• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Kecurangan berarti ketidakjujuran dan keculasan. Sehingga dapat diperoleh

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Kecurangan berarti ketidakjujuran dan keculasan. Sehingga dapat diperoleh"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

1 1.1 Latar Belakang Penelitian

Pada dasarnya setiap perusahaan bertujuan untuk memperoleh laba (profit oriented). Namun dalam setiap aktivitas di dalam perusahaan tidak akan terlepas dari adanya risiko. Setiap aktivitas organisasi pasti ada ketidakpastian yang identik dengan risiko, diantaranya adalah risiko kecurangan (Karyono, 2013:1). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia terbitan Balai Pustaka (2005), Kecurangan berarti ketidakjujuran dan keculasan. Sehingga dapat diperoleh kesimpulan bahwa kecurangan memiliki unsur-unsur adanya perbuatan yang melanggar hukum, dilakukan oleh orang dalam dan dari luar organisasi, untuk mendapatkan keuntungan pribadi atau kelompok, dan secara langsung maupun tidak langsung merugikan pihak lain. Menurut teori motivasi kecurangan, timbulnya perilaku fraud karena adanya tekanan, kesempatan, dan pembenaran.

Menurut Karyono (2013:61), Adanya langkah-langkah yang diperlukan untuk mencegah kecurangan berdasarkan teori fraud triangle yaitu :

1. Mengurangi “Tekanan” Situasional yang Menimbulkan Kecurangan, 2. Mengurangi “Kesempatan” Melakukan Kecurangan,

3. Mengurangi “Pembenaran” Melakukan Kecurangan dengan Memperkuat Integritas Pribadi Pegawai.

Kasus kecurangan terjadi di berbagai Perusahaan baik itu berskala kecil mau pun Perusahaan berskala besar. Seperti yang sudah di jelaskan di atas,bahwa banyaknya kasus kecurangan yang terjadi di Indonesia tidak hanya di perusahaa

(2)

swasta, namun juga terjadi di perusahaan milik pemerintah yaitu Badan Usaha Milik Negara atau milik pemerintah daerah yaitu Badan Usaha Milik Daerah. Terutama kasus kecurangan yang sering terjadi ada pada bidang perbankan, karena kegiatan ekonomi masyarakat secara keseluruhan tidak bisa terlepas dari dunia perbankan. Peranan perbankan untuk memajukan perekonomian suatu negara dalam dunia modern ini sangatlah besar (Andriyaningsih,2015).

Menurut Examination Manual 2006 dari Association of Certified Fraud Examiner yang dikutip oleh Karyono (2013:17), fraud (kecurangan) terdiri atas empat kelompok besar yaitu Kecurangan Laporan (Fraudulent Statement), Penyalahgunaan Aset (Asset Missappropriation), Korupsi (Corruption), dan Kecurangan yang Berkaitan dengan Komputer (Computer Fraud). Fraud (kecurangan) juga terjadi pada dua tingkatan yaitu fraud pegawai dan fraud manajemen. Penting untuk membedakan antara kedua jenis fraud ini karena tiap jenis memiliki tanggung jawab dan implikasi yang berbeda bagi auditor internal (Eka Ariaty Arfah, 2011:141).

Salah satu tindakan kecurangan yang cukup menyita perhatian di dunia perbankan yaitu adanya kredit fiktif. Kredit fiktif merupakan salah satu modus kejahatan perbankan yang melibatkan seseorang dalam melakukan serangkaian tindakan, seperti pemberian kredit yang tidak sesuai prosedur dan tidak sesuai dengan persyaratan, dimana karyawan bank yang memanipulasi kerugian bank melalui transaksi kredit fiktif dengan membuat debitur fiktif, laporan fiktif dan melanggar batas maksimum pemberian kredit. Kredit fiktif dapat merugikan perusahaan atau pun perbankan,karena kredit fiktif termasuk ke dalam

(3)

penyalahgunaan aset yang salah satunya merupakan bagian cabang dari fraud di dalam Fraud Tree menurut Association of Certified Examiner (ACFE).

Asset misapproriation atau “pengambilan” aset secara ilegal dalam bahasa sehari hari disebut mencuri. Namun, dalam istilah hukum, ”mengambil” aset secara ilegal (tidak sah,atau melawan hukum) yang dilakukan oleh seseorang yang diberi wewenang untuk mengelola atau mengawasi aset tersebut,disebut menggelapkan. Istilah pencurian dalam fraud tree disebut larceny. (Tuanakotta,2010:199)

Salah satu kasus kecurangan penyalahgunaan aset terjadi di Badan Usaha Milik Negara yaitu Bank Jabar Banten. Dilansir dari salah satu website Bisnis.com mengatakan bahwa selama 10 tahun terakhir, pihak kepolisian berhasil mengungkap empat kasus kredit fiktif di perseroan. Tiga diantaranya terjadi di Bank BJB dan satu kasus di Bank BJB Syariah. Pertama kasus kredit bermasalah di Bank BJB Cabang Sukajadi senilai Rp76,18 miliar. Kasus ini terungkap pada 2013 lalu. Kedua, kredit fiktif oleh Bank BJB Cabang Surabaya senilai Rp58,2 miliar yang terungkap pada 2014. Ketiga adalah pemberian kredit fiktif di Bank BJB Cabang Sukabumi senilai Rp38,7 miliar terungkap pada 2016. Keempat adalah kredit fiktif yang disalurkan Bank BJB Syariah senilai Rp548 miliar.

Kasus kredit fiktif pun terjadi pada KCP Bank BJB yang terdapat di RSI Al Ihsan Kabupaten Bandung. Berdasarkan informasi yang dikutip dari artikel Kejaksaan Tinggi Jawa Barat yang telah menjelaskan informasi dan menyebutkan bahwa Penyidik Kejaksaan Tinggi Jawa Barat telah menangkap beberapa tesangka yang terkait pada kasus dugaan adanya kredit fiktif pada Bank Jabar Banten (BJB)

(4)

Kantor Cabang Pembantu (KCP) Rumah Sakit Islam Al-Ihsan Baleendah yang telah menyalurkan kredit kepada debitur yang tidak sesuai dengan prosedur dan persyaratan yang berlaku pada periode 2014-2016.

Kasus tersebut berawal pada tahun 2014 di mana Bank Jabar Banten (BJB) Kantor Cabang Pembantu (KCP) Rumah Sakit Islam Al-Ihsan Baleendah Kabupaten Bandung memberikan fasilitas Kredit Purna Bhakti (KPB) kepada 81 orang Debitur. Namun sekitar bulan Mei 2016 kredit kepada 81 orang debitur tersebut dinyatakan macet oleh Bank BJB KCP RSI Al Ihsan Baleendah. Kemudian Bank Jabar Banten (BJB) Kantor Cabang Pembantu (KCP) Rumah Sakit Islam Al-Ihsan mengajukan klaim dengan tuntutan sebesar Rp. 10.557.342.046,00 kepada PT. PAN yang kemudian meneruskannya kepada pihak Konsorsium Asuransi. Ternyata terhadap klaim tersebut ditolak oleh pihak konsorsium asuransi dengan alasan pemberian kredit tidak sesuai prosedur dan tidak sesuai persyaratan, seperti adanya dugaan kredit fiktif berupa alamat debitur tidak dijumpai, debitur tidak pernah mengajukan kredit, gaji pensiun debitur belum disalurkan melalui Bank, surat keterangan pensiun asli tidak dilampirkan, dan lain-lain.

Dilansir pula dari sumber yang terdapat di salah satu website Pena Perubahan yang menjelaskan kasus adanya dugaan kredit fiktif pada Bank Jabar Banten (BJB) Kantor Cabang Pembantu (KCP) Rumah Sakit Islam Al-Ihsan Baleendah Kabupaten Bandung seperti yang telah dijelaskan diatas. Menyebutkan bahwa dengan adanya kasus tersebut negara telah mengalami kerugian sebesar Rp. 10.557.342.046,00 ,yang hingga kini proses hukum nya masih berlanjut. Dan

(5)

salah seorang aktifis yang mengatakan bahwa kasus yang terjadi harus diselidiki lebih lanjut lagi karena menurutnya, pencairan uang puluhan milyar tersebut tidak mungkin terjadi tanpa adanya persekongkolan. Kemudian dia menyebutkan bahwa beberapa orang yang sudah tertangkap menjadi tersangka kasus ini masih dikatakan tidak logis, sebab uang puluhan Milyar tidak mungkin bisa dicairkan tanpa proses yang ketat. Dan menduga hal ini terdapat kaitannya antara BJB pusat dengan BJB Cabang, sehingga proses pencairan dapat terjadi. Serta disisi lain, proses kredit sangatlah sulit tanpa persyaratan yang lengkap. Sehingga tidak akan semudah itu pihak perbankan menyalurkan kredit kepada debitur yang syaratnya tidak sesuai prosedur yang berlaku.

Berdasarkan kasus di atas menunjukan bahwa masih sering terjadinya kasus kecurangan yaitu salah satunya pemberian kredit fiktif yang terjadi di salah satu Badan Usaha Milik Negara yaitu Bank Jabar Banten. Hal ini pun menunjukan bahwa pelaksanaan audit internal di Kantor Cabang Pembantu (KCP) Bank Jabar Banten (BJB) yang terdapat di RSI Al Ihsan Kabupaten Bandung masih belum berjalan efektif dikarenakan masih sering terjadinya kasus kecurangan.

Salah satu cara untuk meningkatkan efektivitas pencegahan kecurangan yaitu dengan meningkatkan pelaksanaan audit internal di perbankan atau pun di dalam perusahaan. Audit internal berada di dalam organisasi yang sesuai dengan ketentuan aturan atau kepentingan manajemen yang akan membantu sebuah organisasi mencapai tujuannya dengan mengevaluasi suatu sistem dan prosedur yang telah disusun rapih,benar,dan sistematis serta apakah prosedur tersebut diimplementasikan dengan benar. Selain itu membantu organisasi untuk

(6)

meningkatkan efektivitas manajemen risiko,pengendalian,dan proses tata kelola. Auditor internal harus memiliki pengetahuan memadai untuk dapat mengevaluasi risiko kecurangan, dan cara organisasi mengelola risiko tersebut,namun tidak diharapkan memiliki keahlian seperti layaknya seseorang yang tanggung jawab utamanya adalah mendeteksi dan menginvestigasi kecurangan (Standar Internasional Praktik Profesional Audit Internal, 1210.A2 :2017)

Pelaksanaaan Audit Internal di perusahaan dapat meminimalisir kecurangan yang ada. Namun pencegahan pada kecurangan yang dilakukan auditor pada perusahaan buktinya masih banyak yang dapat dikatakan gagal. Kegagalan pencegahan kecurangan di perusahaan-perusahaan publik di Indonesia banyak disebabkan oleh lemahnya pengandalian internal juga, berdasarkan hasil studi Bapepam tahun 2006.

Audit internal bertujuan untuk membantu pimpinan perusahaan (manajemen) dalam melaksanakan tanggung jawabnya dengan memberikan analisa, penilaian, saran, dan komentar mengenai kegiatan yang diaudit serta menemukan penyimpangan, baik akibat dari misstatement yang disengaja maupun yang tidak. Menurut laporan “2002 Report to Nation on Occupational Fraud and Abuses” menyatakan bahwa aktivitas internal auditor dapat menekan 35% terjadinya fraud. Disinilah pentingnya peran seorang internal auditor, dengan tugas dan wewenang yang dimiliki internal auditor dapat berperan dalam pencegahan kecurangan pada lembaga dimana ia bekerja (Airin Nisa Aldiani dan Armanto Witjaksono, 2013:2).

(7)

Studi penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Eka Komaruzzaman (2015) menyatakan bahwa Pengaruh auditor internal memiliki pengaruh positif terhadap pencegahan fraud. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dengan diterapkannya audit internal dapat mencegah terjadinya kecurangan penyalahgunaan asset oleh karyawan.

Selain itu, penelitian lainnya yang dilakukan oleh Dhina Putri Nuraini (2017) menunjukan bahwa pelaksanaan audit internal berpengaruh terhadap pencegahan kecurangan. Pelaksanaan audit internal merupakan salah satu bentuk tindakan preventive yang dilakukan perusahaan dalam mencegah terjadinya kecurangan. Jadi semakin tinggi pelaksanaan audit internal, maka akan semakin tinggi pencegahan kecurangannya.

Berdasarkan pada uraian di atas, maka diduga bahwa audit internal berhubungan dengan pencegahan kecurangan, sehingga penulis tertarik melakukan penelitian untuk penulisan dengan judul:

“Pengaruh Pelaksanaan Audit Internal Terhadap Pencegahan Kecurangan” (Studi Kasus pada PT. Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten, Tbk Bandung).

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah ditentukan diatas, penulis mengidentifikasi masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana Pelaksanaan Audit Internal di PT. Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten, Tbk Bandung.

(8)

Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten, Tbk Bandung.

3. Apakah Audit Internal berpengaruh terhadap Pencegahan Kecurangan di PT. Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten, Tbk Bandung.

1.3 Maksud dan Tujuan

Penelitian ini dilaksanakan dengan maksud untuk memperoleh pemahaman yang mendalam mengenai pengaruh audit internal terhadap Pencegahan Kecurangan pada PT. Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten, Tbk Bandung. Maksud dan tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui pelaksanaan audit internal di PT. Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten, Tbk Bandung

2. Untuk mengetahui pencegahan kecurangan di PT. Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten, Tbk Bandung,

3. Untuk mengetahui pengaruh audit internal terhadap pencegahan kecurangan di PT. Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten, Tbk Bandung.

1.4 Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian yang dilakukan, diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara langsung maupun tidak langsung, yaitu bagi pihak pihak yang berhubungan dengan penelitian ini. Adapun manfaat yang diberikan adalah sebagai berikut :

1. Bagi perusahaan

Dapat memperdalam dan menambah pengetahuan penulis berkenaan dengan pelaksanaan audit internal dalam meningkatkan efektivitas pencegahan

(9)

kecurangan. Serta sebagai syarat dalam menempuh ujian sarjana program studi akuntansi pada Universitas Widyatama.

2. Bagi penulis

Penelitian ini juga diharapkan dapat menambah sedikit masukan untuk PT. Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten, Tbk Bandung yang sifatnya mengarah pada perbaikan dalam meminimalisir dan mencegah terjadinya kecurangan, dan dapat dijadikan sebagai tambahan informasi bagi pihak- pihak yang terkait.

3. Bagi pihak lain

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai bahan pertimbangan dan referensi bagi penelitian selanjutnya, serta dapat memberikan informasi tambahan mengenai pengaruh pelaksanaan audit internal terhadap pencegahan kecurangan.

1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian

Untuk memperoleh data dan menjawab masalah yang sedang diteliti maka penulis melakukan penelitian pada PT. Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten, Tbk Bandung. Penelitian ini dilakukan pada Bank Jabar Banten Bandung,yang dimulai pada bulan Desember tahun 2018 sampai dengan selesai

(10)
(11)

Referensi

Dokumen terkait

Kerusakan infrastruktur di Desa Pangandaran meliputi permukiman, jalan, jembatan, fasilitas umum dan sosial, bangunan pemerintah, hotel, TPI (tempat pelelangan ikan) serta

Kotler dan Keller (2009:219) mendefinisikan bahwa promosi penjualan merupakan bahan inti dari kampanye pemasaran, terdiri dari alat insentif, sebagian besar jangka pendek,

Filter kedua yang dirancang seperti halnya filter pertama, dengan perbedaan, substrate yang digunakan memiliki kerugian yang kecil, yaitu TMM10 dengan

Dalam melakukan analisis temperatur kromosfer dan korona Matahari, data yang digunakan berupa citra kromosfer Matahari yang diperoleh dengan menggunakan kamera DSLR

Prosedur pemberian kredit yang sehat merupakan salah satu upaya untuk mengurangi resiko dalam pemberian kredit yang dimulai dari penyusunan perencanaan kredit, proses

Dari segi motivasi, mahasiswa berupaya untuk mendapat penerimaan dari orang lain, menyesuaikan kebutuhan dan tuntutannya dengan orang lain dan dalam mengekspresikan diri

Penelitian ini bertujuan untuk melihat hasil seleksi pada calon induk (heifer) dan calon pejantan (bull) sapi Aceh menggunakan metode nilai pemuliaan (NP) dan

Semakin lama penyerang mampu menahan kunci pribadi lama dengan keseimbangan, semakin tinggi probabilitas bahwa saldo yang ada pada saat itu tidak akan memiliki