• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI Pengertian Kemandirian Pemilihan Karir

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI Pengertian Kemandirian Pemilihan Karir"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

8 BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Kemandirian Pemilihan Karier

2.1.1. Pengertian Kemandirian Pemilihan Karir

Kemandirian adalah suatu suasana di mana seseorang mau dan mampu mewujudkan kehendak/keinginan dirinya yang terlihat dalam tindakan/perbuatan nyata guna menghasilkan sesuatu (barang/jasa) demi pemenuhan kebutuhan hidupnya dan sesamanya Gea, ( 2005).

Menurut Jacob Utomo. 1990. (http://www.smadwiwarna.net/), kemandirian mernpunyai kecenderungan bebas berpendapat. Kemandirian merupakan suatu kecenderungan menggunakan kemampuan diri sendiri untuk menyelesaikan suatu masalah secara bebas, progresif, dan penuh dengan inisiatif.

Pemilihan Karir menurut Dewa Ketut Sukardi (2004) pemilihan setiap jabatan adalah suatu tindakan ekspresif yang memantulkan motivasi, pengetahuan, kemampuan kepribadian dan kemampuan seseorang. Jabatan-jabatan menggambarkan suatu pandangan hidup suatu lingkungan daripada menetapkan fungsi-fungsi atau ketrampilan kerja secara terpisah.

Menurut Happock (dalam Ketut Sukardi, 1987) pekerjaan, jabatan/karir yang dipilih adalah jabatan yang diyakini bahwa jabatan itu paling baik untuk memenuhi kebutuhannya. Pilihan karir adalah jabatan/karier yang dipilih menurut tingkat kemampuan siswa dan diyakini bahwa jabatan yang dipilih adalah jabatan paling baik untuk memenuhi kebutuhannya.

(2)

9 Setelah diketahui berbagai pendapat tentang pengertan kemandirian dan pemilihan karir maka dapat ditarik kesimpulan bahwa kemandirian siswa dalam memilih karir menunjukkan adanya sikap dimana siswa memiliki kebebasan dalam rnemilih karir atas kemarnpuan diri dan tidak bergantung pada orang lain. Memiliki rasa percaya diri, rasa senang dan rasa optimis tcrhadap bidang kejuruan yang sedang ditekuni dan bidang karir yang akan dipilihnya, dan memiliki rasatanggung jawab terhadap bidang karir yang akan rnenjadi pilihannya nanti. 2.1.2 Proses Pemilihan Karier

Menurut Gani, (2012) pilihan seseorang itu dimotivisir oleh dua faktor yang berhubungan, yaitu :

(1) Kecenderungan mendapat ganjaran;

(2) Pengharapan terhadap perubahan-perubahan.

Kedua hal tersebut di atas merupakan hasil belajar dari pengalaman sosial, dan tersusun secara kasar dalam model hierarki pada setiap individu. Dalam proses pemilihan kecenderungan mendapat ganjaran, dan harapan terhadap perubahan harus seimbang. Disamping hal tersebut terdapat faktor penghambat proses pemilihan karier ini, seperti keterbatasan informasi yang dimiliki oleh orang yang memilih karier ini, dan restu dari orang tua.

Secara ideal, seseorang dapat melakukan pemilihan pekerjaan dengan baik hanya dalam kondisi-kondisi sebagai berikut : (1) Cukup informasi tentang adanya kesempatan kerja yang baik, (2) adanya pertimbangan yang sadar di antara alternatif-alternatif yang ada, (3) bermacam-macam pengetahuan tentang dunia pekerjaan, rasional, dalam pemilihan karier, (4) adanya perpaduan antara kecenderungan dengan harapan, (5) adanya kristalisasi dalam pilihan.

Menurut Holland dalam Sopacua (2013) proses pemilihan karier individu yaitu meliputi : (a) orang secara langsung mengorientasikan dirinya kepada kelompok besar klasifikasi karier, selama perkembangan individu melakukan seleksi atau penjajakan karier-karier tersebut dengan berbagai kecenderungan terhadap klasifikasi jabatan tertentu sebagai puncak dari pilihannya, (b) pilihan dari sekelompok karier-karier dimana individu akan mengadakan seleksi atau penjajakan terhadap karier atau jabatan dan merupakan fungsi dari penilaian diri dan kemampuannya ( Kompetensinya ) untuk membuat pilihan yang memadahi dengan lingkungan pekerjaanya, (c) lebih lanjut dikatakan dalam proses pemilihan karier atau pekerjaan disertai dengan sejumlah faktor-faktorinternal individu, meliputi pengetahuan tentang diri knowledge), evaluasi dari (Self-evaluation), dan pengetahuan tentang jenis pekerjaan dalam hal, arah dan luasnya lingkungan pekerjaan serta perbedaan antara dua dalam lingkunagn pekerjaan, tingkatherarkihierarki perkembangan dan sejumlah faktor-faktor lingkungan meliputi luasnya potensi lingkungan, tekanan sosial yang bersumber dari keluarga

(3)

10 dan teman-teman, pembatasan-pembatasan yang berasal dari sumber sosial-ekonomi daan lingkunagn fisik.

2.1.3 Syarat-syarat Pemilihan Karier

Individu dapat menentukan pilihan kariernya secara tepat maka diperlukan beberapa persyaratan yang harus diperhatikan dalam pemilihan kariernya, ada tiga pengambilan keputusan yang baik menurut Holland dalam Sopacua, (2013) yaitu: a) Pemeriksaan dan pengenalan nilai-nilai pribadi, pengambilan keputusan yang berhubungan dengan perkembangan kepribadian dan nilai-nilai memberikan pengalaman kepada individu-individu yang memberikan kontribusi pada kematangan emosional, konsep diri dan orientasi-orientasi nilai

b) Pengetahuan dan penggunaan informasi yang kuat dan relevan (sebelum memutuskan). Salah satu dari langkah-langkah pertama dalam pengambilan keputusan adalah pengumpulan informasi, sediakan sumber-sumber informasi kepada individu-individu dan bagaimana menggunakannya

c) Pengetahuan dan penggunaan strategi untuk mengkonfirmasi kedalam tindakan individu-individu biasanya menggunkan berbagai strategi pengambilan keputusan seperti memberikan kemudahan untuk menemukan strategi-strateginya dan bagaimana meningkatkannya.

2.1.4 Aspek-Aspek Pemilihan Karier

Adapun berbagai macam aspek dalam pemilihan karier menurut Holland dalam Sopacua (2013) yang terdiri dari 6 yaitu : (a) Kemampuan Intelegensi, sebagai pertimbangan-pertimbangan dalam memasuki dunia kerja ataupun studi lanjut, (b) Bakat, mengetahui bakat diri agar dapat memberikan bimbingan belajar yang sesuai dan dapat memprediksi jabatan maupun bidang kerja setelah lulus studi, (c) Minat, mempunyai pengaruh dalam mencapai suatu pekerjaan atau karier, apabila individu tidak berminat dalam pekerjaan yang dipilihnya maka, tidak dapat menyelesaikan pekerjaannya dengan baik, (d) Sikap, merupakan aspek pilihan karier yang cenderung relatif stabil bereaksi terhadap dirinya sendiri orang lain, atau situasi tertentu. (e)Konsep Diri, Seseorang yang dapat menilai dirinya pasti dapat menilai karier yang dipilih, karena pilihan karier mencerminkan kosep diri, dan (f) Keterampilan, apabila seseorang tidak menguasai keterampilan khusus contohnya bahasa asing, pemanfaatan ilmu teknologi, maka akan mempengaruhi pilihan karier.

(4)

11 2.2 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pemilihan Karier.

Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam pemilihan karier menurut Holland (dalam Sukardi, 1994) yaitu :

a) Faktor pengetahuan diri

Faktor pengetahuan diri, artinya pengaruh pengetahuan diri ini, lebih mengacu pada pengetahuan individu tentang dirinya dan orang lain. pengetahuan diri sendiri mempunyaiperan untuk meningkatkan (increase)dan menurunkan (decrease) ketepatan pemilihan seseorang. Pengetahuan diri diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk membedakan berbagai kemungkinan lingkungan dipandang dari sudut kemampuan-kemampuannya sendiri, namun ada perbedaan mendasar antara penilaian diri dan pengetahuan diri. Penilaian diri menitik beratkan pengahargaan terhadap dirinya, sedangkan pengetahuan diri berisikan sejumlah informasi yang dimiliki oleh individi tentang dirinya seperti, usia dan jenis kelamin.

b) Orang tua.

Orang tua berperan dalam penentuan arah pemilihan karier pada anak remajanya, walaupun pada akhirnya keberhasilan dalam menjalankan karier selanjutnya sangat tergantung pada kecakapan dan profesionalitasme anak yang yang menjalaninya. Karena hal ini berkaitan dengan pembiayaan pendidikan, masa depan anaknya agar terarah dengan baik, orang turut ikut campur agar anaknya memilih program studi yang mampu menjamin kahidupan kariernya.

Biasanya orang tua yang berkecukupan secara ekonomi, menghendaki anaknya untuk memilih program studi yang cepat menghasilkan materi, misalnya fakultas ekonomi (akutansi, manajemen), teknik, farmasi, kedokteran (umum dan gigi) dan lain-lain. anggapan orang tua anak yang mampu memasuki program ini tentu akan terjamin masa depannya. Dalam kenyataannya tak selamanya yang menjadi pilihan orang tua akan berhasil dijalankan oleh anaknya, kalau tidak disertai oleh bakat minat, kemampuan, kecerdasan, motifasi internal dari anak yang bersangkutan. Inilah yang perlu diperhatikan.

c) Teman (Peer grup)

Tidak dipungkiri bahwa dalam kelompok pergaulan remaja cukup memberi pengaruh bagi individu dalam menentukan pemilihan program studi mereka baik di SMA maupun di Perguruan tinggi, mereka mungkin mersa tidak enak jika tidak sama dalam pemilihan jurusan atau program studi. Pengaruh kelompok teman sebaya ini bersifat eksternal, bila remaja tidak mempunyai dorongan internal, minat bakat dan kemampuan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu tugas atau tuntutan maka kemungkinan remaja ini akan mengalami kegagalan

d) Peran Jenis Gender

Stereotype masyarakat sering kali menilai terhadap jenis kelamin seseorang. Masyarakat menghendaki agasr jenis tugas atau pekerjaan tertentu, dilakukan oelh jenis kelamin tertentu juga. Memang baik diakui atau tidak

(5)

12 jenis kelamin kadang-kadang menentukan seseorang dalam menentukan pekerjaan.

e) Karakteristik Individu

Keberhasilan dalam memilih dan menjalankan program studi serta karier pekerjaan, sangat ditentukan oleh karakteristik kepribadian individu yang bersangkutan. Individu yang memiliki minat, kemampuan, kecerdasan, motivasi internal, tanpa ada paksaan dari orang lain, biasanya akan mencapai keberhasilan dengan baik. Keberhasilan tidak dapat diukur secara finansial yang melimpah, akan tetapi seberapa besar nilai kepuasan hidup yang diperoleh melalui pilihan-pilihan tersebut.

2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemandirian Pemilihan Karir

Menurut Ali dan Asrori (2005) sejumlah faktor yang sering disebut sebagai korelat bagi perkembangan kemandirian pemilihan karir, yaitu sebagai berikut: a) Sistem pendidikan di sekolah

Poroses pendidikan di sekolah yang tidak mengembangkan demokratisasi pendidikan maka akan menghambat perkembangan siswa.

b) Pola asuh orang tua

Orang tua yang banyak melarang atau mengeluarkan kata “jangan” penjelasan yang rasional akan menghambat perkembangan kemandirian.

c) Gen keturunan orang tua

Orang tua memiliki sifat kemandirian tinggi seringkali menurunkan anak yang memiliki kemandirian juga. Dalam hal ini bukan sifat kemandirian orang tuanya yang menurun kepada anaknya, melainkan sifat orang tuanya muncul berdasarkan cara orang tua mendidik anaknya.

d) Sistem kehidupan masyarakat

Sistem kehidupan masyarakat yang terlalu menekankan pentingnya hierarki struktur sosial, merasa kurang aman atau kurang menghargai potensi yang dimiliki siswa dalam kegiatan produktif dapat menghambat kelancaran perkembangan kemandirian siswa.

Menurut Basri (dalam Nurfauzi, 2011) faktor yang mempengaruhi kemandirian adalah sebagai berikut:

a) Faktor endogen (dari dalam diri scndiri)

Maksudnya adalah semua pengaruh yang bersumber dalam dirinya sendiri seperti keadaan kemrunan.

b) Faktor eksogen (dari luar diri sendiri)

Maksudnya adalah semua keadaan atau pengaruh yang berasal dari luar dirinya sering dinamakan dengan faktor lingkungan. Lingkungan yang dihadapi siswa sangat mcmpengaruhi perkembangan pribadi seseorang (lingkungan dan sosial-ekonomi).

Dari beberapa ahli diatas , maka dapat ditarik kesimpulan bahwa faktor yang mempengaruhi kemandirian sangat menentukan dalam tercapainya kemandirian

(6)

13 siswa. Faktor-faktor yang ada baik dari dalam diri siswa seperti keadaan keturunan maupun faktor dari luar diri meliputi lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat yang sangat mempengaruhi kemandirian siswa.

2.4 Ciri-ciri Kemandirian Pemilihan Karir

Menurut Renita dan Yusuf (dalam Nurfauzi, 2011) remaja dikatakan rnandiri dalam mengambil keputusan memiliki ciri-ciri yang dapat diketahui sebagai berikut: (1) Pribadi yang berani, mau belajar, dan mau berlatih berdasarkan pengalaman hidupnya,(2) Pribadi yang berani menetapkan gambaran hidup yang diinginkan, (3) Pribadi yang berani mengarahkan kegiatan hidupnya untuk mencapai yang telah ditetapkan sebelumnya,(4) Pribadi yang berani menyusun langkah kegiatan melalui tahapan yang realistis, berproses, dan membutuhkan waktu, (5) Pribadi yang berani mengatur dan mengelola waktu dan kesempatan, (6) Pribadi yang berani mengambil keputusan secara tepat, yang dilakukan berdasarkan data/infonnasi yang memadai, mempelajari secara mendalam sebab dan akibatnya memperhitungkan segala kemungkinan, menemukan solusi, menganalisis dampak dari solusi, dan akhimya mengambil keputusan nya dengan sadar dan bertanggung jawab, (7) Pribadi yang berani mengernbangkan rasa percaya diri,(8) Pribadi yang berani mengurangi ketergantungan.

Sedangkan menurut Gea, (2005) ciri-ciri kemandirian dalam pemilihan karier adalah sebagai berikut :

a) Percaya diri adalah meyakini pada kemampuan dan penilaian (judgement) dairi sendiridalam melakukan tugas memilih pendekatan yang efektif. Hal ini termasuk kepercayaan atas kemampuannya mengadapi lingkungan yang semakin menantang dan kepercayaan ats keputusan atau pendapatnya.

b) Mampu bekerja sendiri adalah usaha sekuat tenaga yang dilakukan secara mandiri untuk menghasilkan sesuatu yang membanggakan atas kesungguhan dan keahlian yang dimilikinya.

c) Menguasai keahlian adalah mempunyai keterarnpilan sesuai dengan potensi yang sangat di harapkan pada lingkungan kerjanya.

d) Menghargai Waktu adalah kemampuan mengatur jadwal sehari-hari yang diprioritaskan dalam kegiatan yang bennanfaat secara efisien.

e) Tanggungjawab adalah segala sesuatu yang harus dijalankan atau dilakukan oleh seseorang dalam melaksanakan sesuatu yang sudah menjadi pilihanya atau dengan kata lain, tanggungjawab adalah sebuah amanat atau tugas dari seseorang yang dipercayakan untuk menjaganya.

(7)

14 Dari beberapa pendapat ahli di atas, maka dapat disimpulkan siswa dlkatakan mandiri jika rnampu percaya diri, mampu bekerja sendiri, menghargai waktu, tanggung jawab, menguasai keahlian dan keterampilan yang sesuai dengan kerjanya. dengan demikian siswa mengerti dan menerima gambaran tentang diri pribadinya dan gambaran tentang dunua kerja yang pada akhirnya dapat memilih bidang pekerjaan dan membina karir dalam bidangnya secara mandiri

2.5 Pola Asuh Demokratis Orang Tua

Pola asuh demokratis adalah pola asuh yang memprioritaskan kepentingan anak, akan tetapi tidak ragu-ragu mengendalikan mereka. Orang tua dengan pola asuh ini bersikap rasional, selalu mendasari tindakannya pada rasio atau pemikiran pemikiran. Orang tua tipe ini juga bersikap realistis terhadap kemampuan anak, tidak berharap yang berlebihan yang melampaui kemampuan anak. Orang tua tipe ini juga memberikan kebebasan kepada anak untuk memilih dan melakukan suatu tindakan, dan pendekatannya kepada anak bersifat hangat. Pola asuh orang tua yang demokratis pada umumnya ditandai dengan adanya sikap terbuka antara orang tua dan anak. Mereka membuat semacam aturan-aturan yang disepakati bersama antara anak dan orang tua mereka. Orang tua yang demokratis ini yaitu orang tua yang mencoba menghargai dan memberi kesempatan pada anak secara langsung (Casmini, 2007).

Pola asuh demokratis mempunyai ciri menurut Hurlock (dalam Walgito, 2010) : (a) Anak diberi kesempatan untuk mandiri dan mengembangkan kontrot internal, (b) Anak diakui sebagai pribadi oleh orang tua dan turut

(8)

15 ditibatkan dalam pengambilan keputusan, (c) Menetapkan peraturan serta mengatur kehidupan anak, (d) Apabila anak harus melakukan suatu aktivitas, orang tua memberikan penjelasan alasan perlunya hal tersebut dikerjakan, (d) Anak diberi kesempatan untuk memberikan alasan mengapa ketentuan-ketentuan itu dilanggar sebelum menerima hukuman, (e)Hukuman diberikan berkaitan dengan perbuatannya dan berat ringannya hukuman tergantung kepada pelanggarannya, (f) Hadiah dan pujian diberikan oleh orang tua untuk perilaku yang diharapkan.

2.6 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pola Asuh

Menurut Baumrind (dalam Casmini 2007) ada beberapa yang mempengaruhi pola pengasuhan terhadap anaknya yaitu :

a) Usia orang tua

Usia merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kesiapan pasangan dalam menjalankan peran pengasuhan terhadap anaknya. Usia yang terlalu muda ataupun yang terlalu tua menyebabkan orang yang tidak dapat melaksanakan peran pengasuhan secara optimal

b) Keterlibatan ayah

Kedakatan hubungan ibu dan anak sama pentingnya dibandingkan dengan kedakatan ayah dan anaknya, walaupun secara kodarti terdapat perbedaaan diantara kedauanya. Pengasuhan anak dalam rumah tangga dapat melibatkan ayah dalam peran pengasuhannya. Seorang ayah tidak hanya saja bertanggung jawab dalam memberikan nafkah akan tetapi dapat bekerja sama dengan ibu dalam melakukan perawatan anak seperti mengajak bermain dan olah raga bersama sabagai salah satu upaya dalam melakukan interaksi.

c) Pendidikan orang tua

Pendidikan dan opengalaman orang tua dalam melakukan perawatan anak akan mempengaruhi kesiapan mereka dalam menjalankan peran pengasuhan. Pengalaman dalam menjalankan peran tersebut dipelajari oleh pengalaman orang tua ataupun pengalaman terdahulu.

d) Pengalaman dalam sebelumnya dalam mengasuh

Orang tua yang sebelumnya memiliki pengetahuan dalam merawat anak mereka akan lebih siap dalam menjalankan peran pengasuhan. Selain itu

(9)

16 mereka akan lebih mampu dalam mengenali tanda-tanda pertumbuhan dan perkembangan anak yang normal.

e) Stress

Stress yang dialami orang tua akan mempengaruhi kemampuan orang tua dalam menjalkan peran pengasuhan, terutama dalam kaitannya dengan strategi koping adalah suatu proses individu berusaha untuk menangani dan menguasai situasi stress yang menekan akibat dari menghadapi permasalahn anak dengan cara melaukukan perubahan kognitif maupun perilaku guna memperoleh rasa aman dalam diri. Kondisi yang lain juga bisa menyebabkan stress pada orang tua, misalnya orang tua dengan anak yang keterbelakangan mental.

f) Hubungan suami istri

Hubungan yang kurang harmonis akan berdampak kepada kemampuan mereka dalam menjalankan peranannya sebagai orang tua, dan merawat serta mengasuh anak dengan penuh bahagia, karena satu sama lain dapat saling memberi dukungan dan menghadapi segala masalah dengan segaa koping yang positif.

2.7 Manfaat Pola Asuh Demokratis

Manfaat pola asuh Demokratis menurut Surbakti (dalam Safitri, 2012) Pola asuh demokratis memberikan manfaat kepada keluarga dan para remaja, melalui pola asuh ini setiap remaja dan anggota keluarga akan belajar hal-hal sebagai berikut : (1) Menghargai pendapat orang lain, (2) Meghormati perbedaan pendapat, (3) Membangun dan membina dialog, (4) Menghindarkan sikap mau menang sendiri, (5) Memupuk persaudaraan dan persahabatan, (6) Mengedepankan sikap tenggang rasa, (7) Membangun kerjas sama, (8) Kepemimpinan kolektif, (9) Menumbuhkan sikap kritis, (10) Menghormati kesetaraan peran, (11) Menumbuhkan semangat gotong royong, (12) Mengembangkan potensi diri

2.8Pengaruh Pola Asuh Demokratis Dengan Pilihan Karier

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Safitri (2012) tentang hubungan antara persepsi pola asuh demokratis dengan pilihan karier pasa siswa kelas XI SMA negeri 11 Yogjakarta. Dalam penelitian ini melibatkan 160 siswa dan menggunakan instrumen penelitian Skala persepsi tehadap pola asuh demokratis yang dikembangkan oleh (Baumrind 1971) dan skala pilihan karier

(10)

17 yang dikembangkan olah (Holland 1985), hasil penelitian menunjukan hasil ada hubungan yang positif antara pola asuh demokratis dan pilihan karier, dengan nilai koefisien korelasi sebesar r : 0,381 p(< 0,05)

2.9 Penelitian Yang Relevan

Hasil penelitian sebelumnya Ariyani (2002) tentang hubungan antara pola asuh orang tua dengan pilihan karier siswa kelas XI di SMU Islam Malang, menunjukan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pola asuh demokratis dengan pilihan karier pada siswa sebesar 9,46% dengan nilai r : 0,397 p(< 0,05), sejalan dengan penelitian Safitri (2012) tentang hubungan pola asuh demokratis dengan pilihan karier siswa kelas XI di SMA Negeri 11 Yogyakarta, menunjukan bahwa ada hubungan yang signifikan pola asuh demokratis dengan pilihan karier dengan presentase sebesar 29% dimana, N = 160 dengan koefisien korelasi r : 0,561 p (<0,05)

2.10 Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

Ada pengaruh yang signifikan Pola Asuh Demokratis Orang tua tehadap Kemandirian Pemilihan Karier siswa kelas X di SMK Teknologi dan Industri Kristen Salatiga.

Referensi

Dokumen terkait

Secara umum pajak adalah pungutan dari masyarakat oleh negara (pemerintah) berdasarkan undang-undang yang bersifat dapat dipaksakan dan terutang oleh yang wajib

Hasil analisis konsentrasi logam berat Cd, Pb, dan Mn yang diperoleh pada sedimen kolam TPA Muara Fajar Pekanbaru dievaluasi dengan nilai baku mutu yang

dengan resolusi tinggi. Memungkinkan untuk mendapatkan berbagai signal dari satu lokasi yang sama. Hanya meneliti area yang sangat kecil dari sampel. Perlakuan awal dari sampel

The writer found the answer of the first problem formulation; there were six types of code-switching found in Bernas , Harjo and KR newspapers, namely: diglossic, single

Pembatasan permanen adalah pembatasan penggunaan sumber daya yang ditetapkan oleh penyumbang agar sumber daya tersebut dipertahan- kan secara permanen, tetapi organisasi

KSPN adalah kawasan yang memiliki fungsi utama pariwisata atau memiliki potensi untuk pengembangan pariwisata nasional yang mempunyai pengaruh penting dalam satu

sedasi moderat dan dalam) dalam) untuk untuk memenuhi kebutuhan pasien, dan semua memenuhi kebutuhan pasien, dan semua pelayanan tersebut memenuhi standar di pelayanan