dan model rambut tidak sesuai ketentuan;

l. tidak merapikan lemari pakaian, meja belajar, dan tempat tidur; m. berbuat gaduh di dalam kampus;

n. membiarkan jenggot, kumis, dan cambang tumbuh; o. memanjangkan dan atau mewarnai kuku;

p. terlambat mengikuti apel atau upacara;

q. melakukan gerakan yang tidak perlu pada saat upacara atau apel; r. memakai perhiasan;

s. tidur diatas tempat tidur Praja lain; t. tidak tertib di kelas;

u. bermain musik, televisi, play station, dan DVD dalam ruang tidur atau ruang belajar;

v. menggunakan payung di dalam kampus; w. membiarkan asrama tidak rapi dan kotor;

x. menggunakan jam tangan yang tidak sesuai ketentuan baik ukuran, warna, dan cara pemakaian;

y. Praja memiliki dan menggunakan alat kosmetik yang berlebihan; z. berpindah tempat tidak dalam keadaan berbaris;

aa. tidak berbaris rapi dan melaksanakan lari saat jumlah Praja kurang dari 10 orang ketika melewati garis putih yang sudah ditentukan (sekitar lapangan parade dan di depan Kantor Pengasuhan);

bb. Praja duduk di tempat yang tidak layak atau tidak pantas pada saat menggunakan pakaian dinas;

cc. Praja makan dan minum sambil berdiri dan berbicara secara tidak pantas;

dd. menggunakan kacamata selain dalam kegiatan Perkuliahan dan Pelatihan di Kelas dan belajar di Wisma;

ee. tidak mengisi buku administrasi Wisma sesuai dengan ketentuan; ff. melewati jalan yang tidak diperuntukkan bagi Praja;

gg. tidak membawa peralatan makan (sendok dan garpu) pada saat upacara makan di Gedung Nusantara;

hh. bertemu dengan sesama Praja melakukan jabat tangan dan atau disertai mencium tangan;dan

ii. meludah dan membuang sampah bukan pada tempatnya. Pasal 21

Jenis pelanggaran disiplin sedang sebagaimana dimaksud pada Pasal 19 huruf b, meliputi pelanggaran karena:

a. berjualan/berbisnis di dalam kampus;

b. tidak belajar pada waktu jam wajib belajar;

c. berduaan berlainan jenis di jalan maupun di ruangan;

d. keluar dari barisan sebelum barisan dibubarkan;

e. menyimpan, menggunakan barang inventaris tanpa izin dinas;

f. membeli, menjual, menyimpan, memiliki rokok, dan merokok;

g. membeli, menyimpan, dan melihat majalah, tabloid, gambar, film yang

bergambar porno dan internet dengan situs porno dan lain yang bercorak pornografi dan pornoaksi;

h. Praja putra masuk ke komplek wisma Wanita Praja tanpa izin Piket Pengasuh dan sebaliknya;

i. membawa tamu/pihak luar ke dalam Wisma tanpa ijin Pengasuh;

j. satu kali tidak mengikuti kegiatan Perkuliahan, Pelatihan, dan

Pengasuhan tanpa ijin dinas dalam satu semester; k. memelihara hewan di lingkungan Wisma;

(13)

- 13 -

l. tidak mengikuti kegiatan keagamaan yang telah ditentukan;

m. keluar dan kembali pesiar tidak tepat waktu;

n. tidak mengikuti apel dan atau upacara tanpa keterangan;

o. pesiar tanpa menggunakan Pakaian Dinas Pesiar yang berlaku;

p. tidak mengikuti upacara makan di gedung Nusantara;

q. mengumpat dan memaki serta menghardik;

r. memiliki, menyimpan, dan atau menggunakan gadget (laptop, telepon

genggam, android, ipad, tablet, ipod, kamera dan sejenisnya) tidak sesuai ketentuan;

s. tidak tertib ketika berada di perpustakaan, Bank, Koperasi, Kantin,

dan tempat-tempat umum lainnya;

t. menyimpan, menempatkan, menempelkan gambar, photo, tulisan,

hiasan ataupun grafik secara tidak pantas, dan melanggar etika di dalam Kampus;

u. naik ke atas plafon wisma atau plafon gedung, bersembunyi dalam lemari, kamar mandi, dan kolong tempat tidur;

v. menggunakan sarana dan prasarana Pengajaran, Pelatihan, dan

Pengasuhan tidak semestinya;

w. mengotori dan atau merusak prasarana dan sarana kampus;

x. tidak mengikuti kegiatan olah raga pagi;

y. tidak melaksanakan Dinas Jaga yang ditentukan;

z. mengecat, menyambung, menanam, meluruskan rambut,

mencabut/menyulam alis, mengeriting/menanam bulu mata,

menyulam bibir, menyulam alis, dan menambah aksesoris di tubuh serta merias wajah secara berlebihan;

aa. menyewa dan mengemudikan kendaraan bermotor tanpa izin dinas; bb. mengizinkan atau menyuruh adik Praja ke wisma kakak Praja dan

sebaliknya;

cc. keluar kampus tanpa izin dinas;

dd. ketua Kelas membiarkan kelas tanpa Dosen atau Pelatih, serta tidak memberitahukan kepada Operasional Pengajaran atau Operasional Pelatihan;

ee. bermalam di luar asrama kecuali ijin dinas atau cuti;

ff. berangkat mendahului dan atau kembali cuti tidak tepat waktu tanpa ijin dinas;

gg. melaksanakan kegiatan kumpul utusan daerah tanpa izin dan pendampingan Pengasuh dan atau Piket Posko Pusat Pelayanan Nusantara;

hh. melakukan transaksi dalam bentuk apapun dengan pihak luar di dalam kampus kecuali mendapatkan ijin dari lembaga;

ii. menggantikan teman pada saat pengecekan dan atau tugas dinas jaga tanpa sepengetahuan dan ijin dari Pengasuh;

jj. menggunakan kelengkapan ibadah diluar kegiatan keagamaan;

kk. tidak mengerjakan tugas yang diperintahkan oleh Pengajar, Pelatih, dan Pengasuh;

ll. menggunakan surat ijin yang sudah melampaui batas waktunya;

mm. bergandengan tangan dengan sesama Praja yang berlainan jenis kelamin;

nn. bertatto dan atau bertindik (kecuali di telinga bagi Wanita Praja); oo. memiliki, menggunakan, dan atau menyewa rumah atau kamar kos; pp. menggunakan kawat gigi/behel;

qq. tidak menggunakan pakaian dinas yang telah ditentukan pada saat cuti/praktek lapangan/magang;

rr. menyuruh junior atau pihak lain untuk mengambil uang di atm, mengambil cucian dan atau kepentingan pribadi lainnya;dan

(14)

- 14 -

Pasal 22

Jenis pelanggaran disiplin berat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 huruf c, meliputi pelanggaran karena:

a. mencontek pada saat ujian;

b. melanggar sumpah/janji, kewajiban, dan larangan sebagaimana yang diatur dalam peraturan perundangan tentang Aparatur Sipil Negara atau Disiplin Pegawai Negeri Sipil;

c. melakukan tindakan dan atau perbuatan yang menjurus atau mengarah pada terjadinya pelanggaran pidana dan atau tindakan pidana sebagaimana yang diatur dalam peraturan perundangan yang berlaku; d. berperilaku penjudi;

e. penyalahgunaan obat-obatan, barang, bahan, dan zat adiktif serta psikotropika;

f. terbukti dari hasil pemeriksaan laboratorium urine/rambut

mengandung narkoba, psikotropika, dan zat adiktif lainnya;

g. melakukan pemukulan pertama yang dapat menyebabkan terjadinya perkelahian dan atau menimbulkan tindakan kekerasan baik sesama Praja, civitas akademika maupun dengan masyarakat;

h. melecehkan dan melawan perintah atasan baik dalam bentuk perkataan maupun perbuatan;

i. melakukan ancaman, pemalakan, pemerasan, dan intimidasi kepada orang lain;

j. berbohong dan atau memberikan keterangan palsu baik dengan lisan atau tulisan;

k. tidak mengikuti perkuliahan dan pelatihan dan atau kehadiran kurang dari 80% dari jumlah tatap muka yang dipersyaratkan pada 2 (dua) atau lebih mata kuliah dan atau mata pelatihan yang ditetapkan;

l. meninggalkan kampus tanpa ijin selama 7 (tujuh) hari berturut-turut atau 14 (empat belas) hari akumulatif dalam 1 (satu) bulan;

m. melakukan plagiat dalam menulis makalah dan atau laporan akhir/skripsi;

n. menyuruh orang lain dalam menggantikannya sebagai peserta ujian

dan atau menggantikan orang lain dalam mengikuti

ujian/apel/pengecekan/upacara;

o. memalsukan atau memindai (scanning) tanda tangan atasan dan atau membuat surat palsu atau memalsukan surat dinas dengan maksud menguntungkan dirinya sendiri atau orang lain;

p. mengambil dan atau mempergunakan barang milik orang lain atau milik dinas tanpa hak;

q. melakukan perbuatan amoral, pelecehan seksual, dan atau asusila serta mengedepankan perilaku seks bebas;

r. tanpa ijin dinas, dengan sengaja mendatangi dan berada ditempat yang dapat menurunkan harkat dan kehormatan sebagai Praja;

s. berduaan atau berpasangan yang bukan muhrimnya berada dirumah/hotel/kost atau kamar atau ruangan tertutup;

t. terbukti secara medis mengidap penyakit kelamin dan atau hamil selama mengikuti pendidikan;

u. melakukan perkawinan dan atau menikah selama mengikuti pendidikan;

v. menggunakan Teknologi Informasi (TI) untuk membuat foto dan atau video serta menjadi pemeran pada foto dan atau video yang bersifat pornografi;

w. menggunakan media sosial atau Teknologi Informasi (TI) untuk melecehkan dan atau menyerang kehormatan dan nama baik lembaga, civitas akademika dan orang lain;

(15)

- 15 -

x. menyimpan, memiliki, mengedarkan, dan atau mengkonsumsi minuman berakohol;

y. membuat, membawa, menyimpan, memperjual belikan, dan

menggunakan senjata tajam dan atau senjata api yang tidak ada hubungannya dengan kepentingan dinas;

z. ditetapkan tersangka sebagai pelaku pelanggaran pidana atau tindak pidana oleh pihak yang berwenang;

aa. melakukan pelanggaran disiplin sedang pada saat menjalani sanksi disiplin sedang dan atau melakukan pelanggaran disiplin sedang yang sama lebih dari 3 (tiga) kali dalam 2 (dua) bulan yang telah tercatat dalam keputusan penjatuhan sanksi disiplin.

BAB XII SANKSI Bagian Kesatu

Jenis Sanksi Pasal 23

1) Sanksi terhadap pelanggar peraturan disiplin, disesuaikan dengan jenis pelanggaran.

2) Jenis pelanggaran disiplin sebagaimana dimaksud pada ayat (1), terdiri atas:

a. sanksi disiplin ringan; b. sanksi disiplin sedang;dan c. sanksi disiplin berat.

Pasal 24

(1) Jenis sanksi pelanggaran disiplin ringan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (2) huruf a, terdiri dari:

a. teguran lisan;

b. pemberian tugas dan pembinaan secara proporsional, edukatif, dan humanistik.

(2) Jenis sanksi pelanggaran disiplin sedang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (2) huruf b, terdiri dari:

a. teguran tertulis;

b. pengurangan nilai kepribadian;

c. pemberian tugas khusus yang mendidik dan akademis.

(3) Jenis sanksi pelanggaran disiplin berat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (2) huruf c, terdiri dari:

a. Turun tingkat;atau

b. Diberhentikan sebagai Praja Institut Pemerintahan Dalam Negeri. Pasal 25

Ketentuan lebih lanjut mengenai jenis sanksi pelanggaran disiplin ringan, sedang dan berat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 dan Pasal 24 diatur dengan Peraturan Rektor.

(16)

- 16 -

Pasal 26

(1) Praja melakukan pelanggaran disiplin ringan dan sedang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (1) dan dalam Pasal 24 ayat (2), dikenakan sanksi secara kumulatif.

(2) Madya Praja, Nindya Praja, dan Wasana Praja yang melakukan pelanggaran disiplin berat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (3), dikenakan sanksi secara alternatif.

(3) Muda Praja yang melakukan pelanggaran disiplin berat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (3) dikenakan sanksi pemberhentian sebagai Praja Institut Pemerintahan Dalam Negeri.

Pasal 27

(1) Setiap sanksi pelanggaran disiplin yang dijatuhkan disesuaikan dengan tingkatan pelanggaran.

(2) Setiap penjatuhan sanksi pelanggaran disiplin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib dicatat di buku saku Praja oleh Pejabat/Pengasuh.

Bagian Kedua

Pejabat Yang Berwenang Menerapkan Sanksi Pelanggaran Disiplin Pasal 28

(1) Rektor berwenang menerapkan sanksi pelanggaran disiplin berat bagi Praja IPDN.

(2) Penjatuhan sanksi pelanggaran disiplin ringan dan sedang dicatat di buku saku Praja oleh Pejabat/Pengasuh sesuai dengan kewenangan di masing-masing aspek Pengajaran, Pelatihan, dan Pengasuhan.

BAB XIII

MEKANISME PELAPORAN BAGI PRAJA YANG MELAKUKAN PELANGGARAN DISIPLIN PRAJA

Bagian Kesatu IPDN Kampus Pusat

Pasal 29

(1) Praja yang melakukan pelanggaran disiplin ringan aspek pengajaran, pelatihan, atau pengasuhan langsung dilaporkan kepada Fakultas, Bagian Pelatihan atau Bagian Pengasuhan dan langsung diberikan sanksi sesuai dengan jenis pelanggaran yang telah dilakukan.

(2) Praja yang melakukan pelanggaran disiplin sedang aspek pengajaran, pelatihan atau pengasuhan dilaporkan kepada Fakultas, Bagian Pelatihan atau Bagian Pengasuhan yang selanjutnya dibahas intern untuk memberikan pertimbangan kepada Dekan Fakultas, Kepala Biro Akademik, Perencanaan dan Kerjasama, dan Kepala Biro Administrasi Keprajaan dan Kemahasiswaan mengenai jenis sanksi yang akan dijatuhkan.

(17)

- 17 -

Pasal 30

(1) Laporan oleh Pelapor terhadap Praja yang melakukan pelanggaran disiplin berat aspek Pengajaran disampaikan kepada Pembantu Dekan Bidang Kemahasiswaan.

(2) Pelapor sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus mencantumkan dengan jelas identitas pelapor dan terlapor dengan jelas dan disertai bukti-bukti yang jelas dan dapat dipertanggungjawabkan.

(3) Pembantu Dekan Bidang Kemahasiswaan menindaklanjuti hasil laporan sebagaimana dimaksud ayat (1) kepada Dekan Fakultas untuk dilakukan pendalaman masalah melalui rapat senat Fakultas.

Pasal 31

(1) Laporan oleh Pelapor terhadap Praja yang melakukan pelanggaran disiplin berat aspek Pelatihan, laporan disampaikan kepada Kepala Bagian Pelatihan.

(2) Pelapor sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus mencantumkan dengan jelas identitas pelapor dan terlapor dengan jelas dan disertai bukti-bukti yang jelas.

(3) Kepala Bagian Pelatihan menindaklanjuti hasil laporan sebagaimana dimaksud ayat (1) kepada Kepala Biro Akademik, Perencanaan, dan Kerjasama untuk dilakukan pendalaman masalah.

Pasal 32

(1) Laporan oleh Pelapor terhadap Praja yang melakukan pelanggaran disiplin berat aspek Pengasuhan, laporan disampaikan kepada Kepala Bagian Pengasuhan;

(2) Pelapor sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus mencantumkan dengan jelas identitas pelapor dan terlapor dengan jelas dan disertai bukti-bukti yang jelas;

(3) Kepala Bagian Pengasuhan menindaklanjuti hasil laporan sebagaimana dimaksud ayat (1) dengan memerintahkan jajaran penegak disiplin Praja untuk melakukan pendalaman masalah dan pemeriksaan kepada Praja yang diduga melakukan pelanggaran disiplin berat.

Bagian Kedua IPDN Kampus Daerah

Pasal 33

(1) Laporan oleh Pelapor terhadap Praja yang melakukan pelanggaran disiplin berat aspek Pengajaran, Pelatihan, dan Pengasuhan dapat dilaporkan melalui masing-masing Kepala Bagian atau kepada Pembantu Direktur Bidang Kemahasiswaan;

(2) Pelapor sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus mencantumkan dengan jelas identitas pelapor dan terlapor dengan jelas dan disertai bukti-bukti yang jelas dan dapat dipertanggungjawabkan;

(3) Hasil laporan sebagaimana dimaksud ayat (1) ditindaklanjuti dengan dilakukan pendalaman masalah dan pemeriksaan.

(18)

- 18 -

Bagian Ketiga Pasal 34

(1) Pejabat yang tidak melaporkan adanya pelanggaran yang dilakukan oleh Praja lebih dari 2 (dua) kali baik di Kampus Pusat dan Kampus Daerah dianggap kelalaian;

(2) Pejabat sebagaimana dimaksud pada ayat (1), akan diberi sanksi teguran lisan dan tertulis;

(3) Pejabat yang berwenang memberikan sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) adalah atasan langsung dari pejabat yang melakukan kelalaian, sesuai ketentuan yang berlaku.

BAB XIV

MEKANISME PEMERIKSAAN DAN PENJATUHAN SANKSI PELANGGARAN DISIPLIN BERAT

Bagian Kesatu Kampus Pusat

Pasal 35

(1) Praja yang melakukan jenis pelanggaran disiplin berat wajib diperiksa terlebih dahulu sebelum dijatuhkan sanksi pelanggaran disiplin.

(2) Praja yang melakukan jenis pelanggaran disiplin berat aspek Pengajaran, pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilaksanakan secara lisan dan dibuatkan Berita Acara Pemeriksaan oleh Pembantu Dekan Bidang Kemahasiswaan.

(3) Praja yang melakukan jenis pelanggaran disiplin berat aspek Pelatihan, pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilaksanakan secara lisan dan dibuatkan Berita Acara Pemeriksaan oleh Kepala Bagian Pelatihan.

(4) Praja yang melakukan jenis pelanggaran disiplin berat aspek Pengasuhan, pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilaksanakan secara lisan dan dibuatkan Berita Acara Pemeriksaan oleh Subbagian Pembinaan Disiplin Praja pada Bagian Pengasuhan.

(5) Pemeriksaan Praja yang melakukan pelanggaran disiplin, dilakukan secara tertutup paling kurang 2 (dua) orang pemeriksa.

(6) Pelaksanaan pemeriksaan dan pembuatan Berita Acara Pemeriksaan dilakukan pada hari terjadinya pelanggaran atau penerimaan laporan.

Pasal 36

(1) Praja yang diperiksa wajib menjawab secara jujur semua pertanyaan yang diajukan oleh Pejabat yang memeriksa.

(2) Dalam hal Praja yang diperiksa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberikan keterangan yang tidak benar, palsu atau berbelit-belit, hal tersebut dapat memperberat sanksi pelanggaran disiplin dan kepadanya dapat dijatuhkan sanksi pelanggaran disiplin lebih berat.

(3) Dalam melakukan pemeriksaan, pejabat yang memeriksa dapat mendengar atau meminta keterangan dari saksi fakta dan saksi ahli, serta Dewan Kehormatan Praja;dan

(4) Berita Acara Pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 ayat (2), wajib ditanda tangani oleh Pejabat Pemeriksa dan Praja yang bersangkutan.

(19)

- 19 -

Pasal 37

Apabila Praja yang diperiksa tidak bersedia menjawab sebagian atau semua pertanyaan yang diajukan oleh Pejabat yang memeriksa atau menolak untuk menandatangani Berita Acara Pemeriksaan maka Pejabat yang memeriksa harus membuat catatan dan menandatangani sendiri Berita Acara Pemeriksaan.

Pasal 38

(1) Hasil pemeriksaan Pembantu Dekan Bidang Kemahasiswaan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 ayat (2) disampaikan kepada Dekan Fakultas.

(2) Hasil pemeriksaan Kepala Bagian Pelatihan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 ayat (3) disampaikan kepada Kepala Biro Akademik, Perencanaan dan Kerjasama.

(3) Hasil Pemeriksaan Sub Bagian Pembinaan DisiplinPraja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 ayat (4) disampaikan kepada Kepala Bagian Pengasuhan.

Pasal 39

(1) Dekan Fakultas dan Kepala Biro Akademik, Perencanaan, dan Kerjasama menyampaikan hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 ayat (1) dan ayat (2) disertai dengan kelengkapan berkas pendukung lainnya kepada Rektor dengan tembusan disampaikan kepada Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan, Kepala Biro Administrasi Keprajaan dan Kemahasiswaan, dan Komisi Disiplin.

(2) Kepala Bagian Pengasuhan menyampaikan hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 ayat (3) disertai dengan kelengkapan berkas pendukung lainnya kepada Kepala Biro Administrasi Keprajaan dan Kemahasiswaan dengan tembusan disampaikan kepada Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan, Ketua Komisi Disiplin, dan Kepala Bagian Administrasi Keprajaan dan Alumni.

(3) Kepala Biro Administrasi Keprajaan dan Kemahasiswaan

menyampaikan hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) kepada Rektor.

Pasal 40

(1) Rektor menugaskan Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan untuk melakukan verifikasi atas laporan yang disampaikan oleh Dekan Fakultas, Kepala Biro Administrasi Akademik, Perencanaan, dan

Kerjasama, serta Kepala Biro Administrasi Keprajaan dan

Kemahasiswaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39.

(2) Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan yang menerima penugasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menugaskan Komisi Disiplin untuk melakukan verifikasi.

Bagian Kedua IPDN Kampus Daerah

Pasal 41

(1) Pemeriksaan terhadap Praja yang melakukan pelanggaran disiplin berat aspek Pengajaran, Pelatihan, dilakukan oleh Kepala Subbag Akademik, dan Pengasuhan oleh Kepala Subbagian Disiplin dan Asrama.

(20)

- 20 -

(2) Kepala Subbagian Disiplin dan Asrama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) melaporkan hasil pemeriksaan kepada Kepala Bagian Keprajaan.

(3) Kepala Bagian Keprajaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) melaporkan hasil pemeriksaan kepada Direktur dengan tembusan kepada Pembantu Direktur Bidang Keprajaan.

(4) Direktur memerintahkan Pembantu Direktur Bidang Keprajaan untuk melakukan verifikasi dan rekomendasi tindak lanjut atas laporan hasil pemeriksaan dari Kepala Bagian Keprajaan.

(5) Pembantu Direktur Bidang Keprajaan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) melaporkan kepada Direktur hasil verifikasi pemeriksaan yang disertai rekomendasi tindak lanjut.

Pasal 42

(1) Direktur menyampaikan hasil verifikasi pemeriksaan dan rekomendasi tindak lanjut kepada Rektor dengan tembusan disampaikan kepada Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Kepala Biro Administrasi Keprajaan dan Kemahasiswaan.

(2) Rektor menugaskan Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan untuk melakukan verifikasi atas laporan yang disampaikan oleh Direktur IPDN Kampus Daerah, melalui mekanisme rapat Komisi Disiplin Kampus pusat dan atau dalam rapat gabungan jajaran pimpinan IPDN.

Bagian Ketiga

Mekanisme Penjatuhan Sanksi Pelanggaran Disiplin Pasal 43

(1) Rektor menjatuhkan sanksi pelanggaran disiplin kepada Praja di IPDN Pusat dan IPDN Kampus Daerah.

(2) Rektor mendelegasikan kewenangan penjatuhan sanksi pelanggaran disiplin jenis ringan dan sedang kepada Direktur IPDN Kampus Daerah bagi Praja di lingkungan IPDN Kampus Daerah.

Pasal 44

Berdasarkan hasil verifikasi dan rekomendasi dari Komisi Disiplin terhadap laporan hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40 ayat (2) dan Pasal 42 ayat (2) dilaksanakan rapat jajaran pimpinan IPDN dengan agenda membahas Praja yang diduga melakukan pelanggaran disiplin berat.

Pasal 45

(1) Rapat jajaran pimpinan IPDN sebagaimana dimaksud pada Pasal 44 adalah rapat yang dipimpin oleh Rektor atau pejabat yang ditunjuk, dengan peserta rapat terdiri dari:

a. Wakil Rektor;

b. Pembantu Rektor Bidang Akademik; c. Pembantu Rektor Bidang Administrasi; d. Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan; e. Dekan Fakultas;

f. Kepala Biro Administrasi Akademik, Perencanaan dan Kerjasama; g. Kepala Biro Administrasi Keprajaan dan Kemahasiswaan;

h. Kepala Pusat Konsultasi dan Bantuan Hukum; i. Kepala Pusat Bimbingan dan Konseling;

(21)

- 21 -

j. Ketua Komisi Disiplin; k. Kepala Bagian Pengasuhan;

l. Kepala Bagian Administrasi Keprajaan;dan

m. Jajaran pimpinan lain yang berkaitan dengan permasalahan Praja dan dibutuhkan keterangannya.

(2) Hasil rapat jajaran pimpinan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan Rektor kepada Senat untuk pertimbangan sebagai usulan dalam penjatuhan sanksi disiplin sebelum Rektor menjatuhkan Keputusan tentang penjatuhan sanksi disiplin Praja.

Pasal 46

Rektor menetapkan Keputusan tentang Penjatuhan Sanksi pelanggaran disiplin kepada Praja yang melakukan pelanggaran disiplin Praja, setelah menerima rekomendasi usulan penjatuhan sanksi pelanggaran disiplin Praja dari hasil Rapat Praja Bermasalah oleh jajaran pimpinan IPDN dan atau Senat Institut.

Pasal 47

(1) Praja yang meninggalkan Kampus dan telah dipanggil 3 (tiga) kali berturut-turut tidak hadir, dijatuhi sanksi pelanggaran disiplin berat tanpa kehadiran Praja yang bersangkutan.

(2) Rekomendasi penjatuhan sanksi pelanggaran disiplin berat

sebagaimana pada ayat (1) dituangkan dalam Berita Acara Rapat Pembahasan Rekomendasi Penjatuhan Sanksi pelanggaran disiplin Praja oleh Komisi Disiplin;

(3) Pemanggilan Praja sebagaimana dimaksud pada ayat (1), disampaikan kepada Praja yang bersangkutan melalui Kepala Badan Kepegawaian Daerah Provinsi asal pendaftaran Praja dan tembusan disampaikan kepada Orang Tua Praja yang bersangkutan.

Bagian Ketiga

Penyampaian Keputusan Sanksi Pelanggaran Disiplin Praja Pasal 48

(1) Rektor menetapkan Keputusan tentang Penjatuhan Sanksi Pelanggaran Disiplin atas pelanggaran yang telah dilakukan oleh Praja.

(2) Penyampaian Keputusan penjatuhan sanksi pelanggaran disiplin, dilakukan dalam Apel Luar Biasa yang dihadiri oleh seluruh Praja, Pengasuh, dan Para Pejabat di jajaran Kemahasiswaan.

(3) Dalam pelaksanaan Apel Luar Biasa di Kampus Pusat Bertindak sebagai Pembina Apel adalah Rektor IPDN atau pejabat yang ditunjuk.

(4) Dalam pelaksanaan Apel luar biasa di Kampus Daerah bertindak sebagai Pembina Apel adalah Direktur IPDN.

(5) Apabila dalam penyampaian keputusan sanksi pelanggaran disiplin sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Praja yang melakukan pelanggaran disiplin tidak hadir setelah dilakukan pemanggilan secara patut, maka dilakukan penjatuhan sanksi secara in absensia.

(22)

- 22 -

Pasal 49

(1) Praja dapat mengajukan keberatan administratif atas sanksi pelanggaran displin.

(2) Sanksi pelanggaran disiplin yang dapat diajukan keberatan administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1), hanya pada sanksi pelanggaran disiplin berat.

Pasal 50

(1) Praja yang dijatuhi sanksi pelanggaran disiplin berat dapat mengajukan keberatan administratif kepada Rektor dalam jangka waktu 14 (empat belas) hari terhitung mulai tanggal penerimaan keputusan sanksi pelanggaran disiplin disertai dengan berita acara serah terima keputusan sanksi pelanggaran disiplin berat;

(2) Keberatan administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1), harus memuat alasan-alasan dari keberatan itu;

(3) Keberatan administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (2), diajukan secara tertulis melalui mekanisme hierarki jabatan;dan

(4) Tata cara penyampaian sanksi pelanggaran disiplin berat dan penyampaian keberatan atas sanksi pelanggaran disiplin sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 51

Setiap penjatuhan sanksi pelanggaran disiplin ringan, sedang, dan berat wajib dicatat dalam buku catatan khusus oleh pejabat Pengasuh untuk dipergunakan sebagai bahan pertimbangan dalam penetapan nilai Pengasuhan Praja.

Bagian Keempat

Berlakunya Sanksi Pelanggaran Disiplin Pasal 52

(1) Sanksi Pelanggaran disiplin berat yang dijatuhkan kepada Praja, berlaku sejak tanggal penyampaian surat keputusan dalam apel luar biasa.

(2) Apabila Praja yang dijatuhi sanksi pelanggaran disiplin berat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayat (3) tidak hadir pada waktu penyampaian keputusan sanksi pelanggaran disiplin, maka sanksi pelanggaran disiplin itu berlaku pada hari ketujuh terhitung mulai tanggal penetapan penjatuhansanksi pelanggaran disiplin dalam apel luar biasa.

BAB XV

PEMBERHENTIAN PRAJA Pasal 53

(1) Pemberhentian Praja IPDN sebagaimana dimaksud pada Pasal 3 didelegasikan kepada Rektor IPDN.

(2) Praja diberhentikan dengan hormat dari pendidikan karena: a. mengundurkan diri sebagai Praja IPDN;

b. meninggal dunia yang dinyatakan dengan Surat Keterangan Kematian yang dibuat oleh Pejabat yang berwenang;

c. tidak cakap jasmani dan rohani berdasarkan surat keterangan Dokter sesuai dengan peraturan perundang-undangan;dan

d. tidak dapat menyelesaikan pendidikan dalam jangka waktu paling lama 5 (lima) tahun.

(23)

- 23 -

(3) Praja diberhentikan tidak dengan hormat dari pendidikan karena melakukan pelanggaran disiplin berat sebagaimana diatur dalam Peraturan ini;

(4) Proses pemberhentian sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) dilakukan setelah penetapan hasil rapat antara Pembantu Rektor Bidang Akademik, Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan, Dekan Fakultas, Biro Administrasi Akademik, Perencanaan dan Kerjasama, Biro Administrasi Keprajaan dan Kemahasiswaan, Pusat Konsultasi dan Bantuan Hukum, Pusat Bimbingan dan Konseling serta Komisi Disiplin.

Pasal 54

Praja yang belum berstatus CPNS diberhentikan sebagai Praja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 53, tidak diproses pengangkatannya menjadi CPNS.

Pasal 55

(1) Praja berstatus CPNS yang diberhentikan dengan hormat sebagai Praja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 53 ayat (2), dikembalikan kepada pemerintah daerah asal pendaftaran Praja sesuai ketentuan yang berlaku.

(2) Praja berstatus CPNS yang diberhentikan dengan tidak hormat sebagai Praja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 53 ayat (3), proses status CPNS sesuai ketentuan yang berlaku.

Pasal 56

(1) Praja berstatus PNS yang diberhentikan dengan hormat sebagai Praja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 53 ayat (2), diproses sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

(2) Praja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikembalikan kepada pemerintah daerah asal pendaftaran Praja.

(3) Praja berstatus PNS yang diberhentikan tidak dengan hormat sebagai Praja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 53 ayat (3), diproses sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Pasal 57

Pemberhentian Praja yang berstatus CPNS dan Praja berstatus PNS sebagaimana dimaksud pada Pasal 53, Pasal 54, Pasal 55, dan Pasal 56 kedudukan sebagai CPNS dan PNS dilaksnakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

BAB XVI

PENGHARGAAN PRAJA Pasal 58

Rektor memberikan penghargaan kepada Praja berprestasi bidang akademik, seni dan olahraga.

(24)

- 24 -

Pasal 59

(1) Rektor memberikan penghargaan kepada Praja berprestasi bidang akademik sebagaimana dimaksud Pasal 58 pada setiap yudisium kenaikan tingkat.

(2) Penghargaan sebagaimana dimaksud ayat (1) meliputi:

a. Penghargaan Sapta Abdi Praja terbaik di bidang pengajaran, pelatihan, dan pengasuhan;

b. Penghargaan Kartika Adhi Kertayasa di bidang pengajaran; c. Penghargaan Kartika Adhi Karyatama di bidang pelatihan;dan d. Penghargaan Kartika Adhi Mahottama di bidang Pengasuhan.

(3) Penghargaan pengajaran sebagaimana dimaksud ayat (2) huruf b diberikan kepada Praja dengan nilai terbaik I, II, dan III pada masing-masing Program Studi/Jurusan pada program Diploma IV dan sarjana. (4) Penghargaan pelatihan sebagaimana dimaksud ayat (2) huruf c

diberikan kepada Praja nilai terbaik I, II, dan III pada bidang Pelatihan. (5) Penghargaan pengasuhan sebagaimana dimaksud ayat (2) huruf d

diberikan kepada Praja nilai terbaik I, II, dan III pada Pengasuhan.

(6) Penghargaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dalam bentuk Keputusan Rektor.

Pasal 60

(1) Menteri memberikan penghargaan kepada lulusan terbaik IPDN. (2) Penghargaan sebagaimana dimaksud ayat (1) meliputi:

a. Kartika Pradnya Utama untuk program Sarjana;dan b. Kartika Asta Brata untuk program Diploma IV.

(3) Penghargaan untuk program sarjana sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a diberikan kepada Praja dengan nilai terbaik di bidang Pengajaran, Pelatihan, dan Pengasuhan.

(4) Penghargaan untuk program Diploma IV sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b diberikan kepada Praja dengan nilai terbaik di bidang Pengajaran, Pelatihan, dan Pengasuhan.

(5) Penghargaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dalam bentuk Keputusan Menteri.

Pasal 61

(1) Rektor memberikan penghargaan kepada Praja berprestasi bidang seni dan olahraga sebagaimana dimaksud Pasal 53 pada setiap prestasi yang diraih oleh Praja pada bidang Seni dan Olahraga.

(2) Ketentuan lebih lanjut tentang kriteria pemberian penghargaan bidang Seni dan Olahraga diatur lebih lanjut dengan peraturan Rektor.

(3) Penghargaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dalam bentuk Keputusan Rektor.

BAB XVII

PEMBINAAN DAN PENGAWASAN Pasal 62

Ruang lingkup pembinaan Praja, meliputi: a. pembinaan mental dan spiritual;

(25)

- 25 -

c. pembinaan konseling;

d. pembinaan olahraga dan kesamaptaan jasmani; e. pembinaan seni, budaya, dan kreatifitas;

f. pembinaan kepemimpinan;

g. pembinaan sikap kritis dan ilmiah;

h. pembinaan kehidupan sosial masyarakat;dan i. pembinaan penyaluran aspirasi.

Pasal 63

(1) Pembinaan dan pengawasan Praja dilaksanakan oleh: a. Pengasuh langsung;dan

b. Pengasuh tidak langsung.

(2) Pengasuh Langsung sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a, bertanggung jawab mengasuh Praja dengan melakukan pembinaan sikap, disiplin dan mental kepribadian serta pengawasan secara langsung dalam siklus kehidupan Praja.

(3) Pengasuh tidak langsung sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf b, sivitas akademika yang berkewajiban secara tidak langsung untuk melakukan pembinaan dan pengawasan kepada Praja.

(4) Standar kompetensi jabatan Pengasuh langsung sebagai instrumen seleksi penetapan Pengasuh ditetapkan dengan Peraturan Menteri.

Pasal 64

(1) Pengasuh langsung di Kampus Pusat sebagaimana dimaksud pada Pasal 63 ayat (1) huruf a, terdiri dari:

a. Kepala Bagian Pengasuhan;

b. Kepala Subbagian Pembinaan Disiplin;

c. Kepala Subbagian Bimbingan dan Pengawasan; d. Kepala Subbagian Tata Usaha;

e. Kepala Satuan;dan f. Pengasuh .

(2) Pengasuh langsung di Kampus daerah sebagaimana dimaksud Pasal 63 ayat (1) huruf a, terdiri dari:

a. Kepala Bagian Keprajaan;

b. Kepala Subbagian Pengasuhaan;

c. Kepala Subbagian Disiplin dan Asrama; d. Kepala Subbagian Ekstrakurikuler;dan e. Pengasuh.

(3) Pengasuh tidak langsung sebagaimana dimaksud pada Pasal 63 ayat (1) huruf b meliputi seluruh jajaran civitas akademika IPDN.

Pasal 65

Pembinaan dan Pengawasan Praja dilaksanakan dengan sistem penilaian prestasi bagi Praja yang diatur lebih lanjut dengan Peraturan Rektor.

Pasal 66

(1) Pembinaan Praja dimaksudkan sebagai pembentukan karakter dan meningkatkan rasa kejuangan, pengabdian, kesetiaan dan ketaatan sebagai kader aparatur Pemerintahan.

(26)

- 26 -

a. terwujudnya kader aparatur Pemerintahan yang setia dan taat kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

b. membina karakter, watak, rasa persatuan dan kesatuan serta semangat pengabdian kepada masyarakat;

c. mewujudkan Praja yang bermutu tinggi dan sadar akan tanggung jawabnya sebagai kader aparatur pemerintahan;dan

d. menumbuhkan dan meningkatkan semangat dan kesadaran dalam menjaga persatuan dan kesatuan dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.

BAB XVIII KELULUSAN PRAJA

Pasal 67

(1) Praja yang telah memenuhi syarat akademik Pengajaran, Pelatihan, dan Pengasuhan, serta selesai mengikuti ujian komprehensif dan dinyatakan lulus dilakukan yudisium kelulusan sebagai Praja IPDN sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

(2) Predikat kelulusan untuk program Diploma IV dan program Sarjana terdiri dari 3 (tiga) kriteria yaitu memuaskan, sangat memuaskan, dan dengan pujian (cum laude).

(3) Pejabat yang menyatakan kelulusan Praja adalah Rektor melalui Ketua Tim Penguji Ujian Komprehensif.

Pasal 68

(1) Dalam hal Praja belum diwisuda dan dilantik oleh pejabat yang berwenang, sekalipun telah diyudisium dan dinyatakan lulus, sebagai Praja tetap wajib mengikuti segala ketentuan dalam Pedoman Tata Kehidupan Praja.

(2) Praja yang belum diwisuda dan dilantik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang melakukan pelanggaran Pedoman Tata Kehidupan Praja selama masa tenggang waktu tetap diproses sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Pasal 69

(1) Praja yang telah menyelesaikan pendidikan dan dinyatakan lulus diwisuda oleh Menteri.

(2) Praja yang telah diwisuda, dilantik sebagai Pamong Praja Muda oleh Presiden Republik Indonesia atau Pejabat lain yang ditunjuk.

(3) Praja yang telah dilantik sebagai Pamong Praja Muda, penempatan dalam melaksanakan tugas sesuai dengan ketentuan yang berlaku. (4) Ketentuan pelaksanaan Pelantikan Pamong Praja Muda diatur dengan

Peraturan Menteri, dan ketentuan pelaksanaan Wisuda diatur dengan Peraturan Rektor.

Pasal 70

Ketentuan Tata Krama Praja dan kehidupan Praja tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.

(27)

- 27 -

BAB IX

KETENTUAN PENUTUP Pasal 71

Dengan diundangkannya Peraturan Menteri Dalam Negeri ini maka Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 40 Tahun 2009 tentang Pembinaan Praja IPDN, Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 41 Tahun 2009 tentang Disiplin Praja IPDN sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 14 Tahun 2012 dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 46 Tahun 2009 tentang Pedoman Tata Kehidupan Praja dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 72

Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri Dalam Negeri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta

pada tanggal 24 Agustus 2015. MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA,

ttd

TJAHJO KUMOLO Diundangkan di Jakarta

Pada tanggal 28 Agustus 2015.

MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,

ttd

YASONN H. LAOLY

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2015 NOMOR 1287. Salinan sesuai dengan aslinya

KEPALA BIRO HUKUM, ttd

W. SIGIT PUDJIANTO

Referensi

Dokumen terkait

Ia termasuk pengemis mandiri, karena saat beroperasi ia hanya sendiri dan hasilnya juga untuk dirinya sendiri, ia mengaku tidak ada yang memintanya untuk

PETA PRAKIRAAN WILAYAH POTENSI TERJADI GERAKAN TANAH BULAN DESEMBER 2016 (JAWA) PETA TITIK RAWAN GERAKAN TANAH (SUMATERA).. TABEL TITIK RAWAN GERAKAN

Dengan konsumsi listrik lebih rendah beserta perangkat aksesoris dan fitur inovatif yang baru, mesin pembersih serba guna ini membersihkan tanpa kompromi.. Kärcher memberikan

Dengan demikian dapat dipahami bahwa kegiatan pelayanan rekam medis yang telah dilakukan sejak zaman dulu sangat berperan dalam perkembangan

Bagus Hayatul Jihad, Analisis Tekno Ekonomi....FT-UI, 1996... Bagus Hayatul Jihad, Analisis Tekno

Sistem Informasi Akuntansi , Edisi Ketiga Belas, Diterjemahkan oleh Kikin Sakinah Nur Safira, Novita Puspasari, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.. Jakarta : PT

biaya lingkungan dan biaya sosial yang (sesungguhnya) terjadi dan harus dibayar oleh perusahaan, maka investasi perkebunan kelapa sawit skala besar layak untuk. dilaksanakan

Setiap pemutakhiran data yang dicatat dalam kartu aktiva tetap harus dilaksanakan oleh fungsi akuntansi, dan harus didasarkan pada dokumen sumber yang diotorisasi oleh pejabat