• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERTUMBUHAN JUMLAH DAUN TANAMAN SAMBILOTO (Andrographis paniculata. Ness) HASIL PEMBERIAN PUPUK DAN INTENSITAS CAHAYA MATAHARI YANG BERBEDA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PERTUMBUHAN JUMLAH DAUN TANAMAN SAMBILOTO (Andrographis paniculata. Ness) HASIL PEMBERIAN PUPUK DAN INTENSITAS CAHAYA MATAHARI YANG BERBEDA"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PERTUMBUHAN JUMLAH DAUN TANAMAN SAMBILOTO

(Andrographis paniculata. Ness) HASIL PEMBERIAN PUPUK DAN INTENSITAS

CAHAYA MATAHARI YANG BERBEDA

Nurhayu Malik

Jurusan Biologi, FMIPA, Universitas Halu Oleo, Kendari Email : amharkdi@yahoo.co.id

ABSTRACT

This study aims to evaluate the effect of fertilization and different light intensity on growth of leaf number plant (Andrographis paniculata Ness). The study was conducted using Completely Randomized Design (CRD) with factorial 3 x 3. The main factor is fertilization treatment which consist of three levels : NPK (Urea 1.2 grams / plant, TSP 2.4 g / plant and KCl 0.6 g / plant), animal manure (1.2 kg / plant) and without fertilization. The second factor is the different light intensity which consist of three levels: full light intensity, half-shade and full shade. For Each treatment combination 3 replicates were used. Growth number of leaves was observed 1 and 2 months after application of fertilizer and light intensity. Data were analyzed using the Analysis Of Variance (ANOVA). The results obtained showed that bitter plant leaf number differently to fertilization and different light intensity on plant growth. Aplplication of manure combined with light intensity of 100% gave higher number of leaves.

(2)

PENDAHULUAN

Pemupukan mempunyai pengaruh

pada kesuburan tanah. Secara umum

dapat dikatakan bahwa kesuburan tanah

ditentukan oleh banyaknya dan bahan

organik, koloid tanah dan macam serta

banyaknya ion yang dapat dibebaskan

sehingga tersedia bagi tanaman.

Produktifitas tanaman tidak dapat

dipisahkan dari kesuburan tanah. Agar

ion-ion yang terikat pada partikel tanah

menjadi bebas dan tersedia bagi

tanaman, maka beberapa jenis kation

harus dibebaskan terlebih dahulu dari

ikatan absorbsinya dan ini dapat dilakukan

dengan pemberian suatu atau beberapa

macam pupuk, sehingga tanaman dapat

menghasilkan produksi yang meningkat

dengan mutu tanaman yang baik

(Marshcner, 1986).

Kemajuan ilmu dalam bidang

nutrisi dan pemupukan tanaman telah

menimbulkan revolusi dalam bidang

produksi tanaman budidaya dan tanaman

lainnya, kurang lebih 50 % dari tingginya

produktivitas hasil tanaman termasuk

perbaikan kualitas dan nilai nutrisinya

dapat dikatakan sebagai sumbangan dari

pupuk komersial (Gardner, et al, 1991). Tanaman telah lama dikenal dalam

memproduksi beragam senyawa kimia,

yang dikenal dengan metabolit sekunder.

Dimasa lampau metabolit sekunder

dianggap merupakan senyawa yang tidak

mempunyai fungsi yang jelas bagi

tanaman produsennya. Namun

belakangan diketahui bahwa metabolit

sekunder adalah senyawa yang sangat

penting bagi produsennya, dilain pihak

tidak dapat disangkal lagi bahwa metabolit

sekunder sangat bermanfaat bagi

kehidupan manusia. Metabolit sekunder

banyak dimanfaatkan dibidang industri

makanan dan minuman, industri pertanian

dan dalam bidang farmakologis serta

kedokteran.

Saat ini banyak digalakkan

penggunaan barang dan jasa yang

bersifat alami (back to nature), termasuk

penggunaan obat bagi kesehatan

(Soemantri, 1993 dalam Peni., dkk., 2004). Hal tersebut sangat dirasakan baik

dinegara maju maupun negara sedang

berkembang. Diperkirakan 80 % dari

penduduk dunia menggantungkan

pengobatannya terutama pada obat

tradisional (Hardiana, 2006).

Sambiloto (Andrographis

paniculata. Ness), merupakan salah satu tumbuhan yang dimanfaatkan masyarakat

Indonesia, China dan India sebagai

tanaman obat tradisional, dengan

memanfaatkan daun dan batangnya.

Pemanenan sambiloto dilakukan terus

menerus tanpa ada upaya budidaya yang

tepat, sehingga akan mengancam

keberadaan plasma nuftah sambiloto,

karenanya perlu upaya pembudidayaan

tumbuhan sambiloto. Tumbuhan

sambiloto memiliki daya adaptasi tinggi

pada lingkungan tumbuhnya. Tumbuhan

ini terdapat di seluruh nusantara karena

dapat tumbuh dan berkembang biak pada

(3)

kelembaban yang dibutuhkan antara 70 -

90 % (Winarto, 2003 dalam Pujiasmanto, dkk., 2007).

Tumbuhan ini belum

dibudidayakan, oleh karenanya diperlukan

usaha budidaya yang terarah untuk

meningkatkan pertumbuhan dan

penyediaan tumbuhan sambiloto yang

mempunyai kadar metabolit sekunder

yang tinggi serta tersedia secara

kontinyu (Sudarsomo dan Mulyono, 1998

dalam Peni, 2004). Berbagai cara yang

umum dilakukan dengan pemilihan bibit

unggul, pemupukan dan perlindungan dari

serangan hama. Yusron, dkk, (2007)

menyatakan bahwa dalam menentukan

jenis dan banyaknya kebutuhan hara

yang dibutuhkan bagi tanaman ada dua

hal yang perlu diperhatikan yakni

karakteristik fisiologis tanaman dan

ekologis tanaman). Penelitian ini akan

mengkaji faktor pemupukan dan intensitas

cahaya terhadap pertumbuhan jumlah

daun tanaman obat sambiloto

(Andrographis paniculata. Ness).

Permasalahan yang dikaji dalam

penelitian ini adalah : apakah perbedaan

intensitas cahaya dan jenis pemupukan

yang berbeda (pupuk organik dan

anorganik) mempunyai pengaruh pada

pertumbuhan jumlah daun tanaman

sambiloto (Andrographis paniculata. Ness).

METODE PENELITIAN

Alat dan Bahan

Alat yang dipergunakan dalam

penelitian ini adalah : polybag, penggaris,

pensil, dan paranet 60%. Sedangkan

bahan penelitian yang akan dipergunakan

dalam penelitian ini meliputi bahan tanam,

yaitu : benih tanaman Sambiloto

(Andrographis paniculata. Ness) dan pupuk yang dipergunakan adalah, pupuk

kandang, urea TSP dan KCl.

Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan

Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan

pola faktorial, terdiri dari 2 faktor dengan

ulangan 3 Untuk faktor pertama pupuk (P)

terdiri 3 aras yakni :

1. Tanpa Pemupukan : P0

2. Pupuk kandang/organik : P1,

konsentrasi 1,2 kg /tanaman.

3. Pupuk kimiawi/anorganik : P2, Urea

1,2 gram/tanaman + TSP 2,4

gram/tanaman + KCl 0,6

gram/tanaman.

Faktor kedua adalah Intensitas

cahaya matahari (I) terdiri dari 3 aras

yakni :

1. Tanpa naungan Io intensitas cahaya

penuh

2. Setengah naungan I1 intensitas

cahaya dengan paranet 60 %

3. Naungan penuh I2 intensitas cahaya

0 % naungan pohon durian

Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian yang dilakukan

dalam penelitian ini, meliputi : (1)

persiapan media tanam, tanah sebagai

(4)

dibersihkan dan dimasukkan kedalam

polybag sebanyak 10 kg/polybag

persiapan benih berupa biji sambiloto

varietas tawamangun yang

dikecambahkan selama 1 bulan; (2)

penanaman, biji sambiloto ditanam

dengan cara membenamkan ke dalam

tanah dengan kedalaman 2/3 polybag,

selanjutnya dilakukan penyiraman dua

hari sekali, pemupukan dilakukan pada

saat tanaman umur 1 bulan dari masa

pembibitan, tepatnya pada hari awal

penanaman bibit.

Selanjutnya masing-masing diatur

pada lokasi penanaman dengan jarak

yang telah ditentukan; (3) pemeliharaan,

penyiraman air dilakukan secara rutin

untuk menjaga kelembaban, dilakukan

dengan memperhatikan kapasitas lapang

tanah, melalui inkubasi tanah yang akan

digunakan selama enam jam selanjutnya

di timbang kadar airnya, sebagai ukuran

jumlah air yang akan diberikan pada

penyiraman berikutnya; (4) pemupukan,

pemupukan dengan 100 kg urea + 200 kg

TSP + 50 kg KCl setiap hektar dan 10 ton

pupuk kandang atau 1,2 gram/tanaman +

2,4 gram/tanaman + 0,6 gram/tanaman

dan 12 gr pupuk kandang/tanaman; (5)

jarak tanam, jarak tanam tanaman

sambiloto pada lokasi penelitian adalah 30

cm x 40 cm, jarak tanam ini digunakan

untuk pengaturan penempatan

masing-masing tanaman yang berada dalam

polybag; (6) panen, panen dilakukan 3

tahap untuk melihat perbedaan

kandungan senyawa metabolit sekunder

pada umur tanaman yang berbeda, yakni :

panen I, pada umur 1 bulan dan panen II,

pada umur 2 bulan, dan parameter

pertumbuhan yang diamati meliputi

pengukuran panjang tanaman.

Variabel Pengamatan

Variabel yang diamati dalam

penelitian ini adalah jumlah daun. Jumlah

daun yang dihitung adalah semua daun

yang telah membuka sempurna pada

umur tanaman 1 bulan, 2 bulan dan 3

bulan.

Analisis Data

Hasil pengukuran tinggi pertumbuhan

tanaman sambiloto (Andrographis

paniculata. Ness) selanjutnya diuji statistik dengan Analysis of Variance

(ANOVA). Apabila terdapat beda nyata

dilanjutkan dengan uji beda nyata

Duncan’s Multiple Range Test (DMRT)

pada taraf uji 5%.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Daun berfungsi sebagai organ

utama dalam fotosintesis pada tumbuhan

tingkat tinggi, untuk itu jumlah daun

merupakan bagian yang menjadi

parameter pertumbuhan dalam penelitian

ini. Jumlah awal daun yang digunakan

dalam penelitian ini adalah 6 helai.

Berikut tabel rerata jumlah daun tanaman

sambiloto pada panen 1 (umur 1 bulan)

(5)

aplikasi pemupukan dan intensitas cahaya

matahari yang berbeda.

Tabel 1. Rerata Jumlah Daun Tanaman Sambiloto Panen 1 dan 2 setelah Aplikasi Pemupukan

dan Intensitas Cahaya

Matahari yang Berbeda.

Keterangan : Angka-angka yang diikuti dengan huruf yang sama, baik dalam baris

Sumber : Data Primer Penelitian

Gambar 1. Grafik Pengaruh Pemupukan dan Intensitas Cahaya yang Berbeda pada Jumlah Daun Tanaman Sambiloto

Keterangan :

I0 : Intensitas Cahaya Penuh

P0 : Tanpa Pemupukan

I1 : Intensitas Cahaya Setengah Naungan P1 : Pupuk Kandang

I2 : Intensitas Cahaya Naungan Penuh P2 : Pupuk NPK

Tabel 1 dan Gambar 1

menunjukkan bahwa pertumbuhan atau

peningkatan jumlah daun dipengaruhi

ketersedian unsur mineral tanah.

Perlakuan tanpa pemupukan pada panen

1 (umur 1 bulan) menunjukkan jumlah

daun yang lebih banyak. Hal ini, karena

hasil analisis sifat kimia fisik tanah pada

lokasi penelitian merupakan jenis tanah

yang subur dalam pengklasifikasian

tanah. Manitto (1992) Pada pemupukan

pupuk kandang, untuk tahap awal

pemupukan masih terjadi persaingan

pemanfaatan unsur yang tersedia oleh

jasad renik yang berada di lingkungan

perakaran, namun hal ini berlangsung

relatif singkat dan unsur hara menjadi

tersedia.

Pada panen ke 2 (umur 2 bulan)

diperoleh bahwa perlakuan pupuk

kandang berpengaruh signifikan terhadap

peningkatan pertumbuhan jumlah daun

tanaman sambiloto. Penggunaan pupuk

kandang dalam waktu 2 bulan didukung

intensitas cahaya matahari yang lebih

tinggi merupakan faktor yang dapat

menyebabkan pupuk kandang dapat

mengalami dekomposisi sempurna, unsur

hara yang dibutuhkan tanaman dalam

proses pertumbuhan dan perkembangan

tersedia dan mudah diserap oleh tanaman 0

(6)

Ketersediaan unsur hara dari

pemberian pupuk kandang diduga dapat

menyebabkan terdorongnya atau

terpacunya sel diujung batang untuk

segera mengadakan pembelahan dan

pembesaran sel terutama di daerah

meristematis. Hakim (2006) bahwa untuk

bahan organik yang telah mengalami

dekomposisi sempurna, ketersediaan

unsur-unsur haranya lebih mudah diserap

oleh akar tanaman. Bonner & galston

(1951) dalam Parman (2007), menyatakan

pembelahan antiklinal dan periklinal dan

pembesaran sel meristematis meskipun

kecepatannya tidak sama dapat terjadi

denganpemberian pupuk organik.

Pupuk kandang dapat

memperbaiki kondisi K dalam tanah

berperan penting dalam fungsi fisiologis

tertentu pada akar. Unsur K yang tidak

cukup dapat menyebabkan sistem

translokasi menjadi lemah, organisasi sel

menjadi tidak baik dan menyebabkan

hilangnya permeabilitas sel. Kegunaan

pupuk kandang juga dapat memperbaiki

sifat fisik tanah yakni dalam

granulasi/pembutiran tanah, menjaga

keseimbangan pori mikro dan makro

tanah, memperbaiki aerasi dan drainasi,

serta menambah ketersediaan unsur hara

yang dibutuhkan tanaman sehingga

mampu meningkatkan pertumbuhan

tanaman (Dewick, 2002). Dijelaskan pula

oleh Gardner et al. (1991) bahwa pemberian kompos juga dapat menambah

ketersediaan unsur hara.

Dubetz dan Bole (1975)

menjelaskan bahwa pupuk kandang

mengandung unsur hara yang lengkap

yang dibutuhkan tanaman untuk

pertumbuhannya. Di samping

mengandung unsur makro seperti

Nitrogen (N), fosfor (P), dan kalium (K),

pupuk kandang pun mengandung unsur

mikro seperti kalsium (Ca), magnesium

(Mg) dan sulfur (S). Unsur fosfor (P)

dalam kandang sebagian besar berasal

dari kotoran padat sedangkan nitrogen (N)

dan kalium (K) berasal dari kotoran cair.

Lambers (1988) bahwa pupuk kandang

juga memiliki daya ikat ion yang tinggi

dan dapat memperbaiki struktur tanah.

Parman (2007) melaporkan bahwa

pertumbuhan jumlah daun dan produksi

kentang (Solanum tuberosum L)

mengalami peningkatan setelah

pemberian pupuk organik dari 196 helai

menjadi 344 helai daun. Pemberian

pupuk organik mempercepat sintesis

asam amino dan protein sehingga

mempercepat pertumbuhan tanaman.

Taiz dan zeiger (1998),

menjelaskan fospor (P) merupakan

senyawa penting dalam sel-sel tanaman.

Gula fosfat untuk respirasi dan fotosintesis

dan fosfolipid sebagai membran sel dalam

tanaman, fosfor juga komponen

nukleotida yang digunakan untuk

metabolisme energi dan komponen DNA

dan RNA dalam sel tanaman. Pada saat

pertumbuhan daun menunjukkan terjadi

penambahan isi sel, sel terus membelah

(7)

jaringan dan organ. Dengan demikian P

tersedia mempengaruhi perkembangan

tanaman.

Tabel 1 dan Gambar 1

menunjukkan bahwa intensitas cahaya

matahari mempunyai pengaruh yang

nyata terhadap pertumbuhan jumlah daun

tanaman sambiloto. Jumlah daun

terbanyak ditunjukkan pada tanaman

sambiloto yang ditempatkan pada kondisi

tanpa naungan dengan intensitas cahaya

1500 lux dibandingkan tanaman sambiloto

yang ditempatkan pada lokasi setengah

naungan (paranet 60 %) dengan

intensitas cahaya 400 lux dan naungan

penuh (100%) dengan intensitas cahaya

180 lux. Hal ini, karena cahaya

merupakan faktor lingkungan yang

mempengaruhi proses fotosintesis.

Bidwell (1974) bahwa cahaya diperlukan

untuk mengaktifkan enzim- enzim yang

berperan dalam sintesis klorofil, yang

memberi efek pada pertumbuhan dan

perkembangan yang baik. Intensitas

cahaya yang tinggi dapat merangsang

sintesis hormon auksin. Heddy (1993)

dalam Widiastuti dkk, (2004), menyatakan bahwa auksin merupakan zat pengatur

tumbuh yang berfungsi merangsang

pembentukan tunas-tunas baru, dengan

demikian jumlah daun dapat bertambah.

Selain hal tersebut, kondisi tanpa

naungan dengan intensitas cahaya

matahari 100 % dengan suhu lapangan 32 o

C membuat tanaman mengembangkan

adaptasi morfologis dan fisiologis dengan

memperbanyak jumlah daun, untuk

mengimbangi proses transmisi dan

penyerapan energi cahay pada daun.

Widiastuti dkk (2004) menunjukkan

bahwa peningkatan intensitas cahaya

matahari dari 55 % sampai 100 % pada

tanaman krisan meningkatkan rerata

jumlah daun berturut-turut 39, 19 dan

46,20 helai. Goldsworthy dkk, (1984),

bahwa pertumbuhan dan perkembangan

daun yang berasal dari meristem apikal

merupakan satu-satunya proses dalam

tanaman yang tidak banyak dikendalikan

hormon. Kondisi lingkungan dalam suatu

periode cekaman dapat mengakibatkan

kenaikan dalam jumlah daun di dalam

kuncup apikal. Walaupun perluasan dan

pemanjangan daun berikutnya

dikendalikan hormon terutama sitokinin,

jumlah daun juga dipengaruhi kondisi

tanah, seperti ketersediaan air dan

nitrogen (N) yang termineralisasi.

Hasil penelitian yang dilakukan

Muhuria dkk, (2006) menunjukkan bahwa

tanaman kedelai yang diuji, memberikan

respon terhadap keadaan intensitas

cahaya yang rendah (naungan 50 %)

dengan cara mengurangi jumlah daun

dan berat kering daun, hal ini merupakan

mekanisme penangkapan dan

penggunaan cahaya yang lebih efisien,

juga untuk memelihara keseimbangan

penggunaan fotosintat. Daun kedelai

yang menerima intensitas 50 %

mengalami peningkatan klorofil yang

ditunjukkan dengan warna daun yang

lebih hijau dibanding perlakuan lainnya.

(8)

menjelaskan adaptasi terhadap kondisi

naungan besar dapat dicapai apabila

tanaman memiliki mekanisme

penangkapan dan penggunaan cahaya

secara efisien, mekanisme tersebut dapat

melalui penghindaran dengan cara

meningkatkan efisiensi penangkapan

cahaya dan toleran dengan cara

menurunkan titik kompensasi cahaya dan

laju respirasi. Respon yang berbeda

terhadap intensitas cahaya yang rendah

ditunjukkan hasil penelitian oleh Zubaidi

dkk, (2008), pertumbuhan relatif jumlah

daun yang lebih besar pada intensitas

cahaya 50% dengan nilai 1,062/hari,

dibandingkan jumlah daun tanpa naungan

dengan nilai terendah 0,163%/hari,

pertumbuhan bibit gaharu baik jika

ternaungi dengan intensitas cahaya 50%.

Fitter dan Hay (1992) menyatakan

bahwa jumlah dan luas daun menjadi

penentu utama kecepatan pertumbuhan,

daun-daun dengan jumlah luas daun yang

lebih besar mempunyai pertumbuhan

yang besar pula. Selanjutnya,

Goldsworthy dan Fisher (1992) bahwa

morfologi jenis tanaman memberikan

respon terhadap intensitas cahaya juga

terhadap naungan. Naungan memberi

efek yang nyata terhadap luas daun dan

jumlah daun. Tanaman yang tumbuh

dengan intensitas cahaya 0 % akan

mengakibatkan pengaruh yang

berlawanan, yaitu suhu rendah

,kelembaban tinggi, evaporasi dan

transpirasi yang rendah, tanaman cukup

mengambil air, tetapi proses fotosintesis

tidak dapat berlangsung tanpa cahaya.

Tabel 1 dan Gambar 1

menunjukkan bahwa aplikasi P0N2, P1N2,

P2N2, pupuk tidak memberikan pengaruh

pada pertumbuhan apabila tanaman ada

pada kondisi naungan penuh. Pada

kondisi naungan penuh ini tanaman

memiliki ukuran daun relative kecil dengan

permukaan yang tipis. Hal ini merupakan

respon dari intensitas cahaya yang rendah

sehingga untuk memudahkan penyerapan

cahaya yang menembus tajuk daun durian

tanaman sambiloto, mengembangkan

adaptasi morfologis dan fisiologis pada

ketebalan dan ukuran daun. Bowen

(1991) bahwa temperatur yang rendah

dapat mempercepat pengubahan amilum

menjadi gula hasil fotosintesis dan juga

translokasi keakar juga terhambat. Faktor

ini diduga mempengaruhi pertumbuhan

apeks dan primordia daun yang sangat

memerlukan hasil asimilat sebagai subtrat

metabolisme yang menghasilkan ATP

KESIMPULAN

Dari hasil penelitian yang

dilakukan tentang pertumbuhan jumlah

daun tanaman sambiloto hasil pemberian

pupuk dan intensitas cahaya matahari

yang berbeda diperoleh kesimpulan :

adanya perbedaan pertumbuhan jumlah

daun tanaman sambiloto terhadap

pemupukan dan intensitas cahaya

matahari yang berbeda. Pupuk kandang

(9)

menunjukkan pertumbuhan jumlah daun Product A Biosinthetic Approach, second edition John wilydson, LTP. England.

Dubetz, S. and J.B. Bole, 1975. Effect of

Nitrogen, Phosphorus and

Potassium

Fertilizer on Yield Components and Spesific gravity of Potatoes. Am Potato J. 52. 405.

Fitter, A.H. dan R.K.H. Hay, 1991. Fisiologi Lingkungan Tanaman. Gadjah Mada

University Press. Yoyakarta.

Gardner, F., Pearce, B., dan Mitchell, R.,

1991. Fisiologi Tanaman

Budidaya.

Penerjemah Susilo, H. University

Indonesia Press. Jakarta

Goldsworthy, P dan Fisher, N.M., 1992

Fisiologi Tanaman Budidaya

Tropik.

Kesuburan Tanah Masam

dengan Teknologi

Pengapuran Terpadu. Andalas University Press. Padang.

Lambers, H.F.S. 1988. Plant

Physiological Ecology. Springer-Verlay. New York

Manitto, P., 1992. Biosintesis Produk Alami. Ellis Harwood Limitted Publishers Chichester, New York.

Terjemahan Koensoemardiyah.

IKIP Semarang Press.

Semarang.

Marshcner, 1986. Mineral Nutrition of Higher Plants. Institute of Plant Nutrition University of honenheir Federal Republic of Germany Press.

Muhuria, L, Tyas, K, Khumaida, N, Trikoesomaningtyas, Sopandie, 2006. Adaptasi tanaman kedelai

Terhadap Intensitas Cahaya

Rendah : Karakter Daun Untuk Efisiensi Penankapan Cahaya. Buletin Agronomi (34)(3) 133-140. IPB. Bogor.

Parman, S, 2007. Pengaruh Pemberian Pupuk Organik Cair Terhadap

Pertumbuhan dan Produksi

Kentang ( Solanum tuberosum L)

, Universitas

Diponegoro.Semarang.

Peni, D.K., Solichatun, dan Anggarwulan, E., 2003. Pertumbuhan, Kadar Klorofil-

Karatenoid, Saponin, Aktifitas Nitrat

reduktase Anting-anting

(Acalypha indica L) pada Konsentrasi Asam Giberelat (GA3) yang Berbeda. Jurusan

Biologi FMIPA, Universitas

Negeri Surakarta, Solo.

http://www.scribd.com/doc/13098657.

Pujiasmanto, B., Moenandir,

Syamsulbahri, dan Kuswanto., 2007. Kajian Agroekologi dan

Morfologi Sambiloto

(Andrographis paniculata. Ness). Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret. Surakarta.

http://www.unjournals.com/D/DO8O4.

Salisbury, F dan Ross, C., 1995. Fisiologi Tumbuhan. ITB. Bandung. Taiz, L dan Zeiger E., 1998. Plant

Physiology. Sinauver Associates, Inc Publishers.

Sunderland Massachutts.

Widiastuti, L, Tohari, Sulistyaningsih, E,

2004. Pengaruh Intensitas

cahaya dan Kadar Daminosida

Terhadap Iklim Mikro dan

(10)

Yusron, M., Gusmaini dan Januwati, M., 2007. Pengaruh Pola Tanam Sambiloto-Jagung Serta Dosis

Pupuk Organik dan Alam

Terhadap Produksi dan Mutu

Sambiloto (Andrographis

paniculata. Ness). Balai Penelitian Tanaman Obat dan

Aromatik. Bogor.

http://Perkebunan. Litbang.

Gambar

Tabel 1. Rerata Jumlah Daun Tanaman

Referensi

Dokumen terkait

maksud dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada pengaruh dan manfaat dari kombinasi ekstrak herba sambiloto dan ekstrak daun salam terhadap pasien

iv Universitas Kristen Maranatha EFEK ANTIDIARE EKSTRAK DAUN SAMBILOTO (Andrographis paniculata Ness.) PADA MENCIT Swiss Webster YANG DIINDUKSI..

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dosis yang terbaik adalah 183,87 kg/ha NPK 15:15:15 untuk mencapai pertumbuhan dan hasil yang maksimal pada tanaman sambiloto di

Pembuatan ekstrak sambiloto menggunakan metode maserasi ultrasonik dengan getaran selama 30 menit dan dilakukan dua kali replikasi, dengan cara serbuk sambiloto ditimbang

Berdasar hasil pengamatan pada Tabel 1, diketahui bahwa dosis 15 ton/ha pupuk bokashi menunjukkan pertumbuhan yang paling optimal, dengan rata-rata tinggi tanaman 60,07

Naungan dan selang penyiraman air 1 hari sekali (N1A1) menunjukkan hasil yang terendah pada perlakuan tinggi tanaman (35,33 cm), jumlah daun (152,33 helaian), luas daun

Hasil penelitian menunjukkan bahwa suhu pengeringan dalam pembuatan teh daun sambiloto memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap kadar air, kadar abu, aktivitas

Berdasarkan luas daun (luas daun total, spesifik, dan trifoliat) dapat diduga bahwa tanaman kedelai yang diuji memberikan respon terhadap keadaan intensitas cahaya