• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. Landasan Teori. Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering mendengar istilah agresif.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II. Landasan Teori. Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering mendengar istilah agresif."

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II Landasan Teori A. PERILAKU AGRESI

A.1 Pengertian Perilaku Agresi

Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering mendengar istilah agresif. Mungkin terlintas dalam pikiran kita segala tindakan yang berbentuk negatif, berupa kekerasan atau perilaku-perilaku aktif. Secara umum agresif dapat diartikan sebagai suatu serangan yang dilakukan oleh organisme terhadap organisme lain, objek lain atau bahkan pada dirinya sendiri (Dayakisni & Hudaniah, 2003)

Robert Baron (dalam Koeswara, 1998) menyatakan bahwa agresi adalah tingkah laku individu yang ditujukan untuk melukai atau mencelakai individu lain yang tidak menginginkan datangnya tingkah laku tersebut. Defenisi dari Baron ini mencakup empat faktor tingkah laku, yaitu : tujuan untuk melukai atau mencelakakan, individu yang menjadi pelaku, individu yang menjadi korban dan ketidakinginan si korban menerima tingkah laku si pelaku.

Menurut Baron dan Richardson (dalam Krahe, 2005) mendefenisikan perilaku agresi yaitu segala bentuk perilaku yang dimaksudkan untuk menyakiti atau melukai makhluk hidup lain yang terdorong untuk menghindari perilaku itu.

Kartono (2002), mengungkapkan bahwa agresi adalah ledakan-ledakan emosi dan kemarahan hebat meluap-luap dalam bentuk sewenang-wenang, penyerangan, penyergapan, serbuan kekejaman, perbuatan-perbuatan yang

(2)

menimbulkan penderitaan dan kesakitan, pengrusakan, dan tindakan permusuhan ditujukan kepada sesorang atau benda.

Medinnus dan Johnson (1974), menjelaskan bahwa tingkah laku agresi bisa berupa tingkah laku fisik maupun secara verbal. Agresivitas menurut penelitian Jersild dan Marley (1978), ditunjukkan melalui berbagai macam bentuk tingkah laku seperti menyerang orang lain, mengancam secara fisik maupun verbal, menuntut orang lain, mencoba memaksa untuk memiliki benda-benda yang bukan miliknya.

Berkowitz (dalam Koeswara, 1988) mendefenisikan agresi dalam hubungannya dengan pelanggaran norma atau perilaku yang tidak dapat diterima secara sosial. Selanjutnya Berkowitz membedakan dua macam agresif yaitu agresif instrumental dan agresi benci atau disebut juga agresi impulsive. Agresi instrumental adalah agresi yang dilakukan oleh individu sebagai alat atau cara untuk mencapai tujuan tertentu. Agresi benci atau agresi impulsive adalah agresi yang dilakukan semata-mata sebagai pelampiasan keinginan untuk melukai atau menyakiti, atau agresi tanpa tujuan selain untuk menimbulkan efek kerusakan, kesakitan atau kematian pada sasaran.

Menurut Baron dan Byrne (1990), perilaku agresif adalah segala bentuk perilaku yang disengaja terhadap orang lain yang bertujuan untuk melukainya dan orang yang dilukainya tersebut berusaha untuk menghindarinya.

Berdasarkan pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa perilaku agresif adalah perilaku yang dilakukan dengan niat menimbulkan akibat negatif terhadap

(3)

menghasilkan sesuatu oleh individu atau pun kelompok dengan menggunakan kekerasan fisik atau verbal.

A.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Agresi. 1. Faktor sosial, terdiri dari 3 elemen :

Frustasi, terjadi karena ketika individu gagal mendapatkan apa yang diingingkan atau diharapkan dan dengan demikian dapat menyebabkan timbulnya perilaku agresif.

Provokasi, adalah aksi yang dilakukan oleh orang lain yang memicu agresi individu. Ketika individu mendapatkan perlakuan yang membuatnya marah atau terganggu oleh karena seseorang, individu cenderung membalas perlakuan yang tidak menyenangkan itu kepada orang yang memberikan perlakuan tersebut.

Media kekerasan, yang menyajikan tayangan-tayangan berbau tindakan agresif. Ress & Roth, 1993 menyatakan bahwa film-film banyak yang bermuatan kekerasan bahkan tayangan kekerasan tersebut lebih banyak dalam kehidupan nyata.

2. Faktor Personal.

Pengaruh dari tipe kepribadian A yang berkarakteristikkan berjiwa kompetitif, orientasi pada waktu dan bersifat hostility (bermusuhan) lebih agresif dibandingkan dengan individu dengan tipe kepribadian B dengan karakteristik yang berlawanan dengan tipe kepribadian B.

(4)

Selain itu, keinginan personal individu untuk menjadi sosok yang memiliki kekuasaan menjadi determinan penting dalam perilaku agresif karena hasrat tersebut mendorong individu untuk menghalalkan segala cara untuk menggapai keinginannya.

3. Faktor Situasional

Didasarkan pada keadaan disekitar individu yang membuat individu terpancing untuk berperilaku agresif. Faktor meminum minuman keras dalam jumlah yang melewati batas atau mabuk, suhu yang tinggi atau panas, kepadatan, kebisingan dan polusi udara menunjukkan bahwa faktor-faktor ini mendorong terjadinya perilaku agresif

Menurut Deaux, (1993) faktor atau kondisi yang mempengaruhi munculnya perilaku agresif yaitu :

1. General arousal

Model general arousal menunjuk pada keadaan arousal yang umum yang akan meningkatkan kecenderungan tingkah laku agresi. Zilmann berpendapat bahwa ekspresi kemarahan maupun emosi yang lainnya tergantung pada tiga faktor yaitu kebiasaan / watak seseorang yang dipelajari, beberapa sumber yang memberikan arousal, dan interprestasi seseorang tentang keadaan arousal

2. Serangan secara fisik dan verbal

Perkataan langsung dan serangan fisik adalah pengaruh yang paling nyata dalam tingkah laku agresif. Dalam segala kemungkinan seseorang akan

(5)

terpancing (dan akan bereaksi) untuk membalas agresi fisik dan verbal tersebut.

3. Dorongan pihak ketiga

Agresi tidak selalu muncul dalam keadaan terisolasi. Seringkali orang-orang lain yang berada disekitar kita ikut terlibat dalam interaksi. Contohnya dalam suatu pertarungan penonton penonton dapat secara antusias memaksa petarung favorit mereka untuk menghancurkan lawan. 4. Deindividusiasi

Saat orang-orang tidak bisa terindentifikasi, mereka cenderung untuk membentuk sikap anti sosial. Jelasnya, agresi lebih mungkin dan lebih dapat ditoleransi saat kita tidak bisa melihat konsekuensi dari tindakan kita 5. Kondisi lingkungan

Kondisi lingkungan sering kali mempengaruhi mood seseorang. Donnerstein dan Wilson (1976) berdasarkan hasil penelitiannya menemukan bahwa tingkat tingkat keributan dapat menambah tingkat agresif. Kondisi udara yang tidak menyenangkan seperti asap, kabut, juga mempengaruhi sikap agresi. Banyak orang juga mempengaruhi sugesti dalam hubungan antara temperatur dan kekerasan. Robert Baron dan mahasiswanya menemukan bahwa dalam beberapa kondisi, cuaca panas menambah kecenderungan sikap agresi, bahkan pada subjek yang tidak sedang marah.

(6)

6. Media massa

Di beberapa media televisi sering menampilkan program yang acaranya sebagian besar berupa penayangan film yang bertemakan kekerasan, perkelahian, pemukulan, pembunuhan, kekerasan media massa semacam ini dianggap dapat merangsang untuk berperilaku agresif.

7. Frustasi

Tahun 1939 Dollard, Miller, Mowrer dan Sears membuat hipotesa bahwa frustasi adalah sebagai penyebab dari agresi. Hipotesa frustai – agresi mengangatakan bahwa “terjadinya agresi selalui diikuti oleh frustasi”. Disisi lain Wagiman (1997) menyatakan bahwa hukuman merupakan salah satu alat yang digunakan untuk mendisiplinkan anak. Namun hukuman juga dapat mengakibatkan anak menjadi frustasi. Sesuai dengan hipotesa frustasi – agresi, keadaan frustasi akaan mengakibatkan anak menjadi agresif.

A.3 Bentuk Perilaku Agresi

Menurut Buss, (dalam Dayakisni & Hudaniah, 2003 ) agresi dapat terjadi dalam beberapa bentuk. Dapat di ekpresikan secara verbal, seperti memaki atau penyerangan meliputi serangan langsung terhadap orang lain atau serangan tidak langsung sebagai contoh posesif terhadap orang lain. Agresi dapat diekspresikan secara pasif, seperti ketika seseorang menghalangi pekerjaan orang lain dengan mengalihkan perhatian orang tersebut atau sikap tidak mau bekerja sama.

(7)

Berdasarkan hal tersebut diatas, maka Buss (dalam Dayakisni & Hudaniah, 2003) membagi agresi kedalam beberapa bentuk yaitu:

1. Agresi fisik aktif langsung

Agresi fisik aktif langsung adalah tindakan agresi fisik yang dilakukan individu atau kelompok dengan cara berhadapan secara langsung dengan individu atau kelompok lain yang menjadi target dan terjadi kontak fisik secara langsung. Contohnya memukul, menikam atau menembak seseorang. 2. Agresi fisik pasif langsung

Agresi fisik pasif langsung adalah tindakan agresi fisik yang dilakukan oleh individu atau kelompok dengan cara tidak berhadapan secara langung dengan individu atau kelompok lain yang menjadi targetnya dan tidak terjadi kontak fisik secara langsung. Contohnya memasang ranjau atau jebakan untuk melukai orang lain, menyewa pembunuh bayaran untuk membunuh orang lain. 3. Agresi fisik aktif tidak langsung

Agresi fisik aktif tidak langsung adalah tindakan agresi fisik yang dilakukan oleh individu atau kelompok lain yang menjadi targetnya namun tidak terjadi kontak fisik secara langsung. Contohnya demonstrasi, aksi mogok dan aksi diam

4. Agresi fisik pasif tidak langsung

Agresi fisik pasif tidak langsung adalah tindakan agresi fisik yang dilakukan oleh individu atau kelompok dengan cara tidak berhadapan dengan individu atau kelompok lain yang menjadi targetnya dan tidak terjadi kontak fisik

(8)

secara langsung. Contohnya tidak peduli, apatis, masa bodoh, menolak melakukan tugas penting, tidak mau melakukan perintah.

5. Agresi verbal aktif langsung.

Agresi verbal aktif langsung adalah tindakan agresi verbal yang dilakukan oleh individu atau kelompok dengan cara berhadapan secara langsung dengan individu atau kelompok lain. Contoh menghina orang lain dengan kata-kata yang menyakitkan, mengomel.

6. Agresi fisik aktif langsung.

Agresi verbal aktif tidak langsung adalah tindakan agresi yang dilakukan oleh individu atau kelompok dengan cara tidak berhadapan secara langsung dengan individu atau kelompok lain yang menjadi targetnya. Contoh menyebarkan berita tidak benar atau gosip tentang orang lain.

7. Agresi verbal pasif langsung.

Agresi verbal pasif langsung, yaitu tindakan agresi verbal yang dilakukan oleh individu atau kelompok dengan cara tidak berhadapan dengan individu atau kelompok lain namun tidak terjadi kontak verbal secara langsung seperti menolak bicara, bungkam

8. Agresi verbal pasif tidak langsung.

agresi verbal pasif tidak langsung, yaitu tindakan agresi verbal yang dilakukan oleh individu atau kelompok lain yang menajdi targetnya dan tidak terjadi kontak verbal secara langsung, seperti tidak memberi dukungan, tidak menggunakan hak suara.

(9)

Sementara itu Medinus dan Johnson (dalam Dayakisni, 2003) mengelompokkan agresi menjadi empat kategori, yaitu :

1. Menyerang fisik, yang termasuk didalamnya adalah memukul, mendorong, meludahi, menendang, menggigit, meninju, memarahi dan merampas. 2. Menyerang suatu objek, yang dimaksudkan disini adalah menyerang benda

mati atau binatang

3. Secara verbal atau simbolis, yang termasuk didalamnya adalah mengancam secara verbal, memburuk-burukkan orang lain, sikap mengancam dan sikap menuntut.

4. Pelanggaran terhadap hak milik atau menyerang daerah orang lain.

A.4 Perilaku Agresif Pada Pria Dan Wanita.

Menurut Condry dan Ross (dalam Hogg dan Vaughan, 2002) sejak awal masa anak-anak, laki-laki cenderung lebih agresif daripada wanita. Hocker (dalam sarwono, 2000) menyebutkan bahwa perbedaan proses sosialisasi antara pria dan wanita menghasilkan perbedaan agresivitas antara keduanya. Perbedaan ini mudah terlihat dalam tingkah laku bermain. Anak laki-laki melakukan permainan yang menuntut kekuatan motorik, bersifat ekspansif dan agresif (bermain bola, perang-perangan) sedangkan anak perempuan melakukan permainan yang menuntut kehalusan motorik dan non agresif (masak-masakan, bermain boneka).

Menurut Maccobay & jacklin kebanyakan laki-laki lebih agresif daripada kebanyakan wanita (dalam Santrock, 2003). Darvill & Cheyne (dalam Hetherington, 1999) menyatakan bahwa pola agresivitas pada laki-laki dan

(10)

perempuan berbeda dalam cara tertentu. Laki-laki cenderung membalas setelah diserang daripada perempuan.

Hasil penelitian Sears (dalam Koeswara, 1988) menemukan bahwa anak laki-laki lebih agresif dibandingkan wanita. Anak wanita cenderung melakukan penyerangan secara psikologis seperti perilaku agresif secara verbal, sedangkan laki-laki memperlihatkan perilaku agresifnya dengan melakukan penyerangan fisik.

Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa laki-laki cenderung lebih agresif dibandingkan wanita.

A.5 Perkembangan Perilaku Agresi.

Menurut Loeber dan Hay (Krahe, 2005) mengatakan sampai batas tertentu agresi bersifat normatif umur (age-normatif) dikalangan anak-anak dan remaja. Ini berarti bahwa perilaku yang dilakukan dengan niat menyakiti orang lain diperlihatkan, paling tidak sekali-sekali, oleh banyak atau kebanyakan anggota kelompok umur ini. Tetapi, ada sejumlah anak dan remaja yang menyimpang dari proses perkembangan normal ini.

Pada tahun-tahun awal sekolah, perbedaan gender dalam hal agresi menjadi tampak jelas. Anak laki-laki pada umumnya memperlihatkan tingkat agresi fisik yang lebih tinggi daripada umumnya memperlihatkan tingkat agresi fisik yang lebih tinggi daripada perempuan.

(11)

Perubahan penting pada perilaku agresif tersebut karena lebih terorganisasi secara sosial. Selanjutnya Loeber dan Stouthamer (1998) mengatakan bahwa perilaku agresi terus menurun sebagaimana fungsi umur.

Berdasarkan diatas dapat disimpulkan bahwa ada hubungan tingkat perilaku agresi dengan perkembangan usia.

A.6. Perilaku Agresi Dalam Telaah Lintas Budaya

Menurut Krahe (2005) semua perilaku agesif dapat terjadi di semua masyarakat, tetapi akan beragam tingkat agresifnya. Biasanya mereka melakukan tindakan agresi dalam tingkatan yang berbeda, dalam cara yang berbeda, dan untuk alasan yang berbeda.

Hasil penelitian Landau (dalam Dayakisni, 2004) menunjukkan ada tingkat pembunuhan yang relatif tinggi dan konsisten (Finlandia, Israel, USA, dan Jerman), sementara yang lain menunjukkan angka pembunuhan yang relatif rendah dan stabil (Austria, Swiss, Inggris, Nederland, Swedia, Norwegia, ddan Denmark) sedangkan Jepang memiliki tingkat pembunuhan yang rendah dan semakin menurun.

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan adanya pengaruh budaya dalam perilaku agresif.

(12)

B. SUPORTER

B.1 Pengertian Suporter

Menurut Hinca (2007), Suporter atau fans club adalah sebuah organisasi yang terdiri dari sejumlah orang yang bertujuan untuk mendukung sebuah klub sepak bola. Suporter harus berafiliasi dengan klub sepak bola yang didukungnya, sehingga perbuatan suporter akan berpengaruh terhadap klub yang didukungnya.

Suryanto (1996) mengatakan Suporter adalah orang-orang yang memberikan dukungan atau support kepada satu tim yang di bela.

B.2 Struktur Organisasi dan Keanggotaan. B.2.1 Struktur Organisasi.

Berdasarkan peraturan PSSI (Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia), dalam organisasi fans club atau Suporter setidaknya harus terdiri dari :

1. Ketua 2. Sekretaris 3. Bendahara 4. Kordinator Suporter 5. Kordinator Humas 6. Kordinator keamanan

7. Kordiantor Peralatan atau Perlengkapan 8. Kordiantor Transportasi.

(13)

B.2.2 Keanggotaan.

Mengenai keanggotaan sebuah suporter, BLI (Badan Liga Indonesia) menetapkan peraturan sebagai berikut :

1. Terdaftar sebagai anggota suporter dalam organisasi suporter

2. Terikat dengan peraturan yang telah ditetapkan oleh suporter yang bersangkutan

3. Anggota membayar iuran bulanan yang jumlahnya ditentukan oleh organisasi suporter

4. Anggota mendapat kartu suporter yang didalamnya terdapat nomor keanggotaan fan yang bersangkutan

5. Lama berlakunya keanggotaan ditentukan oleh suporter yang bersangkutan

6. Anggota dapat membeli tiket dari pengurus suporter dengan potongan harga

7. Dengan menjadi anggota suporter, anggota mendapatkan keuntungan-keuntungan yang ditentukan dalam peraturan keanggotaan suporter yang bersangkutan.

B.3 Hubungan Suporter Dengan Klub

Suporter harus berafiliasi kepada klub. Perbuatan anggota suporter akan berpenagruh terhadap klub yang didukungnya. Klub dapat dikenakan sanksi apabila suporter baik perorangan maupun per group melakukan tindakan yang merusak atau anarkistis. Suporter bertanggung jawab menjaga nama baik klub.

(14)

Klub wajib memberikan fasilitas dalam bentuk subsidi finansial, infrastruktur dan pendidikan, kepada suporter

Referensi

Dokumen terkait

Suatu gerakan atau kine sebenarnya merupakan abstraksi dari arah perilaku seseorang yang diwariskan oleh kelompoknya kepada orang lain dalam satu kelompok yang sama yang

Menurut Holland dalam Sopacua (2013) proses pemilihan karier individu yaitu meliputi : (a) orang secara langsung mengorientasikan dirinya kepada kelompok besar

Pada perkembangannya kelompok acuan tidak lagi hanya berupa kelompok secara langsung dapat mempengaruhi individu, namun ada kelompok acuan yang bersifat tidak langsung,

Pembinaan merupakan sebuah proses, pembuatan, cara pembinaan, pembaharuan, usaha dan tindakan yang dilakukan secara berdaya guna dan berhasil dengan baik. Masdar

Agus Mulyana (2010) dalam Tesisnya yang berjudul pengaruh aktivitas fisik terhadap kemampuan short term memory, long term memory dan prestasi belajar yang

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembinaan keagamaan Islam adalah usaha yang dilakukan oleh individu maupun kelompok yang berhubungan dengan agama

Keadaan fisik individu akan berpengaruh terhadap kepercayaan diri. Individu yang memiliki fisik yang kurang sempurna akan menimbulkan perasaan negatif terhadap

Keadaan fisik individu akan berpengaruh terhadap kepercayaan diri. Individu yang memiliki fisik yang kurang sempurna akan menimbulkan perasaan negatif terhadap