BIMBINGAN KEAGAMAN DALAM UPAYA MENGURANGI KENAKALAN REMAJA
( Penelitian di SMA Negeri 21 Bandung )
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam Pada Jurusan Bimbingan Dan Konseling Islam Fakultas Dakwah Dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung
Oleh:
NETI SULISTIANI NIM 1209401059
BANDUNG 2013/1434 H
ABSTRAK
NETI SULISTIANI: BIMBINGAN KEAGAMAAN DALAM UPAYA MENGURANGI KENAKALAN REMAJA (Penelitian di SMA Negeri 21 Bandung )
Penelitian ini berawal dari maraknya jenis kenakalan yang terjadi dikalangan remaja, kenakalan tersebut diakibatkan karena adanya permasalahan-permasalahan yang dialami remaja. Di sisi lain agama dipandang sebagai satu-satunya jalan alternatif yang dapat menyelesaikan segala permasalahan-permasalahan yang ada di dunia ini. Maka dari itu penelitian ini untuk mengetahui bimbingan keagamaan dalam upaya mengurangi kenakalan remaja.
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bimbingan keagamaan yang ada di SMAN 21 bandung, dan untuk mengetahui jenis-jenis kenakalan remaja di SMAN 21 bandung, serta mengetahui hasil yang dicapai dari bimbingan keagamaan dalam upaya mengurangi kenakalan remaja.
Penelitian ini bertolak dari kajian teoritis yang menyatakan bahwa bimbingan keagamaan merupakan segala kegiatan yang di lakukan oleh seseorang dalam rangka memberikan bantuan kepada orang lain yang mengalami kesulitan-kesulitan rohaniyah maupun batiniyah dalam lingkungan hidupnya agar supaya orang tersebut mampu mengatasinya sendiri karena timbul kesadaran atau penyerahan diri terhadap kekuasaan Allah SWT.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian analisis deskriptif kualitatif, sedangkan teknik yang diambil dalam mengumpulkan data yaitu observasi, wawancara, dan studi dokumentasi. Adapun populasi siswa yang bemasalah sebanyak 25 orang, dengan sample 9 orang sebagai siswa yang sudah menunjukkan tanda-tanda kearah kebaikan.
Hasil penelitian yang ditemukan menunjukkan bahwa bimbingan keagamaan di SMAN 21 Bandung memiliki beberapa pendekatan, diantaranya adalah pendekatan preventif, pendekatan kuratif dan pendekatan kuratif khusus atau pembinaan. Sedangkan untuk jenis-jenis kenakalan yang terjadi di SMAN 21 Bandung cukup bervariasi dari mulai bolos sekolah, terlambat sekolah, merokok, berkelahi, adanya buli diantara teman, tidak mengerjakan tugas, pacaran yang berlebihan dan penggunaan tutur bahasa yang tidak sopan. Adapun untuk hasil yang diperoleh dari bimbingan keagamaan dalam upaya mengurangi kenakalan remaja di SMAN 21 Bandung terbukti dapat mengurangi jumlah kenakalan yang terjadi, dari sembilan siswa yang diwawancarai mengatakan bahwa mereka terbukti mengalami perubahan setelah mengikuti bimbingan keagamaan. Para siswa merasa berdosa, bersalah dan menyesal atas tindak kenakalan yang dilakukan, dan mereka berkomitmen untuk tidak mengulagi kenakalan itu kembali, baik dimasa sekarang maupun masa yang akan datang.
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sekolah sebagai tempat berlangsungnya pendidikan tentu saja memungkinkan siswa untuk melakukan sosialisasi. Dari pergaulan dengan teman sebaya, guru, teman satu sekolah, lingkungan dekat sekolah, semuanya akan mempercepat proses sosialisasi yang akan merubah tingkah laku dan perilakunya.
Usia anak tingkat Sekolah Menengah Atas adalah usia yang memasuki tingkat remaja, dimana pada usia ini seringkali dihubungkan dengan mitos dan stereotip mengenai penyimpangan dan ketidakwajaran. Hal tersebut dapat dilihat dari banyaknya teori-teori perkembangan yang membahas ketidakselarasan, gangguan emosi dan gangguan perilaku sebagai akibat dari tekanan-tekanan yang dialami remaja karena perubahan-perubahan yang terjadi pada dirinya maupun akibat perubahan lingkungan.
SMAN 21 Bandung adalah lembaga pendidikan yang mempunyai misi berprestasi dalam akademis dan nonakademis serta luhur dalam budi pekerti, dengan tujuan membentuk lulusan yang unggul dalam mutu dan memiliki kepribadian yang luhur yang menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, Teciptanya lulusan yang unggul dalam keimanan dan ketaqwaan, sehingga dapat diteladani oleh siswa lain dan masyarakat, dan Terciptanya ketertiban yang berlandaskan nilai-nilai luhur kemanusiaan.
Maka dari itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian di SMAN 21 Bandung, yang memberikan bimbingan keagamaan dalam upaya mengurangi kenakalan remaja. Adapun kenakalan remaja yang ada di SMAN 21 bandung seperti bolos pada jam pelajaran ataupun bolos tidak masuk sekolah, merokok di lingkungan sekolah, memakai pakaian dan atribut sekolah yang tidak sesuai dengan peraturan, terlambat datang ke sekolah, berkelahi dengan sesama teman, berkomunikasi dengan bahasa yang tidak sopan, dan lain sebagainya.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat di temukan permasalahan yang cukup penting untuk di kaji lebih mendalam secara topikal. Adapun rumusan masalah yang menjadi pembahasan penelitian ini antara lain :
1. Bagaimana bimbingan keagamaan yang ada di SMA Negeri 21 Bandung? 2. Seperti apakah jenis kenakalan remaja di SMA Negeri 21 Bandung?
3. Bagaimana hasil yang di capai dari bimbingan keagaman dalam mengurangi kenakalan remaja di SMAN 21 Bandung?
C. Tujuan Penelitian
Selaras dengan permasalahan diatas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk :
1. Mengetahui bimbingan keagamaan yang ada di SMAN 21 Bandung.
2. Mengetahui jenis-jenis kenakalan remaja yang ada di SMA Negeri 21 Bandung.
3. Mengetahui hasil yang di capai dari bimbingan keagaman dalam upaya mengurangi kenakalan remaja di SMAN 21 Bandung.
D. Kegunaan Penelitian
Penelitian ini akan berguna bagi : 1. SMAN 21 Bandung
Penelitian ini dapat berguna bagi SMA Negeri 21 Bandung dalam menambah dan memperkaya pembendaharaan mengenai bimbingan keagamaan.
2. Pendidik atau Pembimbing
Hasil penelitian ini dapat dijadikan informasi bagi para pendidik atau pembimbing dalam mengetahui penyebab terjadinya kenakalan remaja atau siswa di SMA N 21 Bandung.
3. Peneliti
Dengan penelitian ini dapat menambah wawasan dan informasi peneliti mengenai bimbingan keagamaan dalam upaya mengurangi kenakalan remaja. E. Kerangka Pemikiran
Gambar 1.1 Skema Kerangka Pemikiran F. Prosedur Penelitian 1. Metode Penelitian Guru Pembimbing Agama Metode Media Materi Siswa yang termasuk dalam kenakalan remaja
Agar penelitian ini dapat tercapai sesuai dengan tujuan yang dikehendaki, diperlukan adanya metode. Adapun metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif kualitatif. Artinya data yang dikumpulkan kemudian disusun dan diklasifikasikan, selanjutnya di olah dan dianalisis.
2. Tempat Penelitian
Penelitian ini di lakukan di SMA Negeri 21 Bandung, jalan Rancasawo Ciwastra Bandung.
3. Populasi dan Sample a. Populasi
Berdasarkan penelitian ini, maka populasinya merupakan siswa SMAN 21 Bandung yang memang sudah tercatat sebagai siswa yang masuk dalam daftar kenakalan remaja. Adapun jumlah populasi siswanya sebanyak 25 orang.
b. Sample
Sampel yang digunakan adalah sampling porposive yaitu sampel yang ditentukan kriterianya terlebih dahulu. Adapun yang menjadi kriteria dalam menentukan sample adalah:
1) Merupakan siswa yang tercatat sebagai siswa yang nakal atau bermasalah 2) Mengikuti bimbingan keagamaan yang diberikan oleh pembimbing
3) Mengalami perubahan ke arah yang lebih baik setelah dilakukan bimbingan keagamaan.
Berdasarkan kriteria sample diatas, maka yang menjadi sample dalam penelitian ini adalah sebanyak 9 orang siswa.
Adapun yang menjadi sumber data dalam penelitian ini adalah: a. Sumber data primer :
1) Siswa yang berhasil terehabilitasi atau menunjukkan perubahan ke arah yang lebih baik di SMAN 21 Bandung yaitu sebanyak 9 orang.
2) Pembimbing/guru di SMAN 21 Bandung. b. Sumber data sekunder
Adapun yang menjadi data sekunder adalah data-data yang diperoleh dari dokumen atau referensi yang menunjang atas penelitian ini.
5. Jenis Data
Jenis data yang akan di kumpulkan dalam penelitian ini adalah: 1) Bimbingan keagamaan yang ada di SMAN 21 Bandung. 2) Jenis-jenis kenakalan remaja yang ada di SMAN 21 Bandung.
3) Hasil yang telah di capai bimbingan keagamaan dalam mengurangi kecenderungan kenakalan remaja di SMAN 21 Bandung.
6. Teknik Pengumpulan Data 1) Metode Observasi 2) Metode Wawancara 3) Study Dokumentasi 7. Metode Analisis Data
1) Reduksi Data (Data Reduction) 2) Penyajian data (Data Display) 3) Conclusion Drawing / Verivication
BAB II
TINJAUAN TEORITIS BIMBINGAN KEAGAMAAN DAN KENAKALAN REMAJA
A. Bimbingan Keagamaan
1. Pengertian Bimbingan Keagamaan
Bimbingan agama adalah segala kegiatan yang di lakukan oleh seseorang dalam rangka memberikan bantuan kepada orang lain yang mengalami kesulitan-kesulitan rohaniyah dalam lingkungan hidupnya agar supaya orang tersebut mampu mengatasinya sendiri karena timbul kesadaran atau penyerahan diri terhadap kekuasaan Tuhan Y.M.E sehingga timbul pada diri pribadinya satu cahaya harapan kebahagiaan hidup sekarang dan masa depannya (HM. Arifin, 1987: 25)
2. Tujuan dan Kegunaan Bimbingan Keagamaan
Tujuan dan kegunaan bimbingan agama secara umum adalah membantu individu mewujudkan diri sebagai manusia seutuhnya agar mencapai kebahagian hidup di dunia dan di akhirat (Aunur Rohim Faqih, 2001: 35).
3. Dasar-dasar Bimbingan Keagamaan
Dasar adalah fondasi atau landasan berdirinya sesuatu. Ibarat sebuah bangunan rumah, tanpa fondasi maka rumah itu akan mudah runtuh. Untuk mencapai keberhasilan bimbingan sesuai dengan tujuannya, maka dibutuhkan sebuah landasan guna memperkuat dan memperkokoh bimbingan tersebut.
1. Al-Quran
Artinya: Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat
menasehati supaya menetapi kesabaran.
2. Hadits
Agama adalah nasehat
ِنْب ِريِر َج ْنَع ٍوِزا َح يِبَأ ُنْب ُسْيَق يِنَثَّدَح َلاَق َميِعاًَْسِإ ْنَع ىَيْحَي اَنَثَّدَح َلاَق ٌدَّدَسُي اَنَثَّدَح َلاَق ِ َّاللَّ ِدْبَع
ُتْعَياَب
َّسنا ِءاَتيِإَو ِة َلَ َّصنا ِواَقِإ ىَهَع َىَّهَس َو ِهْيَهَع ُ َّاللَّ ىَّهَص ِ َّاللَّ َلوُس َر ٍىِهْسُي ِّمُكِن ِحْصُّنناَو ِةاَك
Artinya: Telah menceritakan kepada kami Musaddad berkata, telah menceritakan kepada kami Yahya dari Isma'il berkata, telah menceritakan kepadaku Qais bin Abu Hazim dari Jarir bin Abdullah berkata: "Aku telah membai'at Rasulullah untuk menegakkan shalat, menunaikan zakat dan menasehati kepada setiap muslim" (Bukhari, Kitab: Iman, Bab : Agama adalah nasehat (loyalitas) kepada Allah,Rasul-Nya dan para pemimpin, No. Hadist : 55).
4. Unsur-unsur Bimbingan Keagamaan
Bimbingan keagamaan terdiri dari beberapa unsur menurut Isep Zaenal Arifin (2009 :52) dalam bukunya “Bimbingan Penyuluhan Islam” meliputi:
a. Konselor atau pembimbing b. Klien atau objek
c. Metode d. Media e. Materi
B. Kenakalan Remaja 1. Pengertian Remaja
Remaja berasal dari kata latin adolesence yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolesence mempunyai arti yang lebih luas lagi yang mencakup kematangan mental, emosional, sosial dan fisik. Remaja sebenarnya tidak mempunyai tempat yang jelas karena tidak termasuk golongan anak tetapi tidak juga golongan dewasa atau tua (Sarwono, 2007: 14).
2. Perkembangan dan Perubahan pada Remaja
Tingkat-tingkat perkembangan dalam masa remaja dapat dibagi-bagi dalam berbagai cara. Salah satu pembagian tahapan perkembangan remaja disampaikan oleh “the American School Counselor (Association ASCA),” yang terdiri atas tahap-tahap sebagai berikut: (1) Remaja Awal, 12-14 tahun; (2) Remaja Pertengahan, 15-16 tahun; (3) Remaja Akhir, 17-19 tahun (Sarlito, 2009: 76).
3. Kenakalan Remaja
Juvenile berasal dari bahasa Latin “juvenilis”, artinya anak-anak, anak muda, ciri karakteristik anak muda dan sifat-sifat khas pada periode remaja (kartini, 1998: 6).
Delinquent berasal dari bahasa Latin “delinquere” yang berarti: terabaikan, mengabaikan, yang kemudian diperluas artinya menjadi jahat, a-sosial, kriminal, pelanggar aturan, pembuat ribut, pengacau, peneror, tidak dapat diperbaiki lagi, durjana, dursila dan lain-lain (Kartini, 1998: 6).
Masih dalam sumber yang sama, Juvenile Delinquency adalah perilaku jahat atau dursila, atau kejahatan/kenakalan anak-anak muda; merupakan gejala sakit (patoligis) secara sosial pada anak-anak dan remaja yang disebabkan oleh
satu bentuk pengabaian sosial, sehingga mereka itu mengembangkan bentuk tingkah laku yang menyimpang.
4. Faktor dan Sebab-sebab Kenakalan Remaja
Adapun faktor dan sebab-sebab kenakalan remaja menurut Sofyan S Willis (2010: 92) dapat dibagi/dikelompokkan pada tempat atau sumber kenakalan yang terjadi, diantaranya:
1. Penyebab Kenakalan Remaja yang Berasal dari Diri Sendiri a. Predisposing Factor
b. Lemahnya Pertahanan Diri
c. Kurang Kemampuan Penyesuaian Diri
d. Kurangnya Dasar-dasar Keimanan di dalam Diri Remaja 2. Penyebab Kenakalan yang Berasal dari Lingkungan Keluarga
a. Anak Kurang Mendapatkan Kasih Sayang dan Perhatian Orang Tua b. Lemahnya Keadaan Ekonomi Orang Tua
c. Kehidupan Keluarga yang tidak Harmonis
3. Penyebab Kenakalan Remaja yang Berasal dari Lingkungan Masyarakat a. Kurangnya Pelaksanaan Ajaran-ajaran Agama secara Konsekuen b. Masyarakat yang Kurang Memperoleh Pendidikan
c. Kurangnya Pengawasa Terhadap Remaja d. Pengaruh Norma-norma Baru dari Luar
BAB III
TINJAUAN EMPIRIS BIMBINGAN KEAGAMAAN DAN KENAKALAN REMAJA
A. Bimbingan Keagamaan di SMAN 21 Bandung 1. Pendekatan Preventif
Pendekatan ini dilakukan dalam upaya pencegahan agar siswa tidak melakukan kenakalan secara berkelanjutan. Adapun upaya yang dilakukan SMAN 21 Bandung, salah satunya menciptakan suasana sekolah yang penuh dengan suasana agamis yaitu dengan adanya program atau sistem bimbingan membaca al-quran yang diterapkan oleh SMAN 21 Bandung. Sistem bimbingan membaca al-quran ini diterapkan atau dilakukan kepada siswa setiap hari senin-jumat dari jam 07.00-07.15 WIB.
Adanya penerapan sistem bimbingan membaca al-quran ini bertujuan agar :
a. Siswa dapat memperkuat keimanan kepada Allah SWT.
b. Siswa dapat menghayati nilai-nilai agama sebagai pedoman dalam berperilaku.
c. Siswa berperilaku atas dasar keputusan yang mempertimbangkan aspek-aspek nilai dan berani menghadapi resiko dsb.
2. Pendekatan Kuratif
Pendekatan yang dilakukan dalam mengurangi kenakalan remaja yang terjadi di SMAN 21 adalah dengan upaya pemberian bimbingan, upaya pemberian bimbingan ini bersifat insidental artinya pembimbing akan
memberikan bimbingan kepada siswa-siswi yang bermasalah dan membutuhkan bantuan.
Terlebih dahulu pembimbing dalam hal ini tidak langsung melakukan bimbingan, tetapi sebelumnya melakukan beberapa prosedur terlebih dahulu, sesuai dengan hasil wawancara yang dilakukan dengan pembimbing, diantaranya adalah:
a. Identifikasi masalah b. Pengumpulan data c. Analisis data d. Diagnosis
e. Prognosis atau Tahap Pemanggilan 3. Pendekatan Kuratif Khusus (Pembinaan)
Pendekatan kuratif khusus atau pembinaan ini menjadi salah satu alternatif pembimbing dalam mengurangi tindak kenakalan remaja atau siswa-siswinya. Adapun pembinaan yang dilakukan di SMAN 21 Bandung adalah sebagai berikut:
a. Mengarahkan atau memasukan siswa kepada organisasi keagamaan seperti IRMA (Ikatan Remaja Masjid), sehingga siswa dapat lebih mempergunakan waktu luangnya dengan kegiatan dan perilaku kepada hal yang positif.
b. Mengarahkan siswa kepada kegiatan sekolah yang disenangi berdasarkan hobi atau kegemarannya.
Upaya pembinaan ini dilakukan agar siswa dapat mempergunakan waktu luangnya untuk kegiatan-kegiatan yang positif, sehingga dengan adanya kegiatan yang dilakukan siswa mampu bertanggungjawab kepada tugas yang diberikannya tersebut.
B. Jenis Kenakalan Remaja di SMAN 21 Bandung
Adapun untuk jenis kenakalan terjadi karena adanya masalah terlebih dahulu, masalah dan jenis kenakalan yang terjadi sejauh ini pada tahun 2012-2013 berdasarkan hasil wawancara dengan pembimbing yang sesuai dengan panduan wawancara nomor delapan (wawancara dilakukan pada tanggal 16 Mei 2013) adalah:
1) Masalah akademis. 2) Masalah dalam belajar. 3) Masalah kedisiplinan. 4) Masalah sosial. 5) Masalah pribadi. 6) Masalah ekonomi.
7) Masalah remaja atau pergaulan bebas.
Adapun faktor yang mendasari mereka melakukan tindak kenakalan menurut hasil wawancara yang dilakukan pada tanggal 21 Mei 2013 adalah:
1) Faktor keluarga 2) Faktor lingkungan 3) Faktor pribadi 4) Faktor teman sebaya
5) Faktor ekonomi 6) Faktor sosial
Jenis-jenis kenakalan yang mereka lakukan dilingkungan sekolah juga berbeda-beda, diantaranya adalah:
1) Mabal sekolah atau bolos sekolah 2) Merokok
3) Tidak mengerjakan tugas 4) Berkelahi dengan teman 5) Pelanggaran disiplin
6) Sikap dan tutur bahasa yang tidak sopan 7) Pacaran yang berlebihan
8) Tidak bersosialisasi dengan baik
C. Hasil yang dicapai Bimbingan Keagamaan dalam Upaya Mengurangi Kenakalan Remaja
Dari data hasil wawancara terhadap siswa bermasalah yang sudah berhasil keluar dari kenakalan yaitu sebanyak sembilan orang dapat simpulkan bahwa:
Mengacu pada pertanyaan wawancara nomor delapan, maka mereka mengatakan bahwa dengan adanya bimbingan keagamaan yang dilakukan, mereka merasakan adanya perubahan ke arah yang lebih baik lagi. Pada dasarnya mereka mengatakan bahwa bimbingan keagamaan itu perlu dilakukan agar kita merasa dekat kepada Allah SWT, sehingga sedapat mungkin tidak melakukan segala sesuatu yang dilarang, baik oleh Allah SWT maupun aturan yang ada di sekolah ataupun masyarakat.
Sebelum diberikan bimbingan mereka merasa tidak tenang, gelisah dan merasa takut, tetapi setelah mengikuti setiap arahan dan bimbingan yang diberikan pembimbing mereka merasakan ketenangan batin, mereka mengaku bahwa hati, perasaan dan pikiran mereka merasa plong dan bebas dari segala permasalahan yang selama ini mereka rasakan. Hal ini terbukti dengan hasil wawancara yang telah dilakukan pada nomor empat belas, lima belas dan dua puluh tiga (wawancara dilakukan terhadap sembilan siswa bermasalah yang telah mengalami perubahan pada tanggal 21-23 mei 2013).
Kesembilan siswa yang telah diwawancai mengatakan bahwa mereka mengalami perubahan setelah dilakukannya bimbingan keagamaan ini, perubahan itu mengacu pada hal-hal yang positif, diantaranya seperti melaksanakan setiap perintah yang diberikan guru, pembimbing maupun aturan sekolah, bahkan yang paling penting mereka mulai meningkatkan pengamalan agama mereka.
Bila melihat data diatas, maka bimbingan keagamaan ini sudah dapat dikatakan berhasil karena siswa yang sudah dikatakan berhasil menujukkan perilaku baik ada 17 orang dan bila di prosentasekan ada 68% siswa yang sudah dikatakan tuntas, dan 8 orang yang masih memerlukan pantauan sehingga bila diprosentasekan ada 32% siswa yang masih sedikit belum menunjukkan tanda kearah kebaikan dan masih memerlukan pantauan.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian dan pembahasan mengenai bimbingan keagamaan dalam upaya mengurangi kenakalan remaja, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Bimbingan keagamaan di SMA Negeri 21 Bandung bila dilihat dari mutu dan pelaksanaannya dapat dikategorikan baik. Ini ditujukan dengan adanya pilihan pendekatan dan metode yang digunakan dalam kegiatan bimbingan keagamaan. Adapun pendekatan bimbingan keagamaan yang digunakan meliputi pendekatan preventif, kuratif dan bahkan kuratif khusus atau pembinaan.
2. Jenis kenakalan remaja di SMA Negeri 21 Bandung cukup bervariasi dari mulai bolos sekolah, terlambat sekolah, merokok, berkelahi, adanya buli diantara teman, tidak mengerjakan tugas, pacaran yang berlebihan dan penggunaan tutur bahasa yang tidak sopan. Dari semua jenis kenakalan remaja yang terjadi, jenis kenakalan remaja yang paling sering terjadi dikalangan siswa-siswi dikarenakan adanya faktor yang mendasarinya, yaitu faktor ikut-ikutan teman, faktor diri sendiri dan faktor keluarga.
3. Hasil bimbingan keagamaan dalam upaya mengurangi kenakalan remaja di SMA Negeri 21 Bandung terbukti dapat mengurangi jumlah kenakalan yang terjadi, dari sembilan siswa yang diwawancarai mengatakan bahwa mereka terbukti mengalami perubahan setelah mengikuti bimbingan keagamaan.
Para siswa memandang perilaku nakal sebagai perilaku yang tidak baik dilakukan oleh siswa, mereka juga merasa bersalah dan menyesal atas tindak kenakalan yang dilakukan, dan mereka berkomitmen untuk tidak mengulagi kenakalan itu kembali, baik dimasa sekarang maupun masa yang akan datang. B. Saran
Berdasarkan hasil temuan tentang bimbingan keagamaan dalam upaya mengurangi kenakalan remaja, ada beberapa yang harus direkomendasikan. Adapun saran yang dapat penulis kemukakan adalah sebagai berikut:
1. Guru atau pembimbing keagamaan, supaya lebih optimal lagi dalam melaksanakan bimbingan keagamaan yang dilakukan, lebih mengatur lagi mengenai waktu pelaksanaan bimbingan agar tidak mengganggu kegiatan belajar siswa, dan memberikan pemahaman kepada siswa mengenai fungsi bimbingan sehingga siswa mengetahui fungsi bimbingan dan langsung menghadap bila memiliki permasalahan tertentu tanpa harus melakukan tindak kenakalan terlebih dahulu.
2. Peneliti lebih lanjut, mengingat keterbatasan peneliti baik dari segi kemampuan maupun waktu, maka penelitian ini masih membahas mengenai kulit luarnya saja, maka dari itu harus dilakukan penelitian lebih mendalam dan menyeluruh lagi sampai diperoleh hasil yang maksimal mengenai bimbingan keagamaan dalam upaya mengurangi kenakalan remaja yang dilakukan di SMA Negeri 21 Bandung.