• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sifat Fisika dan Kimia Tanah Pada Tanah Supresive Terhadap Keberadaan Ganoderma Boninensis Pada Kelapa Sawit

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Sifat Fisika dan Kimia Tanah Pada Tanah Supresive Terhadap Keberadaan Ganoderma Boninensis Pada Kelapa Sawit"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN PUSTAKA

Penyakit Busuk Pangkal Batang (BPB)

Dewasa ini, penyakit busuk pangkal batang (basal stem rot) adalahpenyakit yang terpenting dalam perkebunan kelapa sawit di Indonesia. Arti dari penyakit ini makin lama makin meningkat. Pertama karena adanya usaha besar-besaran untuk memperluas kebun kelapa sawit di Indonesia. Kedua, dari generasi ke generasi persentase tanaman sakit makin meningkat. Kelapa sawit generasi kedua akan mendapat serangan yang lebih berat dari busuk pangkal batang, kalau dulu dianggap sebagai penyakit kebun tua, sekarang penyakit ini terdapat juga di kebun yang masih muda (Semangun, 2000).

G. boninense yang menyerang tanaman kelapa sawit berdasarkan ciri-ciri fenotipik (morfologi) mempunyai morfologi basidiokarp yang beragam. Umumnya basidiokarp yang banyak ditemukan adalah sessile, yaitu basidiokarp tidak bertangkai, tubuh buah langsung menyatu dengan pangkal batang kelapa sawit. Ganoderma juga memiliki tepi tubuh buah (basidiokarp) yang beragam, yaitu halus, bergelombang, dan kasar. Umumnya Ganoderma yang ditemukan memiliki tepi tubuh buah (basidiokarp) yaitu tepi tubuh buah halus, tidak bergelombang Permukaan bawah basidiokarpa berwarna putih gelap (Wicaksono et al., 2011).

(2)

Basidiospora Ganoderma adalah uniselular, haploid, berbentuk ellipsoid, bujur atau truncate. Pencirian Ganoderma yang menyerang pohon kelapa sawit yaitu massa spora yang dikutip kelihatan kekuningan. Panjang basidiospora adalah 7.1-13.8 μm dan lebar 4.8 –8.3 μm. Basidiospora yang haploid dihasilkan oleh basidium. Basidiospora bercambah menjadi miselium manokarion (Jing, 2007).

Gejala Penyakit

Gejala awal penyakit busuk pangkal batang sulit dideteksikarena perkembangannya yang sangat lambat dandikarenakan gejala eksternal berbedadengan gejala internal. Sangat mudahuntuk mengidentifikasi gejala di tanamandewasa atau saat telah membentuk tubuh buah, akibatnya penyakit menjadi lebihsulit untuk dikendalikan. Gejala utama penyakitG. boninese adalah terhambatnyapertumbuhan, warna daun menjadi hijaupucat dan busuk pada batang tanaman.Pada tanaman belum menghasilkan, gejala awal ditandai dengan menguningnya tanaman atau daun bagian bawah yang diikutidengan nekrosis yang menyebar ke seluruhdaun. Pada tanaman dewasa, semuapelepah menjadi pucat, semua daun danpelepah mengering, daun tombak tidakmembuka (terjadinya akumulasi daun tombak) serta kematian tanaman (Susanto, 2011).

(3)

Penyakit busuk pangkal batang dapat diketahui dari mahkota pohon,pohon yang sakit mempunyai janur (daun yang belum membuka, spear leave) lebih banyak dari pada biasa. Daun berwarna hijau pucat. Daun – daun yang tua layu, patah pada pelepahnya dan menggantung disekitar batang. Meskipun mudah dilihat, namun sebenarnya gejala sebenarnya gejala tersebut bukan gejala yang khas dari penyakit busuk pangkal batang, karena gejala seperti ini dapat juga disebabkan oleh gangguan lain yang menyebabkan terhambatnya pengangkutan air dan hara tanaman ke mahkota (Semangun, 2000).

Secara mikroskopik, gejala internaldari akar yang terserang G. boninese samadengan batang yang terinfeksi. Jaringankorteks dari akar yang terinfeksi berubahmenjadi berwarna coklat sampai putih. Pada serangan lanjut, jaringan korteksmenjadi rapuh dan mudah hancur. Jaringanstele pada akar yang terinfeksi menjadi berwarna hitam padaserangan berat. Hifa pada umumnya berada pada jaringan korteks,endodermis, perisel, xilem dan floem.Tanda lain dari penyakit ialah munculnyatubuh buah atau basidiokarp pada pangkal batang kelapa sawit (Susanto, 2011).

Patogen Penyebab Penyakit

(4)

Penyebab penyakit BPB adalah patogen cendawan dari genus Ganoderma yang pertama kali diungkapkan pada tahun 1915 di Republik Kongo, Afrika Barat. Penyebab BPB pada kelapa sawit berbeda untuk setiap negara. Di Afrika Selatan BPB disebabkan oleh G. lucidum Karst. sedangkan di Nigeria disebabkan oleh G. zonatum, G. encidum, G. colossus, dan G. applanatum. Di Malaysia, 4 spesies teridentifikasi sebagai penyebab busuk pangkal batang yaitu G. boninense, G. miniatocinctum, G. zonatum dan G. tornatum. Cendawan G. boninense yang paling sering ditemukan sedangkan G. tornatum hanya ditemukan tumbuh di pedalaman dan dataran tinggi dengan curah hujan tinggi. Di Indonesia, G. boninense teridentifikasi sebagai spesies yang paling umum menyerang kelapa sawit (Abadi, 1987).

Ganoderma boninense adalah kelompok cendawan busuk putih (white rot fungi), cendawan ini bersifat lignolitik. Oleh sebab itu, cendawan ini mempunyai aktivitas yang lebih tinggi dalam mendegradasi lignin dibandingkan kelompok lain. Komponen penyusun dinding sel tanaman adalah lignin, selulosa, dan hemiselulosa. Selulosa merupakan bagian terbesar yang terdapat dalam dinding sel tanaman, yaitu berkisar antara 39-55 persen, kemudian lignin 18-33 persen, dan hemiselulosa 21-24 persen (Martawijaya et al., 2005).

Siklus Penyakit

(5)

dilaporkan bahwa pada tanah yang relatif miskin unsur hara cenderungmempunyai kejadian penyakityang lebih besar (Susanto, 2011).

Di Indonesia tingkat kejadian penyakit BPB awalnya rendah pada tanaman kelapa sawit muda hingga berusia 12 tahun, semakin tua kejadian penyakit dapat meningkat sebesar 40% (Ariffin et al., 2000). Pada lahan dengan peremajaan keempat, penyebab BPB bisa menyerang tanaman kelapa sawit berumur 1 hingga 2 tahun (Sinaga et al., 2003).

Pengendalian

Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menanggulangi penyakitini diantaranya adalah dengan cara membersihkan seluruh sisa – sisa tanaman yang terdapat di lahan, karena hal ini dapat menjadi sumber inokulum. Tunggul – tunggul dan gumpalan akar sekitar tunggul digali, untuk dikumpulkan dan dibakar. Juga dianjurkan agar batang – batang pohon tua dipotong – potong, dikumpulkan, ditumpuk dengan baik, untuk akhirnya tumpukan itu dibakar. Apabila pembakaran tidak memungkinkan untuk dilakukan, batang – batang ditumpuk diantara barisan transplanting, dibiarkan membusuk dan ditutupi oleh tanaman penutup tanah kacangan yang mejalar (legume creeping crover) (Semangun, 2000).

(6)

dengan cara membongkar tanah dan memusnahkan tunggul-tunggul serta akar-akar tanaman terinfeksi kemudian dibakar-akar (Lizarmi, 2011 ).

Secara kultur teknis, pengendalian penyakit selain dengan menanamvarietas tahan, yang tak kalah pentingnya adalah perawatan tanaman, seperti pemupukan yang berimbang. Dengan pemupukan ini diharapkan dapat meningkatkan ketahanan tanaman terhadap serangan penyakit, karena tanaman dalam keadaan yang sehat akan meningkatkan daya tahan tanaman, sehingga tanaman dapat memberikan perlawanan terhadap patogen yang menyerang. Secara hayati, pengendalian yang dapat dilakukan adalah dengan memberikan mikroorganisme antagonis pada tempat infeksi sebelum atau sesudah terjadinya infeksi.Beberapa jamur yang mempunyai daya antagonis terhadap Ganoderma boninense adalah Trichoderma koningii, T. harzianum, T. viridae,Gliocladium sp, dan Penicillium citrinum dan juga dapat dengan memanfaatkan mikoriza. Banyak akar tumbuhan membentuk hubungan simbiosis dengan jenis tertentu dari jamur Zygomycetes, Ascomycetes dan Basidiomycetes. Mikorizamengkolonisasi akar secara interseluler (ektomikoriza) atau secara intraseluler(endomikoriza). Diharapkan dengan pemberian mikoriza pada saat pembibitan, maka tanaman akan lebih tahan terhadap serangan Ganoderma. Selain sebagai biokontrol, mikoriza juga berfungsi sebagai perangsang penyerapan hara dan meningkatkan transportasi air pada tumbuhan, selanjutnya akan meningkatkan pertumbuhan dan hasil tumbuhan (Agrios, 1996).

Tanah Supresif

(7)

patogen, tanaman inang dan kondisi lingkungan sesuai untuk perkembangan penyakit. Hal-hal yang dapat mendorong supresifitas tanah, yaitu (1) patogen tidak terus menerus berada di tanah, (2) patogen dijumpai terus menerus namun hanya mengakibatkan sedikit kerusakan atau bahkan tidak menyebabkan kerusakan sama sekali atau (3) patogen berada di tanah secara terus menerus dan mengakibatkan penyakit selama beberapa saat namun selang beberapa waktu patogen tersebut menjadi kurang penting meskipun tetap berada di tanah.

Berdasarkan definisi di atas, maka tanah supresif dapat dikenali melalui insidensi penyakit yang tetap rendah meskipun tanaman inang merupakan tanaman rentan dan keadaan lingkungan mendukung berkembangnya penyakit. Tanah supresif terhadap penyakit dibedakan dengan tanah supresif terhadap patogen karena inokulum tetap dijumpai pada tanah supresif terhadap penyakit namun tidak mampu menginduksi terjadinya penyakit. Sementara itu pada tanah supresif terhadap patogen, inokulum patogen tidak ditemukan, karena rusak atau tidak mampu bertahan di tanah (Alabouvette, 1999).

Sifat Fisika dan Kimia Tanah

(8)

Ke-16 unsur hara tersebut dapat dibedakan menjadi hara makro dan hara mikro, hara makro adalah unsur hara yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah yang banyak, sedangkan unsur hara mikro adalah unsur hara yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah yang sedikit, kalau banyak dapat menjadi racun bagi tanaman. Unsur hara makro terdiri dari : C, H, O, N, P, K, Ca, Mg, dan S. Unsur hara mikro terdiri dari : Fe, Mn, B, Cu, Zn, Cl dan Mo. Unsur-unsur hara tersebut

tersebut ada yang berasal dari tanah dan ada yang berasa dari udara (Efendi, 2006).

Tekstur adalah perbandingan fraksi pasir, debu, dan liat dalam massa tanah yangditentukan dilaboratorium. Definisi dari Tekstur tanah adalah susunan relatif dari tiga ukuran zarah tanah, yaitu: pasir berukuran 2mm –50μm, debu berukuran

50 –2μm, dan liat berukuran < 2μm (Soil Survey Staff, 1998). Terdapat 12 kelas

(9)

Tekstur tanah merupakan salah satu sifat tanah yang sangat menentukan kemampuan tanah untuk menunjang pertumbuhan tanaman. Tekstur tanah yang berbeda akan mempengaruhi kemampuan tanah menyimpan dan menghantarkan air, menyimpan dan menyediakan hara tanaman yang berbeda pula (Soil Survey Staff, 1998). Tanah bertekstur pasir yaitu tanah dengan kandungan pasir > 70 %, prositasnya rendah (<40%), sebagian ruang pori berukuran besar sehingga airasi nya baik, daya hantar air cepat, tetapi kemampuan menyimpan zat hara rendah. Tanah pasir juga disebut tanah ringan. Tanah disebut bertekstur berliat jika liatnya > 35 % kemampuan menyimpan air dan hara tanaman tinggi. Air yang ada diserap dengan energi yang tinggi, sehingga liat sulit dilepaskan terutama bila kering sehingga kurang tersedia untuk tanaman. Tanah liat disebut juga disebut tanah berat. Tanah berlempung, merupakan tanah dengan proporsi pasir, debu, dan liat sedemikian rupa sehingga sifatnya berada diantara tanah berpasir dan berliat. Jadi aerasi dan tata udara serta udara cukup baik, kemampuan menyimpan dan menyediakan air untuk tanaman tinggi (Islami dan Utomo, 1995).

Hubungan Unsur Hara dengan Ketahanan Tumbuhan

(10)

menghambat maserasi dan membatasi patogen sehingga menyebabkan luka dengan ukuran terbatas (Agrios, 1996).

Efek dari nutrisi tanaman menekan kejadian penyakit oleh patogen tular tanah sudah banyak dilaporkan.kejadian beberapa penyakit kortikal dan akar berkurang oleh NO−3N dan ditingkatkan oleh NH−4Ntapi respon dari segimitigasi dari semua penyakit dievaluasi tidak konsisten. Dilaporkan dalam ambang N yang tinggi, dapat meningkatkan busuk pada umbi di tanaman gladiol yang disebabkan oleh Fusarium oxysporum f. sp. gladioli (Ben-Yephet, et al., 2006).

Nutrisi pada inang secara luas mempengaruhi penyakit bagi tanaman.Dilaporkan dalam ambang N yang tinggi, dapat menurunkan keparahn dari penyakit hawar daun pada Philodendron selloum yang disebabkan oleh Erwinia chrysanthemi (McGovern et al. 1985).

Kemungkinan pada perlakuan nitrogen 400 ppm, Ca(NO3)2 yang tereduksi

Gambar

Gambar 1. Tubuh Buah Ganoderma boninense(Susanto, 2011)
Gambar 2. Gejala umum kelapa sawit yang terserang Ganoderma boninense (Susanto, 2011)
Gambar 3. Segitiga Usda

Referensi

Dokumen terkait

Pemantapan kapasitas dilakukan dengan mendudukkan kembali peran, dan tugas-tugas dari masing-masing lembaga desa, terkait dengan mitigasi bencana puso. Kepala Desa

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkah dan AnugerahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “ Gambaran

Hasil Uji Mann - Whitney perbedaan pertumbuhan kultur bakteri Mycobacterium tuberculosis metode media kultur bifasik agar – darah dengan media Lowenstein –

Dengan tidak adanya kesediaan untuk mempelajari informasi karir secara mernadai; 2) malas/tidak membicarakan karir dengan orang dewasa; 3) malas/tidak mengikuti pendidikart

Status gizi anak usia sekolah, salah satu indikatornya stunting dapat... Menurut Onyango et

Regulasi diri yang t idak baik pada anak usia dini akan berdampak pada perilakunya yang menyim pang .M eminim alisasi dampak yang t erjadipada akibat regulasi

We noted with appreciation the ongoing efforts in promoting complementarities between the ASEAN Community Vision 2025 and the United Nations 2030 Agenda for Sustainable

Uji keabsahan data dalam penelitian ini menggunakan uji kredibilitas ( credibility ). Dalam hal ini peneliti akan memberikan data yang telah ditranskripkan untuk