• Tidak ada hasil yang ditemukan

Uji Patogenitas Biofungisida (Promax) Berbahan Aktif Bacillus chitinosporus Terhadap Penyakit Busuk Pangkal Batang (Ganoderma boninense Pat.) di Laboratorium

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Uji Patogenitas Biofungisida (Promax) Berbahan Aktif Bacillus chitinosporus Terhadap Penyakit Busuk Pangkal Batang (Ganoderma boninense Pat.) di Laboratorium"

Copied!
58
0
0

Teks penuh

(1)

UJI PATOGENITAS BIOFUNGISIDA (PROMAX) DENGAN

BAHAN AKTIF

Bacillus chitinosporus

TERHADAP PENYAKIT

BUSUK PANGKAL BATANG (

Ganoderma boninense

Pat.

)

DI LABORATORIUM

SKRIPSI

OLEH :

LOLY VIA ANGGITTA P. 070302038

HPT

DEPARTEMEN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

UJI PATOGENITAS BIOFUNGISIDA (PROMAX) DENGAN

BAHAN AKTIF

Bacillus chitinosporus

TERHADAP PENYAKIT

BUSUK PANGKAL BATANG (

Ganoderma boninense

Pat.

)

DI LABORATORIUM

SKRIPSI

OLEH :

LOLY VIA ANGGITTA P. 070302038

HPT

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Memperoleh Gelar Sarjana Di Departemen Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara, Medan.

Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing

(Ir. Syahrial Oemry, MS) (Ir. Fatimah Zahara) Ketua Anggota

DEPARTEMEN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

ABSTRACT

Loly Via Anggitta Pakpahan, "Test of the Pathogenical Biofungicide (Promax) with activated material Bacillus chitinosporus against Basal Stem Rot Disease (Ganoderma boninense Pat.) in the Laboratory", under the guidance of Syahrial Oemry and Fatimah Zahara. This study aims to test the pathogenicity of Biofungicide (Promax) with activated material B. chitinosporus to Basal Stem Rot Disease (G. boninese Pat.) in the laboratory. This study used a complete randomized design (CRD) nonfactorial with six treatments and four replications of P0 (control), P1, P2, P3, P4, P5 (applied Biofungisida (Promax) activated material B. chitinosporus each 5 ml, 10 ml, 15 ml, 20 ml and 25 ml per 100 ml of PDA media).

(4)

ABSTRAK

  Loly Via Anggitta Pakpahan, “Uji Patogenitas Biofungisida (Promax) Berbahan Aktif Bacillus chitinosporus Terhadap Penyakit Busuk Pangkal Batang (Ganoderma boninense Pat.) di Laboratorium”, dibawah bimbingan Syahrial Oemry dan Fatimah Zahara. Penelitian ini bertujuan untuk menguji patogenitas dari Biofungisida Bahan Aktif B. chitinosporus terhadap Penyakit Busuk Pangkal Batang (G. boninese Pat.) di laboratorium. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) nonfaktorial dengan enam perlakuan dan empat ulangan yaitu P0 (kontrol), P1, P2, P3, P4, P5 (diaplikasikan Biofungisida

(Promax) berbahan aktif Bakteri B. chitinosporus masing-masing 5 ml, 10 ml, 15 ml, 20 ml, dan 25 ml per 100 ml media PDA).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa aplikasi Biofungisida Promax berbahan aktif B. chitinosporus berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan miselium dalam setiap pengamatan dimana daya efikasi terhadap jamur

(5)

RIWAYAT HIDUP

Loly Via Anggitta Pakpahan lahir pada tanggal 31 Oktober 1989 di Rambung Sialang Estate dari Ayahanda Alm. Samson Pakpahan dan Ibunda Syahdwina Br. Marpaung. Penulis merupakan anak ke dua dari tiga bersaudara. Pendidikan formal yang pernah ditempuh penulis yaitu :

- Tahun 2001 lulus dari Sekolah Dasar (SD) Negeri 102024 di Rambung Sialang Estate.

- Tahun 2004 lulus dari Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) Negeri 04 Rambung Sialang Estate.

- Tahun 2007 lulus dari Sekolah Menengah Atas (SMA) Swasta Harapan Mandiri Medan.

- Tahun 2007 lulus dan diterima di Departemen Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara melalui jalur SPMB.

Pengalaman Kegiatan Akademis

1. Tahun 2007 - 2011 menjadi anggota Komunitas Muslim (KOMUS) HPT Universitas Sumatera Utara.

2. Tahun 2007 - 2011 menjadi anggota Ikatan Mahasiswa Perlindungan Tanaman (IMAPTAN).

3. Tahun 2008 mengikuti seminar Peringatan 100 Tahun Kebangkitan Nasional FP USU ’’Motivation Training’’

(6)
(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat dan rahmatnya penulis dapat menyelesaikan penelitian ini dengan baik dan tepat pada waktunya.

Adapun judul dari penelitian ini adalah “Uji Patogenitas Biofungisida (Promax) Berbahan Aktif Bacillus chitinosporus Terhadap Penyakit Busuk

Pangkal Batang (Ganoderma boninense Pat.) di Laboratorium”. Yang merupakan salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Ir. Syahrial Oemry, MS selaku Ketua Pembimbing dan Ibu Ir. Fatimah Zahara selaku Anggota yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan penelitian dan skripsi ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Ayahanda alm. Samson Pakpahan dan Ibunda Syahdwina Br. Marpaung atas kelimpahan kasih sayang, kakak dan adikku tersayang sebagai motivator terbaik.

Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan, maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan penelitian dan skripsi ini di masa mendatang.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah banyak membantu.

Medan , 10 Juli 2011

(8)

DAFTAR ISI

ABSTRACT ………. i

ABSTRAK ………..………. ii

RIWAYAT HIDUP ………. iii

KATA PENGANTAR …... v

DAFTAR ISI ………... vi

DAFTAR TABEL ……….………. viii

DAFTAR GAMBAR …….………. ix

DAFTAR LAMPIRAN ………. x

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian …... 6

Hipotesa Penelitian ..……… 6

Kegunaan Penelitian ... 6

TINJAUAN PUSTAKA Biologi Penyebab Penyakit …....………. 7

Daur Hidup Penyakit ……….. 9

Gejala Serangan ……….. 9

Faktor Yang Mempengaruhi ……….…….. 11

Pengendalian ……….……….………. 12

Biofungisida Bahan Aktif Bacillus chitinosporus ………… 13

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ……….. 16

Bahan dan Alat ……… 16

Metode Penelitian ……….... 16

Pelaksaan Penelitian ………. 18

Pembuatan Potato Dekstrose Agar (PDA) ……… 18

Penyediaan Sumber Inokulum ……….. 18

Pengaplikasian Biofungisida ………. 19

PeubahAmatan ……….. 20

Luas Pertumbuhan Miselium Jamur ……….. 20

(9)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Luas Pertumbuhan Miselium Jamur G. boninense Pat. ………... 22 Persentase Zona Penghambat Pertumbuhan Miselium Jamur…… 24 Morfologi dan Warna Koloni Jamur dan Bakteri ……… 27

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan ……… 29

Saran ……… 29

DAFTAR PUSTAKA

(10)

DAFTAR TABEL

No Judul Hlm

1. Beda Uji Rataan Luas Pertumbuhan Jamur

G. boninense Pat. (Cm2) ……… 22

2. Uji Beda Rataan Persentase Zona Penghambatan Pertumbuhan Miselium Jamur G. boninense Pat. (%) ………. 25 3. Morfologi dan warna koloni jamur G. boninense Pat. dan

(11)

DAFTAR GAMBAR

No Judul Hlm

1. Miselium Jamur G. boninense Pat.……….. 7 2. Gejala serangan jamur pada tanaman berumur 4 tahun

dan 9 tahun ……….... 10 3. Bakteri B. chitinosporus ………. 13 4. Tubuh Buah G. boninense Pat. ………... 19 5. Biakkan murni G. boninense Pat. dan Miselium

G. boninense Pat. ………... 19 6. Planimeter ………. 20 7. Diagram garis luas pertumbuhan jamur G. boninense Pat. pada

Setiap waktu pengamatan ………..………… 23 8. Diagram garis pengaruh inokulasi Biofungisida berbahan aktif

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

No Judul Hlm

1. Bagan Penelitian ………... 32 2. Lampiran 2. Data Luas Pertumbuhan Jamur G. boninense Pat.

Hari 1 (Cm ²) ………... 33 3. Lampiran 3. Data Luas Pertumbuhan Jamur G. boninense Pat.

Hari 2 (Cm ²) ……… 34 4. Lampiran 4. Data Luas Pertumbuhan Jamur G. boninense Pat.

Hari 3 (Cm ²) ……… 35 5. Lampiran 5. Data Luas Pertumbuhan Jamur G. boninense Pat.

Hari 4 (Cm ²) ……… 36 6. Lampiran 6. Data Luas Pertumbuhan Jamur G. boninense Pat.

Hari 5 (Cm ²) ………... 37 7. Lampiran 7. Data Luas Pertumbuhan Jamur G. boninense Pat.

Hari 6 (Cm ²) ………... 38 8. Lampiran 8. Data Persentase Penghambatan Terhadap G. boninense Pat.

Hari Ke-1 (%) ………... 39 9. Lampiran 9. Data Persentase Penghambatan Terhadap G. boninense Pat.

Hari Ke-2 (%) ………... 40 10. Lampiran 10. Data Persentase Penghambatan Terhadap G. boninense Pat.

Hari Ke-3 (%) ………... 41 11. Lampiran 11. Data Persentase Penghambatan Terhadap G. boninense Pat.

Hari Ke-4 (%) ………... 42 12. Lampiran 12. Data Persentase Penghambatan Terhadap G. boninense Pat.

Hari Ke-5 (%) ………... 43 13. Lampiran 12. Data Persentase Penghambatan Terhadap G. boninense Pat.

(13)

ABSTRACT

Loly Via Anggitta Pakpahan, "Test of the Pathogenical Biofungicide (Promax) with activated material Bacillus chitinosporus against Basal Stem Rot Disease (Ganoderma boninense Pat.) in the Laboratory", under the guidance of Syahrial Oemry and Fatimah Zahara. This study aims to test the pathogenicity of Biofungicide (Promax) with activated material B. chitinosporus to Basal Stem Rot Disease (G. boninese Pat.) in the laboratory. This study used a complete randomized design (CRD) nonfactorial with six treatments and four replications of P0 (control), P1, P2, P3, P4, P5 (applied Biofungisida (Promax) activated material B. chitinosporus each 5 ml, 10 ml, 15 ml, 20 ml and 25 ml per 100 ml of PDA media).

(14)

ABSTRAK

  Loly Via Anggitta Pakpahan, “Uji Patogenitas Biofungisida (Promax) Berbahan Aktif Bacillus chitinosporus Terhadap Penyakit Busuk Pangkal Batang (Ganoderma boninense Pat.) di Laboratorium”, dibawah bimbingan Syahrial Oemry dan Fatimah Zahara. Penelitian ini bertujuan untuk menguji patogenitas dari Biofungisida Bahan Aktif B. chitinosporus terhadap Penyakit Busuk Pangkal Batang (G. boninese Pat.) di laboratorium. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) nonfaktorial dengan enam perlakuan dan empat ulangan yaitu P0 (kontrol), P1, P2, P3, P4, P5 (diaplikasikan Biofungisida

(Promax) berbahan aktif Bakteri B. chitinosporus masing-masing 5 ml, 10 ml, 15 ml, 20 ml, dan 25 ml per 100 ml media PDA).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa aplikasi Biofungisida Promax berbahan aktif B. chitinosporus berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan miselium dalam setiap pengamatan dimana daya efikasi terhadap jamur

(15)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) berasal dari Afrika dan Amerika Selatan, tepatnya Brasilia. Di Brasilia tanaman ini dapat ditemukan tumbuh secara liar disepanjang tepi sungai. Namun sekarang kelapa sawit diusahakan secara komersial di Asia Tenggara, Pasifik Selatan, serta beberapa daerah lain dalam skala yang lebih kecil. Kelapa sawit termasuk dalam subfamily Cocoideae dan merupakan tanaman asli Amerika Selatan (Pohan, 2006).

Bagi Indonesia, tanaman kelapa sawit memiliki arti penting bagi pembangunan perkebunan nasional. Selain mampu menciptakan kesempatan kerja yang mengarah pada kesejahteraan masyarakat, juga sebagai sumber perolehan devisa negara. Kelapa sawit merupakan tanaman dengan nilai ekonomis yang cukup tinggi karena merupakan salah satu tanaman penghasil minyak nabati. Saat ini, Indonesia merupakan salah satu produsen utama minyak sawit dunia selain Malaysia dan Nigeria (Fauzi et all., 2002).

(16)

2

tanaman kelapa sawit adalah 5,3–6,1 ton minyak/Ha/tahun (Hadi, 2004).

Luas areal kelapa sawit di Indonesia saat ini diperkirakan 4 juta hektar dengan produksi Crude Palm Oil (CPO) sebanyak 9 juta ton/tahun. Pada dekade ini, perkelapa sawitan Indonesia memasuki babak baru yaitu sebagian besar akan memasuki generasi dua. Alasan perkebunan melakukan replanting adalah produktifitas tanaman kelapa sawit yang sudah turun akibat serangan dari hama dan penyakit maupun umur tanaman yang sudah tua. Saat ini ada sejumlah kebun sawit melakukan replanting karena serangan G. boninense Pat. Replanting

umumnya dilakukan pada kelapa sawit umur 15-17 tahun dengan serangan ≥50% (Susanto & Yasin, 2003).

(17)

3

BPB ini sudah banyak terjadi di luar ke tiga provinsi ini namun belum dilaporkan. (Lizarmi, 2011). 

Weber (1973) menyatakan bahwa G. lucidum dan G. sulcatum merupakan salah satu penyakit dari kelas Basidiomycetes yang mampu menyebabkan kematian pada tanaman karena mampu mengganggu fungsi metabolisme tanaman. Sudharto et all (2011) menyatakan bahwa penyakit BPB pada tanaman kelapa sawit umumnya disebabkan oleh jamur G. boninense Pat. Jamur G. boninense

bersifat saprofitik (dapat hidup pada sisa tanaman) dan akan berubah menjadi patogenik bila bertemu dengan akar tanaman kelapa sawit yang tumbuh di dekatnya. BPB dapat menyerang tanaman mulai dari bibit hingga tanaman tua, tetapi gejala penyakit biasanya baru terlihat setelah bibit kelapa sawit ditanam di kebun.

Fenomena serangan Ganoderma harusnya menjadi peringatan bagi pekebun kelapa sawit di daerah seluruh Indonesia yang umumnya masih merupakan kebun penanaman pertama sehingga serangan Ganoderma belum merugikan (Hadiwiyono, 1996).

(18)

4

lebih berat pada generasi ketiga dan keempat. Insiden penyakit di tanaman belum menghasilkan pada generasi pertama, kedua, ketiga dan keempat berturut-turut adalah 0, 4, 7 dan 11%. Sedangkan insiden penyakit di tanaman menghasilkan pada generasi pertama, kedua dan ketiga secara berturut-turut adalah 17, 18 dan 75%. Tingginya insiden penyakit menyebabkan banyak pekebun lebih cepat melakukan tanam ulang (TU) walaupun tanaman masih berusia 17 tahun (tanaman sehat masih produktif hingga berusia 25-30 tahun) (Klinik Sawit, 2011).

Ganoderma tergolong pada kelompok jamur yang lemah. Serangan jamur Ganoderama pada kelapa sawit menjadi dominan karena terjadi ketidakseimbangan agroekosistem di perkebunan kelapa sawit dan tidak adanya jamur kompetitor dalam tanah, akibat menurunnya unsur hara organik dalam tanah, umur tanaman, dan aplikasi herbisida yang tidak bijaksana. Idris & Ariffin (2003) menyatakan bahwa G. boninese Pat. telah menyerang kelapa sawit sejak mula diusahakan di negara ini tetapi pada ketika itu ia tidak dianggap sebagai ancaman serius karena hanya menyerang pohon yang tua (melebihi 25 tahun). Namun, pada masa ini penyakit BPB menjadi bertambah serius dibanding dulu karena telah menunjukkan ancamannya terhadap pohon yang berusia kurang dari dua tahun seperti yang telah dilaporkan pada tahun 1990.

(19)

5

berbeda dengan gejala internal. Sangat mudah untuk mengidentifikasi gejala di tanaman dewasa atau saat telah membentuk tubuh buah, konsekuensinya, penyakit jadi lebih sulit dikendalikan. Hingga saat ini penyakit ini masih menjadi momok bagi para pekebun sawit, karena masih minimnya penanggulangan yang dilakukan pihak perkebunan dalam mengendalikan penyakit ini.

Upaya yang dilakukan dalam mengendalikan dan mengurangi penyebaran penyakit G. boninense Pat. pada sawit antara lain dengan mengidentifikasi pada pertanaman yang diduga terserang penyakit tersebut, secara cepat para pekebun melakukan eradikasi tanaman dan memberikan biofungisida atau agen pengendali hayati (Trichoderma spp.) (Direktorat Perlindungan Perkebunan, 2011).  

Tidak dapat disangkal lagi bahwa konsep penggunaan pupuk dan pestisida yang telah diterapkan pertanian modern telah menimbulkan berbagai efek terhadap lingkungan, pengguna itu sendiri, dan terhadap makhluk hidup lainnya . Menurut Hasanuddin (2011) ada beberapa mikroba antagonis yang sangat berpotensial dikembangkan sebagai agen pengendali hayati. Bakteri dilaporkan bisa menekan pertumbuhan patogen dalam tanah secara alamiah, beberapa genus yang banyak mendapat perhatian yaitu Agrobacterium, Bacillus, dan

Pseudomonas.

(20)

6

Bakteri antagonis Bacillus pada umumnya tedapat di dalam tanah mempunyai mekanisme antagonis berupa antibiosis. Contoh B. subtilis, B. cereus,

B. penetrans, yang merupakan salah satu pengendali hayati pada beberapa kelompok nematoda dan jamur patogen (Abadi, 2003; Atlas & Bartha, 1981).

Dari hasil pengujian efektivitas biofungisida bahan aktif Bacillus sp. pada JAP yang dilakukan di laboratorium disimpulkan bahwa biofungisida formulasi ini memiliki daya hambat yang tinggi terhadap pertumbuhan jamur dengan kisaran persentase penghambatan hingga 90,1 % (Karyudi, 2011)

Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui pengaruh pemberian Biofungisida (Promax) berbahan aktif B. chitinosporus dalam menekan pertumbuhan jamur Busuk Pangkal Batang (G. boninense Pat.) di Laboratorium.

Hipotesa Penelitian

Diduga Biofungisida (Promax) berbahan aktif B. chitinosporus mampu menghambat pertumbuhan jamur Busuk Pangkal Batang (G. boninense Pat.) di laboratorium.

Kegunaan Penelitian

1. Sebagai salah satu syarat untuk dapat mendapatkan gelar Sarjana di Departemen Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

(21)

TINJAUAN PUSTAKA

Biologi Penyebab Penyakit

Menurut Agrios (1996) taksonomi penyakit busuk pangkal batang yaitu: Kingdom : Fungi

Phylum : Basidiomycota Class : Basidiomycetes Subclass : Agaricomycetidae Order : Polyporales Family : Ganodermataceae Genus : Ganoderma Species : G. Boninense Pat.

Miselium

Gambar 1. Miselium Jamur G. boninense Pat.

Sumber : Foto langsung

(22)

8

berwarna putih seperti kapas dan pada umur 8 hari atau lebih, maka biakkan mengalami perubahan warna menjadi kuning kecoklatan pada bagian tengahnya (Abadi, 1987).

Basidiospora tidak mempunyai kemampuan parasitik yang cukup tetapi mempunyai kemampuan saprofitik untuk mengkoloni substrat dan membangun inokulum yang berpotensi untuk menginfeksi tanaman sehat. Cara penularan utama yang terjadi di lapangan adalah melalui kontak akar pada tanaman sakit (Turner, 1981; Hashim, 1993).

Sejumlah faktor lingkungan telah dilaporkan memiliki pengaruh terhadap perkembangan penyakit busuk pangkal batang. Kondisi yang melemahkan tanaman dapat mempredisposisi infeksi. Tekstur tanah pesisir yang liat, kadar Na dan Mg yang tinggi dan kekurangan hara tertentu dapat meningkatkan insiden di lapangan (Turner, 1981).

Di Indonesia, G. boninense Pat. dapat tumbuh pada pH 3-8.5 dengan temperatur optimal 30oC dan terganggu pertumbuhannya pada suhu 15oC dan 35oC, dan tidak dapat tumbuh pada suhu 40oC. Penyebab busuk pangkal batang pada kelapa sawit berbeda di tiap negara. Di Afrika Selatan, busuk pangkal batang disebabkan oleh G. lucidum Karst. sedangkan di Nigeria disebabkan oleh jamur

(23)

9

Daur Hidup Penyakit

Penyakit menyebar ke tanaman sehat bila akar tanaman bersinggungan dengan tunggul-tunggul pohon yang sakit. Laju infeksi G. boninense akan semakin cepat ketika populasi sumber penyakit (inokulum) semakin banyak diareal perkebunan kelapa sawit. Hal ini akan mengancam kelangsungan hidup tanaman kelapa sawit muda yang baru saja ditanam (Lizarmi, 2011).

Jamur jenis G. boninense penyebab busuk pangkal batang kelapa sawit dapat menyerang 44 jenis tanaman yang termasuk ke dalam 34 marga, antara lain kelapa, pinang, dan nibung. Meskipun demikian yang memegang peranan paling penting sebagai sumber infeksi bagi tanaman kelapa sawit adalah tunggul-tunggul kelapa dan kelapa sawit itu sendiri. Agar dapat menginfeksi akar tanaman sehat, jamur harus memiliki bekal makanan (food base) yang cukup. Jaringan batang yang sakit dapat menjadi sumber infeksi yang lebih baik daripada jaringan akar yang sakit, sedangkan adanya luka pada akar dapat meningkatkan infeksi di lapangan (Semangun, 2000).

Gejala Serangan

 

Gejala ditandai dengan mati dan mengeringnya tanaman dapat terjadi bersamaan dengan adanya serangan rayap. Dapat diasumsikan jika gejala pada daun terlihat, maka setengah batang kelapa sawit telah hancur oleh G. boninense

(24)

10

dengan busuk pangkal batang muncul. Dalam jaringan yang busuk, luka terlihat dari area berwarna coklat muda diikuti dengan area gelap seperti bayangan pita, yang umumnya disebut zona reaksi resin (Semangun, 1990).

Secara mikroskopik, pada jaringan korteks dari akar yang terinfeksi berubah menjadi coklat sampai putih. Pada serangan lanjutan, jaringan korteks menjadi rapuh dan mudah hancur. Jaringan stele akar terinfeksi menjadi hitam pada serangan berat. Hifa umumnya berada pada jaringan korteks, endodermis, perisel, xilem dan floem. Klamidospora sering dibentuk untuk bertahan hidup pada kondisi ekstrim. Bila tanaman sawit sudah terserang berat, tubuh buah jamur akan muncul pada bagian pangkal batang.

G. boninense Pat. akan terbentuk pada pangkal batang atau akar sakit didekat batang. Tanaman mati dalam 6-12 bulan setelah terlihat gejala awal pada daun, dan banyak tanaman sakit tumbang sebelum badan buah jamur terbentuk terutama pada tanaman muda dengan generasi tanaman yang lebih besar, misalnya pada pertanaman sawit generasi ketiga dan keempat (Susanto, dkk, 2007).

   

A B

Gambar 2. Gejala serangan jamur pada tanaman berumur 4 tahun (A) dan pada tanaman berumur 9 tahun (B)

(25)

11

Faktor Yang Mempengaruhi

Saat ini, pertumbuhan penyakit G. boninense Pat. di perkebunan kelapa sawit terutama dipicu oleh generasi perkebunan. Semakin tinggi generasi perkebunan, semakin parah serangan penyakit hingga menyerang tanaman belum menghasilkan. Pada perkebunan kelapa sawit di lahan gambut, perkembangan infeksi G. boninense Pat. cenderung meningkat, disebabkan oleh mekanisme pemencaran melalui basidiospora. Penyakit busuk pangkal batang terutama menyebar melalui kontak akar dari tanaman sehat dengan sumber inokulum yang dapat berupa akar atau batang sakit. Selain batang kelapa sawit, akar yang terinfeksi merupakan inokulum utama penyakit G. boninense Pat. pada kelapa sawit. Mekanisme infeksi didukung oleh pola persebaran penyakit yang mengelompok (Idris, 2008).

(26)

12

Pengendalian Penyakit

Hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan menghasilkan strategi pengendalian penyakit BPB yang paling menjanjikan yaitu dengan menerapkan pengendalian terpadu yang merupakan kombinasi dari pengendalian hayati yaitu perlakuan bibit dengan jamur antagonis (Trichoderma spp. dan Gliocladium spp.) dan Mikoriza, pemanfaatan tanaman yang toleran terhadap serangan Ganoderma, pembuatan parit isolasi untuk tanaman terinfeksi, dan pemusnahan inokulum dengan cara membongkar tanah dan memusnahkan tunggul-tunggul serta akar-akar tanaman terinfeksi kemudian dibakar-akar (Lizarmi, 2011 ).

(27)

13

Biofungisida berbahan aktif B. chitinosporus

Menurut Weber (1973) taksonomi bakteri B. chitinosporus yaitu: Kingdom : Eubacteria

Phylum : Firmicutes Class : Bacilli Ordo : Bacillales Family : Bacillaceae Genus : Bacillus

Spesies : B. chitinosporus

Dinding sel Bakteri

Gambar 3. Bakteri B. chitinosporus

Sumber : www.mpob.gov.my

Sejumlah bakteri saprofitik gram negatif seperti Bacillus, Lactobacillus,

(28)

14 Mikroba penghasil bahan fungisida merupakan kelompok bakteri seperti pada genus Bacillus dan Pseudomonas, serta dari golongan jamur yang umum dikenal seperti Tricoderma. Sekitar 8 spesies Bacillus yang telah dan sedang diteliti kemampuannya dalam menghasilkan biofungisida tengah dikembangkan. Secara fungsional, isolat tersebut mampu menghambat pertumbuhan jamur patogen tanaman. Biofungisida yang berasal dari kelompok bakteri dari golongan

Bacillus menghasilkan produk metabolit seperti alboleutin, bacillomycin, botricin, chlorotetain, fengycin, mycosubtilin, dan iturin yang diduga berperan dalam faktor penghambat patogen (Yuliar, 2009).

Bacillus chitinosporus merupakan salah satu bakteri yang memproduksi metabolit enzim chitinase yang mampu menghancurkan, mengurai dan mencerna zat kitin yang terdapat pada sel telur nematoda, kulit serangga, larva dan pupa serangga. Hal ini juga yang diduga mampu mengendalikan jamur dari golongan basidiomycetes (Sudharto, dkk, 2011).

Bakteri yang ditumbuhkan di laboratorium dalam sebuah larutan yang terdiri dari air, nutrien, dan sumber energi atau medium kultur yang padat dengan penambahan agar yang disebut biakkan, kebanyakan bakteri tidak mencerna agar, namun mencerna gelatin (Elrod and Stansfield, 2006).

(29)

15 berhenti (Agrios, 1996).

Mikroba yang digunakan sebagai agen biokontrol, ternyata diduga juga mempunyai kemampuan dalam memacu pertumbuhan tanaman dan berfungsi dapat melarutkan fosfat sebagai hara yang diperlukan tanaman. Pada penelitian sebelumnya, penggunaan agen biokontrol Bacillus sp. dapat menghambat serangan penyakit layu pada tomat sekitar 30-70%. Keampuhan penggunaan bakteri B. panthoteinticus dan B. brevis yang digunakan sebagai inokulan tunggal yang berfungsi menekan bakteri penyakit layu (Rhizoctonia solani) dan sekaligus mampu meningkatkan pertumbuhan tanaman (Yuliar, 2009).

Mekanisme penghambatan agens biokontrol Bacillus sp. berbeda dengan spesies cendawan yang umum digunakan sebagai agen biokontrol patogen

Ganoderma spp. Penghambatan tidak melalui hiperparasitik, tetapi melalui antibiosis dengan mengeluarkan antibiotik. Hifa G. boninense Pat. yang mengalami kontak langsung dengan antibiotik akan mengalami kerusakan dan membran hifa menjadi pecah sehingga tidak menjadi silindris lagi serta cairan sel akan keluar sehingga mengakibatkan kematian pada patogen (Susanto, dkk, 2002)

(30)

mengendalikan penyakit dan meningkatkan pertumbuhan tanaman.

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Percobaan

Adapun percobaan ini dilakukan di Laboratorium Penyakit Departemen Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan pada ketinggian tempat ± 25 m dpl dan percobaan ini dilakukan dari bulan Mei 2011 hingga Juni 2011.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan adalah biakkan murni Jamur Busuk Pangkal Batang (G. boninense Pat.), media Potato Agar Dekstrose (PDA), Biofungisida (Promax) berbahan aktif B. chitinopsorus, alkohol, Clorox 1%, tissue, dan air.

Alat yang digunakan adalah cawan petri Ø 9 cm, inkubator, autoclave, jarum ose, gelas ukur, planimeter, tabung reaksi, cork border, cling wrap, kertas stensil, aluminium foil, hotplate, tabung erlemeyer, kapas, pinset, panci, laminar air flow, mikroskop photo, plastik, timbangan analitik, bunsen, pipet tetes, kompor, dan alat tulis.

Metode Percobaan

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) non faktorial dengan faktor sebagai berikut:

(31)

16 P2 = perlakuan biofungisida dengan dosis 10 ml/100 ml media

P3 = perlakuan biofungisida dengan dosis 15 ml/100 ml media P4 = perlakuan biofungisida dengan dosis 20 ml/100 ml media P5 = perlakuan biofungisida dengan dosis 25 ml/100 ml media Jumlah perlakuan (t) = 6

Jumlah ulangan (r) = 4

Jumlah ulangan diperoleh dengan rumus sebagai berikut : (t-1) (r-1) ≥ 15

( 6 -1) (r-1) ≥ 15 5 r – 5 ≥ 15 5 r ≥ 15 + 5 r ≥ 20 : 5

r ≥ 4

Model linier yang digunakan adalah :

Yij = π + τi + ßj + €ij

Yij = respon atau nilai pengamatan dari perlakuan ke-I dan ulangan ke-j π = nilai tengah umum (rataan)

τi = pengaruh (efek)perlakuan ke-i

ßj = pengaruh (efek)perlakuan ke-j

(32)

17

Pelaksanaan penelitian

1. Pembuatan Potato Dekstrose Agar (PDA)

Kentang dikupas dan dicuci bersih lalu ditimbang sebanyak 250 gr, dipotong dengan ukuran kecil, kemudian dimasak dengan aquades 500 ml pada panci selama 3 menit. Kemudian ekstrak disaring dengan kain muslin hingga volume mencapai 500 ml. Tambahkan dekstrose dan agar masing-masing sebanyak 20 gr. Aduk didalam beaker glass hingga merata, kemudian tambahkan aquades sebanyak 500 ml. aduk diatas panci hingga larutan homogen. Masukkan kedalam Erlenmeyer masing-masing 250 ml. Tutup dengan kapas steril dan aluminium foil, kemudian dibalut dengan cling wrap. Kemudian dimasukkan kedalam autoclave untuk disterilkan selama 30 menit dengan suhu 120 oC pada tekanan 1,5 atm.

2. Penyediaan Sumber Inokulum BPB (G. boninense Pat.)

Sumber inokulum diambil dari tanaman kelapa sawit yang terserang jamur

(33)
[image:33.595.224.402.81.231.2]

18

Gambar 4. Tubuh Buah G. boninense Pat. Sumber : Foto langsung

Tubuh buah yang telah disterilkan di inokulasi ke dalam petridish yang telah berisi media PDA. Simpan media PDA tersebut dalam inkubator dengan suhu kamar. Setelah miselium jamur tumbuh, isolasi kembali untuk mendapatkan biakkan murni.

Miselium

A B

Gambar 5. Biakkan murni G. boninense Pat. (A), dan Miselium G. boninense Pat. (B) Sumber : Foto langsung

3. Pengaplikasian Biofungisida berbahan aktif Bacillus sp.

[image:33.595.174.521.354.508.2]
(34)

19

Peubah Amatan

1. Luas Pertumbuhan Miselium Jamur

Pengamatan luas pertumbuhan koloni jamur G. boninense Pat. dilakukan 1 hari setelah perlakuan biofungisida Pengamatan dilakukan setiap hari dan dihentikan apabila salah satu koloni jamur pada perlakuan kontrol mulai menutupi seluruh permukaan media. Untuk menghitung luas pertumbuhan jamur dapat dilakukan dengan menggunakan bantuan alat yaitu planimeter yang berfungsi untuk menghitung luas miselium jamur.

Cara penggunaan planimeter yaitu dengan menggambar luas pertumbuhan jamur pada plastik transparan. Setelah didapat pola, dibuat garis pembatas sebagai titik awal pola. Kemudian titik awal pada pola di sejajarkan dengan garis pada lensa planimeter. Putar sesuai dengan arah jarum jam mengikuti pola yang sudah tersedia. Kemudian catat angka yang terlihat pada alat pengukur planimeter.

Gambar 6. Planimeter Sumber : Foto langsung

2. Daya efikasi

(35)

20

DE = x – y x 100 % x

Keterangan :

DE = Daya efikasi (penghambatan) (%)

x = Luas pertumbuhan jamur pada kontrol (Cm2)

y = Luas pertumbuhan jamur pada perlakuan biofungisida (Cm2)

3. Pengamatan Secara Visual

Pengamatan dilakukan berupa morfologi koloni dan warna koloni pada media biakkan pada jamur G. boninense Pat. dan bakteri B. chitinosporus. Diamati pertumbuhan koloni sejak hari ke-1 setelah aplikasi.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

(36)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Luas Pertumbuhan Miselium Jamur G. boninense Pat.

Hasil analisis statistik menggunakan sidik ragam dan uji jarak Duncan pada taraf 1% menunjukkan bahwa pertumbuhan miselium jamur G. boninense

[image:36.595.133.496.336.470.2]

pada hari 1-6 Hsi (Hari Setelah Inokulasi) menunjukkan hasil yang sangat berbeda nyata. Hal ini menunjukkan bahwa perlakuan Biofungisida Promax mempunyai potensi dalam menghambat pertumbuhan jamur G. boninense Pat.

Tabel 1. Beda Uji Rataan Luas Pertumbuhan Jamur G. boninense Pat. (Cm2) Hari Pengamatan (Hsi)

Perlakuan

1 Hsi 2 Hsi 3 Hsi 4 Hsi 5 Hsi 6 Hsi

P0 5,49A 9,57A 21,49A 43,65A 57,43A 63,25A

P1 3,65B 4,61B 9,42B 15,60B 18,65B 20,35B

P2 2,86C 3,35C 5,33C 7,83C 8,69C 9,05C

P3 1,82D 2,09D 2,61D 3,22D 3,26D 3,38D

P4 0,70E 0,80E 1,53E 2,10E 2,10E 2,10E

P5 0,50F 0,65F 0,80F 0,99F 1,08F 1,10F Ket : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama dan pada kolom yang sama tidak berbeda

nyata pada taraf 1 % uji jarak Duncan

Dari data di atas dapat dilihat bahwa luas pertumbuhan jamur G. boninense Pat. dapat terlihat perbedaan yang cukup besar antara perlakuan Kontrol dengan perlakuan Biofungisida (Promax) berbahan aktif B. chitinosporus

dengan dosis masing-masing 5, 10, 15, 20, dan 25 ml/100 ml media.

(37)

22

menghasilkan senyawa berupa enzim kitinase yang mampu menekan pertumbuhan patogen jamur G. boninense Pat. Hal ini sesuai dengan literatur Sudharto et all (2011) yang menyatakan bahwa bakteri B. chitinosporous

merupakan salah satu bakteri yang memproduksi metabolit enzim kitinase yang mampu menghancurkan, mengurai dan mencerna zat kitin yang terdapat pada sel telur nematoda, kulit serangga, larva, pupa serangga, dan jamur golongan Basidiomycetes. Susanto et all (2002) menyatakan bahwa Bacillus sp. mampu mengeluarkan enzim kitinase yang mampu mendregadasi dinding sel patogen yaitu enzim kitinase dan glukanase. Kitin dan glukan merupakan komponen utama dinding sel hampir semua jenis cendawan. Kandungan kitin pada cendawan bervariasi dari 4-9 % berat kering. Pada Ganoderma spp. Kandungan kitin sebesar 2,4 % dari total berat kering.

[image:37.595.130.495.492.717.2]

Beda rataan luas pertumbuhan jamur G. boninense Pat. (cm2) akibat perlakuan inokulasi Biofungisida Promax pada setiap waktu pengamatan dapat dilihat pada diagram garis 1.

(38)

23

Dari diagram garis diatas dapat diketahui bahwa luas pertumbuhan miselium jamur G. boninense Pat. pada perlakuan P0 sama sekali tidak memiliki hambatan, namun pada perlakuan P3, P4, dan P5 dengan dosis Biofungisida Promax masing-masing sebanyak 15, 20, dan 25 ml/100 ml media PDA, luas pertumbuhan jamur pada awal inokulasi cenderung mendatar jika dibandingkan dengan perlakuan kontrol (P0). Hal ini menunjukkan bahwa bakteri

B. chitinosporus mampu berkembang biak dengan cepat pada awal inokulasi, sehingga menghambat luas pertumbuhan jamur. Hal ini dikarenakan, semakin banyak dosis yang diberikan, maka akan semakin banyak populasi bakteri yang terkandung pada media, maka akan semakin efektif dalam menghambat pertumbuhan jamur, namun semakin lama efektivitasnya akan berkurang karena keterbatasan sumber bahan makanan yang menyebabkan penurunan daya hambat. Agrios (1996) menyatakan bahwa bakteri berkembang biak dengan kecepatan yang luar biasa. Dibawah kondisi yang menguntungkan bakteri membelah setiap 20 menit. Dengan kecepatan yang demikian satu bakteri akan menghasilkan satu juta bakteri dalam 10 jam. Tetapi karena keterbatasan ketersediaan bahan makanan, akumulasi buangan metabolik dan faktor pembatas lainnya, maka laju reproduksi bakteri akan menurun dan akhirnya berhenti.

Persentase Zona Penghambat Pertumbuhan Miselium Jamur

G. boninense Pat. (%)

Data persentase zona penghambatan Biofungisida Promax terhadap jamur

(39)
[image:39.595.131.492.113.237.2]

24

Tabel 2. Uji Beda Rataan Persentase Zona Penghambat Pertumbuhan Miselium Jamur G. boninense Pat. (%)

Hari Pengamatan (Hsi) Perlakuan

1 Hsi 2 Hsi 3 Hsi 4 Hsi 5 Hsi 6 Hsi

P0 0,00E 0,00E 0,00F 0,00AF 0,00F 0,00F

P1 32,82D 50,91D 56,14E 64,25BE 67,52E 67,76E

P2 47,61C 64,33C 75,16D 82,06CD 84,88D 85,66D

P3 66,69B 77,70B 87,80C 92,62C 94,32C 94,64C

P4 87,18A 91,48A 92,86B 95,19B 96,34B 96,67B

P5 90,84A 93,08A 96,27A 97,73A 98,12A 98,26A Ket : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama dan pada kolom yang sama tidak berbeda

nyata pada taraf 1 % uji jarak Duncan

Dari tabel 2 dapat diketahui bahwa aplikasi Biofungisida Promax mampu menghambat pertumbuhan miselium jamur G. boninense Pat., dimana persentase zona penghambat terbesar terdapat pada perlakuan P5 (dosis 25 ml/100 ml media) yaitu sebesar 98,26% dan persentase zona penghambat terkecil terdapat pada perlakuan P1 (dosis 5 ml/100 ml media) yaitu sebesar 67,76%. Hal ini menunjukkan bahwa Biofungisida Promax mampu menekan pertumbuhan dari patogen G. boninense Pat. Ini sesuai dengan pengujian yang pernah dilakukan Karyudi (2011), menunjukkan efektivitas biofungisida bahan aktif Bacillus sp. pada JAP yang dilakukan di laboratorium disimpulkan bahwa biofungisida memiliki daya hambat yang tinggi terhadap pertumbuhan jamur dengan persentase penghambatan hingga 90,1 %.

(40)

25

dengan antibiotik akan mengalami kerusakan dan membran hifa menjadi pecah sehingga tidak menjadi silindris lagi serta cairan sel akan keluar sehingga mengakibatkan kematian pada patogen.

Beda rataan daya hambat pertumbuhan jamur G. boninense Pat. (cm2) karena perlakuan inokulasi Biofungisida (Promax) berbahan aktif B. chitinosporus

[image:40.595.131.492.246.447.2]

pada setiap waktupengamatan dapat dilihat pada diagram garis berikut ini.

Gambar 8: Diagram garis pengaruh inokulasi Biofungisida berbahan aktif B. chitinosporus pada setiap waktu pengamatan.

Dari diagram diatas diketahui bahwa pada saat 2-3 Hsi merupakan waktu yang paling optimal dalam menghambat pertumbuhan miselium jamur. Hal ini menunjukkan pertumbuhan bakteri yang cepat mampu menghambat pertumbuhan jamur. Literatur Abadi (2003); Atlas & Bartha (1981) yang menyatakan bahwa bakteri antagonis Bacillus sp. mempunyai mekanisme antagonis berupa antibiosis, dan merupakan salah satu pengendali hayati pada kelompok nematoda dan jamur patogen. Susanto et all (2002) menyatakan bahwa mekanisme penghambatan bakteri Bacillus sp. melalui antibiosis dengan mengeluarkan antibiotik berupa

(41)

Morfologi dan Warna Koloni Jamur dan Bakteri Pada Media Biakkan

Hasil pengamatan visual dari jamur G. boninense Pat. dan bakteri

B. chitinosporus pada media biakkan PDA, diperoleh morfologi dan warna koloni yang yang tertera pada tabel berikut :

No Hal yang diamati Keterangan

Nama

mikroorganisme G. boninense Pat.

Keterangan Bentuk dan Warna Koloni

Pada media PDA, miselium awalnya berwana putih, lama kelamaan berwarna putih kecoklatan. Pada gambar mikroskopik tampak miselium tidak bersekat. Bentuk Koloni membulat dengan berpusat pada titik tumbuh awal.

[image:41.595.99.521.201.678.2]

1.

Gambar

       

Biakkan berumur 6 hari Miselium Nama

Mikroorganisme Bakteri B. chitinosporus

Keterangan Bentuk dan Warna Koloni

Berwarna putih kekuningan dan mengeluarkan bau yang khas. Pada media PDA, bakteri muncul pada 4 hsi dan tumbuh secara berkoloni. Koloni pada PDA memiliki warna putih. Bentuk koloni membulat dan menyebar di seluruh petridish.

[image:41.595.242.515.335.457.2]

2.

Gambar

         

Koloni bakteri Gambar Mikroskopik 26

(42)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Inokulasi Biofungisida Promax berbahan aktif B. chitinosporus pada biakkan jamur G. boninense Pat. efektif dalam menekan pertumbuhan miselium G. boninense Pat. di laboratorium.

2. Persentase zona hambatan terbesar terdapat pada perlakuan P5 (6 Hsi) sebesar 98,26 dan perlakuan yang tidak memiliki zona hambatan yaitu perlakuan Kontrol (P0).

3. Luas pertumbuhan jamur yang paling besar terdapat pada perlakuan kontrol (hari ke-6) sebesar 63,25 cm2, sedangkan luas pertumbuhan jamur yang paling kecil terdapat pada perlakuan P5 (hari ke-6) sebesar 1,10 cm2.

4. Mekanisme penghambatan jamur G. boninense Pat. dengan mengeluarkan enzim kitinase yang mampu mendregadasi dinding sel patogen sehingga menyebabkan kematian pada sel patogen.

5. Biofungisida (Promax) berbahan aktif B. chitinosporus memiliki ciri antara lain yaitu berupa warna sedikit kekuningan dan mengeluarkan bau yang khas.

Saran

(43)

DAFTAR PUSTAKA

Abadi, A.L. 1987. Biologi Ganoderma boninense Pat. Pada Kelapa Sawit (Elaesis guinensis Jacq.) dan Pengaruh Beberapa Mikroba Tanah Antagonistik Terhadap Pertumbuhannya. Disertasi. IPB. Bogor. 147p.

. 2003. Ilmu Penyakit Tumbuhan. Bayumedia Publishing, Malang. 35-40p.

Agrios, G.N. 1996. Ilmu Penyakit Tumbuhan. Edisi Ketiga. Penerjemah Busnia, M. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. 467-468p.

Atlas, R.M. & R. Bartha. 1981. Microbial Ecology, Fundamentals and Applications. Addison-Wesley Publishing Company, Phillipines.

Bangun, M.K. 1991. Perancangan Percobaan. Fakultas Pertanian. Universitas Sumatera Utara Press, Medan. 44p.

Direktorat Perlindungan Perkebunan. 2011. Komisi Perlindungan Tanaman Bahas Strategi Pengendalian OPT Perkebunan. Direktorat Jenderal Perkebunan. Jakarta.

Elrod, S. & W. Stansfield. 2006. Penerjemah Damaring, T. W. ed. A. Safitri. Schaum’s Outlines : Teori dan Soal-Soal Genetika. Edisi keempat. Erlangga, Jakarta.

Fauzi, Y. Widyastuti, Y.E. Imam S. & Rudi H. 2002. Kelapa Sawit. Edisi Revisi. Penebar Swadaya, Jakarta.

Hadi, M.M. 2004. Teknik Berkebun Kelapa Sawit. Penerbit Adi Cipta, Yogyakarta. 111-113p.

Idris, A.S. & Ariffin, D. 2003. Ganoderma : Penyakit Reput Pangkal Batang dan Kawalannya. Unit Pembangunan Pekebun Kecil dan Pemindahan Teknologi, Bahagian Biologi, Malaysian Palm Oil Board (MPOB), Bangi. Jing, C.J. 2007. Kepatogenan Ganoderma Boninense Pada Kelapa Sawit Dan

Hubungan Biologinya Dengan Ganoderma spp. Daripada Perumah Palma Lain. Pusat Pengajian Sains Patologi Tumbuhan, Malaysia. 13-40p.

(44)

29

Lizarmi, E. 2011. Ancaman Penyakit Busuk Pangkal Batang Pada Tanaman Kelapa Sawit. Komisi Perlindungan Tanaman Bahas Strategi Pengendalian OPT Perkebunan. Direktorat Jenderal Perkebunan. Jakarta.

Pohan, I. 2006. Panduan Lengkap Kelapa Sawit. Manajemen Agribisnis dari Hulu hingga Hilir. Penebar Swadaya, Jakarta.

Sudharto, Agus S., Rolletha Y.P., & Bambang. 2011.Teknologi Pengendalian Hama dan Penyakit pada Kelapa Sawit. Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Medan. 15-17p.

Susanto, A., Sudharto, P. S., & Daisy T. 2002. Hiperparasitisme Beberapa Agens Biokontrol Terhadap G. boninense Penyebab Penyakit Busuk Pangkal Batang Kelapa Sawit. Jurnal Penelitian Kelapa Sawit. Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Medan. 10:2. 63-69p.

Susanto, A., Sudharto, P. S., & Daisy T. 2002. Aktivitas Enzim Kitinase dan Glukanase Agens Biokontrol Terhadap Ganoderma boninense. Jurnal Penelitian Kelapa Sawit. Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Medan. 10:2. 51-61p.

Susanto, A. & Agus, E.P. 2008. Menangani Penyakit Mematikan (G. Boninense) Pada Perkebunan Kelapa Sawit. Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Medan. Susanto, A. & Yasin, H., 2003. Teknik Replanting Kelapa Sawit Yang Aman

Terhadap Penyakit Ganoderma dan Oryctes rhinoceros. Warta. Vol. 11:1. 1-3p.

Susanto, A., Rolletha Y.P., Agus E.P., Ahmad P.D., & Azhar F.L. 2007. Hasil Penelitian Proteksi Tanaman Tahun 2007. Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Medan. 1-2p.

Suyatno, R. 1994. Kelapa Sawit: Upaya Meningkatkan Produktivitas. Kanisius. Yogyakarta. 109-115p.

Semangun. H. 2000. Penyakit-Penyakit Tanaman Perkebunan Di Indonesia. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. 150-161p.

Turner, P.D. 1981. Oil palm diseases and disorders. Oxford University Press. Oxford. 280 p.

Weber, G.F. 1973. Bacterial And Fungal Diseases Of Plants In The Tropics. University Of Florida Press. Gainesvile. 372-383p.

 

(45)

30

Lampiran 1

Bagan Penelitian

I II III IV

P4

P0

P1

P5

P1

P3

P4

P0

P3

P1

P2

P4

P0

P4

P5

P3

P5

P2

P3

P1

P2

P5

P0

P2

P0 = Kontrol

(46)

31

Lampiran 2. Data Luas Pertumbuhan Jamur G. boninense Hari 1 (Cm ²)

Ulangan Perlakuan

I II III IV Total Rataan

P0 5,87 5,59 5,60 4,88 21,94 5,49

P1 3,41 3,23 3,98 3,99 14,61 3,65

P2 2,83 2,99 2,70 2,91 11,43 2,86

P3 1,83 1,80 1,79 1,85 7,27 1,82

P4 0,70 0,70 0,70 0,70 2,80 0,70

P5 0,50 0,50 0,50 0,50 2,00 0,50

Total 15,14 14,81 15,27 14,83 60,05

Rataan 2,52 2,47 2,55 2,47 2,50

Transformasi data Arc Sin √X

Ulangan Perlakuan

I II III IV Total Rataan

P0 14,02 13,68 13,69 12,76 54,15 13,54

P1 10,64 10,35 11,51 11,52 44,03 11,01

P2 9,68 9,96 9,46 9,82 38,92 9,73

P3 7,77 7,71 7,69 7,82 30,99 7,75

P4 4,80 4,80 4,80 4,80 19,20 4,80

P5 4,05 4,05 4,05 4,05 16,22 4,05

Total 50,98 50,55 51,20 50,78 203,50

Rataan 8,50 8,43 8,53 8,46 8,48

Daftar Sidik Ragam

SK db JK KT F hitung 0,05 0,01 Perlakuan 5 268,74 53,75 460,56 ** 2,77 4,25

Galat 18 2,10 0,12

Total 23 270,84

FK 1725,55 Ket : ** = Sangat nyata

KK 0,17

Uji Jarak Duncan

SY 0,17

P 2 3 4 5 6 7

SSR 0.01 4,07 4,27 4,38 4,46 4,53 4,59 LSR 0.01 0,70 0,73 0,75 0,76 0,77 0,78

Perlakuan P5 P4 P3 P2 P1 P0

Rataan 4,05 4,80 7,75 9,73 11,01 13,54

3,36 4,07 7,00 8,97 10,23 12,75

∙A 

·B

∙C ∙D

∙E

(47)

32

Lampiran 3. Data Luas Pertumbuhan Jamur G. boninense Hari 2 (Cm ²)

Ulangan Perlakuan

I II III IV Total Rataan

P0 9,80 9,40 9,50 8,90 28,70 9,57

P1 4,60 4,40 4,71 4,72 18,43 4,61

P2 3,34 3,20 3,56 3,30 13,40 3,35

P3 2,10 2,02 2,10 2,15 8,37 2,09

P4 0,80 0,80 0,80 0,80 3,20 0,80

P5 0,65 0,65 0,65 0,65 2,60 0,65

Total 21,29 20,47 21,32 20,52 74,70

Rataan 3,55 3,41 3,55 3,42 3,51

Transformasi data Arc Sin √X

Ulangan Perlakuan

I II III IV Total Rataan

P0 17,36 17,85 17,95 18,24 71,41 17,85

P1 12,38 12,11 12,53 12,55 49,58 12,39

P2 10,53 10,30 10,88 10,47 42,18 10,54

P3 8,33 8,17 8,33 8,43 33,27 8,32

P4 5,13 5,13 5,13 5,13 20,53 5,13

P5 4,62 4,62 4,62 4,62 18,50 4,62

Total 58,36 58,19 59,45 59,44 235,45

Rataan 9,73 9,70 9,91 9,91 9,81

Daftar Sidik Ragam

SK db JK KT F hitung 0,05 0,01 Perlakuan 5 491,57 98,31 2387,57 ** 2,77 4,25

Galat 18 0,74 0,04

Total 23 492,31

FK 2309,86 Ket : ** = Sangat nyata

KK 0,14

Uji Jarak Duncan

SY 0,10

P 2 3 4 5 6 7

SSR 0.01 4,07 4,27 4,38 4,46 4,53 4,59 LSR 0.01 0,41 0,43 0,44 0,45 0,46 0,47

Perlakuan P5 P4 P3 P2 P1 P0

Rataan 4,62 5,13 8,32 10,54 12,39 17,85

4,21 4,70 7,87 10,09 11,93 17,39

(48)

33

Lampiran 4. Data Luas Pertumbuhan Jamur G. boninense Hari 3 (Cm ²)

Ulangan Perlakuan

I II III IV Total Rataan

P0 20,00 22,34 21,20 22,40 85,94 21,49

P1 8,89 9,50 9,50 9,78 37,67 9,42

P2 5,30 5,24 5,46 5,30 21,30 5,33

P3 2,68 2,48 2,68 2,61 10,45 2,61

P4 1,50 1,46 1,72 1,44 6,12 1,53

P5 0,80 0,80 0,80 0,80 3,20 0,80

Total 39,17 41,82 41,36 42,33 164,68

Rataan 6,53 6,97 6,89 7,06 6,86

Transformasi data Arc Sin √X

Ulangan Perlakuan

I II III IV Total Rataan

P0 26,57 28,21 27,42 28,25 110,43 27,61

P1 17,35 17,95 17,95 18,22 71,48 17,87

P2 13,31 13,23 13,51 13,31 53,37 13,34

P3 9,42 9,06 9,42 9,30 37,20 9,30

P4 7,03 6,94 7,54 6,89 28,40 7,10

P5 5,13 5,13 5,13 5,13 20,53 5,13

Total 78,81 80,52 80,97 81,10 321,41 Rataan 13,14 13,42 13,49 13,52 13,39

Daftar Sidik Ragam

SK db JK KT F hitung 0,05 0,01 Perlakuan 5 1386,85 277,37 1850,46 ** 2,77 4,25

Galat 18 2,70 0,15

Total 23 1389,55

FK 4304,26 Ket : ** = Sangat nyata

KK 0,09

Uji Jarak Duncan

SY 0,19

P 2 3 4 5 6 7

SSR 0.01 4,07 4,27 4,38 4,46 4,53 4,59 LSR 0.01 0,79 0,83 0,85 0,86 0,88 0,89

Perlakuan P5 P4 P3 P2 P1 P0

Rataan 5,13 7,10 9,30 13,34 17,87 27,61

4,34 6,27 8,45 12,48 16,99 26,72

∙A  ·B

(49)

∙E

·F

34

Lampiran 5. Data Luas Pertumbuhan Jamur G. boninense Hari 4 (Cm ²)

Ulangan Perlakuan

I II III IV Total Rataan

P0 44,60 43,20 44,00 42,80 174,60 43,65

P1 15,50 15,60 15,50 15,80 62,40 15,60

P2 7,70 7,82 7,90 7,90 31,32 7,83

P3 3,22 3,20 3,26 3,20 12,88 3,22

P4 2,10 2,10 2,10 2,10 8,40 2,10

P5 0,98 0,99 0,99 1,00 3,96 0,99

Total 74,10 72,91 73,75 72,80 293,56

Rataan 12,35 12,15 12,29 12,13 12,23

Transformasi data Arc Sin √X

Ulangan Perlakuan

I II III IV Total Rataan

P0 41,90 41,09 41,55 40,86 165,41 41,35

P1 23,18 23,26 23,18 23,42 93,06 23,26

P2 16,11 16,24 16,32 16,32 65,00 16,25

P3 10,34 10,30 10,40 10,30 41,35 10,34

P4 8,33 8,33 8,33 8,33 33,33 8,33

P5 5,68 5,71 5,71 5,74 22,84 5,71

Total 105,55 104,94 105,51 104,98 420,98

Rataan 17,59 17,49 17,58 17,50 17,54

Daftar Sidik Ragam

SK db JK KT F hitung 0,05 0,01 Perlakuan 5 3512,08 702,42 17405,72 ** 2,77 4,25

Galat 18 0,73 0,04

Total 23 3512,81

FK 7384,27 Ket : ** = Sangat nyata

KK 0,06

Uji Jarak Duncan

SY 0,10

P 2 3 4 5 6 7

SSR 0.01 4,07 4,27 4,38 4,46 4,53 4,59 LSR 0.01 0,41 0,43 0,44 0,45 0,46 0,46

Perlakuan P5 P4 P3 P2 P1 P0

Rataan 5,71 8,33 10,34 16,25 23,26 41,35

5,30 7,90 9,90 15,80 22,81 40,89

∙A 

·B

(50)

·E

·F

35

Lampiran 6. Data Luas Pertumbuhan Jamur G. boninense Hari 5 (Cm ²)

Ulangan Perlakuan

I II III IV Total Rataan

P0 57,80 57,10 58,40 56,40 229,70 57,43

P1 18,80 18,60 18,60 18,60 74,60 18,65

P2 8,80 8,60 8,90 8,44 34,74 8,69

P3 3,12 3,11 3,11 3,70 13,04 3,26

P4 2,10 2,10 2,10 2,10 8,40 2,10

P5 1,00 1,10 1,10 1,11 4,31 1,08

Total 91,62 90,61 92,21 90,35 364,79

Rataan 15,27 15,10 15,37 15,06 15,20 15,20

Transformasi data Arc Sin √X

Ulangan Perlakuan

I II III IV Total Rataan

P0 49,49 49,08 49,84 48,68 197,08 49,27

P1 25,70 25,55 25,55 25,55 102,34 25,59

P2 17,26 17,05 17,36 16,89 68,56 17,14

P3 10,17 10,16 10,16 11,09 41,58 10,39

P4 8,33 8,33 8,33 8,33 33,33 8,33

P5 5,74 6,02 6,02 6,05 23,83 5,96

Total 116,68 116,19 117,25 116,58 466,71

Rataan 19,45 19,37 19,54 19,43 19,45

Daftar Sidik Ragam

SK db JK KT F hitung 0,05 0,01 Perlakuan 5 6576,21 1315,24 14697,25 ** 2,77 4,25

Galat 18 1,61 0,09

Total 23 6577,82

FK 7779,37 Ket : ** = Sangat nyata

KK 0,06

Uji Jarak Duncan

SY 0,15

P 2 3 4 5 6 7

SSR 0.01 4,07 4,27 4,38 4,46 4,53 4,59 LSR 0.01 0,61 0,64 0,66 0,67 0,68 0,69

Perlakuan P5 P4 P3 P2 P1 P0

Rataan 5,96 8,33 10,39 17,14 25,59 49,27

5,35 7,69 9,74 16,47 24,91 48,58

∙A 

·B

(51)

∙E

·F

36

Lampiran 7. Data Luas Pertumbuhan Jamur G. boninense Hari 6 (Cm ²)

Ulangan Perlakuan

I II III IV Total Rataan

P0 63,60 63,40 63,00 62,98 252,98 63,25

P1 20,22 20,40 20,51 20,26 81,39 20,35

P2 8,90 9,20 8,90 9,20 36,20 9,05

P3 3,22 3,20 3,40 3,70 13,52 3,38

P4 2,10 2,10 2,10 2,10 8,40 2,10

P5 1,10 1,10 1,10 1,11 4,41 1,10

Total 99,14 99,40 99,01 99,35 396,90

Rataan 16,52 16,57 16,50 16,56 16,54 16,54

Transformasi data Arc Sin √X

Ulangan Perlakuan

I II III IV Total Rataan

P0 52,89 52,77 52,54 52,52 210,72 52,68

P1 26,72 26,85 26,93 26,75 107,25 26,81

P2 17,36 17,66 17,36 17,66 70,03 17,51

P3 10,34 10,30 10,63 11,09 42,36 10,59

P4 8,33 8,33 8,33 8,33 33,33 8,33

P5 6,02 6,02 6,02 6,05 24,11 6,03

Total 121,66 121,94 121,80 122,40 487,80

Rataan 20,28 20,32 20,30 20,40 20,32

Daftar Sidik Ragam

SK db JK KT F hitung 0,05 0,01 Perlakuan 5 6159,82 1231,96 36189,52 ** 2,77 4,25

Galat 18 0,61 0,03

Total 23 6160,43

FK 9914,48 Ket : ** = Sangat nyata

KK 0,05

Uji Jarak Duncan

SY 0,09

P 2 3 4 5 6 7

SSR 0.01 4,07 4,27 4,38 4,46 4,53 4,59 LSR 0.01 0,38 0,39 0,40 0,41 0,42 0,42

Perlakuan P5 P4 P3 P2 P1 P0

Rataan 6,03 8,33 10,59 17,51 26,81 52,68

5,65 7,94 10,19 17,10 26,40 52,26

∙A 

·B

(52)

∙E

·F

37

Lampiran 8. Data Persentase Penghambatan Terhadap G. boninense Pat. Hari Ke-1 (%)

Ulangan Perlakuan

I II III IV Total Rataan

P0 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

P1 41,91 42,22 28,93 18,24 131,29 32,82

P2 51,79 46,51 51,79 40,37 190,45 47,61

P3 68,82 67,80 68,04 62,09 266,75 66,69

P4 88,07 87,48 87,50 85,66 348,71 87,18

P5 91,48 91,06 91,07 89,75 363,36 90,84

Total 342,08 335,06 327,32 296,11 1300,57

Rataan 57,01 55,84 54,55 49,35 54,19

Transformasi data Arc Sin √X

Ulangan Perlakuan

I II III IV Total Rataan

P0 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

P1 40,34 40,52 32,54 25,28 138,68 34,67

P2 46,03 43,00 46,02 39,45 174,50 43,62

P3 56,06 55,43 55,57 52,00 219,05 54,76

P4 69,80 69,28 69,30 67,74 276,11 69,03

P5 73,03 72,60 72,61 71,33 289,57 72,39

Total 285,26 280,82 276,04 255,80 1097,92

Rataan 47,54 46,80 46,01 42,63 45,75

Daftar Sidik Ragam

SK db JK KT F

hitung 0,05 0,01

Perlakuan 5 14213,34 2842,67 252,14 ** 2,77 4,25

Galat 18 202,93 11,27

Total 23 14416,27

FK 50226,38 Ket : ** = Sangat nyata

KK 0,01

Uji Jarak Duncan

SY 1,68

P 2 3 4 5 6 7

SSR 0.01 4,07 4,27 4,38 4,46 4,53 4,59 LSR 0.01 6,83 7,17 7,35 7,49 7,61 7,71

Perlakuan P0 P1 P2 P3 P4 P5

Rataan 0,00 34,67 43,62 54,76 69,03 72,39 -6,83 27,50 36,27 47,28 61,42 64,69

 

(53)

∙C ∙D

∙E

38

 

Lampiran 9. Data Persentase Penghambatan Terhadap G. boninense Pat. Hari Ke-2 (%)

Ulangan Perlakuan

I II III IV Total Rataan

P0 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

P1 53,06 53,19 50,42 46,97 203,64 50,91

P2 65,92 65,96 62,53 62,92 257,32 64,33

P3 78,57 78,51 77,89 75,84 310,82 77,70

P4 91,84 91,49 91,58 91,01 365,92 91,48

P5 93,37 93,09 93,16 92,70 372,31 93,08

Total 382,76 382,23 375,58 369,44 1510,01

Rataan 63,79 63,71 62,60 61,57 62,92

Transformasi data Arc Sin √X

Ulangan Perlakuan

I II III IV Total Rataan

P0 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

P1 46,76 46,83 45,24 43,26 182,09 45,52

P2 54,28 54,31 52,25 52,49 213,33 53,33

P3 62,42 62,38 61,96 60,56 247,32 61,83

P4 73,40 73,04 73,13 72,55 292,12 73,03

P5 75,08 74,75 74,84 74,32 298,99 74,75

Total 311,94 311,31 307,42 303,18 1233,85

Rataan 51,99 51,89 51,24 50,53 51,41

Daftar Sidik Ragam

SK db JK KT F

hitung 0,05 0,01 Perlakuan 5 15207,99 3041,60 3624,92 ** 2,77 4,25

Galat 18 15,10 0,84

Total 23 15223,09

FK 63432,69 Ket : ** = Sangat

nyata

KK 0,01

Uji Jarak Duncan

SY 0,46

P 2 3 4 5 6 7

SSR 0.01 4,07 4,27 4,38 4,46 4,53 4,59 LSR 0.01 1,86 1,96 2,01 2,04 2,07 2,10

Perlakuan P0 P1 P2 P3 P4 P5

Rataan 0,00 45,52 53,33 61,83 73,03 74,75

-1,86 43,57 51,33 59,79 70,96 72,64

 

(54)

·B ∙C

∙D ∙E

39

Lampiran 10. Data Persentase Penghambatan Terhadap G. boninense Pat. Hari Ke-3 (%)

Ulangan Perlakuan

I II III IV Total Rataan

P0 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

P1 55,55 57,48 55,19 56,34 224,55 56,14

P2 73,50 76,54 74,25 76,34 300,63 75,16

P3 86,60 88,90 87,36 88,35 351,21 87,80

P4 92,50 93,46 91,89 93,57 371,42 92,86

P5 96,00 96,42 96,23 96,43 385,07 96,27

Total 404,15 412,80 404,91 411,03 1632,88

Rataan 67,36 68,80 67,48 68,50 68,04

Transformasi data Arc Sin √X

Ulangan Perlakuan

I II III IV Total Rataan

P0 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

P1 48,19 49,30 47,98 48,64 194,11 48,53

P2 59,02 61,03 59,50 60,89 240,45 60,11

P3 68,53 70,54 69,17 70,04 278,28 69,57

P4 74,11 75,19 73,45 75,31 298,06 74,51

P5 78,46 79,09 78,80 79,11 315,46 78,87

Total 328,30 335,15 328,90 334,00 1326,35

Rataan 54,72 55,86 54,82 55,67 55,26

Daftar Sidik Ragam

SK db JK KT F hitung 0,05 0,01 Perlakuan 5 17020,98 3404,20 6715,68 ** 2,77 4,25

Galat 18 9,12 0,51

Total 23 17030,11

FK 73300,15 Ket : ** = Sangat nyata

KK 0,01

Uji Jarak Duncan

SY 0,36

P 2,0 3,0 4,0 5,0 6,0 7,0

SSR 0.01 4,07 4,27 4,38 4,46 4,53 4,59 LSR 0.01 1,45 1,52 1,56 1,59 1,61 1,63

Perlakuan P0 P1 P2 P3 P4 P5

Rataan 0,00 48,53 60,11 69,57 74,51 78,87

-1,45 47,01 58,55 67,98 72,90 77,23

(55)

∙C ∙D

∙E

·F

40

Lampiran 11. Data Persentase Penghambatan Terhadap G. boninense Pat. Hari Ke-4 (%)

Ulangan Perlakuan

I II III IV Total Rataan

P0 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

P1 65,25 63,89 64,77 63,08 256,99 64,25

P2 82,74 81,90 82,05 81,54 328,22 82,06

P3 92,78 92,59 92,59 92,52 370,49 92,62

P4 95,29 95,14 95,23 95,09 380,75 95,19

P5 97,80 97,71 97,75 97,66 390,92 97,73

Total 433,86 431,23 432,39 429,91 1727,38

Rataan 72,31 71,87 72,06 71,65 71,97

Transformasi data Arc Sin √X

Ulangan Perlakuan

I II III IV Total Rataan

P0 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

P1 53,88 53,06 53,59 52,58 213,12 53,28

P2 65,45 64,82 64,93 64,56 259,75 64,94

P3 74,41 74,21 74,20 74,13 296,96 74,24

P4 77,47 77,26 77,38 77,20 309,31 77,33

P5 81,48 81,29 81,37 81,21 325,35 81,34

Total 352,68 350,65 351,48 349,68 1404,49

Rataan 58,78 58,44 58,58 58,28 58,52

Daftar Sidik Ragam

SK db JK KT F hitung 0,05 0,01 Perlakuan 5 18458,92 3691,78 43424,66 ** 2,77 4,25

Galat 18 1,53 0,09

Total 23 18460,45

FK 82191,62 Ket : ** = Sangat nyata

KK 0,01

Uji Jarak Duncan

SY 0,15

P 2 3 4 5 6 7

SSR 0.01 4,07 4,27 4,38 4,46 4,53 4,59 LSR 0.01 0,59 0,62 0,64 0,65 0,66 0,67

Perlakuan P0 P1 P2 P3 P4 P5

Rataan 0,00 53,28 64,94 74,24 77,33 81,34 -0,59 52,66 64,30 73,59 76,67 80,67

(56)

∙C ∙D

∙E

·F

41

Lampiran 12. Data Persentase Penghambatan Terhadap G. boninense Pat. Hari Ke-5 (%)

Ulangan Perlakuan

I II III IV Total Rataan

P0 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

P1 67,47 67,43 68,15 67,02 270,07 67,52

P2 84,78 84,94 84,76 85,04 339,51 84,88

P3 94,60 94,55 94,67 93,44 377,27 94,32

P4 96,37 96,32 96,40 96,28 385,37 96,34

P5 98,27 98,07 98,12 98,03 392,49 98,12

Total 441,49 441,31 442,11 439,80 1764,71

Rataan 73,58 73,55 73,68 73,30 73,53

Transformasi data Arc Sin √X

Ulangan Perlakuan

I II III IV Total Rataan

P0 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

P1 55,23 55,20 55,64 54,95 221,02 55,26

P2 67,03 67,16 67,02 67,24 268,46 67,12

P3 76,57 76,50 76,66 75,16 304,89 76,22

P4 79,01 78,94 79,07 78,87 315,90 78,97

P5 82,44 82,02 82,11 81,94 328,51 82,13

Total 360,28 359,83 360,50 358,16 1438,78

Rataan 60,05 59,97 60,08 59,69 59,95

Daftar Sidik Ragam

SK db JK KT F hitung 0,05 0,01 Perlakuan 5 19143,76 3828,75 35071,10 ** 2,77 4,25

Galat 18 1,97 0,11

Total 23 19145,73

FK 86253,36 Ket : ** = Sangat nyata

KK 0,01

Uji Jarak Duncan

SY 0,17

P 2 3 4 5 6 7

SSR 0.01 4,07 4,27 4,38 4,46 4,53 4,59 LSR 0.01 0,67 0,71 0,72 0,74 0,75 0,76

Perlakuan P0 P1 P2 P3 P4 P5

Rataan 0,00 55,26 67,12 76,22 78,97 82,13

-0,67 54,55 66,39 75,48 78,23 81,37

(57)

∙C ∙D

∙E

·F

42

Lampiran 13. Data Persentase Penghambatan Terhadap G. boninense Pat. Hari Ke-6 (%)

Ulangan Perlakuan

I II III IV Total Rataan

P0 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

P1 68,21 67,82 67,44 67,83 271,31 67,83

P2 86,01 85,49 85,87 85,39 342,76 85,69

P3 94,94 94,95 94,60 94,13 378,62 94,65

P4 96,70 96,69 96,67 96,67 386,72 96,68

P5 98,27 98,26 98,25 98,24 393,03 98,26

Total 444,12 443,22 442,84 442,25 1772,43

Rataan 74,02 73,87 73,81 73,71 73,85

Transformasi data Arc Sin √X

Ulangan Perlakuan

I II III IV Total Rataan

P0 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

P1 55,68 55,44 55,21 55,45 221,78 55,44

P2 68,03 67,61 67,92 67,53 271,09 67,77

P3 77,00 77,02 76,57 75,97 306,55 76,64

P4 79,53 79,51 79,48 79,48 318,00 79,50

P5 82,44 82,43 82,41 82,37 329,65 82,41

Total 362,68 362,01 361,59 360,80 1447,08

Rataan 60,45 60,34 60,26 60,13 60,29

Daftar Sidik Ragam

SK db JK KT F hitung 0,05 0,01 Perlakuan 5 19360,47 3872,09 69002,53 ** 2,77 4,25

Galat 18 1,01 0,06

Total 23 19361,48

FK 87251,36 Ket : ** = Sangat nyata

KK 0,01

Uji Jarak Duncan

SY 0,12

P 2 3 4 5 6 7

SSR 0.01 4,07 4,27 4,38 4,46 4,53 4,59 LSR 0.01 0,48 0,51 0,52 0,53 0,54 0,54

Perlakuan P0 P1 P2 P3 P4 P5

Rataan 0,00 55,44 67,77 76,64 79,50 82,41

-0,48 54,94 67,25 76,11 78,96 81,87

(58)

∙C ∙D

∙E

Gambar

Gambar 1. Miselium Jamur  G. boninense Pat. Sumber : Foto langsung
Gambar 2. Gejala serangan jamur pada tanaman berumur 4 tahun (A) dan
Gambar 3. Bakteri  B. chitinosporus Sumber : www.mpob.gov.my
Gambar 5. Biakkan murni G. boninense Pat.  (A), dan Miselium G. boninense Pat. (B) Sumber : Foto langsung
+6

Referensi

Dokumen terkait

Dari kasus ekonomi di atas dapat kita pahami bahwasannya penyebab melambatnya pengetasan kemiskinan di Indonesia saat ini walau dalam keadaan ekonomi tumbuh

Berdasarkan interaksi pada sekolah baik antara model pembelajaran (PMK dan PMB) dengan kelompok siswa, ternyata hasil belajar siswa sekolah baik lebih tinggi

Morfologi bentuk kota bandar mengalami penyurutan akibat proses geomorfologi alam pantai dan secara drastis terjadi perubahan orientasi dan aksesibilitas 41. Hal ini

Hasil dari pengolahan data tersebut berupa daftar perencanaan kebutuhan material hasil perhitungan secara pasti yang dapat digunakan oleh perusahaan dikemudian hari

Respon pasien terhadap nyeri akut dengan nyeri kronis biasanya berbeda, Pada pasien nyeri kronik biasanya karena nyeri yang begitu lama yang dialami membuat pasien letih untuk

Uji keabsahan data dalam penelitian ini menggunakan uji kredibilitas ( credibility ). Dalam hal ini peneliti akan memberikan data yang telah ditranskripkan untuk

Model kerangka kerja strategi abduktif-deduktif ini sangat efektif untuk menumbuhkembangkan kemampuan membuktikan pada mahasiswa pemula belajar bukti, dengan masalah