• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN. Proses penelitian dengan judul Pengaruh Gaya Kepemimpinan dan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III METODE PENELITIAN. Proses penelitian dengan judul Pengaruh Gaya Kepemimpinan dan"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Proses penelitian dengan judul Pengaruh Gaya Kepemimpinan dan Kedisiplinan Karyawan terhadap Produktivitas Kerja ini diawali dengan kegiatan mengidentifikasi permasalahan di tempat yang akan digunakan sebagai lokasi penelitian. Perumusan masalah yang teridentifikasi, pengumpulan dasar teori yang memperkuat landasan variabel, penyusunan metode dalam pengumpulan data, penyusunan instrumen, hinga penentuan teknik pengujian statistik yang dipergunakan dalam penelitian ini dilakukan mulai dari bulan September sampai dengan November 2015.

Untuk memperoleh data dalam penelitian ini, penulis memilih tempat penelitian pada PT. Artajasa Pembayaran Elektronis, Gedung Grha Artajasa Jl. Letnan Sutopo B.1/3 Sektor Komersil III B Serpong Tangerang Selatan 15321. Sedangkan untuk objek penelitiannya, penulis memusatkan pada karyawan Divisi Electronic Channel.

B. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif kausalitas. Dimana penelitian deskriptif adalah penelitian yang bertujuan untuk membuat deskripsi secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat dari populasi (objek ) penelitian. Menurut Sugiyono (2012:37) desain kausal berguna untuk mendapatkan bukti

(2)

hubungan sebab akibat, sehingga dapat diketahui mana yang menjadi variable yang mempengaruhi dan mana variable yang dipengaruhi. Penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh satu atau lebih variabel bebas terhadap variabel terikat dengan memerlukan pengujian hipotesis dengan uji statistik.

Penelitian ini merupakan penelitian untuk mengetahui pengaruh dua variabel independen (eksogen) yaitu gaya kepemimpinan dan kedisiplinan karyawan terhadap satu variabel dependen (endogen) yaitu produktivitas kerja.

C. Definisi dan Operasional Variabel

Dalam penelitian ini variabel yang diamati terdapat dua macam yaitu variabel independen (eksogen) dan variable dependen (endogen). Variabel independen dalam bahasa Indonesia sering disebut sebagai variable bebas. Variabel bebas adalah variable yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variable dependen (terikat). Sedangkan variable dependen dalam bahasa Indoesia sering disebut sebagai variable terikat. Variable terikat merupakan variable yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variable bebas (Sugiyono, 2012:39). Dalam penelitian ini yang menjadi variabel independen (eksogen) adalah gaya kepemimpinan dan disiplin karyawan, sementara variabel dependen (endogen) adalah produktivitas kerja.

1. Definisi Variabel

(3)

Menurut Rivai dan Mulyadi (2009:42) gaya kepemimpinan adalah sekumpulan ciri yang digunakan pemimpin untuk mempengaruhi bawahan agar sasaran organisasi tercapai atau dapat pula dikatakan bahwa gaya kepemimpinan adalah pola perilaku dan strategi yang disukai dan sering diterapkan oleh seorang pemimpin.

b. Kedisiplinan Karyawan (X2)

Menurut Hasibuan (2009:194) kedisiplinan adalah kesadaran dan kesediaan seseorang menaati semua peraturan perusahaan dan norma – norma sosial yang berlaku.

c. Produktivitas Kerja (Y)

Menurut Sedarmayanti (2009:79) produktivitas adalah kemampuan seseorang untuk menggunakan kekuatannya dan mewujudkan segenap potensi yang ada padanya guna mewujudkan kreativitas.

2. Operasional Variabel

TABEL 3.1

OPERASIONAL VARIBEL GAYA KEPEMIMPINAN

Variabel Dimensi Indikator Skala

Gaya Kepemimpinan

( X1 )

Gaya Otoriter

a. Wewenang mutlak berpusat pada pimpinan b. Keputusan selalu dibuat oleh pimpinan c. Kebijaksanaan selalu dibuat oleh pimpinan

d. Komunikasi langsung satu arah dari pimpinan kepada bawahan

e. Tiada kesempatan bagi bawahan untuk memberikan saran, pertimbangan, atau pendapat

Ordinal

Gaya Demokratis

a. Wewenang pimpinan tidak mutlak

b. Pimpinan bersedia melimpahkan sebagian wewenang kepada bawahan

c. Keputusan dibuat bersama antara pimpinan dan bawahan d. Kebijaksanaan dibuat bersama antara pimpinan dan

bawahan

e. Komunikasi berlangsung timbal balik, baik yang terjadi antara pimpinan dan bawahan maupun antar sesama bawahan

(4)

Gaya Kebebasan

atau Liberal

a. Pimpinan melimpahkan wewenang sepenuhnya kepada bawahan

b. Keputusan lebih banyak dibuat oleh para bawahan

c. Kebijaksanaan lebih banyak dibuat oleh para bawahan

d. Pimpinan hanya berkomunikasi apabila diperlukan oleh bawahannya

e. Hampir tiada pengawasan terhadap sikap, tingkah laku, perbuatan, atau kegiatan yang dilakukan para bawahan

Ordinal

Sumber: Soekarso (2010:100-104)

TABEL 3.2

OPERASIONAL VARIBEL DISIPLIN KARYAWAN

Variabel Dimensi Indikator Skala

Disiplin Kerja (X2)

Ketepatan

Waktu a. Karyawan datang dan pulang tepat waktu b. Menggunakan waktu dengan teratur dan baik Ordinal Menggunakan

peralatan kantor dengan baik

a. Menggunakan peralatan dengan baik b. Merawat sarana dan prasarana kantor

c. Berhati-hati dalam menggunakan peralatan kantor

Ordinal

Mempunyai tanggung jawab

yang tinggi

a. Karyawan menyelesaikan tugas yang diberikan rutin oleh perusahaan tanpa menunggu perintah b. Karyawan bertanggung jawab pada pekerjaanya

yang dilakukan

c. Mengerjakan tugas sesuai dengan prosedur perusahaan

Ordinal

Ketaatan pada peraturan

Kantor

a. Karyawan taat dan mengerti akan peraturan perusahaan

b. Karyawan menginfomasikan ketidakhadiran kepada atasan dan pihak terkait

Ordinal

Sumber: Soejono (2005:68)

TABEL 3.3

DEFINISI OPERASIONAL VARIBEL PRODUKTIVITAS KERJA

Variabel Dimensi Indikator Skala

Produktivitas Kerja ( Y )

Kuantitas kerja

Hasil yang dicapai oleh karyawan dalam jumlah tertentu dengan perbandingan standar yang ada atau ditetapkan

oleh perusahan Ordinal

Kualitas kerja

Kemampuan karyawan dalam menyelesaikan pekerjaan secara teknis dengan perbandingan standar yang

ditetapkan oleh perusahaan Ordinal

Ketepatan

waktu Tingkat suatu aktivitas diselesaikan pada awal waktu yang ditentukan Ordinal

(5)

D. Pengukuran Variabel

Pengukuran masing-masing variabel dalam penelitian ini menggunakan skala likert. Menurut Sugiyono (2012:93) skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau kelompok orang tentang fenomena sosial.

Dengan skala likert maka variabel yang akan diukur dijabarkan dalam bentuk indikator variabel. Kemudian indikator itu dijadikan sebagai tolak ukur untuk menyusun instrumen-instrumen yang dapat berupa pertanyaan maupun pernyataan. Pada skala pengukuran ini terbagi dalam beberapa skala yang masing-masing skala tersebut memiliki skor penilaian antara 1-5 dimana skor 1 digunakan untuk jawaban responden yang sangat rendah, sementara skor 5 digunakan untuk jawaban responden yang sangat tinggi. Penggunaan skala ini karena skala tersebut biasa dan lazim digunakan dalam jurnal-jurnal manajemen. Skala likert menggunakan lima tingkatan jawaban yang dapat dilihat pada tabel berikut ini:

TABEL 3.4 SKALA LIKERT Jawaban Nilai Sangat setuju (SS) 5 Setuju (S) 4 Netral (N) 3 Tidak setuju (TS) 2

Sangan tidak setuju (STS) 1

(6)

E. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi Penelitian

Menurut Sugiyono (2012:80), populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karateristik tertentu yang telah ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajarai dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh karyawan pada Divisi Electronic Channel PT. Artajasa Pembayaran Elektronis yang berjumlah 50 orang.

2. Sampel

Menurut Sugiyono (2012:81), sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Jika populasi besar dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, makan peneliti dapan menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik pengambilan sampel dengan cara Purposive Sampling, yang artinya adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2012:85).

Menurut Arikunto (2010:112), apabila populasi penelitian berjumlah kurang dari 100 maka sampel yang diambil adalah semuanya, namun apabila populasi penelitian berjumlah lebih dari 100 maka sampel dapat diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih. Mengingat jumlah populasi dari penelitian ini kurang dari 100, maka semua populasi diambil sebagai sampel.

(7)

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan kuesioner yaitu menyebarkan selebaran angket atau pertanyaan yang diisi oleh responden yang menjadi sampel dalam penelitian ini.

G. Metode Analisis Data 1. Statistik Deskriptif

Statistik deskripstif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standard deviasi, varian, maksimum, minimum, sum, range, kurtosis dan skewness (Ghozali, 2013: 19). Analisis deskriptif digunakan untuk menggambarkan dan mendeskripsikan variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini. Analisis deskriptif dilakukan dengan menggunakan statistik deskriptif yang menghasilkan nilai rata-rata, maksimum, minimum, dan standar deviasi untuk mendeskripsikan variabel penelitian sehingga secara kontekstual mudah dimengerti.

2. Uji Kualitas Data a. Uji Validitas

Uji validitas digunakan untuk mengetahui sah atau valid tidaknya suatu kuesioner. Uji validitas dilakukan dengan membandingkan nilai r hitung dengan r tabel untuk tingkat signifikan 5 persen degree of freedom (df) = n-2, dalam hal ini n adalah jumlah sampel. Jika r dihitung > r tabel maka pertanyaan atau indikator tersebut dinyatakan valid, demikian sebaliknya bila r hitung < r tabel maka pertanyaan atau indikator tersebut dinyatakan tidak valid (Ghozali, 2013:52).

(8)

b. Uji Realibilitas

Reabilitas adalah ukuran mengenai konsistensi internal dari indikator-indikator sebuah konstruk yang menunjukan derajat sampai dimana masing-masing indikator mengindikasikan sebuah konstruk atau factor laten yang umum. Dengan kata lain bagaimana hal-hal yang spesifik saling membantu dalam menjelaskan sebuah fenomena umum. Jika semua konstruk dalam penelitian mempunyai Cronbach’s Alpha > 0,60 , maka jawaban responden terhadap pernyataan-pernyataan yang digunakan untuk mengukur masing-masing konstruk adalah konsisten dan konstruk dapat diandalkan (Nugroho, 2005:72).

3. Uji Asumsi Klasik a. Uji Normalitas

Menurut Imam Ghozali (2013: 110) tujuan dari uji normalitas adalah sebagai berikut: “Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah masing-masing variabel berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas diperlukan karena untuk melakukan pengujian-pengujian variabel lainnya dengan mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal.

Menurut Ghozali (2013:160) ada dua cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan:

1. Analisis grafik

Menurut Ghozali (2013:163) pada prinsipnya normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik atau dengan melihat histogram dari

(9)

residualnya. Dasar pengambilan keputusan dengan menggunakan analisi grafik adalah:

a. Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan pola distribusi normal yaitu mengikuti atau mendekati bentuk lonceng, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. b. Jika data menyebar jauh dari diagonal dan/atau tidak mengikuti

arah garis diagonal atau grafik histogram tidak menunjukkan pola distribusi normal yaitu tidak mengikuti atau mendekati bentuk lonceng, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas

2. Uji Kolmogorov-Smirnov

Untuk menentukan uji ini didasarkan kepada Kolmogorov-Smirnov Test terhadap model yang diuji. Menurut Ghozali (2013:32), uji Kolmogorov-Smirnov dilakukan dengan membuat hipotesis:

H0: Data residual terdistribusi normal, apabila sig. 2-tailed > α = 0.05

Ha: Data residual tidak terdistribusi normal, apabila sig. 2-tailed < α = 0.05

b. Uji Multikolinieritas

Uji multikoliniearitas adalah untuk menguji apakah model regresi ditemukan dengan adanya korelasi antar variable bebas (Independen).

(10)

Apabila terjadi korelasi maka dinamakan terdapat problem multikolinieritas (Ghozali, 2013:91). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel bebas. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinieritas di dalam model regresi adalah dapat dilihat dari Nilai Tolerance dan lawannya serta Varians Inflation Factor (VIF). Kedua ukuran itu menjunjukan setiap variabel bebas manakah yang dijelaskan oleh variabel bebas lainnya. Tolerance mengukur variabilitas variabel bebas yang terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel bebas lainnya. Jadi, nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF yang tinggi (karena VIF = 1/Tolerance). Nilai cut off yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolinieritas adalah nilai tolerance < 0,10 atau sama dengan nilai VIF > 10 (Ghozali, 2013:106). Apabila di dalam model regresi tidak ditemukan asumsi deteksi seperti di atas, maka model regresi yang digunakan dalam penelitian ini bebas dari multikolinieritas dan demikian pula sebaliknya.

c. Uji Heteroskedastisitas

Menurut Imam Ghozali (2013: 105) Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain, jika varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain berbeda maka disebut heteroskedastisitas. Dan jika varians tersebut berbeda disebut

heteroskedastisitas adalah dengan melihat grafik plot antara nilai prediksi variabel terikat yaitu ZPRED dengan residualnya SRESID.

(11)

Deteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED dimana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi, dan sumbu X adalah residual (Y prediksi – Y sesungguhnya). Dasar analisisnya adalah: 1. Apabila terdapat pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk

pola tergantung (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas.

2. Apabila tidak terdapat pola jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka nol pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.

4. Uji Analisis Regresi Linear Berganda

Analisis regresi linier berganda adalah hubungan secara linier antara dua atau lebih variabel independen (X1,X2,Xn) dengan variabel dependen (Y), (Priyanto, 2010:61). Hasil dari analisis regresi adalah berupa koefisien untuk masing-masing variabel independen. Dalam peneliian ini, variabel independennya adalah gaya kepemimpinan (X1) dan kedisiplinan karyawan (X2), sedangkan variabel dependennya adalah produktivitas kerja (Y), sehingga persamaan regresi linear bergandanya adalah sebagai berikut:

𝑌 = 𝑎 + 𝑏1𝑋1 + 𝑏2𝑋2 + 𝑒 Keterangan:

Y = Produktivitas Kerja a = Nilai konstanta

(12)

b1 = Koefisien regresi variabel X1 b2 = Koefisien regresi variabel X2

X1 = Variabel Independent (Gaya Kepemimpinan) X2 = Variabel Independent (Kedisiplinan Karyawan) e = Standard error

5. Uji Hipotesis

a. Uji Koefisien Determinasi (Adjusted R2)

Koefisien Determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh

kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel independen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R2 yang kecil

berarti kemampuan variabel-variabel independen bebas yaitu gaya kepemimpinan dan disiplin karyawan dalam menjelaskan variasi variabel terikat produktivitas kerja amat terbatas. Begitu pula sebaliknya, nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen (Ghozali, 2013:46).

Kelemahan mendasar penggunaan koefisien determinasi adalah terhadap jumlah variabel bebas yang dimasukkan dalam model. Setiap tambahan satu variabel bebas, maka R2 pasti akan meningkat tidak perduli

apakah variabel tersebut secara signifikan terhadap variabel terikat. Oleh karena itu, banyak peneliti menganjurkan untuk menggunakan nilai Adjusted R2 pada saat mengevaluasi mana model regresi yang terbaik.

(13)

Tidak seperti R2) dapat naik atau turun apabila satu variabel independen

ditambahkan ke dalam kotak (Ghozali, 2013:97). b. Uji Signifikansi Simultan (Uji F)

Secara simultan, pengujian hipotesis dilakukan dengan uji F-test. Menurut Ghozali (2013:98): “uji statistik F ada dasarnya menunjukkan apakah semua varibel independen atau bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama- sama terhadap variabel dependen/terikat”.

Di dalam penelitian ini uji F digunakan untuk menguji hipotesis H1 yaitu pengaruh WCTA, DER, ITO, TATO, GPM, dan OPM secara simultan terhadap pertumbuhan laba pada perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di BEI. Menurut Ghozali (2011:98), uji F dilakukan dengan membandingkan signifikansi F hitung dengan F tabel dengan ketentuan:

1. H0 diterima dan Ha ditolak jika F hitung < F tabel untuk α = 0,05 2. H0 ditolak dan Ha diterima jika F hitung > F tabel untuk α = 0,05 c. Signifikansi Parameter Individual (Uji t)

Uji t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas atau independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen atau terikat (Ghozali, 2013:98-99).

Kriteria pengambilan keputusan untuk menguji hipotesis yaitu menggunakan statistik t sebagai berikut:

(14)

1. Jika nilai signifikansi t < 0,05 atau koefisien t hitung signifikan pada taraf kurang dari 5% maka H0 ditolak.

2. Jika nilai signifikansi t > 0,05 atau koefisien t hitung signifikan pada taraf lebih dari 5% maka H0 diterima.

Gambar

TABEL 3.4  SKALA LIKERT  Jawaban  Nilai  Sangat setuju (SS)  5  Setuju (S)  4  Netral (N)  3  Tidak setuju (TS)  2

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan Untuk dapat berkompetensi dalam berkomunikasi lintas budaya di kalangan generasi muda sebagai bentuk kesiapan menghadapi Pemberlakuan

Produk ini tidak reaktif dalam kondisi penggunaan, penyimpanan, dan transportasi yang normal.

Berbeda halnya ketika pembeli itu datang lebih dahulu dari pada pembeli, mengenai maksudnya yaitu membeli, maka ketika seorang makelar mempertemukan keduanya

Meski ada perubahan kewenangannya yang luar biasa namun masih ada kewenangan-kewenangan yang masih perlu dibanggakan oleh MPR seperti Pasal 3 Ayat 1 berbunyi:

Dalam metode heijunka , volume produksi yang telah direncanakan besarnya masing-masing periode bulanan diturunkan ke periode harian dengan cara merata- ratakannya (untuk

hipertrofi atau peningkatan isi sekuncup NOC :  Cardiac Pump effectiveness  Circulation Status  Vital Sign Status Kriteria Hasil: o Tanda Vital dalam rentang normal (Tekanan

Petugas Pelayanan Informasi akan mengelompokkan dan penanganannya dilakukan oleh unit kerja yang terkait sesuai dengan substansi permasalahannya, apabila Unit Kerja

Pokok Bahasan : Ruang lingkup, Sistem, Peran Dan Fungsi Manajemen SDM Dalam Organisasi Sub Pokok Bahasan : Ruang Lingkup dan Sistem Manajemen SDM (Sesi 2)1. Kegiatan Pembelajaran