• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh cahaya matahari docx 1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Pengaruh cahaya matahari docx 1"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1Latar belakang masalah

(2)

Pendapat di atas diperkuat oleh Baharsyah dkk, (1985) bahwa cahaya matahari sangat besar peranannya dalam proses fisiologis yaitu fotosintesis, respirasi, pertumbuhan dan perkembangan, pembukaan dan penutupan stomata, berbagai pergerakan tanaman dan perkecambahan. Penyinaran matahari mempengaruhi pertumbuhan, reproduksi dan hasil tanaman melalui proses fotosintesis. Hubungan antara penyinaran matahari dengan hasil adalah kompleks. Energi cahaya matahari yang digunakan oleh tanaman dalam proses fotosintesis berkisar antar 0,5 – 2,0 % dari jumlah total energi yang tersedia. Sehingga hasil fotosintesis berkurang apabila intensitas cahaya kurang dari batas optimum yang dibutuhkan oleh tanaman, yang tergantung pada jenis tanaman (Leopold & Kriedemann, 1975) hal ini juga berlaku terhadap jenis-jenis anggrek. Bila cahaya matahari kurang, karena tanaman anggrek berada dalam keadaan terlalu teduh, maka proses assimilasi akan berkurang, sehingga hidratarang sebagai hasil proses tersebut juga kurang jumlahnya.

1.2 Rumusan masalah

1. Apakah perbedaan intensitas cahaya matahari berpengaruh terhadap jaringan tanaman anggrek ?

2. Bagaimana pengaruh perbedaan intensitas cahaya matahari terhadap jaringan epidermis daun tanaman anggrek ?

3. Bagaimana pengaruh perbedaan intensitas cahaya matahari terhadap jaringan parenkim batang dan akar tanaman anggrek ?

4. Apa hubungan intensitas cahaya matahari terhadap zat yang dihasilkan dalam proses metabolisme tanaman anggrek ?

(3)

1. Apakah perbedaan intensitas cahaya matahari berpengaruh terhadap jaringan parenkim pada akar dan batang serta jaringan epidermis pada daun tanaman anggrek ?

2. Bagaimana pengaruh perbedaan intensitas cahaya matahari terhadap indeks stomata pada epidermis daun tanaman Anggrek ?

3. Bagaimana pengaruh perbedaan intensitas cahaya matahari terhadap indeks butir pati, serta proporsi zat ergastik pada jaringan parenkim batang dan akar tanaman Anggrek ?

1.4 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui adakah pengaruh perbedaan intensitas cahaya matahari terhadap jaringan tanaman anggrek.

2. Untuk mengetahui pengaruh perbedaan intensitas cahaya matahari terhadap jaringan epidermis daun tanaman anggrek.

3. Untuk mengetahui pengaruh perbedaan intensitas cahaya matahari terhadap jaringan parenkim batang dan akar tanaman anggrek.

4. Untuk mengetahui hubungan intensitas cahaya matahari terhadap zat yang dihasilkan dalam proses metabolisme tanaman anggrek.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

1. Indeks stomata pada epidermis daun 2. Indeks butir pati pada parenkim batang 3. Proporsi zat ergastik pada parenkim akar

1.6 Manfaat Penelitian

(4)

Menambah pengetahuan, pengalaman dan wawasan, serta

bahan dalam penerapan ilmu metode penelitian mini research anatomi

tumbuhan.

2. Manfaat Praktis

Dapat dijadikan bahan perbandingan untuk penelitian selanjutnya.

3. Manfaat bagi Penyusun

Mini research ini akan menambah pengetahuan bagi penyusun,

wawasan pengetahuan penyusun dapat bertambah dengan adanya

mini reaserh ini, sehingga ini dapat memantapkan pengetahuan

penyusun tentang materi dan praktikum anatomi tumbuhan yang telah

(5)

BAB II

Tinjaun Teoritis

2.1 Pengaruh Cahaya Terhadap Suhu

Cahaya merupakan faktor lingkungan yang sangat penting sebagai sumber energi utama bagi ekosistem. Dengan tujuan untuk menghasilkan produktivitas bersih, tumbuhan harus menerima sejumlah cahaya yang cukup untuk membentuk karbohidrat yang memadai dalam mengimbangi kehilangan sejumlah karbohidrat akibat respirasi. Apabila semua faktor- faktor lainnya mempengaruhi laju fotosintesis dan respirasi diasumsikan konstan, keseimbangan antara kedua proses tadi akan tercapai pada sejumlah intensitas cahaya tertentu.

Harga intensitas cahaya dengan laju fotosintesis (pembentukan karbohidrat), dapat mengimbangi kehilangan karbohidrat akibat respirasi dikenal sebagai titik kompensasi. Harga titik kompensasi ini akan berlainan untuk setiap jenis tumbuhan.

(6)

Sebenarnya sangat sulit untuk memisahkan secara mandiri pengaruh suhu sebagai faktor lingkungan. Misalnya energi cahaya mungkin diubah menjadi energi panas ketika cahaya diabsorpsi oleh suatu substansi. Suhu sering berperan bersamaan dengan cahaya dan air untuk mengontrol fungsi- fungsi dari organisme.

Jadi, ketika energi cahaya yang diterima oleh suatu tumbuhan diubah menjadi energi panas, secara linier suhu pun menjadi naik. Kenaikan suhu ini akan berpengaruh terhadap berbagai proses kimia yang ada pada tumbuhan.

2.2 Pengaruh Suhu terhadap Proses Respirasi

Respirasi berasal dari kata latin yaitu respirare yang artinya bernafas. Respirasi yaitu suatu proses pembebasan energi yang tersimpan dalam zat sumber energi melalui proses kimia dengan menggunakan O2, proses pengambilan O2 untuk memecah senyawa-senyawa organik menjadi CO2, H2O dan energi. Dari respirasi akan dihasilkan energi kimia ATP untak kegiatan kehidupan, seperti sintesis (anabolisme), gerak, dan pertumbuhan.

Laju respirasi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain yaitu ketersediaan substrat, ketersediaan oksigen, suhu, umur tumbuhan, cahaya dan luka. Pengaruh faktor suhu bagi laju respirasi tumbuhan sangat terkait dengan faktor Q10, dimana umumnya laju reaksi respirasi akan meningkat untuk setiap kenaikan suhu sebesar 10°C, namun kenaikan ini tergantung pada masing-masing spesies.

Energi kimia yang dihasilkan dari proses respirasi tersebut akan dipergunakan dalam proses metabolisme atau energi kimia tersebut akan dipergunakan untuk menggantikan energi yang dipergunakan dalam metabolisme.

(7)

2.3 Proses Pembentukan Stomata

Stomata adalah struktur epidermis yang dibentuk oleh dua sel penjaga atau guard cells yang terletak pada pori-pori tanaman. Permukaan epidermis lainnya terdiri atas lapisan lilin yang tidak dapat ditembus. Hal ini menjadikan stomata memiliki peran yang penting dalam mengatur keluar masuknya gas (seperti CO2 dan O2), hormon (seperti ABA) dan air dari dan ke dalam tanaman. Peran tersebut memiliki dampak pada produktivitas dan ketahanan tanaman terhadap cekaman kekeringan atau banjir. Selain itu, stomata juga merupakan pintu masuk bagi bakteri patogen, sehingga mereka berpengaruh pada ketahanan terhadap cekaman biotik.

Hal tersebut berarti bahwa stomata merupakan salah satu kontrol utama dalam peningkatan produktivitas tanaman. Studi pembentukan stomata mengindikasikan bahwa terbentuknya stomata dipengaruhi oleh Mitogen-Activated Protein Kinase (MAPK) tertentu yang responsif terhadap lingkungan. Penelitian dilakukan dengan melihat fungsi dari protein kandidat melalui loss-of-function atau gain-of-function melalui teknik mutasi. Loss-of-function dilakukan melalui represi dari gen kandidat, sedangkan gain-of-function dilakukan dengan cara mengoverekspresikan gen-gen tersebut. Protein-protein yang telah teridentifikasi antara lain MPK3, MPK6, MKK4, MKK5 dan YODA.

(8)

Kesimpulan yang ada saat ini adalah bahwa cascade YODA-MKK4/MKK5-MPK3/MPK6 mempengaruhi pembentukan stomata. Ekspresi gen-gen yang mengkode protein-protein tersebut dipengaruhi oleh cekaman biotik dan abiotik.

2.4 Hubungan antara Laju Respirasi dengan Pembentukan Stomata

Energi kimia yang dihasilkan dari proses respirasi akan dipergunakan dalam proses metabolisme atau energi kimia, akan dipergunakan untuk menggantikan energi yang dipergunakan dalam metabolisme.

Apabila banyak terjadi respirasi pada tanaman; berarti banyak energi yang keluar dan banyak karbohidrat yang terurai. Ini dapat mempengaruhi produksi tanaman tersebut.

Saat banyak energi yang keluar, ada juga energi yang perlu digantikan, maka proses metabolisme akan berlangsung terus menerus, untuk menjaga keberlangsungan metabolisme ini, tumbuhan membentuk stomata. Mengingat fungsi stomata sebagai tempat keluar masuknya gas yang berperan dalam proses metabolisme, seperti karbon dioksida dan oksigen. Maka dari itu kebutuhan akan berlangsungnya proses metabolisme ini membuat tumbuhan memperbanyak jumlah stomata yang dibentuk. Ketika jumlah stomata yang dibentuk cukup banyak, laju respirasi akan berjalan dengan cepat. Semakin cepat laju respirasi, semakin cepat pula tumbuhan melakukan proses metabolisme.

2.5 Pengertian Zat Ergastik

(9)

Di dalam sel-sel makhluk hidup khususnya sel tumbuhan selain banyak dijumpai adanya benda-benda protoplasmik (hidup) juga terdapat benda-benda nonprotoplasmik (tak hidup) atau disebut benda ergastik. Benda-benda ini terdiri dari substansi yang bersifat cair maupun padat dan merupakan hasil dari metabolism sel. Adapun benda ergastik yang bersifat padat adalah amilum, aleuron, kristal Ca-oksalat, kristal kersik, sistolit, dll. Sedang benda ergastik yang bersifat cair atau lendir dari hasil tambahan metabolisme yang bersifat

organik atau anorganik terdapat di dalam cairan sel berupa zat-zat yang larut di dalamnya, antara lain asam organik, karbohidrat, protein, lemak, gum, lateks tanin, antosian alkaloid, minyak eteris atau minyak atsiri dan hars, yang ditemukan dalam sitoplasma atau dalam vakuola Zat yang terlarut di dalam cairan sel berbeda-beda untuk setiap sel, bahkan dalam sebuah sel komposisi zat yang terlarut di masing-masing vakuola mungkin berbeda satu sama lain.

1. Amilum

(10)

tengahnya antara 70-100 mm, pada jagung 12-18 mm. Dalam amilum terdapat lamela-lamela yang mengelilingi hilus.

Adanya lamela-lamela ini disebabkan karena waktu pembentukan amilum, tiap lapisan berbeda kadar airnya sehingga indeks pembiasannya berbeda. Lamela-lamela ini akan hilang apabila dibubuhi alkohol keras, sebab air akan diserap oleh alkohol sehingga indeks pembiasannya menjadi sama. Dibagian tengah amilum kadang-kadang tampak seperti terkerat, peristiwa ini disebut korosi. Hal ini biasa terjadi pada butir-butir amilum dalam biji yang sedang berkecambah. Sedang peristiwa retak di bagian tengah butir amilum dikarenakan kepekatan di bagian tengah butir amilum berkurang.

2. Aleuron dan kristal protein

Di tempat penyimpanan makanan cadangan (misalnya biji) selain amilum terdapat juga protein. Pada waktu biji masih muda, terdapat vakuola berukuran kecil dan berjumlah banyak. Menjelang biji menjadi tua, vakuola menjadi dan besar. Setelah biji mengering, air dalam vakuola menjadi semakin sedikit sehingga konsentrasi zat-zat terlarut di dalamnya (protein, garam dan lemak) semakin besar. Karena peristiwa pengeringan ini maka vakuola pecah menjadi beberapa vakuola kecil-kecil yang berisi protein, garam dan lemak. Kemudian zat-zat tersebut akan mengkristal. Vakuola yang berisi kristal ini disebut aleuron.

Sebuah aleuron berisi sebuah atau lebih kristaloid putih telur dan sebuah atau beberapa globoid yaitu bulatan kecil yang tersusun oleh zat fitin (garam Ca- dan Mg-dari asam meseinesit hexafosfor). Butir aleuron dalam endosperm biji jarak (Ricinus communis) mengandung globoid yang terdiri atas garam magnesium dan kalsium dari asam inositol fosfat serta kristaloid. Disamping itu masih terdapat zat putih telur yang amorf (yang bila ditetesi larutan Jodium berwarna kuning coklat).

(11)

Lapisan ini biasanya akan terbuang bila mencuci beras terlalu bersih sebelum dimasak. Pada biji jarak, butir aleuron letaknya tersebar dan berukuran besar.

3. Kristal Ca-oksalat

Kristal merupakan hasil tambahan yang terjadi pada berbagai proses metabolisme. Yang paling sering ditemukan adalah kristal garam kalsium, terutama Ca-oksalat (kalsium oksalat). Kristal Ca-oksalat merupakan hasil akhir atau hasil sekresi dari suatu pertukaran zat yang terjadi di dalam sitoplasma. Ada yang menduga bahwa asam oksalat bebas merupakan racun bagi tumbuhan karenanya diendapkan berupa garam Ca-oksalat. Kristal ini terdapat di dalam plasma atau vakuola sel dan larut dalam asam kuat (HCl dan H2SO4). Bentuk dari kristal Ca-oksalat bermacam-macam, ada yang berupa kristal panjang, jika padat serta ditemukan sendiri-sendiri disebut stiloid; kristal tunggal besar (daun Citrus sp); kecil berbebntuk prisma kecil seperti pasir (tangkai daun Amaranthus); jarum/rafida (daun Ananas commosus, daun Mirabilis jalapa, batang dan akar Alöe sp); bintang/roset (= majemuk) terdapat pada daun Datura metel, sisik, pyramid;Kristal majemuk dan terhimpun dalam kelompok bulat disebut drus; dan sebagainya dapat ditemukan dalam sel yang sama rupanya dengan sel sekelilingnya, atau terdapat dalam sel yang khusus, berbeda dari sel lainnya dan disebut idioblas.

4. Lainnya

Minyak dan lemak termasuk lipida serta senyawa lain yang bersifat lemak seperti malam, suberin dan kutin juga merupakan zat ergastik. Zat-zat itu langsung dibentuk oleh sitoplasma dan elaioplas. Pada biji, embrio dan sel meristematik umum terdapat bahan cadangan seperti minyak dan lemak.

(12)
(13)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan tempat

Waktu :

hari : Jum’at-jum’at tanggal : 19-25 mei 2014

tempat : Laboratorium Struktur Tumbuhan, Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas

3. Object glass lima buah

4. Cover glass >10 buah

5. Silet lima buah

6. Pipet Satu buah

7. Tusuk gigi lima buah

8. Lensa objektif Satu buah

9. Lensa Okuler Satu buah

Tabel 3.1 Alat b. Bahan:

Tabel 3.2 Bahan

No. Nama Bahan Jumlah

1 Sayatan melintang akar Eichornia

crassipes Satu buah

2 Sayatan radial batang Eichornia

crassipes Satu buah

(14)

crassipes

4 Reagen anilin sulfat Satu tetes

5 Aquades Satu tetes

3.3 Variabel Penelitian a. Variabel bebas :

Cahaya matahari

b. Variabel terikat

Stomata, butir pati, dan ergastik.

3.4 Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif.

3.5 Pelaksanaan Penelitian

Laporan dibuat Laporan dibuat

Identifikasi, pengukuran, dan pengambilan gambar Identifikasi, pengukuran, dan pengambilan gambar

Pengamatan dilanjutkan-batang Pengamatan dilanjutkan-batang Pengamatan awal akar dan daun dilakukan Pengamatan awal akar dan daun dilakukan Spesimen segar diambil, Alat dan bahan disiapkan Spesimen segar diambil, Alat dan bahan disiapkan Parameter umum dan parameter spesifik ditentukan Parameter umum dan parameter spesifik ditentukan

Fiksasi sampel Fiksasi sampel

(15)
(16)

Hasil Pengamatan Sayatan Melintang Daun A

Gambar StomataJumlah Jumlah SelEpidermis Indeks Stomata

9 185 9

9+185 = 9

194 = 0.04639 0.046

BAB 4 HASIL Sel Penjaga

Sel Epidermis Stomata Sel Penutup Perbesaran Mikroskop : 100×

(17)

PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengamatan

Hasil Pengamatan Sayatan Melintang Daun B

(18)

10 147 10

10+147 = 10

157 = 0.0636 0.064

Daun A

Gambar Aspek Kuantitatif Aspek Kualitatif

Sel Penjaga

Sel Epidermis Stomata Sel Penutup Perbesaran Mikroskop : 100×

(19)

Dokumen Pribadi, 2014

Indeks stomata 0.046. Maka, perbandingan antara sel stomata 4 : 100.

Bentuk sel epidermis heksagonal, hampir membentuk persegi panjang. Dengan tipe stomata diasitik. Stomata yang dimiliki tidak tersebar secara merata. Memiliki sedikit kloroplas.

Daun B

Gambar Aspek Kuantitatif Aspek Kualitatif

Dokumen Pribadi, 2014

Indeks stomata 0.064. Maka, perbandingan antara sel stomata dengan sel epidermis berkisar

6 : 100.

Bentuk sel epidermis heksagonal, hampir membentuk persegi panjang. Dengan tipe stomata diasitik. Stomata yang dimiliki tidak tersebar merata. Memiliki banyak kloroplas.

Hasil Pengamatan Sayatan Melintang Batang A

Gambar Jumlah Sel yang

Mengandung Zat Ergastik

Jumlah

(20)

17 25 17

25 = 0.68

Hasil Pengamatan Sayatan Melintang Batang B

Gambar Mengandung Zat ErgastikJumlah Sel yang JumlahSel Indeks Ruang antar

Sel

Sel Parenkim Zat Ergastik Perbesaran Mikroskop : 400×

(21)

17 24 17

24 = 0.71

Tabel 4.5 Perbandingan Batang A dan Batang B

Batang A Perbesaran Mikroskop : 400×

Reagen : Anilin Sulfat

Ruang antar Sel

Zat Ergastik

(22)

Gambar Aspek Kuantitatif Aspek Kualitatif

Dokumen Pribadi, 2014

Memiliki indeks 0.68, perbandingan sel yang mengandung zat ergastik dengan seluruh sel, mencapai 68:100

Bentuk sel parenkim polihedral, zat ergastik yang terkandung dalam setiap sel parenkim sedikit.

Batang B

Gambar Aspek Kuantitatif Aspek Kualitatif

Dokumen Pribadi, 2014

Memiliki indeks 0.71, perbandingan sel yang mengandung zat ergastik dengan seluruh sel, mencapai 71:100

Bentuk sel parenkim polyhedral, zat ergastik yang terkandung dalam setiap sel parenkim banyak.

Hasil Pengamatan Sayatan Melintang Akar A

(23)

Mengandung Zat Ergastik Sel

6 50 6

50 = 0.12 Perbesaran Mikroskop : 400×

Reagen : Anilin Sulfat

Zat Ergastik

Ruang antar sel

(24)

Hasil Pengamatan Sayatan Melintang Akar B

Gambar Jumlah Sel yang

Mengandung Zat Ergastik

Jumlah

Sel Indeks

15 70 15

70 = 0.21

Tabel 4.8 Perbandingan Akar A dan Akar B

Akar A Perbesaran Mikroskop : 400×

Reagen : Anilin Sulfat

Zat Ergastik rafida

Zat Ergastik Kristal drus

(25)

Gambar Aspek Kuantitatif Aspek Kualitatif

Dokumen Pribadi, 2014

Memiliki indeks 0.12, perbandingan sel yang mengandung zat ergastik dengan seluruh sel, mencapai 12 : 100.

Zat ergastik yang terkandung dalam setiap sel parenkim lebih sedikit dari sayatan akar B.

Akar B

Dokumen Pribadi, 204

Aspek Kuantitatif

Memiliki indeks 0.21, perbandingan sel yang mengandung zat ergastik dengan seluruh sel, mencapai 21 : 100.

Aspek Kualitatif

(26)

Tabel 4.9 Sayatan daun, akar, dan batang yang tidak terkena cahaya matahari secara langsung

Akar A

Gambar Aspek Kuantitatif Aspek Kualitatif

Sayatan melintang daun, sel, mencapai 12 : 100.

(27)

Tabel 4.10 Sayatan daun, akar, dan batang yang terkena cahaya matahari secara langsung

Akar A

Gambar Aspek Kuantitatif Aspek Kualitatif

Sayatan melintang daun, ergastik dengan seluruh sel, mencapai 71:100 ergastik dengan seluruh sel, mencapai 21 : 100.

(28)

4.2 Pembahasan

Pada sayatan melintang anggrek yang terpapar cahaya matahari secara langsung dan anggrek yang tidak terpapar cahaya secara lagsung memiliki bentuk sel yang sama, dengan tipe stomata diasitik. Namun kedua preparat tersebut memiliki perbedaan pada indeks stomata, anggrek yang mendapatkan perlakuan langsung terkena cahaya matahari (Anggrek B) memiliki indeks stomata sebesar 0.064. Lebih besar dari indeks stomata pada anggrek yang tidak langsung terkena cahaya yaitu hanya sebesar 0.046. Hal ini mengindikasikan bahwa cahaya matahari memiliki pengaruh pada indek stomata. Indeks stomata sendiri menunjukan perbandingan jumlah stomata terhadap jumlah keseluruhan sel.

Cahaya matahari merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap kelangsungan hidup tumbuhan. Energi cahaya matahari diubah menjadi energi panas, energi panas ini yang kemudian mendorong kelangsungan reaksi kimia pada metabolisme menjadi lebih cepat. Semakin cepat reaksi metabolisme ini semakin banyak energi yang dihasilkan. Untuk menyesuaikan reaksi kimia yang berlangsung cepat ini, tumbuhan membentuk stomata karena fungsi stomata sebagai tempat pertukaran gas. Untuk melakukan metabolisme, dibutuhkan beberapa bahan yang berupa gas. Indeks stomata yang lebih besar pada daun anggrek yang langsung terkena cahaya menunjukkan bahwa anggrek tersebut melakukan adaptasi terhadap lingkungannya yang berupa cahaya matahari.

(29)

reaksi metabolisme semakin cepat, semakin banyak hasil metabolisme yang dihasilkan. Zat ergastik sendiri merupakan hasil metabolisme. Jadi semakin cepat proses metabolism berlangsung semakin banyakzat ergastik yang dihasilkan. Oleh sebab itu, zat ergastik pada batang yang langsung terkena cahaya (Batang B) lebih banyak daripada zat ergastik yang terkandung pada satu sel parenkim batang yang tidak langsung terkena cahaya.

Hal di atas terjadi juga pada akar. Akar anggrek yang langsung terkena cahaya (akar B) memiliki zat ergastik yag lebih banyak disbanding zat ergastik yang terkandung pada akar yang tidak langsung terkena cahaya (akar A).

(30)

BAB V KESIMPULAN

Dari pengamatan yang telah dilakukan dapat disimpulkan :

1. Adanya perbedaan intensitas cahaya matahari diduga berpengaruh terhadap jaringan tanaman anggrek. Perbedaan intensitas cahaya matahari tersebut yang secara kuantitatif berpengaruh terhadap perhitungan indeks stomata, indeks butir pati, dan proporsi zat ergastik, yang nantinya akan berhubungan dengan aspek kualitatifnya.

2. Pengaruh perbedaan intensitas cahaya matahari terhadap jaringan epidermis tanaman Anggrek adalah adanya perbedaan jumlah stomata, dimana daun yang terkena sinar matahari secara langsung memiliki indeks stomata yang lebih besar dibanding dengan daun yang tidak terkena cahaya matahari secara langsung.

3. Pengaruh perbedaan intensitas cahaya matahari terhadap jaringan parenkim batang dan akar tanaman anggrek adalah diduga berpengaruh terhadap proses metabolisme sehinnga mempengaruhi jumlah zat yang dihasilkan dari proses metabolism tersebut. Zat yang dimaksud adalah zat ergastik.

(31)

Daftar Pustaka

Balai Besar Litbang Bioteknologi & Sumber Daya Genetik Pertanian. 2010.

Pengatur Stomata. [Online] Tersedia di:

http://biogen.litbang.deptan.go.id/index.php/2010/01/pengatur-stomata/. Diakses 25 Mei 2014.

Fisiologi Pohon. 2013. Proses Respirasi. [Online] Tersedia di:

http://www.fisiologi-pohon.com/respirasi/. Diakses 25 Mei 2014.

Juliantara, K. 2009. Ekologi Tumbuhan (Cahaya, Suhu dan Air). [Online] Tersedia di:

http://edukasi.kompasiana.com/2009/12/17/ekologi-tumbuhan-cahaya-suhu-dan-air-39116.html. Diakses 25 Mei 2014.

Megawati, et al. 2009. Fisiologi Tumbuhan. [Online] Tersedia di:

http://purigavilagarden.blogspot.com/2009/07/respirasi-tumbuhan.html. Diakses 25 Mei 2014.

Adalah Arti. 2012 Benda Ergastik Adalah . [Online] Tersedia di:

http://glosarium.org/arti/?k=benda%20ergastik. Diakses 25 Mei 2014.

Purnobasuki, H. 2011. Inklusi Sel. [Online] Tersedia di:

(32)

PENGARUH PERBEDAAN INTENSITAS CAHAYA MATAHARI TERHADAP JARINGAN PARENKIM AKAR DAN BATANG, SERTA JARINGAN

EPIDERMIS TANAMAN ANGGREK

LAPORAN MINI RISETANATOMI TUMBUHAN

diajukan untuk memenuhi tugas praktikum pendidikan biologi yang dibina oleh Eni Nuraeni,M.Pd

KELAS : BIOLOGI C 2013

Kelompok : 1 (satu)

Ilham Yasir Akbar 1301527

Anisa Suci Sugiharti 1300904

Iin Asrinah 1305385

Indah Helma Pratiwi 1301968

Rahmawati 1307003

Shabrina Ulfa 1300473

Fitra Ramadhani 1301411

JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG

(33)

Gambar

Tabel 3.1 Alat
Tabel 4.5 Perbandingan Batang A dan Batang B
Jumlah Sel yangMengandung Zat ErgastikJumlahGambarSelIndeks
GambarAspek Kuantitatif
+2

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa cahaya matahari sangat berpengaruh terhadap proses pertumbuhan tanaman kacang hijau (Vigna radiata L.) karena cahaya

Terdapat perbedaan pada pertumbuhan T, flagelliforme yang ditanam dengan perlakuan intensitas cahaya yang berbeda, yaitu pada parameter jumlah daun dan

Grafik Pengaruh Pemupukan dan Intensitas Cahaya yang Berbeda pada Jumlah Daun Tanaman Sambiloto.

Ada beberapa cara meningkatkan intensitas berkas cahaya matahari yang menyinari permukaan sel surya antara lain: melewatkan berkas cahaya matahari melewati

Berdasarkan hasil penelitian pengaruh perubahan arah sudut sel surya menggunakan energi matahari terhadap intensitas cahaya adalah bahwa: Perubahan intensitas

Sebuah studi yang dipimpin oleh peneliti Inggris telah menemukan bahwa dosis tinggi dari vitamin D yang dibuat dalam tubuh saat terkena sinar matahari bersama dengan pengobatan

Pemupukan dapat meningkatkan tinggi tanaman, jumlah buku, luas daun, tebal daun, jumlah tunas generatif, jumlah stomata total, stomata terbuka, kandungan NPK jaringan tanaman

Perubahan intensitas cahaya matahari dari kontak pertama sampai mencapai gerhana matahari sebagian (GMS) maksimum dan dari GMS maksimum ke kontak terakhir ternyata