• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. diinginkan dan apa yang dibutuhkan dengan dirinya sendiri tanpa bantuan orang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. diinginkan dan apa yang dibutuhkan dengan dirinya sendiri tanpa bantuan orang"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Manusia sebagai makhluk hidup yang bersifat individual (dalam memenuhi kebutuhan bagi dirinya sendiri) sekaligus sosial dalam artian saling berinteraksi dengan sesamanya. Manusia tidak dapat mencapai apa yang diinginkan dan apa yang dibutuhkan dengan dirinya sendiri tanpa bantuan orang lain. Sebagai makhluk sosial, manusia menjalankan perannya dengan menggunakan petanda atau simbol untuk mengkomunikasikan pemikiran dan perasaannya. Manusia tidak dapat menyadari individualitas kecuali melalui medium kehidupan sosial.

Esensi manusia sebagai makhluk sosial pada dasarnya adalah kesadaran manusia itu sendiri tentang status dan posisi dirinya dalam kehidupan serta bagaimana tanggung jawab dan kewajiban di dalam kebersamaan. Dalam hal ini Sosiologi sering kali disebut studi tentang masyarakat atau studi tentang kehidupan sosial. Akan tetapi, definisi yang begitu sederhana, yang hanya bertumpu pada masalah pokok saja (subject-matter), tidak akan membedakan sosiologi dari ilmu sosial lainnya. Karena semua ilmu itu mempelajari kehidupan sosial, atau lebih tepat mempelajari pola tingkah laku yang lazim ada pada kelompok-kelompok manusia (Bert F.Hoselitz,ed., Panduan Dasar Ilmu-ilmu Sosial Jakarta: Rajawali Pers,1988, hal.1).

(2)

Sebelum membahas lebih jauh yang menjadi pokok bahasan dari skripsi, pembaca lebih dulu memahami apa itu definisi masalah sosial, anak rawan serta pemberdayaan.

Masalah sosial adalah sebuah kondisi yang tidak diharapkan dan dianggap dapat merugikan kehidupan sosial serta bertentangan dengan standar sosial yang telah dipegang atau disepakati oleh kelompok masyarakat. Masalah sosial dapat disebut sebagai hambatan sosial yang memerlukan suatu proses pemecahan. Menurut Soerjono Soekanto, masalah sosial adalah suatu ketidaksesuaian antara unsur-unsur kebudayaan atau masyarakat, yang membahayakan kehidupan kelompok sosial. Sedangkan menurut Blumer (1971) dan Thompson (1988), masalah sosial adalah suatu kondisi yang dirumuskan atau dinyatakan oleh suatu entitas yang berpengaruh serta mengancam nilai-nilai suatu masyarakat sehingga berdampak kepada sebagian besar anggota masyarakat dan kondisi itu diharapkan dapat diatasi melalui kegiatan bersama. Masalah sosial muncul akibat terjadinya perbedaan yang mencolok antara nilai dalam masyarakat dengan realita yang ada. Masalah sosial sangat terkait dengan nilai-nilai moral yang dijadikan pedoman bagi suatu masyarakat untuk menentukan baik dan buruk atau benar dan salah. Masalah sosial dapat diukur dengan membandingkan antara sesuatu yang ideal dengan realitas yang terjadi (Coleman dan Cresey, 1987). Masalah sosial sebagai sesuatu yang bukan kebetulan tetapi berakar pada satu atau lebih kebutuhan masyarakat yang terabaikan (Merton dan Nisbet,1971). Salah satu faktor penyebab munculnya masalah sosial adalah pemenuhan akan kebutuhan hidup (Etzioni, 1976). Contohnya adalah masalah anak rawan yang dapat didefinisikan

(3)

sebagai pelanggaran terhadap hak-hak anak sehingga menimbulkan kesenjangan sosial.

Anak rawan sendiri merupakan sebuah kelompok manusia yang berusia direntang 18 tahun kebawah dan dianggap lemah atau mereka yang tertindas. Anak rawan adalah golongan manusia berdasarkan usia yang hidup dalam kemiskinan, kesengsaraan, kelemahan, ketidakberdayaan, ketertindasan, dan penderitaan yang tiada putus. Hidup mereka yang seperti itu bukan terjadi dengan sendirinya tanpa adanya faktor yang menjadi penyebab. Adanya masalah sosial anak telah menjadi realitas dalam sejarah kemanusiaan dari segi kemiskinan adalah mereka yang fakir dan miskin (tertekan keadaan) bukan malas, segi fisik adalah mereka yang kurang tenaga (bukan karena malas), segi otak adalah mereka yang stupid (bukan karena malas), segi sikap adalah mereka yang terbelakang (bukan karena malas). Kelompok anak rawan terlahir dari ketimpangan sosial di dalam suatu negara yang terdiri dari anak yang terlantar, fakir miskin, anak-anak yatim piatu dan orang cacat. Anak rawan ialah orang-orang yang menderita hidupnya secara sistemik yang merupakan cerminan ketidakmampuan negara dalam memelihara mereka (lihat Pasal 34 tentang Perekonomian Nasional dan Kesejahteraan Sosial). Anak rawan secara sendirian harus berjuang melawan sistem struktural dan kultural. Mereka ini kelompok masyarakat yang mudah terkena penyakit fisik ataupun psikis dan merasa termarjinalkan. Jadi anak kurang beruntung (anak rawan) yang dimaksud adalah orang yang dalam rentang usia dibawah 18 tahun, belum mampu memenuhi kebutuhannya dan tidak mendapatkan apa yang semestinya mereka peroleh seperti hak pendidikan,

(4)

perlindungan, kasih sayang dan lain-lain. Maka perlu penanganan khusus bagi mereka melalui pendekatan serta pemberdayaan untuk meningkatkan taraf hidupnya.

Pemberdayaan adalah terjemahan dari bahasa asing empowerment. Secara leksikal pemberdayaan berarti penguatan. Secara teknis pemberdayaan dapat diartikan sebagai pengembangan. Memberdayakan masyarakat merupakan upaya untuk meningkatkan harkat dan martabat lapisan masyarakat yang dalam kondisi sekarang tidak mampu melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan keterbelakangan. Pemberdayaan juga dapat dimaknai sebagai upaya transformasi yang mengandung maksud sebagai sebuah kegiatan aktif. Pada dasarnya pemberdayaan masyarakat selalu terjadi perubahan, karena masyarakat sebagai sebuah sistem senantiasa mengalami perubahan. Perubahan sosial merupakan gejala umum yang terjadi di dalam masyarakat dan merupakan gejala sosial yang terjadi mengikuti peradaban manusia

Pemberdayaan dan Kompleksitas tersebut tidak lepas dari keterpaduan ide pemikiran serta perasaan yang dituangkan dalam berbagai macam kegiatan kelompok atau komunitas seperti yang tertuang di dalam progran kerja komunitas tersebut sebagai implementasi strategi pemberdayaan anak.

Pemahaman akan simpati empati terhadap calon generasi bangsa yang sedianya memiliki bakat dan minat tetapi berbenturan dengan keterbatasan. Keberagaman komunitas yang berorientasi sosial anak diharapkan mampu mengentaskan masalah sosial serta mengembangkan bakat, minat dan

(5)

keterampilan anak melalui pemberdayaan meskipun pada kenyataannya masih banyak anak-anak rawan khususnya di Yogyakarta yang kurang mendapat perhatian dari lembaga sosial, pemerintah atau dinas terkait sedangkan komunitas Senyum Community ini adalah reaksi atas kenyataan tersebut dan wadah bagi mereka yang memiliki kesadaran dan kepedulian terhadap kehidupan sosial anak.

Skripsi yang penulis buat ini menekankan pada pengentasan masalah sosial anak oleh Senyum Community melalui program pemberdayaan berbasis komunitas di Yogyakarta yang mana masih banyak anak-anak yang belum mendapatkan perlindungan, perhatian serta pendekatan langsung dan dijabarkan melalui masalah anak yang dialami serta strategi pemberdayaan yang disusun oleh Senyum Community melalui program kerja yang tersusun secara sistematis. Selain itu sebagai tugas akhir untuk memperoleh gelar Sarjana Sosial dan sebagai penambah wawasan bagi para pembaca yang terketuk hati nuraninya untuk peduli terhadap sesama khususnya generasi muda/anak-anak. Skripsi ini juga sebagai bentuk apresiasi terhadap Senyum Community yang masih eksis di tengah-tengah kehidupan masyarakat dengan sukarela meluangkan waktu untuk peduli dan berbagi terhadap kehidupan anak-anak rawan yang mana mereka adalah termasuk kelompok anak yang seharusnya mendapatkan hak sebagaimana mestinya anak-anak pada umumnya. Selain itu skripsi ini agar menjadi bahan acuan atau referensi bagi akademisi, pekerja sosial serta masyarakat pada umumnya untuk mengembangkan model pemberdayaan yang lebih efektif dan efisien dalam pembangunan bangsa dan negara.

(6)

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang diatas, maka penelitian ini membatasi rumusan masalah sebagaimana berikut:

1. Seperti apa jenis program pemberdayaan anak rawan oleh Senyum Community ?

2. Bagaimana program pemberdayaan anak rawan oleh Senyum Community mampu memberdayakan mereka ?

C. TUJUAN PENELITIAN

Dengan rumusan masalah diatas, maka penelitian ini bertujuan untuk:

1. Memahami jenis program pemberdayaan anak rawan oleh Senyum Community.

2.

Memahami bentuk program pemberdayaan anak rawan serta indikatornya.

D. MANFAAT PENELITIAN 1. Secara Teoritis

Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dan sebagai sumbangan pemikiran bagi pengembangan Ilmu Sosiologi pada umumnya dan studi deskriptif pada khususnya. Selain itu juga diharapkan mempunyai signifikasi dalam menjelaskan bagaimana bentuk permasalahan sosial anak serta cara pengentasannya melalui strategi pemberdayaan oleh komunitas sosial.

(7)

2. Secara Praktis a. Bagi Peneliti

Kegunaan penelitian ini, bagi peneliti adalah untuk menambah pengetahuan dan wawasan sehubungan dengan masalah yang diteliti melalui penerapan ilmu dan teori yang telah di peroleh selama masa perkuliahan serta membandingkannya dengan fakta dan kondisi realita yang terjadi di lapangan.

b. Bagi Akademik

Bagi akademik, penelitian ini berguna bagi mahasiswa secara umum dan mahasiswa jurusan Sosiologi secara khusus sebagai literatur, khususnya bagi mahasiswa atau peneliti yang akan melakukan penelitian yang sejenis mengenai isu permasalahan di ruang lingkup masalah sosial anak serta solusi penyelesaiannya.

c. Bagi Praktisi

Penelitian ini dapat bermanfaat untuk para pekerja dan aktivis kegiatan sosial untuk lebih memahami dan memperhatikan bahwa diperlukan kepedulian khalayak umum dalam komunitas berorientasi sosial anak untuk menciptakan implikasi positif bagi perkembangan masa depan bangsa dan dalam pembangunan yang bersifat parsial antara sosial ekonomi dan budaya.

(8)

E. BATASAN MASALAH

Di dalam skripsi ini untuk menghindari kerancuan, peneliti membatasi masalah sesuai dengan topik yang dibahas yaitu:

1. Masalah Sosial Anak

Adalah sebuah fenomena ketimpangan sosial yang dialami di dalam kehidupan anak yang tidak diharapkan dan dianggap dapat merugikan kehidupan sosial serta bertentangan dengan standar sosial yang telah dipegang atau disepakati oleh kelompok masyarakat. Masalah sosial anak pada umumnya disebabkan oleh pelanggaran hak-hak anak seperti hak mendapat pendidikan, perlindungan, kasih sayang serta keterbatasan fisik atau non-fisik. Peneliti membatasi masalah sosial anak pada kasus yang disebabkan oleh faktor ekonomi (kemiskinan), disorganisasi keluarga (yatim piatu, broken home) serta cacat fisik atau psikis (difabel).

2. Anak Rawan

Adalah istilah untuk anak-anak pada rentang usia 18 tahun kebawah yang mana terjadi ketimpangan didalam pemenuhan hak-haknya misalnya hak mendapat pemenuhan kebutuhan hidup, pendidikan, kasih sayang serta perlindungan serta keterbatasan fisik dan mental.

(9)

3. Program Pemberdayaan Anak

Adalah model pemberdayaan anak melalui pendekatan, merumuskan program kerja termasuk didalamnya proses, strategi serta teknik dalam menunjang keberhasilan pemberdayaan anak supaya tepat sasaran. Di dalam pemberdayaan anak perlu membuat konsep pemberdayaan terhadap masalah sosial yang sedang dialami oleh kelompok anak.

4. LANDASAN TEORI

1. Teori Fungsionalisme Struktural dalam Memahami Munculnya Masalah Sosial Anak

Konsep studi masalah sosial dikenal dua pendekatan untuk mendiagnosis penyebab terjadinya masalah sosial anak yaitu person blame approach dan system blame approach. Pendekatan pertama beranggapan bahwa sumber masalah sosial terdapat pada penyandang masalah (aktor pelaku tindak kekerasan). Diagnosis masalah sosial difokuskan pada faktor-faktor yang melatarbelakangi kehidupan penyandang masalah tersebut. Pendekatan kedua mempunyai anggapan bahwa sumber masalah sosial terletak pada level sistem. Diagnosa dan upaya pemecahan masalah difokuskan pada penanganan sistemnya (Sutomo, 2008:209). Kedua pendekatan tersebut dituangkan dalam berbagai perspektif teori yang berkembang dalam studi masalah sosial. Terdapat tiga perspektif teori yang dapat digunakan untuk memahami masalah sosial yaitu teori struktural fungsional, teori konflik dan teori interaksi simbolik.

(10)

Penelitian ini penulis mencoba mendeskripsikan masalah sosial anak melalui perspektif struktural fungsional dalam memahami munculnya kesenjangan sosial anak. Teori Fungsionalisme Struktural merupakan bagian dari paradigma fakta sosial yang meneliti barang sesuatu dan fakta sosial yang terlihat maupun yang tidak terlihat. Teori ini juga menjelaskan bahwa masyarakat merupakan suatu sistem sosial yang terdiri atas bagian-bagian atau elemen-elemen yang saling berkaitan, saling menyatu dalam keteraturan dan keseimbangan. Perubahan yang terjadi pada satu bagian akan menyebabkan perubahan terhadap bagian yang lain. Asumsi dasarnya adalah bahwa setiap struktur sosial dan sistem sosial terdapat bagian atau elemen bersifat fungsional terhadap bagian atau elemen yang lain. Sebaliknya jika tidak fungsional maka struktur itu tidak akan ada atau akan hilang dengan sendirinya (George Ritzer, 2010:21). Teori ini juga menjelaskan bahwa struktur sosial dan institusi sosial berhubungan dengan fungsi dari fakta-fakta sosial. Fungsi dalam teori ini berkaitan dengan akibat-akibat yang dapat diamati dalam proses adaptasi atau penyesuaian suatu sistem. Menurut Robert K Merton penganut teori ini, berpendapat bahwa objek analisa sosiologi adalah fakta sosial seperti: peranan sosial, pola-pola institusional, proses sosial, organisasi kelompok, pengendalian sosial dan lain-lain (George Ritzer, 2010:22). Peneliti melihat kemungkinan bahwa dalam konteks penelitian ini masalah sosial anak merupakan fakta sosial dan sistem sosial yang sudah terbentuk (terinstitusionalisasi) yang berkaitan dengan adanya struktur dan institusi sosial di sekelilingnya. Bagian-bagian atau elemen-elemen dalam konteks masalah ini adalah anak rawan, keluarga, masyarakat. Anak masuk dalam struktur dalam

(11)

keluarga dan masyarakat, anak memiliki peran dan posisi dalam keluarga dan masyarakat. Sebaliknya juga keluarga memiliki peran dan posisi, masyarakat juga memiliki peran dan posisi yang memberi pengaruh terhadap anak. Anak juga terikat dengan nilai, norma dan budaya yang ada di keluarga dan masyarakat. Peneliti mencoba menjelaskan bagaimana institusi-institusi yang ada di masyarakat terutama institusi keluarga dan budaya yang mempengaruhi munculnya anak rawan. Konsep-konsep utama dalam teori fungsionalisme struktural adalah fungsi, disfungsi, fungsi laten, fungsi manifest dan keseimbangan. Teori ini menjelaskan bahwa semua peristiwa dan semua struktur adalah fungsional bagi masyarakat (George Ritzer, 2010:22). Peneliti melihat kemungkinan bahwa munculnya anak rawan selain merupakan hasil dari struktur dan pranata sosial disekitarnya, anak rawan dianggap fungsional oleh suatu masyarakat. Fungsional yang dimaksud adalah fungsi yang bersifat netral secara ideologis yaitu dapat bersifat positif maupun negatif. Robert K Merton menjelaskan konsep disfungsi, yaitu struktur sosial dan institusi sosial memelihara fakta sosial, sebaliknya struktur sosial dan institusi sosial dapat menimbulkan dampak yang negatif (George Ritzer, 2010:22). Robert K Merton juga menjelaskan konsep fungsi yaitu fungsi manifest dan fungsi laten. Masalah sosial anak memiliki fungsi manifest dan fungsi laten yaitu:

a. Manifest social problem yaitu masalah sosial yang muncul akibat adanya ketimpangan antara nilai dan norma sosial yang ada dilingkungan masyarakat. Masalah yang menurut keyakinan masyarakat dapat diperbaiki dan dibatasi atau

(12)

bahkan bisa dihilangkan (kejadian yang dianggap salah oleh masyarakat).

b. Latent social problem, menunjukkan adanya masalah sosial yang muncul akibat ketimpangan nilai dan norma sosial, tetapi masyarakat sulit untuk mengatasinya, karena walaupun masyarakat tidak menyukainya, tetapi masyarakat tidak berdaya untuk mengatasinya. Kejadian yang berlawanan dengan norma tetapi tetap diterima oleh masyarakat. (tidak dianggap masalah sosial).

2. Teori Pemberdayaan

Pemberdayaan berasal dari kata “daya” yang mendapat awalan ber- yang menjadi kata “berdaya” artinya memiliki atau mempunyai daya. Daya artinya kekuatan, berdaya artinya memiliki kekuatan. Pemberdayaan artinya membuat sesuatu menjadi berdaya atau mempunyai daya atau mempunyai kekuatan. Pemberdayaan dalam bahasa Indonesia merupakan terjemahan dari empowerment dalam bahasa inggris. Pemberdayaan sebagai terjemahan dari empowerment menurut Merrian Webster dalam Oxford English Dictionary mengandung dua pengertian:

To give ability or enable to, yang diterjemahkan sebagai memberi kecakapan/kemampuan atau memungkinkan.

(13)

Dalam konteks pembangunan istilah pemberdayaan pada dasarnya bukanlah istilah baru melainkan sudah sering dilontarkan semenjak adanya kesadaran bahwa faktor manusia memegang peran penting dalam pembangunan.

Carlzon dan Macauley sebagaimana di kutip oleh Wasistiono (1998:46) mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan pemberdayaan adalah sebagi berikut,

“Membebaskan seseorang dari kendali yang kaku, dan memberi orang kebebasan untuk bertanggung jawab terhadap ide-idenya, keputusan-keputusannya dan tindakan tindakannya”.

Sementara dalam sumber yang sama, Carver dan Clatter Back (1995 : 12) mendefinisikan pemberdayaan sebagai berikut,

“Upaya memberi keberanian dan kesempatan pada individu untuk mengambil tanggung jawab perorangan guna meningkatkan dan memberikan kontribusi pada tujuan organisasi”.

Sementara Shardlow (1998 : 32) mengatakan pada intinya,

“Pemberdayaan membahas bagaimana individu, kelompok ataupun komunitas berusaha mengontrol kehidupan mereka sendiri dan mengusahakan untuk membentuk masa depan sesuai dengan keinginan mereka”.

Pemberdayaan sebagai terjemahan dari empowerment menurut sarjana lain, pada intinya diartikan sebagai berikut,

(14)

 Membentuk klien memperoleh daya untuk mengambil keputusan dan mementukan tindakan yang akan ia lakukan yang terkait dengan diri mereka, termasuk mengurangi efek hambatan pribadi dan sosial dalam melakukan tindakan. Hal ini dilakukan melalui peningkatan kemampuan dan rasa percaya diri untuk menggunakan daya yang ia miliki, antara lain transfer daya dari lingkungan.

 Pemberdayaan bertujuan untuk meningkatkan kekuasaan orang-orang yang lemah atau tidak beruntung (Ife, 1995).

 Pemberdayaan menunjuk pada usaha pengalokasian kembali kekuasaan melalui pengubahan struktur sosial (Swift dan Levin, 1987).

 Pemberdayaan adalah suatu cara dengan mana rakyat, organisasi, dan komunitas diarahkan agar mampu menguasai (atau berkuasa atas) kehidupannya (Rappaport, 1984).

 Pemberdayaan adalah sebuah proses dengan mana orang menjadi cukup kuat untuk berpartisipasi dalam, berbagi pengontrolan atas, dan mempengaruhi terhadap, kejadian-kejadian serta lembaga-lembaga yang mempengaruhi kehidupannya.

 Pemberdayaan menekankan bahwa orang memperoleh keterampilan, pengetahuan, dan kekuasaan yang cukup untuk mempengaruhi kehidupannya dan kehidupan orang lain yang menjadi perhatiannya (Parsons, etal, 1994).

(15)

 Pemberdayaan menunjuk pada kemampuan orang, khususnya kelompok rentan dan lemah, untuk memiliki akses terhadap sumber-sumber produktif yang memungkinkan mereka dapat meningkatkan pendapatannya dan memperoleh barang-barang dan jasa-jasa yang mereka perlukan dan berpartisipasi dalam proses pembangunan dan keputusan-keputusan yang mempengaruhi mereka.

Definisi pemberdayaan yang dikemukakan para pakar sangat beragam dan kontekstual akan tetapi dari berbagai definisi tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa pemberdayaan merupakan upaya untuk memampukan dan memandirikan kelompok masyarakat atau dengan kata lain adalah bagaimana menolong masyarakat untuk mampu menolong dirinya sendiri.

Pengertian Pemberdayaan Anak Rawan

Pemberdayaan adalah upaya pemberian daya atau peningkatan keberdayaan, sedangkan Pemberdayaan Anak Rawan adalah upaya untuk memampukan dan memandirikan kelompok anak yang mengalami ketimpangan baik itu secara sosial, ekonomi atau budaya agar mampu berpartisipasi aktif dalam segala aspek pembangunan. Secara konseptual, pemberdayaan anak rawan adalah upaya untuk meningkatkan harkat dan martabat lapisan masyarakat yang dalam kondisi sekarang tidak mampu untuk melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan keterbelakangan.. Secara lebih luas, pemberdayaan anak rawan adalah upaya mengajak masyarakat untuk belajar dan berbuat bersama mencermati persoalan-persoalan kehidupan dan penghidupannya dalam rangka proses pencerdasan

(16)

generasi muda serta menumbuhkembangkan kemampuan masyarakat untuk memahami dan memecahkan berbagai persoalan kehidupannya secara kreatif.

Pemberdayaan anak rawan tidak hanya mengembangkan potensi ekonomi anak, tetapi juga harkat dan martabat, rasa percaya diri dan harga dirinya, terpeliharanya tatanan nilai budaya setempat. Pemberdayaan sebagai konsep sosial budaya yang implementatif dalam pembangunan yang berpusat pada masyarakat, tidak saja menumbuhkan dan mengembangkan nilai tambah ekonomi tetapi juga nilai tambah sosial dan budaya.

Beberapa pandangan tentang pemberdayaan anak-anak, antara lain sebagai berikut (Ife, 1996:59):

 Struktural, pemberdayaan merupakan upaya pembebasan, transformasi struktural secara fundamental, dan eliminasi struktural atau sistem yang oppressive.

 Pluralis, pemberdayaan sebagai upaya meningkatkan daya sesorang atau sekelompok orang untuk dapat bersaing dengan kelompok lain dalam suatu ’rule of the game’ tertentu.

 Elitis, pemberdayaan sebagai upaya mempengaruhi elit, membentuk aliniasi dengan elit-elit tersebut, serta berusaha melakukan perubahan terhadap praktek-praktek dan struktur yang elitis.

(17)

 Post-Strukturalis, pemberdayaan merupakan upaya mengubah diskursus serta menghargai subyektivitas dalam pemahaman realitas sosial.

G. METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang digunakan metode kualitatif dengan studi pada Senyum Community guna memberi penjelasan komprehensif mengenai masalah sosial anak di wilayah yang terpilih (Yogyakarta). Penelitian ini berupaya menelaah sebanyak mungkin data mengenai masalah sosial anak yang ada di Yogyakarta. Pembahasan yang dilakukan berusaha untuk menjawab ”Why and How”. Teknik yang digunakan adalah wawancara mendalam, observasi dan penelaahan dokumen, yang bertujuan semaksimal mungkin memperoleh pandangan lengkap dan mendalam mengenai masalah sosial anak. Sumber informan pada anak rawan, tokoh komunitas dan anggota komunitas. Untuk menjelaskan masalah sosial anak maka digunakan teori sikap dari Mar’at yang beranggapan bahwa tingkah laku sosial dapat dimengerti melalui pendekatan teori stimulus respon, artinya perilaku sosial dianalisis sebagai respon spesifik terhadap stimuli yang diberikan, didukung oleh hukuman dan penghargaan sesuai dengan reaksi yang terjadi. Artinya perilaku anak rawan sebagai perilaku sosial yang dipengaruhi oleh penghargaan maupun dukungan terhadap kegiatan komunitas. Konsep komunitas dari Ferdinan Tonny yang membagi komunitas pada 3 aspek yaitu seperasaan, sepenanggungan dan saling membutuhkan. Berdasarkan hal tersebut, komunitas Senyum Community dibentuk berdasarkan kebutuhan

(18)

masyarakat (fakta sosial) dan sebagai bentuk partisipasi aktif dan prakarsa komunitas terhadap penanganan permasalahan yang dihadapi anak. Selanjutnya komunitas peduli anak, dapat menjadi modal sosial yang dapat dimanfaatkan untuk peningkatan kesejahteraan sosial yang dapat berfungsi sebagai gerakan yang dirancang untuk meningkatkan kehidupan seluruh elemen masyarakat.

Metode penelitian dipergunakan peneliti guna memberikan kerangka kerja dalam memahami objek yang akan menjadi sasaran ilmu pengetahuan (Manasse Malo, Sri Tresnaningtyas Gulardi, Metode Penelitian Masyarakat, Jakarta, Pusat Antar Ilmu-ilmu Sosial UI, 1986, hal. 89). Dalam penelitian ini metode yang digunakan ditunjukkan untuk mengetahui bagaimana strategi pemberdayaan anak rawan dalam komunitas sosial Senyum Community dalam mengentaskan permasalahan sosial anak.

1. SUMBER DATA PENELITIAN

Sumber data penelitian ini ada 3 unsur, yaitu:

 Dokumentasi kegiatan selama observasi yang penulis lakukan langsung di lapangan yakni di dalam kegiatan pemberdayaan oleh komunitas Senyum Community Yogyakarta

 Sumber data yang kedua adalah narasumber yakni anak rawan yang diberdayakan Senyum Community, Dwi Wahyu Arif Nugroho selaku ketua komunitas serta orang-orang yang tergabung dan bertanggung jawab dalam kepengurusan Senyum Community Yogyakarta.

(19)

 Literatur atau kepustakaan yang terkait secara keseluruhan beserta persoalannya maupun yang spesifik membahas tentang masalah sosial anak serta strategi pengentasan masalah tersebut.

2. TEKNIK PENGUMPULAN DATA a. Observasi

Observasi dilakukan mulai tanggal 8 Februari 2015 sampai dengan 28 Juni 2015. Cara melakukan pengamatan secara langsung di lapangan, akurat dan mencatat fenomena yang muncul terhadap keadaaan yang terjadi di lapangan atau melakukan pengamatan terhadap subyek-subyek tertentu. Pengamatan (observasi) adalah metode pengumpulan data dimana peneliti atau kolaboratornya mencatat informasi sebagaimana yang mereka saksikan dan amati selama penelitian. Pengamatan terhadap peristiwa-peristiwa itu bisa dilakukan dengan cara melihat, mendengarkan, merasakan yang kemudian dicatat seobyektif mungkin (W. Gulo, Metodologi Penelitian, 2002). Lokasi observasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah basecamp Senyum Community yang terletak di Pogung Lor, Sinduadi, Yogyakarta.

b. Interview/Wawancara

Interview atau wawancara dilakukan untuk mendapatkan informasi secara mendalam mengenai bagaimana fenomena masalah sosial anak serta komunitas sebagai agen sosial menyusun strategi pemberdayaan dalam upaya pengentasan masalah sosial anak.

(20)

Wawancara adalah bentuk komunikasi langsung antara peneliti dan informan. Komunikasi berlangsung dalam bentuk tanya jawab dalam interaksi tatap muka. Wawancara tidak hanya menangkap pemahaman atau ide, tetapi juga dapat menangkap perasaan, pengalaman, emosi, motif yang dimiliki oleh informan yang bersangkutan. Narasumber adalah anak rawan serta tokoh yang terlibat dan berpartisipasi dalam pemberdayaan tersebut.

3. TEKNIK ANALISIS DATA a. Reduksi Data

Mengantisipasi data yang terlalu banyak saat dilapangan maka perlu pencatatan yang lebih teliti. Oleh sebab itu perlu segera dilakukan analisis data melalui reduksi data. Di dalam mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari pola dan temanya seperti indikator keberhasilan dari strategi pemberdayaan serta motif dan makna nilai di dalamnya.

b. Display Data

Setelah mereduksi data maka dilakukan display data atau penyajian data. Hal yang dilakukan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif ini adalah dengan teks yang bersifat naratif. Didalam display data dilakukan pemilahan data sesuai dengan karakteristiknya dan memilah data yang tidak diperlukan sehingga data lebih mudah untuk dipahami. Penyajian data dilakukan

(21)

dengan menuliskan atau mendeskripsikan hasil wawancara informan dan responden. Dalam hal ini anak sebagai subjek penelitian yaitu anak rawan menceritakan pengalaman yang dihadapinya dalam kehidupan sosial yang terkait masalah sosial anak serta tokoh yang berpartisipasi dalam pemberdayaan anak. c. Penarikan Kesimpulan

Penarikan kesimpulan adalah langkah akhir menyelesaikan penelitian ini.kesimpulan dalam penelitian ini berupa temuan baru hasil analisis penelitian juga opini atau tanggapan peneliti dari hasil penelitiannya di lapangan, yakni berupa potensi komunitas sosial tersebut serta hasil signifikan dari strategi pemberdayaan yang telah dijalankannya.

4. KESIMPULAN

Kesimpulan dalam skripsi ini berupa tanggapan atau opini dari peneliti, yakni pengentasan masalah sosial anak melalui program pemberdayaan oleh Senyum Community mampu meningkatkan taraf hidup anak sebagai generasi muda penerus bangsa.

Referensi

Dokumen terkait

menampilkan hasil pemindaian yang sebelumnya berupa angka koordinat x,y,dan z dari sensor optik kemudian ditampilkan atau divusialisasikan sehingga berbentuk objek 3 dimensi

Evaluasi internal program studi dengan menggunakan metode NBC ini dapat menjadi media untuk calon mahasiswa baru mengetahui keadaan program studi yang akan

Tersedia prosedur kerja pengelolaan flora dan fauna tetapi tidak mencakup seluruh jenis yang dilindungi dan/atau langka, jarang, terancam punah dan endemik yang terdapat

Berdasarkan uraian masalah yang ada dan hasil observasi, maka penulis akan melaksanakan penelitian dengan judul “Pengaruh penerapan Ice breaking pada pembelajaran

akan dianggap sebagai kebenaran ilmiah berdasarkan akan dianggap sebagai kebenaran ilmiah berdasarkan bukti (evidence) yang tersedia dan pemahaman dgn bukti (evidence) yang

tersebut termasuk golongan unsur peralihan (2) konfigurasi elektron kulit terluarnya adalah 4s 2 4s 6 (3) unsur tersebut mempunyai valensi lebih dari satu (4) dalam sistem

Model Treffinger Dengan Pedekatan Scientific Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Dalam Pemecahan Masalah Siswa Kelas V.. Journal of

Konseptual merupakan unsur penting dalam penelitian berdasarkan kajian teoritis di atas dapat dijelaskan bahwa pembelajaran pada umumnya adalah kegiatan yang