• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efek Antidiare Ekstrak Etanol Daun Sambiloto (Andrographis paniculata Ness.) pada Mencit Swiss Webster yang Diinduksi Oleum ricini.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Efek Antidiare Ekstrak Etanol Daun Sambiloto (Andrographis paniculata Ness.) pada Mencit Swiss Webster yang Diinduksi Oleum ricini."

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

iv Universitas Kristen Maranatha EFEK ANTIDIARE EKSTRAK DAUN SAMBILOTO (Andrographis paniculata Ness.) PADA MENCIT Swiss Webster YANG DIINDUKSI

Oleum ricini

Agustina Indah G., 2015; Pembimbing I : Dr. Sugiarto Puradisastra, dr., M.Kes Pembimbing II : Harijadi Pramono, dr., M.Kes

Diare masih menjadi salah satu penyebab utama kematian balita di Indonesia. Survei morbiditas yang dilakukan oleh Subdit Diare, Departemen Kesehatan dari tahun 2000 s/d 2010 terlihat adanya kecenderungan insidensi yang meningkat dari tahun ketahun. Banyaknya efek samping dari penggunaan obat sintetis, masyarakat saat ini sebagian memilih untuk menggunakan obat obatan yang berasal dari tanaman obat karena dianggap lebih aman.

Tujuan penelitian adalah mengetahui efek antidiare ekstrak etanol daun sambiloto (EEDS) pada mencit.

Desain penelitian eksperimental laboratorik, menggunakan metode proteksi terhadap diare yang diinduksi Oleum ricini. Hewan coba mencit 25 ekor (n=5). Hewan kelompok I, II, III, IV, dan V berturut-turut diberi EEDS 400 mg/kgBB, 800 mg/kgBB, 1600 mg/kgBB, Carboxy Metyl Cellulose 1%, dan Loperamid 0,52 mg/kgBB. Data yang diukur adalah frekuensi defekasi, berat feses (mg), dan konsistensi feses. Frekuensi defekasi dan konsistensi feses menggunakan analisis dengan Uji Kruskal-wallis H kemudian dilanjutkan dengan uji Mann-Witney U, berat feses menggunakan uji ANAVA dilanjutkan uji Tukey HSD.

Fekuensi defekasi kelompok I, II, dan III menunjukan pebedaan yang

signifikan terhadap kontrol (p= 0,002). Berat feses kelompok I, dan II di bandingkan dengan kontrol berat (p=0,045; p= 0,13). dan kelompok III berbeda sangat bermakna (p=0,000). Konsistensi feses semua kelompok tidak menunjukkan perbedaan bermakna terhadap kontrol (p>0,05).

Simpulan, ekstrak etanol daun sambiloto berefek antidiare dengan menurunkan frekuensi defekasi dan berat feses dengan potensi setara Loperamid, tetapi tidak memperbaiki konsistensi feses.

(2)

v Universitas Kristen Maranatha ANTIDIARRHEA EFFECT OF SAMBILOTO LEAF ETANOL EXTRACT

(Andrographis paniculata Ness.) ON Swiss Webster Mice INDUCED BY Oleum ricini

Agustina Indah G., 2015; !st Tutor : Dr. Sugiarto Puradisastra, dr., M.Kes 2ndTutor : Harijadi Pramono, dr., M.Kes

Diarrhea is still one of the infant’s death problem in Indonesia. Morbidity survey had been done by diarrhea field health department from 2000 until 2010. shows increased incidents. Synthetic medicines has many side effects, thus people prefer herbal medicine..

The aim of this research was to know antidiarrhea effect of sambiloto etanol extract (EEDS).

Design was true experimental laboratory, using 25 mices (n=5) Induced by Oil Castor. Group I, II, III, IV, and V were given EEDS 400 mg/kgBB, 800 mg/kgBB, 1600 mg/kgBB, Carboxy Metyl Cellulose 1%, and Loperamid 0,52 mg/kgBB. The data measure was defecation frequency, feces weight (mg) and consistence. The frequency and consistence data was analyzed by Kruskal-Wallis H test and Post Hock Mann-Whitney U test, feces weight use ANAVA Post Hock Tukey HSD test, feces consistence use Kruskal-Wallis test and Mann-Whitney U test, α = 0,05. Result showed significant differences of frequency defecation, between group I, II, and III to the control (p= 0,002). The feces weight of group I and II compared with the control of feces weight (p=0,045; p= 0,13) and group III had highly significant (p= 0,000), Feces consistency of all the groups didn’t have significant difference to the control (p> 0,05)

The conclusion sambiloto extract etanol had an effect of low frequency defecation and feces weight with the same potential of Loperamid, but it didn’t improve the feces consistency

(3)

viii Universitas Kristen Maranatha

1.5 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis Penelitian………..………….4

1.5.1 Kerangka Pemikiran………..………….4

1.5.2 Hipotesis Penelitian………...……….6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi Tractus Gastrointestinalis………..…………...……..7

2.2 Histologi Tractus Gastrointestinalis………..………..11

(4)

ix Universitas Kristen Maranatha

2.5 Taksonomi Andrographis paniculata………..…….22

2.5.1 Botani Andrographis paniculata………..………23

2.5.2 Kandungan Kimiawi Andrographis paniculata ………..……....24

2.5.3 Efek Biologis Andrographis paniculata………..……….24

2.6 Oleum Ricin………..………29

3.3.3 Definisi Operasional Variabel………..…………31

(5)

x Universitas Kristen Maranatha BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil dan pembahasan………..………38

4.1.1 Berat Badan Mencit………..…………38

4.1.2 Frekuensi Defekasi………..……….39

4.1.3 Berat Feses………..………..41

4.1.4 Kosistensi Feses………..………..42

4.2 Uji Hipotesis………..………..49

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan………..……….51

5.2 Saran………..………...52

DAFTAR PUSTAKA………......53

LAMPIRAN………..………....56

(6)

xi Universitas Kristen Maranatha DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Anatomi tractus gastrointestinalis ... 8

2.2 Histologi tractus gastrointestinalis ... 12

(7)

xii Universitas Kristen Maranatha DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

4.1 Berat Badan Mencit (Gram) ... 37

4.2 Frekuensi Defekasi Mencit ... 38

4.3 Hasil Uji Mann-Whitney U... 40

4.4 Berat Feses Mencit (Dalam LG) ... 41

4.5 Hasil Uji Tukey HSD Berat Feses Mencit ... 47

4.6 Konsistensi Feses Mencit ... 48

(8)

xiii Universitas Kristen Maranatha DAFTAR DIAGRAM

Diagram Halaman

4.1 Diagram Batang Frekuensi Defekasi Mencit ... 39

4.2 Diagram Batang Berat Feses Mencit (Dalam LG) ... 42

(9)

xiv Universitas Kristen Maranatha DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1 Prosedur Kerja ... 55

2 Perhitungan Dosis ... 57

3 Berat Badan Mencit... 59

4 Data Hasil Uji Statistik Berat Badan Mencit ... 60

5 Data Hasil Uji Statistik Frekuensi Defekasi Mencit ... 61

6 Data Hasil Uji Statistik Berat Feses Mencit………... 69

7 Data Hasil Uji Statistik Konsistensi feses………...73

8 Ethical Approval ... 74

9 Determinasi Andrographis paniculata ... 75

(10)

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Setiap makhluk hidup memerlukan energi untuk melaksanakan setiap aktivitas

kehidupannya. Energi ini berasal dari metabolisme yang bahan dasarnya berasal

dari makanan dari luar tubuh. Makanan tersebut masuk melalui saluran

pencernaan yang terbentang mulai dari mulut sampai berakhir pada anus. Saluran

pencernaan bertugas memenuhi kebutuhan air, elektrolit, dan nutrisi bagi tubuh,

karena itu saluran pencernaan harus berfungsi tanpa mengalami gangguan.

Gangguan saluran pencernaan dapat bervariasi mulai dari diare sampai obstipasi.

penyakit diare adalah suatu penyakit yang ditandai dengan perubahan bentuk dan

konsistensi tinja yang lembek sampai mencair dan bertambahnya frekuensi buang

air besar yang lebih dari biasa, yaitu 3 kali atau lebih dalam sehari yang mungkin

dapat disertai dengan muntah atau tinja yang berdarah (Simadibrata, 2009).

Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT), Studi Mortalitas dan

Riset Kesehatan Dasar dari tahun ketahun, diketahui bahwa diare masih menjadi

penyebab utama kematian balita di Indonesia (Kementrian Kesehatan RI, 2011).

Dari Survei morbiditas oleh Subdit Diare Departemen Kesehatan yang dilakukan

dari tahun 2000 sampai 2010, terlihat adanya kecenderungan insidensi diare

semakin meningkat. Pada tahun 2000 Insidance rate penyakit diare adalah 301/

1000 penduduk, pada tahun 2003 meningkat menjadi 374/ 1000 penduduk, pada

tahun 2006 meningkat lagi menjadi 423/ 1000 penduduk, sedangkan pada tahun

2010 menjadi 411/ 1000 penduduk. Dari survei tersebut didapatkan juga bahwa

penyebab kematian bayi (usia 29 hari sampai 11 bulan) yang terbanyak adalah

diare, yaitu 31,4 %. Diare juga menjadi penyebab kematian terbanyak pada anak

balita (usia 12 sampai 59 bulan), yaitu 25,2 % (Kementrian Kesehatan RI, 2011).

Strategi pengendalian diare yang di laksanakan pemerintah melalui program

(11)

2 Universitas Kristen Maranatha

Oralit, Zinc, Antibiotika, dan nasehat (Kementrian Kesehatan RI, 2011). Selain

itu, pengobatan simtomatik diare dapat dilakukan dengan menggunakan derivat

opioid, bismuth subsalisilat, obat pengeras tinja, dan obat antisekretorik

(Simadibrata & Daldiyono, 2009). Efek samping penggunaan obat sintetis telah

banyak diketahui, karena itu masyarakat saat ini mulai beralih pada obat yang

berasal dari tanaman herbal karena dianggap lebih aman (Dalimartha, 2011).

Sampai saat ini, beberapa obat herbal yang telah digunakan untuk mengobati

gejala diare adalah daun sambiloto, daun jambu biji, kulit manggis, lengkuas, dan

lain lain. Daun sambiloto (Andrographis paniculata Ness) mengandung zat pahit

Andrographolide, Neoandrographolide, flavonoid, quinic acids dan xanthones

yang mempunyai aktivitas anti-inflamasi, anti diare, dan berperan sebagai

imunomodulator (Hossain, 2014). Neoandrographolide memiliki aktifitas

antidiare yang sama efektifnya dengan loperamid pada respon sekreorik usus yang

di induksi oleh enterotoksin E.coli. Efek antisekretorik tersebut terjadi melalui

penghambatan akumulasi nitrit akibat endotoksin serta inhibisi NO-sintetase yang

menyebabkan gangguan sirkulasi akibat endotoksin (WHO, 2004).

Pada penelitian Kalaya & Uraiwan, 2012 dengan menggunakan ekstrak etanol

daun sambiloto (85%) menunjukan waktu onset terjadinya diare pada pemberian

dosis 500, 1000 dan 2000 mg/kgBB lebih lama, selain itu didapatkan pula hasil

penghambatan diare sebesar 13,63 % pada dosis 2000 mg/kgBB.

Penelitian-penelitian mengenai efek antidiare oleh Daun Sambiloto

sepengetahuan penulis masih belum banyak dilakukan, terutama efek anti

inflamasinya pada diare, karena itu penulis tertarik untuk melakukan percobaan

(12)

3 Universitas Kristen Maranatha 1.2 Identifikasi Masalah

1. Apakah ekstrak etanol daun sambiloto (Andrographis paniculata Ness.)

berefek antidiare dengan menurunkan frekuensi defekasi.

2. Apakah ekstrak etanol daun sambiloto (Andrographis paniculata Ness.)

berefek antidiare dengan menurunkan berat feses.

3. Apakah ekstrak etanol daun sambiloto (Andrographis paniculata Ness.)

berefek antidiare dengan memperbaiki konsistensi feses menjadi

padat.

1.3 Maksud dan Tujuan

1.3.1 Maksud penelitian

Mengetahui salah satu tanaman obat yang ber efek sebagai antidiare.

1.3.2 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui efek antidiare ekstrak etanol daun sambiloto

(Andrographis paniculata Ness.) dengan menurunkan frekuensi.

2. Untuk mengetahui efek antidiare ekstrak etanol daun sambiloto

(Andrographis paniculata Ness.) dengan menurunkan berat feses.

3. Untuk mengetahui efek antidiare ekstrak etanol daun sambiloto

(Andrographis paniculata Ness.) dengan memperbaiki konsistensi feses

(13)

4 Universitas Kristen Maranatha 1.4 Manfaat Karya Tulis Ilmiah

1.4.1 Manfaat Akademis

Memperluas pengetahuan tentang tanaman herbal khas Indonesia, khususnya,

ekstrak etanol daun sambiloto sebagai antidiare.

1.4.2 Manfaat Praktis

Karya tulis ini nantinya diharapkan dapat memberi informasi kepada masyarakat

mengenai manfaat dari daun smbiloto dalam pengobatan diare

1.5 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis Penelitian

1.5.1 Kerangka Pemikiran

Sistem gastrointestinal merupakan gerbang masuknya zat makanan, vitamin,

mineral, dan cairan ke dalam sel tubuh. Zat nutrien utama, yaitu protein, lemak,

dan karbohidrat kompleks diuraikan menjadi unit-unit yang lebih kecil sehingga

lebih mudah diabsorbssi. Hal tersebut bergantung pada berbagai mekanisme yang

melunakkan makanan, mendorong sepanjang saluran cerna, dan mencampur

dengan empedu dan enzim pencernaan (Ganong, 2008). Gerakan propulsif dasar,

yang mendorong makanan untuk berpindah dari bagian proksimal traktus

gastrointestinal sampai ke distal saluran pencernaan, adalah peristaltik (Guyton &

(14)

5 Universitas Kristen Maranatha

Diare ialah peningkatan frekuensi dari defekasi, cairan, volume, berat dari

feses dan biasanya di sebabkan oleh pergerakan peristaltik usus yang meningkat

terlalu banyak. (McCance, 2010). Patofisologi diare dapat di sebabkan oleh

berbagai mekanisme, yaitu peningkatanan osmolaritas intraluminal (diare

osmotik); peningkatan sekresi cairan dan elektrolit (diare sekretorik); malabsorbsi

ampedu dan lemak; defek pertukaran anion atau transport elektrolit aktif di

enterosit; abnormalitas motilitas dan waktu transit usus; gangguan permeabilitas

usus; inflamasi dinding usus (diare inflamatorik); dan infeksi dinding usus (diare

infeksi) (Simadibrata, 2009)

Kerusakan mukosa usus karena proses inflamatorik menyebabkan produksi

mukus yang berlebihan dan eksudasi cairan dan elektrolit ke dalam lumen usus,

sehingga menggangu proses absorbsi air dan elektrolit. Diare yang disesbakan

oleh proses ini disebut diare inflamatorik. Penyebab inflamasi mikosa usus dapat

berasal dari infeksi (disentri Shigella) atau non infeksi ( kolitis ulseratif dan

penyakit Crohn) (Simadibrata,2009)

Makanan dengan kandungan zat aktif tertentu yang diberikan dalam jumlah

tertentu dapat menginduksi diare inflamatorik. Oleum ricini mengandung

trigliserida, yang akan dihidrolisis oleh lipase pankreas di dalam usus halus

menjadi gliserin dan asam risinoleat. Proses ini merangsang timbulnya iritasi dan

inflamasi pada mukosa usus. Prostaglandin yang dilepaskan akan mempercepat

peristaltik usus, dan menyebabkan pengeluaran isi usus dengan cepat (Binder,

2005). Inflamasi pada mukosa usus mencit menyebabkan (a) produksi mukus

yang berlebihan, (b) eksudasi air dan elektrolit ke dalam lumen, dan (c) gangguan

absorbsi air dan elektrolit. Proses-proses diatas menyebabkan diare inflamatorik

yang akan diterapkan pada hewan coba dalam penelitian ini. (Simadibrata,2009)

Daun sambiloto memiliki andrographolide dan neoandrographolide yang

berasa pahit. Aktifitas anti inflamasi Andrographolide bekerja dengan cara

penghambatan ekspresi intrercellular adhesion molecule-1 di monosit yang di

aktifkan oleh TNF-α mensupresi inducible nitric oxide synthetase (iNOS) dan

menghambat ekspresi COX-2 (Hossain, 2014). Sedangkan neoandrographolide

(15)

6 Universitas Kristen Maranatha

endotoksin serta inhibisi NO-sintetase yang menyebabkan gangguan sirkulasi

akibat endotoksin (WHO, 2004). Kandungan Flavonoid yang tinggi dalam daun

sambiloto juga berfungsi sebagai antioksidan (Chatterjee, 2014). Oleh karena itu

ekstrak etanol daun sambiloto dapat berefek sebagai antidiare.

1.5.2 Hipotesis penelitian

1. Ekstrak etanol daun Sambiloto (Andrographis paniculata Ness.) berefek

antidiare dengan menurunkan frekuensi defekasi.

2. Ekstrak etanol daun Sambiloto (Andrographis paniculata Ness.) berefek

antidiare dengan menurunkan berat feses.

3. Ekstrak etanol daun Sambiloto (Andrographis paniculata Ness.) berefek

(16)

51 Universitas Kristen Maranatha BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

- Ekstrak etanol daun sambiloto (Andrographis paniculata Ness.)

berefek antidiare dengan menurunkan frekuensi defekasi pada

semua dosis.

- Ekstrak etanol daun sambiloto (Andrographis paniculata Ness.)

berefek antidiare dengan menurunkan berat feses pada semua

dosis.

- Ekstrak etanol daun sambiloto (Andrographis paniculata Ness.)

tidak berefek antidiare dengan memperbaiki konsistensi feses

(17)

52 Universitas Kristen Maranatha 5.2 Saran

o Melakukan uji toksisitas lanjutan pada ektrak daun sambiloto

untuk mengetahui dosis maksimal yang masih aman digunakan

untuk mengatasi diare.

o Melakukan percobaan menggunakan bagian lain dari tumbuhan

sambiloto seperti akar, batang maupun keseluruhan tumbuhan.

o Melakukan uji lanjut menggunakan daun sambiloto sebagai

terapi antidiare pada hewan coba lain.

o Menggunakan kombinasi daun sambiloto (Andrographis

paniculata Ness.) dengan bahan herbal lain seperti rimpang

lengkuas yang mampu memperbaiki konsistensi feses untuk

(18)

53 Universitas Kristen Maranatha DAFTAR PUSTAKA

Bruneton, J. (1999). Pharmacognosy phytochemistry medicinal plants (2 ed.). Paris: Lavoisier Publishing.

Centers for Disease Control and Prevention. (2015). Persistent Travelers’ Diarrhea. Retrieved October 18, 2015, from

http://wwwnc.cdc.gov/travel/yellowbook/2016/post-travel-evaluation/persistent-travelers-diarrhea

Chao, W.-W., & Lin, B. (2010). Isolation and identification of bioactive compounds in Andrographis paniculata (Chuanxinlian). Chinese Medicine , 5 (17).

Chatterjee, N., Biswas, S., Saha, N. C., & Biswas, S. J. (2014). ANDROGRAPHIS PANICULATA A TRADITIONAL HERB WITH PHARMACOLOGICAL PROPERTIES: A REVIEW. Global Journal of Research on medical plants &

indgenous medicine , III (5).

Chinese Academy of Sciences. (2010). Andrographis paniculata. Retrieved October 18, 2015, from

http://english.xtbg.cas.cn/rs/ma/201009/t20100915_58913.html

Dalimartha, S. (2011). ATLAS TUMBUHAN OBAT INDONESIA Jilid 1.

Trubus Agriwidya, Agnggota Ikapi .

Dewoto, H. R. (2007). Pengembangan obat tradisional Indonesia menjadi fitofarmaka. Dalam Majalah kedokteran Indonesia. Jakar ta.

Ganong, W. F. (2008). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. 22.

Goodman, & Gilman. (2006). The pharmacological basis of therapeutics

(VOL.11)United States: McGraw-Hill.

Gupta, S., Yadava, J., & Tandon, J. (2008). Antisecretory (Antidiarrhoeal) Activity of Indian Medicinal Plants Against Escherichia Coli Enterotoxin-Induced

Secretion in Rabbit and Guinea Pig Ileal Loop Models. International Journal

(19)

54 Universitas Kristen Maranatha

Hubell. (2011, October 25). What is Waldeyer's Ring? Retrieved October 18, 2015, from

https://www.uvm.edu/medicine/surgery/documents/TonsillectomyandAdenoid ectomy1.pdf

Hanafiah, K. A. (2005). Rancangan percobaan aplikatif : Aplikasi kondisional

bidang pertanaman, peternakan, perikanan, industri dan hayati. Jakarta:

PT Raja Grafindo Persada

Indian Institute of Integrative Medicine. (2012). Andrographis Paniculata. Retrieved October 18, 2015, from http://www.herbalnet.org/wholeherb/andro_panic.asp

Integrated Taxonomic Information System. (2015). Andrographis paniculata (Burm.

f.) Wall. ex Nees. Retrieved October 18, 2015, from

http://www.itis.gov/servlet/SingleRpt/SingleRpt?search_topic=TSN&search_ value=184881

Kalaya, A., & Uraiwan, P. (2012). Spasmolytic and Antidiarrheal Activities of Andrographis paniculata Wall. ex Nees in Animal Model. Bulletin of the

Department of Medical Sciences , 39 (1).

Kathryn L. McCance, S. E. (2010). PATOPHYSIOLOGY: The Biologic Basis for Disease in Adults And Children. 6.

Kementrian Kesehatan RI. (2011). Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan.

Triwulan II , 2.

Kelompok Kerja Ilmiah Yayasan Pengembangan Obat Bahan Alam Phyto Medica (1993). Pedoman pengujian dan pengembangan fitofarmaka : penapisan

farmakologi, pengujian fitokimia dan pengujian klinik. Jakarta.

Longo, D., Fauci, A., Kasper, D., Hauser, S., Jameson, J., & Loscalzo, J. (2015).

Harrison's Principles of Internal Medicine (19th ed.). New York, NY:

McGraw-Hill.

Marcellus Simadibrata K, D. DIARE AKUT. In V (Ed.), BUKU AJAR ILMU PENYAKIT

DALAM. Jakarta: InternaPublishing.

(20)

55 Universitas Kristen Maranatha

Mescher, A. L. (2013). Junqueira's Basic Histology (13th ed.). New York, NY: McGraw-Hill.

National Collaborating Centre for Women's and Children's Health (UK). (2009).

Diarrhoea and Vomiting Caused by Gastroenteritis: Diagnosis, Assessment and Management in Children Younger than 5 Years. London: RCOG Press.

Scanlon, V., & Sanders, T. (2010). Essentials of Anatomy and Physiology (6th ed.). Philadelphia, PA: The F.A. Davis Company.

Sherwood, L. (2012). Human Physiology: From Cells to Systems (8th ed.). Belmont: Thomson Brooks/Cole.

Simadibrata, M., & Daldiyono. (2009). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I (5 ed.). Jakarta: Interna Publishing.

Sisson, V. (2011, June 3). Types of Diarrhea and Management Strategies. Retrieved October 18, 2015, from

http://www.freece.com/Files/Classroom/ProgramSlides/74e8eb83-3951-476c-87c9-ce00afb7e3b6/Diarrhea%20Homestudy.pdf

Standring, S. (2008). Gray's Anatomy: The Anatomical Basis for Clinical Practice (40th ed.). London: Elsevier Churchill-Livingstone.

Tambunan, Y. L. (2009). Efek antidiare ekstrak etanol daun salam (Syzygium polyanthum (Wight) Walp.) pada menit galur Swiss Webster jantan.

Bandung: FK UKM.

The World Health Organization. (2013). Diarrhoeal Disease. Retrieved October 18, 2015, from http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs330/en/

The World Health Organization. (2004). WHO Monographs on Selected Medicinal

Plants - Volume 2. Geneva: The WHO Press.

Tunaru, S., Althoff, T., Nüsing, R., Dienerc, M., & Offermanns, S. (2012). Castor oil induces laxation and uterus contraction via ricinoleic acid activating

prostaglandin EP3 receptors. Proceedings of the National Academy of

Sciences of the United States of America , 109 (23), 9179–9184.

Gambar

Gambar                                                                                                        Halaman
Tabel                                                                                                            Halaman

Referensi

Dokumen terkait

Air perasan bawang merah (Allium cepa L. group Aggregatum) dan infusa sambiloto (Andrographis paniculata (Burm.f.) Wallich ex Nees) memiliki efek antipiretik yang

- untuk mengetahui efek antidiare ekstrak rimpang kunyit terhadap mencit Swiss Webster jantan dalam memperbaiki konsistensi feses menjadi lebih padat.. 1.4

“Pengaruh Ekstrak Etanol Daun Sambiloto ( Andrographis Paniculata) Sebagai Hepatoprotektor Terhadap Kadar SGOT/SGPT Tikus yang Diinduksi Parasetamol” ; Dwi Usfatul

Berdasarkan hasil percobaan untuk mengetahui uji toksisitas akut ekstrak etanol sambiloto ( Andrographis paniculata Nees ) pada mencit, dapat disimpulkan bahwa

Penelitian kali ini bertujuan untuk menguji efek proteksi ekstrak daun sambiloto terhadap sel ginjal mencit yang diinduksi oleh parasetamol dan untuk mengetahui

Atas izin dan pertolongan_Nya, penulis dapat menyelesaikan naskah skripsi yang berjudul ” Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Sambiloto ( Andrographis paniculata Ness.)

Telah dilakukan penelitian mengenai sintesis nanopartikel perak (AgNP) dengan metode biologi menggunakan ekstrak tanaman sambiloto (Andrographis paniculata Ness).. Bagian tanaman

ISOLASI SENYAWA ALKALOIDA DARI DAUN TUMBUHAN SAMBILOTO (Andrographis paniculata (Burm.f.)