• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dimas Tri Adji ABSTRAK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Dimas Tri Adji ABSTRAK"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

WAYANG KULIT SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI PEMBANGUNAN (Studi Deskriptif Tentang Pertunjukan Wayang Kulit pada Paguyuban Suko

Budoyo Sebagai Media Penyampaian Pesan Pembangunan Di Kabupaten Serdang Bedagai)

Dimas Tri Adji 080904059 ABSTRAK

Penelitian ini berjudul “Wayang Kulit dan Komunikasi Pembangunan” di Kabupaten Serdang Bedagai. Penelitian ini memfokuskan pada metode penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Model Analisis Interaktif Miles dan Huberman yang terdiri atas reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peran wayang kulit sebagai media komunikasi pembangunan, untuk mengetahui strategi penyampaian pesan pembangunan melalui wayang kulit, dan mengetahui pesan-pesan pembangunan apa saja yang dapat disampaikan melalui wayang kulit. Informan dalam penelitian ini adalah Soekirman selaku Bupati Serdang Bedagai sekaligus pembina Paguyuban Suko Budoyo, ketua Paguyuban Suko Budoyo Hendry Suharto dan Kasno Wibowo selaku Dalang wayang di Paguyuban Suko Budoyo. Wayang kulit dianggap media yang tepat dan efektif untuk menyampaikan pesan-pesan pembangunan di Kabupaten Serdang Bedagai. Adapun kesimpulan dari hasil penelitian adalah strategi penyampaian pesan pembangunan yang digunakan adalah strategi berdasarkan media. Media yang digunakan adalah wayang kulit. Peran wayang kulit dalam penyampai pesan pembangunan adalah media komunikasi yang efektif dalam menyampaikan pesan pembangunan. Dalam pelaksanaannya terdapat kendala yaitu generasi muda dan masyarakat yang bukan suku Jawa di Serdang Bedagai kurang berminat pada wayang kulit.

Kata Kunci: Wayang Kulit, Komunikasi Pembangunan, Komunikasi Tradisional, Media Komunikasi Tradisional, Serdang Bedagai

PENDAHULUAN Konteks Masalah

Wayang kulit adalah salah satu media tradisional atau media rakyat. Wayang kulit merupakan kesenian multi-dimensi karena dalam pergelarannya ada iringan musik, drama, seni suara, ataupun lawakan. Wayang kulit merupakan salah satu kebudayaan yang dikagumi oleh masyarakat Indonesia dan masyarakat internasional. Kesenian wayang telah diangkat sebagai karya agung budaya dunia oleh UNESCO tanggal 7 November 2003 atau Masterpiece of Oral And Intangible Heritage of Humanity (Soetrisno, 2008). Di daerah Jawa, cerita yang populer yang tersebar di masyarakat adalah cerita epik Ramayana, Mahabharata, dan cerita Arjuna Sasrabahu. Namun cerita Arjuna Sasrabahu kalah populer dibanding kedua cerita lainnya. Ketiga cerita tersebut merupakan cerita yang

(2)

1

berasal dari tanah India. Cerita yang diangkat dalam pewayangan mengandung nilai-nilai kehidupan yang sangat mendalam (Purwadi, 2007).

Kabupaten Serdang Bedagai Provinsi Sumatera Utara, Kabupaten Serdang Bedagai di bawah pimpinan Bupati Ir. H. Soekirman yang saat ini masih berusia 10 tahun sejak dimekarkan pada tahun 2004 dari Kabupaten Deli Serdang seluas 1.900,22 km2. Dengan jumlah penduduk 653.250 jiwa yang tersebar di 237 desa dan 6 kelurahan, tingkat kepadatan penduduknya rata-rata 317 jiwa/km2 yang terdiri dari beragam suku dan etnis serta agama dan budaya. Keragaman budaya yang ada tergambar dari multi etnis yang ada, yakni Melayu 45%, Jawa 33%, Batak Karo 6%, Batak Simalungun 4%, Angkola, Mandailing, Minang, Banjar, Aceh, Nias dan Tionghoa-Indonesia (www.serdangbedagaikab.go.id).

Besarnya jumlah masyarakat suku Jawa di Serdang Bedagai serta kemampuan wayang sebagai media transformasi nilai menarik perhatian pemerintah Serdang Bedagai untuk menggunakan wayang sebagai media komunikasi. Wayang dianggap sebagaib media yang tepat dan efektif untuk menyampaikan pesan-pesan pembangunan di daerah Serdang Bedagai.

Pada tahun 2010, Bupati Serdang Bedagai Bapak Ir. H. Soekirman membentuk Paguyuban Suko Budoyo. Paguyuban ini memiliki tujuan untuk menjadi wadah bagi orang-orang bersuku Jawa yang mencintai seni dan budaya Jawa di Kabupaten Serdang Bedagai. Paguyuban ini masih melestarikan kesenian jawa seperti kuda lumping, reog, gamelan, tari jawa, ludruk, macopat (tembang jawa) dan wayang kulit. Selain melakukan pementasan wayang kulit dalam menjalankan ritual adat ataupun tujuan lainnya.

Berdasarkan uraian di atas peneliti merasa tertarik untuk meneliti lebih dalam “Bagaimana peran wayang sebagai media komunikasi pembangunan di Kabupaten Serdang Bedagai”.

KAJIAN PUSTAKA

Perspektif / Paradigma Kajian

Paradigma ibarat sebuah jendela tempat orang bertolak menjelajahi dunia dengan wawasannya. Sebagian orang menyatakan paradigma (paradigm) sebagai intelektual komitmen, yaitu suatu citra fundamental dari pokok permasalahan dari suatu ilmu. Paradigma menggariskan apa yang seharusnya dipelajari, pernyataan apa yang seharusnya dikemukakan, dan kaidah apa yang seharusnya diikuti dalam menafsirkan jawaban yang diperoleh (Salim, 2006).

Penulis menggunakan paradigma postpositivis yang bersumber dari fenomena yang hadir di masyarakat. Penggunaan paradigma ini juga bertujuan agar peneliti memahami secara mendalam dan komprehensif mengenai wayang sebagai media komunikasi pembangunan di Kabupaten Serdang Bedagai.

Komunikasi Pembangunan

Komunikasi pembangunan merupakan segala upaya dan cara serta teknik penyampaian gagasan, dan keterampilan-keterampilan pembangunan yang berasal dari pihak yang memprakarsai pembangunan dan ditujukan kepada masyarakat luas. Dengan tujuan agar masyarakat memahami, menerima, dan berpartisipasi dalam melaksanakan gagasan-gagasan yang disampaikan. Sedangkan dalam arti

(3)

2

yang luas, komunikasi pembangunann meliputi peran dan fungsi komunikasi (sebagai suatu aktivitas pertukaran pesan secara timbal balik) di antara semua pihak yang terlibat dalam usaha pembangunan, terutama antara masyarakat dengan pemerintah, sejak dari proses perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian terhadap pembangunan (Nasution, 1996: 92).

Komunikasi Tradisional

Komunikasi tradisional adalah proses penyampaian pesan dari satu pihak ke pihak lain dengan menggunakan media tradisional yang sudah lama digunakan di suatu tempat sebelum kebudayaannya tersentuh oleh teknologi modern.

Wayang Kulit

Arti wayang adalah gambar atau tiruan orang dan sebagainya yang dibuat dari kulit hewan atau dari kayu dan sebagainya untuk mempertunjukkan suatu cerita (lakon). Menurut Ki Soetojo Yosotjarito (2005) mengutip Javanche Vilksvertoningem, wayang ialah boneka yang dipertunjukkan, dihidangkan sebagai bentuk yang mengandung pelajaran (wejangan-wejangan), pertunjukannya dihantarkan dengan teratur oleh instrumen gamelan. Orang yang memainkan wayang disebut Dalang (Soetrisno, 2008).

METODOLOGI PENELITIAN Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif, yaitu penelitian yang terbatas pada usaha-usaha mengungkapkan suatu masalah atau keadaan atau peristiwa sebagaimana adanya sehingga bersifat sekedar mengungkapkan fakta (fact finding). Hasil penelitian ini ditekankan untuk membentuk gambaran secara objektif tentang keadaan yang sebenarnya dari objek yang diteliti (Nawawi, 2001: 31).

Teknik Pengumpulan Data Data Primer

a. Wawancara Mendalam

Wawancara mendalam secara umum adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau yang diwawancarai dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara dimana pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama. Dengan demikian, kekhasan wawancara mendalam adalah keterlibatannya dalam kehidupan informan.

b. Observasi

Pengamatan terlibat (participant observation) adalah studi yang disengaja dan dilakukan secara sistematis, terencana, terarah pada suatu tujuan di mana pengamat atau peneliti terlibat langsung dalam kehidupan sehari-hari dari subjek atau kelompok yang diteliti.

(4)

3 Data Sekunder

Studi literatur yang dilakukan dalam penelitian adalah dengan mengumpulkan berbagai macam data kepustakaan dan data kasus, yakni data yang hanya menjelaskan kasus-kasus tertentu, dalam arti bahwa data kasus berlaku untuk kasus tersebut serta tidak bertujuan untuk digeneralisasikan dengan kasus lain dengan radius yang lebih luas.

Teknik Analisis Data

Untuk menganalisis data, penelitian ini menggunakan analisis data model interaktif Miles dan Huberman yaitu terdapat tiga proses yang berlangsung secara interaktif.

- Reduksi Data; reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstakan, dan transformasi data “kasar” yang muncul dari catatan - catatan tertulis di lapangan.

- Penyajian Data; Miles & Huberman (1992) membatasi suatu “penyajian” sebagai sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.

- Menarik Kesimpulan; Penarikan kesimpulan menurut Miles & Huberman (1992) hanyalah sebagian dari satu kegiatan dari konfigurasi yang utuh. Kesimpulan-kesimpulan juga diverifikasi selama penelitian berlangsung.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik analisis data model interaktif Miles dan Huberman, terdapat tiga langkah di dalamnya, yakni reduksi data (data reduction), penyajian data (data display), dan penarikan kesimpulan (conclusion drawing and verification). Dalam pelaksanaannya reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan/verifikasi, merupakan sebuah langkah yang sangat luwes, dalam arti tidak terikat oleh batasan kronologis. Secara keseluruhan langkah-langkah tersebut saling berhubungan selama dan sesudah pengumpulan data (Salim, 2006).

Secara umum, dari hasil pengamatan yang dilakukan oleh peneliti, setidaknya ada tiga tujuan penting dalam penyampaian pesan pembangunan melalui media pertunjukan Wayang Kulit di Kabupaten Serdang Bedagai ini, yaitu:

1. Informative, yaitu pementasan wayang kulit bertujuan bertujuan untuk memberikan informasi pendekatan pada pikiran, informasi-informasi yang disampaikan sampaikan bersifat aktual dan objektif.

2. Persuasive¸ yaitu pementasan wayang kulit bertujuan untuk menggugah perasaan orang seperti senang dan tidak senang, suka dan tidak suka.. Di sini pendekatannya dari segi emosi dan bukan dari pendekatan pikiran. Dalam penyampaian pesan pembangunan perlu sekali kita mengetahui/membedakan apakah perilaku tertentu misalnya seseorang tidak mau menerima anjuran untuk menerapkan teknologi atau inovasi baru disebabkan karena pikirannya atau karena perasaannya. Pikiran seseorang bersifat objektif sedangkan perasaan bersifat subjektif.

(5)

4

3. Entertainment, adalah pertunjukan wayang kulit bertujuan untuk menghibur orang. Misalnya seorang dalang membuat dagelan atau lelucon bertujuan agar orang lain mempunyai perasaan gembira. Dalam proses penyampaian pesan pembangunan tujuan ini sering dianggap perlu dengan maksud agar sasaran (petani beserta keluarga) memiliki perasaan gembira dan tidak bosan dalam mengikuti segala informasi yang disampaikan oleh para penyuluh.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Adapun kesimpulan dalam penelitian ini adalah :

1. Strategi penyampaian pesan pembangunan yang digunakan adalah strategi berdasarkan media. Media yang digunakan adalah wayang kulit. Media ini dipilih karena mayoritas penduduk Serdang Bedagai adalah suku Jawa.

2. Peran wayang kulit dalam penyampaian pesan pembangunan cukup efektif karena wayang kulit memenuhi seluruh kriteria media tradisional yang dapat digunakan dalam komunikasi pembangunan yaitu bentuk, tema, dan fleksbilitas media tersebut. Paguyuban Suko Budoyo melakukan pementasan wayang kulit setiap bulannya sebanyak satu kali dan berpindah-pindah dari kecamatan satu ke kecamatan lainnya, pertunjukan dan lakon juga terus berganti disesuaikan dengan tujuan hajatan. Peneliti menganggap intensitas pertunjukan tersebut membuat wayang kulit menjadi media yang cukup ideal sebagai media penyampai pesan pembangunan kepada masyarakat. Kesenian wayang kulit masih digemari oleh masyarakat jawa yang ada di Kabupaten Serdang Bedagai. Selain itu wayang kulit juga dipertunjukkan sebagai bagian dari pelestarian budaya asli Indonesia khususnya budaya Jawa.

3. Pesan – pesan yang disampaikan dalam pementasan wayang kulit tidak terbatas dikarenakan memang ada adegan yang dapat dijadikan ruang untuk melakukan hal tersebut di dalam pertunjukan wayang kulit yaitu pada adegan Kedatonan melalui wayang Limbuk dan Cangik dan pada adegan Gara – gara melalui wayang Semar, Petruk, Gareng dan Bagong. Pesan-pesan yang biasa disampaikan dalam pertunjukan wayang kulit oleh Paguyuban Suko Budoyo antara lain: pesan mengenai pertanian seperti pupuk, tentang kehidupan bermasyarakat terutama ketertiban dan keamanan di tengah masyarakat dan sosialisasi program pemerintah seperti pembangunan desa dan lain sebagainya, serta permasalahan sosial dan nilai – nilai keagamaan.

Saran

Adapun saran yang dapat penulis berikan dari hasil penelitian yang telah dilakukan adalah sebagai berikut :

1. Menggunakan wayang kulit sebagai media penyampaian pesan pembangunan dan sosial memang sebuah terobosan inovatif yang dilakukan oleh Paguyuban Suko Budoyo di Kabupaten Serdang Bedagai. Bagi masyarakat jawa di Serdang Bedagai pertunjukan wayang dapat menjadi ajang untuk melakukan refleksi dan pengokoh solidaritas sosial. Dalam pertunjukan wayang kulit

(6)

5

tersebut dijumpai nilai ketuhanan, kemanusiaan, kebangsaan, kerakyatan dan keadilan, sesuai dengan nilai – nilai dalam Pancasila. Akan tetapi pementasan yang selama ini dilakukan hanya dinikmati oleh sebagian orang dan mulai kurang peminat terutama di kalangan muda. Para pemuda beranggapan bahwa wayang kulit sudah ketinggalan zaman dan tidak menghibur layaknya acara televisi. Oleh karena itu perlu perhatian berbagai pihak termasuk Pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai untuk mengemas acara Wayang Kulit agar dapat menarik minat seluruh lapisan masyarakat.

2. Generasi muda dan masyarakat yang peduli juga harus turut aktif belajar dan berinovasi sebagai pewaris kebudayaan karena siapapun dapat mengambil suri teladan dalam wayang kulit untuk bekal dalam menghadapi perubahan sosial dan budaya di era global. Dengan melakukan pengkajian ini generasi muda tetap dapat menjunjung nilai-nilai warisan budaya yang telah mengakar dan menyejarah. Nilai luhur pewayangan tersebut hendaknya dikaitkan dengan pandangan hidup bangsa.

3. Kendala berikutnya dalam memahami Wayang Kulit sebagai media penyampaian pesan pembangunan adalah bahasa. Meskipun dalam adegan Limbuk dan Cangik ataupun Petruk bisa menggunakan bahasa nasional ataupun bahasa lain, mayoritas lakon-lakon dan peran yang digunakan masih banyak menggunakan bahasa Jawa kuno/Jawa Kromo sehingga warga masyarakat yang tidak mengerti bahasa Jawa sangat sulit memahami isi pesan yang disampaikan oleh suatu lakon dalam pertunjukan wayang kulit. Untuk ke depannya, semoga pementasan wayang bisa dibawakan dalam bahasa yang dimengerti.

Implikasi

Implikasi Teoritis

Secara akademis, penelitian ini dapat memberikan masukan atau pertimbangan terhadap penelitian mengenai keterkaitan pertunjukan wayang kulit dan Komunikasi Pembangunan pada masa yang akan datang. Perlu dilakukan penelitian yang lebih mendalam mengenai peran wayang kulit sebagai media komunikasi pembangunan dari aspek lainnya, seperti tingkat efektifitas penerimaan pesan penonton pertunjukan wayang kulit, penggunaan paradigma dan metode penelitian lainnya sesuai dengan tujuan penelitian.

Implikasi Praktis

Dalam konteks individu, siapapun dapat mengambil dan memahami nilai – nilai baik yang terdapat dalam kesenian wayang kulit dan dapat bersama – bersama menjaga kelestarian kesenian wayang kulit.

Dalam konteks kelembagaan, penelitian ini bisa menjadi acuan dan dorongan terhadap Paguyuban Suko Budoyo dan berbagai pihak lainnya di Kabupaten Serdang Bedagai seperti pemerintah, masyarakat, akademisi, dan sebagainya untuk terus melanjutkan gerakan pelestarian kebudayaan dan inovasi teknik sosialisasi program pemerintah kepada masyarakat.

(7)

6 DAFTAR PUSTAKA

Ardianto, Elvinaro. (2011). Komunikasi Pembangunan & Perubahan Sosial: Perspektif Dominan, Kaji Ulang, dan Teori Kritis. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Bungin, Burhan. (2010). Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik dan Ilmu Sosial lainnya. Jakarta: Kencana Prenama Media Group. Fajar, Marhaeni. (2009). Ilmu Komunikasi: Teori & Praktek. Jakarta: Graha Ilmu. Hasan, Erliana. (2005). Komunikasi Pemerintahan. Bandung: PT. Refika

Aditama.

Kuswarno, Engkus. (2009). Fenomenologi: Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: Widya Padjadjaran.

Moleong, Lexy J. (2004). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Mulyono, Sri. (1972). Wayang: Asal-Usul, Filsafat dan Masa Depannya. Jakarta: Gunung Agung

Muslim, Aziz. (2009). Metodologi Pengembangan Masyarakat. Yogyakarta: Penerbit Teras.

Nasution, Zukarnaen. (1996). Komunikasi Pembangunan: Pengenalan Teori dan Penerapannya. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Nurudin. (2007). Pengantar Komunikasi Massa. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Purwadi. (2007). Mengenal Tokoh Wayang Purwa. Surakarta: Cendrawasih Purwadi. (2011). Bang Kirman: Wakil Bupati Serdang Bedagai. Yogyakarta:

Putra Nusantara.

Salim, Agus. (2006). Teori dan Paradigma Penelitian Sosial. Yogyakarta: Tiarawacana

Soetrisno, R. (2008). Wayang Sebagai Warisan Budaya Dunia. Surabaya: Surabaya Intelectual Club (SIC).

Sugiyono. (2010). Memahami penelitian Kualitatif. Bandung: CV Alfabeta

Suwandono. (1991). Ensiklopedi Wayang Purwa I (Compedium). Jakarta: Direktorat Pembinaan Kesenian, Ditjen Kebudayaan Departemen P & K. Waluyo, Kanti. (2000). Dunia Wayang Nilai Estetis Sakralitas dan Ajaran Hidup.

Referensi

Dokumen terkait

Salah satu asas penting yang wajib diperhatikan adalah bahwa hakim wajib mengadili semua bagian tuntutan dan dilarang menjatuhkan putusan atas perkara yang tidak dituntut

Semasa pemain daripada pasukan lawan yang dibenarkan berada dalam kawasan itu membuat hantaran percuma, bola tidak boleh dibaling melebihi kawasan gelanggang

Sebagaimana diatur dalam Undang Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang- undangan kebijakan nasional tersebut seyogianya berupa suatu

Dengan Anda menolak uang pemberian John, orang lain yang menggantikan posisi Anda akan memandang Anda sebagai seseorang yang mendukung kebijakan bank dalam memerangi

Setelah semua data terkumpul maka akan di lakukan perhitungan sesuai dengan tahap-tahap yang sudah diterangkan diatas, sehingga akan ditemukan data riel setelah semua

Suatu foto udara diambil dari ketinggian 6000 ft di atas permukaan rata-rata dengan fokus kamera 6 in (152.4 mm) dan format ukuran 9 in (23 cm).. INTERPRETASI FOTO UDARA.  Definisi

z “ “ Suatu Suatu Organisasi Organisasi yang yang memiliki memiliki ketrampilan ketrampilan menciptakan menciptakan , , menguasai?. menguasai dan dan membelajarkan

Rest merupakan tindakan pemberian waktu istirahat bila terjadi cedera agar tidak terjadi cedera yang lebih parah.. Menghentikan aktivitas olahraga