• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH COMBUSTIO GRADE II.docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MAKALAH COMBUSTIO GRADE II.docx"

Copied!
45
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I BAB I

PENDAHULUAN PENDAHULUAN

A.

A. Latar BelakangLatar Belakang

Luka bakar merupakan cedera yang cukup sering dihadapi para dokter. Luka Luka bakar merupakan cedera yang cukup sering dihadapi para dokter. Luka  bakar

 bakar berat berat menyebabkan menyebabkan morbiditas morbiditas dan dan derajat derajat cacat cacat yang yang relative relative tinggitinggi dibandingkan dengan cedera oleh sebab lain. Biaya yang dibutuhkan untuk dibandingkan dengan cedera oleh sebab lain. Biaya yang dibutuhkan untuk  penanganan pun tingg

 penanganan pun tinggi.i.

Di Amerika Serikat, kurang lebih 250.000 orang mengalami luka bakar setiap Di Amerika Serikat, kurang lebih 250.000 orang mengalami luka bakar setiap tahunnya. Dari angka tersebut 112.000 penderita luka bakar membutuhkan ti

tahunnya. Dari angka tersebut 112.000 penderita luka bakar membutuhkan ti ndakanndakan emergency, dan sekitar 210 penderita luka bakar meninggal dunia. Di Indonesia, emergency, dan sekitar 210 penderita luka bakar meninggal dunia. Di Indonesia,  belum

 belum ada ada angka angka pasti pasti mengenai mengenai luka luka bakar bakar tetapi tetapi dengan dengan bertambahnya bertambahnya jumlahjumlah  penduduk serta industri angka

 penduduk serta industri angka penderita luka bakar tersebut maki meningkat.penderita luka bakar tersebut maki meningkat.

Luka bakar menyebabkan kehilangan integritas kulit dan juga menimbulkan Luka bakar menyebabkan kehilangan integritas kulit dan juga menimbulkan efek sistemik yang sangat kompleks. Luka bakar biasanya dinyatakan dengan efek sistemik yang sangat kompleks. Luka bakar biasanya dinyatakan dengan derajat yang ditentukan oleh kedalaman luka bakar. Beratnya luka bergantung pada derajat yang ditentukan oleh kedalaman luka bakar. Beratnya luka bergantung pada dalam, luas, dan letak. Selain beratnya luka bakar umur dan keadaan kesehatan dalam, luas, dan letak. Selain beratnya luka bakar umur dan keadaan kesehatan  penderita

 penderita sebelumnya sebelumnya merupakan merupakan faktor faktor yang yang sangat sangat mempengaruhi mempengaruhi prognosis prognosis (( R.Sjamsuhidajat,2010).

R.Sjamsuhidajat,2010).

B.

B. Rumusan MasalahRumusan Masalah

Dalam rumusan masalah ini, penyusun mengemukakan beberapa masalah Dalam rumusan masalah ini, penyusun mengemukakan beberapa masalah yang timbul. Adapun permasalahan yang timbul adalah sebagai berikut :

yang timbul. Adapun permasalahan yang timbul adalah sebagai berikut : 1.

1. Apa pengertian Combustio ?Apa pengertian Combustio ? 2.

2. Bagaimana etiologi pada Combustio ?Bagaimana etiologi pada Combustio ? 3.

3. Apa saja klasifikasi pada Combustio ?Apa saja klasifikasi pada Combustio ? 4.

4. Bagaimana patofisiologi pada Combustio ?Bagaimana patofisiologi pada Combustio ? 5.

5. Bagaimana Bagaimana pathway pathway pada Copada Combustio mbustio ?? 6.

6. Bagaimana manifestasi klisis pada Combustio ?Bagaimana manifestasi klisis pada Combustio ? 7.

7. Apa saja pemeriksaan diagnostik pada Combustio ?Apa saja pemeriksaan diagnostik pada Combustio ? 8.

(2)

9.

9. Bagaimana proses keperawatan pada pasien dengan Combustio ?Bagaimana proses keperawatan pada pasien dengan Combustio ?

C.

C. TujuanTujuan 1.

1. Tujuan umumTujuan umum

Mampu menjelaskan tentang penerapan asuhan keperawatan dengan gangguan Mampu menjelaskan tentang penerapan asuhan keperawatan dengan gangguan sistem integumen ( Combustio )

sistem integumen ( Combustio ) 2.

2. Tujuan khususTujuan khusus 1)

1) Menjelaskan konsep dasar pada pasien dengan luka bakar mulai dariMenjelaskan konsep dasar pada pasien dengan luka bakar mulai dari definisi,etiologi, klasifikasi, patofisiologis, manisfestasi klinis, definisi,etiologi, klasifikasi, patofisiologis, manisfestasi klinis,  pemeriksaan diagnostik, dan penatalaksanaan medik

 pemeriksaan diagnostik, dan penatalaksanaan medik 2)

2) Menganalisa data serta merumuskan asuhan keperawatan pasien denganMenganalisa data serta merumuskan asuhan keperawatan pasien dengan combustio.

combustio. D.

D. ManfaatManfaat

Manfaat penyusunan makalah berdasarkan permasalahan, diantaranya sebagai Manfaat penyusunan makalah berdasarkan permasalahan, diantaranya sebagai  berikut:

 berikut: 1.

1. Menumbuhkan minat seseorang untuk belajar mengenai materi mata kuliahMenumbuhkan minat seseorang untuk belajar mengenai materi mata kuliah keperawatan medikal bedah, khususnya pada materi proses keperawatan pada keperawatan medikal bedah, khususnya pada materi proses keperawatan pada  pasien dengan Combustio

 pasien dengan Combustio 2.

2. Memberi pengetahuan kepada pembaca mengenai pengertian, etiolog,Memberi pengetahuan kepada pembaca mengenai pengertian, etiolog,  patofisiologi,

 patofisiologi, pathway, pathway, manifestasi manifestasi klinis, klinis, pemeriksaan pemeriksaan diangnostik,diangnostik,  penatalaksanaan,

 penatalaksanaan, masalah masalah yang yang lazim lazim mucul mucul serta serta proses proses keperawatan keperawatan padapada  pasien dengan Combustio.

 pasien dengan Combustio. 3.

3. Meningkatka aktifitas mahasiswa dalam kegiatan belajar khususnya dalamMeningkatka aktifitas mahasiswa dalam kegiatan belajar khususnya dalam mata kuliah keperawatan medikal bedah.

(3)

9.

9. Bagaimana proses keperawatan pada pasien dengan Combustio ?Bagaimana proses keperawatan pada pasien dengan Combustio ?

C.

C. TujuanTujuan 1.

1. Tujuan umumTujuan umum

Mampu menjelaskan tentang penerapan asuhan keperawatan dengan gangguan Mampu menjelaskan tentang penerapan asuhan keperawatan dengan gangguan sistem integumen ( Combustio )

sistem integumen ( Combustio ) 2.

2. Tujuan khususTujuan khusus 1)

1) Menjelaskan konsep dasar pada pasien dengan luka bakar mulai dariMenjelaskan konsep dasar pada pasien dengan luka bakar mulai dari definisi,etiologi, klasifikasi, patofisiologis, manisfestasi klinis, definisi,etiologi, klasifikasi, patofisiologis, manisfestasi klinis,  pemeriksaan diagnostik, dan penatalaksanaan medik

 pemeriksaan diagnostik, dan penatalaksanaan medik 2)

2) Menganalisa data serta merumuskan asuhan keperawatan pasien denganMenganalisa data serta merumuskan asuhan keperawatan pasien dengan combustio.

combustio. D.

D. ManfaatManfaat

Manfaat penyusunan makalah berdasarkan permasalahan, diantaranya sebagai Manfaat penyusunan makalah berdasarkan permasalahan, diantaranya sebagai  berikut:

 berikut: 1.

1. Menumbuhkan minat seseorang untuk belajar mengenai materi mata kuliahMenumbuhkan minat seseorang untuk belajar mengenai materi mata kuliah keperawatan medikal bedah, khususnya pada materi proses keperawatan pada keperawatan medikal bedah, khususnya pada materi proses keperawatan pada  pasien dengan Combustio

 pasien dengan Combustio 2.

2. Memberi pengetahuan kepada pembaca mengenai pengertian, etiolog,Memberi pengetahuan kepada pembaca mengenai pengertian, etiolog,  patofisiologi,

 patofisiologi, pathway, pathway, manifestasi manifestasi klinis, klinis, pemeriksaan pemeriksaan diangnostik,diangnostik,  penatalaksanaan,

 penatalaksanaan, masalah masalah yang yang lazim lazim mucul mucul serta serta proses proses keperawatan keperawatan padapada  pasien dengan Combustio.

 pasien dengan Combustio. 3.

3. Meningkatka aktifitas mahasiswa dalam kegiatan belajar khususnya dalamMeningkatka aktifitas mahasiswa dalam kegiatan belajar khususnya dalam mata kuliah keperawatan medikal bedah.

(4)

BAB II BAB II TINJAUAN TEORI TINJAUAN TEORI A. A. PengertianPengertian

Luka bakar adalah luka yang disebabkan oleh pengalihan energi dari suatu Luka bakar adalah luka yang disebabkan oleh pengalihan energi dari suatu sumber panas pada tubuh, panas dapat dipindahkan oleh hantaran/radiasi sumber panas pada tubuh, panas dapat dipindahkan oleh hantaran/radiasi electromagnet (Brunner & Suddarth, 2002)..

electromagnet (Brunner & Suddarth, 2002)..

Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan yang Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan adanya kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, disebabkan adanya kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik dan radiasi. Kerusakan jaringan yang disebabkan api dan koloid (misalnya listrik dan radiasi. Kerusakan jaringan yang disebabkan api dan koloid (misalnya  bubur panas) lebih

 bubur panas) lebih berat dibandingkan air berat dibandingkan air panas. Ledakan dapat panas. Ledakan dapat menimbulkan lukamenimbulkan luka  bakar

 bakar dan dan menyebabkan menyebabkan kerusakan kerusakan organ. organ. Bahan Bahan kimia kimia terutama terutama asamasam menyebabkan kerusakan yang hebat akibat reaksi jaringan sehingga terjadi menyebabkan kerusakan yang hebat akibat reaksi jaringan sehingga terjadi diskonfigurasi jaringan yang menyebabkan gangguan proses penyembuhan. Lama diskonfigurasi jaringan yang menyebabkan gangguan proses penyembuhan. Lama kontak jaringan dengan sumber panas menentukan luas dan kedalaman kerusakan kontak jaringan dengan sumber panas menentukan luas dan kedalaman kerusakan  jaringan. Semakin

 jaringan. Semakin lama lama waktu kontak, waktu kontak, semakin lsemakin luas dan uas dan dalam kerusakan dalam kerusakan jaringanjaringan yang terjadi (Moenadjat, 2003).

yang terjadi (Moenadjat, 2003).

Luka bakar adalah luka yang terjadi karena terbakar api langsung maupun Luka bakar adalah luka yang terjadi karena terbakar api langsung maupun tidak langsung, juga pajanan suhu tinggi dari matahari, listrik, maupun bahan tidak langsung, juga pajanan suhu tinggi dari matahari, listrik, maupun bahan kimia. Luka bakar karena api atau akibat tidak langsung dari api, misalnya tersiram kimia. Luka bakar karena api atau akibat tidak langsung dari api, misalnya tersiram air panas banyak terjadi pada kecelakaan rumah tangga (Sjamsuidajat, 2004)

air panas banyak terjadi pada kecelakaan rumah tangga (Sjamsuidajat, 2004)

Luka bakar adalah suatu trauma yang disebabkan oleh panas, arus listrik Luka bakar adalah suatu trauma yang disebabkan oleh panas, arus listrik  bahan kimia

 bahan kimia dan petir dan petir yang mengenai kulit, yang mengenai kulit, mukosa dan mukosa dan jaringan yang ljaringan yang lebih dalamebih dalam (Kusumaningrum, 2008)

(Kusumaningrum, 2008)

Luka bakar bisa berasal dari berbagai sumber, dari api, matahari, uap, listrik, Luka bakar bisa berasal dari berbagai sumber, dari api, matahari, uap, listrik,  bahan kimia,

 bahan kimia, dan cairdan cairan atau an atau benda panas. benda panas. Luka bakar Luka bakar bisa bisa saja saja hanya berupa hanya berupa lukaluka ringan yang bisa diobati sendiri atau kondisi berat yang mengancam nyawa yang ringan yang bisa diobati sendiri atau kondisi berat yang mengancam nyawa yang membutuhkan perawatan medis yang intensif (PRECISE, 2011)

membutuhkan perawatan medis yang intensif (PRECISE, 2011)

B.

(5)

Luka bakar (Combustio) dapat disebabkan oleh paparan api, baik secara Luka bakar (Combustio) dapat disebabkan oleh paparan api, baik secara langsung maupun tidak langsung, misal akibat tersiram air panas yang banyak langsung maupun tidak langsung, misal akibat tersiram air panas yang banyak terjadi pada kecelakaan rumah tangga. Selain itu, pajanan suhu tinggi dari terjadi pada kecelakaan rumah tangga. Selain itu, pajanan suhu tinggi dari matahari, listrik maupun bahan kimia juga dapat menyebabkan luka bakar. Secara matahari, listrik maupun bahan kimia juga dapat menyebabkan luka bakar. Secara garis besar, penyebab terjadinya luka bakar dapat dibagi menjadi:

garis besar, penyebab terjadinya luka bakar dapat dibagi menjadi: 1.

1. Paparan apiPaparan api

 Flame: Flame: Akibat kontak Akibat kontak langsung anlangsung antara jaringan dengan tara jaringan dengan api terbuka, api terbuka, dandan

menyebabkan cedera langsung ke jaringan tersebut. Api dapat membakar menyebabkan cedera langsung ke jaringan tersebut. Api dapat membakar  pakaian

 pakaian terlebih terlebih dahulu dahulu baru baru mengenai mengenai tubuh. tubuh. Serat Serat alami alami memilikimemiliki kecenderungan untuk terbakar, sedangkan serat sintetik cenderung meleleh kecenderungan untuk terbakar, sedangkan serat sintetik cenderung meleleh atau menyala dan menimbulkan cedera tambahan berupa cedera kontak. atau menyala dan menimbulkan cedera tambahan berupa cedera kontak.

 Benda Benda panas (kopanas (kontak): ntak): Terjadi akibTerjadi akibat kontak at kontak langsung langsung dengan bendengan bendada

 panas.

 panas. Luka Luka bakar bakar yang yang dihasilkan dihasilkan terbatas terbatas pada pada area area tubuh tubuh yangyang mengalami kontak. Contohnya antara lain adalah luka bakar akibat rokok mengalami kontak. Contohnya antara lain adalah luka bakar akibat rokok dan alat-alat seperti solder besi atau peralatan masak.

dan alat-alat seperti solder besi atau peralatan masak. 2.

2. Scalds (air panas)Scalds (air panas)

Terjadi akibat kontak dengan air panas. Semakin kental cairan dan Terjadi akibat kontak dengan air panas. Semakin kental cairan dan semakin lama waktu kontaknya, semakin besar kerusakan yang akan semakin lama waktu kontaknya, semakin besar kerusakan yang akan ditimbulkan. Luka yang disengaja atau akibat kecelakaan dapat dibedakan ditimbulkan. Luka yang disengaja atau akibat kecelakaan dapat dibedakan  berdasarkan

 berdasarkan pola pola luka luka bakarnya. bakarnya. Pada Pada kasus kasus kecelakaan, kecelakaan, luka luka umumnyaumumnya menunjukkan pola percikan, yang satu sama lain dipisahkan oleh kulit sehat. menunjukkan pola percikan, yang satu sama lain dipisahkan oleh kulit sehat. Sedangkan pada kasus yang disengaja, luka umumnya melibatkan Sedangkan pada kasus yang disengaja, luka umumnya melibatkan keseluruhan ekstremitas dalam pola sirkumferensial dengan garis yang keseluruhan ekstremitas dalam pola sirkumferensial dengan garis yang menandai permukaan cairan.

menandai permukaan cairan. 3.

3. Uap panasUap panas

Terutama ditemukan di daerah industri atau akibat kecelakaan radiator Terutama ditemukan di daerah industri atau akibat kecelakaan radiator mobil. Uap panas menimbulkan cedera luas akibat kapasitas panas yang mobil. Uap panas menimbulkan cedera luas akibat kapasitas panas yang tinggi dari uap serta dispersi oleh uap bertekanan tinggi. Apabila terjadi tinggi dari uap serta dispersi oleh uap bertekanan tinggi. Apabila terjadi inhalasi, uap panas dapat menyebabkan cedera hingga ke saluran napas distal inhalasi, uap panas dapat menyebabkan cedera hingga ke saluran napas distal di paru.

di paru. 4.

(6)

Inhalasi menyebabkan cedera thermal pada saluran nafas bagian atas dan oklusi jalan nafas akibat edema.

5. Aliran listrik

Cedera timbul akibat aliran listrik yang lewat menembus jaringan tubuh. Umumnya luka bakar mencapai kulit bagian dalam. Listrik yang menyebabkan percikan api dan membakar pakaian dapat menyebabkan luka  bakar tambahan.

6. Zat kimia (asam atau basa) 7. Radiasi

8. Sunburn sinar matahari, terapi radiasi.

C. Klasifikasi

1. Berdasarkan penyebab:

a. Luka bakar karena api

b. Luka bakar karena air panas

c. Luka bakar karena bahan kimia

d. Luka bakar karena listrik

e. Luka bakar karena radiasi

f. Luka bakar karena suhu rendah (frost bite) 2. Berdasarkan kedalaman luka bakar:

a. Luka bakar derajat I

Luka bakar derajat pertama adalah setiap luka bakar yang di dalam  proses penyembuhannya tidak meninggalkan jaringan parut. Luka bakar derajat pertama tampak sebagai suatu daerah yang berwarna kemerahan, terdapat gelembung gelembung yang ditutupi oleh daerah putih, epidermis yang tidak mengandung pembuluh darah dan dibatasi oleh kulit yang  berwarna merah serta hiperemis.

Luka bakar derajat pertama ini hanya mengenai epidermis dan  biasanya sembuh dalam 5-7 hari, misalnya tersengat matahari. Luka tampak sebagai eritema dengan keluhan rasa nyeri atau hipersensitifitas

(7)

b. Luka bakar derajat II

Kerusakan yang terjadi pada epidermis dan sebagian dermis, berupa reaksi inflamasi akut disertai proses eksudasi, melepuh, dasar luka  berwarna merah atau pucat, terletak lebih tinggi di atas permukaan kulit normal, nyeri karena ujungujung saraf teriritasi. Luka bakar derajat II ada dua:

a) Derajat II dangkal (superficial)

Kerusakan yang mengenai bagian superficial dari dermis, apendises kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea masih utuh. Luka sembuh dalam waktu 10-14 hari.

b) Derajat II dalam (deep)

Kerusakan hampir seluruh bagian dermis. Apendises kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea sebagian masih utuh. Penyembuhan terjadi lebih lama, tergantung apendises kulit yang tersisa. Biasanya penyembuhan terjadi dalam waktu lebih dari satu bulan.

c. Luka bakar derajat III

Kerusakan meliputi seluruh ketebalan dermis dan lapisan yang lebih dalam, apendises kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea rusak, tidak ada pelepuhan, kulit berwarna abu-abu atau coklat, kering, letaknya lebih rendah dibandingkan kulit sekitar karena koagulasi

(8)

 protein pada lapisan epidermis dan dermis, tidak timbul rasa nyeri. Penyembuhan lama karena tidak ada proses epitelisasi spontan.

3. Berdasarkan tingkat keseriusan luka

a. Luka bakar ringan/ minor

1) Luka bakar dengan luas < 15 % pada dewasa

2) Luka bakar dengan luas < 10 % pada anak dan usia lanjut

3) Luka bakar dengan luas < 2 % pada segala usia (tidak mengenai muka, tangan, kaki, dan perineum.

b. Luka bakar sedang (moderate burn)

1) Luka bakar dengan luas 15  –   25 % pada dewasa, dengan luka bakar derajat III kurang dari 10 %

2) Luka bakar dengan luas 10  –   20 % pada anak usia < 10 tahun atau dewasa > 40 tahun, dengan luka bakar derajat III kurang dari 10 %

3) Luka bakar dengan derajat III < 10 % pada anak maupun dewasa yang tidak mengenai muka, tangan, kaki, dan perineum.

c. Luka bakar berat (major burn)

1) Derajat II-III > 20 % pada pasien berusia di bawah 10 tahun atau di atas usia 50 tahun

2) Derajat II-III > 25 % pada kelompok usia selain disebutkan pada butir  pertama

3) Luka bakar pada muka, telinga, tangan, kaki, dan perineum

4) Adanya cedera pada jalan nafas (cedera inhalasi) tanpa memperhitungkan luas luka bakar

5) Luka bakar listrik tegangan tinggi

6) Disertai trauma lainnya

(9)

D. Patofisiologi

Luka bakar (Combustio) disebabkan oleh pengalihan energi dari suatu sumber panas kepada tubuh. Panas dapat dipindahkan lewat hantaran atau radiasi elektromagnetik. Destruksi jaringan terjadi akibat koagulasi, denaturasi protein atau ionisasi isi sel. Kulit dan mukosa saluran nafas atas merupakan lokasi destruksi  jaringan. Jaringan yang dalam termasuk organ visceral dapat mengalami kerusakan karena luka bakar elektrik atau kontak yang lama dengan burning agent. Nekrosis dan keganasan organ dapat terjadi.

Kedalam luka bakar bergantung pada suhu agen penyebab luka bakar dan lamanya kontak dengan gen tersebut. Pajanan selama 15 menit dengan air panas dengan suhu sebesar 56.10 C mengakibatkan cidera full thickness yang serupa. Perubahan patofisiologik yang disebabkan oleh luka bakar yang berat selama awal  periode syok luka bakar mencakup hipoperfusi jaringan dan hipofungsi organ yang terjadi sekunder akibat penurunan curah jantung dengan diikuti oleh fase hiperdinamik serta hipermetabolik. Kejadian sistemik awal s esudah luka bakar yang  berat adalah ketidakstabilan hemodinamika akibat hilangnya integritas kapiler dan kemudian terjadi perpindahan cairan, natrium serta protein dari ruang intravaskuler ke dalam ruanga interstisial.

Curah jantung akan menurun sebelum perubahan yang signifikan pada volume darah terlihat dengan jelas. Karena berkelanjutnya kehilangan cairan dan  berkurangnya volume vaskuler, maka curah jantung akan terus turun dan terjadi  penurunan tekanan darah. Sebagai respon, system saraf simpatik akan melepaskan ketokelamin yang meningkatkan vasokontriksi dan frekuensi denyut nadi. Selanjutnya vasokontriksi pembuluh darah perifer menurunkan curah jantung.

Umumnya jumlah kebocoran cairan yang tersebar terjadi dalam 24 hingga 36  jam pertama sesudah luka bakar dan mencapai puncaknya dalam tempo 6-8 jam. Dengan terjadinya pemulihan integritas kapiler, syok luka bakar akan menghilang dan cairan mengalir kembali ke dalam kompartemen vaskuler, volume darah akan meningkat. Karena edema akan bertambah berat pada luka bakar yang melingkar. Tekanan terhadap pembuluh darah kecil dan saraf pada ekstremitas distal

(10)

menyebabkan obstruksi aliran darah sehingga terjadi iskemia. Komplikasi ini dinamakan sindrom kompartemen.

Volume darah yang beredar akan menurun secara dramatis pada saat terjadi syok luka bakar. Kehilangan cairan dapat mencapai 3-5 liter per 24 jam sebelum luka bakar ditutup. Selama syok luka bakar, respon luka bakar respon kadar natrium serum terhadap resusitasi cairan bervariasi. Biasanya hipnatremia terjadi segera setelah terjadinya luka bakar, hiperkalemia akan dijumpai sebagai akibat destruksi sel massif. Hipokalemia dapat terhadi kemudian dengan berpeindahnya cairan dan tidak memadainya asupan cairan. Selain itu juga terjadi a nemia akibat kerusakan sel darah merah mengakibatkan nilai hematokrit meninggi karena kehilangan plasma. Abnormalitas koagulasi yang mencakup trombositopenia dan masa pembekuan serta waktu protrombin memanjang juga ditemui pada kasus luka bakar.

Kasus luka bakar dapat dijumpai hipoksia. Pada luka bakar berat, konsumsi oksigen oleh jaringan meningkat 2 kali lipat sebagai akibat hipermetabolisme dan respon lokal. Fungsi renal dapat berubah sebagai akibat dari berkurangnya volume darah. Destruksi sel-sel darah merah pada lokasi cidera akan menghasilkan hemoglobin bebas dalam urin. Bila aliran darah lewat tubulus renal tidak memadai, hemoglobin dan mioglobin menyumbat tubulus renal sehingga timbul nekrosis akut tubuler dan gagal ginjal.

Kehilangan integritas kulit diperparah lagi dengan pelepasan faktor-faktor inflamasi yang abnormal, perubahan immunoglobulin serta komplemen serum, gangguan fungsi neutrofil, limfositopenia. Imunosupresi membuat pasien luka  bakar bereisiko tinggi untuk mengalmai sepsis. Hilangnya kulit menyebabkan ketidakmampuan pengaturan suhunya. Beberapa jam pertama pasca luka bakar menyebabkan suhu tubuh rendah, tetapi pada jam-jam berikutnya menyebabkan hipertermi yang diakibatkan hipermetabolisme.

(11)
(12)

F. Komplikasi

1. Gagal jantung kongestif dan edema pulmonal. 2. Sindrom kompartemen

Sindrom ini adalah sebuah proses terjadinya pemulihan integritas kapiler, syok luka bakar akan dapat menghilang dan cairan mengalir kembali kedalam kompartemen vaskuler, selanjutnya volume darah akan dapat meningkat. Lantaran edema dan akan bertambah berat pada luka bakar yang melingkar. Tekanan terhadap pembuluh darah kecil dan saraf pada ekstremitas distal menyebabkan terjadinya obstruksi aliran darah sehingga terjadi sebuah iskemia.

3. Adult respiratoryi distress syndrome

Akibat adanya kegagalan respirasi terjadi apabila derajat gangguan ventilasi dan pertukaran gas telah mengancam jiwa pasie n.

4. Ileus paralitik dan ulkus curling

Berkurangnya peristaltik usus dan bising usus merupakan beberapa tanda ilus paralitik akibat luka bakar. Distensi lambung dan nausea dapat mengakibatkan nause. Perdarahan lambung yang terjadi sekunder akibat stress fisiologik yang masif ( Hipersekresi Asam Lambung ) daat ditandai oleh adanya darah okultra dalam feces, regurgitasi muntahan atau vomitus yang  berdarah ini yang merupakan beberapa tanda ulkus curling.

5. Syok sirkulasi terjadi akibat adanya kelebihan muatan cairan atau bahkan hipofolemik sekunder

Akibat adanya resusitasi cairan yang adekuat. Beberapa tandanya  biasanya pasien menunjukan perubahan mental, perubahan status respirasi,  perubahan pada tekanan darah, curah jantung, penurunan keluaran urine, dan

adanya peningkatan frekuensi denyut nadi. 6. Gagal ginjal akut

Keluaran urine yang tidk memadai dapat menunjukan adanya resusitasi cairan yang tidak adkuat khusunya hemoglobin\ mioglobin terdeteksi dalam urine.

(13)

G. Pemeriksaan Diagnostik

1. Hitung darah lengkap : Hb (Hemoglobin) turun menunjukkan adanya  pengeluaran darah yang banyak sedangkan peningkatan lebih dari 15%

mengindikasikan adanya cedera, pada Ht (Hematokrit) yang meningkat menunjukkan adanya kehilangan cairan sedangkan Ht turun dapat terjadi sehubungan dengan kerusakan yang diakibatkan oleh panas terhadap pembuluh darah.

2. Leukosit : Leukositosis dapat terjadi sehubungan dengan adanya infeksi atau inflamasi.

3. GDA (Gas Darah Arteri) : Untuk mengetahui adanya kecurigaaan cedera inhalasi. Penurunan tekanan oksigen (PaO2) atau peningkatan tekanan karbon dioksida (PaCO2) mungkin terlihat pada retensi karbon monoksida.

4. Elektrolit Serum : Kalium dapat meningkat pada awal sehubungan dengan cedera jaringan dan penurunan fungsi ginjal, natrium pada awal mungkin menurun karena kehilangan cairan, hipertermi dapat terjadi saat konservasi ginjal dan hipokalemi dapat terjadi bila mulai diuresis.

5.  Natrium Urin : Lebih besar dari 20 mEq/L mengindikasikan kelebihan cairan , kurang dari 10 mEqAL menduga ketidakadekuatan cairan.

6. Alkali Fosfat : Peningkatan Alkali Fosfat sehubungan dengan perpindahan cairan interstisial atau gangguan pompa, natrium.

7. Glukosa Serum : Peninggian Glukosa Serum menunjukkan respon stress.

8. Albumin Serum : Untuk mengetahui adanya kehilangan protein pada edema cairan.

9. BUN atau Kreatinin : Peninggian menunjukkan penurunan perfusi atau fungsi ginjal, tetapi kreatinin dapat meningkat karena cedera jaringan.

10. Loop aliran volume : Memberikan pengkajian non-invasif terhadap efek atau luasnya cedera.

11. EKG : Untuk mengetahui adanya tanda iskemia miokardial atau distritmia. 12. Fotografi luka bakar : Memberikan catatan untuk penyembuhan luka bakar. H. Manifestasi Klinis

(14)

dan penyebab luka bakar kulit yang tertekan luka kesembuhan Derajat 1 (superfisial) : tersengat matahari, terkena api dengan intensitas rendah Epidermis Kesemutan, hiperestesia, rasa nyeri mereda bila di dinginkan Memerah menjadi  putih ketika ditekan minimal atau tanpa edema Kesembuhan lengkap dalam waktu 1 minggu, terjadi  pengelupasan kulit Derajat 2 (Partial-Thickness) : tersiram air mendidih, terbakar oleh nyala api Epidermis dan sebagian dermis  Nyeri, hiperestesia, sensitif terhadap udara yang dingin Melepuh, dasar luka  berbintik- bintik merah, epidermis retak,  permukaan luka basah, terdapat edema Kesembuhan dalam waktu 2-3 minggu,  pembentukan  parut dan depigmentasi, infeksi dapat mengubahnya menjadi derajat 3 Derajat 3 (Full-Thickness) : terbakar nyala api, tertekan cairan mendidih Epidermis, keseluruhan dermis dan kadang-kadang  jaringan subkutan Tidak terasa nyeri, syok, hematuria (adanya darah dalam urin) dan kemungkinana  pula hemulisis Kering, luka  bakar  berwarna  putih seperti  bahan kulit atau gososng, kulit retak Pembentuka eskar, diperlukan  pencangkokan,  pembentukan  parut dan hilangnya kantur serta

(15)

dalam waktu yang lama, tersengat arus listrik (destruksi sel darah merah) kemungkinan terdapat luka masuk dan keluar (pada luka bakar listrik) dengan  bagian lemak yang tampak, terdapat edema fungsi kulit, hilangnya jari tangan atau ekstremitas dapat terjadi

I. Luas Luka Bakar

Luas luka bakar dinyatakan dalam persen terhadap luas seluruh tubuh. Ada  beberapa metode cepat untuk menentukan luas luka bakar, yaitu:

1. Estimasi luas luka bakar menggunakan luas permukaan palmar pasien. Luas telapak tangan individu mewakili 1% luas permukaan tubuh. Luas luka bakar hanya dihitung pada pasien dengan derajat luka II atau III.

2. Rumus 9 atau rule of nine untuk orang dewasa

Pada dewasa digunakan ‘rumus 9’, yaitu luas kepala dan leher, dada,  punggung, pinggang dan bokong, ekstremitas atas kanan, ekstremitas atas kiri,  paha kanan, paha kiri, tungkai dan kaki kanan, serta tungkai dan kaki kiri masing-masing 9%. Sisanya 1% adalah daerah genitalia. Rumus ini membantu menaksir luasnya permukaan tubuh yang terbakar pada orang dewasa.

Wallace membagi tubuh atas bagian 9% atau kelipatan 9 yang terkenal dengan nama rule of nine atua rule of wallace yaitu:

 Kepala dan leher : 9%

 Lengan masing-masing 9% : 18%

 Badan depan 18%, badan belakang 18% : 36%

 Tungkai maisng-masing 18% : 36%

 Genetalia/perineum : 1%

Total : 100%

Pada anak dan bayi digunakan rumus lain karena luas relatif permukaan kepala anak jauh lebih besar dan luas relatif permukaan kaki lebih kecil. Karena

(16)

 perbandingan luas permukaan bagian tubuh anak kecil berbeda, dikenal rumus 10 untuk bayi, dan rumus 10-15-20 untuk anak.

3. Metode Lund dan Browder

Metode yang diperkenalkan untuk kompensasi besarnya porsi massa tubuh di kepala pada anak. Metode ini digunakan untuk estimasi besarnya luas  permukaan pada anak. Apabila tidak tersedia tabel tersebut, perkiraan luas  permukaan tubuh pada anak dapat menggunakan ‘Rumus 9’ dan disesuaikan

dengan usia:

a. Pada anak di bawah usia 1 tahun: kepala 18% dan tiap tungkai 14%. Torso dan lengan persentasenya sama dengan dewasa.

 b. Untuk tiap pertambahan usia 1 tahun, tambahkan 0.5% untuk tiap tungkai dan turunkan persentasi kepala sebesar 1% hingga tercapai nilai dewasa.

(17)

J. Penatalaksanaan

Pasien luka bakar (Combustio) harus dievaluasi secara sistematik. Prioritas utama adalah mempertahankan jalan nafas tetap paten, ventilasi yang efektif dan mendukung sirkulasi sistemik. Intubasi endotrakea dilakukan pada pasien yang menderita luka bakar berat atau kecurigaan adanya jejas inhalasi atau luka bakar di  jalan nafas atas. Intubasi dapat tidak dilakukan bila telah terjadi edema luka bakar

atau pemberian cairan resusitasi yang terlampau banyak. Pada pasien luka bakar, intubasi orotrakea dan nasotrakea lebih dipilih daripada trakeostomi.

Pasien dengan luka bakar saja biasanya hipertensi. Adanya hipotensi awal yang tidak dapat dijelaskan atau adanya tanda-tanda hipovolemia sistemik pada  pasien luka bakar menimbulkan kecurigaan adanya jejas „tersembunyi‟. Oleh karena itu, setelah mempertahankan ABC, prioritas berikutnya adalah mendiagnosis dan menata laksana jejas lain (trauma tumpul atau tajam) yang mengancam nyawa. Riwayat terjadinya luka bermanfaat untuk mencari trauma terkait dan kemungkinan

(18)

adanya jejas inhalasi. Informasi riwayat penyakit dahulu, penggunaan obat, dan alergi juga penting dalam evaluasi awal.

Pakaian pasien dibuka semua, semua permukaan tubuh dinilai. Pemeriksaan radiologik pada tulang belakang servikal, pelvis, dan torak dapat membantu mengevaluasi adanya kemungkinan trauma tumpul.

Setelah mengeksklusi jejas signifikan lainnya, luka bakar dievaluasi. Terlepas dari luasnya area jejas, dua hal yang harus dilakukan sebelum dilakukan transfer  pasien adalah mempertahankan ventilasi adekuat, dan jika diindikasikan, melepas

dari eskar yang mengkonstriksi. Tatalaksana resusitasi luka bakar 1. Tatalaksana resusitasi jalan nafas:

a. Intubasi

Tindakan intubasi dikerjakan sebelum edema mukosa menimbulkan manifestasi obstruksi. Tujuan intubasi mempertahankan jalan nafas dan sebagai fasilitas pemelliharaan jalan nafas.

 b. Krikotiroidotomi

Bertujuan sama dengan intubasi hanya saja dianggap terlalu agresif

dan menimbulkan morbiditas lebih besar dibanding intubasi.

Krikotiroidotomi memperkecil dead space, memperbesar tidal volume, lebih mudah mengerjakan bilasan bronkoalveolar dan pasien dapat berbicara jika dibanding dengan intubasi.

c. Pemberian oksigen 100%

Bertujuan untuk menyediakan kebutuhan oksigen jika terdapat  patologi jalan nafas yang menghalangi suplai oksigen. Hati-hati dalam  pemberian oksigen dosis besar karena dapat menimbulkan stress oksidatif, sehingga akan terbentuk radikal bebas yang bersifat vasodilator dan modulator sepsis.

d. Perawatan jalan nafas

e. Penghisapan sekret (secara berkala) f. Pemberian terapi inhalasi

(19)

Bertujuan mengupayakan suasana udara yang lebih baik didalam lumen jalan nafas dan mencairkan sekret kental sehingga mudah dikeluarkan. Terapi inhalasi umumnya menggunakan cairan dasar natrium klorida 0,9% ditambah dengan bronkodilator bila perlu. Selain itu bias ditambahkan zat-zat dengan khasiat tertentu seperti atropin sulfat (menurunkan produksi sekret), natrium bikarbonat (mengatasi asidosis seluler) dan steroid (masih kontroversial)

g. Bilasan bronkoalveolar

h. Perawatan rehabilitatif untuk respirasi

i. Eskarotomi pada dinding torak yang bertujuan untuk memperbaiki kompliansi paru

2. Tatalaksana resusitasi cairan

Resusitasi cairan diberikan dengan tujuan preservasi perfusi yang adekuat dan seimbang di seluruh pembuluh darah vaskular regional, sehingga iskemia  jaringan tidak terjadi pada setiap organ sistemik. Selain itu cairan diberikan agar

dapat meminimalisasi dan eliminasi cairan bebas yang tidak diperlukan, optimalisasi status volume dan komposisi intravascular.

Resusitasi cairan dilakukan dengan memberikan cairan pengganti. Ada  beberapa cara untuk menghitung kebutuhan cairan ini:

a. Cara Evans

1) Luas luka bakar (%) x BB (kg) menjadi mL NaCl per 24 jam 2) Luas luka bakar (%) x BB (kg) menjadi mL plasma per 24 jam 3) 2.000 cc glukosa 5% per 24 jam

Separuh dari jumlah 1+2+3 diberikan dalam 8 jam pertama. Sisanya diberikan dalam 16 jam berikutnya. Pada hari kedua diberikan setengah jumlah cairan hari pertama. Pada hari ketiga diberikan setengah jumlah cairan hari kedua.

 b. Cara Baxter

Luas luka bakar (%) x BB (kg) x 4 mL.

Separuh dari jumlah cairan diberikan dalam 8 jam pertama. Sisanya diberikan dalam 16 jam berikutnya. Pada hari kedua diberikan setengah

(20)

 jumlah cairan hari pertama. Pada hari ketiga diberikan setengah jumlah cairan hari kedua.

3. Resusitasi nutrisi

Pada pasien luka bakar, pemberian nutrisi secara enteral sebaiknya dilakukan sejak dini dan pasien tidak perlu dipuasakan. Bila pasien tidak sadar, maka pemberian nutrisi dapat melalui naso-gastric tube (NGT). Nutrisi yang diberikan sebaiknya mengandung 10-15% protein, 50-60% karbohidrat dan 25-30% lemak. Pemberian nutrisi sejak awal ini dapat meningkatkan fungsi kekebalan tubuh dan mencegah terjadinya atrofi vili usus.

Perawatan luka bakar

Umumnya untuk menghilangkan rasa nyeri dari luka bakar (Combustio) digunakan morfin dalam dosis kecil secara intravena (dosis dewasa awal : 0,1-0,2 mg/kg dan „maintenance‟ 5-20 mg/70 kg setiap 4 jam, sedangkan dosis anak-anak 0,05-0,2 mg/kg setiap 4 jam). Tetapi ada juga yang menyatakan pemberian methadone (5-10 mg dosis dewasa) setiap 8 jam merupakan terapi penghilang nyeri kronik yang bagus untuk semua pasien luka bakar dewasa. Jika pasien masih merasakan nyeri walau dengan pemberian morfin atau methadone, dapat juga diberikan benzodiazepine sebagai tambahan.

Terapi pembedahan pada luka bakar 1. Eksisi dini

Eksisi dini adalah tindakan pembuangan jaringan nekrosis dan debris (debridement) yang dilakukan dalam waktu kurang dari 7 hari (biasanya hari ke 5-7) pasca cedera termis. Dasar dari tindakan ini adalah:

a. Mengupayakan proses penyembuhan berlangsung lebih cepat. Dengan dibuangnya jaringan nekrosis, debris dan eskar, proses inflamasi tidak akan  berlangsung lebih lama dan segera dilanjutkan proses fibroplasia. Pada daerah sekitar luka bakar umumnya terjadi edema, hal ini akan menghambat aliran darah dari arteri yang dapat mengakibatkan terjadinya iskemi pada  jaringan tersebut ataupun menghambat proses penyembuhan dari luka tersebut. Dengan semakin lama waktu terlepasnya eskar, semakin lama juga

(21)

 b. Memutus rantai proses inflamasi yang dapat berlanjut menjadi komplikasi  –  komplikasi luka bakar (seperti SIRS). Hal ini didasarkan atas jaringan nekrosis yang melepaskan “burn toxic” (lipid protein complex) yang menginduksi dilepasnya mediator-mediator inflamasi.

c. Semakin lama penundaan tindakan eksisi, semakin banyaknya proses angiogenesis yang terjadi dan vasodilatasi di sekitar luka. Hal ini mengakibatkan banyaknya darah keluar saat dilakukan tindakan operasi. Selain itu, penundaan eksisi akan meningkatkan resiko kolonisasi mikro  –  organisme patogen yang akan menghambat pemulihan graft dan juga eskar yang melembut membuat tindakan eksisi semakin sulit.

2. Eksisi Tangensial

Eksisi tangensial adalah suatu teknik yang mengeksisi jaringan yang terluka lapis demi lapis sampai dijumpai permukaan yang mengeluarkan darah (endpoint). Adapun alat-alat yang digunakan dapat bermacam-macam, yaitu  pisau Goulian atau Humbly yang digunakan pada luka bakar dengan luas  permukaan luka yang kecil, sedangkan pisau Watson maupun mesin yang dapat memotong jaringan kulit perlapis (dermatom) digunakan untuk luka bakar yang luas. Permukaan kulit yang dilakukan tindakan ini tidak boleh melebihi 25% dari seluruh luas permukaan tubuh. Untuk memperkecil perdarahan dapat dilakukan hemostasis, yaitu dengan tourniquet sebelum dilakukan eksisi atau pemberian larutan epinephrine 1:100.000 pada daerah yang dieksisi. Setelah dilakukan hal-hal tersebut, baru dilakukan “skin graft”. Keuntungan dari teknik ini adalah didapatnya fungsi optimal dari kulit dan keuntungan dari segi kosmetik. Kerugian dari teknik adalah perdarahan dengan jumlah yang banyak dan endpoint bedah yang sulit ditentukan.

3. Eksisi Fasial

Eksisi fasial adalah teknik yang mengeksisi jaringan yang terluka sampai lapisan fascia. Teknik ini digunakan pada kasus luka bakar dengan ketebalan  penuh (full thickness) yang sangat luas atau luka bakar yang sangat dalam. Alat yang digunakan pada teknik ini adalah pisau scalpel, mesin pemotong “electrocautery”.

(22)

4. Skin grafting

Skin grafting adalah metode penutupan luka sederhana. Tujuan dari metode ini adalah:

a. Menghentikan evaporate heat loss

 b. Mengupayakan agar proses penyembuhan terjadi sesuai dengan waktu c. Melindungi jaringan yang terbuka

K. Penyembuhan Combustio

Proses yang kemudian pada jaringan rusak ini adalah penyembuhan luka yang dapat dibagi dalam 3 fase:

1. Fase inflamasi

Fase yang berentang dari terjadinya luka bakar sampai 3-4 hari pasca luka bakar. Dalam fase ini terjadi perubahan vaskuler dan proliferasi seluler. Daerah luka mengalami agregasi trombosit dan mengeluarkan serotonin, mulai timbul epitelisasi.Fase proliferasi

2. Fase proliferasi

Disebut fase fibroplasia karena yang terjadi proses proliferasi fibroblast. Fase ini berlangsung sampai minggu ketiga. Pada fase proliferasi luka dipenuhi sel radang, fibroplasia dan kolagen, membentuk jaringan berwarna kemerahan dengan permukaan berbenjol halus yang disebut granulasi. Epitel tepi luka yang terdiri dari sel basal terlepas dari dasar dan mengisi permukaan luka, tempatnya diisi sel baru dari proses mitosis, proses migrasi terjadi ke arah yang lebih rendah atau datar. Proses fibroplasia akan berhenti dan mulailah proses pematangan.

3. Fase maturasi

Terjadi proses pematangan kolagen. Pada fase ini terjadi pula  penurunan aktivitas seluler dan vaskuler, berlangsung hingga 8 bulan sampai lebih dari 1 tahun dan berakhir jika sudah tidak ada tanda-tanda radang. Bentuk akhir dari fase ini berupa jaringan parut yang berwarna pucat, tipis, lemas tanpa rasa nyeri atau gatal.

(23)

L. Diagnosa Keperawatan

1.  Nyeri akut berhubungan dengan kerusakan kulit atau jaringan.

K riteria hasil :

 Menyatakan nyeri berkurang atau terkontrol

 Menunjukkan ekspresi wajah atau postur tubuh rileks

 Berpartisipasi dalam aktivitas dari tidur atau istirahat dengan tepat I ntervensi :

1) Tutup luka sesegera mungkin, kecuali perawatan luka bakar metode  pemejanan pada udara terbuka.

R/ Suhu berubah dan tekanan udara dapat menyebabkan nyeri hebat pada  pemajanan ujung saraf.

2) Ubah pasien yang sering dan rentang gerak aktif dan pasif sesuai i ndikasi. R/ Gerakan dan latihan menurunkan kekuatan sendi dan kekuatan otot tetapi tipe latihan tergantung indikasi dan luas cedera.

3) Pertahankan suhu lingkungan nyaman, berikan lampu penghangat dan  penutup tubuh.

R/ Pengaturan suhu dapat hilang karena luka bakar mayor, sumber panas eksternal perlu untuk mencegah menggigil

4) Kaji keluhan nyeri pertahankan lokasi, karakteristik dan intensitas (skala 0-10).

R/ Nyeri hampir selalu ada pada derajat beratnya, keterlibatan jaringan atau kerusakan tetapi biasanya paling berat selama penggantian balutan dan debridement.

5) Dorong ekspresi perasaan tentang nyeri.

R/ Pernyataan memungkinkan pengungkapan emosi dan dapat

meningkatkan mekanisme koping.

6) Dorong penggunaan tehnik manajemen stress, contoh relaksasi, nafas dalam, bimbingan imajinatif dan visualisasi.

(24)

R/ Memfokuskan kembali perhatian, memperhatikan relaksasi dan meningkatkan rasa control yang dapat menurunkan ketergantungan farmakologi.

7) Kolaborasi pemberian analgetik. R/ Dapat menghilangkan nyeri.

2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan trauma kerusakan permukaan kulit karena destruksi lapisan kulit

K ri teri a H asil :

 Menunjukkan regenerasi jaringan

 Mencapai penyembuhan tepat waktu pada area luka bakar I ntervensi :

1) Kaji atau catat ukuran warna kedalaman luka, perhatikan jaringan metabolik dan kondisi sekitar luka

R/ Memberikan informasi dasar tentang kebutuhan penanaman kulit dan kemungkinan petunjuk tentang sirkulasi pada area grafik.

2) Berikan perawatan luka bakar yang tepat dan tindakan control infeksi

R/ Menyiapkan jaringan tubuh untuk penanaman dan menurunkan resiko infeksi.

3. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan melalui rute abnormal luka.

K ri teri a H asil :

Menunjukkan perbaikan keseimbangan cairan dibuktikan oleh haluaran urine individu, tanda-tanda vital stabil, membran mukosa lembab.

I ntervensi :

1) Awasi tanda-tanda vital, perhatikan pengisian kapiler dan kekuatan nadi  perifer.

R/ Memberikan pedoman untuk penggantian cairan dan mengkaji respon kardiovaskuler .

2) Awasi haluaran urine dan berat jenis, observasi warna dan hemates sesuai indikasi.

(25)

R/ Secara umum penggantian cairan harus difiltrasi untuk meyakinkan rata-rata haluaran urine 30-50 ml / jam (pada orang dewasa).

3) Perkirakan deranase luka dan kehilangan yang tak tampak.

R/ Peningkatan permeabilitas kapiler, perpindahan protein, proses inflamasi dan kehilangan melalui evaporasi besar mempengaruhi volume sirkulasi dan haluaran urine, khususnya selama 24-72 jam pertama setelah terbakar.

4) Timbang berat badan tiap hari.

R/ Pergantian cairan tergantung pada berat badan pertama dan perubahan selanjutnya. Peningkatan berat badan 15-20% pada 72 jam pertama selama  pergantian cairan dapat diantisipasi untuk mengembalikan keberat sebelum

terbakar kira-kira 10 hari setelah terbakar. 5) Selidiki perubahan mental

R/ Penyimpangan pada tingkat kesadaran dapat mengindikasikan ketidakadekuatan volume sirkulasi atau penurunan perfusi serebral.

6) Observasi distensi abdomen, hematemesess, feses hitam, hemates drainase  NG dan feses secara periodik

R/ tress (curling) ulkus terjadi pada setengah dan semua pasien pada luka  bakar berat (dapat terjadi pada awal minggu pertama).

7) Kolaborasi kateter urin

R/ Memungkinkan observasi ketat fungsi ginjal dan menengah stasis atau reflek urine, potensi urine dengan produk sel jaringan yang rusak dapat menimbulkan disfungsi dan infeksi ginjal.

4. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan pertahanan primer tidak adekuat ; kerusakan perlindungan kulit

K ri teri a H asil :

Tidak ada tanda-tanda infeksi

I ntervensi :

1) Implementasikan tehnik isolasi yang tepat sesuai indikasi

R/ Tergantung tipe atau luasnya luka untuk menurunkan resiko kontaminasi silang atau terpajan pada flora bakteri multiple.

(26)

2) Tekankan pentingnya tehnik cuci tangan yang baik untuk semua individu yang datang kontak ke pasien

R/ Mencegah kontaminasi silang

3) Cukur rambut disekitar area yang terbakar meliputi 1 inci dari batas yang terbakar

R/ Rambut media baik untuk pertumbuhan bakteri

4) Periksa area yang tidak terbakar (lipatan paha, lipatan leher, membran mukosa

R/ Infeksi oportunistik (misal : Jamur) seringkali terjadi sehubungan dengan depresi sistem imun atau proliferasi flora normal tubuh selama terapi antibiotik sistematik.

5) Bersihkan jaringan nekrotik yang lepas (termasuk pecahnya lepuh) dengan gunting dan forcep.

R/ Meningkatkan penyembuhan 6) Kolaborasi pemberian antibiotik

R/ Mencegah terjadinya infeksi

 5. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan dan

ketahanan

K ri teri a H asil :

Menyatakan dan menunjukkan keinginan berpartisipasi dalam aktivitas, mempertahankan posisi, fungsi dibuktikan oleh tidak adanya kontraktor, mempertahankan atau meningkatkan kekuatan dan fungsi yang sakit dan atau menunjukkan tehnik atau perilaku yang memampukan aktivitas.

I ntervensi :

1) Pertahankan posisi tubuh tepat dengan dukungan atau khususnya untuk luka bakar diatas sendi.

R/ Meningkatkan posisi fungsional pada ekstermitas dan mencegah kontraktor yang lebih mungkin diatas sendi.

2) Lakukan latihan rentang gerak secara konsisten, diawali pasif kemudian aktif

(27)

R/ Mencegah secara progresif, mengencangkan jaringan parut dan kontraktor, meningkatkan pemeliharaan fungsi otot atau sendi dan menurunkan kehilangan kalsium dan tulang.

3) Instruksikan dan Bantu dalam mobilitas, contoh tingkat walker secara tepat.

R/ Meningkatkan keamanan ambulasi

6. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan status hipermetabolik

K ri teri a H asil :

Menunjukkan pemasukan nutrisi adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolik dibuktikan oleh berat badan stabil atau massa otot terukur, keseimbangan nitrogen positif dan regenerasi jaringan.

I ntervensi :

1) Auskultasi bising usus, perhatikan hipoaktif atau tidak ada bunyi

R/ Ileus sering berhubungan dengan periode pasca luka bakar tetapi  biasanya dalam 36-48 jam dimana makanan oral dapat dimulai.

2) Pertahankan jumlah kalori berat, timbang BB / hari, kaji ulang persen area  permukaan tubuh terbuka atau luka tiap minggu

R/ Pedoman tepat untuk pemasukan kalori tepat, sesuai penyembuhan luka, persentase area luka bakar dievaluasi untuk menghitung bentuk diet yang diberikan dan penilaian yang tepat dibuat.

3) Awasi massa otot atau lemak subkutan sesuai indikas

R/ Mungkin berguna dalam memperkirakan perbaikan tubuh atau kehilangan dan keefektifan terapi.

4) Berikan makan dan makanan sedikit dan serin

R/ Membantu mencegah distensi gaster atau ketidaknyamanan dan meningkatkan pemasukan.

7. Resiko tinggi terhadap perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan interupsi aliran darah.

I ntervensi :

(28)

R/ Meningkatkan sirkulasi sistematik atau aliran baik vena dan dapat menurunkan odema atau pengaruh gangguan lain yang mempengaruhi konstriksi jaringan oedema.

2) Pertahankan penggantian cairan

R/ Memaksimalkan volume sirkulasi dan perfusi jaringan 8. Ansietas berhubungan dengan krisis situasi : kecacatan .

K ri teri a H asil :

1) Menyatakan kesadaran, perasaan dan menerimanya dengan cara sehat 2) Mengatakan ansietas atau ketakutan menurun sampai tingkat yang dapat

ditangani.

3) Menunjukkan ketrampilan pemecahan masalah, penggunaan sumber yang efektif.

I ntervensi :

1) Berikan penjelasan dengan sering dan informasi tentang prosedur  perawatan

R/ Pengetahuan apa yang diharapkan menurunkan ketakutan dan ansietas, memperjelas kesahalan konsep dan meningkatkan kerjasama. 2) Libatkan pasien atau orang terdekat dalam proses pengambilan keputusan

kapanpun mungkin

R/ Meningkatkan rasa kontrol dan kerjasama menurunkan perasaan tak  berdaya atau putus asa

3) Dorong pasien untuk bicara tentang luka bakar bila siap

R/ Pasien perlu membicarakan apa yang terjadi terus-menerus untuk membuat beberapa rasa terhadap situasi apa yang menakutkan.

4) Jelaskan pada pasien apa yang terjadi. Berikan kesempatan untuk  bertanya dan berikan jawaban terbuka atau jujur.

R/ Pertanyaan kompensasi menunjukkan realitas situasi yang dapat membantu pasien atau orang terdekat menerima realita dan mulai menerima apa yang terjadi.

(29)

1) Menyatakan penerimaan situasi diri

2) Bicara dengan keluarga atau orang terdekat tentang situasi perubahan yang terjadi.

3) Membuat tujuan realitas atau rencana untuk masa depan

4) Memasukkan perubahan dalam konsep diri tanpa harga diri negatif

I ntervensi :

1) Kaji makna kehilangan atau perubahan pada pasien atau orang terdekat R/ Episode traumatik mengakibatkan perubahan tiba-tiba, tak diantisipasi membuat perasaan kehilangan aktual yang dirasakan.

2) Bersikap realistik dan positif selama pengobatan pada penyuluhan kesehatan dan menyusun tujuan dalam keterbatasan.

R/ Meningkatkan kepercayaan dan mengadakan hubungan baik antara  pasien dan perawat.

(30)

BAB III

TINJAUAN KASUS

A. Ilustrasi Kasus

 Ny. NA, usia 32 tahun datang dengan keluhan kulit wajah, kedua lengan, dan kaki kiri melepuh karena terkena api sejak delapan jam sebelum masuk rumah sakit. Kulit yang melepuh diakibatkan tersambar api dari kompor minyak tanah yang tiba-tiba meledak dan menyambar bensin. Pasien tersambar api dalam jangka waktu yang sangat sebentar. Pasien tidak terkurung dalam ruangan. Tidak ada keluhan sesak nafas, pusing, mual, maupun muntah.

Pasien datang masih dalam fase akut luka bakar. Dari pemeriksaan umum tidak ditemukan bulu hidung yang terbakar. Pernapasan normal dan tidak ada eskar melingkar yang dapat menghalangi pergerakan pernapasan. Tekanan darah pasien sedikit menurun yaitu 100/80 mmHg dengan frekuensi nadi yang meningkat yaitu 112x/menit.

Pada tubuh ditemukan luka bakar di wajah sebelah kiri (4%), lengan kanan (2%), lengan kiri (3%), dan kaki kiri (2%). Total luas luka bakar mencapai 11% dengan kedalaman derajat II.

Dari pemeriksaan laboratorium darah tepi ditemukan peningkatan leukosit. Pada  pemeriksaan urin ditemukan banyak eritrosit. Ditemukan pula peningkatan laktat.

(31)

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. NA DENGAN COMBUSTIO GRADE II

A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN 1. Biodata Klien

a. Identitas Klien

 Nama : Ny. NA

Usia : 32 tahun

Alamat : Desa Dangger Kec. Gembong, Tangerang

Agama : Islam

Pekerjaan : Usaha warung

Pendidikan : SMP

Status : Menikah

Masuk RSCM : Rabu, 13 September pukul 14.00

b. Identitas Penanggung Jawab

 Nama : Tn. B

Usia : 40 tahun

Alamat : Desa Dangger Kec. Gembong, Tangerang

Agama : Islam

Pekerjaan : Buruh

Pendidikan : SMP

Status : Menikah

Hubungan dengan klien : Suami

2. Primary survey

a. Airway : bebas, bulu hidung tidak terbakar,jalan nafas paten.

 b. Breathing : spontan, frekuensi nafas 20x/menit, reguler, kedalaman cukup c. Circulation : akral hangat, CRT < 2detik, tekanan darah 100/80 mmHg,

frekuensi nadi 112x/menit, suhu afebris,edema pada kelopak atas mata kiri dan bibir.

(32)

d. Disability : GCS 15, E4M6V5.

Eksposure :

Status lokalis

Kepala dan leher : 4 %

Trunkus anterior : 0 %

Trunkus posterior : 0 %

Esktremitas atas kanan : 2 %

Ekstremitas atas kiri : 3 %

Ekstremitas bawah kanan : 0 %

Ekstremitas bawah kiri : 2 %

Genitalia : 0 %

Total : 11 %

3. Secondary survey Anamnesis

a. Keluhan utama

Kulit wajah, kedua lengan, dan kaki kiri melepuh karena terkena api sejak delapan jam sebelum masuk rumah sakit.

 b. Riwayat penyakit sekarang

Delapan jam SMRS, pasien sedang melayani pembeli di warungnya. Tiba-tiba kompor minyak tanah dari dalam warung meledak dan menyambar bensin yang juga dijual di warung tersebut. Pada saat api mulai menyambar warung, pasien berusaha keluar warung sambil berlari. Namun  pasien tetap tersambar api walaupun sangat sebentar. Terkurung dalam ruangan (-), menghirup asap (-), sesak nafas (-), terbentur di kepala (-),  pingsan (-), pusing (-), mual (-), muntah (-)

Pasien kemudian dibawa ke RS Balaraja dan diberi perawatan luka dengan menggunakan salep, kemudian dirujuk ke RS Tangerang dan diberikan perawatan luka dan obat suntik (Tetagam, TT, dan Lanticet). Pasien kemudian dirujuk ke RSCM atas permintaan keluarga.

(33)

Alergi obat, hipertensi, Diabetes Melitus, dan asma disangkal. d. Riwayat penyakit keluarga :

Pasien mengatakan dikeluarga tidak ada yang memiliki penyakit keturunan..

4. Pemeriksaan Fisik

a. Keadaan umum : composmentis Tanda –  tanda Vital :

Tekanan Darah : 100/80 Mmhg Respirasi Rate : 20 x/menit

 Nadi : 112 x/menit

Suhu : 37.5 °C

 b. Sistem pernafasan

Bentuk hidung proporsional,tidak terdapat sumbatan pada saluran  pernafasan seperti darah maupun sekret, tidak ada bulu hidung yang terbakar, bunyi pernafasan vaskuler saat diauskultasi, vesikuler, ronki -/-, wheezing -/-. Frekuensi pernafasan 20 x/menit.

c. Sistem Kardiovaskuler

Tidak terdapat peningkatan JVP, bunyi jantung S1 S2 lub dub dan tidak terdapat bunyi tambahan, nadi 112 x/menit, tekanan darah 100/80 Mmhg, akral hangat, tidak terdapat pembengkakan ekstremitas.

d. Sistem Pencernaan

 bentuk mulut simetris, mulut bersih, mukosa lembab, bentuk bibir normal, tidak ada kelainan, lidah tampak kotor, gigi kotor dan ada caries, tidak ada kesulitan menelan dan tidak dijumpai pembesasaran tonsil. Bentuk abdomen normal simestris kanan kiri, tidak dijumpai massa, pertistaltik 10-12x/ mnt. e. Sistem Persarafan

 Nervus I

Pasien dapat mencium bau  –  bauan parfum dan minyak kayu putih dengan mata tertutup

(34)

Pasein dapat membaca papan nama perawat tanpa menggunakan alat bantu  penglihatan

 Nervus III

Reflek pupil isokor, pergerakan bola mata normal pasien dapat menggerakan bola mata sesuai gerakan penlight yang digerakan perawat, konjungtiva anemis

 Nervus IV

Pasien dapat menggerakan bola mata kedalam sesuai pergerakan penlight  Nervus V

Pasien dapat merasakan sensari halus dan tajam di area wajah, pasien tidak dapat mengunyah dengan cukup baik,, pasien dapat mengedip dengan normal

 Nervus VI

Pasien dapat menggerakan bola mata ke atas dan kebawah  Nervus VII

Pasien dapat tersenyum, pasien dapat mengangkat kedua alis mata, pasien dapat menutup kelopak mata dengan tahanan dan pasien dapat membedakan gula dengan garam saat mata ttertutup

 Nervus VIII

Pasien dapat menjaga keseimbangan saat berjalan dan tidak terdapat gangguan saat tes rinne dan weber

 Nervus IX

Pasien dapat menyebutkan rasa manisnya gula dan asamnya cuka saat mata ditutup, pasien merasa pedih saat dilakukan pemeriksaan pengecapan

 Nervus X

Refleks menelan pasien baik, refleks muntah pasien juga baik saat lidah ditekan dengan tounge spatel

 Nervus XI

Pasien dapat menggerakan kedua bahu dengan baik, pasien juga dapat sedikit menahan tekanan pada bahu saat ditekan oleh perawat

(35)

Pasien dapat menggerakan lidah keluar, ke kanan dan ke kiri. f. Sistem Penglihatan

kelopak atas mata kiri edema (+) dan tidak dapat dibuka, konjungtiva tidak pucat, sklera tidak ikterik

g. Sistem Pendengaran

Bentuk kedua telinga simetris, pina telinga sejajar dengan kantus mata, terdapat sekret, fungsi pendengaran normal ditandai dengan pasien dapat menjawab setiap pertanyaan perawat tanpa mengulang pertanyaan.

h. Sistem Genitalia dan Perkemihan

Menurut pasien kebersihan organ reproduksinya cukup bersih. Pasien mengatakan tidak mengalami kesulitan saat BAK

i. Sistem Muskuloskeletal

Bentuk kedua tangan simetris. Terdapat luka bakar dilengan kiri 3%, lengan kanan 2%, terdapat lesi dan perdarahan. refleks bisep dan trisep normal, sensasi halus dan tajam dapat dirasakan, kekuatan otot lengan kanan 1, lengan kiri 1

Bentuk kedua kaki simetris. Terdapat luka bakar dikaki sebelah kiri 2%, terdapat lesi dan perdarahan. Refleks patela dan babinski dapat dirasakan. Kekuatan otot kaki kanan 2 dan kaki kiri 1, kemampuan pergerakan sendi terbatas.

 j. Sistem Endokrin

Tidak terdapat pembengkakan pada kelenjar tiroid dan kelenjar parotis.. k. Sistem Integumen

Keadaan kulit basah pada daerah luka bakar, pada kulit tampak merah dan ada kekakuan.

5. Data Psikologi a. Status Emosi

Status emosi pasien stabil, pasien dapat diajak komunikasi dengan baik.  b. Pola Koping

(36)

Dalam menentukan sebuah keputusan, pasien membutuhkan bantuan dari orang disekitarnya

c. Gaya Komunikasi

Komunikasi pasien baik, suara pasien tenang dan gaya komunikasi pasien tidak mendominasi

d. Konsep Diri

 Gambaran Diri

Pasien mengatakan merasa sedih terhadap kondisinya saat ini yang hanya  bisa terbaring ditempat tidur

 Ideal Diri

Pasien mengatakan ingin segera sembuh dan kembali beraktivitas seperti semula

 Harga Diri

Pasien mengatakan merasa malu karena kondisinya saat ini

 Peran Diri

Pasien mengatakan perannya sebagai seorang istridan ibu terganggu,  pasien tidak dapat melayani suami dan anak-anaknya saat ini. Dan juga

tidak bisa berjualan.

 Data Sosial

Pasien mengatakan sebelum dirawat dirumah sakit, pasien bekerja sebagai ibu rumah tangga dan usaha warung, pasien hubunganbaik dengan keluarga dan tetangganya.

 Data Spiritual

Pasien beragama Islam, pasien rajin beribadah saat dirumah, semenjak sakit pasien sering berdoa untuk kesembuhannya dan menganggap sakitnya ini adalah ujian dari tuhan

Pemeriksaan Penunjang RUTIN

Hemoglobin : 13,3 g/dL

Darah/Hb : +

(37)

-Hematokrit : 40 % Leukosit : 16700/ L Trombosit : 343.000/ L MCV : 79 fl MCH : 27 pg MCHC : 34 g/dL Lactate : 2,7 mmol/L PT : 10,8 detik PT kontrol : 12 detik APTT : 30,8 detik

APTT kontrol : 33,5 detik

URINALISIS Sedimen Sel epitel : + Leukosit : 1-2 Eritrosit : 10-11 Silinder : -Kristal : Bakteri : -Berat jenis : 1.015  pH : 5 Protein : -Glukosa : -Keton : + Urobilinogen : 0,2  Nitrit : -Esterase leukosit : -KIMIA DARAH Ureum : 23 mg/dL Creatinin : 0,8 mg/dL SGOT : 21 U/L SGPT : 17 U/L Albumin : 3,6 gr/dL GDS : 105 mg/dL  Na : 144 meq/L K : 4,3 meq/L Cl : 108 meq/L

ANALISA GAS DARAH

 pH : 7,35  pCO2 : 35,2 mmHg  pO2 : 103,8 mmHg SO2% : 97 BE ect : -6,1 mmol/L Beb : -4,6 SBC : 20,6 HCO3 : 19,7 mmol/L TCO2 : 20,7 mmol/L Terapi Medis

1. Inj. Cefotaxim 1 gr/12 jam anti infeksi tukak lambung

2. Inj. Ketorolac 1 gr/8 jam anti nyeri luka lambung, GGA, gagal hati

(38)

4. Mebo salep 5. supratul

Pola Aktivitas

NO POLA AKTIVITAS DI RUMAH DI RUMAH

SAKIT

1 Nutrisi

Makan, nasi, sayur, lauk-pauk

3x sehari.

Minum air putih ± 2000-2500 cc/hari

Makan, nasi, sayur, lauk-pauk

3x sehari.

Minum air putih ± 2000-2500 cc/hari

2 Eliminasi

BAK : ± 1500 cc/hari

warna kuning

 jernih,bau khas, tidak ada kesulitan

BAB : frekuensi 1

kali/hari warna

kuning, konsentrasi

lunak, tidak ada

kesulitan eliminasi

BAK : ± 1500

cc/hari warna

kuning jernih,bau khas, tidak ada kesulitan

BAB : frekuensi 1

kali/hari warna

kuning, konsentrasi lunak, tidak ada kesulitan eliminasi 3 Personal Higiene a. Mandi  b. Gosok gigi c. Keramas d. Kuku Mandi 2x sehari, menggosok gigi 2x sehari, pemeliharaan kuku teratur, mencuci rambut 2 hari sekali.

Hanya diseka setiap pagi, menggosok gigi 1x sehari. 4 Istirahat Tidur a. Siang  b. Malam

Tidur malam 6-7 jam Tidur siang 1-2 jam Tidak ada kesulitan tidur

Tidur malam 4-6  jam

Tidur siang 1 jam Ada kesulitan tidur

(39)

karena adanya luka  bakar pada tubuh

5 Aktivitas Beres-beres rumah, menyapu dan mengepel lantai, mencuci pakaian, memasak, berjualan di warung. Keadaan umum lemah, tidak melakukan aktivitas B. ANALISA DATA

NO DATA ETIOLOGI MASALAH

1. -DS :klien merasa lemas

-DO :

Turgor kulit kering Mukosa kering Luka bakar Kerusakan kulit Penguapan meningkat Peningkatan pembuluh darah kapiler Ekstravasasi cairan (H2O, elektrolit, protein Tekanan osmotik me Cairan intravaskuler me Hipovolemia & hemokonsentrasi Kekurangan volume cairan

(40)

2. DS : -DO :

 Terdapat luka di kedua

tangan dan kaki sebelah kiri Luka Bakar Biologis Kerusakan Kulit Kerusakan integritas kulit Diagnosa Keperawaan

1. Gangguan vol. cairan kurang dari kebutuhan b.d penurunan tekanan osmotik 

(41)
(42)

41

PROSES PERAWATAN

 Nama : NY. NA No. CM : 123456

Umur : 40 tahun Dx Medis : Combustio grade II

Jenis kelamin : Perempuan Ruang : Kana A

 No. Diagnosa

keperawatan

Perencanaan

Implementasi Evaluasi

Tujuan Intervensi Rasionalisasi

1 2 3 4 5 6 7

I Gangguan vol. cairan kurang dari kebutuhan b.d  penurunan tekanan osmotik  DS : - pasien “saya merasa lemas” DO : -Turgor kulit dan mukosa terihat kering Tujuan : Setelah 2x24jam Keseimbangan cairan pasien terpenuhi, dengan kriteria hasil:  Produksi urin 1cc/kg BB/jam

 Tensi & nadi

dalam batas normal 1. Monitor TTV setiap jam 2. Pasang infuse sesuai advis 3. Monitor tetesan infuse 4. Monitor I & O setiap 1 jam 5. Monitor Ht, BUN, elektrolit setiap 12  jam/sesuai  perintah 1. Untuk mengetahui keadaan umum pasien 2. Untuk memenuhi

kebutuhan cairan pasien 3. Untk menyeimbangkan

kebutuhan cairan pasien 4. Untk menyeimbangkan

kebutuhan cairan pasien 5. Untuk mengetahui

capaian cairan pasien

13 September 2017,  pukul 14.00 1. Memonitor TTV TD:100/80 Mmhg RR: 20 x/menit  N: 112 x/menit Suhu: 37.5 °C 2. Memasang infuse sesuai advis 3. Memonitor tetesan infuse 4. Memonitor IO S: Pasien “masih lemas” O: TD: 110/80 mmHg  N: 112x/mnt S: 37,5ºC RR: 20x/mnt Turgor masih kering A: masalah teratasi sebagian

II. Kerusakan integritas kulit b.d adanya luka  bakar

DS:

-DO : terdapat luka  bakar dikedua tangan dan kaki sebelah kiri

elah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam Menunjukkan  penyembuhan luka, dengan kriteria hasil:  pigmentasi, dan warna jaringan dalam rentang yang diharapkan.

2.Lakukan  perawatan luka:

inpeksi luka pada setiap penggantian  balutan.

3. Konsultasi dengan ahli gizi tentang makanan tinggi protein, mineral, kalori, dan vitamin.

2.menyiapkan jaringan untuk penanaman dan  penurunan resiko

insfeksi/kegagalan kulit

3.pasien memerlukan nutrisi, makanan tinggi  protein dan mineral yang

adekuat sangat baik untuk kesembuhan luka dan kebutuhan metabolisme setiap 1 jam 5. Memonitor Ht, BUN, elektrolit 1. Melakukan  perawatan luka 2. Berkonsultasi dengan dengan ahli gizi mengenai nutrisi yang di  butuhkan  pasien P = lanjutkan intervensi S:

-O:”- luka tampak membaik -warna jaringan  berwarna merah muda A: “maslah teratasi sebagian P:” Intervensi di lanjutkan

(43)

42 II. Kerusakan integritas

kulit b.d adanya luka  bakar

DS:

-DO : terdapat luka  bakar dikedua tangan dan kaki sebelah kiri

elah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam Menunjukkan  penyembuhan luka, dengan kriteria hasil:  pigmentasi, dan warna jaringan dalam rentang yang diharapkan.

2.Lakukan  perawatan luka:

inpeksi luka pada setiap penggantian  balutan.

3. Konsultasi dengan ahli gizi tentang makanan tinggi protein, mineral, kalori, dan vitamin.

2.menyiapkan jaringan untuk penanaman dan  penurunan resiko

insfeksi/kegagalan kulit

3.pasien memerlukan nutrisi, makanan tinggi  protein dan mineral yang

adekuat sangat baik untuk kesembuhan luka dan kebutuhan metabolisme setiap 1 jam 5. Memonitor Ht, BUN, elektrolit 1. Melakukan  perawatan luka 2. Berkonsultasi dengan dengan ahli gizi mengenai nutrisi yang di  butuhkan  pasien P = lanjutkan intervensi S:

-O:”- luka tampak membaik -warna jaringan  berwarna merah muda A: “maslah teratasi sebagian P:” Intervensi di lanjutkan

(44)

43

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

Luka bakar diklasifikasikan berdasarkan penyebab, kedalaman luka,berdasarkan ukuran luas luka bakar, dan berdasarkan berat ringannya.Berdasarkan penyebabnya luka bakar terdiri dari : luka bakar yang disebabkan oleh radiasi, air panas, listrik, bahan/ zat kimia, api dan sebagainya.

Untuk mengkaji beratnya luka bakar harus dipertimbangkan beberapa faktor antara lain : persentase area (luasnya) luka bakar pada permukaan tubuh, kedalaman luka bakar, umur klien, riwayat pengobatan yang lalu, dan trauma yang menyertai atau bersamaan.

(45)

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

Luka bakar diklasifikasikan berdasarkan penyebab, kedalaman luka,berdasarkan ukuran luas luka bakar, dan berdasarkan berat ringannya.Berdasarkan penyebabnya luka bakar terdiri dari : luka bakar yang disebabkan oleh radiasi, air panas, listrik, bahan/ zat kimia, api dan sebagainya.

Untuk mengkaji beratnya luka bakar harus dipertimbangkan beberapa faktor antara lain : persentase area (luasnya) luka bakar pada permukaan tubuh, kedalaman luka bakar, umur klien, riwayat pengobatan yang lalu, dan trauma yang menyertai atau bersamaan.

Seseorang yang menderita luka bakar akan mengalami sesuatu bentuk syok hipovolemik yang dikenal sebagai syok luka bakar. Segera setelah cedera termal, terjadi kenaikan nyata pada tekanan hidrostatik kapiler pada  jaringan yang cidera, disertai dengan peningkatan permeabilitas kapiler. Hal ini mengakibatkan perpindahan cepat cairan plasma dari kompartemen intravaskular menembus kapiler yang rusak karena panas, dalam daerah interstisial (mengakibatkan edema) dan luka bakar itu sendiri.

A. Saran

Setelah membaca makalah ini dapat memberikan pengetahuan dan

wawasan bagi pembaca khususnya tentang keperawatan klien

Referensi

Dokumen terkait

(*) tabel diatas hanya catatan hajatan dengan hiburan, hajatan tanpa hiburan tidak perlu meminta ijin ke desa, cukup sampai di Rw/Dusun saja.. Namun demikian, menurut informasi

Blora mulai berubah statusnya dari apanage menjadi daerah Kabupaten pada hari Kamis Kliwon, tanggal 2 Sura tahun Alib 1675, atau tanggal 11 Desember 1749 Masehi,

Peran kedua faktor tersebut, dalam pengembangan desa wisata menjadi satu kesatuan integral yang tidak bisa di pisahkan satu dengan yang lainnya.. Jika melihat

Pada anamnesa, perlu ditanyakan apakah ada keluhan perdarahan mulai yang paling ringan seperti epistaksis atau perdarahan gusi, petekiae, apakah ada riwayat gangguan

Lintas Pasar Senin, Kadindi, Pekat, Dompu - Bahasa Indonesia.. - MA As-Shaf

Pembukaan konsentrasi Pariwisata Perhotelan ini karena ada beberapa kajian pemikiran yaitu ; (1) diprediksi satu waktu tidak akan ada lagi calon mahasiswa yang akan masuk

Cerita dituturkan dalam berbagai kesempatan baik formal maupun nonformal, seperti acara-acara keagamaan, acara yang terkait dengan subjek cerita (seperti haul, peringatan

Hasil di atas terlihat bahwa hasil belajar siswa setiap siklusnya mengalami peningkatan dimana pada pra siklus dimana ada 19 peserta didik atau 45% pada siklus I ada