• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEREMPUAN DAN MEDIA REPRESENTASI SEKSUALITAS PEREMPUAN DALAM MEME KOMIK (KOCAK NAKAL)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PEREMPUAN DAN MEDIA REPRESENTASI SEKSUALITAS PEREMPUAN DALAM MEME KOMIK (KOCAK NAKAL)"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

PEREMPUAN DAN MEDIA

“REPRESENTASI SEKSUALITAS PEREMPUAN DALAM MEME KOMIK

LINE @KONAK (KOCAK NAKAL)”

Deny Satrio Aji, S. Sos

Peneliti umum bidang kajian Cultural Studies denysatrioaji94@gmail.com

Abstrak

Pesatnya media informasi dalam era pos-industrial membawa perubahan dalam proses sosial kehidupan masyarakat, salah satunya yakni isu-isu perempuan. Jika pada awalnya perjuangan kaum feminis berfokus pada prinsip kesetaraan dan keadilan maka saat ini perempuan justru terjebak pada persoalan besar, dimana perempuan semakin termarginalisasi, tersubordinasi, dan bahkan menjadi objek pemuas hasrat. Saat ini perempuan menjadi objek dalam media sosial Line. Perempuan dieksploitasi secara seksual melalui meme komik.

Penelitian ini menggunakan teori-teori feminis untuk melihat representasi perempuan dalam media sosial Line. Feminisme melihat segala sesuatu persoalan berdasarkan sudut pandang perempuan. Sehingga tujuan dari penelitian ini yakni melihat bagaimana posisi perempuan direpresentasikan dalam media sosial Line dengan akun @Konak (kocak nakal)

Metode penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan feminis eksistensial. Feminis eksistensial melihat perempuan dalam hal kebebasan seksualitas. Data kemudian dikumpulkan dengan mengambil meme komik pada akun Line @Konak sebagai data primer. Kemudian data dianalisis dan disimpulkan.

Hasil dari penelitian ini yakni pertama, perempuan sebagai objek pornografi dalam meme tersebut melalui gambar yang menampilkan bentuk tubuh tertentu. Kedua dehumanisasi yang terjadi pada perempuan dalam ruang virtual. Ketiga, perempuan dijadikan objek pemuas atau obscene sign (tanda cabul), karena foto yang ditampilkan menunjukkan tubuh-tubuh yang berbusana tidak tertutup. Keempat, perempuan tersubordinasi dan termarjinalisasi secara virtual karena tulisan-tulisan yang mengandung makna yang menyudutkan.

Kata Kunci : Media, representasi, seksualitas, meme komik

A. PENDAHULUAN

Perdebatan tentang kesetaraan gender bagi perempuan sejak munculnya gerakan feminis hingga saat masih dikatakan belum tuntas, pasalnya berbagai perjuangan secara ideologis maupun secara partisipatoris belum mampu membawa perubahan yang mendasar bagi perempuan itu sendiri. Kesetaraan gender yang digadang-gadang akan membuat perempuan merdeka secara eksistensial ternyata hal tersebut jauh diluar dugaan, perempuan justru malah semakin menjadi objek tontonan bagi kaum laki-laki. Jika dahulu perjuangan feminis gelombang pertama menginginkan perempuan setara dalam hal ruang publik, kini perempuan terjebak secara ideologis pada tertindasnya mereka ke dalam ruang publik itu sendiri.

Perkembangan masyarakat agraris menuju masyarakat informasi telah membuat berbagai perubahan-perubahan dalam konteks sosial dan budaya, termasuk perubahan kehidupan sosial-budaya perempuan itu sendiri. Di dalam masyarakat informasi perempuan yang seolah-olah

(2)

bebas dan merdeka justru mereka menjadi sasaran objek pemuas bagi kaum laki-laki. Ironisnya perempuan sendiri seolah-olah hilang kesadarannya bahwa mereka sedang dalam kondisi yang tereksploitasi bahkan tertindas secara halus. Dalam masyarakat informasi segala sesuatu di jembatani oleh pesatnya laju komunikasi akibat dari globalisasi sehingga batas-batas antara ruang dan waktu menjadi kabur. Hal itulah yang membuat perempuan menjadi hilang kesadaran kritisnya.

Fokus penelitian ini yakni melihat bagaimana perempuan dalam media, dimana terjadi pergeseran atau perubahan dalam konteks kesetaraan gender antara masyarakat agraris dengan masyarakat informasi. Maka teori yang digunakan dalam penelitian ini yakni teori-teori feminis dan sosiologi tubuh. Teori feminis berakar pada bagaimana cara pandang melihat perempuan dari sudut pandang perempuan itu sendiri.

Pada dasarnya teoritisi feminis menginginkan perempuan supaya tidak ditindas dan setara dengan laki-laki dengan berbagai upaya sehingga ada 4 (empat) hal yang harus dihilangkan supaya kesetaraan tercapai. Pertama, violence atau kekerasan. Kedua, subordinasi atau penomor duaan. Ketika yakni marginalisasi atau peminggiran. Keempat adalah double burden atau beban ganda.

Sedangkan sosiologi tubuh digunakan untuk mempertajam pemahaman bahwa ada kaitan ideologis antara tubuh dengan konsep-konsep yang ingin disematkan dalam perempuan, seperti konsep cantik, dll. dalam hal ini perempuan yang sering kali mendapati tubuhnya diekploitasi sebagai tanda cabul (obscene sign) oleh industri media dalam hal penelitian ini yakni media sosial Line yang pada akun @konak mempertontonkan tubuh perempuan disertai tulisan-tulisan yang menstigma perempuan (baca : meme komik).

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, metode kualitatif digunakan karena mampu menjelaskan secara mendalam terkait fenomena-fenomena. Pendekatan dalam penelitian ini yakni feminis eksistensial, dimana melihat kebebasanya secara keseluruhan yakni tubuh dan seksualitasnya. Selain itu bagaimana kesadaran perempuan dilihat melalui tindakannya, dalam hal ini media sosial Line mengkonstruksikan citra seksualitas perempuan sebagai objek pemuas hasrat melalui meme komik pada akun @konak. Sedangkan sosiologi tubuh digunakan untuk melihat tanda-tanda yang digunakan dalam meme komik Line terhadap bentuk-bentuk eksploitasi perempuan yang terepresentasi.

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dengan mengunduh gambar yang ada dalam meme komik Line akun @konak sebagai data primer. Pemilihan gambar meme komik ini tidaklah semua meme yang di posting atau diunggah oleh pembuat akun, melainkan meme yang dipilih yakni yang bergambar perempuan dengan busana terbuka dan tulisan yang mengarah pada seksualitas. Kemudian setelah terkumpul gambar-gambar tersebut maka dianalisis dengan teori-teori feminis dan sosiologi tubuh kemudian disimpulkan.

B. PEMBAHASAN

Persoalan mengenai perempuan masih belum final, pasalnya berbagai isu-isu tentang perempuan menjadi sangat beragam dan kompleks. Jika dahulu perempuan menunut kesetaraan agar sama-sama menempati ruang-ruang publik seperti laki-laki dalam hal ini tidak dibedakan secara privat dan publik.

Secara historis perjuangan-perjuangan perempuan dalam mencapai kesetaraan gender yakni melalui gerakan feminis. Salah satu aliran feminis yakni feminis liberal mengatakan bahwa menciptakan masyarakat yang adil dan peduli tempat kebebasan berkembang dengan cara tersebut masyarakat baik perempuan dan juga laki-laki dapat mengembangkan diri (Tong, 2006 : 18).

(3)

Feminisme liberal juga berpadangan bahwa perempuan harus siap untuk dapat mensejajarkan posisi dengan laki-laki dengan cara mengambil berbagai kesempatan selain itu mengenyam pendidikan juga mampu menumbuhkan kesadaran kritis kaum peremuan, kenyataanya perempuan juga mahluk yang rasional dan bisa berpikir seperti laki-laki.

Lantas dalam penelitian ini ditemukan beberapa hal terkait dengan representasi seksualitas perempuan pada akun @konak dalam Line. Pertama, meme komik yang dinggah dalam media sosial Line merupakan unsur pornografi yang menapilkan perempuan-perempuan berbusana minim disertai dengan tulisan-tulisan yang meyudutkan perempuan. Pandangan R. Ogien dalam (Haryatmoko, 2007 : 93) mengatakan bahwa pornografi merupakan representasi eksplisit seperti gambar, tulisan, lukisan, dll sebagai bagian dari aktivitas seksual.

Hal tersebut merupakan suatu pelecehan terhadap perempuan. Adanya tindakan pelecehan demikan sebenarnya tak lepas dari semakin kuatnya pengaruh patriarki di berbagai sektor baik privat, publik, dan bahkan virtual. Kondisi demikian juga senada dengan pandangan Sarah Walby, ia mengatakan bahwa patriarki sudah merasuk dalam ranah publik maupun privat. Jika dalam patriarki privat perempuan mengalami subordinasi secara langsung oleh individu yakni laki-laki sebagai kepala rumah tangga, sedangkan patriarki publik perempuan memang sudah mampu dan sudah bisa mengakses ruang publik seperti laki-laki namun demikian ia tetap menjadi objek dan tersubordinasi oleh patriarki kolektif (Walby, 2014 : 267-269).

Kemudian kedua, yakni dehumanisasi yang terjadi pada perempuan dalam ruang virtual. Gambar-gambar atau meme komik dalam akun @konak membuat perempuan kehilangan fitrahnya, pasalnya perempuan dijadikan objek atau konsumsi tontonan pemuas serta lelucon porno bagi kaum laki-laki. Ironisnya adalah tidak hanya laki-laki saja yang melihat atau sebagai konsumennya melainkan khalayak bahkan perempuan sendiri turut melihat karena berada pada dunia virtual.

Melalui ruang-ruang virtual inilah perempuan dieksploitasi oleh patriarki kolektif dimana hal ini merupakan konsekuensi logis dari adanya kemenangan perempuan dalam memperoleh kedudukannya di sektor publik. Akan tetapi belum tuntas ia mengalami subordinasi dalam sektor publik secara riil seperti pelecehan seksual dalam angkutan dan lain-lain, mereka kini semakin tertindas karena perempuan dibawa ke ruang virtual untuk dijadikan sebagai objek.

Selanjutnya ketiga, tubuh perempuan sebagai tanda cabul (obscene sign). Menurut pandangan ilmu biologi tubuh mempunyai pengertian yang sama dengan badan, namun secara sosiologis tubuh tidaklah sama dengan badan. Tubuh merupakan suatu kesatuan holistik antara jiwa dan raga sedangkan badan merupakan raga atau fisik. Kaitannya dengan penelitian ini yakni tubuh perempuan dijadikan sebagai tanda cabul.

Perempuan dalam dinamikanya dibawa pada media yang seolah turut melegitimasi kondisi eksploitasi tubuh, (Gamman dan Marshment 2010 : 131) menuturkan bahwa mulai dari berbagai cerita fiksi hingga perfilman perempuan dikonstruk untuk dapat mencapai kepuasan sosial, ekonomi dan seksual yang mana hal tersebut sangat kontradiktif. Maka dari itu ada keterkaitan antara hubungan produksi (relation of produktion) dan cara produksi (mode of production) merupakan penindasan perempuan (Fakih, 2013 : 93). Jelaslah bahwa pada akun @konak merupakan penindasan perempuan dalam media serta ada unsur ekonomi terkait mode produksi yang berbau seksualitas karena hal tersebut dipromosikan untuk rating dalam Line.

Analisis yang komprehensif dengan hal tersebut yakni kajian tentang tubuh, dimana tubuh menciptakan tanda tubuh (body sign) sehingga patriarki dan ahkan kapitalis dalam hal ini telah menjadikan tubuh sebagai obscene sign atau tanda kecabulan yaitu praktik rekayasa tubuh manusia sebagai media penggoda bagi penontonnya (Ardhie, xvii: 2014).

Kemuian yang keempat, dalam penelitian ini menemukan bahwa perempuan mengalami reprsentasi negatif secara seksual yang mengarah pada eksplotasi ganda yakni dalam ruang publik yang nyata dan ruang publik virtual seperti dalam akun @konak dalam Line. Penindasan

(4)

atau ekploitasi terhadap perempuan dalam akun tersebut menggiring khalayak atau publik untuk menyaksikan bahwa perempuan hanya objek tontonan yang pasif.

Berikut ini disajikan beberapa temuan dalam tabel untuk memperjelas pembaca terkait hasilnya.

Tabel 1. Temuan Hasil Penelitian N

o. Gambar Teks/Tulisan Representasi

1 .

Gadis belia dengan kaos merah muda sedang tertutup matanya dan ada tangan tiga orang meremas payudaranya.

―Pacaran aja sana sama Sapi biar lo bisa remas susu tiap hari

Sudah Nampak jelas bahwa wanita di dalam gambar seperti rela diremas

payudaranya oleh laki-laki. hal ini menunjukkan suatu

ketidakberdayaan perempuan.

2 .

Perempuan muda sedang telanjang dada namun gambar dipotong sehingga payudaya hanya terlihat sangat sedikit.

―Lidah lebih tajam daripada sabun

Hal ini menunjukkan suatu kontradiksi bahwa kegemaran lelaki yakni mastrubasi. namun, disini perempuan seolah ditawarkan kepada laki-laki bahwa mastrubasi sendiri tidaklah nikmat maka perlu bantuan dari

perempuan.

3 .

Perempuan muda berkaos putih ketat dan tampak sekali

membentuk payudaranya yang besar, memakai rok mini dan lidahnya menjulur sedang selfie.

―Daripada abang sibuk urusin harga rokok mending sini naikin rok adek aja bang

Kata-kata dan gambar dalam akun tersebut menegaskan bahwa perempuan sudah pasrah dan tidak lagi

mempunyai suatu harga diri. Selain itu gambar dan tulisan tersebut menunjukkan bahwa perempuan yang sedang melacurkan dirinya.

4 .

Perempuan persilangan memakai singlet abu-abu ketat dan senyum.

―Harga rokok gpp naik asal jangan harga kondom yang naik

Kata dan gambar pada akun tersebut menunjukkan bahwa saat ini seksualitas hubungan intim laki dan perempuan adalah hal yang lumrah. letak pelecehannya terletak pada gampar yang ditampilkan yakni perempuan.

5 .

Perempuan dengan hanya memakai BH dan senyum.

―Kita boleh mantanan tapi jatah harus tetap jalan

Representasi yang

ditunjukkan akun tersebut yakni bahwa perempuan tidak memiliki kesadaran akan berharganya dirinya, karena tanpa hubunganpun mereka ingin selalu berhubungan intim dengan mantan kekasihnya.

(5)

6 .

Perempuan muda seperti seorang sekertaris kantor berkaca mata dan memakai rok mini hitam.

―Mau main di kantor apa di kosan kamu aja

Terlihat bahwa perempuan yang direpresentasikan sangat murahan karena menawarkan dirinya berhubungan intim.

7 .

Perempuan muda dengan hanya memakai BH dan underwear abu-abu.

―Awalnya sakit tapi lama-lama kok makin enak jadi nagih gini

Menunjukkan dan

merepresentasikan hal yang berbau pornografi pada perempuan. Selain itu merepresentasikan

perempuan sebagai makhluk yang murahan.

Terlihat jelas dari tabel di atas bahwa kondisi saat ini secara tak kasat mata perempuan seolah-olah sudah merdeka dan tidak tertindas. Namun, penindasan terhadap perempuan kini tereduksi melalui ruang-ruang virtual dimana ruang-ruang virtual tak dibatasi oleh ruang dan waktu sehingga semakin membuat kenyataan yang jelas bahwa perempuan dilecehkan dan dengan skala yang luas.

Kondisi tersebut terjadi karena banyak diantara mereka sebagai perempuan kehilangan critical consciousness (kesadaran kritis). Kesadaran kritis perempuan terjadi akibat dari masifnya laju kapitalisme yang merambah ke segala lini kehidupan terutama perempuan yang dikonstruk-kosntruk sedemikian rupa. Sehingga dalam kenyataanya perempuan akan mudah dijadikan objek yang kemudian direpresentasikan kedalam berbagai media bahkan dunia nyata.

C. KESIMPULAN

Berbagai persoalan yang menimpa perempuan dari zaman dahulu hingga kini masih belumlah berakhir atau bahkan menunjukkan titik terang. berbagai pelecehan yang dialami perempuan mulai dari kekerasan hingga pemerkosaan bahkan perdagangan perempuan masih banyak terjadi. Meskipun perjuangan aktifis-aktifis perempuan sudah menggagas dan memperjuangkan hak-hak perempuan serta upaya pengahapusan berbagai kekerasan yang terjadi belumlah terselesaikan.

Namun, kini seiring perubahan sosial yang terjadi kemunculan modernisasi dan globalisasi semakin menjadi tantangan bagi kaum perempuan itu sendiri, belum lagi campur tangan pihak kapitalis yang sangat patriarkal. Sehingga semakin komplekslah ketertindasan perempuan di era informasi saat ini. Akun dalam Line @konak adalah salah satu bukti bahwa perempuan mengalami ketertindasan dalam ruang-ruang virtual.

DAFTAR PUSTAKA

Fakih, Mansour. 2013. Analisis Gender dan Transformasi Sosial. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Gamman, Lorraine, dan Margaret Marshment. 2010. Tatapan Perempuan : Perempuan Sebagai

Penonton Budaya Populer. Yogyakarta : Jalasutra.

Haryatmoko. 2007. Etika Komunikasi : Manipulasi Media Massa, Kekerasan, dan Pornografi. Yogyakarta : Kanisius.

(6)

Tong, Rosmarie Putnam. 2006. Feminist Tought : Pengantar Paling Komprehensif Kepada Arus Utama Pemikiran Feminis. Yogyakarta : Jalasutra.

Gambar

Tabel 1. Temuan Hasil Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Telah menceritakan kepada kami Al Humaidi Abdullah bin Az Zubair dia berkata, Telah menceritakan kepada kami Sufyan yang berkata, bahwa Telah menceritakan kepada kami Yahya bin

[r]

guru pendidikan agama islam dalam membentuk kepribadian muslim, hasil.

Metode yang digunakan adalah metode sejarah yakni Heuristik (pengumpulan sumber), Kritik Sumber (intern dan ekstern), Interpretasi sejarah, dan tahap akhir dalam

Berdasarkan hasil uji regresi linier berganda terdapat usulan yang dilakukan untuk perusahaan yaitu memberi penghargaan berupa promosi, gaji, bonus kepada pekerja

Di dalam suatu perusahaan multinasional pangan seperti PT Nestlé Indonesia yang memiliki kantor pusat di Swiss, beberapa pabrik di Indonesia, serta kantor cabang

Mas Fadli : Pada awalnya, saya membuka warnet ini masih jarang orang yang datang karena warnet ini saya mulai dari toko yang cukup kecil. Saya : Lalu dengan cara apa mas Fadli

Motivasi yang di fokuskan dalam penelitian ini yaitu motivasi intrinsik agar penelitian ini lebih menarik dan lebih baik, penelitian ini diharapkan dapat lebih